Anda di halaman 1dari 3

I.

Gambaran Kasus
Adanya sengkera antara pihak terbanding dalam hal ini adalah DJP dengan pihak pemohon
Bnding dimana pihak terbanding menemukan adanya PPh pasal 26 yang belum dibayarkan
yaitu pada bagian bunga sebesar 333.020.723.183. Namun pihak pemohon banding
menyangkal hal tersebut karena merasa sudah menaati aturan perpajakan dengan
menerapkan Tax Treaty dimana pajak terutang PPh 26 diakhiri ketika terjadi pembayaran.

II. Permasalahan Kasus


Berdasarkan kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya selisih pajak yang dihitung
oleh masing-masing pihak karena perbedaan objek pajak yang dicantumkan, dimana pihak
terbanding menggolongkab bunga Glencore sebagai objek pajak sedangkan pemohon
banding tidak.

III. Peraturan PPh pasal 26


Menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008, PPh pasal 26 adalah pajak penghasilan
yang dikenakan atas penghasilan yang diterima wajib pajak luar negeri dari Indonesi selain
bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.

Hal yang menentukan seorang individu atau perusahaan dikategorikan sebagai wajib pajak
luar negeri adalah:
a. Seorang individu yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, individu yang tinggal di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam setahun/12 bulan, dan perusahaan yang tidak
didirikan atau berada di Indonesia, yang mengoperasikan usahanya melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.
b. Semua badan usaha yang melakukan transaksi pembayaran (gaji, bunga, dividen, royalti
dan sejenisnya) kepada Wajib Pajak Luar Negeri, diwajibkan untuk memotong Pajak
Penghasilan Pasal 26 atas transaksi tersebut.

Berdasarkan PMK RI Nomor 9/PMK.03/2018 tentang SPT, pelaporan SPT PPh pasal 26
wajib e-Filing sejak 1 April 2018.
Tarif umum untuk PPh pasal 26 adalah 20%. Namun jika mengikuti tax treaty/Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda (P3B), maka tarif dapat berubah.
Tarif untuk Pajak Penghasilan Pasal 26 (PPh Pasal 26). Tarif 20% (final) atas jumlah bruto
yang dikenakan atas:
a. Dividen
b. Bunga, termasuk premium, diskonto, insentif yang terkait dengan jaminan pembayaran
pinjaman.
c. Royalti, sewa, dan pendapatan lain yang terkait dengan penggunaan asset
d. Insentif yang berkaitan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
e. Hadiah dan penghargaan
f. Pensiun dan pembayaran berkala
g. Premi swap dan transaksi lindung lainnya
Perolehan keuntungan dari penghapusan utang
Tarif 20% (final) dari laba bersih yang diharapkan dari:
a. Pendapatan dari penjualan aset di Indonesia.
b. Premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung maupun melalui pialang
kepada perusahaan asuransi di luar negeri.
Tarif 20% (final) dari laba bersih yang diharapkan selama penjualan atau pengalihan saham
perusahaan antara perusahaan media atau perusahaan tujuan khusus yang didirikan atau
bertempat di negara yang memberikan perlindungan pajak yang memiliki hubungan khusus
untuk suatu entitas atau bentuk usaha tetap (BUT) didirikan di Indonesia.

Tarif 20% yang dipungut dari penghasilan kena pajak setelah dikurangi dengan pajak, suatu
bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di
Indonesia.

Tingkat berdasarkan tax treaty (perjanjian pajak) yang dikenal sebagai JGI Penghindaran
Pajak berganda (P3B) antara Indonesia dan negara-negara lain yang berada dalam
perjanjian, mungkin berbeda satu sama lain. Tarif mereka biasanya mengurangi tingkat dari
tarif biasa 20%, dan beberapa mungkin memiliki tarif 0%.

IV. Pembahasan dan Solusi


1. Pembahasan
Dalam analisa kami sebenarnya pihak pemohon banding berniat melakukan avoidance
pajak PPh pasal 26. Terkait biaya bunga Glencope International dengan menerapkan Tax
Treaty dimana pajak yang nantinya dikenakan bisa kurang dari 20% bahkan bisa sampai
0% namun ada kesalahan yang dilakukn pihak pemohon bandin dimana dalam laporan
keuangannya yang telah dikoreksi oleh pihak terbanding bahwa harus ada pemisahan
yang jelas antara bunga yang sudah dibayar dengan bunga yang belum dibayar.
2. Solusi
a. Dalam kasus ini sebaiknya pihak pemohon banding melakukan pemisahan antara
bunga hutang yang telah dibayar dengan bunga hutang yang belum dibayar supaya jika
ingin melakukan Tax Treaty tidak akan dipermasalahkan oleh DPJ (Direktorat Jendral
Pajak)
b. Jika ingin menerapkan Tax Trary pihak pemohin banding juga harus memperhatikan
keaslian berkas yang dipakai, dalam hal ini adalah COD atas pihak Glencore
Interational.

Anda mungkin juga menyukai