1. Pemecah kasar.
Pemecah kasar pada umumnya bahan olahan untuk di pecah langsung dari alam mengambil
langsung dari alam.
Untuk pemecah kasar meliputi :
Animasi cara kerja pemecah rahang sistem blake >> klik kiri 2 kali agar bisa gerak.
Animasi pemecah rahang lebih detail silahkan klik ini SISTEM BLAKE
Detail cara kerja pemecah rahang silahkan klik “PIM terdepan dalam pilihan”
Gbr pemecah rahang sebenarnya
– Sistem dogde dgn ciri-ciri engsel di bawah.
Animasi cara kerja pemecah rahang / Cone crusher >> klik kiri 2 kali agar bisa gerak.
Pada waktu pemecah kerucut ini bekerja, ujung sumbu ata kerucut berfungsi sebagai engsel,
sedangkan ujung bagian bawah berkeliling hingga gerakan kerucut berayun mengelilingi bagian
bawah dalam selubung yang tetap. Akibat ayunan kerucut ini jark antara kerucut dengan selubung
berubah-ubah. Pada waktu ruang itu sedang mengecil terjadi pemecahab dan pada waktu ruang
membesar bahan olhan yang sudah di giling akan turun. Pekerjaan ini berlangsung sepanjang keliling
kerucut dan terus-menerus.
Konstruksi sebuah pemecah kerucut yang diputarkan dengan perantaraan sebuah rod sabuk dengan
roda gigi konis (roda gigi tirus). Dalam pesawat ini sumbu utam bagian bawah dimasukkan kedalam
uatu tabung eksenterik. Bila tabung tersebut di putar makanya sumbunya akan berayun.
Kadang-kadang bidang penekan kerucut dan tabung kerucut membentuk rusuk-rusuk dan bias
diganti bilamana sudah tipis atau aus.
Detail cara kerja pemecah kerucut silahkan klik ” PIM terdepan dalam pilihan”
2. Pemecah menengah
Pemecah menengah pada umumnya bahan olahan untuk di pecah berasal dr hasil olahan pemecah
kasar.
Untuk pemecah menengah meliputi :
a. Pemecah putar
Cara pengerjaan pemecahan pd pemecah putar berdasarkan tekanan dan gesekan. Bahan olahan
dilewatkan diantara dua buah roda yg berputar dgn arah yg berlawanan. Biasanya pemasangan
salah satu dari kedua roda itu tetap, sedangkan yg satun yalagi dpt bergerak maju mundur karena
ditahan oleh pegas sekerup baja.
Bila kecepatan putar kedua roda itu sama, maka bahan olahan hanya dilinyak atau dipecahkan.
Sedangkan bila kecepatan putar kedua roda itu tdk sama, bahan olahan selain dipecahkan juga
dipuntir. Penggunaan pegas ulir ialah untuk menjaga supaya roda putar dpt kembali, bilamana
sewaktu-waktu mundur atau merenggang dari roda putar yg lain. Hal ini dpt terjadi bilamana ada
bahan olahan yg keras dan tdk dpt dipecahkan masuk diantara kedua roda putar. Sehingga tdk
terjadi kerusakan pd bagian-bagian mesin pemecah tsb.
Roda putar biasanya dibuat dari besi tuang yg dikeraskan atau keliling dari roda itu dilapisa dgn ban
baja yg dikeraskan.Bila ini sudah tipis atau rusak ban dpt ditukar atau diganti.
Gambar di bawah ini, menunjukkan sebuah pemecah putar yg hanya terdiri dari dua roda putar.
Biasanya pemecahan dari mesin semacam ini tdk dpt mencapai hasil yg diinginkan bila penggilingan
hanya satu kali,sehingga pemecahan dikerjakan berkali-kali.
Animasi cara kerja pemecah palu >> klik kiri 2 kali agar bisa gerak.
c. Desintegrator / Dismembrator
Alat ini disebut disintegrator karena alat dapat mendesintegrasi/ merobek bahan-bahan berserat
yang tidak terlalu keras.
Desintegrator mempunyai dua keping tersebut dipasang pisau atau pasak tumpul dalam lingkaran
yang sepusat dan bergerak berlawananan sehingga masing-masing pisau bergerak dan bergesekan.
Prinsip: pukulan dan robekan/ gesekkan(dengan gaya sentrifugal)
Cara kerja: bahan masuk diantara dua rangkaian keping pisau/ pasak tumpul dalam lingkaran yang
sepusat dan bergerak berlawanan sehingga masing-masing pisau bergerak dan bergesekkan
merobek bahan.
Kelebihan: kerjanya kontinyu, cepat, jaraknya bisa diatur
Kekurangan: hasilnya tidak rata, jika ada bahan keras masuk alat harus diberhentikan
Ada juga desintegrator yang salah satu kepingnya diam tidak bergerak, sedang yang satu lagi tetap
berputar. Desintegrator jenis ini disebut dismembrator.
Desintegrator dan dismembrator banyak digunakan untuk memperkecil bahan yang agak lunak dan
mudah hancur seperti kopra, lapuk tumbuhan, batu bara, batu kapur dan bahan-bahan yang
berserat.
Ketentuan pada mesin desintegrator:
Garis tengah
Jumlah lingkaran
lingkaran berpasak Kec. Putar tiap menit Kapasitas(kg/jam)
yang berpasak
yang terluar
45 4 2000 1500
75 4 1250 3000
Gbr Dismembrator
Gbr Desintegrator
3. Penggiling
a. Penggiling Fuller
Dalam penggiling pusingan ini sebuah peluru atau lebih yang bergerak bebas dalam rumah-rumah
atau lintasan giling akan bergerak berkeliling dalam sebuah lintasan akibat pergerakan dari tangan-
tangan yang diputarkan oleh suatu sumbu. Bila tangan-tangan ini berputar semakin cepat, maka
semakin besar pula gaya sentrifugal yang terjadi pada peluru terhadap lintasan gilingnya. Biasanya
hasil giling dari penggiling semacam ini sangat halus, sehingga pengeluaran hasil gilingnya ditiup oleh
udara dari lintasan giling dan ditangkap oleh sebuah penampung. Penggiling ini sering dipakai untuk
membuat arang bubuk dan semen.
b. Penggiling Raymond
Pada penggiling Raymond terdapat tiga sampai enam buah sumbu yang digantungkan berengsel
pada tangan-tangan. Pada ujung-ujung sumbu itu dipasang roda-roda penggiling. Bila poros utama
berputar, maka tangan akam membawa tanga-tangan yang menggantung itu akan berputar
berkeliling. Roda-roda penggiling akan menekan pada cincin penggiling atau lintasan giling hingga
bahan giling akan digilas sampai halus.
Pemasukan bahan giling diatur dengan menggunakan sebuah roda sudu yang berputar dengan
kecepatan yang tetap.
Dibagian bawah roda penggiling dipasang sudu-sudu atau kipas-kipas angin yang turut berputar bila
sumbu utama berputar. Sudu-sudu ini akan menghembus keatas hingga bahan giling yang sudah
halus akan tertiup dan ditangkap, kemudian dipisahkan oleh sebuah pemisah zat yang disebut
pesawat topan.
Sebagai pengganti sudu-sudu atau kipas angin, kadang-kadang dipakai juga sebuah baling-baling.
Penggunaan baling-baling ini selain untuk meniup bahan giling yang sudah halus, juga untuk
menjaga bilamana ada bahan giling yang jatuh ke bawah ruang giling. Oleh sebab itu bahan giling itu
akan kembali diantara roda penggiling dan lintasan giling.
Penggiling Raymond sering dipakai untuk menggiling fosfat, batu kapur, arang bubuk, dan
sebagainya pada mesin dengan ukuran sedang, kapasitas giling sampai kira-kira 5000 kg arang batu
tiap jam dengan ukuran butir yang dihasilkan kira-kira 0,07 mm.
Video Penggiling Raymond
Jumlah berat
Garis tengah Panjang teromol Kecepatan Kapasitas
peluru-peluru
teromol (cm) (cm) (putaran/menit) (ton/jam)
(kg)
100125
150400500
8003535
35816
431100017000
32000
Penggiling Ultra
Pengayakan (screening) adalah suatu metode untuk memisahkan partikel menurut ukuran semata-
mata. Partikel yang dibawah ukuran atau yang kecil (undersize), atau halusan (fines), lulus melewati
bukaan ayak, sedang yang diatas ukuran atau yang besar (oversize), atau buntut (tails) tidak lulus.
Satu ayak tunggal hanya dapat memisahkan menjadi dua fraksi saja setiap kali pemisahan. Kedua
fraksi disebut fraksi yang belum berukuran (unsized fraction), karena baik ukuran terbesar maupun
yang terkecil daripada yang terkandung tidak diketahui. Bahan yang lulus melalui sederet ayak
dengan bermacam-macam ukuran akan terpisah menjadi beberapa fraksi berukuran (sized fraction),
yaitu fraksi-fraksi yang ukuran partikel maksimum dan minimumnya diketahui. Pengayakan itu
kadang-kadang dilakukan dalam keadaan basah, tetapi lebih lazim lagi dalam keadaan kering.
Ayak yang digunakan di industri biasanya terbuat dari anyaman kawat, sutra atau plastik, batangan-
batangan logam atau plat logam yang berlubang-lubang atau bercelah-celah atau kawat-kawat yang
penampangnya berbentuk baji. Logam yang digunakan pun bermacam-macam, tetapi yang paling
lazim ialah baja atau baja tahan karat. Ayak-ayak standar mempunyai ukuran mesh yang berkisar
antara 4 in sampai 400 mesh, sedang ayak yang terbuat dari ogam yang digunakan secara komersial
ada yang mempunyai lubang sehalus 1 mm. Ayak yang lebih halus dari 150 mesh jarang dipakai,
karena untuk partikel yang sangat halus cara pemisahan lain mungkin lebih ekonomis. Pemisahan
partikel yang ukurannya antara 4 mesh dan 48 mesh disebut”pengayakan halus” (fine screening),
sedang untuk yang lebih halus lagi dinamakan “ultra halus” (ultra fine).
Ada berbagai macam ayak yang digunakan untuk berbagai tujuan tertentu. Pada kebanyakan ayak,
partikel jatuh melalui bukaan-bukaan dengan gaya gravitasi; dalam beberapa rancang tertentu
partikel itu didorong melalui ayak itu dengan sikat atau dengan gaya sentrifugal. Partikel-partikel
kasar jatuh dengan mudah melalui bukaan besar di dalam permukaan stasioner, tetapi partikel-
partikel halus dikocok dengan sesuatu cara, dengan menggoncang, girasi (ayun-lingkar), atau vibrasi
(getaran) secara mekanik atau dengan listrik.
IV. ALAT DAN BAHAN
4.1.Alat yang digunakan:
- Alat Grinding
- Ayakan mekanik
- Mikrometer
- Plastik
- Stopwatch
- Timbangan analitis
4.2.Bahan yang digunakan:
- Beras
-
V. PROSEDUR
Beras ditimbang sebanyak 1500 gram. Untuk penentuan diameter rata-rata awal, beras diambil
sampling 20 butir beras dan diukur diameter beras tersebut dengan menggunakan mikrometer,
pengukuran dilakukan secara memanjang. Kemudian beras digiling dengan alat grinding. Tepung
beras ditimbang kembali sebanyak 1200 gram dan dibagi menjadi 3 bagian dengan masing-masing
bagian sebanyak 400 gram. Tepung beras pertama diayak selama 5 menit dengan ayakan yang
mempunyai beberapa tingkat ukuran yaitu tingkatan paling atas 1 inci kemudian 20 mesh, 60 mesh,
80 mesh,100 mesh dan 0. Hasil ayakan masing-masing tingkatan ditimbang. Selanjutnya tepung
beras kedua di ayak selama 10 menit dan tepung beras ketiga diayak selama 15 menit.
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan proses grinding dan sizing. Percobaan ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengubah suatu partikel zat padat menjadi bagian-bagian kecil yang lebih halus guna
mempermudah penanganan zat tersebut selanjutnya. Material padat yang terdapat dalam ukuran
yang terlalu besar pada umumnya membutuhkan perlakuan fisik untuk memperkecil
ukurannya. Grinding sering dilakukan untuk mengubah ukuran dari partikel besar menjadi partikel
yang lebih kecil.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada percobaan grinding supaya hasilnya baik dan efisien adalah:
a. Ukuran umpannya cocok dan umpan masuk dengan laju yang seragam.
b. Hasilnya harus dapat dikeluarkan secepat mungkin segera setelah partikelnya mencapai ukuran
yang dikehendaki.
c. Bahan-bahan yang tidak dapat dipecah tidak boleh masuk ke dalam mesin.
d. Dalam pemecah penghalus bahan-bahan yang mempunyai titik beku rendah dan peka kalor,
kalor yang dibangkitkan di dalam penggiling dikeluarkan.
e. Ukuran umpannya cocok dan umpan masuk dengan laju yang seragam.
f. Hasilnya harus dapat dikeluarkan secepat mungkin segera setelah partikelnya mencapai ukuran
yang dikehendaki.
g. Bahan-bahan yang tidak dapat dipecah tidak boleh masuk ke dalam mesin.
h. Dalam pemecah penghalus bahan-bahan yang mempunyai titik beku rendah dan peka kalor,
kalor yang dibangkitkan di dalam penggiling dikeluarkan..
Setelah dilakukan grinding, selanjutnya beras yang halus diayak (sizing). Proses sizing yaitu proses
penyamarataan ukuran dalam ayakan sesuai dengan ukuran yang dikehendaki sehingga ukuran
partikel menjadi homogen.
Prinsip kerja pada saat proses sizing adalah seperangkat ayak standar disusun secara deret dalam
suatu tumpukan, dimana ayak dengan anyaman paling rapat ditempatkan paling bawah dan
anyaman paling besar ditempatkan paling atas dan pengayak tersebut diguncangkan secara mekanik
selama beberapa waktu tertentu. Pada proses ini dilakukan 3 variasi waktu yaitu 5 menit, 10 menit,
dan 15 menit. Partikel yang tertahan pada suatu ayak tertentu adalah yang lulus dari ayakan
diatasnya. Partikel dari tiap ayakan lalu ditimbang dan setiap partikel yang dapat lulus dari ayakan
ditampung dalam suatu wadah yang ditempatkan pada dasar susunan. Mesin pengayak tersebut
tersusun dari beberapa tingkatan ayakan. Ayakan yang paling kasar ditempatkan dibagian atas
sedangkan yang paling halus diletakkan dibagian bawah. Hasil dari setiap analisis ayak ditabulasikan
yang menunjukkan fraksi massa pada setiap ayakan. Partikel beras yang tertahan pada suatu ayakan
tertentu adalah ayak yang lulus diatasnya, maka hanyak diperlukan dua angka saja untuk
menentukan jangkauan ukuran suatu tokokan, angka pertama berdasarkan ayak yang
meluluskannya dan yang kedua ayak yang menahannya.
Pada ayakan tertulis angka, misal angka-1/+0,85 berarti lulus dari 1 mm (0 mesh) dan tertahan oleh
0,85 mm (20 mesh) lalu –0,85/+0,25 berarti lulus dari 0,85 mm (20 mesh) dan tertahan oleh 0,25
mm (60 mesh).
Faktor faktor yang mempengaruhi proses grinding adalah :
1. Pemecah atau penggiling harus mempunyai kapasitas besar, memerlukan masukkan daya yang
kecil persatuan hasil dan menghasilkan hasil dengan satu ukuran tertentu atau dengan distribusi
ukuran tertentu sesuai dengan yang dikehendaki.
2. Ukuran partikel, jika umpannya homogen, baik dalam hal bentuknya maupun struktur kimia dan
fisiknya, bentuk setiap satuan pada hasilnya mungkin seragam pula, tetapi biasanya butir-butir
dalam hasil tersebut sangat beragambesar dan jumlahnya. Partikel-partikel didalam umpan harus
mempunyai ukuran yang semestinya jadi tidak boleh terlalu kasar dan tidak terlalu besar karena
apabila terlalu besar akan susah pecah di dalam penggiling. Sebaliknya jika umpan tersebut
mengandung terlalu banyak yang halus, efektifitas mesin terutama pemecah dan penggiling sangat
banyak yang dirugikan.
3. Laju umpan dan laju buangan, umpan harus masuk dengan laju seragam untuk mencegah
penumpukan hasil gilingan dalam mesin giling, laju buangan harus sama dengan laju umpan
demikian pula laju buangan haruslah sedemikian rupa sehingga bagian-bagian penggiling itu
beroperasi paling efektif pada bahan yang harus dipecahkan dan dihaluskan.
4. Waktu keluarnya hasil, jika partikel telah mencapai ukuran yang dikehendaki harus segera
dikeluarkan.
5. Bahan-bahan yang masuk kedalam mesin harus yang benar-benar bisa dipecah, kalu tidak dapat
merusak mesin penggiling.
6. Titik beku dan kalor, bahan-bahan yang dimasukkan kedalam mesin penggiling harus yang
mempunyai titik beku rendah dan peka kalor supaya mesin dapat beroperasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bernasconi, G, H. Gester, H. Hauser, H. Stauble, dan E. Schneiter. 1995. Teknologi Kimia. Bagian 2.
Diterjemahkan oleh Dr. Ir. Lienda Handojo, M. Eng. Jakarta :PT Pradnya Paramita.
Geankoplis, Christi. 1993. Transport Processes And Unit Operation. Third Edition. London: Prentice
Hall International.
McCabe,Warren L,dkk. 1999. Operasi Teknik Kimia. Jilid 2. Edisi keempat. Diterjemahkan oleh: Ir.
E.Jasjfi,M.Sc.Jakarta: Erlangga.
Warren L., Mc Cabe, Julian C. Smith. Peter Harriott. 1990. Unit Operations of Chemical
Engineering. Fifth Edition. New York : Mc Graw Hill, Inc.
Warren L. , Mc Cabe, Julian C. Smith, dan Peter Harriot. 1990. Operasi Teknik Kimia. Penerjemah :
Ir. E. Jasafi, M.Sc. Jakarta : Erlangga.