Anda di halaman 1dari 13

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

(RKS)

KEGIATAN :
PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
KAWASAN PEMUKIMAN DI KAWASAN STRATEGIS DAERAH
KABUPATEN/KOTA

PEKERJAAN :
KONSULTANSI PERENCANAAN PERBAIKAN JALAN
TA. 2022 PAKET 21

LOKASI PEKERJAAN :
PERBAIKAN JALAN RW.06 07 KELURAHAN SUKADAMAI
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

PEKERJAAAN HOTMIX

A. Uraian

1. Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis perata padat yang awet, pondasi atas atau
lapisan atas pelindung aspal beton yang terdiri dari agregat dan material aspal dan
dicampur dipusat pencampur tersebut diatas pondasi atau permukaan Jalan yang telah
disiapkan sesuai dengan persyaratan ini dan memenuhi bentuk sesuai dengan gambar
dalam hal ketinggian, penampang memanjang dan melintangnya atau sesuai dengan
yang diperintahkan Direksi / pengawas.
2. Beberapa campuran dirancang menggunakan prosedur khusus yang diberikan dalam
spesipikasi ini, untuk menjamin bahwa asumsi rancangan yang berkenaan dengan
kadar bitumen efektif umum, rongga udara, stabilitas, fleksibilitas dan ketebalan film
aspal benar- benar terpenuhi. Dalam hal ini penting di ingat bahwa, dalam pembuatan
campuran Lataston (HRS) dan ATB, metode konvensional dalam merancang aspal
beton, yang dimulai mendapatkan kepadatan agregat yang maksimum yang paling
mungkin, tidak boleh digunakan karena pendekatan cara ini pada umumnya tidak akan
menghasilikan campuran yang memenuhi spesipikasi ini.

B. Jenis-Jenis Campuran Aspal

Jenis campuran dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditentukan pada gambar
rencana atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknis.
1. Tack coat
Tack coat merupakan lapisan perekat berupa Aspal cair yang diletakkan diatas lapisan
beraspal atau lapis beton. Bahan lapis pengikat terdiri dari aspal emulsi yang cepat
menyerap atau aspal keras.
Untuk pemakaiannya sendiri berkisar antara 0,15 sampai 0,50/m2 lebih tipis
dibandingkan volume Prime coat.
Adapun fungsi utama dari Tack Coat adalah untuk memberikan daya ikat antara lapis
lama dengan lapis baru.
2. Hot Rolled Sheet (HRS)
Hot Roller Sheet, umumumnya dikenal dengan istilah HRS atau biasa juga disebut
Lataston (lapisan tipis aspal beton).
HRS ini digunakan sebagai lapis permukaan konstruksi jalan dengan lalu lintas sedang
minimum gelaran ketebalan yakni 3 centimeter.

C. Tebal Lapisan dan Tolaransi

1. Tebal dari “Campuran Aspal” yang dihampar harus diamati dengan benda uji “Inti“
(Cores) perkerasan yang diambil oleh kontraktor dibawah pengawasan Direksi /
pengawas selang antara dan lokasi pengambilan benda uji harus sebagaimana yang
diperintahkan oleh direksi / pengawas tetapiu paling sedikit dua buah diambil arah
melintang dari masing masing setengah lebar penampang yang diselidiki dan selang
antara potongan melintang kearah memanjang yang diselidiki tidak boleh lebih dari 200
m, dan harus sedemikian rupa sehingga jumlah total benda uji yang diambil pada
setiap segmen yang diukur untuk pembayaran tidak boleh kurang dari batas batas
yang diberikan dalam tabel dibawah ini.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

Tabel Jumlah Minimum Benda Uji Inti


Koefisien keragaman dari tebal benda Jumlah minimum benda uji yang
uji untuk semua benda uji dari bagian harus di ambil dari bagian jalan yang
jalan yang diukur untuk pembayaran diukur untuk pembayaran

< 30 % 6
30 – 40 % 10
41 – 50 % 14
51 – 60 % 20
61 – 70 % 28
71 – 80 % 40
> 80 % 50

2. Tebal campuran aspal kecuali untuk lapisan perata, yang sesungguhnya dipasang
diatas setiap bagian dari pekerjaan didefinisikan sebagai rata-rata dari benda uji yang
diambil dari bagian tersebut.
3. Tebal campuran aspal yang dipasang, sebagaimana ditetapkan dalam point 1.b. diatas
harus sama atau lebih besar dari tebal rancangan nominal pada tabel dibawah ini
untuk lapis permukaan yang dan lapis permukaan yang bersifat sebagai lapisan perata
danharus sama dengan atau lebih besar dari tebal yang ditentukan gambar detail
dalam Dokumen Kontrak hal lapisan pondasi atau lapisan pondasi perata. Dalam
beberpa hal, Direksi Teknik. Atas dasar kerataan perkerasan atau ukuran maksimum
atau data rancangan yang lain boleh menyetujui atau menerima tebal rata-rata yang
kurang dari tebal rancangan nominal asalkan campuran aspal yang dipasang pada
kletebalan tersebut baik dalam segala hal lainnya. Meskipun begitu, sama sekali tidak
ada bagian dari campuran aspal beton yang dipadatkan yang kekurangan ketebalan
melebihi 5 mm dari ketebalan nominal rangcangan.

Tabel Tebal Rancangan Nominal Campuran Aspal

Tebal Rancangan Nominal


Jenis Campuran Simbol
(CM)

Lapis Aspal Beton /


WC 3
Wearing Concrete

4. Untuk semua jenis campuran yang harus dibayar menurut luas volume dan bukannya
berat sesungguhnya dari material yang dihamparkan, berat campuran aspal yang
benar-benar dipakai harus dipantau oleh Kontraktor dengan minimbang setiap muatan
Truk pengangkut material yang meninggalkan pusat pencampur. Dalam hal bagian
yang manapun yang sedang diukur utuk menentukan pembayaran, berat material
yang benar-benar dihamparkan yang dihitung dari timbanganmuatan truk adalah
kurang dari ataupun lebih dari 5 % lebih besar dari berat yang dihitung dari ketebalan
dan rata-rata kepadatan contoh lapisan (cores), Direksi/pengawas harus mengambil
tindakan untuk meyelidikinya agar agar bisa memastikan sebab terjadinya selisih berat
tersebut sebelum meyetujui pembayaran material yang telah dihamparkan itu.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

Penyelidikan Direksi Teknik bisa meliputi, tetapi tidak perlu terbatas pada hal-hal
sebagai berikut:
a. Memerintah kontraktor untuk lebih sering atau lebih banyak atau mencari lokasi-
lokasi cores.
b. Memeriksa kalibrasi dan ketepatan timbangan serta prosedur dan peralatan
percobaan labolatorium.
c. Memperoleh hasil hasil pemeriksaan lapangan dan labolatorium yang indenpenden
tentang kepadatan campuran aspal yang di capai setelah penghamparan.
d. Menetapkan sistem perhitungan dan pencatatan secara terinci.
Penyelidikan detail belum tentu menghasilkan nilai nilai baru untuk dimensi
geometrik yang memastikan jumlah material yang harus di bayar. Meskipun begitu,
dalam segala kasus, tak perduli tenggang beratnya dilampui atau tidak,
pembayaran harus di dasarkan ukuran ukuran nominal dari lapisan campuran
aspal. Biaya untuk seggala penambahan atau lebih seringnya mengambil coring,
untuk tambahan survai geometris ataupun pengujian lab penerapan sistem
pencatatan muatan truk, ataupun tindakan lainya yang dianggap perlu oleh
direksi/pengawas untuk memastikan alasan kelebihan toleransi beratnya harus di
tanggung oleh kontraktor sendiri.
e. Pareasi kerataan permukaam campuran lapisan pelindung (Lataston dan aspal
beton) yang telah selesai ditangani di ukur dengan mistar penyipat yang
panjangnya 3 meter harus tidak boleh lebih dari 5 mm pada setiap titik pareasi
kerataan permukaan campuran aspal yang telah selesai di gunakan sebagi lapisan
pondasi atas dari tepi setiap titik. Keleluasaan harus di buat untuk masing-masing
kasus terutama untuk perubahan bentuk yang di sebabkan perubhan rancangan
punggung perkerasan dan lenkung pertikal pada propil memanjang.
f. Pada keadaan dimana campuran aspal di gunakan sebagai lapisan perata atau
lapisan penguat dan bukan sebagai lapisan permukaan, maka tebal lapisan tidak
boleh lebih dari 2,5 x tebal rancangan nominal.

D. Standar untuk rujukan (AASHTO)

T – 89 – 69 : Penentuan batas cara dari tanah


T – 49 – 78 : Penetrasi dari material aspal
T – 50 – 78 : Pengujian daya apung dari material aspal
T – 96 – 77 : Ketahanan terhadap abrasi dari agregat tanah berukuran kecil dengan
mengunakan mesin Los Angelos
T – 104 – 77 : Kealapukan agregat menggunakan sodium sulfat atau magnesium sulfat
T – 164 – 76 : Quantitative Extration dari aspal campuran perkerasan Aspal
T – 165 – 77 : Pengaruh dari air pada kohesi campuran aspal yang dipadatkan
T – 176 – 73 : Butir halus yang plastik dalam campuran agregat dan tanah
menggunakan “Sand Equivalent“
T - 165 – 78 : Berat isi dari campuran aspal yang dipadatkan
T – 168 – 55 : Pengambilan campuran perkerasan aspal
T – 170 – 73 : Memperoleh kembali aspal dari larutan dengan dengan metode abson
T – 179 – 76 : Pengaruh panas dan udara pada material sapal (penguji lapisan tipis
dengan oven/tungku)
T – 182 – 70 : Peyelupan dan pengelupasan aspal pada campuran agregat
T – 209 – 74 : Berat jenis maksimum dari campuran perkerasan aspal
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

T – 245 – 78 : Daya tahan terhadap leleh plastis dari campuran aspal menggunakan
peralatan
M – 17 – 77 : Bahan pengisi (filler) mineral untuk campuran perkerasan aspal
M – 20 – 70 : Tingkat penetrasi aspal semen
M – 226 – 78 : Tingkat kekentalan aspal

E. Pelaporan

Kontrkator harus melengkapi Direksi Teknik dengan:


1. Contoh dari seluruh material-material yang disetujui untuk digunakan yang akan
disimpan oleh Direksi/Pengawas selama periode kontrak untuk keperluan rujukan.
2. Laporan tertulis yang memberikan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh material.
3. Formula campuran kerja dan data uji yang mendukungnya.
4. Pengukuran pengujian permukaan.
5. Laporan tertulis mengenai kerapatan dari campuran-campuran yang dihampar.
6. Data uji labotarium dan lapangan yang dipersyaratkan untuk pengendalian harian dari
takaran campuran dan kualitas campuran.
7. Catatan-catatan harian dari seluruh Truk yang ditimbang pada alat penimbang.
8. Catatan tertulis dari pengukuran tebal lapisan-lapisan dan dimensi perkerasan.
9. Untuk material aspal yang diusulkan Kontraktor untuk digunakan, pernyataan asal
sumbernya, bersama dengan data uji yang memberikan sifat-sifatnya, baik sebelum
maupun sesudah pengujian lapisan tipis dalam oven ( Thin Film Oven Test ) ( AASTHO
T-179 ), meliputi :
a. Penetrasi pada 250 C
b. Penetrasi pada 350 C
c. Ring and ball softtening point
d. Kekentalan pada 600 C
e. Kekentalan pada 1350 C
Pembatasan oleh cuaca
Campuran hanya biasa dihampar bila permukaannya kering, bila tidak akan hujan dan bila
dasar jalan yang sudah disiapkan dalam kondisi memuaskan.

F. Perbaikan dari Campuran Aspal yang Tidak Memuaskan

Lokasi-lokasi dengan tebal atau kepadatan yang kurang dari yang disyaratkan atau angka-
angka yang disetujui, juga lokasi-lokasi yang tidak memuaskan dalam hal lainnya, tidak
akan dibayar sampai diperbaiki oleh Kontraktor seperti yang diperintahkan oleh
Direksi/Pengawas. Perbaikan dapat meliputi pembongkaran dan penggantian,
penambahan lapisan “Campuran Aspal” dan/atau tindakan lain yang dianggap perlu oleh
Direksi/Pengawas. Bila perbaikan telah diperintahkan maka jumlah volume yang diukur
untuk pembayaran haruslah volume yang seharusnya dibayar bila pekerjaan aslinya dapat
diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan atau
volume tambahan yang diperlukan untuk perbaikan.

G. Pengembalian Bentuk Perkerasan Setelah Pengujian

Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau lainya harus segera
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

ditutup kembali dengan material campuran aspal oleh Kontraktor dipadatkan hingga
kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi yang diperkenakan yang
dipersyaratkan.

H. Lapisan Perata

Tiap jenis campuran dapat digunakan sebagai lapisan perata. Semua persyaratan dari
spesifikasi ini harus berlaku kecuali :
1. Material harus disebut ACL, HRS (L), ATB (L) dan sebagainya.
2. Ukuran batu maksimum yang lebih kecil dapat digunakan.
3. Ketebalan yang digunakan untuk pembayaran bukanlah tebal rancangan nominal,
tapiharus dihitung berdasarkan kerapatan, luas dan berat sebenarnya campuran yang
dihamparkan.

I. Material

1. Agregat – Umum
a. Agregat yang akan digunakan dalam pekrjaan harus sedemikian rupa agar
campuran aspal yang proposinya dibuat sesuai denga rumusan kerja, akan
memiliki kekuatan sisa yang tidak kurang dari 75% bila diuji untuk hilangnya kohesi
akibat pengaruh air sesuai dengan AASHTO T-165-78.
b. Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui dahulu oleh Direksi Teknik.
Material harus ditimbun sesuai dengan persyaratan.
c. Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus sudah menimbun paling sedikit 40%
dari jumlah agregat pecah yang dibutuhkan untuk campuran aspal dan selanjutnya
timbunan persediaan harus dipertahankan palingsedikit 40 % dari sisa
kebutuhannya.
d. Tiap-tiap agregat diangkut ke pusat pencampuran lewat Cold Bin yang terpisah.
Pencampuran lebih dulu agregat dari jenis atau sumber agregat yang berbeda,
tidak diperbolehkan.
2. Agregat Kasar untuk Campuran Aspal
a. Agregat kasar pada umumnya memnuhu gradasi yang disyaratkan seperti dibawah
dan harus terdiri dari batu pecah atau krikil besi, kecuali farksi agregat kasar untuk
latasir Klas A atau B boleh bukan batu pecah. Agregat kasar yang digunakan untuk
setiap jenis campuran dapat diterima oleh Direksi hanya bila bahan tersebut
diperagakan dengan pengujian laboratorium dan semua ketentuan sifat campuran
seperti dalam tabel dibawah ini.

Ukuran Saringan Persen Berat Yang Lolos


(mm) (ASTM) Campuran Normal Campuran Lap. Perata
20 ¾ 100 100
12.7 ½ 30 –100 95-100
9.5 3/8 0 – 55 50-100
4.75 #4 0 – 10 0-50
0.075 # 200 0-1 0-5

Dalam keadaan apapun, agregat kasar yang kotor dan berdebu dan mengandung
partikel halus lolos ayakan No. 200 lebih besar dari 1 % tidak boleh digunakan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

Bahan-bahan seperti ini biasanya dapat memenuhi persyaratan bila dilakukan


pencucian dengan alat pencuci yang memadai.
b. Agregat kasar harus terdiri dari material yang bersih, keras, awet yang bebas dari
kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus mamiliki persentase keausan
yang tidak lebih dari 40% pada 50 putaran seperti yang ditetapkan oleh AASHTO T-
96.
Bila diuji 5 putaran dengan pengujian keausan dengan sodium sulfal menurut
AASHTO T-104, kehilangan berat dalam agregat kasar tidak boleh lebih besar dari
12 %.
c. Bila disetujui dengan pengujian-pengujian penyelaputan dan pengupasan,
AASHTO T- 128, agregat tersebut harus memeliki luas yang terselaput tidak kurang
dari 95 %.
3. Agregat Halus untuk Campuran Aspal
a. Biasanya diperlukan sejumlah abu batu hasil pengayakan batu pecah untuk
menghasilkan suatu campuran yang ekonomis dan memenuhi persyaratan
campuran. Pemuatan komponen abu batu dan pasir alam kedalam mesin
pencampur harus dipisahkan melalui “Cold Bin Feed “ yang terpisah sehingga
perbandingan pasir terhadap abu dapat dikendalikan.

Ukuran Saringan Jenis Campuran


(mm) (ASTM) Latasir Kelas A Latasir Klas B Lataston, Laston & ATB

9.5 3/8 100 100 100


4.75 #4 98-100 95-100 90-100
2.36 #8 95-100 50-100 80-100
600 mic # 30 76-100 0-50 25-100
75 mic # 200 0-8 0-5 3-11
b. Dalam keadaan apapun pasir alam yang kotor dan berdebu dan mengandung
partikel harus lolos ayakan No. 200 lebih besar dari 0 – 1 % atau mempunyai nilai
ekivalen pasir kurang dari 50 menurut AASHTO T – 176, tidak boleh digunakan
dalam campuran.
4. Bahan pengisi untuk Campuran Aspal (AASHTO M – 17)
a. Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu kapur (limeston dust), semen portland,
abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non palstis lainnya dari sumber
yang disetujui oleh Direksi. Bahan tersebut harus bebas dari bahan lain yang tidak
dikehendaki.
b. Harus kering dan bebas dari gumpalan – gumpalan dan bila diuji dengan
pengayakan basah harus mengandung bahan yang lolos dari saringan 75 micron
tidak kurang dari 75% beratnya.
c. Penggunaan kapur tohor sebagai bahan pengisi dapat memperbaiki daya tahan
campuran, membantu penyeliputan dari pertikel agregat dan membatu
pengelupasan. Akan tetapi banyaknya variasi yang kualitas dari sumber-sumber
kapur dan kecendrungan dari kapur tersebut untuk membentuk gumpalan-
gumpalan terbukti dapat menimbulkan masyalah pada waktu penakaran.
Pengembangan kapur karena hidrasi dapat menyebabkan keretakan campuran
apabila kadar kapur tersebut terlalu tinggi. Apabila kapur yang dipergunakan
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

proposi maksimum yang dijinkan adalah 1% dari berat keseluruhan campuran


aspal.
5. Material Aspal Untuk Campuran Aspal
Material aspal harus dari jenis AC – 10 atau AC – 20 aspal semen yang memenuhi
persyaratan dalam AASHTO M – 226 – 78. Untuk mencapai kekuatan campuran yang
ditetapkan, lebih disukai pengunaan aspal yang lunak.
Bahan Tambahan Untuk Aspal
Direksi dapat menetapkan atau menyetujui penggunaan suatu bahan tambahan untuk
mencpai stabilitas yang ditetapkann, stabilitas sisa atau syarat-syarat sifat lainnya, atau
untuk meningkatkan keawetan, ketahanan terhadap deformasi atau sifat kelelehan.
Bahan tambahan tersebut harus dari jenis yang telah disetujui oleh Direksi/Pengawas.
Takaran bahan tambahan dan metode pencampuran dengan bahan tambahan lainnya,
harus disesuaikan dengan petunuuk pabrik. Bila diperlukan oleh Direksi/pengawas,
kontraktor harus mengirimkan contoh bahan tambahan tersebut disertai data teknis
dan data kimiawinya.

RUMUS CAMPURAN KERJA

1. Persetujuan
a. Sebelum memmulai pekerjaan kontraktor harus menyerehkan kepada
Direksi/Pengawas rumusan campuran kerja yang diusulkan secara tertulis, untuk
campuran yang akan digunakan diproyek. Formula yang diserahkan harus
menetapkan, ukuran nominal maksimum dari partikel, sumber-sumber agregat,
persentasi dari gabungan agregat yang lolos saringan 2.36 mm dan 75 micron, jumlsh
total dan kadar aspal efektip yang dinyatakan sebagai persetasi berat dari campuran
total, satu temperatur yang pasti yang mana campuran harus dikirimkan ketempat
penghamparan, yang mana semuanya harus dalam batas kompisisi umum dan batas-
batas temperatur yang ditentukan. Formula yang diusulkan harus didukung dengan
data campuran pendukung dengan data campuran percobaan labotarium dan grafic-
grafic.
b. Dalam menyetujui campuran kerja, Direksi/pengawas atas dasar pertimbangan dapat
menggunakan formula yang diserahkan secara keseluruhan atau sebagian atau
dapatmeminta kontraktor untuk melaksanakan pengujian campuran percobaan
tambahan untuk menyelidiki altenatif agregat-agregat lainya.
c. Sewaktu meyetujui Rumus Campuran Kerja, Direksi Teknik akan menunjuk agregat
tertentu, dan sumber-sumbernya yang mendasari formula campuran kerja yang
diterapkan.
d. Campuran kerja harus ditetapkan dan kualitas campuran tersebut harus dikendalikan
dalam bentuk Rancangan fraksi untuk agregar yang berbeda-beda, seperti diuraikan
dalam pasal 6.3.5. (3) diatas, bukanya dalam bentuk propinsi takaran agregat.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

2. Menyusul persetujuan atas Rumus Campuran Kerja oleh Direksi / Pengawas, kontraktor
harus menghampar percobaan paling sedikit 8 ton dengan menggunakan produk,
peralatan penghampar dan prosedur yang diusulkan. Apabila percobaan tersebut gagal
memenuhi spesipikaisi pada salah satu seginya perlu dibuat penyesuaian dan percobaan
diulang kembali. Pekerjaan pengaspalan yang permanen belum dapat dimulai hingga
percobaan yang memuaskan telah dilaksanakan dan disetujui oleh Dierksi/Pengawas.

3. Penerapan Campuran Kerja dan Toleransi yang diijinkan


Seluruh campuran yang dihasilkan harus disesuaikan dengan formula kerja yang
ditetapkan oleh Direksi/Pengawas, dalam batas rentang toleransi yang dipersyaratkan
dibawah ini :
Toleransi Komposisi Campuran
Gabungan agregat yang lolos Saringan 9.5 mm : + 7 % berat campuran
Gabungan agregat yang lolos Saringan 2.36 mm : + 5 % berat total campuran
Gabungan agregat yang lolos Saringan 150 mikron : + 2 % berat total campuran
Gabungan agregat yang lolos Saringan 75 mikron : + 2 % berat campuuran
Gabungan agregat yang lolos Saringan 75 mikron : + 1.5 % berat total campuran
Kadar bahan aspal : + 0.3 % berat total campuran
Toleransi temperatur
Material yang meninggalkan tempat pencampur : + 100 C
Material yang diterima ditempat penghamparan : + 100 C

PENGHAMPARAN CAMPURAN

1. Penyiapan Permukaan yang akan Dilapisi


a. Sesaat sebelum penghamparan campuran aspal, permukaan yang ada harus
dibersihkan dari material yang lepas yang tidak dikehendaki dengan sapu mesin, dan
dibantu dengan cara manual (dengan tangan) jika diperlukan. Lapis aspal perekat (tack
coat) atau lapis aspal resap pengikat (preamcoat) harus digunakan sesuai dengan
pasal 6.1, kecuali ditentukan lain oleh Direksi/Pengawas.
b. Bila permukaan yang dilapis, terdapat ketidak rata itu rusak, atau menunjukan
ketidakstabilan, atau mengandung material permukaan lama yang telah rusak secara
berlebihan atau tidak melekat dengan baik keperkerasan dibawahnya, harus dibuat
rata terlebih dahulu sebagaimana diperintahkan, seluruh material yang lepas atau
lunak harus dibuang, dan permukaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki dengan
campuran aspal atau material lainnya yang disetujui oleh Direksi/Pengawas dan
kemudian dipadatkan. Toleransi permukaan setelah diperbaiki harus sama dengan
yang diperlukan untuk kontruksi pondasi.

2. Sepatu (screed) Tepi


Balok kayu atau kerangka lain yang disetujui harus dipasang esuai dengan garis serta
ketinggian yang diperlukan pada tepi-tepi dari tempat dimana Campuran Aspal panas akan
dihampar.

3. Penghamparan dan Pembentukan


a. Sebelum memulai operasi pelapisan, sepatu (screed) dan mesin penghampar harus
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

dipanaskan. Campuran harus dihampar dan diratakan sesuai dengan kelandaian,


elevasi, serta bentuk melintang yang disyaratkan.
b. Mesin penghampar harus dioprasikan pada suatu kecepatan yang tidak akan
menyebabkan retak permukaan, belahan, atau bentuk ketidak beraturan lainnya pada
permukaan. Kecepatan penghamparan harus disetujui oleh Direksi/Pengawas dan
ditaati.
c. Jika terjadi segregasi, belahan atau alur pada permukaan mesin penghampar harus
dihentikan dan tidak dijalankan lagi sampai menyebabkan telah ditemukan dan
diperbaiki. Tempat-tempat yang kasar atau tersegregasi dapat diperbaiki dengan
menaburkan bahan yang halus dihindarkan sedapat mungkin. Butir-butir kasar tidak
boleh ditaburkan diatas permukaan yang dihampar dengan rapi.
d. Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada tepi-tepi
penadah atau tempat lainnya di mesin.
e. Dimana jalan akan diaspal hanya separuh dari lebarnya untuk setiap operasi, urutan
pengaspalan itu harus dilakukan sedemikian rupa sehingga sehingga panjang
pengaspalan setengah lebar jalan itu pada akhir kerja dibuat sependek mungkin.

4. Pemadatan
a. Segera setelah campuran dihampar dan diratakan, permukaannya harus diperiksa dan
setiap ketidakrataan diperbaiki. Temperatur campuran yang terhampar dalam keadaan
lepas harus dimonitor dan penggilasan harus dimulai dengan batas viskositas aspal.
b. Pengilasan campuran harus terdiri dari tiga oprasi yang berbeda sebagai berikut :
1) Pengilasan awal atau pemecahan 0 – 10 menit
2) Pengilasan sekunder atau antara 10 – 20 menit
3) Penggilasan akhir atau penyelesaian 20 – 45 menit
c. Penggilasan awal atau pemecahan dan peggilasan akhir atau penyelesaian harus
seluruhnya dilakukan dengan mesin gilas ban angin. Mesin gilas harus beroprasi
dengan roda penggerak berada diarah mesin penghampar.
d. Penggilasan sekunder atau antara, harus mengikuti sedekat mungkin penggilasan
pemecah dan harus dilakukan sewaktu campuran masih berada berada pada
temperatur yang akan dihasilkan pemadatan maksimum. Pemadatan harus dilakukan
sewaktu material masih berada dalam kondisi yang masih dapat dikerjakan untuk
menghilangkan bekas tanda-tanda penggilasan.
e. Sambungan melintang harus digilas pertama-tama dan dalam penggilasan awal harus
digilas kearah melintang dengan menggunakan papan (ditepi perkerasan) yang
mempunyai ketebalan yang diperlukan untuk menyediakan ruang gerak mesin gilas
diluar batas perkerasan. Bila sambungan memanjang tersebut akan dibuat disebelah
jalur yang telah diaspal, gilasan pertama harus dilakukan sepanjang sambungan
memanjang tersebut untuk suatu jarak yang pendek.
f. Pada sambungan penggilasan harus dimulai kearah memanjang dan selanjutnya pada
tepi luar dan sejajar dengan sumbu jalan kearah tengah jalan, kecuali super elevasi
pada tikungan harus dimulai pada bagian yang rendah dan bergerak kearah bagian
yang tinggi. Lintasan yang berurutan harus saling menutupi dengan paling sedikit
setengah dari lebar roda dan lintasan harus tidak berakhir pada titik berjarak kurang
dari satu meter dari lintasan sebelumnya. Usaha penggilasan harus diutamakan pada
tepi luar dari lebar yang dihampar.
g. Ketika menggilas sambungan memanjang, mesin gilas pemecah harus terlebih dahulu
pindah kejalur yang telah dihampar sebelumnya sehingga tidak lebih dari 15 cm dari
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

roda penggerak akan menggilas tepi yang belum dipadatkan. Mesin gilas harus
meneruskannya sepanjang jalur ini, dengan menggeserkan posisinya sedikit demi
sedikit melewati sambungan dengan beberapa lintasan, sampai tercapai sambungan
yang terpadatkan dengan rapi.
h. Arah dari penggilasan harus tidak berubah secara tiba-tiba begitu pula arah yang akan
menyebabkan tersorongnya campuran.
i. Penggilasan harus berlangsung secara menerus sebagaimana diperlukan untuk
memperoleh pemadatan yang merata sewaktu campuran masih dalam kondisi yang
dapat dikerjakan sehingga seluruh bekas tanda gilasan dan ketidak rataan hilang.
j. Untuk mencegah pelekatan campuran keroda mesin gilas, roda-roda tersebut harus
dibasahkan secara menerus, tetapi air yang berlebihan tidak diijinkan.
k. Peralatan berat atau mesin gilas tidak diperbolehkan berada diatas lapisan yang baru
selesai, sampai lapisan-lapisan tersebut betul-betul mendingin dan mengeras.
l. Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau
perlengkapan yang digunakan oleh Kontraktor diatas tipa bagian perkerasan yang
sedang dikerjakan, dapat menjadi sebab pembongkaran dan penggantian dari
perkerasan yang rusak tersebut (oleh Kontraktor).
m. Permukaan campuran setelah pemadatan harus licin dan sesuai dengan bentuk dan
ketinggian permukaannya yang masih dalam batas-batas toleransi yang
dipersyaratkan. Tiap campuran yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan
tanah, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan
campuran panas yang baru, yang harus dipadatkan secepatnya agar sama dengan
daerah seluas 1000 cm2 atau lebih yang menunjukan kelebihan atau kekurangan
material aspal beton harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan-tonjolan
sambungan, lekukan, dan permukaan yang kasar (cacat) harus diperbaiki
sebagaimana diperintahkan oleh Dierksi/Pengawas.
n. Sewaktu permukaan yang sedang dipadatkan dan diselaesaikan kontraktor harus
memotong tepi-tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap material yang berlebihan
harus dipotong tegak lurus setelah penggilasan akhir, dan dibuang oleh kontraktor
diluar daerah milik jalan sehingga tidak kelihatan dari jalan.

5. Sambungan – Sambungan
a. Baik sambungan memanjang maupun melintang dalam lapisan yang berurutan harus
diatur sedemikian rupa agar tidak berada satu diatas yang lainnya. Sambungan
memanjang harus diatur sedemikian rupa agar sambungan yang berada dilapisan
paling atas akan berlokasi dipemisah jalur lalu lintas. Sambungan melintang harus
dipasang secara bertahap dengan minimum jarak antaranya 25 cm dan harus lurus.
b. Campuran tidak boleh dihampar pada material yang baru saja digilas kecuali kalau
tepinya tegak lurus. Sapuan aspal untuk melekat kedua lapisan harus diberiakan
sesaat sebelum campuran tambahan dipasang diatas material yang sebelumnya
digilas.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

PENGENDALIAN DAN PENGGUJIAN MUTU DI LAPANGAN

1. Pengujian permukaan dari perkersan


a. Permukaan harus diuji dengan mistar penyipat yang panjangnya, yang disediakan oleh
kontrkator, diletakan masing-masing secara tegak lurus dan sejajar dengan sumbu
jalan. Kontrktor harus menugaskan beberapa pegawainya untuk menggunakan mistar
tersebut dibawah petunjuk Direksi/Pengawas untuk memeriksa seluruh permukaan.
b. Pengujian-pengujian untuk memeriksa apakah bentuk permukaan telah memenuhi
ketinggian yang dipersyaratkan harus dilakukan segera setelah pemadatan awal, dan
perbedaan harus diperbaiki dengan membuang atau menambah material sebagaimana
diperlukan. Selanjutnya penggilasan akhir, kehalusan dari lapisan harus diperiksa
kembali batas setiap kerataan dari permukaan yang melewati batas toleransi yang
disebut diatas, serta lokasi-lokasi yang mempunyai kerusakan tekstur, kepadatan atau
komposisi harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi/Pengawas.

2. Persyaratan Kepadatan
a. Kerapatan dari campuran yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan dalam
AASHTO T 166, harus tidak kurang dari 98% untuk jenis campuran lainnya dari
kerapatan benda uji yang dipadatkan di labotarium dari material dan dengan proposi
yang sama.
b. Cara pangambilan contoh material dan pemadatan dari benda uji harus masing-masing
sesuai dengan AASHTO T 168 dan AASHTO T 245.

3. Pengambilan Contoh Untuk Pengendalian Mutu Campuran


a. Contoh-contoh dibawah ini harus diambil untuk pengujian harian :
i. Agregat dari Hot Bin untuk gradasi – gradas i hasil pencucian
ii. Gabungan agregat panas untuk gradasi – gradas i hasil pencucian
iii. Campuran aspal untuk ekstrasi dan stabilitas marshal.
b. Sebagai tambahan, bila mengganti formula campuran kerja, atau sewaktu-waktu
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi, contoh tambahan untuk (i), (ii) dan (iii) akan
diambil untuk memungkinkan penentuan bulk specific gravity untuk agregat dari Hot
Bin dan kerapatan teoritis maksimum dari campuran aspal (AASHTO T 209 – 74).

4. Pengujian Pengendalian Mutu Campuran


a. Kontraktor harus menyimpan catatan dari seluruh pengujian dan catatan-catatan ini
harus dikirim dengan segera ke Direksi/Pengawas.
b. Kontraktor harus menyampaikan kepada Direksi hasil-hasil dan catatan-catatan yang
berikut, yang dilaksanakan setiap hari produksi bersama dengan lokasi yang tepat
dimana produksi tersebut dihampar.
i. Analisa saringan (metode pencucian) untuk paling sedikit dua contoh dari setiap
Hot Bin.
ii. Analisa saringan (metode pencucian) untuk paling sedikit dua contoh dari
gabungan agregat panas.
iii. Temperatur dari campuran dari sewaktu pengambilan contoh dipusat pencampur
dan diatas jalan (setiap satu jam).
iv. Kerapatan dari campuran yang dipadatkan di labotarium (kerapatan marshall)
untuk paling sedikit dua contoh.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

v. Kerapatan dari pemadatan dan persentase pemadatan dari campuran dibanding


dengan kerapatan marshall di labotarium untuk paling sedikit dua contoh.
vi. Stabilitas Marshall serta leleh (flow) nya dan hasil angka perbandingan marshall,
untuk paling sedikit dua contoh.
vii. Kadar aspal dan gradasi agregat dari campuran yang seperti ditetapkan dari
pengujian ekstra aspal untuk paling sedikit dua contoh. Jika memakai metode
ekstrasi centrifuge, koreksi abu harus dilakukan sesuai ketentuan AASHTO T 164
C1 8.6.
viii. Rongga udara dalam campuran, dihitung menurut Maximum Specific Gravity of
bitumenous Paving Mixtures (AASHTO T 209 – 74)
ix. Aspal yang diabsorsi oleh agregat, sebagaimana dihitung Maximum Specific
Gravity of bitumenous Paving Mixtures (AASHTO T 209 – 74)

5. Pengendalian Mutu dengan menimbang Campuran


a. Untuk pengecekan pada pengukuran kualitas untuk pembayaran, berat campuran yang
dihampar harus selalu dimonitor dengan tiket pengiriman muatan dari tempat-tempat
penimbangan truk.
b. Penentuan kadar aspal campuran kerja (job mix) dilabotarium harus dilaksanakan
paling sedikit satu kali per hari produksi dan paling sedikit satu contoh setiap 200 ton
campuran yang diproduksi. Pengambilan contoh dari campuran yang diproduksi.
Pengambilan contoh dari campuran kerja harus dilakukan dibawah pengawasan
Direksi/pengawas.

Anda mungkin juga menyukai