Anda di halaman 1dari 7

USULAN PREVENTIVE MAINTENANCE

PADA MESIN KOMORI LS440


DENGAN MENGGUNAKAN METODE
RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE
(RCM II) DAN RISK BASED MAINTENANCE
(RBM) DI PT ABC
1
Destina Surya Dhamayanti, 2Judi Alhilman, 3Nurdinintya Athari
1, 2,3
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University
1
destina.s.dhamayanti@gmail.com, 2judi.alhilman@gmail.com, 3nurdinintya@telkomuniversity.ac.id

Abstrak—PT ABC merupakan perusahaan cetak dalam skala PT ABC merupakan perusahaan cetak dalam skala nasional.
nasional. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan Produk yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan buku ajar dari
buku ajar, majalah, surat kabar, dan lain sebagainya. Kegiatan SD, SMP, SMA, majalah, surat kabar, dan lain sebagainya. Jumlah
maintenance yang ada PT ABC terbagi menajadi dua, yaitu produksi PT ABC dari tahun 2010 – 2013 mengalami kenaikan.
preventive maintenance setiap senin dan kamis serta kegiatan Namun pada tahun 2014 produksi PT ABC mengalami penurunan.
corrective maintenance yang dilakukan jika mesin mengalami
Penurunan ini terlihat dari jumlah produksi hanya sebesar 78% dari
kegagalan fungsi. Kegagalan fungsi pada mesin Komori masih
cukup tinggi. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan pecegahaan produksi yang direncanakan. Penurunan jumlah produksi ini
untuk meningkatkan reliabilitas mesin. Metode yang dilakukan diakibatkan oleh sering terjadinya kerusakan pada mesin. Kegagalan
adalah Reliability Centered Maintenance, yaitu dengan fungsi pada mesin sering terjadi sehingga membuat mesin berhenti
menganalisis failure yang terjadi dengan menggunakan analisis bekerja.
Failure Mode and Effect Analysis dan Decision Worksheet. Hasil Proses produksi PT ABC terdiri dari proses pracetak, cetak
dari analisis ini merupakan preventive task masing-masing sheet, cetak web, dan finishing. Fokus penelitian ini yaitu pada proses
komponen. Sedangkan untuk menganalisis risiko yang cetak terutama cetak sheet. Pemilihan ini dikarenakan proses cetak
diakibatkan jika mesin mengalami gagal fungsi, yaitu dengan sheet merupakan proses yang cukup berpengaruh pada penjualan
metode Risk Based Maintenance. Hasil yang diperoleh dari nilai
produk karena proses ini membuat cover untuk buku. Cover buku
risiko yang ditanggung perusahaan ketika mesin mengalami
failure, yaitu sebesar Rp965.904.899,36. Berdasarkan hasil merupakan salah satu unsur pertama dilihat ketika membeli sehingga
pengolahan data pada subsistem kritis diperoleh kesimpulan bagian cover memerlukan cetakan yang bagus.
bahwa enam komponen dilakukan dengan task scheduled on
condition, tiga komponen dengan task scheduled restoration, dan 30,000,000
enam komponen dengan task scheduled discard. Sedangkan untuk
JUMLAH PRODUKSI

interval waktu dalam pengerjaan preventive maintenance pada 20,000,000


komponen tersebut disesuaikan dengan task yang diperoleh.
Setelah mendapatkan interval waktu perawatan, kemudian 10,000,000
ditentukan biaya perawatan usulan yang dikeluarkan
perusahaan, yaitu sebesar Rp971.567.519,69. 0
2010 2011 2012 2013 2014
Kata kunci: Corrective Maintenance, Decision Worksheet, Failure TAHUN PRODUKSI
Mode and Effect Analysis, Preventive Maintenance, Reliability
Cencetered Maintenance, Risk Based Maintenance
OLIVER 72 BEIREN KOMORI MITSUBISHI
I. PENDAHULUAN
Gambar 1 Jumlah Produksi Mesin Cetak Sheet

Maintenance merupakan sebuah kegiatan untuk Pada proses cetak sheet terdapat beberapa mesin yaitu mesin
mengembalikan fungsi dari mesin atau sistem ke fungsi normal. Oliver, Beiren, Komori, dan Mitsubishi. Gambar 1 memperlihatkan
Kegiatan maintenance sering dilakukan pada pabrik yang memiliki jumlah produksi masing-masing mesin pada proses cetak sheet selama
mesin-mesin besar. Sebagai contoh pada perusahaan perusahaan rentang tahun 2010 – 2014. Sedangkan untuk Gambar 2
cetak. memperlihatkan jumlah downtime (jam) masing-masing mesin cetak
sheet pada tahun 2014. Kedua gambar tersebut memperlihatkan

Jurnal Rekayasa Sistem & Industri


Volume 3, Nomor 2, April 2016 31
bahwa produksi dan downtime tertinggi terdapat pada mesin Komori output dari penelitian tersebut, yaitu usulan kebijakan
LS440. Maka dari itu dibutuhkan perawatan pada mesin untuk perawatan, interval waktu, total biaya equipment sistem kritis.
menjaga dan meningkatkan produksi mesin serta untuk mengurangi Selain penelitian yang menggunakan metode RCM II,
downtime yang cukup tinggi. terdapat penelitian tentang preventive maintenance dengan
metode RCM II dan metode RBM yang dilakukan Noorzaman
200 [5]. Penelitian ini dilakukan di PT Dirgantara Indonesia dengan
menggunakan metode reliability centered maintenance, risk
Waktu (Jam)

150
based maintenance dan marginal assurance (No. 11). Tujuan
100 pada penlitian ini yaitu menentukan faktor-faktor yang
menyebabkan tingginya downtime, kegiatan maintenance yang
50
tepat, konsekuensi risiko yang diakibatkan kerusakan
0 subsistem kritis, total biaya perawatan dan waktu preventive
SAKURAI BEIREN KOMORI MITSUBISHI maintenance yang optimal.
Mesin Sheet
II. METODE PENELITIAN

Gambar 2 Downtime Mesin Cetak Sheet 2014 Pada bagian ini akan dijelaskan langkah-langkah pengerjaan
dalam penelitian penentuan kebijakan perawatan.
Penentuan preventive maintenance pada mesin Komori LS440 A. Model Konseptual
menggunakan metode RCM (Reliability Centered Maintenance). Gambar 3 menunjukkan langkah-langkah pengerjaan dalam
Metode RCM merupakan sebuah metode yang digunakan mencari preventive maintenance usulan. Sebelumnya perlu
untuk menentukan kebijakan preventive maintenance dengan dilakukan pengumpulan data. Data yang diperlukan dalam
menggunakan information dan decision worksheet. RCM peneliatian ini yaitu diskripsi mesin Komori LS440, kebijakan
digunakan untuk memperoleh kegiatan perawatan agar suatu maintenance existing, data time to failure, data time to repair, data
aset fisik terus bekerja melakukan fungsinya sesuai konteks biaya komponen, data biaya material, data biaya upah engineering.
pengoperasiannya pada saat ini [1]. Sedangkan preventive
maintenance merupakan semua tindakan yang dilakukan dalam Langkah awal yang dilakukan yaitu mendiskripsikan objek
sebuah jadwal yang terencana, periodik, dan spesifik untuk penelitian. Objek pada penelitian ini merupakan mesin Komori
menjaga sebuah perangkat dalam kondisi operasional yang LS440. Dalam langkah awal ini dilakukan pendeskripsian cara kerja
ditentukan, dengan melalui proses pemeriksaan dan rekondisi mesin dan komponen yang terdapat pada mesin.
[2]. Langkah kedua yaitu menentukan system breakdown structure.
Penentuan kebijakan preventive maintenance juga System breakdown structure digunakan untuk mendiskripsikan
memperhitungkan interval waktu perawatan. Interval waktu sistem-sistem apa saja yang membangun mesin Komori LS440.
perawatan digunakan untuk menentukan kapan sebaiknya System breakdown structure juga digunakan untuk menentukan
mesin dilakukan perawatan. Interval waktu ini dihitung maintenanble item yang terdpat pada mesin Komori LS440.
berdasarkan task yang sebelumnya telah ditentukan pada Langkah ketiga yaitu menentukan sistem dan subsitem kritis
decision worksheet. Selain menghitung inteval waktu pada mesin Komori LS440. Penentuan dilakukan dengan
kerusakan, biaya perawatan preventive maintenance juga menggunakan failure record system. Pemilihan ini sistem dan
dihitung untuk melihat berapa biaya yang dikeluarkan subsistem kritis dilakukan dengan memilih kerusakan terbanyak.
perusahaan jika menerapkan preventive maintenance usulan. Langkah kempat yaitu menentukan functional failure yang
Metode kedua yang ada pada penelitian ini merupakan metode terdapat pada mesin Komori LS440. Functional failure diambil dari
RBM. Metode RBM merupakan suatu metode kuantitatif yang tahun 2010 – 2014. Pada langkah keempat ini dilakukan analisis
didasarkan dari integrasi pendekatan antara reliability dan menggunakan metode RCM. Hasil analisis functional failure
sebuah strategi pendekatan risiko yang bertujuan untuk merupakan preventive task usulan.
mengoptimumkan jadwal maintenance dan untuk Langkah kelima yaitu pengukuran kuantitaif dengan
meminimalkan risiko yang ditimbulkan akibat failure yang mengambil data Mean Time to Failure (MTTF), Mean Time to
terjadi [3]. Output dari metode RBM pada penelitian ini adalah Repair (MTTR). MTTF akan dijadikan dalam perhitungan nilai
nilai risiko yang ditanggung perusahaan jika sistem mengalami reliability subsistem kritis. MTTR akan digunakan dalam
kegagalan fungsi. menentukan biaya perawatan subsistem.
Penelitian tentang penentuan preventive maintenance Dalam menentukan MTTF dan MTTR (No .12) terlebih dahulu
pernah dilakukan Jatnika [4]. Penelitian tersebut dilakukan dilakukan plotting distribusi pada data TTF dan data TTR. Distribusi
penelitian di PT Perkebunan Nusantara VIII Pabrik Rancabali yang digunakan untuk failure yaitu distribusi eksponensial, distribusi
dengan menggunakan metode reliabiliable centered normal, dan distribusi weibull. Setelah mendapatkan distribusi yang
maintenance (No.11). Tujuan pada penelitian ini yaitu sesuai kemudian dilakukan penentuan parameter yang mewakili
menentukan kebijakan perawatan, interval waktu, total biaya distribusi. Jika sudah ditentukan ditentukan parameter kemudian
equipment sistem kritis di PT Perkebunan Nusantara VIII dilakukan perhitungan untuk miencari MTTF dan MTTR.
pabrik Rancabali. Metode yang digunakan yaitu metode
Reliability Centered Maintenance (RCM II). Adapun untuk

Usulan Preventive Maintenance Pada Mesin Komori LS440 dengan Menggunakan Metode
Reliability Centered Maintenance (RCM II) dan Risk Based Maintenance (RBM)
32 Destina Surya Dhamayanti, Judi Alhilman, Nurdinintya Athari (hal.31 – 37)
Langkah keenam dilakukan penentuan interval waktu fungsi. Nilai risiko ini juga menentukan apakah perusahaan masih bisa
perawatan. Interval waktu ini merupakan interval waktu perawatan mentoleransi kegagalan fungsi yang didapat. Jika tidak dapat diterima,
kegiatan preventive maintenance. maka dilakukan kegiatan preventive maintenance usulan untuk
Langkah ketujuh dilakukan perhitungan untuk melihat berapa mengurangi risiko kegagalan fungsi mesin Komori LS440.
biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan preventive Langkah terakhir, yaitu menentukan kebijakan preventive
maintenance usulan dan untuk melihat apakah kegiatan preventive maintenance dengan mempertimbangkan nilai risiko kegagalan
maintenance usulan layak atau tidak untuk diimplementasikan. fungsi, biaya kegiatan preventive maintenance usulan, dan dengan
Langkah selanjtunya yaitu menentukan berapa besar nilai yang memeprtimpangkan interval waktu perawatan serta melihat
dikeluarkan oleh perusahaan ketika mesin mengalami kegagalan maintenance task yang telah dilakukan ananlisis sebelumnya.

Mesin Komori
LS440

System
Breakdown
Structure
Penentuan
Maintenable
Item

Failure Record
System

Penentuan
Sistem Kritis

Failure Record
System

Penentuan
Subsistem Kritis

Penentuan
Fuctional
MTTF MTTR
Failure

Loss of Revenue
RCM (Reliability RBM (Risk-Based
Maintenance)
Centered Reliability Upah Pekerja
Maintenance ) FTA
Biaya Material
Consequance
Assesment Biaya
Komponen
Risk Estimation

Risk Evaluation

Biaya
Perawatan

Optimasi
Preventive Task
Interval Waktu
Usulan
Perawatan

Kebijakan
Perawatan

Gambar 3 Model konseptual

Jurnal Rekayasa Sistem & Industri


Volume 3, Nomor 2, April 2016 33
III. HASIL DAN PEMBAHASAN berkarat merupakan failure mode atau penyebab kegagalan,
sedangkan efeknya merupakan unit feeder berisik (No.13).
A. Pemilihan Sistem dan Subsistem Kritis 3. Logic Tree Ananlysis (LTA)
Pemilihan sistem dan subsistem kritis bertujuan untuk Logic Tree Analylis digunakan untuk mengklasifikasikan
menfokuskan cakupan penelitian. Pemilihan sistem dan konsekuensi modus kegagalan. Modus kegagalan ini
subsistem kritis menggunakan failure record system. Mesin menggunakan Decision Worksheet [1]. Modus kegagalan
Komori LS440 terdiri dari tiga sistem yaitu sistem eletronik, dikategorikan dalam empat mode, yaitu Hidden Failure (H),
chiller dan mekanik. Tabel I menunjukkan sistem-sistem yang Safety Consequences (S), Environmental Consequences (E),
ada di mesin Komori LS440 dengan jumlah failure yang terjadi dan Operational Consequences (O). Hidden Failure
selama tahun 2010 – 2014. merupakan sebuah modus kegagalan yang tersebunyi pada saat
Berdasarkan Tabel I dapat diketahui bahwa sistem kritis keadaan normal oleh operator. Safety Consequences
pada mesin Komoril LS440 merupakan sistem mekanik. merupakan modus kegagalan yang berhubungan dengan
Pemilihan ini berdasarkan jumlah kerusakan sistem mekanik keselamatan operator. Enviromental Consequences merupakan
sebesar 45 kerusakan atau 82% dari total kerusakan. Sistem modus kegagalan yang berhubungan dengan lingkungan.
mekanik terdiri dari beberapa subsistem pendukung, yaitu Operational Consequences merupakan modus kegagalan yang
subsistem feeder, printing, dan delivery. Pada Tabel II dapat memberikan konsekuensi operasional. Setiap komponen akan
diketahui bahwa subsistem kritis terdapat pada subsitem feeder. dilihat apakah terdapat konsekuensi kegagalan. Analisis
Pemilihan ini berdasarkan jumlah kerusakan subsistem feeder dengan menggunakan LTA dapat dilihat pada lampiran A
yang cukup tinggi yaitu sebanyak 24 kerusakaan atau 44%. (No.13).
4. Preventive Task Selection
TABEL I Preventive Task terdiri dari tiga alternatif, yaitu scheduled
FREKUENSI KERUSAKAN SISTEM KOMORI LS440
on condition task, scheduled restoration task, dan scheduled
Sistem Jumlah kerusakan Persen kerusakan discard task. Pemilihan ketiga alternatif ini berdasarkan
Elektronik 7 13% analisis yang terdat pada RCM Decision Logic.
Mekanik 45 82% Kolom preventive task memiliki beberapa simbol yang
Chiller 3 5%
menunjukkan alternatif masing-masing task H1S1O1N1
menunjukkan bahwa task yang harus dilakukan yaitu scheduled
Total 55
on condition task jika H2 S2 O2 N2 menunjukkan bahwa task
yang harus dilakukan yaitu scheduled restoration task
TABEL II
FREKUENSI KERUSAKAN SUBSISTEM KOMORI LS440
sedangkan H3 S3 O3 N3 menunjukkan bahwa task yang harus
dilakukan yaitu scheduled discard task. Hasil Analisis dengan
Sistem Jumlah kerusakan Persen kerusakan
menggunakan Preventive Task dapat dilihat pada lampiran A.
Elektronik 24 44%
Mekanik 20 36% C. Perhitungan MTTF dan MTTR
Chiller 1 2% Sebelum menghitung MTTF dan MTTR, maka terlebih
Total 45 dahulu melakukan pengujian distribusi terhadap waktu failure
(TTF) dan waktu repair (TTR) masing-masing komponen.
B. Pengukuran Kualitatif Menggunakan RCM Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan software
Pengukuran kualitatif menggunakan metode RCM MiniTab 17. Setelah mendapatkan jenis distribusi masing-
dilakukan untuk menentukan apa saja kebutuhan maintenance masing komponen, kemudian ditentukan parameter masing-
pada subsistem penyusun sistem kerja Komori LS440. Hasil masing distribusi dengan menggunakan software Avsim+ 9.0.
pengukuran menggunakan RCM dapat dilihat pada Tabel V Setelah mengetahui distribusi dan parameter untuk setiap
khusunya pada kolom task usulan. komponen, kemudian dilakukan perhitungan untuk mengetahui
1. Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsional MTTF dan MTTR masing-masing komponen. Jika komponen
Mesin Komori LS440 terdiri dari beberapa subsistem berdistribusi eksponensial dan normal, maka MTTF dan MTTR
mekanik yang saling berhubungan satu subsistem dengan ditentukan dengan nilai paremater μ. Namun jika komponen
subsitem yang lain. Subsistem yang ada memiliki fungsi berdistribusi weibull maka menggunakan rumus:
berbeda-beda yang mendukung kinerja satu sama lain agar ଵ
mesin dapat bekerja dengan baik. Sedangkan kegagalan MTTF/MTTR = Ʉʒ ቀͳ ൅  ቁ, ʒ (x) = tabel Gama (1)

fungsional merupakan kegagalan yang terjadi pada mesin
Tabel III merupakan hasil perhitungan MTTF pada masing-
selama waktu beroperasi. masing komponen kritis. Perhitungan ini dilakukan sesuai dengan
2. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) distribusi dan nilai parameter masing-masing, sedangkan Tabel IV
FMEA menjelaskan penyebab kegagalan serta dampak menunjukkan hasil perhitungan MTTR pada masing-maisng
yang ditimbulkan akibat kegagalan tersebut. Sebagai contoh komponen kritis. Cara perhitungan MTTR dan MTTF sama yaitu
dapat dilihat pada Tabel VI, kerusakan pertama yang terjadi dengan menyesuaikan distribusi dan nilai parameter.
pada sucker feeder merupakan bearing berkarat. Bearing

Usulan Preventive Maintenance Pada Mesin Komori LS440 dengan Menggunakan Metode
Reliability Centered Maintenance (RCM II) dan Risk Based Maintenance (RBM)
34 Destina Surya Dhamayanti, Judi Alhilman, Nurdinintya Athari (hal.31 – 37)
D. Penentuan Maintenance Task dan Perhitungan Waktu Interval Cf = Cr + MTTR (Co + Cw) (3)
Perawatan Cf = Biaya perbaikan atau penggatian karena kerusakan
Penentuan maintenance task dilakukan dengan menganalisis komponen setiap siklus perawatan
information worksheet dan decision worksheet [1]. Analisis pada Cr = Biaya penggantian kerusakan komponen
information worksheet dilakukan dengan mengamati record failure. Co = Biaya kerugian produksi (loss revenue)
Tabel information worksheet terdiri dari fungsi sistem, kegagalan Cw = Biaya tenaga kerja Cf (Biaya perbaikan), kemudian
sistem dan FMEA (Failure Mode and Effect Analysis). dilakukan perhitungan untuk menghitung biaya yamg
TABEL III
dikeluarkan
NILAI PARAMETER DAN MTTF KOMPONEN KOMORI LS440
Setelah mendapatkan nilai untuk melakukan perawatan
MTTF (Cm) yaitu dengan menjulahkan biaya downtime + tenaga kerja
Komponen Distribusi Parameter
(Jam) + biaya perbaikan. Jika nilai Cf dan Cm diketahuin maka dapat
K 3749,17
dilakukan perhitungan untuk menentukan interval waktu yang
Sucker
Weibull 3349,958 tepat untuk kegiatan maintenance. Rumus penentuan interval
Feeder E 1,06067
waktu pada setiap masing-masing task dapat dilihat pada
P 4722,96 persamaan 4.
Rantai Meja
Normal 4722,96 భ
Feeder
V 4575,16 ஼௠
ܶ‫ ܯ‬ൌ ߟ‫ݔ‬ሺ ሻഁ ሻ (4)
஼௙ሺఉିଵሻ
K 1470,48
Solenoid
Weibull 2087,876 Tabel V menunjukkan hasil penentuan maintenance task
Feeder
E 0,629688 disetiap masing-masing kerusakan. Serta Tabel V
menunjukkan interval waktu untuk melakukan maintenance
TABEL IV task tersebut. Sebagai contoh pada komponen sucker feeder
NILAI PARAMETER DAN MTTR KOMPONEN KOMORI LS440 yang memiliki miantenance task scheduled on condition,
MTTF perawatan seharusnya dilakukan setiap 1.829,78 jam sekali
Komponen Distribusi Parameter
(Jam) untuk menjaga reliabilitas komponen tersebut.
K 4,26513 TABEL V
Sucker Weibull 3,80633 HASIL PENENTUAN TASK DAN PERHITUNGAN INITIAL INTERVAL
Feeder E 1,69144
Initial
MTTF
P 2,85417 No. Komponen Task Usulan Interval
(Hours)
Rantai Meja Eksponensial 2,85417 (Hours)
Feeder H 0,080395 Scheduled on
1829,78
Condition
P 3 Scheduled Discard 2,183,127
Solenoid Eksponesial 3
Feeder Sucker Scheduled Discard 2,212,905
H 0,098837 1 3349,96
Feeder Scheduled Discard 2,230,536
Scheduled on
Setelah mendapatkan information worksheet dari record failure 1829,78
Condition
kemudian dapat ditentukan decision worksheet. Tabel decisioan
Scheduled Discard 2,210,262
worksheet berisi Logic Tree Ananlysis (LTA) dan preventive task.
Scheduled on
Hasil dari decision worksheet yaitu maintenance task untuk masing- Condition
2361,48
Rantai
masing komponen kritis. Miantenance task hasil decision worksheet 2 Meja Scheduled 4722,96 2,953,570
ada tiga jenis, yaitu schedule on condition task, scheduled Feeder Restoration
restoration task dan scheduled discard task. Analisis decision Scheduled Discard 2,883,858
worksheet dilakukan dengan digram keputusan RCM [1]. Scheduled on
2922,15
Hasil maintenance task yang telah ditentukan kemudian Condition
akan ditentukan interval waktu yang tepat untuk melakukan Scheduled on
2922,15
Condition
perawatan. Perhitungan interval waktu ini tergantung pada jenis
Scheduled Discard 1,363,666
task yang ada pada komponen. Rumus untuk menghitung Solenoid
3 Scheduled on 2087,88
interval perawatan schedule on condition task yaitu [1] Feeder 2922,15
Condition
PM =1/2 x P-F Interval (2) Scheduled
1,374,753
Restoration
Adapun untuk rumus yang digunakan pada scheduled Scheduled
1,374,756
restoration task dan scheduled discard task yaitu dengan Restoration
dilakukan perhitungan biaya perbaikan atau penggantian
kerusakan komponen. Rumus yang digunakan yaitu sebagai E. Perhitungan Biaya Perawatan
berikut. Perhitungan biaya perawatan dihitung dari perawatan
usulan yang telah ditentukan sebelumnya. Perhitungan ini
dilakukan dengan menggunakan rumus [6]

Jurnal Rekayasa Sistem & Industri


Volume 3, Nomor 2, April 2016 35
Tc = (CM + Cr) x fM (4) Tabel VI memperlihatkan berapa nilai setiap masing-
CM = biaya yang dikeluarkan untuk perawatan masing kerusakan. Rentang nilai pada normalisasi kerusakan
Cr = biaya komponen yaitu dari 0 – 10. Nilai nol merupakan kerusakan yang tidak
fM = frekuensi pelaksanaan preventive maintenance menyebabkan pengaruh terhadap kegiatan operasional
perusahaan. Akan tetapi, sepuluh merupakan nilai tertinggi
yang berarti dengan adanya kerusakan tersebut dapat
Hasil perhitungan, biaya yang dikeluarkan untuk menghentikan proses produksi pada perusahaan.
melakukan kegiatan preventive maintenance eksisiting yang
dilakukan dalam kurun waktu tiga bulan sekali yaitu sebesar Langkah ketiga dalam menentukan risiko yaitu dilakukan
Rp1.242.004.320,00, sedangkan untuk kegiatan preventive dengan menggunakan probabilistic hazard assesment yang
maintenance usulan yang dilakukan seperti task yang telah dilakukan dengan metode fault tree analysis. Fault tree
dihitung didapatkan nilai sebesar Rp971.567.519,69. Biaya analysis merupakan gambaran skenario kerusakan yang
preventive maintenance usulan lebih rendah daripada mungkin terjadi pada subsistem kritis. Hasil analisis fault tree
preventive maintenance eksisiting menunjukkan interval waktu analysis dapat dilihat pada Lampiran B.
yang dikeluarkan untuk kegiatan preventive maintenance Langkah selanjutnya yaitu dilakukan dengan quantitative
usulan lebih optimal. hazard assesment. Hal pertama yang dilakukan yaitu dengan
F. Perhitungan Risiko RBM menghitung system performance loss dengan cara (Waktu
Perhitungan risiko dilakukan dengan menggunakan Donwtime x Loss Production) + (Mean Time To Repair x
metode RBM. Risiko ini merupakan risiko yag diterima Engineer cost) + Material cost + Harga Komponen [3].
perusahaan ketika mesin mengalami kegagalan. Langkah TABEL VII
pertama dalam menentukan berapa besar yang ditanggung NILAI SYSTEM PERFORMANCE LOSS
perusahaan yaitu dengan menyusun skenario kegagalan. No. Komponen System Performance Loss
Skeneario kegagalan merupakan skenario untuk masing- 1 Sucker Feeder Rp 104.339.266,59
masing komponen yang memperlihatkan failure mode dan 2 Rantai Meja Feeder Rp 942.371.606,01
failure effect. Setelah menyusun skenario kegagalan, kemudian 3 Solenoid Feeder Rp 104.257.408,00
ditentukan seberapa besar nilai kegagalan tersebut.
TABELVI
SKENARIO KEGAGALAN DAN NORMALISASINYA Tabel VII merupakan hasil perhitungan untuk
mendapatkan system performance loss. Setelah mendapatkan
Komponen Skenario Kegagalan
Normalisasi nilai system performance loss, kemudian dilakukan
Konsekuensi perhitungan untuk mencari probabilitas kerusakan setiap
komponen kritis (Q(T)) dengan persamaan kepadatan
Bearing berkarat, Unit feeder probabilitas. Kemudian untuk mendapatkan nilai risiko untuk
1 5
berisik
masing-masing komponen dilakukan perhitungan dengan cara
Pully penggerak patah, Hisapan
2
vacum kurang maksimal
8 mengkalikan system performance loss x Q(T). Tabel VIII
Kompresor vacum patah, As kopel merupakan hasil perhitungan risiko yang ditanggung PT ABC
3 8 untuk kerusakan pada setiap subsistem kritis tanpa adanya
Sucker tidak berputar
Feeder
4
Bearing vacum aus dan kotor,
9
kegiatan preventive maintenance. Nilai yang ditanggung yaitu
Sucker feeder tidak menghisap sebesar Rp965.904.899,36.
Filter pump kotor, Vacum tidak
5 9 TABEL VIII
menghisap kertas
Carbon blade rusak, Pump tidak PERHITUNGAN RISIKO
6 8 Kompo
bekerja normal No.
System
Q(T) Risk
Dudukan sensor bergetar, Kertas nen Performance Loss
1 8 Sucker 0,98331
tidak jalan 1 Rp 104.339.266,59 Rp 102.598.426,29
Rantai Feeder 6
Guide tidak terbuka, Kertas sobek
Meja 2 9 Rantai
ketika diambil oleh gripper
Feeder 2 Meja Rp 942.371.606,01 0,81057 Rp 763.858.152,68
Guide separator drive bengkok,
3 8 Feeder
Kertas berhenti di rantai meja
1 Sensor kotor, Double sheet 7 Solenoi
0,95387
3 d Rp 104.257.408,00 Rp 99.448.320,39
Timing berubah, Sidelay tidak pada 3
2 7 Feeder
posisi seharusnya
Total Rp 965.904.899,36
Bushing selang keropos, Jalan
3 8
Solenoid kertas tidak lancar
Cam dan camfollower gripper tidak Risiko sebesar Rp 965.904.899,36 dirasa cukup besar oleh PT
Feeder 4 7
tersetting, Jalan kertas tidak lancar ABC, kerena dengan nilai sebesar itu dapat menjadi penghasilan
5
Sensor mati, Cetak bukan pada
7 akan sangat menguntungkan perusahaan. Oleh sebab itu
tempatnya dilakukanlah perancangan penerimaan risiko untuk mengetahui
Gripper dan run deterctor eror,
6 7
Terjadi double sheet

Usulan Preventive Maintenance Pada Mesin Komori LS440 dengan Menggunakan Metode
Reliability Centered Maintenance (RCM II) dan Risk Based Maintenance (RBM)
36 Destina Surya Dhamayanti, Judi Alhilman, Nurdinintya Athari (hal.31 – 37)
apakah nilai risiko sebesar Rp 965.904.899,36 masih dapat [4] Jatnika, M. (2015). Perancangan Usulan Perawatan Mesin
diterima perusahaan. Teh Hitam Orthodoks Menggunakan Metode Reliabiliable
Penerimaan risiko yang dapat diterima perusahaan hanya Cetered Maintenance Di PT Perkebunan Nusantara VIII
sebesar 0,75% dari kapasitas produksi. Nilai sebesar 0,75% Pabrik Rancabali. Bandung: Telkom University.
merupakan nilai risiko untuk masing-masing sistem mesin Komori [5] Noorzaman, H. (2011). Optimasi Preventive Maintenance
LS440. Kapasitas produksi mesin dihitung dari nilai hourly rate dan Pengadaan Komponen Kritis Mesin Toshiba BMC-
selama satu tahun. 100(5) dengan Menggunakan Metode Reliability Centered
Maintenance, Risk Based Maintenance dan Marginal
Periode 1 tahun = 24 jam x 22 hari x 12 bulan Assurance di PT Dirgantara Indonesia. Bandung: Telkom
= 6336 jam University.
Hourly rate = Rp 19.400.000,00 [6] Harvard, T. (2000). Determine of a Cost Optimal,
Kapasitas Predetermined Maintenance Schedule.
= Rp 19.400.000,- x 6336
produksi
= Rp 122.918.400.000,-
Total Risiko = Rp 965.904.899,36

Presentase = Total Risiko / kapasitas produksi


Rp 965.904.899,36 / Rp
=
122.918.400.000,-

= 0,79 % > 0,75%


Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa presentase total
risiko yang ditanggung PT ABC jika tidak menjalankan
kegiatan preventive maintenance akan memberikan risiko
sebesar 0,79 % sedangkan failure yang diterima oleh
perusahaan yaitu sebesar 0,75 % untuk sistem mekanik.

IV. KESIIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pengukuran pada penelitian ini


didapatkan preventive maintenance yang tepat untuk
komponen yang terdapat pada subsistem kritis, yaitu
komponen Sucker Feeder yaitu Scheduled on Condition Task
(dilakukan setiap 3,5 bulan sekali) dan Scheduled Discard
Task (dilakukan setiap 4 bulan sekali), komponen Rantai Meja
Feeder yaitu Scheduled on Condition Task (dilakukan setiap
4,5 bulan sekali), Scheduled Restoration Task (dilakukan
setiap 5,5 bulan sekali), dan Scheduled Discard Task
(dilakukan setiap 5,5 bulan sekali), dan komponen solenoid
Feeder yaitu Scheduled on Condition Task (dilakukan setiap
5,5 bulan sekali), Scheduled Restoration Task (dilakukan
setiap 2,6 bulan sekali), dan Scheduled Discard Task
(dilakukan setiap 2,5 bulan sekali). Kegiatan preventive
maintenance ini membutuhkan biaya sebesar Rp
971.567.519,69. Sedangkan pengolahan dengan metode RBM
didapatkan nilai risiko yang diterima PT ABC jika mesin
mengalami kerusakan yaitu sebesar Rp 965.904.889,36.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Moubray, J. (1991). Reliability Centered Maintenance II.


Oxford: Butterworth-Heineman,Ltd.
[2] Dhillon, B. S. (2002). Engineering Maintenance "A
Modern Approach". New York: CRC Process LLC.
[3] Khan, F., & Haddara, M. (2004). Risk-Based Maintenance
(RBM) : A New Approach for Process Plant Inspection and
Maintenance. Process Safety Progress, 252-264.

Jurnal Rekayasa Sistem & Industri


Volume 3, Nomor 2, April 2016 37

Anda mungkin juga menyukai