3"
No. 10
100
20 - 100
No. 40
5 - 60
No. 200
0-8
Gradasi dalam daftar di atas mengambarkan batas - batas yang akan menentukan apakah
agregat yang dipakai dari sumber pengadaannya. Hasil akhir dari penyusunan / penggabungan
gradasi dengan memakai dasar gradasi limit tersebut, harus masuk dalam batas grading limit
hingga penyusunan/ penggabungan gradasi tersebut harus mempunyai susunan uniform dari
course aggregate sampai ke fine aggregate.
Jumlah fraksi agregat yang lewat saringan No. 200 tidak boleh lebih dari ^ jumlah fraksi
agregat yang lewat saringan No.40. Seluruh agregat yang dipakai untuk agregat subbase,
termasuk fraksi agregat yang lewat saringan No. 40 harus mempunyai liquid limit tidak lebih
dari 25% dan plasticity indexnya tidak lebih darl 6% bila ditest dengan persyaratan ASTM
4318.
Sand equivalent + 95 % dan maksimum jumlah material yang lebih halus dari 0.02 mm harus
kurang dari 3 %.
CBR min sub Base harus lebih besar dari 25 %.
Tabel 3.1.2 Kondisi Kualitas Untuk Bahan Sub Base Course
Uraian
Batas Tes
- Batas Cair
Maksimum 25%
- Indeks Plastisitas
Maksimum 6%
Minimum 25%
Minimum 25%
Maksimum 40%
putaran)
- Campuran lempung dan butir - butir mudah
pecah dalam agregat
- Perbandingan % lolos #200 dan No. 40
Maksimum 5%
Maksimum 5%
3-61
Luas area untuk uji pemadatan minimal 3 m x 30 m yang dibagi menjadi 3 segmen, dimana
perbedaan tiap segmen adalah pada jumlah lintasan pemadatan. Selanjutnya dari hasil uji
pemadatan apabila sudah memenuhi persyaratan, maka dijadikan dasar dalam pelaksanaan.
Namun apabila hasil uji pemadatan tidak memenuhi persyaratan, maka uji pemadatan dapat di
ulang kembali.
Lapisan subbase harus disusun berlapis-lapis tidak boleh kurang dari 7,5 cm dan tidak boleh
lebih dari 20 cm tebalnya setelah dipadatkan.
Karena bahan itu dibentangkan rata maka harus mempunyai ketebalan yang sama dan tidak
diperkenankan adanya tempat-tempat yang mengalami segregation.
Subbase tidak boleh dihamparkan lebih dari 2.000 meter persegi sebelum digilas, kecuali
dinyatakan lain oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
Diperlukan pengilasan yang cukup memadai yaitu dengan menggunakan alat vibratory rollers
seberat 14 ton lalu smooth wheel rollers dengan berat minimum 12 ton untuk melayani
kecepatan perletakan dan penghamparan dari bahan subbase itu.
Banyaknya gilasan yang diperlukan minimum 6 gilasan (passes) atau lebih sehingga
permukaan lower subbase memiliki nilai CBR minimum 25%.
Penggilasan harus berlangsung sampai bahan itu tersusun dan stabil benar-benar, serta bahan
subbase telah dipadatkan sehingga kepadatannya adalah 95% kepadatan maksimum pada
kadar air optimum sebagai yang ditetapkan oleh ASTM D-1557 Blending dan rolling harus
dilakukan bergantian, menurut keperluan / petunjuk untuk memperoleh satu subbase yang
rata, halus dan dipadatkan secara merata pula.
Jika penggilasan menghasilkan ketidakrataan yang melebihi 12 mm apabila diuji dengan
tongkat lurus dari 3 meter, maka permukaan yang tidak rata harus digusur untuk kemudian
ditimbun kembali dengan bahan yang sama seperti yang dipakai dalam menyusun lapisan itu
dan digilas lagi seperti tersebut diatas.
Laporan hasil uji kepadatan lapangan, harus memuat tentang titik koordinat dan elevasi
hasil pengujian tersebut.
Tabel 3.1.3 Persyaratan Pengendalian Lapangan
Test Pengendalian
Prosedur
3-62
b. Test Kepadatan di tempat, Lapis Sub Base Course ( Harus dilakukan untuk setiap 1000 m2 dan tiap tebal
Test Kerucut pasir)
dengan
membandingkan terhadap
test
kepadatan
Test Pengendalian
Prosedur
kering maksimum.
3-63
Gradasi itu harus memenuhi persyaratan gradasi limit seperti tabel dibawah ini :
Tabel 3.2.1 Gradasi Agregat Base Course
Saringan A.S.T.M
3"
UJ CO
1.5"
100
100
45-60
65-80
/4"
Pemecahan itu harus menghasilkan bahan pecah yang mempunyai gradasi dengan syarat,
bahan tersebut semuanya tertinggal disaringan No. 4 dan yang harus sekurang - kurangnya 90
% berat mempunyai satu muka bidang pecah.
Apabila perlu, batu pecah itu harus disaring sebelum dipecah untuk memenuhi persyaratan ini.
Semua bahan yang mutunya rendah harus dibuang. Batu pecah harus terdiri dari bahan yang
keras, awet / tahan aus, dan tidak mempunyai bagian yang panjang /elongated, lunak/soft atau
hancur serta harus bebas dari kotoran - kotoran bahan - bahan lain yang tidak diinginkan tidak
lebih dari 5 % dan harus mempunyai nilai Los Angeles Abrassion test 40 % setelah 500 putaran
seperti yang ditentukan oleh ASTM C 131 - 81 Los Angeles Roller Test (Abrassion test).
Bahan - bahan pecahan tidak boleh menunjukan kenyataan akan hancur atau menunjukan
satu total kehilangan yang lebih besar dari 12% jika dikenakan 5 putaran / cycles dari pada
sodium sulphate Accelerated Soundness Test dengan menggunakan ASTM C - 88 - 76.
Semua bahan yang lolos saringan No. 4 yang dihasilkan dalam proses pemecahan, baik kerikil
maupun batu kali, harus disatukan dalam bahan base kecuali jika terdapat satu jumlah yang
berlebihan yang apabila dimasukan tidak akan memenuhi persyaratan gradasi.
B. Bahan Halus Tambahan
Apabila bahan halus tambahan, melebihi dari bahan yang memang terdapat dalam bahan base
course, perlu untuk membentuk gradasi bagi pembuatan dari pada gradasi yang
dispesifikasikan, atau untuk pengikatan bahan base, atau untuk penggantian kepadatan tanah
3-64
dari pada bahan yang tertapis dengan saringan No.40, maka bahan tersebut dicampur secara
seragam dan diaduk dengan bahan base course pada mesin pemecah atau oleh sebuah mesin
yang diuji. Tidak akan ada pekerjaan ulangan dari pada bahan base course ditempat untuk
memperoleh gradasi yang dispesifikasikan.
Bahan halus tambahan untuk maksud ini harus diperoleh dari pemecahan batu kali atau kerikil.
3-65
Batas Tes
CBR terendam
Luas area untuk uji pemadatan minimal 3 m x 30 m yang dibagi menjadi 3 segmen, dimana
perbedaan tiap segmen adalah pada jumlah lintasan pemadatan.
3-66
1. Cara Pemadatan
Lapisan aggregate harus dilaksanakan berlapis-lapis yang tebal setiap lapisannya tidak boleh
kurang dari 6 cm atau lebih tebal dari 10 cm.
Gradasi aggregate yang sudah ditebarkan harus seragam dan tidak mengandung pemecahanpemecahan atau unsur-unsur bahan yang halus ataupun kasar pada suatu tempat. Aggregate
dimaksudkan tidak boleh ditebar melebihi 1500 meter persegi sebelum digilas, kecuali
diperkenankan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
2. Penyelesaian Pemadatan
Konstruksi base coure dikerjakan berlapis-lapis tersebut sedemikian dapat mencapai struktur
yang homogen, kemudian dipadatkan dengan menggunakan Smoothwheel Rollers dengan
berat 8 - 12 ton, Pneumatic Tire Roller dan Vibro Roller sampai benar-benar padat dan jika
perlu dengan penambahan air.
Penggilasan harus berlangsung terus sampai bahan base selesai dipadatkan mempunyai
kepadatan tidak kurang dari 100% dari kepadatan seperti yang ditetapkan oleh ASTM D-1557
dan minimal mempunyai nilai CBR 80 %.
Apabila penggilasan itu menghasilkan ketidakrataan melebihi 10 mm jika diuji dengan tongkat
lurus 3 meter, maka permukaan yang tidak rata harus dibongkar, kemudian ditimbuni dengan
bahan yang sama dipakai
Sebelum persiapan dimulai untuk penggunaan lapisan berikutnya lapisan aggregate
base harus dibiarkan mengering hingga kadar air rata - rata pada keseluruhan dalam
lapisan agregate base kurang dari 80 % dari kadar air optimum campuran aggregate
base.
3. Pengendalian Lapangan
Apabila kesusutan base lebih dari 10 mm Kontraktor harus memperbaiki daerah-daerah itu
dengan cara mengupas menambah campuran base yang memadai, menggilas, membuat
bentuk kembali dan menyelesaikan sesuai dengan persyaratan teknis pelaksanaan ini.
Prosedur
Dengan
Course
menggunakan
field
CBR
dan
kembali,
diperoleh
kerataan
dipadatkan
serta
lagi,
sampai
kemiringan
dan
garis tengah.
1 cm terhadap tebal design
Semua material yang lolos saringan No. 4 hasil dari pemecahan batu, gravel, atau hasil daur
ulang dapat dicampurkan kedalam material base sepanjang memenuhi persyaratan gradasi.
Gradasi harus memenuhi batasan dalam tabel berikut ini apabila diuji dengan metoda ASTM
C 136 dan ASTM D 75
3-68
Gradasi B
2 in (51 mm)
100 1
100 1
45 - 100
55 - 100
37 - 80
45 - 100
15 - 50
25 - 80
0 - 25
10 - 35
Ukuran Saringan
1 Ukuran agregat maksimum 1 in (25.4 mm) bila digunakan sebagai lapis pondasi perkerasan beton semen.
Bagian dari agregat base, termasuk material yang dicampur yang lolos saringan No. 40
harus mempunyai Liquid Limit tidak lebih dari 25 % dan Plasticity Index lebih dari 6 %
Batas Pengujian
Indeks Plastisitas
0-6%
0 - 35 %
25 %
Batas Cair
0 - 25 %
0-2%
CBR
Minimal 100
Minimal 14
3-69
Semen Portland
Semua Portland yang dipakai harus dari merek yang sudah lazim dipakai di Indonesia
dan memenuhi persyaratan ASTM C 150 untuk semen tipe I. Dengan persetujuan
Pejabat Pembuat Komitmen semen dengan additive puzzolan mungkin dipakai dengan
syarat kandungan puzzolan tidak lebih dari 30 % berat.
3. Kadar Semen
-
Spesimen tes dibuat dengan kadar semen berbeda beda dan dipadatkan sesuai
ASTM D 1557 dan kadar air optimum ditentukan untuk setiap kadar semen.
Sample yang dipadatkan pada OMC akan ditentukan kuat desaknya (compressive
strength) sesudah 7 hari dan direndam selama 24 jam.
Kadar semen yang akan dipakai adalah kadar semen terhadap berat yang menghasilkan
karakteristik kuat laboratorium pada 7 hari tidak kurang dari 52 kg/cm2, berdasarkan tes
terhadap sekurang kurangnya 6 silinder. Karakteristik kuat desak ditentukan dengan
rumus X6 - 1 x Sd6 dimana.
X6 = rata rata dari 6 tes
Sd6 = standar devisi dari 6 tes
3-610
Metode Pengujian
ASTM D 1633-63
Kg/cm2
7 Hari
54
28 Hari
120
CBR %
Min.100
AASHTO T 193-72
Luas area untuk uji pemadatan minimal 3 m x 30 m yang dibagi menjadi 3 segmen, dimana
perbedaan tiap segmen adalah pada jumlah lintasan pemadatan.
Laporan hasil uji kepadatan lapangan, harus memuat tentang titik koordinat dan elevasi hasil
pengujian tersebut.
Prosedur
Pemeriksaan visual dan pengukuran ketebalan setiap
hari. Dilakukan untuk setiap 200 panjang lapisan CTB
yang dipasang
b. Test Kepadatan di tempat, Lapis Base Course ( Test Harus dilakukan untuk setiap 1000 m2 dan tiap tebal
Kerucut pasir)
3-611
3-612
1. Bahan
Jenis asphalt untuk Prime Coat ini adalah Asphalt Cement 60/70 komposisi sesuai hasil tes
viscositas, perihal bahan-bahan dilaksanakan dengan memakai pressure distributtor yang
memenuhi syarat.
Dalam garis besarnya, jumlah bahan asphalt tergantung dari texture dari base course, dan
banyaknya berkisar 2 kg/m2 jika terlalu pekat dapat diijinkan menggunakan bahan pengencer
secukupnya.
Tabel 3.4.1 Material Aspal untuk Prime Coat
Temperatur Aplikasi
Tipe dan Grade
Spesifikasi
Aspal Emulsi
SS-1, SS-1h
ASTM D 977
70-160
20-70
MS-2, HFMS-1
ASTM D 977
70-160
20-70
CSS-1, CSS-1h
ASTM D 2397
70-160
20-70
CMS-2
ASTM D 2397
70-160
20-70
Cutback Asphalt
RC-250
ASTM D 2028
165+
75+
RC-70
ASTM D 2028
120+
50+
Volume harus dikoreksi dengan volume pada 60F (15C) sesuai dengan ASTM D 1250 for
cutback asphalt, and Table IV-3 of The Asphalt Institute's Manual MS-6 for emulsified asphalt.
3-613
1. Bahan
Jenis asphalt untuk Coating ini biasanya menggunakan Asphalt Cement 60/70 perihal bahanbahan dilaksanakan dengan memakai pressure distributor yang memenuhi syarat. Pemakaian
asphalt jenis lain hanya dibenarkan dengan ijin Pejabat Pembuat Komitmen. Pemakaian tack
coat berkisar 1 kg/m2 dengan komposisi berdasarkan tes viscositas aspal, namun jika terlalu
pekat diijinkan menggunakan bahan pengencer secukupnya.
Tabel 3.5.1 Material Aspal untuk Tack Coat
Temperatur Aplikasi
Tipe dan Grade
Spesifikasi
Aspal Emulsi
SS-1, SS-1h
ASTM D 977
70-160
20-70
MS-2, HFMS-1
ASTM D 977
70-160
20-70
CSS-1, CSS-1h
ASTM D 2397
70-160
20-70
CMS-2
ASTM D 2397
Cutback Asphalt
70-160
20-70
RC-70
ASTM D 2028
120+
50+
Volume harus dikoreksi dengan volume pada 60F (15C) sesuai dengan ASTM D 1250 for
cutback asphalt, and Table IV-3 of The Asphalt Institute's Manual MS-6 for emulsified asphalt.
3-614
2. Peralatan/Perlengkapan
Sprayer yang digunakan harus beroda angin yang ukurannya sedemikian rupa sehingga
muatan yang dihasilkan di-base atau sub-base harus direncanakan, dilengkapi, dirawat serta
dioperasikan sedemikian hingga asphalt pada kepanasan yang merata dapat digunakan
secara seragam pada kelebaran permukaan yang berbeda-beda dengan perbandingan yang
sudah ditentukan ser-ta terawasi dari 0.20 sampai 7,50 kg.
2. Bahan
3-615
Jenis aspal yang digunakan untuk pekerjaan landas pacu, taxiway dan apron sesuai
dengan kondisi iklim di Indonesia adalah AC 60/70 dengan kualitas import.
Jenis spesifikasi dan suhu campuran untuk aspal Kualitas Import adalah sebagai
berikut :
Penetration grade 60 - 70
Spesification ASTM D 946
Kadar Parafin kurang dari 2 %
Mixing Temperature ditentukan berdasarkan tes viscositas atau biasanya 150 C - 160C
3-616
Jenis Pengujian
Metode Pengujian
1.
min
Satuan
max
ASTM D 5-95
60
70
0,1 mm
Titik Lembek
ASTM D 36 - 86
48
56
3.
4.
ASTM D 92 - 90
ASTM D 113 - 86
232
100
C
cm
5.
Berat Jenis
ASTM D 70 - 82
1,01
1,06
6.
ASTM D 2042
99
7.
ASTM D 1754 - 94
0,2
8.
ASTM D 5-95
80
% asli
9.
ASTM D 36 - 86
100
cm
10
Kadar Parafin
SNI 03-3639-1994
Dengan memperhatikan kondisi setempat, terutama iklim/ suhu untuk daerah- daerah yang
temperatur udaranya lebih rendah dari 25 C, dapat digunakan alternatif bahan aspal dengan
nilai penetrasi yang lebih besar dari AC 60/70 dengan persetujuan Pejabat Pembuat
Komitmen.
Viscosity Grade
ASTM D 3381
Keterangan
ASTM D 946
40-50
60-70
AC-5
AC-10
AR-1000
AR-2000
85-100
AC-15
AR-4000
100-120
AC-20
AR-8000
120-150
AC-30
AC-40
3-617
B. Agregat
Agregat kasar harus terdiri dari bahan yang bersifat tahan aus/keras dan bebas dari lapisan
(coatings) yang melekat dan sesuai ketentuan- ketentuan dari persyaratan A.S.T.M. D-692-79,
A.S.T.M.D-693-77. Course agregat bila di test berdasarkan Los Angeles Abrassion Test, harus
tidak boleh hilang lebih dari 25 %.
Untuk bandar udara yang direncanakan menampung pesawat terbang narrow body maka
untuk course agregat proses Pemecahan batu harus memenuhi syarat-syarat (tertinggal) pada
saringan No. 8 sebagai berikut :
1. Minimum 75 % dari berat butiran yang mempunyai bentuk minimum tiga muka bidang
pecah.
2. 100 % dari berat butiran dengan satu atau lebih muka bidang pecah.
3. Penelitian material sebagai berikut :
3.11.
3.12.
3.13.
Mix design aspal beton dengan methode marshall memenuhi syarat seperti
Tidak
boleh
menampakkan
adanya
tanda-tanda
bercerai-berai
Bagian dari fine agregat, termasuk Filler yang lewat saringan No. 40 harus mempunyai
plasticity Index tidak lebih dari 6%, seperti ditentukan A.S.T.M D. 424, dan liquid limit
tidak boleh lebih dari 25% bila diuji dengan A.S.T.M -
3-618
D. 423. Sebelum penerimaan terakhir dari agregat yang diinginkan sifat-sifat letak dari
agregat tersebut stripping harus ditentukan.
Dengan dilakukan persiapan dari paving mixture yang sesuai dengan spesifikasi
berikut. Sesudah pencampuran dilakukan lalu disebarkan / dipasang dalam lapisan
yang lepas dan tipis dan dibiarkan di udara selama 24 jam sebelum di test, ukuran
sample test tersebut dalam botol gelas bersih, ditutup dengan tutup yang rapat.
Sample test harus ditutupi seluruhnya, air distalasi dengan temperature antara 27 dan
28 derajat celcius. Botol dan isinya harus dibiarkan dalam waktu 24 jam, kemudian
contoh harus dikocok kuat - kuat untuk waktu 15 menit. Contoh campuran harus diuji
untuk strippingnya. Bila percobaan stripping terlihat adanya lapisan aspal terlepas dari
permukaan agregat, maka perlu penggunaan anti strip agens atau agregat tersebut
tidak boleh digunakan.
Tabel 3.6.3 Ketentuan Agregat Kasar
Pengujian
Standar
ASTM C 88
Nilai
Maks.10 %
ASTM C 88
Maks. 12 %
ASTM C 131
Maks. 25 %
ASTM C 131
Maks. 40 %
Partikel Pipih
ASTM D 4791
Maks 25 %
Partikel Lonjong
ASTM D 4791
Maks 10 %
Kekekalan
bentuk agregat
terhadap
larutan
Sodium
bentuk agregat
terhadap
larutan
Sodium
3-619
Standar
Nilai
ASTM C. 40-79
Maks. 3 %
Plasticity index
ASTM D 4318
Maks 6 %
Liquiid limit
ASTM D 4318
Maks 25 %
Agregat halus tidak boleh mengandung pasir alami lebih dari 15 persen teerhadap total
berat agregat. Jika digunakan, pasir alami harus memenuhi persyaratan ASTM D 1073 dan
harus memiliki plasticity index maksimum 6 % dan liquid limit maksimum 25 % bila diuji
sesuai dengan ASTM D 4318.
Agregat halus harus memiliki nilai sand equivalent minimum 65 % bila diuji sesuai dengan
ASTM D 2419. Agregat halus tidak boleh mengandung pasir alami lebih dari 15 % terhadap
total berat agregat sesuai persyaratan ASTM D 1073. Kotoran organik maximum 3% bila
diuji dengan ASTM C.4079
3.14.11.
Filler
Material Filler harus memenuhi persyaratan dari A.S.T.M D. 242.
E. Gradasi Agregat
Gradasi agregat untuk aspal hotmix harus berada dalam batas - batas dalam
tabel berikut :
Berat
100
100
82-100
100
70 - 90
75-95
V-z"
(12.5 mm)
42 - 70
42 - 70
No. 10
30-60
30-60
No. 40
15-40
15-40
No. 80
8-26
8-26
CM 00
Max. 3/4"
O CO
Max. 1"
CM 00
AC
O CO
ATB
3-620
No. 200
3-8
3.14.11.11.11.11.
3-8
ATB
AC
75
75
Stability (MIN)
1800 lbs
2200 lbs
Flow (MAX)
4 mm
4 mm
Flow (MIN)
2 mm
2 mm
3-5
Number of blows
CO
CN OO
CD
CN OO
CD
B. Temperatur
Temperatur untuk mixing dan pemadatan pada prinsipnya didapatkan dari hasil tes viscositas
aspal, secara umum untuk AC 60/70 temperatur mixing dan pemadatan sebagai berikut :
Mixing temperature
Laying temperature
Rolling temperature
Berikut Toleransi yang diberikan terhadap Job Mix Formula telah disetujui oleh Pejabat
Pembuat Komitmen.
4%
7%
2%
Aspal cement
0,4 %
3-621
o O 4^
Temperatures of mixing
3-622
5. Trial Compaction
Luas area untuk uji pemadatan minimal 3 m x 30 m yang dibagi menjadi 3 segmen, dimana
perbedaan tiap segmen adalah pada jumlah lintasan pemadatan.
Skala ketetapan harus sampai 0.5 % dari pada beton yang diperlukan.
3-623
Alat pengukur bahan aspal harus mempunyai ketelitian sampai dengan 0,5 %.
Pemadatan pertama / initial rolling harus dilaksanakan memanjang, dengan steel wheel rollers
berat total 8 - 10 ton. tidak boleh lebih dari 10 ton, roller harus dipadatkan dengan lintasan
berulang - ulang / panjang lintasan bolak - balik dari rollers senantiasa harus cukup lambat
untuk menghindarkan terjadinya displacement dari hotmix dengan kecepatan max 2.5 Km/ jam.
Harus dilakukan field density test paling sedikit 2 kali sehari dan field density ditetapkan
menurut A.S.T.M. Mencegah melekatnya aspal pada rollers maka roda-rodanya harus dibasahi
dengan teratur namun kebanyakan air maupun oli juga tidak diperbolehkan.
Final rolling dikerjakan dengan two wheel tandem atau three axle tandem sewaktu aspal
concrete masih cukup panas untuk menghilangkan jejak dari rollers. Berat steel wheel rollers
minimum 12 ton dan digilas sampai permukaan menunjukan texture yang uniform, rapat dan
licin. Pada tempat - tempat yang tak dapat dilalui rollers, campuran aspal hotmix harus
dipadatkan sepenuhnya dengan hand stampers.
15. Joint
1) Umum
Mixtures pada joint harus sesuai dengan persyaratan surface dan mempunyai texture,
kepadatan, kelicinan sama dengan hagian - bagian lain yang ada. Dalam pelaksanaan
semua joint, harus diusahakan untuk menyatukan dengan jalur yang berdekatan setinggi
yang telah ditetapkan dari jalur itu.
Pelaksanaan penyambungan / joint harus dilaksanakan dengan cara memotong kembali
dari pada hasil pelaksanaan sebelumnya, sehingga menunjukan tebal lapisan penuh dan
bidang pemotongan tersebut harus disikat aspal secukupnya bila dipandang perlu.
Campuran yang baru pada joint tersebut harus digaru, dipadatkan dengan penggilasan.
2) Transerve
Pelaksanaan jalur sedapat mungkin / continue. Rollers hanya akan melewati bagian
yang tidak tertutup dan tranverse joint jika penghamparan jalur terputus. Pada
sambungan melintang dipadatkan 2 arah (melintang dan memanjang) supaya tidak
terjadi gelombang.
3) Longitudinal Joint
Joint - joint pada longitudinal joint type hot joint, maka untuk maksud ini pemadatan
setiap jalur harus disiapkan selebar 30 cm, pada tepinya sepanjang jalur yang akan
dihubungkan dengan jalur lainnya yang berdekatan, pada daerah ini pemadatan
dilaksanakan bersama-sama jalan berikutnya yang berdekatan.
3-624
3-625
I.
3-626
Grading analysis dari agregat dan bitument content determination (penentuan kadar bitumen)
dilaksanakan pada material yang diambil dari sample yang sama. Hasil setiap analisa harus
diberikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen dalam 4 (empat)jam sampling dalam setiap
penyesuaian yang ternyata diperlukan harus dilaksanakan segera atas persetujuan Pejabat
Pembuat Komitmen. Diijinkan untuk melanjutkan, membawa mixed materials dari plant setelah
adanya adjustment dan pernyataan hasilnya diterima oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
20. Pengendalian Mutu
A. Umum
Kontraktor harus mengembangkan Program Pengendalian Mutu. Program tersebut
meliputi elemen-elemen yang berpengaruh terhadap mutu perkerasan yang diantaranya
adalah : rancangan campuran, gradasi agregat, kualitas material, manajemen material,
proporsi pencampuran dan transportasi, penghamparan dan penyelesaian, sambungan,
kompaksi, kerataan permukaan, tenaga kerja, dan rencana penghamparan.
Kontraktor melaksanakan pengendalian mutu pada sampling, pengujian, dan inspeksi
selama tahap pekerjaan dan harus menunjukkan hasil yang sesuai dengan persyaratan
kontrak, dengan jumlah pengetesan minimum. Kontraktor harus menunjukkan kepada
Konsultan Pengawas bahwa semua peralatan yang digunakan sudah dikalibrasi dan
akan memenuhi prosedur yang ditentukan dalam spesifikasi pengujian.
A. Pengujian Permukaan Perkerasan
1) Permukaan perkerasan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanjang 3
meter, yang disediakan oleh Kontraktor, dan harus dilaksanakan tegak lurus dan
sejajar dengan sumbu jalan sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas untuk
memeriksa seluruh permukaan perkerasan.
2) Pengujian untuk memeriksa toleransi kerataan yang disyaratkan harus
dilaksanakan segera setelah pemadatan awal, penyimpangan yang terjadi harus
diperbaiki dengan membuang atau menambah bahan sebagaimana diperlukan.
Selanjutnya pemadatan dilanjutkan seperti yang dibutuhkan. Setelah penggilasan
akhir, kerataan lapisan ini harus diperiksa kembali dan setiap ketidakrataan
permukaan yang melampaui batas-batas yang disyaratkan dan setiap lokasi yang
cacat dalam tekstur, pemadatan atau komposisi harus diperbaiki sebagaimana
yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas.
3-627
B. Ketentuan Kepadatan
1) Kepadatan semua jenis campuran aspal yang telah dipadatkan, seperti yang
ditentukan dalam AASHTO T 166, tidak boleh kurang dari 98 % untuk semua
campuran aspal lainnya.
2) Cara pengambilan benda uji campuran aspal dan pemadatan benda uji di
laboratorium masing-masing harus sesuai dengan AASHTO T 168 dan SNI- 062489-1991 untuk ukuran butir maksimum 25 mm atau ASTM D5581 untuk ukuran
maksimum 50 mm.
3) Kontraktor dianggap telah memenuhi kewajibannya dalam memadatkan
campuran aspal bilamana kepadatan lapisan yang telah dipadatkan sama atau
lebih besar dari nilai-nilai yang diberikan. Bilamana rasio kepadatan maksimum
dan minimum yang ditentukan dalam serangkaian benda uji inti pertama yang
mewakili setiap lokasi yang diukur untuk pembayaran, lebih besar dari 1,08 maka
benda uji inti tersebut harus dibuang dan serangkaian benda uji inti baru harus
diambil.
Tabel 3.6.8 Ketentuan Kepadatan
Kepadatan
Jumlah benda
Kepadatan
yang
uji perpengujian
Minimum Rata-
ap pengujian tunggal
rata (% JSD)
(% JSD)
disyaratkan
(% JSD)
98
3-4
98,1
95
98,3
94,9
98,5
94,8
3-628
2) Pengendalian Proses
Frekuensi minimum pengujian yang diperlukan dari Kontraktor untuk maksud pengendalian
proses harus seperti yang ditunjukkan dalam Tabel di bawah ini atau sampai dapat diterima
oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
Contoh yang diambil dari penghamparan campuran aspal setiap hari harus dengan cara yang
diuraikan di atas. Enam cetakan Marshall harus dibuat dari setiap contoh. Benda uji harus
dipadatkan pada temperatur yang disyaratkan dan dalam jumlah tumbukan yang disyaratkan.
Kepadatan benda uji rata-rata dari semua cetakan Marshall yang dibuat setiap hari akan
menjadi Kepadatan Marshall Harian.
Konsultan Pengawas harus memerintahkan Kontraktor untuk mengulangi proses campuran
rancangan dengan biaya Kontraktor sendiri bilamana Kepadatan Marshall Harian rata-rata dari
setiap produksi selama empat hari berturut-turut berbeda lebih 1 % dari Kepadatan Standar
Kerja (JSD).
Untuk mengurangi kuantitas bahan terhadap resiko dari setiap rangkaian pengujian,
Kontraktor dapat memilih untuk mengambil contoh di atas ruas yang lebih panjang (yaitu, pada
suatu frekuensi yang lebih besar) dari yang diperlukan.
Tabel 3.6.9 Pengendalian Mutu
Pengujian
Frekwensi pengujian
Aspal :
3
Aspal curah
Jenis
Pengujian
drum
dan
curah
mencakup :
Penetrasi dan Titik Lembek
Agregat :
- Abrasi dengan mesin Los Angeles
- Gradasi agregat yang ditambahkan ke
5000 m3
1000 m3
tumpukan
- Gradasi agregat dari penampung panas (hot
bin)
3-629
Pengujian
Frekwensi pengujian
250 m3
Campuran :
agregat/rancangan
4"
dikerjakan. Biaya ekstraksi benda uji inti untuk pengendalian proses harus sudah termasuk ke
dalam harga satuan Kontraktor untuk pelaksanaan perkerasan lapis beraspal dan tidak
dibayar secara terpisah.
3-630
21. Pengukuran
Jumlah besarnya biaya untuk surface course akan ditentukan dengan menghitung jumlah meter
persegi dari dimensi pada gambar - gambar yang dipergunakan / disetujui.
Untuk bahan lapisan perkuatan (misalnya AC dan ATB) jumlah meter kubik dari bahan yang telah
dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil perkalian luas lokasi dan tebal yang diterima.
3-131
Pejabat Pembuat Komitmen dapat menyetujui atau menerima suatu ketebalan yang kurang
berdasarkan pertimbangan teknis maka pembayaran campuran aspal akan dihitung berdasarkan
luas atau volume hamparan yang dikoreksi dengan menggunakan faktor koreksi berikut ini :
Teb al nominal yang diterima
Ct = ----------------------------------------------------------------------------------
22. Pembayaran
Tahap pembayaran dilakukan berdasarkan prestasi kerja yang kriterianya ditetapkan dalam
kontrak yang bersangkutan berdasarkan hasil pengukuran.
3-132