Abstrak—PT ABC merupakan perusahaan cetak dalam skala PT ABC merupakan perusahaan cetak dalam skala nasional.
nasional. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan Produk yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan buku ajar dari
buku ajar, majalah, surat kabar, dan lain sebagainya. Kegiatan SD, SMP, SMA, majalah, surat kabar, dan lain sebagainya. Jumlah
maintenance yang ada PT ABC terbagi menajadi dua, yaitu produksi PT ABC dari tahun 2010 – 2013 mengalami kenaikan.
preventive maintenance setiap senin dan kamis serta kegiatan Namun pada tahun 2014 produksi PT ABC mengalami penurunan.
corrective maintenance yang dilakukan jika mesin mengalami
Penurunan ini terlihat dari jumlah produksi hanya sebesar 78% dari
kegagalan fungsi. Kegagalan fungsi pada mesin Komori masih
cukup tinggi. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan pecegahaan produksi yang direncanakan. Penurunan jumlah produksi ini
untuk meningkatkan reliabilitas mesin. Metode yang dilakukan diakibatkan oleh sering terjadinya kerusakan pada mesin. Kegagalan
adalah Reliability Centered Maintenance, yaitu dengan fungsi pada mesin sering terjadi sehingga membuat mesin berhenti
menganalisis failure yang terjadi dengan menggunakan analisis bekerja.
Failure Mode and Effect Analysis dan Decision Worksheet. Hasil Proses produksi PT ABC terdiri dari proses pracetak, cetak
dari analisis ini merupakan preventive task masing-masing sheet, cetak web, dan finishing. Fokus penelitian ini yaitu pada proses
komponen. Sedangkan untuk menganalisis risiko yang cetak terutama cetak sheet. Pemilihan ini dikarenakan proses cetak
diakibatkan jika mesin mengalami gagal fungsi, yaitu dengan sheet merupakan proses yang cukup berpengaruh pada penjualan
metode Risk Based Maintenance. Hasil yang diperoleh dari nilai
produk karena proses ini membuat cover untuk buku. Cover buku
risiko yang ditanggung perusahaan ketika mesin mengalami
failure, yaitu sebesar Rp965.904.899,36. Berdasarkan hasil merupakan salah satu unsur pertama dilihat ketika membeli sehingga
pengolahan data pada subsistem kritis diperoleh kesimpulan bagian cover memerlukan cetakan yang bagus.
bahwa enam komponen dilakukan dengan task scheduled on
condition, tiga komponen dengan task scheduled restoration, dan 30,000,000
enam komponen dengan task scheduled discard. Sedangkan untuk
JUMLAH PRODUKSI
Maintenance merupakan sebuah kegiatan untuk Pada proses cetak sheet terdapat beberapa mesin yaitu mesin
mengembalikan fungsi dari mesin atau sistem ke fungsi normal. Oliver, Beiren, Komori, dan Mitsubishi. Gambar 1 memperlihatkan
Kegiatan maintenance sering dilakukan pada pabrik yang memiliki jumlah produksi masing-masing mesin pada proses cetak sheet selama
mesin-mesin besar. Sebagai contoh pada perusahaan perusahaan rentang tahun 2010 – 2014. Sedangkan untuk Gambar 2
cetak. memperlihatkan jumlah downtime (jam) masing-masing mesin cetak
sheet pada tahun 2014. Kedua gambar tersebut memperlihatkan
150
based maintenance dan marginal assurance (No. 11). Tujuan
100 pada penlitian ini yaitu menentukan faktor-faktor yang
menyebabkan tingginya downtime, kegiatan maintenance yang
50
tepat, konsekuensi risiko yang diakibatkan kerusakan
0 subsistem kritis, total biaya perawatan dan waktu preventive
SAKURAI BEIREN KOMORI MITSUBISHI maintenance yang optimal.
Mesin Sheet
II. METODE PENELITIAN
Gambar 2 Downtime Mesin Cetak Sheet 2014 Pada bagian ini akan dijelaskan langkah-langkah pengerjaan
dalam penelitian penentuan kebijakan perawatan.
Penentuan preventive maintenance pada mesin Komori LS440 A. Model Konseptual
menggunakan metode RCM (Reliability Centered Maintenance). Gambar 3 menunjukkan langkah-langkah pengerjaan dalam
Metode RCM merupakan sebuah metode yang digunakan mencari preventive maintenance usulan. Sebelumnya perlu
untuk menentukan kebijakan preventive maintenance dengan dilakukan pengumpulan data. Data yang diperlukan dalam
menggunakan information dan decision worksheet. RCM peneliatian ini yaitu diskripsi mesin Komori LS440, kebijakan
digunakan untuk memperoleh kegiatan perawatan agar suatu maintenance existing, data time to failure, data time to repair, data
aset fisik terus bekerja melakukan fungsinya sesuai konteks biaya komponen, data biaya material, data biaya upah engineering.
pengoperasiannya pada saat ini [1]. Sedangkan preventive
maintenance merupakan semua tindakan yang dilakukan dalam Langkah awal yang dilakukan yaitu mendiskripsikan objek
sebuah jadwal yang terencana, periodik, dan spesifik untuk penelitian. Objek pada penelitian ini merupakan mesin Komori
menjaga sebuah perangkat dalam kondisi operasional yang LS440. Dalam langkah awal ini dilakukan pendeskripsian cara kerja
ditentukan, dengan melalui proses pemeriksaan dan rekondisi mesin dan komponen yang terdapat pada mesin.
[2]. Langkah kedua yaitu menentukan system breakdown structure.
Penentuan kebijakan preventive maintenance juga System breakdown structure digunakan untuk mendiskripsikan
memperhitungkan interval waktu perawatan. Interval waktu sistem-sistem apa saja yang membangun mesin Komori LS440.
perawatan digunakan untuk menentukan kapan sebaiknya System breakdown structure juga digunakan untuk menentukan
mesin dilakukan perawatan. Interval waktu ini dihitung maintenanble item yang terdpat pada mesin Komori LS440.
berdasarkan task yang sebelumnya telah ditentukan pada Langkah ketiga yaitu menentukan sistem dan subsitem kritis
decision worksheet. Selain menghitung inteval waktu pada mesin Komori LS440. Penentuan dilakukan dengan
kerusakan, biaya perawatan preventive maintenance juga menggunakan failure record system. Pemilihan ini sistem dan
dihitung untuk melihat berapa biaya yang dikeluarkan subsistem kritis dilakukan dengan memilih kerusakan terbanyak.
perusahaan jika menerapkan preventive maintenance usulan. Langkah kempat yaitu menentukan functional failure yang
Metode kedua yang ada pada penelitian ini merupakan metode terdapat pada mesin Komori LS440. Functional failure diambil dari
RBM. Metode RBM merupakan suatu metode kuantitatif yang tahun 2010 – 2014. Pada langkah keempat ini dilakukan analisis
didasarkan dari integrasi pendekatan antara reliability dan menggunakan metode RCM. Hasil analisis functional failure
sebuah strategi pendekatan risiko yang bertujuan untuk merupakan preventive task usulan.
mengoptimumkan jadwal maintenance dan untuk Langkah kelima yaitu pengukuran kuantitaif dengan
meminimalkan risiko yang ditimbulkan akibat failure yang mengambil data Mean Time to Failure (MTTF), Mean Time to
terjadi [3]. Output dari metode RBM pada penelitian ini adalah Repair (MTTR). MTTF akan dijadikan dalam perhitungan nilai
nilai risiko yang ditanggung perusahaan jika sistem mengalami reliability subsistem kritis. MTTR akan digunakan dalam
kegagalan fungsi. menentukan biaya perawatan subsistem.
Penelitian tentang penentuan preventive maintenance Dalam menentukan MTTF dan MTTR (No .12) terlebih dahulu
pernah dilakukan Jatnika [4]. Penelitian tersebut dilakukan dilakukan plotting distribusi pada data TTF dan data TTR. Distribusi
penelitian di PT Perkebunan Nusantara VIII Pabrik Rancabali yang digunakan untuk failure yaitu distribusi eksponensial, distribusi
dengan menggunakan metode reliabiliable centered normal, dan distribusi weibull. Setelah mendapatkan distribusi yang
maintenance (No.11). Tujuan pada penelitian ini yaitu sesuai kemudian dilakukan penentuan parameter yang mewakili
menentukan kebijakan perawatan, interval waktu, total biaya distribusi. Jika sudah ditentukan ditentukan parameter kemudian
equipment sistem kritis di PT Perkebunan Nusantara VIII dilakukan perhitungan untuk miencari MTTF dan MTTR.
pabrik Rancabali. Metode yang digunakan yaitu metode
Reliability Centered Maintenance (RCM II). Adapun untuk
Usulan Preventive Maintenance Pada Mesin Komori LS440 dengan Menggunakan Metode
Reliability Centered Maintenance (RCM II) dan Risk Based Maintenance (RBM)
32 Destina Surya Dhamayanti, Judi Alhilman, Nurdinintya Athari (hal.31 – 37)
Langkah keenam dilakukan penentuan interval waktu fungsi. Nilai risiko ini juga menentukan apakah perusahaan masih bisa
perawatan. Interval waktu ini merupakan interval waktu perawatan mentoleransi kegagalan fungsi yang didapat. Jika tidak dapat diterima,
kegiatan preventive maintenance. maka dilakukan kegiatan preventive maintenance usulan untuk
Langkah ketujuh dilakukan perhitungan untuk melihat berapa mengurangi risiko kegagalan fungsi mesin Komori LS440.
biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan preventive Langkah terakhir, yaitu menentukan kebijakan preventive
maintenance usulan dan untuk melihat apakah kegiatan preventive maintenance dengan mempertimbangkan nilai risiko kegagalan
maintenance usulan layak atau tidak untuk diimplementasikan. fungsi, biaya kegiatan preventive maintenance usulan, dan dengan
Langkah selanjtunya yaitu menentukan berapa besar nilai yang memeprtimpangkan interval waktu perawatan serta melihat
dikeluarkan oleh perusahaan ketika mesin mengalami kegagalan maintenance task yang telah dilakukan ananlisis sebelumnya.
Mesin Komori
LS440
System
Breakdown
Structure
Penentuan
Maintenable
Item
Failure Record
System
Penentuan
Sistem Kritis
Failure Record
System
Penentuan
Subsistem Kritis
Penentuan
Fuctional
MTTF MTTR
Failure
Loss of Revenue
RCM (Reliability RBM (Risk-Based
Maintenance)
Centered Reliability Upah Pekerja
Maintenance ) FTA
Biaya Material
Consequance
Assesment Biaya
Komponen
Risk Estimation
Risk Evaluation
Biaya
Perawatan
Optimasi
Preventive Task
Interval Waktu
Usulan
Perawatan
Kebijakan
Perawatan
Usulan Preventive Maintenance Pada Mesin Komori LS440 dengan Menggunakan Metode
Reliability Centered Maintenance (RCM II) dan Risk Based Maintenance (RBM)
34 Destina Surya Dhamayanti, Judi Alhilman, Nurdinintya Athari (hal.31 – 37)
D. Penentuan Maintenance Task dan Perhitungan Waktu Interval Cf = Cr + MTTR (Co + Cw) (3)
Perawatan Cf = Biaya perbaikan atau penggatian karena kerusakan
Penentuan maintenance task dilakukan dengan menganalisis komponen setiap siklus perawatan
information worksheet dan decision worksheet [1]. Analisis pada Cr = Biaya penggantian kerusakan komponen
information worksheet dilakukan dengan mengamati record failure. Co = Biaya kerugian produksi (loss revenue)
Tabel information worksheet terdiri dari fungsi sistem, kegagalan Cw = Biaya tenaga kerja Cf (Biaya perbaikan), kemudian
sistem dan FMEA (Failure Mode and Effect Analysis). dilakukan perhitungan untuk menghitung biaya yamg
TABEL III
dikeluarkan
NILAI PARAMETER DAN MTTF KOMPONEN KOMORI LS440
Setelah mendapatkan nilai untuk melakukan perawatan
MTTF (Cm) yaitu dengan menjulahkan biaya downtime + tenaga kerja
Komponen Distribusi Parameter
(Jam) + biaya perbaikan. Jika nilai Cf dan Cm diketahuin maka dapat
K 3749,17
dilakukan perhitungan untuk menentukan interval waktu yang
Sucker
Weibull 3349,958 tepat untuk kegiatan maintenance. Rumus penentuan interval
Feeder E 1,06067
waktu pada setiap masing-masing task dapat dilihat pada
P 4722,96 persamaan 4.
Rantai Meja
Normal 4722,96 భ
Feeder
V 4575,16
ܶ ܯൌ ߟݔሺ ሻഁ ሻ (4)
ሺఉିଵሻ
K 1470,48
Solenoid
Weibull 2087,876 Tabel V menunjukkan hasil penentuan maintenance task
Feeder
E 0,629688 disetiap masing-masing kerusakan. Serta Tabel V
menunjukkan interval waktu untuk melakukan maintenance
TABEL IV task tersebut. Sebagai contoh pada komponen sucker feeder
NILAI PARAMETER DAN MTTR KOMPONEN KOMORI LS440 yang memiliki miantenance task scheduled on condition,
MTTF perawatan seharusnya dilakukan setiap 1.829,78 jam sekali
Komponen Distribusi Parameter
(Jam) untuk menjaga reliabilitas komponen tersebut.
K 4,26513 TABEL V
Sucker Weibull 3,80633 HASIL PENENTUAN TASK DAN PERHITUNGAN INITIAL INTERVAL
Feeder E 1,69144
Initial
MTTF
P 2,85417 No. Komponen Task Usulan Interval
(Hours)
Rantai Meja Eksponensial 2,85417 (Hours)
Feeder H 0,080395 Scheduled on
1829,78
Condition
P 3 Scheduled Discard 2,183,127
Solenoid Eksponesial 3
Feeder Sucker Scheduled Discard 2,212,905
H 0,098837 1 3349,96
Feeder Scheduled Discard 2,230,536
Scheduled on
Setelah mendapatkan information worksheet dari record failure 1829,78
Condition
kemudian dapat ditentukan decision worksheet. Tabel decisioan
Scheduled Discard 2,210,262
worksheet berisi Logic Tree Ananlysis (LTA) dan preventive task.
Scheduled on
Hasil dari decision worksheet yaitu maintenance task untuk masing- Condition
2361,48
Rantai
masing komponen kritis. Miantenance task hasil decision worksheet 2 Meja Scheduled 4722,96 2,953,570
ada tiga jenis, yaitu schedule on condition task, scheduled Feeder Restoration
restoration task dan scheduled discard task. Analisis decision Scheduled Discard 2,883,858
worksheet dilakukan dengan digram keputusan RCM [1]. Scheduled on
2922,15
Hasil maintenance task yang telah ditentukan kemudian Condition
akan ditentukan interval waktu yang tepat untuk melakukan Scheduled on
2922,15
Condition
perawatan. Perhitungan interval waktu ini tergantung pada jenis
Scheduled Discard 1,363,666
task yang ada pada komponen. Rumus untuk menghitung Solenoid
3 Scheduled on 2087,88
interval perawatan schedule on condition task yaitu [1] Feeder 2922,15
Condition
PM =1/2 x P-F Interval (2) Scheduled
1,374,753
Restoration
Adapun untuk rumus yang digunakan pada scheduled Scheduled
1,374,756
restoration task dan scheduled discard task yaitu dengan Restoration
dilakukan perhitungan biaya perbaikan atau penggantian
kerusakan komponen. Rumus yang digunakan yaitu sebagai E. Perhitungan Biaya Perawatan
berikut. Perhitungan biaya perawatan dihitung dari perawatan
usulan yang telah ditentukan sebelumnya. Perhitungan ini
dilakukan dengan menggunakan rumus [6]
Usulan Preventive Maintenance Pada Mesin Komori LS440 dengan Menggunakan Metode
Reliability Centered Maintenance (RCM II) dan Risk Based Maintenance (RBM)
36 Destina Surya Dhamayanti, Judi Alhilman, Nurdinintya Athari (hal.31 – 37)
apakah nilai risiko sebesar Rp 965.904.899,36 masih dapat [4] Jatnika, M. (2015). Perancangan Usulan Perawatan Mesin
diterima perusahaan. Teh Hitam Orthodoks Menggunakan Metode Reliabiliable
Penerimaan risiko yang dapat diterima perusahaan hanya Cetered Maintenance Di PT Perkebunan Nusantara VIII
sebesar 0,75% dari kapasitas produksi. Nilai sebesar 0,75% Pabrik Rancabali. Bandung: Telkom University.
merupakan nilai risiko untuk masing-masing sistem mesin Komori [5] Noorzaman, H. (2011). Optimasi Preventive Maintenance
LS440. Kapasitas produksi mesin dihitung dari nilai hourly rate dan Pengadaan Komponen Kritis Mesin Toshiba BMC-
selama satu tahun. 100(5) dengan Menggunakan Metode Reliability Centered
Maintenance, Risk Based Maintenance dan Marginal
Periode 1 tahun = 24 jam x 22 hari x 12 bulan Assurance di PT Dirgantara Indonesia. Bandung: Telkom
= 6336 jam University.
Hourly rate = Rp 19.400.000,00 [6] Harvard, T. (2000). Determine of a Cost Optimal,
Kapasitas Predetermined Maintenance Schedule.
= Rp 19.400.000,- x 6336
produksi
= Rp 122.918.400.000,-
Total Risiko = Rp 965.904.899,36
IV. KESIIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA