Anda di halaman 1dari 8

Grinding

1. Grinding
1.1. Pengertian Grinding
Grinding adalah serangkaian proses yang dimaksudkan untuk mengurangi dimensi atau ukuran
dari raw material padat. Grinding merupakan suatu proses yang kompleks yang bertujuan untuk
menghasilkan material dengan diameter rata-rata partikel yang diinginkan dan distribusi
ukuran partikel yang sesuai untuk produk akhir tertentu.

Pengurangan dimensi material padat dalam industri keramik mempunyai banyak tujuan.
Tujuan yang paling utama adalah peningkatan area permukaan spesifik yang akan memberikan
derajat homogenitas yang tinggi dan juga reaksi kimia yang lebih cepat saat firing.

Material padat memiliki sifat-sifat tertentu yang berpengaruh signifikan pada efisiensi proses
grinding. Sifat-sifat yang utama yaitu
a. Dimensi linear partikel material
Diameter untuk partikel bulat dan panjang sisi untuk partikel berbentuk kubus dan lainnya.
Clay yang disuplai untuk pabrik keramik biasanya berupa bongkahan dengan ukuran tidak
lebih dari 10-20 cm.
b. Dimensi permukaan luar partikel
Bongkahan clay galian seringkali berbentuk bulat dan terlapisi dengan sesuatu yang sangat
keras (shale-clay). Material lainnya berbentuk bulat atau kubus seperti material yang lebih
keras, contohnya kalsit, dolomit, feldspar, dan silika.
c. Kekerasan
Kekerasan merupakan parameter paling penting dalam grinding. Kekerasan ini berkaitan
dengan hal-hal berikut ini
1. Resistansi kompresi, penting untuk dry grinding pada material keras
2. Resistansi impact (benturan/tumbukan), penting untuk dry grinding pada clay dan wet
grinding pada material keras
3. Resistansi abrasi, penting untuk wet grinding pada material keras
d. Struktur material
Clay umumnya memiliki struktur yang rapat, tetapi ada juga dengan struktur fracture plane
(retak permukaan) dan cleavage fracture (retak terbelah). Material keras umumnya
memiliki struktur padat, seperti kuarsa, feldspar, kalsit, dan dolomit.
e. Berat spesifik
Berat spesifik tidak terlalu penting dalam grinding untuk material padat yang rapat. Tetapi
lebih berhubungan dengan kemungkinan pemisahan selama transportasi di dalam pabrik
untuk kasus campuran alam dengan partikel yang memiliki komposisi mineral yang
berbeda. Berikut ini berat spesifik untuk material keramik, di antaranya
Clay : 2.5 – 2.8 g/cm3
Kuarsa : 2.65 g/cm3
Feldspar : 2.53 – 2.67 g/cm3
Kalsit : 2.75 g/cm3
Dolomit : 2.95 g/cm3
f. Kadar air dan karakteristik higroskopis
Keduanya mengurangi efisiensi mesin grinding.
g. Kecenderungan untuk menggumpal
Hal ini akan mengurangi efisiensi grinding.

Karakteristik fisik dan morfologi raw material keramik yang mempengaruhi proses grinding
yaitu
a. Clay : sifat mineralogy, plasticity, dan interaksi elektrostatis dengan air
b. Non-clay : ukuran dan distribusi ukuran partikel dan struktur dasar.

Karakteristik pada clay diidentifikasi melalui analisis berikut ini


a. Persentase dan sifat residu
b. Dimensi partikel clay
c. Area permukaan spesifik
d. Kapasitas pertukaran ion
e. Adanya garam yang larut

1.2. Jenis grinding


1. Dry grinding
Dry grinding digunakan untuk produk yang tidak memerlukan homogenitas campuran
yang terlalu tinggi. Clay dan hard material di-grinding bersama-sama, partikel-pertikel
ukuran besar dihancurkan dan dicampur. Dry grinding digunakan untuk preparasi
chammote atau hard material single.

Mesin-mesin yang digunakan untuk dry grinding bekerja menggunakan satu atauh lebih
dari prinsip-prinsip berikut,
a. Crushing
b. Percussion
c. Particle bump
d. Cut
e. Friction
f. Throwing

Mesin-mesin yang digunakan untuk dry grinding adalah sebagai berikut


a. Jaw mill

b. Conic mill

c. Cylindric mill

d. Pan mill

e. Swing hammer mill

f. Hammer mill

g. Impact crusher

h. Pin crusher

i. Drum mill

j. Fluid flow mill


Ilustrasi mesin-mesin untuk dry grinding

2. Wet grinding
Wet grinding biasanya diikuti dengan proses mixing, contohnya adalah pembuatan slip.
Slip dapat diperoleh dalam mixer yang diumpani dengan raw material yang di-grinding
secara terpisah atau pada mill yang sama dengan raw material yang berbeda dan proses
mixing terjadi selama proses grinding.

Secara teori, selalu lebih baik untuk melakukan proses milling raw material secara
terpisah, untuk mengontrol parameter-parameter komponen yang bervariasi lebih baik,
seperti hardness, faktor grinding, moisture, ukuran partikel, dan lainnya. Hard material
biasanya di-grinding di drum mill sedangkan clay dapat dimasukkan melalui turbin mixer
atau blunger.

Contoh mesin yang digunakan untuk wet grinding adalah ball mill.

Ilustrasi ball mill

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan proses dry atau wet grinding yaitu
a. Karakteristik teknik produk akhir
b. Tipe raw material
c. Jumlah komponen-komponen pendukung
d. Karakteristik morfologi raw material yang tersedia
e. Biaya produk akhir
f. Investasi keseluruhan
Tipe-tipe mesin grinding yaitu sebagai berikut
a. Crusher (kasar dan halus)
1. Jaw crusher
2. Gyratory crusher
3. Crushing roll
b. Grinder (Intermediet dan halus)
1. Hammer mill, impactor
2. Rolling-compression mill
- Bowl mill
- Roller mill
3. Attrition mill
4. Tumbling mill
- Rod mill
- Ball mill, pebble mill
- Tube mill, compartment mill
c. Ultrafine grinder
1. Hammer mill dengan klasifikasi internal
2. Fluid-energy mill
3. Agitated mill
d. Mesin cutting
1. Knife cutter, dicer, slitter

1.3. Energi yang Dibutuhkan


Terdapat beberapa teori atau hokum yang digunakan untuk memprediksikan kebutuhan energi
pada proses grinding, yaitu
1. Hukum Kick
Hukum ini menyatakan bahwa energi yang dibutuhkan untuk memecahkan material atau
partikel padat berbanding lurus dengan rasio umpan dengan produk.

𝐷
𝑊 = 𝐾𝐾 𝑙𝑜𝑔
𝑑

W = Energi yang dibutuhkan


𝐾𝐾 = Konstanta (bergantung pada tipe material)
D = Ukuran rata-rata partikel sebelum grinding
d = Ukuran rata-rata partikel setelah grinding

2. Hukum Rittinger
Hukum ini menyatakan bahwa energy yang dibutuhkan untuk memecahkan partikel padat
berbanding lurus dengan luasan partikel baru atau perbandingan luas permukaan partikel.

1 1
𝑊 = 𝐾𝑅 ( − )
𝑑 𝐷

W = Energi yang dibutuhkan


𝐾𝑅 = Konstanta (bergantung pada bentuk partikel dan energi per unit permukaan)
d = Panjang sisi rata-rata partikel setelah grinding
D = Panjang sisi rata-rata partikel sebelum grinding

Dengan kata lain, jumlah energi yang dibutuhkan untuk mengurangi ukuran material masih
bergantung pada ukuran awal dan akhir dari produk yang di-grinding. Sebagai contoh, jika
dibutuhkan waktu 2.5 jam untuk meng-grinding material dari 1 mm menjadi 100 µm (rasio
reduksi 10:1) maka pada 2.5 jam selanjutnya material hanya akan ter-grinding dari 100
µm menjadi 53 µm (rasio reduksi 2:1) karena perubahan luas permukaannya tetap sama.

Dalam praktiknya, jumlah energi yang diserap mesin selalu lebih tinggi daripada jumlah
energi yang dihitung dengan menggunakan formula di atas karena adanya energy-energi
lain yang dibutuhkan juga, di antaranya yaitu
a. Energi yang dibutuhkan untuk memutus gaya kohesi partikel
b. Energi deformasi (deformasi plastis dan elastis)
c. Energi yang diserap pada pengurangan (erosi) media grinding
d. Energi yang diserap oleh getaran (vibrasi)
e. Energi yang hilang sebagai panas

3. Hukum Bond
Hukum ini menyatakan bahwa energi yang diperlukan untuk membuat partikel dengan
ukuran d dari umpan dengan ukuran sangat besar berbanding lurus dengan volume produk.
1
𝑊 = 𝐾𝐵
√𝑑

W = Energi yang dibutuhkan [kW.h/ton]


𝐾𝐵 = Konstanta (bergantung pada tipe mesin dan material yang dihancurkan)
d = Ukuran rata-rata partikel setelah grinding

Jika 80% umpan dapat melewati saringan dengan ukuran mesh 𝑑𝑎 dan 80% produk dapat
melewati saringan dengan ukuran mesh 𝑑𝑏 , maka berlaku persamaan berikut

𝑃 1 1
= 0.3162𝑊𝑖 ( − )
ṁ √𝑑𝑏 √𝑑𝑎

P = Energi yang dibutuhkan [kW]


ṁ = Jumlah umpan [ton/h]
𝑊𝑖 = Work index
𝑑𝑏 = Ukuran mesh 𝑑𝑏
𝑑𝑎 = Ukuran mesh 𝑑𝑎

Work index merupakan kebutuhan energi gross dalam kWh per ton umpan yang
dibutuhkan untuk memecah/menghancurkan umpan dengan ukuran sangat besar menjadi
suatu ukuran yang 80% produknya dapat melalui saringan 100 µm. Berikut tabel working
index untuk beberapa material,

Tabel work index untuk dry grinding atau wet grinding


Material Specific gravity Work index
Bauxite 2.20 8.78
Cement raw material 2.67 10.51
Clay 2.51 6.30
Coal 1.4 13.00
Granite 2.66 15.13
Limestone 2.66 12.74
Phosphate rock 2.74 9.92
Quartz 2.65 13.57

Anda mungkin juga menyukai