(RKS)
KEGIATAN :
PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
KAWASAN PEMUKIMAN DI KAWASAN STRATEGIS DAERAH
KABUPATEN/KOTA
PEKERJAAN :
KONSULTANSI PERENCANAAN PERBAIKAN JALAN
TA. 2022 PAKET 21
LOKASI PEKERJAAN :
PERBAIKAN JALAN RW.06 07 KELURAHAN SUKADAMAI
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT
PEKERJAAAN HOTMIX
A. Uraian
1. Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis perata padat yang awet, pondasi atas atau
lapisan atas pelindung aspal beton yang terdiri dari agregat dan material aspal dan
dicampur dipusat pencampur tersebut diatas pondasi atau permukaan Jalan yang telah
disiapkan sesuai dengan persyaratan ini dan memenuhi bentuk sesuai dengan gambar
dalam hal ketinggian, penampang memanjang dan melintangnya atau sesuai dengan
yang diperintahkan Direksi / pengawas.
2. Beberapa campuran dirancang menggunakan prosedur khusus yang diberikan dalam
spesipikasi ini, untuk menjamin bahwa asumsi rancangan yang berkenaan dengan
kadar bitumen efektif umum, rongga udara, stabilitas, fleksibilitas dan ketebalan film
aspal benar- benar terpenuhi. Dalam hal ini penting di ingat bahwa, dalam pembuatan
campuran Lataston (HRS) dan ATB, metode konvensional dalam merancang aspal
beton, yang dimulai mendapatkan kepadatan agregat yang maksimum yang paling
mungkin, tidak boleh digunakan karena pendekatan cara ini pada umumnya tidak akan
menghasilikan campuran yang memenuhi spesipikasi ini.
Jenis campuran dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditentukan pada gambar
rencana atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknis.
1. Tack coat
Tack coat merupakan lapisan perekat berupa Aspal cair yang diletakkan diatas lapisan
beraspal atau lapis beton. Bahan lapis pengikat terdiri dari aspal emulsi yang cepat
menyerap atau aspal keras.
Untuk pemakaiannya sendiri berkisar antara 0,15 sampai 0,50/m2 lebih tipis
dibandingkan volume Prime coat.
Adapun fungsi utama dari Tack Coat adalah untuk memberikan daya ikat antara lapis
lama dengan lapis baru.
2. Hot Rolled Sheet (HRS)
Hot Roller Sheet, umumumnya dikenal dengan istilah HRS atau biasa juga disebut
Lataston (lapisan tipis aspal beton).
HRS ini digunakan sebagai lapis permukaan konstruksi jalan dengan lalu lintas sedang
minimum gelaran ketebalan yakni 3 centimeter.
1. Tebal dari “Campuran Aspal” yang dihampar harus diamati dengan benda uji “Inti“
(Cores) perkerasan yang diambil oleh kontraktor dibawah pengawasan Direksi /
pengawas selang antara dan lokasi pengambilan benda uji harus sebagaimana yang
diperintahkan oleh direksi / pengawas tetapiu paling sedikit dua buah diambil arah
melintang dari masing masing setengah lebar penampang yang diselidiki dan selang
antara potongan melintang kearah memanjang yang diselidiki tidak boleh lebih dari 200
m, dan harus sedemikian rupa sehingga jumlah total benda uji yang diambil pada
setiap segmen yang diukur untuk pembayaran tidak boleh kurang dari batas batas
yang diberikan dalam tabel dibawah ini.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT
< 30 % 6
30 – 40 % 10
41 – 50 % 14
51 – 60 % 20
61 – 70 % 28
71 – 80 % 40
> 80 % 50
2. Tebal campuran aspal kecuali untuk lapisan perata, yang sesungguhnya dipasang
diatas setiap bagian dari pekerjaan didefinisikan sebagai rata-rata dari benda uji yang
diambil dari bagian tersebut.
3. Tebal campuran aspal yang dipasang, sebagaimana ditetapkan dalam point 1.b. diatas
harus sama atau lebih besar dari tebal rancangan nominal pada tabel dibawah ini
untuk lapis permukaan yang dan lapis permukaan yang bersifat sebagai lapisan perata
danharus sama dengan atau lebih besar dari tebal yang ditentukan gambar detail
dalam Dokumen Kontrak hal lapisan pondasi atau lapisan pondasi perata. Dalam
beberpa hal, Direksi Teknik. Atas dasar kerataan perkerasan atau ukuran maksimum
atau data rancangan yang lain boleh menyetujui atau menerima tebal rata-rata yang
kurang dari tebal rancangan nominal asalkan campuran aspal yang dipasang pada
kletebalan tersebut baik dalam segala hal lainnya. Meskipun begitu, sama sekali tidak
ada bagian dari campuran aspal beton yang dipadatkan yang kekurangan ketebalan
melebihi 5 mm dari ketebalan nominal rangcangan.
4. Untuk semua jenis campuran yang harus dibayar menurut luas volume dan bukannya
berat sesungguhnya dari material yang dihamparkan, berat campuran aspal yang
benar-benar dipakai harus dipantau oleh Kontraktor dengan minimbang setiap muatan
Truk pengangkut material yang meninggalkan pusat pencampur. Dalam hal bagian
yang manapun yang sedang diukur utuk menentukan pembayaran, berat material
yang benar-benar dihamparkan yang dihitung dari timbanganmuatan truk adalah
kurang dari ataupun lebih dari 5 % lebih besar dari berat yang dihitung dari ketebalan
dan rata-rata kepadatan contoh lapisan (cores), Direksi/pengawas harus mengambil
tindakan untuk meyelidikinya agar agar bisa memastikan sebab terjadinya selisih berat
tersebut sebelum meyetujui pembayaran material yang telah dihamparkan itu.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT
Penyelidikan Direksi Teknik bisa meliputi, tetapi tidak perlu terbatas pada hal-hal
sebagai berikut:
a. Memerintah kontraktor untuk lebih sering atau lebih banyak atau mencari lokasi-
lokasi cores.
b. Memeriksa kalibrasi dan ketepatan timbangan serta prosedur dan peralatan
percobaan labolatorium.
c. Memperoleh hasil hasil pemeriksaan lapangan dan labolatorium yang indenpenden
tentang kepadatan campuran aspal yang di capai setelah penghamparan.
d. Menetapkan sistem perhitungan dan pencatatan secara terinci.
Penyelidikan detail belum tentu menghasilkan nilai nilai baru untuk dimensi
geometrik yang memastikan jumlah material yang harus di bayar. Meskipun begitu,
dalam segala kasus, tak perduli tenggang beratnya dilampui atau tidak,
pembayaran harus di dasarkan ukuran ukuran nominal dari lapisan campuran
aspal. Biaya untuk seggala penambahan atau lebih seringnya mengambil coring,
untuk tambahan survai geometris ataupun pengujian lab penerapan sistem
pencatatan muatan truk, ataupun tindakan lainya yang dianggap perlu oleh
direksi/pengawas untuk memastikan alasan kelebihan toleransi beratnya harus di
tanggung oleh kontraktor sendiri.
e. Pareasi kerataan permukaam campuran lapisan pelindung (Lataston dan aspal
beton) yang telah selesai ditangani di ukur dengan mistar penyipat yang
panjangnya 3 meter harus tidak boleh lebih dari 5 mm pada setiap titik pareasi
kerataan permukaan campuran aspal yang telah selesai di gunakan sebagi lapisan
pondasi atas dari tepi setiap titik. Keleluasaan harus di buat untuk masing-masing
kasus terutama untuk perubahan bentuk yang di sebabkan perubhan rancangan
punggung perkerasan dan lenkung pertikal pada propil memanjang.
f. Pada keadaan dimana campuran aspal di gunakan sebagai lapisan perata atau
lapisan penguat dan bukan sebagai lapisan permukaan, maka tebal lapisan tidak
boleh lebih dari 2,5 x tebal rancangan nominal.
T – 245 – 78 : Daya tahan terhadap leleh plastis dari campuran aspal menggunakan
peralatan
M – 17 – 77 : Bahan pengisi (filler) mineral untuk campuran perkerasan aspal
M – 20 – 70 : Tingkat penetrasi aspal semen
M – 226 – 78 : Tingkat kekentalan aspal
E. Pelaporan
Lokasi-lokasi dengan tebal atau kepadatan yang kurang dari yang disyaratkan atau angka-
angka yang disetujui, juga lokasi-lokasi yang tidak memuaskan dalam hal lainnya, tidak
akan dibayar sampai diperbaiki oleh Kontraktor seperti yang diperintahkan oleh
Direksi/Pengawas. Perbaikan dapat meliputi pembongkaran dan penggantian,
penambahan lapisan “Campuran Aspal” dan/atau tindakan lain yang dianggap perlu oleh
Direksi/Pengawas. Bila perbaikan telah diperintahkan maka jumlah volume yang diukur
untuk pembayaran haruslah volume yang seharusnya dibayar bila pekerjaan aslinya dapat
diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan atau
volume tambahan yang diperlukan untuk perbaikan.
Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau lainya harus segera
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT
ditutup kembali dengan material campuran aspal oleh Kontraktor dipadatkan hingga
kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi yang diperkenakan yang
dipersyaratkan.
H. Lapisan Perata
Tiap jenis campuran dapat digunakan sebagai lapisan perata. Semua persyaratan dari
spesifikasi ini harus berlaku kecuali :
1. Material harus disebut ACL, HRS (L), ATB (L) dan sebagainya.
2. Ukuran batu maksimum yang lebih kecil dapat digunakan.
3. Ketebalan yang digunakan untuk pembayaran bukanlah tebal rancangan nominal,
tapiharus dihitung berdasarkan kerapatan, luas dan berat sebenarnya campuran yang
dihamparkan.
I. Material
1. Agregat – Umum
a. Agregat yang akan digunakan dalam pekrjaan harus sedemikian rupa agar
campuran aspal yang proposinya dibuat sesuai denga rumusan kerja, akan
memiliki kekuatan sisa yang tidak kurang dari 75% bila diuji untuk hilangnya kohesi
akibat pengaruh air sesuai dengan AASHTO T-165-78.
b. Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui dahulu oleh Direksi Teknik.
Material harus ditimbun sesuai dengan persyaratan.
c. Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus sudah menimbun paling sedikit 40%
dari jumlah agregat pecah yang dibutuhkan untuk campuran aspal dan selanjutnya
timbunan persediaan harus dipertahankan palingsedikit 40 % dari sisa
kebutuhannya.
d. Tiap-tiap agregat diangkut ke pusat pencampuran lewat Cold Bin yang terpisah.
Pencampuran lebih dulu agregat dari jenis atau sumber agregat yang berbeda,
tidak diperbolehkan.
2. Agregat Kasar untuk Campuran Aspal
a. Agregat kasar pada umumnya memnuhu gradasi yang disyaratkan seperti dibawah
dan harus terdiri dari batu pecah atau krikil besi, kecuali farksi agregat kasar untuk
latasir Klas A atau B boleh bukan batu pecah. Agregat kasar yang digunakan untuk
setiap jenis campuran dapat diterima oleh Direksi hanya bila bahan tersebut
diperagakan dengan pengujian laboratorium dan semua ketentuan sifat campuran
seperti dalam tabel dibawah ini.
Dalam keadaan apapun, agregat kasar yang kotor dan berdebu dan mengandung
partikel halus lolos ayakan No. 200 lebih besar dari 1 % tidak boleh digunakan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT
1. Persetujuan
a. Sebelum memmulai pekerjaan kontraktor harus menyerehkan kepada
Direksi/Pengawas rumusan campuran kerja yang diusulkan secara tertulis, untuk
campuran yang akan digunakan diproyek. Formula yang diserahkan harus
menetapkan, ukuran nominal maksimum dari partikel, sumber-sumber agregat,
persentasi dari gabungan agregat yang lolos saringan 2.36 mm dan 75 micron, jumlsh
total dan kadar aspal efektip yang dinyatakan sebagai persetasi berat dari campuran
total, satu temperatur yang pasti yang mana campuran harus dikirimkan ketempat
penghamparan, yang mana semuanya harus dalam batas kompisisi umum dan batas-
batas temperatur yang ditentukan. Formula yang diusulkan harus didukung dengan
data campuran pendukung dengan data campuran percobaan labotarium dan grafic-
grafic.
b. Dalam menyetujui campuran kerja, Direksi/pengawas atas dasar pertimbangan dapat
menggunakan formula yang diserahkan secara keseluruhan atau sebagian atau
dapatmeminta kontraktor untuk melaksanakan pengujian campuran percobaan
tambahan untuk menyelidiki altenatif agregat-agregat lainya.
c. Sewaktu meyetujui Rumus Campuran Kerja, Direksi Teknik akan menunjuk agregat
tertentu, dan sumber-sumbernya yang mendasari formula campuran kerja yang
diterapkan.
d. Campuran kerja harus ditetapkan dan kualitas campuran tersebut harus dikendalikan
dalam bentuk Rancangan fraksi untuk agregar yang berbeda-beda, seperti diuraikan
dalam pasal 6.3.5. (3) diatas, bukanya dalam bentuk propinsi takaran agregat.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT
2. Menyusul persetujuan atas Rumus Campuran Kerja oleh Direksi / Pengawas, kontraktor
harus menghampar percobaan paling sedikit 8 ton dengan menggunakan produk,
peralatan penghampar dan prosedur yang diusulkan. Apabila percobaan tersebut gagal
memenuhi spesipikaisi pada salah satu seginya perlu dibuat penyesuaian dan percobaan
diulang kembali. Pekerjaan pengaspalan yang permanen belum dapat dimulai hingga
percobaan yang memuaskan telah dilaksanakan dan disetujui oleh Dierksi/Pengawas.
PENGHAMPARAN CAMPURAN
4. Pemadatan
a. Segera setelah campuran dihampar dan diratakan, permukaannya harus diperiksa dan
setiap ketidakrataan diperbaiki. Temperatur campuran yang terhampar dalam keadaan
lepas harus dimonitor dan penggilasan harus dimulai dengan batas viskositas aspal.
b. Pengilasan campuran harus terdiri dari tiga oprasi yang berbeda sebagai berikut :
1) Pengilasan awal atau pemecahan 0 – 10 menit
2) Pengilasan sekunder atau antara 10 – 20 menit
3) Penggilasan akhir atau penyelesaian 20 – 45 menit
c. Penggilasan awal atau pemecahan dan peggilasan akhir atau penyelesaian harus
seluruhnya dilakukan dengan mesin gilas ban angin. Mesin gilas harus beroprasi
dengan roda penggerak berada diarah mesin penghampar.
d. Penggilasan sekunder atau antara, harus mengikuti sedekat mungkin penggilasan
pemecah dan harus dilakukan sewaktu campuran masih berada berada pada
temperatur yang akan dihasilkan pemadatan maksimum. Pemadatan harus dilakukan
sewaktu material masih berada dalam kondisi yang masih dapat dikerjakan untuk
menghilangkan bekas tanda-tanda penggilasan.
e. Sambungan melintang harus digilas pertama-tama dan dalam penggilasan awal harus
digilas kearah melintang dengan menggunakan papan (ditepi perkerasan) yang
mempunyai ketebalan yang diperlukan untuk menyediakan ruang gerak mesin gilas
diluar batas perkerasan. Bila sambungan memanjang tersebut akan dibuat disebelah
jalur yang telah diaspal, gilasan pertama harus dilakukan sepanjang sambungan
memanjang tersebut untuk suatu jarak yang pendek.
f. Pada sambungan penggilasan harus dimulai kearah memanjang dan selanjutnya pada
tepi luar dan sejajar dengan sumbu jalan kearah tengah jalan, kecuali super elevasi
pada tikungan harus dimulai pada bagian yang rendah dan bergerak kearah bagian
yang tinggi. Lintasan yang berurutan harus saling menutupi dengan paling sedikit
setengah dari lebar roda dan lintasan harus tidak berakhir pada titik berjarak kurang
dari satu meter dari lintasan sebelumnya. Usaha penggilasan harus diutamakan pada
tepi luar dari lebar yang dihampar.
g. Ketika menggilas sambungan memanjang, mesin gilas pemecah harus terlebih dahulu
pindah kejalur yang telah dihampar sebelumnya sehingga tidak lebih dari 15 cm dari
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT
roda penggerak akan menggilas tepi yang belum dipadatkan. Mesin gilas harus
meneruskannya sepanjang jalur ini, dengan menggeserkan posisinya sedikit demi
sedikit melewati sambungan dengan beberapa lintasan, sampai tercapai sambungan
yang terpadatkan dengan rapi.
h. Arah dari penggilasan harus tidak berubah secara tiba-tiba begitu pula arah yang akan
menyebabkan tersorongnya campuran.
i. Penggilasan harus berlangsung secara menerus sebagaimana diperlukan untuk
memperoleh pemadatan yang merata sewaktu campuran masih dalam kondisi yang
dapat dikerjakan sehingga seluruh bekas tanda gilasan dan ketidak rataan hilang.
j. Untuk mencegah pelekatan campuran keroda mesin gilas, roda-roda tersebut harus
dibasahkan secara menerus, tetapi air yang berlebihan tidak diijinkan.
k. Peralatan berat atau mesin gilas tidak diperbolehkan berada diatas lapisan yang baru
selesai, sampai lapisan-lapisan tersebut betul-betul mendingin dan mengeras.
l. Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau
perlengkapan yang digunakan oleh Kontraktor diatas tipa bagian perkerasan yang
sedang dikerjakan, dapat menjadi sebab pembongkaran dan penggantian dari
perkerasan yang rusak tersebut (oleh Kontraktor).
m. Permukaan campuran setelah pemadatan harus licin dan sesuai dengan bentuk dan
ketinggian permukaannya yang masih dalam batas-batas toleransi yang
dipersyaratkan. Tiap campuran yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan
tanah, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan
campuran panas yang baru, yang harus dipadatkan secepatnya agar sama dengan
daerah seluas 1000 cm2 atau lebih yang menunjukan kelebihan atau kekurangan
material aspal beton harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan-tonjolan
sambungan, lekukan, dan permukaan yang kasar (cacat) harus diperbaiki
sebagaimana diperintahkan oleh Dierksi/Pengawas.
n. Sewaktu permukaan yang sedang dipadatkan dan diselaesaikan kontraktor harus
memotong tepi-tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap material yang berlebihan
harus dipotong tegak lurus setelah penggilasan akhir, dan dibuang oleh kontraktor
diluar daerah milik jalan sehingga tidak kelihatan dari jalan.
5. Sambungan – Sambungan
a. Baik sambungan memanjang maupun melintang dalam lapisan yang berurutan harus
diatur sedemikian rupa agar tidak berada satu diatas yang lainnya. Sambungan
memanjang harus diatur sedemikian rupa agar sambungan yang berada dilapisan
paling atas akan berlokasi dipemisah jalur lalu lintas. Sambungan melintang harus
dipasang secara bertahap dengan minimum jarak antaranya 25 cm dan harus lurus.
b. Campuran tidak boleh dihampar pada material yang baru saja digilas kecuali kalau
tepinya tegak lurus. Sapuan aspal untuk melekat kedua lapisan harus diberiakan
sesaat sebelum campuran tambahan dipasang diatas material yang sebelumnya
digilas.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT
2. Persyaratan Kepadatan
a. Kerapatan dari campuran yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan dalam
AASHTO T 166, harus tidak kurang dari 98% untuk jenis campuran lainnya dari
kerapatan benda uji yang dipadatkan di labotarium dari material dan dengan proposi
yang sama.
b. Cara pangambilan contoh material dan pemadatan dari benda uji harus masing-masing
sesuai dengan AASHTO T 168 dan AASHTO T 245.