Anda di halaman 1dari 56

MENTAL ACCOUNTING

DALAM PEMBAYARAN PAJAK UKM


(Studi Pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Salatiga)

Oleh:
ATIKA SAKTIANINGRUM
NIM : 232013232

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis


Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-Persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS


PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

i
ii
iii
iv
v
vi
HALAMAN MOTTO

Takut akan Tuhan adalah awal pengetahuan


(Amsal 1:7)

“Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan


kepadamu oleh Tuhan, Allahmu, supaya lanjut umurmu dengan baik
keadaanmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu”
(Ulangan 5:16)

"Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh
kepercayaan, kamu akan menerimanya"

(Matius 21:22)

“Usaha akan membuahkan hasil setelah seseorang tidak akan


menyerah”
(Napoleon Hill)

vii
ABSTRACT

This research was conducted to analyze how the mental accounting of


Small and Medium Enterprises (SMEs) in Salatiga City in performing its tax
obligations, viewed from the way the tax calculation. The data in this study used
primary data in the form of questionnaires, given to the perpetrators of Small and
Medium Enterprises (SMEs) in Salatiga City. The method used in this research is
descriptive qualitative with sample determination using slovin formula. The
results showed that all perpetrators of Small and Medium Enterprises in Salatiga
City who became respondents already perform tax obligations. Respondents have
mental accounting in tax payments made by SME actors, which can be seen from
the recognition of business income. SME actors separate the business income with
personal money and make the allocation of income on the posts of certain needs,
including taxes.

Keywords: Mental accounting, PP No. 46 of 2013, Small and Medium


Enterprises

viii
SARIPATI

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis bagaimana mental accounting


pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Salatiga dalam melakukan
pembayaran perpajakannya, dilihat dari cara perhitungan pajaknya. Data dalam
penelitian ini menggunakan data primer berupa kuesiuner, yang diberikan pada
pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Salatiga. Metode yang
dilakukan dalam penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan penentuan sampel
menggunakan rumus slovin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh pelaku
Usaha Kecil dan Menengah di Kota Salatiga yang menjadi responden sudah
melakukan pembayaran perpajakan. Responden memiliki mental accounting
dalam pembayaran pajak yang dilakukan oleh pelaku UKM, yang dapat dilihat
dari adanya pelakuan terhadap penghasilan usaha. Pelaku UKM memisahkan
penghasilan usaha dengan uang pribadi dan melakukan pengalokasian penghasilan
pada pos-pos kebutuhan tertentu, termasuk pajak.

Kata Kunci: Mental accounting, PP Nomor 46 tahun 2013, Usaha Kecil dan
Menengah

ix
KATA PENGANTAR

Penelitian ini berawal dari ketertarikan peneliti mengenai bagaimana


Usaha Kecil dan Menengah yang berpendapatan tidak tentu setiap bulannya dalam
membayar pajak penghasilan sesuai yang tercantum dalam UU nomor 46 Tahun
2013. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil topik mental accounting
dan pembayaran pajak UKM. Sehingga Tugas Akhir ini diangkat dengan judul
“Mental Accounting Dalam Pembayaran Pajak UKM (Studi pada Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) di Kota Salatiga)”. Penulis ingin meneliti melihat adanya
perilaku mental accounting pada pembayaran pajak yang dikalakukan oleh UKM
berdasarkan UU Nomor 46 2013.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat kekurangan yang


mungkin ditemukan. Namun demikian penulis berharap hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat dan konstribusi bagi pihak-pihak yang berkepentingan, serta
dapat memberikan dorongan bagi peneliti lain untuk melakukan pengembangan
penelitian serupa dikemudian hari.

Salatiga, November 2017

Penulis

x
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur atas berkat Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan
berkatkepada diri penulis, sehingga akhinya kertas kerja ini dapat selesai dengan
baik. Penulis sadar akan keterbatasan yang dimiliki dalam proses penyusunan
skripsi ini sehingga tanpa campur tangan Tuhan Yesus Kristus dan peran berbagai
pihak semua ini tidak akan terjadi. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada pihak-pihak yang selama ini turut serta memberikan bantuan, motivasi,
dan memberikan dukungan hingga selesainya Tugas Akhir ini :

1. Orang tua dan saudara serta seluruh keluarga besar penulis yang telah
memberi doa, motivasi, inspirasi dan bantuan material kepada penulias
dalam meyelesaikan tugas akhir ini.
2. Dr. Theresia Woro Damayanti, SE., M.Si., BKP., Akt., CA selaku dosen
pembimbinga tugas akhir maupun rancangan tugas akhir. Terima kasih
atas waktu dan ilmu yang telah diberikan serta kesabaran dalam
membimbing penulis sejak penulisan rancangan tugas akhir hingga
terselesaikannya tugas akhir ini.
3. Ibu Supatmi dan Koh Paskah selaku wali studi yang telah memberikan
arahan dalam menjalani perkuliahan di Fakultas Ekonomika dan Bisnis
4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya
Wacana yang memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama
masa perkuliahan.
5. Staff serta Tata Usaha Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen
Satya Wacana yang telah memberikan bantuan dalam hal administrasi dan
teknis kepada penulis selama masa perkuliahan
6. Mbak Maria yang telah membantu dalam penulisan tugas akhir ini.
7. Sahabat terbaik selama kuliah Ellyas Edy, Tyar Restu, Rosalia, Wening,
Elda Jein dan Rafli yang selalu memberikan semangat dan menjadi tempat
keluh kesah.
8. Yang terkasih Xandra, Eky, Erlita, Angga, Ines dan Mbak Dini yang selalu
mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi.

xi
9. Seluruh teman-teman anak bimbingan Ibu Woro yang telah memberikan
bantuan selama proses penulisan tugas akhir.
10. Rekan-rekan panitia yang pernah bekerja sama dengan penulis yang telah
memberikan bekal pengalaman hidup bagi penulit.
Dan untuk seluruh pihak yang telah membantu hingga Tugas Akhir ini dapat
terselesaikan. Semoga Tuhan Yesus Kristus senantiasa melimpahkan Anugerah
dan Kemurahan-Nya.

Atika Saktianingrum

xii
DAFTAR ISI
HalamanJudul......................................................................................................... i
Pernyataan Keaslian Karya Tulis Tugas Akhir ....................................................... ii
Halaman Persetujuan .............................................................................................. iii
Halaman Motto........................................................................................................iv
Abstract .................................................................................................................... v
Saripati ....................................................................................................................vi

Kata Pengantar ...................................................................................................... vii


Ucapan Terima Kasih ........................................................................................... viii
Daftar Isi .................................................................................................................. x

Daftar Tabel ............................................................................................................xi


Daftar Lampiran .................................................................................................... xii
Pendahuluan ............................................................................................................. 1
Tinjauan Literatur .................................................................................................... 4
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013...................................... 4
Mental Accounting ....................................................................................... 5
Mental Accounting Dalam Perpajakan ......................................................... 6
Metoda Penelitian..................................................................................................... 7
Teknik Analisis ............................................................................................ 8

Analisis dan Pembahasan ......................................................................................... 9


Karakteristik Responden .............................................................................. 9
Alokasi Penghasilan Usaha Untuk Membayar Pajak .................................10
Perlakuan atas Penghasilan Usaha .............................................................12
Simpulan, Implikasi, Keterbatasan Dan Saran Penelitian Mendatang .................. 16

Simpulan dan Saran....................................................................................17


Implikasi .....................................................................................................17
Keterbatasan & Agenda Penelitian Mendatang .........................................17

Daftar Pustaka ........................................................................................................18

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Responden… ....................................................................... 9

Tabel 3. Pengetahuan Pelaku UKM Tentang PP Nomor 46 Tahun 2013… ......... 10

Tabel 2. Perlakuan Atas Penghasilan Usaha ......................................................... 12

Tabel 4. Kepentingan Pembayaran Pajak Usaha Kecil dan Menengah (UKM)….14

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian..........................................................................20

Lampiran 2: Identitas Responden… ..................................................................... 25

Lampiran 3: Informasi Perpajakan PP Nomor 46 Tahun 2013… ........................ 28

Lampiran 4: Manajemen Kas… ............................................................................ 31

Lampiran 5: Mental Accounting ...........................................................................34

Lampiran 6: Hasil Olah Data ................................................................................ 37

Lampiran 7: Alasan-alasan Usaha Kecil dan Menengah ...................................... 40

xv
PENDAHULUAN
Pajak merupakan salah satu penerimaan negara yang memiliki porsi besar
dalam APBN yang digunakan untuk membiayai segala pengeluaran yang bersifat
rutin maupun pengeluaran untuk pembangunan. Pertengahan tahun 2013,
Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan peraturan terbaru tentang perpajakan
yang tertuang dalam PP Nomor 46 Tahun 2013. Sebuah peraturan yang mengatur
tentang pajak penghasilan atas usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak
yang memiliki peredaran bruto tertentu. Pokok pengaturan dalam PP Nomor 46
Tahun 2013 tersebut adalah pengenaan pajak penghasilan dengan tarif sebesar 1%
dari peredaran bruto setiap bulan atas penghasilan dari usaha wajib pajak yang
memiliki peredaran bruto tidak melebihi Rp 4,8 milyar dalam satu tahun.
Diatmika (2013) menunjukkan bahwa kebijakan untuk membebankan wajib pajak
dengan peredaran bruto tertentu tersebut akan berimbas langsung pada
pertumbuhan ekonomi, apalagi saat nilai pendapatan setiap bulan tidak sama.
Pemerintah terus mengupayakan agar penerimaan negara melalui sektor
pajak dapat meningkat secara terus-menerus. Berbagai peraturan dikeluarkan
untuk mencapai anggaran penerimaan negara melalui pajak. Diatmika (2013)
menunjukkan adanya celah kebocoran dari permainan oknum petugas pajak
dengan pengusaha dan konsultan, masih belum menunjukkan akuntabilitas dan
transparansi. Inilah salah satu faktor yang mendorong agar pelaku Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) dikenakan tarif pajak khusus dengan peredaran
usaha dibawah Rp 4,8 milyar setahun.
Tambunan (2013) menunjukkan walaupun tidak secara tegas dikatakan
dalam PP Nomor 46 Tahun 2013, tidak dapat dipungkiri lagi yang menjadi
sasaran dalam PP Nomor 46 Tahun 2013 ini adalah Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM). Tambunan (2013) juga menjelaskan batasan peredaran
usaha Rp 4,8 milyar masih masuk dalam pengertian UMKM sesuai dengan UU
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM),
yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan usaha dengan
peredaran maksimal Rp 50 milyar dalam setahun.
Dengan diberlakukannya PP Nomor 46 Tahun 2013, yaitu pengenaan tarif
final 1% dari peredaran bruto, diharapkan penerimaan sektor pajak dari wajib

1
pajak UMKM dapat ditingkatkan. Selain itu, dapat memberi kemudahan bagi
wajib pajak UMKM yang selama ini mengalami kesulitan dalam melakukan
pembukuan (Wicaksono 2016). Kemudahan yang diberikan kepada wajib pajak
orang pribadi diatur dalam pasal 14 ayat 2 UU PPh, dimana wajib pajak orang
pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dengan peredaran
bruto dalam satu tahun kurang dari Rp 4,8 milyar diperkenankan menggunakan
Norma Perhitungan Penghasilan Netto (NPPN) dalam perhitungan penghasilan
kena pajaknya. Bagi wajib pajak, pembayaran pajak seringkali dirasa sebagai
beban.
Penerapan PP Nomor 46 Tahun 2013 menimbulkan kebingungan bagi
wajib pajak pelaku UMKM, sebab belum semua wajib pajak pelaku UKM
memiliki penghasilan yang sama setiap bulannya. Wicaksono (2016)
menunjukkan pelaku UMKM memiliki penghasilan yang tidak selalu sama
sehingga dengan adanya PP Nomor 46 Tahun 2013 ini dirasa memberatkan pelaku
UMKM. Masih banyak UMKM yang belum mapan, yang terbebani pajak
semacam itu terlebih dengan adanya sanksi denda atas keterlambatan pembayaran
pajak sebesar 2% menambah beban bagi pelaku UMKM itu sendiri.
Penelitian Kaludia, Riwayanti dan Aminatunnisa (2017) mencoba
menggali realitas kepatuhan wajib pajak pemilik UMKM. Hasil penelitian
menunjukkan ketidakpatuhan wajib pajak UMKM disebabkan karena mereka
menafsirkan bahwa pembayaran pajak dapat diganti melalui penerapan zakat,
serta sosialisasi perpajakan belum maksimal sehingga ada ketidakpercayaan dari
UMKM untuk membayar pajak. Lain halnya dengan penelitian Rohman, dkk
(2011) yang mengkaji kapabilitas pembukuan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) dalam mendukung perilaku kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian
menunjukkan pembukuan yang baik akan memberi kemudahan bagi wajib pajak
pelaku UMKM dalam membuat keputusan mengenai berapa pajak yang akan
mereka bayar, walaupun penyelenggaraan pembukuan tidak semata-mata untuk
perhitungan pajak saja, namun keinginan melihat kinerja operasi serta besarnya
keuntungan yang mereka peroleh.
Selain itu, penelitian Damayanti dan Supramono (2011) menunjukkan
secara mental, seseorang cenderung memilah pendapatan dan pengeluaran dalam

2
pos-pos tertentu.Kondisi tersebut dikenal sebagai mental accounting. Thaler dan
Shefrin (1981) mendefinisikan mental accounting sebagai perilaku ekonomi
bilamana seseorang menggolongkan penerimaan dan pengeluaran berdasarkan
pos-pos tertentu. Dalam penelitian ini mental accounting pelaku UKM dilihat dari
sejauh mana pelaku UKM tersebut mengelompokkan penerimaan dari hasil
penjualan dan pengeluaran, khususnya untuk pembayaran pajak.
Melihat fenomena di atas, penerapan PP Nomor 46 Tahun 2013 dan
mental accounting pelaku UKM dalam memilah penerimaan dan pengeluaran kas
menjadi menarik untuk diteliti karena melihat dalam praktiknya wajib pajak orang
pribadi pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) belum familiar dalam
penerapan aturan baru tersebut. Pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
menjadi fokus penelitian ini, dengan pertimbangan penghasilan yang didapat oleh
para pelaku UKM tidak selalu sama pada setiap bulannya.
Penelitian tentang mental accounting sebelumnya pernah dilakukan oleh
Damayanti dan Supramono (2011) tentang perlakuan pendapatan dan alokasi
pemanfaat pendapatan ekstra yang berasal dari gaji ke 13 dan tunjangan sertifikasi
guru. Kemudian Marteniawati (2012) yang meneliti mental accounting mahasiswa
pada perlakuan uang saku dan uang hasil kerja selanjutnya penelitian yang
dilakukan Yuniastuti (2014) tentang Pengaruh Kepribadian dan Mental
Accounting terhadap Perilaku Keuangan Peserta Pensiun pada Sekolah Tinggi
Pariwisata Bandung. Penelitian di atas hanya menunjukkan pembahasan mental
accounting pada rumah tangga dan belum ada penelitian tentang mental
accounting pada pembayaran pajak.
Penelitian dilakukan untuk mendeteksi mental accounting pelaku UKM di
Kota Salatiga dalam melakukan pembayaran perpajakan. Diharapkan hasil
penelitian memberi pengetahuan bagi pelaku UKM tentang perhitungan
perpajakan dan menjadi evaluasi bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Kota Salatiga untuk memberi informasi lebih lanjut dalam peningkatan
pembinaan, pendampingan maupun pelatihan perhitungan perpajakan bagi para
pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM), serta menjadi pengembangan literatur
dalam bidang akuntansi khususnya mental accounting.

3
TINJAUAN LITERATUR
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013
PP Nomor 46 Tahun 2013 merupakan Pajak Penghasilan yang bersifat
final dengan tarif sebesar 1%. Pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat final
tersebut didasarkan pada peredaran bruto dari usaha dalam 1 (satu) tahun dari
Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak yang bersangkutan. Tujuan dari
diterbitkannya PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah memberi kemudahan bagi
masyarakat dalam melaksanakan pembayaran perpajakan, meningkatkan
pengetahuan perpajakan bagi masyarakat, dan terciptanya kondisi sosial dalam
memenuhi pembayaran perpajakan. Hasil akhir yang diharapkan oleh pemerintah
dengan dikeluarkannya PP Nomor 46 Tahun 2013 yaitu perluasan partisipasi
dalam pembayaran pajak, kepatuhan sukarela bagi masyarakat, dan penerimaan
pajak meningkat sehingga kesempatan dalam mensejahterakan masyarakat
meningkat.
Susilo dan Betri (2013) menyatakan peraturan PP Nomor 46 Tahun 2013
menimbulkan banyak pro dan kontra. Yang menunjukkan walaupun pemahaman
wajib pajak masih terbatas, namun sebagian wajib pajak tidak merasa kesulitan
dalam mematuhi PP Nomor 46 Tahun 2013 tersebut.
Ketentuan pajak penghasilan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 46 Tahun 2013, merupakan kebijakan pemerintah yang mengatur Pajak
Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki
peredaran Bruto tertentu. Kebijakan Pemerintah dengan pemberlakuan PP ini
didasari tujuan memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan,
mengedukasi masyarakat tertib administrasi, mengedukasi masyarakat untuk
transparansi, dan memberikan kesempatan masyarakat berkontribusi dalam
penyelenggaraan negara.
Objek pajak yang dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan PP
Nomor 46 Tahun 2013 ini adalah penghasilan dari usaha yang diterima atau
diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto yang tidak melebihi Rp. 4,8 milyar
dalam 1 tahun pajak. Peredaran bruto merupakan jumlah peredaran bruto semua
gerai atau counter atau outlet atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya. Pajak
yang terhutang dan harus dibayar adalah1% dari jumlah peredaran bruto. Sesuai

4
PP No. 46 Tahun 2013 yang dinilai Pajak Penghasilan adalah orang pribadi dan
badan yang tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT), yang menerima
penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto yang tidak melebihi Rp4,8 milyar
dalam 1 tahun pajak.
Pajak Penghasilan yang diatur oleh PP No. 46 Tahun 2013 termasuk dalam
PPh Pasal 4 Ayat (2) bersifat FINAL. Setoran bulanan dimaksud merupakan PPh
Pasal 4 ayat (2), bukan PPh pasal 25. Jika penghasilan semata-mata dikenai PPh
final, tidak wajib PPh Pasal 25. Penyetoran dan Pelaporan PPh sesuai ketentuan
PP No. 46 Tahun 2013 adalah paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Jika SSP sudah validasi NTPN, wajib
pajak tidak perlu melaporkan SPT masa PPh Pasal 4 ayat (2) karena dianggap
telah menyampaikan SPT masa PPh Pasal 4 ayat (2) sesuai tanggal validasi
NTPN. Penyetoran dimaksud dengan mencantumkan kode pada SSP Kode akun
Pajak411128 dan Kode Jenis Setoran420. Penghasilan yang dibayar berdasarkan
PP No. 46 Tahun 2013 dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh pada kelompok
penghasilan yang dikenai pajak final dan/atau bersifat final.

Mental Accounting
Thaler (1999) mendefinisikan mental accounting sebagai suatu rangkaian
operasi kognitif yang digunakan individu maupun kelompok dalam mengkode,
membuat kategori dan mengevaluasi aktivitas finansialnya. Tiga komponen utama
mental accounting menurut Thaler (1999) yaitu bagaimana hasil yang dirasakan
dan dialami, bagaimana keputusan dibuat dan kemudian dievaluasi, penugasan
kegiatan yang dimasukan ke dalam akun tertentu dan mental accounting concerns
the frequency with accounts are evaluated and choice bracketing.
Damayanti dan Supramono (2011) menyatakan mental accounting dapat
ditunjukkan dengan perilaku seorang yang memiliki kecenderungan
mengelompokkan dan memperlakukan uang secara berbeda, antara lain
tergantung dari mana uang tersebut berasal. Namun dalam penelitian ini mental
accounting sudah merupakan perilaku atau tindakan individu dan bukan lagi
sebagai rangakaiaan operasi kognitif. Seseorang cenderung memberikan label
pendapatan dan pengeluaran, yang kemudian dipilah dalam rekening tertentu.

5
Proses pemilihan tersebut kemudian berkembang menjadi pengalokasian dana
dalam akun tertentu yang berdasarkan sumber diperoleh dan pengalokasian biaya
dalam akun berdasarkan tujuan penggunaannya.
Tversky dan Kahneman (1991) menyatakan mental accounting berfokus
pada bentuk keputusan individu dalam keuangan, sedangkan Shefrin dan Thaler
(1981) membahas mental accounting dipengaruhi pengetahuan dan pemahaman
seseorang terhadap keuangan. Thaler (1990) dan Davis (2003) menyatakan
bahwa seseorang menggunakan mental accounting karena memungkinkan
transaksi akan dievaluasi secara terpisah dari transaksi yang lain. Hal ini akan
mempermudah dalam pengambilan keputusan. Karisson (1998) serta Hoch dan
Leowensteni (1991) menegaskan bahwa mental accounting dapat menjadi self
control. Dimana pernyataan ini telah dibuktikan oleh Siloy (2012) dalam
penelitiannya.

Mental Accounting Dalam Perpajakan


Secara mental, sesorang cenderung memilah pendapatan dan pengeluaran
dalam pos-pos tertentu misalnya pendapatan rutin versus hadiah pengeluran
kebutuhan pokok versus kebutuhan untuk bersenang-senang atau rekreasi yang
dapat membawa implikasi negatif. Ini menunjukkan pendapatan rutin yang
diperoleh dari kerja keras cenderung dibelanjakan dengan hati-hati. Sementara,
pendapatan yang diperoleh dari hadiah, tunjangan dan bonus akan lebih cepat
habis dibelanjakan (Supramono dan Damayanti 2011).
Kondisi tersebut merupakan fenomena mental accounting, merupakan
perilaku ekonomi seseorang dengan menggolongkan uang masuk dan uang keluar
berdasarkan pos-pos tertentu (Theler dan Shefrin 1981). Mental accounting
memiliki kecenderungan mengelompokkan dan memperlakukan uang secara
berbeda tergantung dari mana uang tersebut berasal. Individu
akanmengalokasikan dana pada pos tententu berdasarkan sumber dana yang
diperoleh dan mengalokasikan biaya berdasarkan tujuan penggunaannya
(Damayanti dan Supramono 2011).
Pada pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM), dimungkinkan memiliki
kecenderungan yang sama yaitu memisahkan pendapatan dan pengeluaran

6
kedalam pos-pos tertentu. Dalam kaitannya dengan pembayaran perpajakan,
pelaku UKM akan berperilaku mengelompokkan dan memperlakukan uang secara
berbeda, serta mengalokasikan dana yang mereka miliki berdasarkan sumber yang
diperoleh dan mengalokasikan biaya pada pos tertentu berdasarkan tujuan
penggunaannya.
PP Nomor 46 Tahun 2013 tentang pajak penghasilan dengan tarif 1% dari
peredaran bruto setiap bulan atas penghasilan dari usaha wajib pajak yang
memiliki peredaran bruto tidak melebihi Rp 4,8 milyar dalam satu tahun,
mewajibkan pelaku UKM melakukan pembayaran perpajakan dengan perhitungan
peredaran bruto atas setiap penghasilan usaha. Dengan demikian pelaku UKM
diharapkan dapat mengalokasikan dana tertentu dari hasil penjualan sebagai
alokasi biaya berdasarkan tujuan penggunaan dalam hal pembayaran pajak.
Mental accounting dalam perpajakan bagi pelaku UKM dilihat dari
bagaimana cara mereka memisahkan penghasilan usaha (hasil penjualan) dengan
uang pribadi, darimana pelaku UKM mengalokasikan dana untuk membayar
pajak, serta apakah penghasilan usaha (hasil penjualan) yang didapat dialokasikan
pada pos-pos kebutuhan tertentu. Selain itu, mental accounting pelaku UKM juga
melihat bagaimana cara perhitungan pajak yang dilakukan pelaku UKM, apakah
hanya sebatas perkiraan atau estimasi, atau dengan perhitungan 1 % dari total
omset perbulan.

METODA PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sugiyono (2013)
mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian berbentuk kata, skema dan
gambar untuk mendeskripsikan objek tertentu. Populasi penelitian adalah seluruh
pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Salatiga yang
merupakan Binaan Dinas Koperasi dan UMKM Kota Salatiga per triwulan I
Tahun 2016 sebanyak 1343 pelaku usaha, dengan jumlah pelaku Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) 158 orang.
Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah convenience sampling.
Peneliti memilih sampel penelitian berdasarkan kemudahan mendapatkan data dan
menjumpai secara langsung pelaku dengan kriteria atau karakterisik

7
tertentu.Peneliti menjumpai secara langsung responden pelaku Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) di Kota Salatiga yang sudah pernah membayar pajak.
Perhitungan sampel penelitian menggunakan rumus Slovin dengan rumus sebagai
berikut (Sanusi 2013):

n= N
1 + Ne 2

= 158 = 158 = 158 = 61


2
1+158(0.10) 1+1.58 2.58
Keterangan :
n : ukuran sampel
N : ukuran seluruh populasi
e : toleransi terjadinya ketidaktelitian sebesar 10%
Cara pengumpulan data penelitian dilakukan dengan membagikan
keusioner kepada pelaku UKM di Kota Salatiga. Pertanyaan dalam kuesioner
berupa pertanyaan terbuka untuk memberi kesempatan pada responden
memberikan pendapat. Responden yang ditemui sebanyak 87 pelaku UKM,
namun yang sudah membayar pajak hanya 61 pelaku usaha. Sehingga yang
menjadi responden penelitian ini sebanyak 61 pelaku usaha.
Pengukuran mental accounting dalam penelitian ini diukur :
1. Memisahan penghasiln usaha dengan uang pribadi
2. Memperlakukan penghasilan usaha
3. Sumber membayar pajak
4. Yang melakukan perhitungan pajak
5. Penggunaan penghasilan usaha

Teknik Analisis
Penelitian merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan untuk
mendapatkan gambaran dari hasil kuesioner diberikan pada pelaku Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) di Kota Salatiga. Data yang diperoleh kemudian diolah

8
dan disajikan dalam bentuk perhitungan tabel sederhana dan crosstabulation
SPSS.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Analisis Data
Karakteristik Responden
Dalam bagian ini, akan dibahas mental accounting dalam pembayaran
pajak UKM di Kota Salatiga. Data diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan
kepada pelaku UKM yang telah membayar pajak. Sampel penelitian adalah wajib
pajak pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Salatiga sebanyak 61
responden. Berikut adalah Tabel 2 yang menunjukkan karakteristik responden:

Tabel 1
Karakteristik Responden

Jumlah
Prosentase
Responden
A. Jenis Kelamin
Laki-laki 36 59,00%
Perempuan 25 41,00%
B. Usia
30-45 tahun 22 36,00%
46-61 tahun 30 49,20%
62-77 tahun 9 14,80%
C. Jenis Usaha
Jasa 3 3,30%
Dagang 54 88,50%
Konveksi 5 8,20%
D. Aset
> Rp 50 juta-100 juta 40 65,60%
> Rp 100 juta-200 juta 18 29,50%
> Rp 200 juta-300 juta 3 4,90%
E. Omset / bulan
> Rp 3 juta-10 juta 47 77,04%
> Rp 10 juta-50 juta 6 9,83%
> Rp 50 juta-100 juta 4 6,55%
> Rp100 juta-200 juta 4 6,55%
Sumber: Data Primer diolah, 2017.

9
Berdasarkan Tabel 2 di atas, 59% responden berjenis kelamin laki-laki
dengan usia 46-61 tahun (49,2%). Untuk jenis usaha, sebanyak 88,5% responden
memiliki jenis usaha dagang, dengan aset sebesar >Rp 50 juta-100 juta (65,6%)
dan omzet penjualan perbulan sebanyak >Rp 3 juta-10 juta (77,04%). Thaller
(1980) mengemukakan mental accounting merupakan perilaku atau cara berpikir
seseorang yang memiliki kecenderungan mengelompokkan dan memperlakukan
uang secara berbeda, tergantung darimana uang tersebut berasal. Dalam hal ini 2
(dua) aspek mental accounting terdiri dari sumber penerimaan dan bagaimana
alokasinya. Oleh sebab itu, analisis dari penelitian ini dibagi menjadi dua bagian
yaitu bagaimana perlakuan atas penghasilan usaha dan alokasi penghasilan usaha
untuk membayar pajak.
Alokasi Penghasilan Usaha Untuk Membayar Pajak

Tabel 2
Pengetahuan Pelaku UKM Tentang PP Nomor 46 Tahun 2013

Jumlah
Prosentase
Responden
A. Membayar Pajak
Ya 61 100%
Tidak 0 0%
B. Mengetahui PP Nomor 46 Tahun 2013
Ya 47 77,0%
Tidak 14 23,0%
C. Perhitungan Pajak yang Dilakukan
Hanya perkiraan saja 16 26,3%
Menghitng total omset 1% dari omset 45 73,7%
D. Perhitungan Pembayaran Pajak
Sendiri 44 78,6%
Keluarga 5 8,2%
Karyawan 3 16,3%

Sumber: Data primer diolah, 2017.

Berikut tabel 4 yang menunjukkan pengetahuan pelaku UKM mengenai


aturan perpajakan PP Nomor 46 Tahun 2013: Seluruh responden pelaku UKM
dalam penelitian ini sudah membayar pajak. Sebanyak 77% responden pelaku
UKM mengetahui mengenai aturan perpajakan PP Nomor 46 Tahun 2013 dan
dalam perhitungan perpajakan, pelaku UKM sudah melakukan perhitungan

10
pembayaran pajak sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 tersebut (73,7%) yaitu
perhitungan dengan tarif sebesar 1% yang didasarkan pada peredaran bruto dari
usaha dalam 1 (satu) tahun dari Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak yang
bersangkutan, sisanya 26,3% hanya menghitung berdasarkan estimasi atau
perkiraan saja. Pembayaran pajak pelaku UKM tersebut sudah dilakukan secara
rutin yaitu setiap bulan dan rutin setiap tahun. Perhitungan pembayaran pajak
pada pelaku UKM sudah dilakukan sendiri oleh pelaku UKM (78,6%), dibantu
oleh karyawan (16,3%) dan dibantu oleh anggota keluarga lain (8,2%).
Dalam kepentingan perhitungan dan pembayaran pajak diperlukan adanya
pembukuan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui penghasilan yang didapatkan
dari hasil penjualan karena seperti yang tercantum pada PP nomor 46 Tahun2013
pajak dikenakan 1% dari omset bruto. Data menunjukkan responden pelaku UKM
91,8% sudah melakukan pembukuan. Adapun transaksi yang dicatat antara lain
transaksi penjualan (88,5%), pembelian (80,3%), kas masuk (42,6%), utang
(40,9%), piutang (42,7%) dan kas keluar (31,1%). Setiap ada transaksi, sebanyak
77% responden mengaku sudah melakukan pembukuan. Pembukuan dilakukan
setiap minggu (21,3%) dan dilakukan sendiri oleh pelaku UKM (83,6%).
Menunjukkan seluruh responden yang membayar pajak melakukan
perhitungan pembayaran pajak sebesar 1% dari omset bruto yang didasarkan dari
catatan pembukuan. Sisanya responden menggunakan estimasi atau perkiraan saja
walaupun sebenarnya pelaku usaha tersebut memiliki catatan pembukuan.
Melakukan pembukuan tidak hanya untuk keperluan perpajakan.Dalam
pembukuan setiap transaksi dicatat pada akun-akun tertentu, pencatatan
pembukuan memisahkan pendapatan dan beban. Disisi lain pembukuan dapat
digunakan responden untuk mengetahui penghasilan yang didapatkan dari hasil
penjualan. Selain itu, dengan adanya pembukuan rsponden dapat mengalokasikan
penghasilan sesuai dengan kemampuan yang telah tercatat di pembukuan.
Responden yang melakukan pembukuan cenderung akan melakukan
pemisahan penghasilan. Disisi lain, terdapat responden yang melakukan
pembukuan tapi tidak memisahkan penghasilan. Selanjutnya responden yang tidak
melakukan pembukuan cenderung tidak melakukan pemisahan penghasilan usaha.
Namun terdapat responden yang tidak melakukan pembukuan tetapi memisahkan

11
penghasilan usaha.Untuk kepentingan membayar pajak, seluruh pelaku Usaha
Kecil dan Menengah (UKM) menggunakan penghasilan usaha dari hasil
penjualan. Sebagian besar pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tersebut
(80,3%) secara langsung menggunakan penghasilan dari hasil penjualan yang
didapat untuk membayar pajak. Namun, tidak semua pelaku Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) melakukannya.

Perlakuan atas Penghasilan Usaha


Penghasilan usaha dalam penelitian ini adalah seluruh hasil penjualan
usaha yang diperoleh pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Mental
accounting memiliki kecenderungan mengelompokkan dan memperlakukan uang
secara berbeda tergantung darimana uang tersebut berasal. Individu akan
mengalokasikan dana pada pos-pos tertentu berdasarkan sumber dana yang
diperoleh dan mengalokasikan biaya berdasarkan tujuan penggunaannya
(Damayanti dan Supramono 2011). Berdasarkan teori mental accounting tersebut,
pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) cenderung memperlakukan
penghasilan usaha yang mereka dapatkan secara berbeda dan dipisahkan dari uang
pribadi. Tabel 3 dibawah ini menunjukkan perlakuan pelaku Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) atas penghasilan usaha yang mereka dapat:

Tabel 3
Perlakuan Atas Penghasilan Usaha

Jumlah
Prosentase
Responden
A. Memisahkan penghasilan usaha dengan uang pribadi
Ya 53 86,9%
Tidak 8 13,1%
B. Mengalokasikan penghasilan usaha pada pos-pos kebutuhan
Ya 56 91,8%
Tidak 5 8,2%
Sumber: Data Primer diolah, 2017.

Dari tabel 3 menunjukkan 86,9% responden sudah memisahkan


penghasilan usaha dengan uang pribadi. Sisanya 13,1% responden pelaku UKM
belum memisahkan penghasilan usaha dengan uang pribadi. Hal itu dilakukan
karena responden hanya bergantung dengan usaha yang dimiliki, sehingga dalam

12
memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat memisahkan penghasilan usaha
dengan uang pribadi.Pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak hanya
memisahkan penghasilan usaha dengan uang pribadi, tetapi juga mengalokasikan
penghasilan usaha berdasarkan pos-pos kebutuhan tertentu. Dari tabel 3
menunjukkan 91,8% responden pelaku UKM sudah mengalokasikan penghasilan
usaha pada pos-pos kebutuhan usaha. Namun masih terlihat 8,2% pelaku UKM
yang belum mengalokasikan penghasilan usaha pada pos-pos tertentu.
Dalam pembayaran pajak, seluruh responden pelaku UKM menggunakan
uang dari penghasilan usaha. Pelaku UKM melakukan pemisahan atas
penghasilan usaha dan mengalokasikan penghasilan tersebut langsung digunakan
untuk membayar pajak. Sisanya, pelaku usaha tidak melakukan pemisahan atas
penghasilan usaha namun melakukan alokasi untuk pembayaran pajak. Ini
menunjukkan responden tidak memisahkan dan tidak mengalokasikan penghasilan
usaha untuk pembayaran pajak.
Responden yang memiliki omset > Rp 3 juta-10 juta perbulan melakukan
pemisahan penghasilan usaha (dari hasil penjualan) dengan uang pribadi, dan
mengalokasikan penghasilan usaha tersebut dalam pos-pos kebutuhan. Pemisahan
tersebut dilakukan untuk mengetahui perkembangan usaha dan mengetahui
besarnya keuntungan yang diperoleh. Sejalan dengan teori Theller dan Shefrin
(1981), mental accounting merupakan perilaku ekonomi seseorang dengan
menggolongkan uang masuk dan uang keluar berdasarkan pos-pos tertentu. Hal
ini berarti terindikasi adanya mental accounting dalam perlakuan atas penghasilan
usaha yang didasarkan pada omset perbulan. Di sisi lain, masih terdapat
responden yang tidak melakukan pemisahan penghasilan maupun pengalokasian
penghasilan usaha. Responden pelaku usaha tidak melakukan pemisahan
penghasilan usaha karena dari hasil penjualan tersebut juga digunakan untuk
kebutuhan pribadi. Dalam hal pengalokasian, responden mendahulukan kebutuhan
yang lebih penting sehingga cenderung tidak melakukan pengalokasian.
Tabel 5 menunjukkan kepentingan membayar pajak penghasilan usaha
untuk kepentingan pembayaran pajak oleh pelaku Usaha Kecil dan Menengah
(UKM):

13
Tabel 4
Kepentingan Pembayaran Pajak Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Jumlah
Prosentase
Responden
A. Menggunakan uang dari mana
Penghasilan usaha (hasil penjualan) 61 100%
Uang pribadi 0 0%
B. Langsung digunakan membayar pajak
Ya 49 80,3%
Tidak 12 19,7%
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.

Data diatas menunjukkan perilaku pelaku Usaha Kecil dan Menengah


(UKM) yang memiliki kecenderungan mengelompokkan dan memperlakukan
penghasilan usaha dari hasil penjualan secara berbeda-beda. Seluruh pelaku UKM
menggunakan penghasilan usaha dari hasil penjualan untuk keperluan membayar
pajak walaupun penghasilan usaha dari hasil penjualan tidak langsung dibayarkan
untuk membayar pajak (disisihkan terlebih dahulu). Hal ini digunakan karena
pelaku UKM melakukan pembayaran pajak secara komulatif pada periode bulan
berikutnya. Perilaku pelaku UKM ini sesuai dengan mental accounting dalam
penggunaan penghasilan usaha.
Dalam pembayaran pajak sebagian besar responden melakukan
perhitungan pajak sesaiu dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 yaitu pajak final 1%
dari penghasilan bruto. Responden melakukan pemisahan penghasilan usaha
dengan uang pribadi, penghasilan usaha oleh responden langsung digunakan
untuk pembayaran pajak. Selain itu responden juga mengalokasikan penghasilan
dalam pos-pos kebutuhan. Selajutnya, masih terlihat responden yang hanya
menggunakan estimasi atau perkiraan saja. Namun sebagian besar responden
sudah melakukan pemisahan terhadap penghasilan usaha dengan uang pribadi,
dan langsung menggunakan penghasilan usaha tersebut untuk kepentingan
membayar pajak dan melakukan alokasi. Dalam kepentingan pembayaran pajak,
responden cenderung melakukan pemisahan penghasilan, mengalokasikan
pendapat guna pembayaran pajak dan langsung menggunakan penghasilan usaha
untuk pembayaran pajak. Hal ini menunjukkan perilaku mental accounting dalam
kepentingan membayar pajak responden.

14
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sudah
memisahkan penghasilan usaha dengan uang pribadi. Pemisahan keuangan atas
penghasilan usaha pada pelaku UKM di Kota Salatiga sudah sesuai dengan mental
accounting, dapat ditunjukkan secara mental, seseorang akan cenderung memilah
pendapatan dan pengeluaran dalam pos-pos tertentu, misalnya pendapatan rutin
dan pendapatan lain-lain. Data menunjukkan pelaku UKM sudah melakukan
alokasi pada pos-pos penghasilan usaha. Pos-pos tersebut berupa pos kebutuhan
usaha, pos kebutuhan pribadi dan pos kepentingan membayar pajak. Kebutuhan
pribadi dalam hal ini biasanya digunakan untuk belanja kebutuhan sehari-hari,
membayar sekolah anak, kegiatan sosial kemasyarakatan dan tabungan.
Kebutuhan usaha dalam hal ini digunakan untuk modal usaha, pembayaran gaji
karyawan dan membeli bahan baku produksi yang sudah habis. Kemudian pelaku
UKM juga mengalokasikan penghasilan usaha yang diperoleh untuk kepentingan
membayar pajak.
Pelaku UKM melakukan pemisahan penghasilan usaha dengan alasan
semua kebutuhan dapat teralokasi pada kebutuhan usaha sesuai dengan rencana
kebutuhan produksi serta terkendali dalam penggunaan dana. Selain itu, beberapa
pelaku UKM menyatakan sudah mengalokasikan penghasilan usaha untuk tertib
administrasi.Namun sebaliknya, masih ditemukan pelaku UKM belum
memisahkan penghasilan usaha yang diperoleh dengan alasan lebih
mendahulukan kebutuhan yang lebih penting.
Penelitian ini juga menunjukkan seluruh pelaku UKM di Kota Salatiga
sudah membayar pajak. Dalam pengetahuan peraturan perpajakan yang diatur
dalam PP Nomor 46 Tahun 2013, sebagian besar pelaku UKM sudah mengetahui
PP Nomor 46 Tahun 2013 bahwa Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan tarif sebesar 1% yang
didasarkan pada peredaran bruto dari usaha dalam 1 (satu) tahun dari Tahun Pajak
terakhir sebelum Tahun Pajak yang bersangkutan. Pelaku UKM tidak hanya
membayar pajak penghasilan, beberapa pelaku usaha mengaku sudah membayar
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan juga Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Dalam perhitungan pajak, pelaku UKM banyak yang melakukan perhitungan

15
pembayaran pajak secara mandiri sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 yaitu
dengan tarif sebesar 1% yang didasarkan pada peredaran bruto dari usaha dalam 1
(satu) tahun dari Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak yang bersangkutan.
Pengetahuan mengenai PP Nomor 46 Tahun 2013 mereka dapatkan dari berbagai
sumber diantaranya dari sesama pelaku UKM dan media massa. Tidak hanya itu
saja, informasi mengenai PP Nomor 46 Tahun 2013 juga diperoleh dari
penyuluhan petugas kantor pajak.
Seluruh pelaku UKM membayar pajak dengan menggunakan penghasilan
usaha dari hasil penjualan. Sebagian besar pelaku UKM langsung menggunakan
penghasilan usaha tersebut untuk membayar pajak dengan alasan khawatir jika
digunakan untuk keperluan lain dan tercampur dengan uang yang lain. Namun
demikian, masih terdapat pelaku UKM yang tidak langsung menggunakan
penghasilan usaha hasil penjualannya untuk membayar pajak. Ini dikarenakan
pembayaran pajak mereka dibayarkan secara akumulasi dan dibayar pada bulan
berjalan berikutnya.
Pada teori mental accounting menunjukkan responden pelaku UKM juga
melakukan hal serupa. Adanya pengelompokkan dan alokasi penghasilan usaha
pada masing-masing pos, penggunaan penghasilan usaha (hasil penjualan) untuk
membayar pajak menjadi bukti bahwa pelaku UKM memiliki mental accounting
dalam pengelolaan penghasilan usaha mereka.

SIMPULAN,IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN


MENDATANG
Simpulan dan Saran
Penelitian ini meneliti adanya mental accounting dalam pembayaran pajak
Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Mental accounting dalam pembayaran pajak
yang dilakukan oleh pelaku UKM, yang dapat dilihat dari adanya pelakuan
terhadap penghasilan usaha. Pelaku UKM memisahkan penghasilan usaha dengan
uang pribadi dan melakukan pengalokasian penghasilan pada pos-pos kebutuhan
tertentu, termasuk pajak. Selain itu, penelitian juga meneliti apakah ada tidaknya
mental accounting oleh pelaku UKM secara lebih detail.

16
Implikasi
Dari penjelasan di atas menunjukkan mental accounting dalam
pembayaran pajak memberikan dampak positif bagi pelaku UKM. Dampak
tersebut membantu pelaku UKM mengalokasikan penghasilan usaha sesuai
kebutuhan, baik untuk kebutuhan usaha maupun dalam pembayaran pajak.
Implikasi dari sisi pelaku UKM, sebaiknya para pelaku UKM mengenali
kebutuhan dana untuk usaha serta mengalokasikan penghasilan usaha sesuai
kebutuhan. Sehingga diharapkan penghasilan yang diterima dapat digunakan oleh
pelaku UKM dalam mencukupi kebutuhan usaha serta kebutuhan pembayaran
pajak. Dari sisi aparat pajak sebaiknya melakukan edukasi dan pembinaan kepada
pelaku UKM dalam hal pembayaran pajak sehingga dari penghasilan usaha yang
diperoleh dapat digunakan untuk membayaran pajak

Keterbatasan dan Agenda Penelitian Selanjutnya


Perilaku mental accounting Thaler (1999) mendefinisikan mental
accounting sebagai rangkaiaan opreasi kognitif. Sehingga penelitian memisahkan
antara kognitif dan perilaku. Mental accounting dapat digunakan sebagai dasar
untuk menentukan kesadaran membayar pajak. Selanjutnya diharapkan
menggunakan mental accounting sebagai instrumen kesadaran pajak.

17
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, S. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis. Cetakan Ketiga. Jakarta: Salemba
Empat.
Damayanti, T. W, dan Supramono, 2011, Realitas Mental Accounting Pada
Perlakukan Pendapatan Ekstra, Jurnal Manajemen Usahawan Indonesia,
Vol. 40 No. 2 Maret-April 2011.
Davies, G. 2003. The Realities of Spending. Agent 2 (6), pp 22-27
Diatmika, 2013.Penerapan akuntansi pajak atas pp no. 46 tahun 2013 Tentang PPh
Atas Penghasilan Dari Usaha Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto
Tertentu.Jurnal Akuntansi Profesi, Vol. 3 No.2 Desember 2013
Haryati, Noviari. 2016. Analisis penerapan peraturan pemerintah No 46 Tahun
2013 pada besarnya pajak penghasilan. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, Vol. 15.3. Juni 2016. Hal: 2467-2493
Hoch, & Loewenstein. 1991. Time-inconsistent preferences and consumer self-
control. Journal of Consumer Research, 17, pp 492-507.
Karlsson,1988. Mental Accounting and Self Control, Göteborg Psychological
Reports, 28, No. 2. Sweden: Göteborg University, Department of
Psychology.
Kasmir, 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group
Khneman, and Tversky. (1970) : An Analysis Of Decision Under Risk.
Econometrica, Vol.47 Maret.
Klaudia, Riwayanti dan Aminatunnisa. 2017. Menggali realitas kepatuhan wajib
pajak pemilik UMKM. Jurnal PETA, Vol. 2 No. 1, Januari 2017: hal 50-64
Made, 2014. Pengaruh Kepribadian dan Mental Accounting terhadap Perilaku
Keuangan Peserta Pensiun pada Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung,
Rohman, Zulaikha, Raharjo dan Harto. 2011. Kajian Terhadap kapabilitas
pembukuan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam mendukung
perilaku kepatuhan wajib pajak. Jurnal Akuntansi, Vol XV, No. 03,
September 2011: hal 327-343.
Shefrin, and Richard H. Thaler.(1981). “An Economic Theory of Self-Control.
“Journal of Political Economy. Vol. 89 No. 2

18
Siloy. 2012. Mental Accounting : Perilaku Boros Vs Self Control. Thesis PPs
MM,UKSW
Susilo, dan Betri. 2014. Pemahaman wajib pajak terhdap Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2013 tentang pajak UKM (Studi Kasus Pada Wajib Pajak
Pratama Palembang Ilir Barat, hal : 1-10.
Tambunan. 2013. Ketentuan Terbaru Pajak Penghasilan Atas UMKM: Sederhana
Tapi Tidak Adil. Diunduh pada 10 Agustus 2014.
Thaler, 1990. Toward a positive theory of consumer choice, journal of Economic
Behavior and Organization, Vol.1, pp. 39-60.
Thaler, 1999, “Mental Accounting Matters:,Journal of Behavioral Decision
Making, 12, pp 183-206.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM).
Wicaksono. 2016. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam membayar pajak
sesuai PP No.46 Tahun 2013 Pada UMKM di Kabupaten Bantul. Jurnal
Fokus Bisnis Vol. 15, No 02, bulan Desember 2016.

19
LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

MENTAL ACCOUNTING DALAM PEMBAYARAN PAJAK UKM

(Studi Pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Salatiga)

Kepada Yth,

Bapak/Ibu

Pemilik Usaha Kecil dan Menengah

Di tempat

Dengan hormat,

Saya mahasiwa dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas


Kristen Satya Wacana Salatika yang sedang melakukan penelitian mengenai
mental accounting dalam pembayaran pajak UKM (Studi Pada UKM di Kota
Salatiga).Bersama ini, saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi
kuesioner yang tersedia.Informasi yang bapak/Ibu berikan adalah rahasia dan
hanya digunakan untuk penelitian semata.

Atas bantuan dan kerjasama Bapak/Ibu, Saya ucakpan terimakasih.

Atika Saktianingrum

20
Petunjuk Cara Pengisian :

1. Isilah identitas anda pada tempat yang disediakan.


2. Jawablah pertanyan dibawah ini dengan memberikan tanda centang ()
pada alternatif jawaban yang telah disediakan!
3. Anda diperbolehkan mengisi lebih dari satu pilihan jawab.

Identitas responden

Nama Wajib Pajak :…………………………………………..(Boleh tidak diisi)

Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

Nama usaha :…………………………….

Jenis usaha :Jasa Dagang Lain-lain:………

Aset : Rp ……………………

Omset (penghasilan) : Rp ……………………/bulan

I. Informasi perpajakan PP Nomor 46 Tahun 2013

1. Apakah Anda Apakah anda membayar pajak?


Ya
Tidak

2. Apakah Anda mengetahui aturan perpajakan bagi UKM (PP Nomor 46


Tahun 2013)?
Ya
Tidak
 Lain-lain:…………

3. Jika anda tahu, sejauh mana Anda mengetahui tentang artutan pajak UKM
dalam PP Nomor 46 Tahun 2013?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

21
4. Darimana Anda mengetahui dan memperoleh informasi tentang peraturan
PP Nomor 46 Tahun 2013?
 Sesama pelaku UKM
 Media masa, sebutkan:……………..
 Fiskus
 Lain-lain:…………………….

5. Pajak apa yang Anda bayarkan?


 Pajak Pertambahan Nilai (PPn)
 Pajak Penghasilan (PPh)

6. Bagaimana cara perhitungan pajak yang dilakukan?


 Hanya perkiraan saja
 Menghitung total omset  membayar pajak 1% dari total omset/bulan
 Lain-lain:…………………….

7. Kapan Anda membayar pajak tersebut


 Rutin setiap bulan
Rutin setiap tahun
 Lain-lain:…………………….

II. Manajemen Kas


1. Apakah Anda melakukan pebukuan dalam setiap transaksi?
Ya, alasan…………………………………………...
Tidak, alasan………………………………………..

2. Dalam melakukan pembukuan transaksi, catatan seperti apa yang anda


catat?
 Pembelian
 Penjualan
 Kas masuk
 Kas keluar

22
 Piutang
 Utang

3. Kapan Anda melakukan pembukuan transaksi?


 Setiap ada transaksi
 2 hari sekali
 Setiap minggu
 Lain-lain:……………………

4. Siapa yang melakukan pembukuan transaksi


 Diri sendiri
 Keluarga
 Lain-lain:……………………

III. Mental Accounting


1. Anda memisahkan penghasilan usaha (hasil penjualan) dengan uang
pribadi?
Ya
Tidak

2. Bagaimana Anda memperlakukan penghasilan usaha (hasil penjualan)?


………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………........

3. Untuk kepentingan membayar pajak, Anda menggunakan uang dari mana?


 Penghasilan usaha (hasil penjualan)
 Uang pribadi

4. Siapa yang melakukan perhitungan pembayaran pajak


 Sendiri
 Keluarga
 Lain-lain:……………………

23
5. Apakah penghasilan usaha (hasil penjualan) yang didapat saat itu
LANGSUNG digunakan untuk membayar pajak?
Ya, alasan…………………………………………...
Tidak, alasan………………………

6. Apakah penghasilan usaha yang di dapat, Anda alokasikan (pisah-


pisahkan) pada pos kebutuhan usaha, pos pembayaran pajak, pos biaya?
Ya, alasan…………………………………………...
Tidak, alasan………………………

24
LAMPIRAN 2
IDENTITAS RESPONDEN PENELITIAN

No. Nama Wajib Jenis Jenis


Umur Nama Usaha Aset Omset
Res Pajak Kelamin Usaha
1 Laki - laki 40 Toko Fashion Dagang Rp 6.000.000 Rp 7.000.000
2 Perempuan 40 Singkong Keju D 9 Dagang Rp 200.000.000 Rp 15.000.000
3 Nurseto Laki - laki 64 Pedagang Eceran Makanan Dagang Rp 60.000.000 Rp 4.000.000
4 Koko Cahyono Laki - laki 58 Gelatik Food Dagang Rp 75.000.000 Rp 50.000.000
5 Perempuan 57 Makanan Dagang Rp 150.000.000 Rp 5.000.000
6 Perempuan 44 Sumber Karya Putra Dagang Rp 150.000.000 Rp 3.500.000
7 Joko Prasetyo Laki - laki 41 Warung Lawuh Ndeso Dagang Rp 150.000.000 Rp 5.000.000
8 Ibu Yanti Perempuan 39 Fino Terapi Jasa Rp 55.000.000 Rp 5.000.000
9 Aina Ulmardiah Perempuan 49 Ribel Dagang Rp 100.000.000 Rp 75.000.000
10 Sumaryani Perempuan 49 Yani Konveksi Konveksi Rp 75.000.000 Rp 8.000.000
11 Purwanto Laki - laki 64 Bakpia Nura Dagang Rp 60.000.000 Rp 5.000.000
12 Laki - laki 53 Sweet Bitez Dagang Rp 60.000.000 Rp 5.000.000
13 Ibu Susanti Perempuan 69 Fresh Dagang Rp 200.000.000 Rp 175.500.000
14 Perempuan 45 Toko Roti LL Dagang Rp 120.000.000 Rp 7.000.000
15 Rokhmad Laki - laki 50 Roba Sport Wear Konveksi Rp 100.000.000 Rp 60.000.000
16 Bambang Prihadi Laki - laki 55 Batik Gapura Nalendra Konveksi Rp 150.000.000 Rp 7.000.000
17 Bapak Teguh Laki - laki 57 Toko Maju Dagang Rp 200.000.000 Rp 90.000.000
18 Sumarjito Laki - laki 66 Padi Dagang Rp 100.000.000 Rp 7.000.000
19 Sarwoko Laki - laki 48 Mina Kencana Dagang Rp 270.000.000 Rp 168.000.000

25
No. Nama Wajib Jenis Jenis
Umur Nama Usaha Aset Omset
Res Pajak Kelamin Usaha
20 Laki - laki 58 Cheezy Cake And Baery Dagang Rp 55.000.000 Rp 7.200.000
21 Laki - laki 43 Mana Resto Dagang Rp 150.000.000 Rp 7.000.000
22 Wahyu Miranti Perempuan 55 Warung Gaplek Dagang Rp 150.000.000 Rp 40.000.000
23 Laki - laki 56 Sederhana Dagang Rp 150.000.000 Rp 45.000.000
24 Edo Laki - laki 30 Bamboo Dagang Rp 60.000.000 Rp 3.500.000
25 Rini Budiastuti Perempuan 56 Catering Sulung Dagang Rp 150.000.000 Rp 10.000.000
26 Maria Chrisna W Perempuan 33 Clip Distro Konveksi Rp 100.000.000 Rp 5.000.000
27 Laki - laki 37 Yege Resto Dagang Rp 175.000.000 Rp 7.000.000
28 Perempuan 72 Catering Sinar Mulya Abadi Jasa Rp 100.000.000 Rp 200.000.000
29 Budi Santoso Laki - laki 45 Dua Pohon Kelapa Dagang Rp 150.000.000 Rp 7.000.000
30 Suwarno Laki - laki 55 Material Bangunan Dagang Rp 200.000.000 Rp 8.000.000
31 Perempuan 35 Mak.Wuk Dagang Rp 55.000.000 Rp 3.500.000
32 Yoga Laki - laki 42 D'saji Dagang Rp 150.000.000 Rp 9.000.000
33 Perempuan 37 Happy Chicken Dagang Rp 60.000.000 Rp 7.000.000
34 Laki - laki 50 Joglo Ki Penjawi Dagang Rp 250.000.000 Rp 12.000.000
35 Laki - laki 30 Fosil Dagang Rp 60.000.000 Rp 6.000.000
36 Laki - laki 68 Sumarjan Dagang Rp 55.000.000 Rp 4.000.000
37 Perempuan 47 Cosmo Dagang Rp 55.000.000 Rp 8.000.000
38 Laki - laki 55 Gdadi Agung Dagang Rp 70.000.000 Rp 5.000.000
39 Dedy Chrisnomo Laki - laki 37 Remaja Dagang Rp 200.000.000 Rp 110.000.000
40 Purwati Perempuan 54 Suber Rejeki Jasa Rp 100.000.000 Rp 7.000.000
41 Hongky Laki - laki 40 Maestro Dagang Rp 150.000.000 Rp 75.000.000

26
No. Nama Wajib Jenis Jenis
Umur Nama Usaha Aset Omset
Res Pajak Kelamin Usaha
42 Djuliana Perempuan 67 Toko Jaya Dagang Rp 60.000.000 Rp 3.500.000
43 Sri Handayani Perempuan 52 Toko Barokah Dagang Rp 60.000.000 Rp 3.500.000
44 Yanto Laki - laki 47 Tempe Enak Dagang Rp 60.000.000 Rp 7.000.000
45 Soleh Laki - laki 45 Nandomin Dagang Rp 55.000.000 Rp 6.000.000
46 Gito Laki - laki 52 Bakwan Kawi Dagang Rp 55.000.000 Rp 5.000.000
47 Perempuan 53 Surya Dagang Rp 70.000.000 Rp 6.000.000
48 Muh Manto Laki - laki 48 Sumber Jaya Dagang Rp 55.000.000 Rp 5.000.000
49 Diah Perempuan 35 Podo Dadi Dagang Rp 55.000.000 Rp 8.000.000
50 Perempuan 45 Toko 47 Dagang Rp 55.000.000 Rp 3.500.000
51 Laki - laki 55 Toko Sami Jaya Dagang Rp 55.000.000 Rp 6.000.000
52 Laki - laki 63 Berkat Mulia Dagang Rp 55.000.000 Rp 4.000.000
53 Perempuan 37 Lancar Dagang Rp 55.000.000 Rp 7.000.000
54 Perempuan 51 Sumber Sari Dagang Rp 55.000.000 Rp 4.000.000
55 Laki - laki 56 Dadi Rejo Dagang Rp 55.000.000 Rp 3.500.000
56 Laki - laki 47 Rejeki Dagang Rp 55.000.000 Rp 3.500.000
57 Perempuan 56 Jaya Makmur Dagang Rp 55.000.000 Rp 3.500.000
58 Laki - laki 52 Subur Dagang Rp 55.000.000 Rp 4.000.000
59 Fatikun Laki - laki 65 Batik Selotigo Dagang Rp 60.000.000 Rp 10.000.000
60 Perempuan 60 Dadi Langgeng Dagang Rp 55.000.000 Rp 7.000.000
61 Laki - laki 40 Joglo Bu Rini Dagang Rp 300.000.000 Rp 15.000.000

27
LAMPIRAN 3

INFORMASI PERPAJAKAN PP NOMOR 46 TAHUN 2013

PP Nomor
No. Bayar
46 Tahun Sumber Informasi Pajak Yang Dibayar Cara Menghitung Pajak Kapan Bayar Pajak
Res Pajak
2013
1 Ya Tidak - Pajak Penghasilan (PPh) Hanya Perkiraan saja Rutin setiap bulan
2 Ya Ya Kator pajak Pajak Penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap tahun
3 Ya Ya Fiskus Pajak Penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
4 Ya Ya Fiskus Pajak Penghasilan (PPh) dan PPN Menghitung total omset Rutin setiap bulan
5 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak Penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap tahun
6 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak Penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
7 Ya Ya Fiskus dan internet Pajak Penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
8 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak Penghasilan (PPh) Hanya Perkiraan saja Rutin setiap bulan
9 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak Penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
10 Ya Tidak Pajak Penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
11 Ya Ya BAPPEDA Pajak Penghasilan (PPh) Hanya Perkiraan saja 5 tahun sekali
12 Ya Tidak Pajak Penghasilan (PPh) Hanya Perkiraan saja Rutin setiap bulan
13 Ya Ya Fiskus Pajak Penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan dan tahun
14 Ya Ya Media masa Pajak Penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
15 Ya Tidak Pajak Penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
16 Ya Ya Sesama pelaku UKM dan fiskus Pajak Penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
17 Ya Tidak Pajak Penghasilan (PPh) Hanya Perkiraan saja Rutin setiap bulan
18 Ya Tidak Pajak Penghasilan (PPh) Hanya Perkiraan saja Rutin setiap bulan
19 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak Penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan

28
PP Nomor
No. Bayar
46 Tahun Sumber Informasi Pajak Yang Dibayar Cara Menghitung Pajak Kapan Bayar Pajak
Res Pajak
2013
20 Ya Tidak Pajak Penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
21 Ya Ya Televisi Pajak Penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
22 Ya Ya Fiskus Pajak Penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
23 Ya Tidak Pajak penghasilan (PPh) dan PBB Menghitung total omset Rutin setiap tahun
24 Ya Tidak Pajak penghasilan (PPh) Hanya perkiraan saja Rutin setiap bulan
25 Ya Tidak Pajak penghasilan (PPh) Hanya Perkiraan saja Rutin setiap bulan
26 Ya Ya Media masa Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan dan tahun
27 Ya Tidak Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
28 Ya Ya Fiskus Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
29 Ya Ya Fiskus Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
30 Ya Ya Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
31 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
32 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
33 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
34 Ya Ya Sesama pelaku UKM dan fiskus Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
35 Ya Ya Sesama pelaku UKM, media masa Pajak penghasilan (PPh) Hanya perkiraan saja Rutin setiap bulan
36 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
37 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
38 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
39 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
40 Ya Ya Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
41 Ya Ya Media masa, tv dan internet Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan

29
PP Nomor
No. Bayar
46 Tahun Sumber Informasi Pajak Yang Dibayar Cara Menghitung Pajak Kapan Bayar Pajak
Res Pajak
2013
42 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
43 Ya Tidak Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Hanya perkiraan saja Rutin setiap bulan
44 Ya Tidak Pajak penghasilan (PPh) Hanya perkiraan saja Rutin setiap bulan
45 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
46 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
47 Ya Ya Fiskus Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
48 Ya Tidak - Pajak penghasilan (PPh) Hanya perkiraan saja Rutin setiap bulan
49 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
50 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
51 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
52 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Hanya perkiraan saja Rutin setiap bulan
53 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
54 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
55 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
56 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
57 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Hanya perkiraan saja Rutin setiap bulan
58 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
59 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
60 Ya Ya Sesama pelaku UKM Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan
61 Ya Ya Sesama pelaku UKM dan fiskus Pajak penghasilan (PPh) Menghitung total omset Rutin setiap bulan

30
LAMPIRAN 4

MANAJEMEN KAS

No
Pembukuan Mencatat Transaksi Apa Kapan Melakukan Pembukuannya Siapa Yang Membukukan
Res
1 Ya Penjualan Setiap ada transaksi Diri sendiri dan karyawan
2 Ya Pembelian, penjualan, kas masuk, kas keluar, piutang, utang Setiap ada transaksi Keluarga dan karyawan
3 Tidak
4 Ya Pembelian, penjualan Setiap ada transaksi Diri sendiri
5 Ya Pembelian, penjualan Setiap ada transaksi Diri sendiri
6 Ya Pembelian, penjualan Setiap ada transaksi Diri sendiri
7 Ya Pembelian, penjualan, kas masuk, kas keluar, piutang, utang Setiap minggu Karyawan
8 Ya Kas masuk Setiap minggu Diri sendiri dan keluarga
9 Ya Pembelian, penjualan, kas masuk, kas keluar Setiap ada transaksi Diri sendiri
10 Tidak
11 Tidak Pembelian Setiap ada transaksi Diri sendiri
12 Tidak
13 Ya Pembelian penjualan Setiap ada transaksi dan setiap hari Diri sendiri dan keluarga
14 Ya Penjualan Setiap ada transaksi Karyawan
15 Ya Pembelian, penjualan, kas masuk, kas keluar, piutang, utang Setiap ada transaksi Keluarga
16 Ya Pembelian, penjualan, kas masuk, kas keluar, piutang, utang Setiap ada transaksi, setiap hari, mingguan Diri sendiri, keluarga, karyawan
17 Ya Pembelian, penjualan, kas masuk, kas keluar, utang Setiap transaksi Keluarga
18 Ya Pembelian, penjualan, utang Setiap transaksi Keluarga
19 Ya Pembelian,penjualan Setiap ada transaksi Diri sendiri

31
No
Pembukuan Mencatat Transaksi Apa Kapan Melakukan Pembukuannya Siapa Yang Membukukan
Res
20 Tidak
21 Ya Pembelian, penjualan, kas masuk, kas keluar, piutang, utang Setiap ada transaksi dan mingguan Karyawan
22 Ya Pembelian, penjualan, kas masuk, kas keluar, piutang, utang Setiap ada transaksi dan mingguan Diri sendiri dan keluarga
23 Ya Pembelian, penjualan Setiap minggu Diri sendiri
24 Ya Pembelian, penjualan, kas masuk, kas keluar Setiap ada transaksi
25 Ya Pembelian, penjualan, kas masuk, kas keluar, piutang, utang Setiap transaksi dan mingguan Diri sendiri dan keluarga
26 Ya Kas masuk, kas keluar Bulanan Diri sendiri
27 Ya Pembelian, penjualan Setiap ada transaksi Diri sendiri
28 Ya Pembelian, penjualan, kas masuk, kas keluar, piutang, utang Setiap mingguan Karyawan
29 Ya Pembelian, penjualan Setiap ada transaksi Diri sendiri
30 Ya Penjualan, piutang, utang Setiap ada transaksi Diri sendiri
31 Ya Penjualan, pembelian, kas masuk, kas keluar, utang, piutang Setiap mingguan Diri sendiri dan keluarga
32 Ya Pembelian, penjualan, utang, piutang Setiap ada transaksi dan mingguan Diri sendiri dan karyawan
33 Ya Penjualan, pembelian, kas masuk,kas keluar, utang, piutang Setiap mingguan Diri sendiri
34 Ya Pembelian, penjualan, kas masuk, kas keluar, piutang, utang Setiap mingguan Karyawan dan diri sendiri
35 Ya Pembelian dan penjualan Setiap ada transaksi Diri sendiri
36 Ya Pembelian dan penjualan Setiap ada transaksi Dirisendiri
37 Ya Pembelian dan penjualan Setiap ada transaksi Dirisendiri
38 Ya Pembelian dan penjualan Setiap ada transaksi Dirisendiri
39 Ya Pembelian dan penjualan Setiap ada transaksi Diri sendiri
40 Ya Penjualan, kas masuk, kas keluar, utang Setiap ada transaksi Diri sendiri
41 Ya Pembelian, penjualan, kas masuk, kas keluar, piutang, utang Setiap ada transaksi Diri sendiri

32
No
Pembukuan Mencatat Transaksi Apa Kapan Melakukan Pembukuannya Siapa Yang Membukukan
Res
42 Ya Pembelian dan penjualan Setiap ada transaksi Diri sendiri
43 Ya Pembelian, penjualan, utang dan piutang Setiap hari Diri sendiri
44 Ya Pembelian dan penjualan Setiap ada transaksi Diri sendiri
45 Ya Pembelian, penjualan, piutang dan utang Setiap ada transaksi Diri sendiri
46 Ya Pembelian, penjualan, kas masuk Setiap ada transaksi Diri sendiri
47 Ya Pembelian, penjualan, kas masuk, kas keluar, piutang, utang Setiap ada transaksi Diri sendiri
48 Ya Pembelian dan penjualan Setiap ada transaksi Diri sendiri
49 Ya Pembelian, penjualan, kas masuk, utang Setiap ada transaksi Diri sendiri
50 Ya Pembelian dan penjualan Setiap ada transaksi Diri sendiri
51 Ya Pembelian, penjualan, piutang, utang Setiap ada transaksi Diri sendiri
52 Ya Pembelian, penjualan, piutang, utang Setiap ada transaksi Diri sendiri
53 Ya Pembelian, penjualan, piutang, utang Setiap ada transaksi Diri sendiri
54 Ya Pembelian dan penjualan Setiap ada transaksi Diri sendiri
55 Ya Pembelian, penjualan, kas masuk Setiap ada transaksi Diri sendiri
56 Ya Pembelian, penjualan, kas masuk Setiap ada transaksi Diri sendiri
57 Ya Pembelian dan penjualan Setiap ada transaksi Diri sendiri
58 Ya Pembelian dan penjualan Setiap ada transaksi Diri sendiri
59 Ya Pembelian, penjualan, kas masuk, kas keluar, piutang, utang Setiap ada transaksi Diri sendiri
60 Ya Pembelian dan penjualan Setiap ada transaksi Diri sendiri
61 Ya Pembelian, penjualan, kas masuk, kas keluar, utang Setiap mingguan Karyawan dan diri sendiri

33
LAMPIRAN 5

MENTAL ACCOUNTING

No. Memisahkan Siapa yang Langsung Alokasi


Membayar pajak
Res penghasilan menghitung pajak bayar pajak Penghasilan

1 Tidak Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya


2 Ya Penghasilan usaha Karyawan Tidak Ya
3 Tidak Penghasilan usaha Fiskus Tidak Tidak
4 Tidak Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
5 Ya Penghasilan usaha Fiskus Tidak Ya
6 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
7 Ya Penghasilan usaha Karyawan Tidak Tidak
8 Ya Penghasilan usaha Keluarga Tidak Ya
9 Tidak Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
10 Tidak Penghasilan usaha Fiskus Ya Tidak
11 Tidak Penghasilan usaha Fiskus Ya Tidak
12 Ya Penghasilan usaha Keluarga Tidak Ya
13 Ya Penghasilan usaha Sendiri Tidak Ya
14 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
15 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
16 Ya Penghasilan usaha Keluarga Ya Ya
17 Ya Penghasilan usaha Fiskus Ya Ya
18 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
19 Tidak Penghasilan usaha Sendiri Tidak Ya

34
No. Memisahkan Siapa Yang Langsung Alokasi
Membayar Pajak
Res Penghasilan Menghitung Pajak Bayar Pajak Penghasilan

20 Ya Penghasilan usaha Sendiri Tidak Ya


21 Ya Penghasilan usaha Konsultan pajak Ya Ya
22 Ya Penghasilan usaha Fiskus Ya Ya
23 Tidak Penghasilan usaha Sendiri Tidak Tidak
24 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
25 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
26 Ya Penghasilan usaha Sendiri Tidak Ya
27 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
28 Ya Penghasilan usaha Karyawan Tidak Ya
29 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
30 Ya Penghasilan usaha Keluarga Ya Ya
31 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
32 Ya Penghasilan usaha Keluarga Ya Ya
33 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
34 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
35 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
36 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
37 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
38 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
39 Ya Penghasilan usaha Konsultan pajak Ya Ya
40 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya

35
No. Memisahkan Siapa Yang Langsung Alokasi
Membayar Pajak
Res Penghasilan Menghitung Pajak Bayar Pajak Penghasilan

41 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya


42 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
43 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
44 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
45 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
46 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
47 Ya Penghasilan usaha Konsultan pajak Ya Ya
48 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
49 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
50 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
51 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
52 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
53 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
54 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
55 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
56 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
57 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
58 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
59 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
60 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya
61 Ya Penghasilan usaha Sendiri Ya Ya

36
LAMPIRAN 6 Informasi Perpajakan PP Nomor 46 Tahun 2013

Hasil Olah Data


Jumlah
Prosentase
Responden
A. Membayar Pajak
Ya 61 100%
Tidak
B. Mengetahui PP Nomor 46 Tahun 2013
Ya 47 77,00%
Tidak 14 23,00%
C. Sumber Informasi Pajak
Sesama pelaku UKM 42 68,90%
Media massa 8 13,10%
Fiskus 10 16,40%
Lain-lain - BAPPEDA 1 1,60%
D. Pajak yang dibayarkan
Pajak Pertambahan Nilai (PPn) 1 1,60%
Pajak Penghasilan (PPh) 61 98,30%
Lain-lain - Pajak Bumi Bangunan (PBB) 1 1,60%
E. Perhitungan Pajak yang Dilakukan
Hanya perkiraan saja 14 26,30%
Menghitung total omset 1% dari omset per bulan 17 73,70%
F. Periode pembayaran pajak
Rutin setiap bulan 57 93,40%
Rutin setiap tahun 5 8,20%
Lain-lain - 5 tahun sekali 1 1,60%

37
Manajemen Kas

Jumlah
Prosentase
Responden

A. Perlakuan Pembukuan

Ya 56 91,80%
Tidak 5 1,20%
B. Transaksi yang dicatat
Pembelian 49 80,30%
Penjualan 54 88,50%
Kas masuk 26 42,60%
Kas keluar 19 31,10%
Piutang 20 32,70%
Utang 25 40,90%
C. Periode Pembukuan
Setiap ada transaksi 47 77,00%
2 hari sekali
Setiap minggu 13 21,30%
Lain-lain 3 4,90%
D. Pelaku Pembukuan Transaksi
Diri senndiri 51 83,60%
Keluarga 9 14,70%
Lain-lain 10 16,40%

38
Mental Accounting

Jumlah
Prosentase
Responden
A. Memisahkan penghasilan usaha dengan uang
pribadi
Ya 53 86,90%
Tidak 8 13,10%
B. Uang yang digunakan untuk membayar pajak
Penghasilan Usaha (hasil penjualan) 61 100%
Uang Pribadi
C. Perhitugan pajak dilakukan oleh
Sendiri 48 78,60%
Keluarga 5 8,20%
Lain-lain 10 16,30%
D. Hasil usaha langsung digunakan membayar pajak
Ya 49 80,30%
Tidak 12 19,60%
E. Penghasilan usaha dialokasikan
Ya 56 91,80%
Tidak 5 8,20%

39
LAMPIRAN 7

Alasan-alasan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam melakukan pembukuan, pemisahan hasil usaha dan alokasi penghasilan.

Alasan Responden Melakukan Pembukuan

Jumlah
Keterangan Alasan Prosentase
Responden

untuk data 1 1,60%


mengetahui perkembangan usaha 7 11,40%
mengetahui transaksi apa saja yang terjadi 5 8,20%
mengetahui peredaran uang usaha 6 9,80%
A. Alasan melakukan pembukuan transaksi untuk keperluan perhitungan pembayaran pajak 8 13,10%
tertib administrasi 9 14,70%
mengetahui keuntungan 14 22,90%
mengetahui kas keluar dan kas masuk 7 11,40%
mengetahui uang digunakan dengan jelas 1 1,60%
memperlukan tenaga lagi 1 1,60%
tidak mempunyai keahlian khusus 2 3,30%
B. Alasan tidak melakukan Pembukuan
tidak sempat mencatat 1 1,60%
masih skala home industri 1 1,60%

40
Alasan Responden Langsung Menggunakan Penghasilan Usaha ( Hasil Penjualan ) Untuk Membayar Pajak

Jumah
Alasan Prosentase
Responden

A. Alasan langsung digunakan membayar pajak Khawatir jika digunakan untuk keperluan lain 13 21,30%
Tidak tercampur dengan uang lainnya 33 54,00%
Disimpan untuk membayar pajak 3 4,90%

B. Alasan tidak langsung digunakan membayar pajak dibayarkan dan diakumulasikan untuk setoran bulan berjalan 12 19,60%

Alasan Responden mengalokasikan penghasilan usaha

Jumlah
Keterangan Alasan Prosentase
Responden

Untuk mengetahui alokasi setiap pos yang dibutuhkan 5 8,20%


Untuk melihat kebutuhan yag harus disiapkan 8 13,10%
Agar penghasilan yang ada dapat teralokasi sesuai dengan
A. Alasan mengalokasikan penghasilan usaha 18 29,50%
rencana kebutuhan produksi
Terkendali dalam penggunan dana 19 31,10%
Untuk tertib administrasi 6 9,80%
Mendahulukan yang lebih penting 5 8,20%
B. Alasan tidak mengalokasikan penghasilan usaha

41

Anda mungkin juga menyukai