Anda di halaman 1dari 3

Injection Molding

Pada teknik injection molding, material termoplastik diinjeksikan ke dalam cetakan pada temperatur
tertentu. Material yang berbentuk seperti bubur dipanaskan di atas softening temperature dari sistem
polimer termoplastik dan diinjeksikan ke dalam cetakan. Proses pemadatan terjadi seiring dengan
terjadinya proses pendinginan sehingga terjadi peningkatan kekuatan dari polimer tersebut dan siap
untuk dikeluarkan dari cetakan. Teknik ini digunakan dalam produksi produk-produk kecil dengan
bentuk yang kompleks.

Proses Injection Molding

Gambar 1 Skema Proses Injection Molding

Terdapat beberapa tahap dalam proses injection molding, yaitu mixing, injection, debinding, dan
sintering. Berikut adalah penjelasan beberapa tahap tersebut:

1. Mixing
Pada tahap ini terjadi proses pencampuran beberapa komponen, seperti powder keramik, polimer
yang berperan sebagai binder, plasticizer, dan pelumas. Gumpalan powder akan terdispersi dan
pertikelnya terlapisi dengan matriks polimer organik sehingga campuran menjadi homogen.
Campuran hasil mixing kemudian akan dihaluskan, disaring, dan dimasukkan ke dalam mesin
pembuat pellet. Pellet yang dihasilkan berdiameter 4 mm. Proses mixing dilakukan tanpa
melibatkan udara dan temperaturnya diatur di bawah suhu degradasi polimer organik. Proses
penambahan powder ke dalam binder akan berpengaruh terhadap perubahan torsi selama proses
mixing. Berdasarkan Gambar 2, ketika binder terdegradasi, torsi akan turun seiring bertambahnya
waktu proses mixing. Sementara itu, ketika powder terlalu banyak ditambahkan, torsi akan
meningkat.

Gambar 2 Perubahan torsi selama proses mixing pada kondisi (A) penambahan binder, (B) binder terdegradasi,
(C) binder mengeras, (D) powder berlebih
Tabel 1 Sistem Binder yang Digunakan dalam Proses Injection Molding
Tipe Binder Pelarut / Plasticizer Pelumas
Wax Paraffin wax (70%) Metil etil keton (10%) -
Microcrystalline wax (20%)
Resin Polipropilena (67%) (Molten wax) Asam stearat (11%)
Microcrystalline wax (22%)
Resin Polistirena (45%) Vegetable oil (45%) Asam stearat (5%)
Polietilena (5%)
Epoksida Resin epoksida (65%) (Molten wax) Butil stearat (10%)
Paraffin wax (25%)
Aqueous Methylcellulose (4%) Water (96%)

Berdasarkan Tabel 1, komposisi binder, plasticizer, dan pelumas sangat bervariasi. Umumnya,
polimer yang digunakan sebagai binder memiliki massa molekul yang cukup rendah supaya
viskositasnya tidak terlalu tinggi ketika dicampurkan dengan powder, misalnya polipropilena,
polistirena, dan polietilena. Sementara itu, wax juga dapat berperan sebagai binder dan plasticizer
karena akan meleleh pada proses molding. Sistem wax atau aqueous umumnya digunakan pada
proses low pressure injection molding 1.

2. Injection
Pada proses ini, digunakan mesin injection molding seperti yang tertera pada Gambar 3. Plunger
atau screw digunakan untuk menampung material hasil mixing dan menyalurkannya ke dalam
injection chamber sambil dipanaskan. Tekanan yang digunakan di dalam plunger berkisar antara
30-100 MPa, sedangkan temperatur pemanasan berada pada kisaran 125-160℃. Material dialirkan
ke dalam cetakan (mold) secara perlahan sehingga tercampur homogen tanpa adanya udara yang
terjebak di dalamnya. Sementara itu, pelumas akan mengurangi tekanan dalam proses aliran
materian menuju cetakan dan membantu proses pelepasan produk dari permukaan cetakannya.

Gambar 3 Skema Mesin Injection Molding

Proses pencetakan (molding) ditandai dengan kenaikan tekanan yang sangat cepat akibat
pergerakan screw atau plunger. Tekanan terus diberikan hingga cetakan terisi sepenuhnya dan
material pada gerbang injeksi telah memadat. Setelah binder didinginkan dan berubah menjadi
kompak, cetakan terbuka dan produk terdorong oleh ejector pin. Cetakan ini disebut “green part”
dan berukuran lebih besar dari target ukurannya karena akan terjadi proses penyusutan pada tahap
sintering. Beberapa parameter yang harus diperhatikan dalam proses injection molding dapat dilihat
pada Tabel 2.

1
Reed, James S. 1995. Principles of Ceramic Processing. Second Edition. New York: John Willey &
Sons, Inc, p. 477-488.
Tabel 2 Parameter yang Harus Diperhatikan dalam Proses Injection Molding
Variabel Mesin Variabel Material
Mekanisme feeding Viskositas pada aliran material
Temperatur barrel Perubahan viskositas pada proses cooling
Sprue, runner, dan geometri gerbang injeksi Temperatur pada proses pemadatan
Kecepatan plunger Penyusutan volume
Temperatur dan geometri cetakan Difusivitas termal
Program tekanan dan waktu injeksi Kekuatan mekanik produk
Program tekanan dan waktu setelah injeksi Modulus elastisitas

3. Debinding
Pada tahap ini, binder dihilangkan dari cetakan dan menyisakan rangka yang mempertahankan
bentuk cetakan. Proses ini akan menyebabkan terbentuknya pori pada permukaan green part. Ada
3 metode yang dapat digunakan dalam tahap debinding, diantaranya metode termal, pelarut, dan
katalitik. Pada thermal debinding, binder dihilangkan dengan cara degradasi, evaporasi, atau
ekstraksi pada rentang suhu 60-600℃. Pada metode pelarut (solvent debinding), digunakan pelarut
organik atau air untuk melarutkan senyawa terlarut dalam binder. Sementara itu, pada metode
katalitik, padatan diubah menjadi uap melalui perubahan kompleks asetal-poliolefin-campuran
menjadi uap yang bersifat asam untuk mempercepat proses penghilangan binder. Hasil dari proses
debinding dikenal dengan istilah “brown part”2.

4. Sintering
Setelah proses debinding, cetakan kemudian dipanaskan dalam kondisi vakum dan inert pada
temperatur 1200-1600℃. Pada proses ini, terjadi peningkatan gaya adhesi antarpartikel di dalam
brown part sehingga terjadi proses penutupan pori dan penyusutan volume sebesar 14-20%. Oleh
karena itu, volume green part harus lebih besar daripada target yang diinginkan.

2
Gutierrez, Joamin Gonzales, et.al. 2012. Powder Injection Molding of Metal and Ceramic Parts. Center
of Experimental Mechanics, University of Ljubljana, Slovenia. p. 67.

Anda mungkin juga menyukai