Anda di halaman 1dari 18

Pengetahuan umum beton I-0

WIKA BETON
Pengetahuan umum beton I-1

1.1 DEFINISI BETON


Material komposit yang terdiri dari medium pengikat (pada umumnya campuran
semen hidrolis dan air), agregat halus (pada umumnya pasir) dan agregat kasar
(pada umumnya kerikil) dengan atau tanpa bahan tambahan/campuran/additives

Beton
Air
Kerikil
Pasir
Semen

Gambar 1.1 Material Utama Pembentuk Beton

WIKA BETON
Agregat
Kasar

Pasta Semen
Mengisi Celah
Antar Agregat

GaGambar 1.2 Potongan


mbar2. Potongan Beton
Melintang Beton
Pengetahuan umum beton I-2

Gambar 1.3. Proporsi Bahan Penyusun Beton

Air Entrained Concrete: Beton yang didalamnya terdapat gelembung-gelembung udara


kecil yang sengaja dibuat terperangkap oleh bahan tambahan khusus sehingga akan
merubah sifat-sifat beton. Pada beton segar, entrained air akan meningkatkan
workability campuran sehingga mengurangi jumlah air dan pasir yang dibutuhkan.

1.2 JENIS-JENIS BETON


WIKA BETON
a. Beton ringan
Berat jenisnya<1900 kg/m3, dipakai untuk elemen non-struktural. Dibuat
dengan cara-cara berikut: membuat gelembung udara dalam adukan
semen, menggunakan agregat ringan (tanah liat bakar/batu apung) atau
pembuatan beton non-pasir.

b. Beton normal
Berat jenisnya 2200-2500 kg/m3, dipakai hampir pada semua bagian
struktural bangunan.

c. Beton berat
Berat jenis>2500 kg/m3, dipakai untuk struktur tertentu, misal: struktur
yang harus tahan terhadap radiasi atom.
d. Beton jenis lain
o Beton massa (mass concrete)
Beton yang dituang dalam volume besar, biasanya untuk pilar, bendungan
dan pondasi turbin pada pembangkit listrik. Pada saat pengecoran beton
jenis ini, pengendalian diutamakan pada pengelolaan panas hidrasi yang
timbul, karena semakin besar massa beton maka suhu didalam beton
semakin tinggi. Bila perbedaan suhu didalam beton dan suhu di
permukaan beton >20 oC dapat menimbulkan terjadinya tegangan tarik
yang disertai retak-retak
Pengetahuan umum beton I-3

Retak beton juga dapat timbul akibat penyusutan beton (shrinkage) yang
dipengaruhi oleh kelembaban beton saat pengerasan berlangsung.
Selain itu, besarnya volume beton saat pengecoran mass concrete akan
beresiko timbulnya cold-joint pada permukaan beton baru dengan beton lama
mengingat waktu setting beton yang singkat (±2 jam), sehingga perlu
direncanakan metode pengecoran yang sesuai dengan perilaku beton tersebut.
Berdasarkan hal-hal diatas, maka langkah preventif untuk menghindari
terjadinya retak beton dapat dikategorikan atas pemilihan komposisi beton (nilai
slump, pemberian admixture, FAS) dan praktek pelaksanaan di lapangan (suhu
udara saat pengecoran, curing, menggunakan bekisting dengan kemampuan
isolasi yang bagus dan menyiapkan construction joint) . Pemberian tulangan
ekstra untuk menahan gaya tarik akibat panas hidrasi dapat juga dilakukan
sebagai salah satu pertimbangan struktural.
o Ferosemen (ferrocement)
Mortar semen yang diberi anyaman kawat baja. Beton ini mempunyai
ketahanan terhadap retakan, ketahanan terhadap patah lelah, daktilitas,
fleksibilitas dan sifat kedap air yang lebih baik dari beton biasa.
o Beton serat (fibre concrete)
Komposit dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat, dapat berupa
serat plastik/baja. Beton serat lebih daktail daripada beton biasa, dipakai
pada bangunan hidrolik, landasan pesawat, jalan raya dan lantai jembatan.
o Beton siklop

WIKA BETON
Beton biasa dengan ukuran agregat yang relatif besar-besar. Agregat kasar
dapat sebesar 20 cm. Beton ini digunakan pada pembuatan bendungan dan
pangkal jembatan.
o Beton hampa
Seperti beton biasa, namun setelah beton tercetak padat, air sisa reaksi
hidrasi disedot dengan cara vakum (vacuum method)
o Beton ekspose
Beton ekspose adalah beton yang tidak memerlukan proses finishing,
biasanya beton ini dihasilkan dengan menggunakan bahan bekisting yang
dapat menghasilkan permukaan beton yang halus (misal baja dan multiplek
film). Beton ini sering dijumpai pada gelagar jembatan, lisplang, kolom dan
balok bangunan

1.3 SIFAT-SIFAT BETON


a. Beton Segar
o Kemudahan pengerjaan/Workability,umumnya dinyatakan dalam besaran
nilai slump (cm) dan dipengaruhi oleh:
• Jumlah air yang dipakai. Makin banyak air, beton makin mudah
dikerjakan
• Penambahan semen. Semen bertambah, air juga ditambah agar FAS
tetap, maka beton makin mudah dikerjakan
• Gradasi campuran pasir dan kerikil
• Pemakaian butir maksimum kerikil yang dipakai
• Pemakaian butir-butir batuan yang bulat
Pengetahuan umum beton I-4

Gambar 1.4. Strength vs Workability

WIKA BETON
o Segregasi, kecenderungan agregat kasar untuk memisahkan diri dari
campuran adukan beton, peluang segregasi diperbesar dengan:
• Campuran yang kurus/kurang semen
• Pemakaian air yang terlalu banyak
• Semakin besar butir kerikil yang dipakai
• Campuran yang kasar, atau kurang agregat halus
• Tinggi jatuh pengecoran beton yang terlalu tinggi
o Bleeding, kecenderungan air campuran untuk naik keatas (memisahkan
diri) pada beton segar yang baru saja dipadatkan. Hal ini dapat dikurangi
dengan cara:
• Memberi lebih banyak semen dalam campuran
• Menggunakan air sesedikit mungkin
• Menggunakan pasir lebih banyak
• Menyesuaikan intensitas dan durasi penggetaran pemadatan sesuai
dengan nilai slump campuran

b. Beton Keras
1). Sifat jangka pendek
o Kuat tekan, dipengaruhi oleh:
• Perbandingan air semen dan tingkat pemadatan
• Jenis semen dan kualitasnya
• Jenis dan kekasaran permukaan agregat
• Umur (pada keadaan normal, kekuatan bertambah sesuai dengan
umurnya). Lihat Gambar 1.5
• Suhu (kecepatan pengerasan bertambah dengan naiknya suhu)
• Perawatan
Pengetahuan umum beton I-5

o Kuat tarik
Kuat tarik beton berkisar 1/18 kuat tekan beton saat umurnya masih
muda dan menjadi 1/20 sesudahnya. Kuat tarik berperan penting dalam
menahan retak-retak akibat perubahan kadar air dan suhu

o Kuat geser
Didalam prakteknya, kuat tekan dan tarik selalu diikuti oleh kuat geser.

2) Sifat jangka panjang


o Rangkak, adalah peningkatan deformasi (regangan) secara bertahap
terhadap waktu akibat beban yang bekerja secara konstan, dipengaruhi
oleh:
• Kekuatan. Rangkak berkurang bila kuat tekan makin besar
• Perbandingan campuran. Bila FAS berkurang maka rangkak berkurang
• Agregat. Rangkak bertambah bila agregat halus dan semen bertambah
banyak
• Umur. Kecepatan rangkak berkurang sejalan dengan umur beton

o Susut, adalah berkurangnya volume beton jika terjadi kehilangan


kandungan uap air akibat penguapan, dipengaruhi oleh:
• Agregat. Berperan sebagai penahan susut pasta semen
• Faktor air semen. Efek susut makin besar jika FAS makin besar
• Ukuran elemen beton. Laju dan besarnya penyusutan berkurang jika
volume elemen beton makin besar

WIKA BETON

Gambar 1.5. Diagram Laju Kenaikan Kuat Tekan Beton


Pengetahuan umum beton I-6

Beton yang Baik


1. Bahan pengisi baik
• kekerasan butiran
• gradasi
• kepadatan butiran
• bentuk butiran
2. Bahan perekat baik
• semen sesuai
• FAS sesuai
3. Lekatan / ikatan baik
• kekasaran permukaan butiran baik
• material alam bersih
4. Pemeliharaan baik

1.4 HIDRASI
Proses Hidrasi
Adalah reaksi kimia antara partikel semen dan air menghasilkan pasta semen / bahan
pengikat

WIKA BETON
2(3CaO.SiO2)+6H2O 3Ca.2SiO2.3H2O+3Ca(OH)2+panas hidrasi
kalsium silikat (unsur utama semen) + air
kapur bebas (pengisi pasif) + panas hidrasi
kalsium silikat hidrat (bahan pengikat) +

Panas Hidrasi
Adalah efek samping dari proses hidrasi yaitu berupa pelepasan panas / kalori
dari reaksi hidrasi

Jumlah panas kalori yang dikeluarkan tergantung :


• jenis / tipe semen ( kandungan FM, C3A dan C3S)
• FAS
• temperatur curing

Efek panas hidrasi yg terlalu tinggi terhadap beton adalah timbulnya retak-retak

1.5 KUAT TEKAN BETON


Suatu nilai yang ditunjukkan oleh besarnya beban tekan yang dapat dipikul oleh
benda uji/sample dari beton tersebut sampai runtuh
Pengetahuan umum beton I-7

Notasi Kuat Tekan Beton


z K : adalah suatu nilai statistik dari suatu kumpulan hasil kuat tekan benda uji kubus
dalam jumlah tertentu pada umur 28 hari dengan nilai gagal yang diijinkan
sebesar 5 %, satuan kg/cm2.
Contoh: K500, maka σbk=500 kg/cm2

z C : sama dengan K, hanya disini biasanya dipakai untuk benda uji berbentuk
silinder
Pada contoh diatas, bila K500 bila dikonversikan menjadi nilai C maka
C=500x0.83=415 kg/cm2, maka f’c=415 kg/cm2, dengan 0.83 adalah nilai konversi
dari bentuk kubus menjadi silinder.

Kuat Tekan Beton yang Disyaratkan:


Adalah nilai kuat tekan dari satu atau sekumpulan benda uji yang telah ditetapkan

Mutu Beton Ao dan Bo


Adalah mutu beton dengan K< 125 yang biasanya dipakai untuk elemen bangunan
non-struktural

WIKA BETON
Mutu Beton yang Lebih Tinggi:
K125-<K175, digunakan sebagai lantai kerja atau penimbunan kembali dengan
beton

K175-<K250, umumnya digunakan sebagai struktur beton tanpa tulangan, misal:


beton siklop, trotoar dan pasangan batu kosong yang diisi adukan dan
pasangan batu

K250-<K400, umumnya digunakan untuk beton bertulang, misal: pelat lantai


jembatan, gelagar beton bertulang, diafragma, kerb beton pracetak,
gorong-gorong beton bertulang dan bangunan bawah jembatan

K400-K800, umumnya digunakan untuk beton prategang, seperti tiang pancang


beton prategang, gelagar beton prategang, pelat beton prategang dan
sejenisnya
Pemilihan material II-0

WIKA BETON
Pemilihan material II-1

2.1 SEMEN
Berfungsi sebagai bahan pengikat HIDRAULIS dari berbagai macam agregat

a. Semen harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:


o SNI 15-2049-1994. Semen Portland.
o ASTM C595. Spesifikasi semen blended hidrolis, kecuali tipe S dan SA.
yang tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama struktur beton.
o ASTM C845. Spesifikasi semen hidrolis ekspansif.

b. Tipe Semen Portland sesuai jenis pekerjaannya adalah:

Tabel 2.1 Tipe Portland Semen


Tipe
Syarat Penggunaan Pemakaian
PC
I Kondisi biasa, tidak Perkerasan jalan, gedung,
memerlukan jembatan biasa dan konstruksi
persyaratan khusus tanpa serangan sulfat
II Serangan sulfat Bangunan tepi laut, dam,
konsentrasi sedang bendungan, irigasi dan beton
massa
III Kekuatan awal tinggi Jembatan dan pondasi dengan
beban berat
IV Panas hidrasi rendah Pengecoran yang menuntut

V WIKA BETON
Ketahanan yang tinggi
terhadap sulfat
panas hidrasi rendah dan
diperlukan setting time yang lama
Bangunan dalam lingkungan
asam, tangki bahan kimia dan
pipa bawah tanah
c. Penyimpanan semen:
o Silo harus kedap air
o Lantai gudang tidak lembab
o Tinggi timbunan sak semen maksimum 2 m
o Suhu ruang tidak boleh lebih dari 70 oC
o Kapasitas gudang mampu untuk stok 20 hari dan tergantung
kelancaran pengiriman
o Stok yang telah disimpan lebih dari 3 bulan tidak boleh dipakai

d. Setting Time Semen


Waktu yang dibutuhkan oleh semen untuk mulai
mengadakan proses pengikatan

Setting time :
z setting time awal (initial)
z setting time akhir (final)
Pemilihan material II-2

z Setting time awal


Waktu yang dibutuhkan semen sejak saat bereaksi dengan air
sampai didapat pasta semen yg mulai kaku dan mulai tidak dapat
dikerjakan (kehilangan sebagian sifat plastisnya)

z Setting time akhir


Waktu yg dibutuhkan semen sejak bereaksi dengan air sampai
didapat suatu padatan dari pasta semen yang utuh dan tidak
dapat dirubah bentuknya

P r o s e s h a r d e n in g

F in a l s e t t in g t im e
d i d a p a t p a s ta s e m e n
F S T y g p a d a t d a n u tu h
d a n b e n tu k n y a ti d a k
d a p a t d i r u b a h

In it ia l s e e t in g t im e
P a s ta s e m e n m u la i
IS T ti d a k d a p a t d i r u b a h
ta p i m a s i h a d a b a g i a n
y a n g p la s ti s

D o r m a n P e r i o d e
P e r i o d e d i m a n a p a s ta
D P s e m e n m a s i h p la s t i s

WIKA BETON
d a n m a s i h b i s a
d i b e n tu k

T i ti k P C
m u la i b e r e a k s i
d e n g a n a i r

Gambar 2.1. Setting Time Semen

Tabel 2.2 Perkiraan Komposisi Berbagai Tipe Standar Semen Portland

Type Tricalcium Dicalcium Tricalcium Tetracalcium Air permeability


Silicate Silicate (C2S) Aluminate Aluminoferrite specific surface
(C3S) % (C3A) (C4AF) m2/kg
% % %
I 42-65 10-30 0-17 6-18 300-400
II 35-60 15-35 0-8 6-18 280-380
III 45-70 10-30 0-15 6-18 450-600
IV 20-30 50-55 3-6 8-15 280-320
V 40-60 15-40 0-5 10-18 290-350
Pemilihan material II-3

2.2 AGREGAT
Butiran mineral dengan ukuran diameter & gradasi butiran tertentu yang
apabila dicampur dengan semen & air akan menghasilkan beton

Tujuan penggunaan agregat


• sumber kekuatan dari beton
• menghemat semen
• memperkecil tingkat penyusutan beton
• mencapai kepadatan beton yang maksimal
• memperoleh workability yang baik

a. Agregat harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:


o ASTM C33. Spesifikasi agregat untuk beton
o SNI 03-2461-1991. Spesifikasi agregat ringan untuk beton struktur.

b. Spesifikasi umum:
o Material dari bahan alami dengan kekasaran permukaan yang optimal
sehingga kuat tekan beton besar.
o Butiran tajam, keras, kekal (durable) dan tidak bereaksi dengan material
beton lainnya.
o Berat jenis agregat tinggi yang berarti agregat padat sehingga beton
yang dihasilkan padat dan awet.
o Gradasi sesuai spesifikasi teknik yang diminta (dapat dilihat pada poin

WIKA BETON
2.2a) dan hindari gap graded aggregate karena akan membutuhkan
semen lebih banyak untuk mengisi rongga dan harga satuan beton akan
menjadi lebih mahal.
o Bentuk yang baik adalah bulat, karena akan saling mengisi rongga dan
jika ada bentuk yang pipih dan lonjong dibatasi maksimal 15% berat
total agregat.
o Kadar lumpur agregat tidak boleh melampaui standar pada Butir (a),
karena akan berpengaruh pada kuat tekan beton. Lihat Gambar 2.2
c. Ukuran maksimum agregat kasar harus tidak melebihi:
o 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun
o 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun
o ¾ jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan, kawat-
kawat, bundel tulangan, tendon-tendon prategang atau
selongsong-selongsong.
Pemilihan material II-4

Gambar 2.2. Grafik Perbandingan Kuat Tekan Beton


( Penelitian Pengaruh Perbedaan Kadar Lumpur Pasir)

a. Agregat Kasar
Agregat dengan φ butiran >5 mm

WIKA BETON
Jenis agregat kasar:
1. Alami ⇒ hasil desintegrasi alam (kerikil), dengan penggolongan:
- kerikil halus ⇒ φ 0,5 - 10 mm
- kerikil sedang ⇒ φ 10 - 20 mm
- kerikil kasar ⇒ φ 20 - 40 mm
- kerikil kasar sekali ⇒ φ 40 - 70 mm

2. Hasil pemecahan ⇒ dengan stone crusher, dengan penggolongan:


⇒ φ 0,5 - 10 mm (screen)
⇒ φ 10 - 20 mm
⇒ φ 20 - 40 mm
⇒ φ 40 - 80 mm

b. Agregat Halus
Agregat dengan φ butiran antara 0,14 s/d 5,0 mm

Jenis agregat halus :


z buatan → pasir hasil pemecahan
z alami → pasir gunung, pasir sungai, pasir laut

Agregat halus sangat berperanan dalam menentukan :


z kemudahan pengerjaan → workability
z kekuatan beton → strength
z keawetan beton → durability
Pemilihan material II-5

Pemakaian Kerikil dibanding Batu Pecah


z Keuntungan:
z harga lebih murah
z dengan workability yg sama pasta semen terpakai lebih sedikit
⇒ harga beton per m3 akan lebih murah

z Kerugian:
z kontinuitas pengadaan kurang terjamin
z ukuran butiran amat bervariatif
z permukaannya relative halus sehingga daya ikatnya kurang ⇒
sulit mencapai mutu beton tinggi
z kandungan lumpur relatif tinggi

2.3 AIR
WIKA BETON
Fungsi air dalam beton:
• Bahan penghidrasi semen, agar semen bisa berfungsi sebagai
bahan pengikat
• Bahan pelumas, yaitu mempermudah proses pencampuran agregat
& semen serta mempermudah pelaksanaan pengecoran beton
(workability)

a. Air untuk campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang
merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik atau
bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton ataupun tulangan.

b. Air pencampur yang digunakan untuk beton prategang atau pada beton
yang didalamnya tertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang
terkandung didalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam
jumlah yang membahayakan.
Pemilihan material II-6

Tabel 2.3. Kandungan Ion Klorida Maksimum untuk Perlindungan Baja


Tulangan Terhadap Korosi
Ion Klorida terlarut (Cλ-)
Jenis Komponen
pada Beton
Struktur
% thd Berat Semen
Beton prategang 0.06
Beton bertulang yang
terpapar klorida selama masa 0.15
layannya
Beton bertulang yang dalam
kondisi kering atau terlindung
1.00
dari air selama masa
layannya
Konstruksi beton bertulang
0.30
lainnya
Catatan: Untuk beton keras umur 28 hingga 42 hari

Bila dilakukan pengujian untuk menentukan kandungan ion klorida yang


dapat larut dalam air, prosedur uji harus sesuai dengan ASTM C1218

c. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi:
o Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran

WIKA BETON
beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.
o Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar harus
mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90%
kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.
Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan
serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai
dengan ”Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis
(menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 cm)” ASTM
C109
o Bila terpaksa menggunakan air laut, disarankan hanya untuk beton
tanpa tulangan dengan kandungan maksimal garam terlarut 35.000
ppm
o Hindari penggunaan air dengan dengan pH≤3

Alat Ukur Nilai Slump


Pemilihan material II-7

Jumlah Air Optimum (JAO)


Adalah jumlah air dalam suatu rancangan campuran beton yang menghasilkan
tingkat kemudahan pengecoran yang sesuai dengan tuntutan (dinyatakan dengan
SLUMP)

• Jika jumlah air<JAO


o Dalam batas tertentu kuat tekan akan naik
o Pengecoran lebih sulit
o Daya pelumasan material oleh air berkurang (ditunjukkan oleh nilai slump
yang lebih kecil)
o Proses pengecoran dituntut lebih singkat dan diperlukan pemadatan ekstra
agar didapat beton yang tidak keropos

• Jika jumlah air>JAO


o Kuat tekan beton akan turun
o Pengecoran lebih mudah
o Bisa terjadi segregasi (pemisahan butiran)
o Cenderung terjadi penyusutan (air kelebihan akan menguap meninggalkan
pori-pori beton)

2.4 BAHAN TAMBAHAN

WIKA BETON
a. Spesifikasi umum:
Kalsium klorida atau bahan tambahan yang mengandung klorida tidak boleh
digunakan pada beton prategang, beton dengan aluminium tertanam, atau
beton yang dicor dengan menggunakan bekisting baja galvanis.

b. Jenis-jenis bahan tambahan:


Ada dua kategori bahan tambahan, yaitu admixture dan aditif. Admixture
merupakan bahan tambahan kimiawi yang dapat mengubah sifat beton secara
kimia sedangkan aditif merupakan bahan tambahan yang hanya berfungsi
sebagai filler dan tidak mengubah sifat secara kimiawi.

Macam-macam admixture:
o Water Reducer/Plasticiser/Super Plasticiser
Berfungsi mengurangi jumlah air dan semen dengan kekuatan beton yang
dihasilkan tetap dan meningkatkan keplastisan beton untuk pengecoran di
tempat-tempat yang sulit (karena pengecoran tersebut membutuhkan nilai
slump tinggi sehingga bahan tambahan ini lebih dipilih daripada menambah
air).

o Viscosity Modifying Admixture (VMA)


Memodifikasi kohesi (biasanya digunakan untuk self-compacting concrete)
tanpa mengubah fluiditas secara signifikan.

o Retarder
Memperlambat pengikatan awal, digunakan untuk pengecoran jarak jauh dan
mass concrete yang perlu panas hidrasi rendah.
Pemilihan material II-8

Ketiga bahan tambahan diatas ataupun campuran


ketiganya harus memenuhi ASTM C494. Spesifikasi
bahan tambahan kimiawi untuk beton atau ASTM C1017.
Spesifikasi untuk bahan tambahan kimiawi untuk
menghasilkan beton dengan kelecakan yang tinggi.

o Accelerator
Mempercepat pengikatan dan pengerasan awal beton, digunakan untuk
pengecoran yang berhubungan dengan air/efisiensi waktu pemakaian
cetakan.

o Air Entraining
Menambah gelembung udara pada beton, dapat mengurangi bleeding,
mengurangi kebutuhan air dan mengurangi segregasi. Digunakan untuk
pengecoran dengan concrete pump. Harus memenuhi SNI 03-2496-1991.
Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung untuk beton.

Macam-macam aditif:
o Abu Terbang
Harus memenuhi ASTM C618. Spesifikasi untuk abu terbang dan
pozzolan alami murni atau terkalsinasi untuk digunakan sebagai bahan
tambahan mineral pada beton semen portland. Meningkatkan kohesi dan
mengurangi sensitivitas terhadap perubahan-perubahan kadar air, tetapi

WIKA BETON
harus dijaga agar kadarnya tidak terlalu tinggi dapat menyebabkan pasta
menjadi terlalu kohesif sehingga dapat menghambat daya alir.

o Mineral filler
Misalnya batu kapur, dolomite, dll. Distribusi ukuran partikel, bentuk dan
daya serap air mempengaruhi kebutuhan air.

o Kerak Tungku Pijar yang diperhalus


Harus memenuhi ASTM C989. Spesifikasi untuk kerak tungku pijar yang
diperhalus untuk digunakan pada beton dan mortar. Mengurangi panas
hidrasi, tetapi setting time menjadi lebih lama, pemakaian aditif jenis ini
juga meningkatkan resiko segregasi.

o Silica Fume
Harus sesuai dengan ASTM C1240. Spesifikasi untuk silika fume untuk
digunakan pada beton dan mortar semen-hidrolis. Meningkatkan kohesi
dan daya tahan segregasi, serta mengurangi atau menghilangkan
bleeding tetapi jika terlalu banyak dapat menimbulkan percepatan
pembentukan kerak di permukaan beton, yang akan menghasilkan cold-
joint atau cacat permukaan.

o Aditif lainnya
Metakaolin, pozzolan alami, dan bahan pengisi halus lainnya dapat
digunakan, tetapi akibat-akibat yang ditimbulkan perlu dievaluasi secara
khusus dan hati-hati terhadap akibat jangka pendek dan panjang yang
timbul terhadap beton.
Pemilihan material II-9

2.5 SERAT
Baik serat metalik maupun polymer dapat digunakan.

Serat polymer dapat digunakan untuk membantu mencegah settlement


dan retak/crack akibat plastic shrinkage.

Serat besi maupun serat polymer struktural berukuran panjang digunakan


untuk memodifikasi daktilitas beton yang telah mengeras. Jumlah dan
ukuran panjangnya dipilih berdasarkan ukuran maksimum agregat dan
syarat struktural.

WIKA BETON

Anda mungkin juga menyukai