Anda di halaman 1dari 10

Nomor Putusan Pengadilan Pajak : Put-38206/PP/M.

I/10/2012

Jenis Pajak : PPh Pasal 21

Tahun Pajak : 2004

Pokok Sengketa : pokok sengketa dalam Banding ini adalah koreksi Dasar Pengenaan Pajak
Pajak Penghasilan Pasal 21 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember
2004 sebesar Rp. 61.063.502.354,00, yang terdiri dari :

1. Penerimaan dalam bentuk natura Rp. 49.983.151.078,00


2. Objek PPh Pasal 21 di blok lain Rp. 11.080.351.276,00
Rp. 61.063.502.354,00

1.Koreksi penerimaan dalam bentuk natura sebesar


Rp.49.983.151.078,00

Menurut Terbanding : bahwa penggantian atau imbalan dalam bentuk kenikmatan seperti
fasilitas pengobatan, bukan merupakan Objek Pajak; namun, Pemohon
Banding tidak memberikan bukti pendukung yang sah sehingga tidak
terdapat alasan untuk menerima keberatan Pemohon Banding;

Menurut Pemohon Banding : bahwa koreksi objek PPh Pasal 21 sejumlah Rp. 49.983.151.078,-
dimaksud merupakan penerimaan dalam bentuk natura dan pemberian
kenikmatan yang diberikan kepada pegawai Pemohon Banding di daerah
operasi Sumatera (Rumbai, Minas, Duri, Dumai, Libo, Bangko,
Petapahan) yang ditetapkan sebagai daerah terpencil berdasarkan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP.110/WPJ.05/1996 tanggal 21
Juni 1996, maka penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam
bentuk apapun yang diberikan oleh PT CPI sehubungan dengan kesehatan
dan pendidikan kepada para pekerjanya yang bekerja di daerah terpencil
sebagaimana ditetapkan melalui Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No.
KEP-110/WPJ.05/1996 tanggal 21 Juni 1996 bukan merupakan obiek PPh
Pasal 21 dan seluruh biaya yang terkait dengan penerimaan dalam bentuk
natura dan kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan kepada
pegawai yang bersangkutan oleh PT. CPI dapat dikurangkan dari
penghasilan;

Menurut Majelis : bahwa menurut Terbanding, Pemohon Banding belum memberikan


informasi pembayaran cost recovery atas natura dan kenikmatan yang
dikoreksi, Pemohon Banding tidak memberikan bukti eksternal/dokumen
sumber (kontrak, invoice, slip transfer bank, dan sebagainya) atas Objek
PPh Pasal 21 yang menjadi sengketa, apakah pembayaran dalam bentuk
uang dilakukan Pemohon Banding apakah langsung kepada rumah sakit,
dokter, sekolah (sebagai kenikmatan bagi pegawai) atau kepada pegawai
Pemohon Banding (sebagai tunjangan dalam bentuk uang bagi pegawai),
sehingga tidak dapat diketahui apakah koreksi Objek PPh Pasal 21
tersebut berbentuk uang (tunjangan) atau kenikmatan bagi pegawai;

bahwa menurut Terbanding apabila diberikan dalam bentuk uang


(tunjangan), maka dipotong PPh Pasal 21, karena ketidakadaan dokumen
pendukung maka Terbanding meyakini bahwa pembayaran tersebut
sebagai pemberian tunjangan dalam bentuk uang kepada karyawan yang
merupakan objek PPh Pasal 21;

bahwa menurut Pemohon Banding penggantian atau imbalan dalam


bentuk kenikmatan seperti fasilitas pengobatan, bukan merupakan Objek
Pajak;

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan alasan Terbanding yang


menyatakan bahwa dalam Penelitian Keberatan diketahui bahwa Pemohon
Banding tidak memenuhi permintaan pembuktian secara tertulis, berupa
bukti eksternal/dokumen sumber (kontrak, invoice, slip transfer bank) atas
biaya yang menjadi sengketa tersebut, Pemohon Banding telah
menyerahkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kewajiban PPh
21 pada proses pemeriksaan dan proses keberatan;

bahwa Pemohon Banding dalam persidangan menyerahkan bukti tanda


terima peminjaman dokumen pendukung tertanggal 24 Januari 2011
(berupa penjelasan tambahan atas S-218/WPJ.19/BD.05/2011 tanggal 18
Januari 2011 perihal permintaan keterangan sehubungan dengan
permohonan keberatan, rekapitulasi koreksi sebesar Rp. 11.080.351.276,
fotokopi bukti potong PPh Pasal 21 atas nama Ryan Dale dan Eric Pugh,
SPT Tahunan Pasal 21 PT CPI di KPP WP Besar Satu, KPP Pekanbaru
senapelan, KPP Dumai, fotokopi invoice OMT Doctor Hospitalization fee
dan miscelineous) dan faximile penyerahan dokumen rekonsiliasi objek
PPh Pasal 21 tanggal 4 Februari 2011;

bahwa dalam persidangan Pemohon Banding sudah membawa seluruh


dokumen pendukung dan merinci pengeluaran dalam rangka pengobatan
dan pendidikan yang dibayarkan ke pihak ketiga (rumah sakit, yayasan
pendidikan) dan yang dibayarkan ke pegawai Pemohon Banding;

bahwa adapun pemisahan pengeluaran adalah sebagai berikut :

1. OMT Doctor and hospital


Pengeluaran ke third party Rp. 7.148.812.123
Pengeluaran melalui pegawai Rp. 1.196.860.125
2. OMT Miscellaneous
Pengeluaran ke third party Rp. 7.539.901.259
Pengeluaran melalui pegawai Rp. 4.538.716.598
3. School cost
Pengeluaran ke third party Rp. 22.249.469.812
Pengeluaran melalui pegawai Rp. 7.309.391.162
Pengeluaran third party Rp.
36.938.183.194
Pengeluaran melalui pegawai Rp. 13.044.967.884
Total Rp. 49.983.151.078
bahwa sesuai dengan penjelasan Pasal 6 UU PPh antara lain menjelaskan
pengeluaran-pengeluaran sehubungan dengan pekerjaan yang boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam bentuk uang.
Pengeluaran yang dilakukan dalam bentuk natura atau kenikmatan,
misalnya fasilitas menempati rumah dengan cuma-cuma, tidak boleh
dibebankan sebagai biaya, dan bagi pihak yang menerima atau menikmati
bukan merupakan penghasilan. Namun demikian, pengeluaran dalam
bentuk natura atau kenikmatan tertentu sebagaimana diatur dalam Pasal 9
ayat (1) huruf e, boleh dibebankan sebagai biaya dan bagi pihak yang
menerima atau menikmati bukan merupakan penghasilan;
bahwa sesuai dengan Pasal 21 UU PPh dan penjelasannya antara lain
mengatur tentang pembayaran pajak dalam tahun berjalan melalui
pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan,
jasa dan kegiatan. Pihak yang wajib melakukan pemotongan, penyetoran
dan pelaporan pajak adalah pemberi kerja, bendaharawan pemerintah,
dana pensiun, badan, perusahaan, dan penyelenggara kegiatan.
Huruf a
Pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan, penyetoran dan
pelaporan pajak adalah orang pribadi ataupun badan yang merupakan
induk, cabang, perwakilan atau unit perusahaan, yang membayar atau
terutang gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain dengan
nama apapun kepada pengurus, pegawai atau bukan pegawai, sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang
dilakukan. Dalam pengertian pemberi kerja termasuk juga organisasi
internasional yang tidak dikecualikan dari kewajiban memotong pajak.
Yang dimaksud dengan pembayaran lain adalah pembayaran dengan nama
apapun selain gaji, upah, tunjangan, dan honorarium, dan pembayaran lain
seperti bonus, gratifikasi, tantiem;

bahwa pengeluaran pengeluaran dalam bentuk natura seperti pengeluaran


dalam rangka pengobatan dan pendidikan tidak boleh dibebankan sebagai
biaya, dan bagi pihak yang menerima atau menikmati bukan merupakan
penghasilan;
bahwa lokasi Pemohon Banding ditetapkan sebagai daerah terpencil
melalui Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. KEP-110/WPJ.05/1996
tanggal 21 Juni 1996, relevan jika dihubungkan dengan sengketa PPh
Badan;
bahwa Terbanding mengenakan PPh Pasal 21 dikarenakan Terbanding
mengakui pembayaran pengobatan dan biaya pendidikan merupakan
pembayaran tunjangan dalam bentuk uang kepada karyawan;

bahwa dari dokumen yang diserahkan pada persidangan diketahui bahwa


koreksi sebesar Rp. 49.983.151.078 dibagi menjadi 2 (dua) yaitu
pembayaran biaya pengobatan dan pendidikan ke pihak ketiga sebesar
Rp. 36.938.183.194 dan pembayaran biaya pengobatan dan pendidikan
melalui karyawan sebesar Rp. 13.044.967.884;

bahwa berdasarkan data, fakta dan penjelasan dalam persidangan Majelis


berpendapat bahwa pembayaran biaya pengobatan dan pendidikan baik
melalui pihak ketiga atau karyawan sebesar Rp. 49.983.151.078 bukan
menambah kemampuan ekonomis karyawan dan tidak termasuk dalam
ruang lingkup gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain
seperti bonus, gratifikasi, tantiem sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
UU PPh;

bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, Majelis berkesimpulan bahwa


koreksi Terbanding sebesar Rp. 49.983.151.078,- tidak dapat
dipertahankan;

2. Koreksi objek PPh 21 di blok lain sebesar Rp.11.080.351.276,00

Menurut Terbanding : bahwa menurut Terbanding terhadap koreksi Objek PPh Pasal 21 di block
lain, Pemohon Banding tidak memberikan rekonsiliasi Objek PPh Pasal
21 berdasarkan PPh Badan dan SPT PPh Pasal 21 yang disertai bukti
eksternal yang mendukung alasan keberatan Pemohon Banding;

Menurut Pemohon Banding : bahwa atas koreksi Objek PPh Pasal 21 di block lain, telah dipotong PPh
Pasal 21. Koreksi Objek PPh Pasal 21 di block lain tersebut adalah:

1) Alokasi biaya Pemohon Banding kepada block lain yang tidak


memiliki pegawai;
2) Alokasi biaya tersebut merupakan biaya perjalanan dinas dan alokasi
gaji ekspatriat;

bahwa Pemohon Banding berpendapat bahwa tidak ada PPh Pasal 21


yang masih harus dibayar atas koreksi objek PPh Pasal 21 oleh
Terbanding sebesar Rp. 11.080.351.276,-. Adapun koreksi objek PPh
Pasal 21 dimaksud merupakan alokasi biaya dari Pemohon Banding
(Rokan blok) sebagai operator kepada blok-blok lainnya. Blok-blok yang
menerima alokasi biaya dari Rokan Blok ini tidak memiliki pegawai.
Alokasi biaya tersebut merupakan biaya perjalanan dinas dan alokasi gaji
ekspatriate dimana PPh Pasal 21 atas ekspatriate tersebut telah dibayarkan
di Blok Rokan (Pemohon Banding) sebagai operator;

bahwa berdasarkan pada penjelasan dan perhitungan tersebut di atas,


maka Pemohon Banding berpendapat bahwa tidak terdapat kekurangan
penyetoran PPh Pasal 21 Pemohon Banding pada tahun pajak 2004.
Untuk itu, Pemohon Banding memohon kepada Majelis Hakim yang
Terhormat untuk membatalkan koreksi objek PPh Pasal 21 sejumlah
Rp. 11.080.351.276,00;

Menurut Majelis : bahwa menurut Terbanding koreksi sebesar 11.080.351.276,00


disebabkan Pemohon Banding kurang memotong, menyetor dan
melaporkan objek PPh Pasal 21 dalam SPT-nya;

bahwa Pemohon Banding tidak memberikan rekonsiliasi Objek PPh Pasal


21 berdasarkan PPh Badan dan SPT PPh Pasal 21 yang disertai bukti
eksternal yang mendukung alasan keberatan Pemohon Banding;

bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas koreksi Terbanding sebesar


Rp. 11.080.351.276,00, adapun koreksi objek PPh Pasal 21 dimaksud
merupakan alokasi biaya dari Pemohon Banding (Rokan blok) sebagai
operator kepada blok-blok lainnya. Blok-blok yang menerima alokasi
biaya dari Rokan Blok ini tidak memiliki pegawai. Alokasi biaya tersebut
merupakan biaya perjalanan dinas dan alokasi gaji ekspatriate dimana
PPh Pasal 21 atas ekspatriate tersebut telah dibayarkan di Blok Rokan
(Pemohon Banding) sebagai operator;

bahwa menurut Pemohon Banding dokumen-dokumen pendukung


tersebut beserta detil penjelasan / General Ledger atas koreksi obyek PPh
Pasal 21 sebesar USD 1,195,807.39 (Rp. 11.080.351.276,00) dan invoice-
invoice terkait sudah diberikan kepada Terbanding pada tanggal 27
Agustus 2010, 27 September 2010, 17 Januari 2011, 24 Januari 2011, 31
Januari 2011, 04 Februari 2011, dan 07 Februari 2011, akan tetapi
Terbanding tidak mempertimbangkan dokumen-dokumen yang telah
disampaikan pada saat menetapkan hasil permohonan keberatan Pemohon
Banding;

bahwa dalam persidangan Terbanding menjelaskan dasar koreksi ini


berasal dari penelurusan ke general ledger, dan berdasarkan Laporan
Pemeriksaan Pajak Pemohon Banding memiliki 12 blok diantaranya 3
blok (MFK-CCN 0951-LT AA, MNCA-CCN 0248-LT AA dan TC Blok
B-CCN 5124-LT AA) terdapat pengeluaran yang berkaitan dengan
karyawan sebesar 11.080.351.276,00 namun belum dipotong PPh Pasal
21;

bahwa Pemohon Banding dalam persidangan menjelaskan koreksi sebesar


sebesar 11.080.351.276,00 sudah dipotong, disetor dan dilaporkan
Pemohon Banding di SPT PPh Pasal 21 blok Rokan (SPT PPh Pasal 21
terlampir) selaku operator, dimana pembebanan tersebut berasal dari gaji
2 (dua) orang pegawai asing yaitu Ryan Dale dengan gaji sebesar Rp.
5.452.211.206,00, Eric Pugh sebesar Rp. 3.548.733.431,00 dan selisih
kurs sebesar Rp.892.157.580,00 Terbanding menggunakan kurs pajak
tertanggal 31 Desember 2004 sedangkan Pemohon Banding
menggunakan kurs pajak pada saat pemrosesan pembayaran pajak setiap
masanya dan sebesar Rp. 1.187.249.059 merupakan biaya perjalanan
dinas pegawai;

bahwa Pemohon Banding menjelaskan sesuai dengan kebijakan


Pertamina bahwa industri hulu migas dapat memperoleh beberapa
wilayah kerja namun dalam rangka pengamanan penerimaan negara maka
masing-masing wilayah atau blok memiliki NPWP sendiri dan laporannya
tidak bisa dikonsolidasi, oleh karena itu koreksi tersebut terjadi karena
ada 2 (dua ) orang tenaga kerja asing yang diperkerjakan di beberapa blok
dan biayanya dibebankan ke beberapa blok juga namun pemotongan PPh
Pasal 21-nya ada di operator dalam hal ini Blok Rokan sebagai operator;

bahwa berdasarkan data, fakta dan penjelasan dalam persidangan,


Majelis berpendapat bahwa koreksi Terbanding sebesar
Rp. 11.080.351.276,00 tidak dapat dipertahankan dikarenakan sebesar
Rp. 9.893.102.217 sudah dipotong, disetor, dilaporkan PPh Pasal 21-nya
di blok rokan dan koreksi sebesar Rp. 1.187.249.059,00 bukan merupakan
objek PPh Pasal 21;

Menimbang bahwa oleh karena itu nilai Objek Pajak versi Majelis setelah
memperhitungkan koreksi oleh Majelis terhadap nilai Objek Pajak PPh
21 Masa Pajak Januari s.d Desember 2004 versi keputusan Terbanding
atas keberatan Pemohon Banding sebelum banding ini menjadi sebagai
berikut :

tabel penyesuaian atas nilai objek pajak yang mendasari keputusan Terbanding (dalam rupiah)

Macam/Jenis Objek Nilai Objek Pajak Dibatalkan/ditambah oleh Nilai objek Pajak
No. menurut istilah yang Penghasilan 21 versi Majelis sebagai Objek PPh 21 versi Majelis
digunakan oleh Terbanding keputusan Terbanding Tahun 2004
1 2 3 4 5 (3-4)
1. Objek PPh Pasal 21 61.063.502.354,00 61.063.502.35400 0,00
2. Lainnya (tidak 95.757.102.782,00 0.00 95.757.102.782,00
disengketakan)
Jumlah 156.820.605.136,00 61.063.502.354,00 95.757.102.782,00

menimbang : bahwa oleh karena itu koreksi oleh Majelis terhadap jumlah PPh 21 Masa
Pajak Januari s.d Desember 2004 versi Keputusan Terbanding akibat dari
sengketa objek pajak menjadi sebagai berikut:
tabel nilai koreksi pajak akibat sengketa objek pajak (dalam rupiah)

No Macam/jenis objek Nilai Objek PPh 21 Tarif PPh PPh 21 Koreksi jumlah pajak
menurut istilah yang Versi Versi Majelis 21 Versi Versi Versi akibat sengketa objek
digunakan oleh Terbanding Majelis Terbanding Majelis
Terbanding
1 2 3 4 5 6 (3x5) 7 (4x5) 8 (6-7)
1 Objek PPh Pasal 21 156.820.605.136,00 95.757.102.782,00 Umum 27.845.800.056,00 21.739.449.821,00 6.106.350.235,00
Jumlah 156.820.605.136,00 95.757.102.782,00 27.845.800.056,00 21.739.449.821,00 6.106.350.235,00

menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai tarif
pajak;

menimbang : bahwa oleh karena itu koreksi jumlah pajak karena sengketa tarif oleh Majelis
terhadap jumlah PPh 21 Masa Pajak Januari s.d Desember 2004 menurut
keputusan Terbanding atas keberatan Pemohon Banding sebelum banding ini
menjadi sebagai berikut :
tabel nilai koreksi pajak akibat sengketa tarif
No Objek PPh 21 (versi Terbanding) Tarif PPh 21 PPh 21 Koreksi jumlah
Macam/Jenis Nilai Versi Versi Versi Versi pajak karena
Terbanding Majelis Terbanding Majelis sengketa tarif
1 2 3 4 5 6 (3x4) 7 (3x5) 8 (6-7)
1. Objek PPh Pasal 156.820.605.136,00 umum umum 27.845.800.056,00 27.845.800.056,00 0,00
21
Jumlah 156.820.605.136,00 27.845.800.056,00 27.845.800.056,00 0,00

Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai
kredit pajak;

Menimbang : bahwa oleh karena itu koreksi oleh Majelis terhadap kredit pajak atas jumlah
PPh 21 Masa Pajak Januari s.d Desember 2004 versi keputusan Terbanding atas
keberatan Pemohon Banding sebelum banding ini menjadi sebagai berikut:

tabel nilai koreksi pajak akibat sengketa kredit pajak (dalam rupiah)
No Macam/Jenis/unsur Kredit Pajak menurut istilah Kredit Pajak Versi Kredit Pajak Versi Koreksi Jumlah Pajak karena

yang digunakan oleh Terbanding sengketa kredit pajak


Terbanding Majelis

1 2 3 4 5 (3-4)

1 Disengketakan 0.00 0.00 0.00

2 Lainnya ( di luar ruang lingkup sengketa) (21.739.449.821,00) (21.739.449.821,00) 0.00

Jumlah (21.739.449.821,00) (21.739.449.821,00) 0.00

Menimbang : bahwa oleh karena itu koreksi Majelis terhadap jumlah PPh 21 Masa
Pajak Januari s.d Desember 2004 yang kurang dibayar versi Terbanding
menjadi sebagai berikut :

tabel total nilai koreksi pajak (dalam rupiah

No Macam/Jenis Objek Nilai Objek Pajak Tarif PPh Pasal 21 terutang Koreksi Jumlah
sesuai istilah yang Versi Versi Majelis PPh 21 Versi Versi Majelis Pajak oleh Majelis
digunakan oleh Terbanding Versi Versi Terbanding
Terbanding Terbanding Majelis
1 2 3 4 5 6 7 (3x5) 8 (4x6) 9 (7-8)
1. Objek PPh Pasal 21 156.820.605.136,00 95.757.102.782,00 umum umum 882.592.663,00 882.592.663,00 0,00
Jumlah 156.820.605.136,00 95.757.102.782,00 882.592.663,00 882.592.663,00 0,00
Kredit Pajak (858.555.254,00) (858.555.254,00) 0.00
Pajak Yang Kurang Dibayar 24.037.409,00 24.037.409,00 0,00

Menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai
sanksi administrasi, kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi
tergantung pada penyelesaian sengketa lainnya;

Menimbang : bahwa oleh karena itu koreksi oleh Majelis terhadap jumlah PPh 21
Masa Pajak Januari s.d Desember 2004 yang masih harus dibayar
termasuk sanksi administrasi versi keputusan Terbanding atas keberatan
Pemohon Banding sebelum banding ini menjadi sebagai berikut:

tabel total nilai koreksi pajak termasuk sanksi administra (dalam rupiah)
Pajak dan Sanksi Administrasi Versi Versi Koreksi oleh Majelis
Terbanding Majelis
No 1 2 3 4 (2-3)
1 DPP PPh Pasal 21 156.820.605.136,00 95.757.102.782,00 61.063.502.354,00
2 Pajak terutang 27.845.800.056,00 21.739.449.821,00 6.106.350.235,00
3 Kredit Pajak (21.739.449.821,00) (21.739.449.821,00) 0.00
4 Pajak yang kurang dibayar 6.106.350.235,00 0,00 6.106.350.235,00
5 Sanksi Adm.Bunga Pasal 13 2.931.048.113,00 0,00 2.931.048.113,00
(2) KUP
6 Jumlah pajak yang kurang 9.037.398.348,00 0,00 9.037.398.348,00
dibayar

bahwa oleh karena itu jumlah PPh 21 Masa Pajak Januari s.d Desember
2004 termasuk sanksi administrasi yang disengketakan oleh Pemohon
Banding dan dikabulkan Majelis menjadi sebagai berikut:

tabel nilai sengketa pajak versi murni Pemohon Banding yang dikabulkan termasuk
sanksi administrasi (dalam rupiah)

Versi murni Jumlah yang Jumlah yang Jumlah yang


Versi Pemohon disengketakan Versi tidak dikabulkan
Pajak dan Sanksi Administrasi
Terbanding Banding murni Pemohon dikabulkan oleh oleh Majelis
Banding Majelis
No 1 2 3 4 (2-3) 5 (4-6) 6(Kolom 4
tabel diatas)
1 DPP PPh Pasal 21 156.820.605.136,00 95.757.102.782,00 61.063.502.354,00 0,00 61.063.502.354,00
2 Pajak terutang 27.845.800.056,00 21.739.449.821,00 6.106.350.235,00 0,00 6.106.350.235,00
3 Kredit Pajak (21.739.449.821,00) (21.739.449.821,00) 0.00 0.00 0.00
4 Pajak yg kurang dibayar 6.106.350.235,00 0,00 6.106.350.235,00 0,00 6.106.350.235,00
5 Sanksi administrasi 2.931.048.113,00 0,00 2.931.048.113,00 0,00 2.931.048.113,00
6 Pajak yg masih harus dibayar 9.037.398.348,00 0,00 9.037.398.348,00 0,00 9.037.398.348,00

Menimbang : bahwa oleh karena pajak yang masih harus dibayar yang disengketakan
versi murni Pemohon Banding sebesar Rp. 9.037.398.348,00 dikabulkan
seluruhnya oleh Majleis, maka Majelis berketetapan untuk menggunakan
kuasa Pasal 80 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002
tentang Pengadilan Pajak, untuk mengabulkan seluruhnya banding
Pemohon Banding;

Memperhatikan : Surat Banding Pemohon Banding, Surat Uraian Banding Terbanding,


Surat Bantahan Pemohon Banding, hasil pemeriksaan dan pembuktian
dalam persidangan;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak,


2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000,
3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2000;

Memutuskan : Mengabulkan seluruhnya Banding Pemohon Banding terhadap


Keputusan Terbanding Nomor: KEP-075/WPJ.19/BD.05/2011 tanggal 8
Februari 2011 mengenai keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Pajak Penghasilan Pasal 21 Nomor: 00002/201/04/091/09 tanggal
16 November 2009 Masa Pajak Januari s.d. Desember 2004, atas nama :
PT. XXX, sehingga perhitungan PPh Pasal 21 Masa Pajak Januari sampai
dengan Desember 2004 yang masih harus (lebih) dibayar menjadi sebagai
berikut:

Objek Pajak Rp. 95.757.102.782,00


Pajak Penghasilan yang terutang Rp. 21.739.449.821,00

Kredit Pajak (Rp. 21.739.449.821.00)

PPh 23 yang kurang/lebih dibayar Rp. 0,00


Sanksi Administrasi Pasal 13 (2) KUP Rp. 0,00
Jumlah yang masih harus (lebih) dibayar Rp. 0,00

Anda mungkin juga menyukai