Gambaran Kasus
Terjadi sengketa pajak antara pihak terbanding dengan pihak pemohon banding dimana pihak
terbanding menemukan selisih kurang pada pengenaan pajak PPh pasal 21 di tahun 2006
sebesar Rp.14.534.514.775,00 pada pihak pemohon banding.
Sengketa ini terjadi karena pihak terbanding melakukan koreksi pengenaan pajak PPh pasal 21
berdasarkan ekualisasi yaitu pengecekan kesesuaian antaran satu jenis pajak dengan jenis pajak
lainnya yang memiliki hubungan dengan menyamakan biaya atau pendapatan (obyek pajak)
pada laporan keuangan dengan biaya atau pendapatan yang dilaporkan pada SPT tahunan.
Namun pihak pemohon banding menolak hal tersebut karena menganggap biaya-biaya tersebut
tidak semuanya objek PPh 21.
Dalam kasus ini ada 3 pihak yang terlibat yaitu pihak terbanding, pemohon banding, dan
majelis. Secara umum pemohon banding dalam hal ini adalah WP sudah melakukan pelaporan
dan pembayaran pajak PPh 21 dengan benar. Selisih yang muncul karena koreksi yang
dilakukan pihak terbanding melalkui ekualisasi secara aturan juga sah, namun praktek atau
penerapan ekualisasi itu sendiri kurang sesuai karena memasukan biaya yang bukan seharusnya
menjadi objek pajak seperti biaya tenaga kerja outsourcing, iuran Jaminan Kecelakaan Kerja
(JKK), iuran Jaminan Kematian (JKM) dan iuran Jaminan Hari Tua (JHT). Seharusnya pihak
terbanding melakukan kajian terlebih dahulu sebelum melakukan ekualisasi sehingga koreksi
yang dilakukan bisa benar-benar mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Bagi pihak majelis
seharusnya juga mempertimbangkan keabsahan koreksi yang dilakukan pihak terbanding dan
mempertimbangkan bukti berupa berkas-berkas yang disampaikan pihak pemohon banding.
Karena bukti tersebut sudah cukup kuat untuk membuktikan bahwa pelaporan SPT tahunan
dan pembayarannya sudah dilakukan dengan benar.