SEKOLAH/ MADRASAH
RESUME
Dosen Pengampu
Manajemen dan Akreditasi Madrasah dan Sekolah
Dr. Ardianto, S.Pd, M.Pd
Di susun oleh :
Phraizewanto A. G. Lentang
222240011
2022
MANAJEMEN RISIKO DAN MANAJEMEN KONFLIK SEKOLAH/
MADRASAH
Risiko Ketidakpastian
• Ukuran kuantitas (quantity subject) • Jenis subjek yang tidak kuantitatif
ukuran empiris. • Tidak dapat mengukur fluktuasi
• Dapat emngukur kemungkinan nilai dengan probabilitas
suatu kejadian dengan fluktuasinya. • Tidak ada data pendukung
• Ada data pendukung (pengetahuan) mengukur kemungkinan kejadian
mengenai kemungkinan kejadian. • Unknown and unqualified
• Unknown but unqualified outcomes
outcomes
2. Tipe risiko di Lembaga pendidikan
Risiko merupakan sesuatu yang memiliki dampak terhadap pencapaian
tujuan organisasi. Beberapa tipe risiko di Lembaga pendidikan, meliputi:
a. Risiko Strategis; merupakan risiko yang berpengaruh terhadap
kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan,
b. Risiko Keuangan; merupakan risiko yang mungkin akan berakibat
berkurangnya asset;
c. Risiko Operasional; merupakan risiko yang berdampak pada
kelangsungan proses manajemen,
d. Risiko Pemenuhan; merupakan risiko yang berdampak pada
kemampuan proses dan prosedur internal untuk emmenuhi hukum dan
peraturan yang berlaku,
e. Risiko Reputasi; merupakan risiko yang berdampak pada repotasi dan
merek lembaga.
(Princewatercoper,2003)
Misalnya tingginya uang bantuan partisipasi pembelajaran atau dulu dikenal
dengan istilah SPP. Jika SPP dinaikkan, tentunya sekolah/madrasah dapat
membiayai lebih banyak program unggulan, namun jika tidak diantisipastif dan
tidak membandingkan dengan lingkungan kompetitif, tentunya hal ini akan
menurunkan jumlah siswa yang memilih sekolah/madrasah tersebut, yang
tentunya berpengaruh pada pencapaian sekolah/madrasah. Namun jika uang
SPP terlalu rendah diturunkan tentunya juga akan menimbulkan risiko, baik
risiko keuangan, maupun risiko reputasi.
Contoh lainnya adlah adanya perubahan kurikulum yang tetnunya memiliki
banyak risiko. Risiko strategis akan berkaitan dengan pencapaian visi dan misi
sekolah/madrasah. Sebagai lembaga pendidikan tentunya sekolah/madrasah
kegiatan utama di bidang akademiknya dalah proses pendidikan itu sendiri.
Dan kurikulum sebagai rencana utama kegiatan pendidikan di
sekolah/madrasah. Itulah sebabnya visi sekolah/madrasah selalu akan terkait
dengna proses menghasilkan kualitas lulusan sebagai hasil dari kegiatan
pendidikannya. Tentunya dengan perubahan kurikulum kan berdampak pada
perubahan visi sekolah/madrasah. Dengan demikian, perubuahan kurikulum
akan mempengaruhi tujuan strategis sekolah/madrasah.
Perubahan kurikulum dalam bentuk mikro, tentu akan mempengaruhi mata
pelajaran, jumlah jam mata pelajaran, yang sudah pasti akan mempengaruhi
biaya yang harus dibayarkan kepada guru. Selain itu juga, tentunya perubahan
kurikulum sangat memungkinkan menambah atau mengubah berbagai sarana
prasarana yang ada, sehingga perubahan kurikulum tentu akan emmiliki risiko
akan bertambahnya pengeluaran sekolah/madrasah dalam memenuhi
kebutuhan agar kurikulum baru dapat diimplementasikan. Namun demikian
perubahan kurikulum yang dilakukan dengna memperhatikan kebutuhan dan
harapan stakeholder tentu akan mampu menarik calon siswa dalam jumlah
yang lebih besar. Kondisi ini tentunya juga kan mempengaruhi bertambahnya
keuangan sekolah/madrasah.
Risiko operasional tentunya dapat terjadi dengan adanya perubahan
kurikulum. Perubahan kurikulum ini akan memiliki resiko yang berkaitan
dengan proses merancang pembelajaran, implementasinya dalam strategi
pembelajaran sampai dengan pelaksanaan proses evaluasi pembelajaran. Jika
risiko ini tidak diantisipasi bukan hanya tujuan kurikulum yang tidak tercapai
tetapi juga akan berpengaruh terhadap proses manajemen yang ada di
sekolah/madrasah tersebut.
Selain itu, peruahan kurikulum juga dapt mempengarhui risiko tingkat
kesesuaian antara peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan
pedoman dan prosedur pelaksanaan internal. Perubahan kurikulum dapat
berarti mengubah kualitas lulusan. Hasil lulusn yang direncanakan harus
memenuhi standar lulusan yang ditetapkan di suatu negara. Karena itu,
sekolah/madrasah harus pula mengubah berbagai proses dan prosedur
pembelajaran untuk mencapai standar baru tersebut.
Sudah semestinya perubahan kurikulum yang dilakukan di suatu
sekolah/madrasah harus diikuti berbagai perubahan yang lain. Yang mana
perubahan tersebut akan mengubah citra orang terhadap sekolah/madrasah.
Dengan demikian, setiap perubahan yang akan dilakukan oleh
sekolah/madrasah pasti akan menimbulkan risiko, namun jika tidak melakukan
perubahanpun tetap akan memiliki risiko. Oleh karena itu, sekolah/madrasah
harus mengidentifikasi risiko dan merencankan proses pengelolaannya baik itu
risiko yang negatif maupun positif.
3. Identifikasi manajemen risiko madrasah/sekolah
Menurut Darmawi (2008) tahapan pertama dalam proses manajemen risiko
adalah tahap identifikasi risiko. Identifikasi risiko merupakan suatu proses
yang secara sistematis dan terus menerus dilakukan untuk mengidentifikasi
kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian terhadap kekayaan, hutang, dan
personil lembaga. Proses identifikasi risiko ini mungkin adalah proses yang
terpenting, karena dari proses inilah semua risiko yang ada atau yang mungkin
terjadi pada suatu proyek, harus diidentifikasi.
Berikut disajikan contoh perubahan yang menimbulkan risiko secara
menyeluruh pada lima kategori jenis risiko. Namun adakalanya suatu
perubahan hanya berdampak pada satu atau dua jenis risiko saja.
Identifikasi Risiko
1
Pada tabel identifikasi risiko disikan hal-hal sebagai berikut:
1
Muhaimin, Sutiah&Prabowo, 2015.Manajemen Pendidikan Aplikasi dalam Penyusunan Rencana
Pengembagan Sekolah/Madrasah.Jakarta: Prenamedia Group
risiko yang berdampak pada kemampuan proses dan prosedur
internal untuk memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku.
Kolom 7 Diisikan risiko reputasi yang akan ditimbulkan sebagai akibat
adanya kondisi yang akan dating. Risiko reputasi, merupakan risiko
yang berdampak pada reputasi dan merek lembaga.
Sarana prasarana:
Melaksanakan pengadaan sarana
prasarana
Reputasi Sekolah/madrasah akan menjadi
sekolah/madrasah unggul tingkat
nasional.
4. Pengertian konflik
Dalam setiap organisasi yang melibatkan banyak orang, disamping ada
proses Kerjasama untuk mencapai tujuan organisasi, tidak jarang juga terjadi
perbedaan pandangan, ketidakcocokan, dan pertentangan yang bisa mengarah
pada konflik. Konflik adalah bentuk perasaan yang tidak beres melanda
hubungan antara satu bagian dengan bagian lain, satu orang dengan orang lain,
satu kelompok dengan kelompok lain. Sebagaimana kita ketahui konflik dapat
secara positif fungsional sejauh ia memperkuat kelompok dan secara negative
fungsional sejauh ia bergerak melawan struktur.
Dalam istilah Al Qur’an, konflik istilah dengan kata ikhtilaf, sebagaimana
dijelaskan dalam firman Allah SWT surat Al Baqarah ayat 176 yang berbunyi:
َ ۡ ِ َ ٰ ۡ ِ ۡ ُ َ َ ۡ َ ۡ َّ َّ َ ِّؕ َ ۡ َ ٰ ۡ َ َّ َ َ ٰ َ َ َّ ه
اق َب ِع ۡي ٍۢد
ٍۢ ذ ِلك ِبان اّٰلل نزل ال ِکتب ِبالحـق ِوان ال ِذيناختلفوا ِف ال ِكت ِب ل ِف ِش
ق
Artinya ; yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al kitab
dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya orang-orang yang
berselisih tentang (kebenaran) Al kitab itu, benar-benar dalam
penyimpangan yang jauh (dari kebenaran).
2
D Sudjana S. 2000.Manajemen program pendidikan untuk pendidikan luar sekolah dan
pengembangan sumber daya manusia. Bandung: falah Production
4. Saling menjatuhkan
5. Frustasi
8. Penyelesaian Konflik
Dalam bukunya manajemen pendidikan berbasis madrasah syukur
menjelaskan bahwa untuk mengatasi konflik, manajemen konflik memiliki
beberapa tahapan yang harus dijalankan.
1. Identifikasi Konflik
Tahap ini merupakan tahap identifikasi masalah yang terjadi, untuk
menentukan sumber penyebab dan pihak-pihak yang terlibat. Dalam
mengidentifikasi biasanya kita mencermati peristiwa sehari-hari kemudian
menemukan tantangan dan adakah pertentangan-pertentangan di dalamnya
atau tidak. Bila sejak awal konflik itu kita amati dan hati-hati untuk
mengubah kejadian-kejadian dan mengelola emosi maka tahap identifikasi
ini akan mampu mengelola konflik yang terjadi nanti.
2. Penilaian Konflik
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui kondisi konflik dan serta penilaian
dalam mengidentifikasi. Apakah konflik sudah emndekati titik rawan, dan
perlu diredam agar tidak menimbulkan dampak negative, apakah masih
pada titik kritis yang dapat menimbulkan dampak positif, atau baru dalam
tahap tersembunyi, sehingga perlu diberi stimulus agar mendekati titik
kritis dan memberikan dampak positif.
3. Pemecahan Konflik
Tahap ini merupakan Tindakan untuk memecahkan masalah, termasuk
memberi stimulus jika masih dalam tahap tersembunyi perlu dibuka.
Kasus-kasus yang terjadi serta data-data sesudah dinilai. Dengan
memperhatikan hal tersebut maka selanjutnya adalah mengatasi atau
memecahkan masalah konflik yang ada dengan cara yang terbaik.
3
Nata Abuddin. 2003. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidian Islamdi
Indonesia. Jakarta: predana Media
Apabila perbedaan pendapat yang mengarah pada konflik tidak
terbendung, maka konflik yang sesungguhnya akan terjadi dan gejala ini
harus segera diatasi. Dalam emngatasi konflik Allah berfirman dalam surat
An Nisa ayat 35
ُ َّ وا َح َك ًما م ْن َأ ْهلهۦ َو َح َك ًما م ْن َأ ْهل َه ٓا إن ُير َيد ٓا إ ْص َل ٰ ًحا ُي َوفق
َ َّ ٱّٰلل َب ْي َن ُه َم ٓا ۗ إ َّن
ٱّٰلل
۟ ُ َْ َ َ َْ َ َ ُْ ْ ْ َ
و ِإن ِخفتم ِشقاق بي ِن ِهما فٱبعث
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ
َ ً َ َ َ
يماخ ِب ر ًيا كان ع ِل