Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Injection Unit.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada masa sekarang ini, kebanyakan barang-barang yang ada di sekitar kita
terbuat dari plastik. Plastik lebih sering digunakan untuk berbagai produk karena
murah dan juga elastis, atau gampang dibentuk dan diolah. Kemudian dengan
berkembangnya teknologi yang semakin cepat, terutama dalam dunia industri
membutuhkan alat bantu produksi yang dapat diandalkan dan mengikuti
perkembangan jaman. Sehingga banyak berbagai macam industri mengalihkan
sistem operasinya dari sistem manual beralih menggunakan sistem semiotomatis
maupun otomatis.
1.3 TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
1. Clamping Unit
Clamping Unit terdiri dari :
a. Stasionary Plate : plat tempat untuk pemasangan mold bagian cavity atau
bagian cewek mold (bahasa lapangan)
b. Moving Plate : plat tempat untuk pemasangan mold bagian core
c. Ejector : untuk mengeluarkan produk pada cetakan atau mold.
d. Operation side door dan non operation side door : sebagai pintu penutup area
block clamping agar mesin dapat beroprasi dengan aman
e. Lubrication pump : emberikan pelumasan pada bagian-bagian mesin yang
bergerak
2. Injection Unit
3. Control Panel : tempat tombol tombol untuk mengoprasikan mesin injection
2.4 Komponen-Komponen Injection Unit
1. Hydrolic Motor
Disinilah pengolahan Polimer Plastik berlangsung, yang dimulai dengan
masuknya Polimer dalam bentuk Pellet [Granule], kemudian dipanaskan
didalam Tungku [Barrel] dengan suhu lumer Plastik yang bersangkutan
sambil diperlakukan adukan [Mixing] oleh bentuk Screw di dalam Tungku.
Dengan bentuk yang sedemikian rupa sehingga Screw ini berfungsi sebagai
Feeder dan juga Sebagai Mixer Plastik cair agar pencampuran warna plastik
menjadi rata dan seimbang [konstant]. Lihat Injection Unit Disini.
Hydraulic 68 GRADE
Fluid
Condition New
Tabel.2.2. Hidrolik Motor
2. Hopper ( Penampung )
Hopper adalah bak penampung material padat sebelum diteruskan
kedalam crusher(mesin penghancur) dengan bantuan feeder (mesin
pengumpan). Hal yang harus dicermatidalam pemakaian hopper di industri
pengolahan bahan galian adalah pengurangan dayatampung dari hopper. Hal
ini merupakan kerugian karena hopper tidak dapat menampungmaterial padat
sebagaimana mestinya sehingga akan mempengaruhi proses kerja
pengolahan bahan galian secara keseluruhan karena hopper merupakan tahap
awal dari proses pengolahan bahan galian.
Tabel 2.4 Hopper
Screws berfungsi sebagai Feeder untuk menyupai material dari arah belakang
atau dari Hopper, dan juga berfungsi sebagai pengaduk material plastik dalam
keadaan cair sehingga pencampuran warna lebih merata. Untuk Screw standard
bawaan mesin kurang begitu maksimal di dalam proses Pencampuran warnadan
mengalirkan material.Screw terdiri dari 3 zona yaitu:
Feeding Zone
Compressing Zone
Metering Zone
Sedangkan diameter luar dari screw tidak lah konstan tetapi kedalaman
dari screw akan menurun dari feed zone sampai bagian terahir dari melting zone.
Tujuan
Compres/pemampatan yaitu dengan alur yang kecil maka daya tekan pun
akan besar
Melting yaitu dengan semakin dekatnya material plastic dengan bagian barel
sehingga pemanasan material akan lebih maksimal.
Dengan type ini mesin molding akan tersedia beberapa heater yang
memungkinkan adanya perbedaan setting temperature untuk setiap zonenya.
TABEL.2.8 SCREWS
Short Mold karena masalah pada Sistem Screw.
Untuk membuat seuatu produk yang baik pada proses injeksi plastik
dibutuhkan beberapa faktor utk menjamin hal tersebut. Faktor tersebut dibagi
menjadi 2 bagian besar, yaitu faktor yang dapat di Setting dan faktor
Kondisional. Adapun faktor yang dapat di Setting terdiri dari Waktu (Time),
Tekanan (Pressure), Jarak (Switch), Suhu (Temperature), dan Kecepatan
(Velocity). Sedangkan faktor Kondisional terdiri dari Kondisi Cetakan (Mold)
dan kondisi Mesin. Semua itu bermuara pada tujuan untuk mampu
menghantarkan material plastik cair untuk memenuhi ruang yang disediakan
Mold dalam waktu dan jumlah proporsional untuk menghasilkan produk yang
baik sesuai yang kita inginkan.
Kali ini kita membahas sistem Screw, bagian dari mesin, baik dari sisi
cara kerja maupun permasalahannya. Sistem Screw terdiri atas 3 bagian,
yaitu Check Ring (Check Valve), Torpedo, dan Screw itu sendiri. Sistem Screw
memiliki fungsi kerja utama yaitu fungsi kerja injeksi dan fungsi kerja isi ulang
(Charging). Dari 2 fungsi kerja itu yang bereffek pada masalah Short Mold
adalah fungsi kerja injeksi.
Fungsi kerja injeksi adalah kondisi atau keadaan Screw Sistem, dimana
posisi Check Ring merapat pada Screw Head (bagian paling depan Screw).
Persyaratan dari kondisi ini adalah tidak adanya celah antara Check Ring dan
Screw Head. Berarti kondisi abnormal adalah sebaliknya, yaitu terdapat celah
diantara keduanya. Bagaimana celah itu terjadi ? Celah tersebut terjadi
disebabkan beberapa faktor, antara lain.
Yang pertama. Adanya material asing yag berada diantara Check Ring
dan Screw Head. Material ini tidak ikut leleh pada suhu leleh plastik pada kisaran
suhu 250~300 °C, mengganjal diantara Check Ring dan Screw Head sehingga
membuat celah bocoran. Dan biasanya material asing ini berasa dari bahan besi
atau metal lainnya.
Yang kedua. Adanya retakan atau kerusakan pada Screw Head ataupun
pada Check Ring. Hal inipun tak lepas dari akibat adanya material asing yang
berupa besi atau bahan metal lainnya, sehingga mengakibatkan kerusakan
tersebut. Tindakan sementara jelas harus dilakukan penggantian dengan Spare
Part yang baru, namun tindakan lebih lanjut agar tidak terulang dikembalikan
kepada pihak manajemen perusahaan untuk memperbaiki sistem kerja dan
pengaturan secara menyeluruh dan untuk bisa membangkitkan rasa memiliki
yang kuat, spirit, komitmen, dan motivasi pada karyawan agar selalu berfikir
positif atas kelangsungan operasi, sehingga tidak hanya sekedar melakukan tugas
semata, tetapi lebih kepada ikut menjaga.
Fungsi kerja Charging adalah kondisi atau keadaan dimana posisi Check
Ring merapat ke Torpedo. Dengan bentuk sedemikian rupa, walaupun rapat
tetapi tetap harus ada celah diantara keduanya agar material dapat mengalir dari
belakang Screw Head sampai ke depan Torpedo. Jadi disini celah yang memang
harus terjadi.
5.Torpedo dan Check Ring atau Check Valve, yang berfungsi membuka aliran
material pada saat Charging dan menutup aliran material plastik pada saat injeksi
berlangsung
6.Nozzle
Dalam artian saya sendiri nozzle artinya penyemprot, karena fungsi pokoknya
adalah sebagai penyemprot bahan bakar kedalam ruang bakar, untuk mengupas
tentang nozzle ini mari kita kupas satu persatu
Pengertian Nozzle
Nozzle bahan bakar disebut juga dengan pengabut atau ada yang menyebut
dengan Injektor. Disebut injector karena tugas dari komponen ini adalah menginjeksi,
dan disebut pengabut karena bahan bakar keluar dari komponen ini dalam bentuk
kabut, sedangkan disebut nosel karena ujung komponen ini luas penampangnya
makin mengecil.
Fungsi Nozzle
Tekanan undara dalam bentuk kabut melaui Injector ini hanya berlangsung
satu kali pada setiap siklusnya yakni pada setiap akhir langkah kompresi saja
sehingga setelah sekali penyemprotan dalam kapasitas tertentu dimana kondisi
pengabutan yang sempurna maka injector yang dilengkapi dengan jarum yang
berfungsi untuk menutup atau membuka saluran injectror ini sehingga kelebihan
bahan bakar yang tidak mengabut akan dialirkan kembali kebagian lain atau ke tangki
bahan bakar sebagai kelebihan aliran (overflow).
1. Body Nozzle
tempat dimana seluruh komponen nozzel dipasang sehingga dapat bekerja sesuai
dengan fungsinya masing masing, body ini memegang peranan penting atas kinerja
dari masing-masing komponen, kerusakan pada body akan berakibat tidak dapat
berfungsinya seluruh komponen nozzel.
2. Pegas nozzle
mengatur nozzel needle agar dapat membuka dan menutup sempurna, kerusakan pada
pegas ini akan berakibat pada tidak sempurnanya nozzel needle pada dudukannya,
bila pegas sudah lemah maka akan terjadi celah antara seat needle dengan body
nozzle.
3. Nozzel Needle
adalah sebuah jarum yang berfungsi untuk mengatur buka tutup solar yang
akan menyemprot ke dalam ruang bakar, ketika tekanan yang dialami oleh pegas
nozzle melampaui daya tekannya maka nozzle needle akan terangkat sehingga solar
akan mengalir menuju ruang bakar, ujung needle dibuat meruncing menjadikan
pengabutan solar menjadi semakin sempurna dengan kompresi yang tinggi.
4. Nozzle hole
merupakan lubang bagi solar untuk menuju ke ruang bakar, ada berbagai jenis
nozzle hole ini, semakin banya lubang yang ada di ujung nozzle maka akan semakin
cepat kabut solar yang didistribusikan ke ruang bakar
Alat pemercik yang menghubungkan barrel dengan sprue bushing dari cetakan
dan mempunyai fungsi sekaligus sebagai suatu segel antara barrel dan cetakan.
Temperatur pada bagian nozzle ini harus dimulai suhu leleh material atau di bawah
itu, tergantung dengan rekomendasi dari pembuat material itu. Ketika barrel adalah
dalam posisi full di depan, radius dari nozzle harus menempel tepat pada radius
cekung dari sprue bushing sehingga dapat menghalangi kebocoran dan proses untuk
mempermudah nozzle bersarang pada sprue bushing dengan tepat digunakanlah
locate ring. Selama pada posisi purging(membersihkan),posisi dari barrel mundur
dari sprue bushing, sehingga ketika membersihkan, material dapat jatuh bebas dari
nozzle. Dua posisi barel ini digambarkan di bawah.
GAMBAR 3. ( a) Nozzle/Alat Pemercik pada posisi proses injection. ( b) Nozzle/Alat
Pemercik dengan barrel yang mundur untuk posisi purging.
Skema kerja injection unit
Proses Kerja Injection molding
1. Persiapan bahan
Bahan plastic berupa biji plastic dimasukkan kedalam tempat penampungan
plastic yang disebut dengan Hopper, biji plastic akan dikeringkan agar benar-
benar terbebas dari kandungan air atau lembab.
Kandungan air dalam dapat merusak penampilan dari hasil akhir jika tidak
dikeringkan terlebih dahulu melalui proses ini. Umumnya hasil produksi akan
menampilkan pola bintik-bintik putih jika material mengandung.
Tulisan saya ini hanya akan membahas mengenai proses Mesin Injeksi Plastik
Horisontal dengan pertimbangan aplikasi proses dari Mesin Horisontal yang lebih
luas dan variatif. Seperti pada gambar di atas yang memperlihatkan simulasi Proses
Injeksi Plastik Horisontal yang dibagi ke dalam 5 besar urutan kerjanya.
Dalam 1 siklus kerja proses injeksi, diawali oleh proses Menutup Cetakan.
Istilah Mold dalam dunia Injeksi Plastik adalah cetakan untuk Proses Injeksi Plastik.
Mold itu sendiri terdiri dari 2 bagian besar yaitu sisi “Core” dan sisi “Cavity”. Sisi
Cavity diikat pada “Stationery Platen” Mesin Injeksi. Sedangkan sisi Core diikat pada
“Moving Platen” mesin, bagian inilah yang bergerak membuka dan menutup. Pada
proses menutup terbagi menjadi 4 urutan proses, yaitu :
Tekanan yang dimaksud adalah tekanan hidrolik. Posisi awal cetakan adalah
“terbuka penuh” yang diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan produk yang
dihasilkan nantinya dapat dikeluarkan atau diambil dengan mudah. Dari posisi ini
bergerak hingga posisi tertentu yang tidak terlalu jauh dari posisi “terbuka penuh”
tadi.
Gerakan ini dimaksudkan untuk mereduksi getaran mesin yang juga sekaligus
merawat mesin itu sendiri, terutama system hidroliknya yang rentan terhadap tekanan
hidrolik yang tiba-tiba. Contoh kerusakan yang paling ringan adalah kebocoran oli
hidrolik yang dikarenakan pecahnya selang hidrolik, belum lagi kerusakan lain yang
berupa kerusakan mekanis yang membutuhkan biaya lebih besar untuk
memperbaikinya, sehingga biaya perawatan mesin akan tinggi.
3. Gerakan menutup pada kecepatan tinggi dengan tekanan rendah.
(High Mold Close Velocity & Low Mold Close Pressure).
Memulai gerakan ini pada posisi yang tidak jauh dari posisi “terbuka penuh”,
dimana untuk gerakan lebih cepat sangat memungkinkan. Hal ini bertujuan untuk
menghemat waktu proses secara keseluruhan.
Posisi pada proses ini harus dibuat se-limit mungkin pada posisi menutup
rapat setelah gerakan sebelumnya. Hal ini juga untuk menghindari tumbukan karena
tekanan hidrolik yang relatif tinggi untuk menghimpit cetakan. Tekanan tinggi ini
(Minimal 100 kg/cm²) dibutuhkan untuk menahan proses injeksi atau apa yang
disebut “Cavity Force During Injection” nantinya. (Perhitungannya dibahas terpisah).
Setelah dipastikan Mold dihimpit dengan tekanan tinggi. Maka Unit Injeksi
yang terdiri dari Nozzle, Barrel, dan Screw dan seterusnya. Bergerak mendekati Mold
hingga Nozzle bersentuhan dengan Mold, juga dengan tekanan tinggi (Hingga 100
kg/cm²). Gambar di atas menunjukkan Nozzle sudah bersentuhan dengan Mold.
Bagian Mold yang bersentuhan langsung dengan Nozzle disebut “Sprue Bush”.
Kemudian mesin melakukan proses injeksi pengisian, yaitu menyuntikkan plastik cair
ke dalam Mold. Pada proses ini melibatkan beberapa parameter yang bisa kita atur
sedemikian rupa mengikuti tingkat kesulitan produk yang akan kita buat, yaitu :
Mesin-mesin keluaran saat ini memiliki variasi tingkat Tekanan Pengisian lebih
dari 2 tingkat, dan juga diikuti dengan variasi posisi dari tiap-tiap Tekanan Pengisian
tersebut. Sehingga kita dapat menentukan di posisi manakah ketika plastik cair
membentuk produk membutuhkan besaran Tekanan Pengisian “sekian” nilainya, dan
di posisi lain dengan masih produk yang sama membutuhkan besaran Tekanan
Pengisian “sekian”, dan seterusnya.
Besarnya Tekanan Pengisian (Filling Pressure) yang kita atur sekedar lebih tinggi
dari Tekanan Pengisian sesungguhnya, atau sekitar 30%. Tekanan ini untuk
menghadapi fluktuasi tekanan ketika Proses Pengisian berlangsung dengan
memperhatikan “Pressure Gauge” (alat ukur tekanan Hidrolik) yang tersedia pada
bagian unit injeksi, atau yang ditunjukkan pada layar monitor bagi yang sudah digital.
Fluktuasi tekanan ini akibat adanya hambatan-hambatan aliran plastik cair di saat
mengalir atau memasuki ruang-ruang di dalam Mold, dan Tekanan Pengisian tidak
boleh dikalahkan oleh hambatan ini.
Misalkan pada suatu mesin terdapat 3 tingkat parameter Tekanan Pengisian yaitu :
Terdapat variasi tingkat kecepatan yang bisa kita atur dan dibutuhkan untuk
menghindari adanya kondisi hasil produk yang tidak diinginkan. Posisi-posisi tingkat
kecepatan inipun bisa kita atur disesuaikan dengan posisi aliran plastik ketika
membentuk produk. Pada mesin sekarang, setidaknya terdapat 5 tingkat kecepatan
dengan 5 posisinya, atau bahkan lebih. Misalkan
1. PV1 dengan besaran 40% pada posisi “Shot Size” 200 mm.
Hasil produk dari proses ini masih belum sempurna dengan menyisakan
sedikit, dan akan disempurnakan pada proses selanjutnya. Jaminan terhadap
kestabilan proses berkelanjutan berada di bagian ini, sehingga juga menentukan
kestabilan hasil produk yang dibuat.
Untuk mesin-mesin terdahulu yang hanya menyediakan 1 tingkat Tekanan
Pengisian dan 1 atau 2 tingkat Kecepatan Pengisian. Hal ini tentu saja membatasi
kemampuan mesin ketika menghadapi produk dengan tingkat kesulitan tertentu,
walau proses setting parameternya relatif mudah dan cepat.
Penyempurnaan hasil produk berada pada bagian proses ini. Sengaja harus
dibuat seperti itu agar pada proses penyempurnaan nantinya hanya akan
membutuhkan nilai yang benar-benar efisien. Pada proses ini tidak lagi melibatkan
kecepatan di dalam setting parameternya, hanya besaran tekanan yang kita atur
beserta waktu yang kita butuhkan untuk itu. Pada mesin sekarang terdapat 2 atau
lebih Tekanan Holding dengan 2 atau lebih setting waktu yang disediakan. Misalkan :
Isi ulang (Charging) plastik cair untuk siap disuntikkan pada siklus
selanjutnya, bersamaan waktunya perhitungan waktu Pendinginan pun (Cooling)
dimulai. Parameter yang direkomendasikan adalah waktu Pendinginan (Cooling
Time) harus lebih lama dari waktu Isi Ulang (Charging Time). Bila waktu Charging
yang lebih lama, maka yang terjadi adalah tumpahan material plastik dari nozzle
ketika Mold Terbuka pada proses berikutnya.
“Check Valve” yang terbuka, seperti pada gambar di atas. Dengan kondisi
adanya aliran dari belakang Torpedo menuju bagian depan Torpedo, dan tertutup
ketika ada usaha aliran plastic cair dari depan ke belakang Torpedo. Jadi alat ini
berfungsi sebagai katup satu arah.
Dari keadaan rapat, membuka secara perlahan untuk menjaga kondisi cetakan
yang rentan terhadap kerusakan akibat gesekan yang terjadi antara sisi Core dan sisi
Cavity.
Membuka dengan cepat dengan posisi yang memungkinkan setelah lepas dari
pergesekan antara Core dan Cavity, hal ini juga untuk menghemat waktu proses.
Sebelum posisi cetakan terbuka penuh, maka gerakan membuka cetakan harus
perlahan agar tidak terjadi overlap atau posisi terbuka yang “kelebihan”. Kecepatan
rendah ini juga dimasudkan agar posisi terbuka penuh adalah stabil posisinya dari
satu siklus ke siklus kerja berikutnya. Hal ini untuk mempermudah kerja Robot disaat
mengambil produk dari dalam cetakan.
Ejector mendorong produk dari sisi Core agar mudah diambil, tentu saja
produk harus menempel pada sisi Core ketika cetakan terbuka, dan bukan menempel
pada sisi Cavity. Walaupun bisa saja dibuat produk nya menempel pada sisi Cavity,
tentu aja dengan pertimbangan produk dan design cetakan yang dirancang
demikian.Proses Ejection ini pun terdapat parameter yang dapat kita atur, yaitu :
Jarak, tekanan hidroliknya, kecepatan, dan berapa kali mendorongnya. Parameter ini
tentu saja tergantung kebutuhan dan bentuk produknya.
Maka 1 siklus Proses Injeksi Plastik telah selesai, atau juga biasa di sebut 1
Shot. Dalam keadaan operasi Full Auto dengan menggunakan Robot sebagai
pengambil produk, maka akan kembali ke proses 1 yaitu menutup cetakan dan
seterusnya berulang-ulang, atau terus menerus hingga plastik pellet habis. Atau
proses produksi telah dimulai untuk menghasilkan jumlah produk yang banyak,
tergantung pesanan.
Dalam 1 siklus (Cycle) kerja proses injeksi, diawali oleh proses Menutup
Cetakan. Istilah Mold dalam dunia Injeksi Plastik adalah cetakan untuk Proses Injeksi
Plastik. Mold itu sendiri terdiri dari 2 bagian besar yaitu sisi “Core” dan sisi “Cavity”.
Sisi Cavity diikat pada “Stationery Platen” Mesin Injeksi. Sedangkan sisi Core diikat
pada “Moving Platen” mesin, bagian inilah yang bergerak membuka dan menutup.
Pada proses menutup terbagi menjadi 4 urutan proses, yaitu :
Mold Clamp dengan tekanan tinggi dikonfirmasikan oleh sensor 4 yang telah
kita atur selimit mungkin. Terlebih dahulu tekanan hidrolik yang tadinya bekerja pada
Port-C dihilangkan sehingga katup kembali tertutup oleh tekanan per (Spring)
sehingga Oli yang sudah masuk ke ruang Clamp Cylinder terjebak. Kemudian
tekanan hidrolik dialihkan ke Port-B dan Port-A. Seperti dimisalkan pada gambar 1b.
Kapasitas Mold Clamp mesin adalah 200 ton. Pengaturan yang kita buat adalah 95%
dari maksimal kapasitas tekanan pompa hidrolik, sehingga dari hasil perhitungan
didapat Mold Clamp sebesar 190 ton. Tidak hanya itu, kitapun bisa mengetahui luas
penampang Batang Klam (Clamp Bar), juga diameter Clamp Bar itu sendiri.
Catatan : Posisi sensor 1-2-3-4 bisa kita ubah-ubah sesuai cetakan yang dipasang ke
mesin. Untuk mesin yang sudah digital tinggal kita atur nilainya untul masing-masing
posisi 1-2-3-4 tersebut.
GAMBAR PROSES INJEKSI
Proses pemanasan material didalam barrel, material dilelehkan oleh pemanas atau
heater.
Plastik yang sudah meleleh diinjeksikan oleh sekrup injeksi (yang juga
berfungsi sebagai plunger) melalui nozzle ke dalam cetakan yang didinginkan oleh
air. Bisa dilihat pada gambar dibawah ini :
Produk yang sudah dingin dan mengeras dikeluarkan dari cetakan oleh
pendorong hidraulik yang tertanam dalam rumah cetakan selanjutnya diambil oleh
manusia atau menggunakan robot. Pada saat proses pendinginan produk secara
bersamaan di dalam barrel terjadi proses pelelehan plastik sehingga begitu produk
dikeluarkan dari cetakan dan cetakan menutup, plastik leleh bisa langsung
diinjeksikan.
Jendela proses :
Jendela proses atau juga disebut Molding Area Diagram adalah sebuah
indikator seberapa jauh kita bisa memvariasikan proses dan masih bisa membuat
produk yang memenuhi syarat. Idealnya jendela proses cukup lebar sehingga bisa
mengakomodasi variasi alami yang terjadi selama proses injeksi. Jika jendela proses
terlalu sempit maka ada risiko menghasilkan produk yang cacat akibat variasi proses
injeksi berada di luar jendela. Jendela proses berbeda-beda untuk tiap resin karena
masing-masing resin memiliki titik leleh (temperatur transisi gelas, Tg) yang berbeda-
beda.
Jika temperatur proses terlalu rendah maka ada kemungkinan material tidak
meleleh dan jika meleleh maka viskositasnyasangat tinggi sehingga memerlukan
tekanan injeksi yang sangat tinggi. Jika tekanan injeksi terlalu tinggi maka akan
menimbulkan flash atau burr pada garis pemisah cetakan akibat gaya pencekaman
lebih kecili dari tekanan injeksi. Dan jika temperatur proses terlalu tinggi maka
material akan mengalami kerusakan atau terbakar.
Kualitas produk injection moulding ditentukan oleh 80% kualitas mould dan
20% kualitas setting proses. Walaupun hanya 20% tetap saja kualitas produk sangat
dipengaruhi oleh kemampuan teknisi dalam melakukan prosesnya dengan kata yang
lebih jelas bahwa meskipun kita punya mould yang canggih dan mahal apabila
diproses oleh teknisi dengan kemampuan yang belum mendalam maka hasilnya akan
tidak seperti yang kita harapkan.
Pengaruh Pressure Vs Temperature
Semisal terlihat sesuai grafik diatas bahwa apabila anda menurunkan
temperatur maka anda harus menaikan pressure untuk memastikan plastik masuk
kedalam cavity. Jika temperatur terlalu tinggi akan berisiko material degradasi
terutama pada material dengan masterbatch yang sensitif seperti warna pearl. Jika
injection pressure di setting terlalu rendah akan menyebabkan produk tidak penuh
atau short shot atau sebaliknya apabila terlalu tinggi akan mendapatkan hasil produk
yang flash.
Sebelum melakukan setting proses, pastikan mesin dan mould dalam keadaan
baik serta mould sudah sesuai dengan mesinnya. Silahkan ikuti langkah-langkah
berikut untuk mengontrol settingan pada mesin.
Langkah 1- Melt temperature : Salah satu yang terpenting dalam setting proses pada
saat run in adalah melt temperature. Seorang teknisi proses harus mempunyai
informasi yang jelas berapa range melt temperature material plastik yang akan
diprosesnya. Dibawah ini kami lampirkan tabel melt temperature sebagai bahan acuan
pada saat setting proses
Tabel melt temperature of thermoplastic dan mould temperature
Heater band pada barrel menjaga temperatur material plastik pada tempertur
yang seharusnya. Pada umumnya ada 5 heater yang terpasang pada barrel mulai dari
bawah hopper sampai nozzle dengan settingan bertambah dari belakang kedepan
dengan temperature terakhir 40°C lebih rendah dari melt temperatur untuk menjamin
material plastik mengalir dengan sempurna. Misalnya bila kita menggunakan material
PS maka settingan temperaturnya mulai dari bawah hopper sampai ke nozzle adalah
180°C - 195°C - 210°C - 235°C - 235°C.
Untuk mempercepat cycle time gunakanlah temperatur mould yang rendah dan
apabila anda ingin meningkatkan visual dari produk maka settingan temperatur mold
naikan lebih tinggi karena pada temperatur tertentu penampilan produk akan lebih
mengkilap dan kristalisasi lebih sempurna.
Mould temperature
Langkah 3 - The Switch-over position : adalah posisi ram dimana tahap injection
filling berubah menjadi post-filling atau holding. Cushion distance adalah jarak dari
switch-over position ke jarak terjauh yang bisa dicapai oleh screw maka switch-over
position menentukan jarak cushion. Cushion membawa material yang cukup untuk
mengisi part, apabila material kurang maka akan terlihat sink mark. Umumnya jarak
cushion adalah 5 sampai 10 mm.
Langkah 4 - Screw rotation speed : setting screw rotation speed sesuai kebutuhan
untuk plasticise material plastik. Plasticizing tidak seharusnya memperpanjang cycle
time tapi jika itu terjadi maka tambahkan speed . Speed yang ideal akan membuat
plasticizing selesai saat terakhir cycle tanpa memperpanjang cycle time. Supplier
resin plastik menyediakan rekomendasi screw rotation speed untuk resin tertentu.
Langkah 8 - Injection velocity : Dengan settingan injection velocity yang tinggi, kita
bisa mengharapkan resistensi aliran yang minim, mencapai pengisian dengan jarak
yang jauh dan memperbaiki kekuatan pada welding line, akan tetapi sebelum
mengambil langkah ini kita harus menyiapkan venting sebaik mungkin.
Filling time diestimasikan oleh Dr. C-mold berdasarkan kondisi maksimum injection
velocity pada mesin yang dipilih, volume part dan injection pressure. Settingan
injection pressure yang tinggi akan merendahkan injection velocity sehingga
memperlama filling time.
Kenyataannya filling time bisa lebih cepat karena adanya accumulator yang terpasang
pada mesin atau mungkin lebih lama jika injection velocity tidak disetting
maksimum. Yang perlu diperhatikan para teknisi dilapangan seringnya beranggapan
bahwa filling time mencakup waktu saat screw berputar yang mana termasuk filling
time dan holding time tetapi kenyataannya filling time seharusnya berhenti saat the
switch-over position.
Langkah 9 - Holding time : Idealnya settingan holding time adalah gate freezing time
atau part freezing time mana yang lebih dulu. Gate freezing time dan part freezing
time bisa dikalkulasikan atau diestimasikan. Pada anda yang sedang trial pertama,
anda dapat mengestimasikan bahwa holding time harus 10 kali filling time (by C-
mold). Gunakan ini sebagai settingan pertama sebelum fine tunning pada langkah 18.
Langkah 10 - Cooling time : Cooling time bisa diestimasikan. Cooling time terdiri
dari holding time dan remaining cooling time seperti terlihat pada gambar dibawah.
Pertama anda bisa estimasikan untuk cooling time adalah 10 x filling time. Sebagai
contoh, bila diprediksikan filling time adalah 0.85 s, sebagai settingan awal holding
time 8.5 s dan remaining cooling time adalah 8.5 s. Ini memastikan bahwa produk
dan runner cukup solid untuk di eject.
Langkah 11 - Mould open time : Biasanya di set 2 - 5 s. Ini termasuk mould opening,
ejection dan mould closing seperti terlihat pada diagram diatas. Cycle time
merupakan pertambahan filling time, cooling time dan mould open time.
Langkah 15 - Ejector stroke, start position dan velocity : Pertama bebaskan semua
slider. Stroke ejector harus maksimal setinggi core. Jika mesin dilengkapi ejector
hidroulik, set start position pada titik dimana part sudah terbebaskan.
Langkah 16 - Setting injection volume sampai 99% pengisian : ketika proses sudah
stabil dimana produk sudah keluar dalam setiap cycle, adjust switch-over position ke
99% filling. Ini akan memanfaatkan kecepatan injection pada produk besar dengan
pengisian secepat mungkin.
Pilih holding pressure serendah mungkin yang bisa diterima, dengan ini akan
meminimalkan internal strees, save material dan operating cost. Holding pressure
yang tinggi mengakibatkan residual strees yang mana dapat menyebabkan defleksi
pada part. Part yang terdapat residual strees dapat dinetralkan dengan proses
pemanasan (annealing) sekitar 10°C dibawah suhu defleksi.
Kalkulasi injection pressure : tekanan hidrolik pada injection silider dapat terbaca
pada manometer mesin. Yang mana injection pressure pada ujung screw adalah yang
terpenting. Kalkulasi injection pressure adalah dengan mengalikan hidroulic pressure
dengan hidroulic ratio. (lihat faktor yang mempengaruhi injection pressure). Ratio
biasa ditemui pada mesin moulding dekat injection unit atau di manual book.
Umumnya rasionya dalam range 7 - 15 seperti terlihat dari grafik dibawah ini.
Langkah 19 - Minimize the remaining cooling time : Kurangi tambahan cooling time
sampai temperatur permukaan cavity mencapai temperatur yang menyebabkan
defleksi pada material. Temperatur dfeleksi material bisa didapatkan dari supplier
resin.
Keuntungan adalah:
1. Kecepatan produksi yang tinggi
2. Toleransi tinggi dan berulang-ulang
3. Bermacam-macam material dapat digunakan
4. Biaya tenaga kerja yang rendah
5. Plastik sisa yang terbuang minimal
6. Sedikit kebutuhan dalam finishing
Kerugian :
1. Investasi peralatan yang sangat tinggi
2. Biaya menjalankan peralatan tinggi
3. Produk plastik harus sesuai dengan pertimbangan