Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN RISIKO DAN MANAJEMEN KONFLIK

SEKOLAH/ MADRASAH

RESUME

Dosen Pengampu
Manajemen dan Akreditasi Madrasah dan Sekolah
Dr. Ardianto, S.Pd, M.Pd

Di susun oleh :
Phraizewanto A. G. Lentang
222240011

PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MANADO

2022
MANAJEMEN RISIKO DAN MANAJEMEN KONFLIK SEKOLAH/
MADRASAH

1. Definisi Manajemen Risiko madrasah/Sekolah


Definisi risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu
perbuatan atau tindakan.
Setiap membuat keputusan, tentunya kita memutuskan utnuk melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Konsekuensi dari keduanya tentu
menimbulkan risiko. Maka muncullah pertanyaan, apakah yang membedakan
risiko dan ketidakpastian? Menurut Bramantyo (2008), risiko merupakan
keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya terukur secara
kuantitatif. Sedangkan ketidakpastian sering diartikan dengan keadaan dimana
ada beberapa kemungkinan kejadian dan setiap kejadian akan menyebabkan
hasil yang berbeda. Tetapi, tingkat kemungkinan atau probabilitas kejadian itu
sendiri tidak diketahui secara kuantitatif.
Ketidakpastian dan risiko biasanya dijelaskan dalam kemungkinan-
kemungkinan, namun demikian pada ketidakpastian seberapa besar satu
kemungkinan muncul belum dapat diketahui secara pasti karena masing-
masing kemungkinan tidak memiliki data, sedangkan risiko memiliki data
tentang berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi. Perbandingna antara
risiko dengna ketidakpastian tersebut dapat dilihat pada table berikut.

Risiko Ketidakpastian
• Ukuran kuantitas (quantity subject) • Jenis subjek yang tidak kuantitatif
ukuran empiris. • Tidak dapat mengukur fluktuasi
• Dapat emngukur kemungkinan nilai dengan probabilitas
suatu kejadian dengan fluktuasinya. • Tidak ada data pendukung
• Ada data pendukung (pengetahuan) mengukur kemungkinan kejadian
mengenai kemungkinan kejadian. • Unknown and unqualified
• Unknown but unqualified outcomes
outcomes
2. Tipe risiko di Lembaga pendidikan
Risiko merupakan sesuatu yang memiliki dampak terhadap pencapaian
tujuan organisasi. Beberapa tipe risiko di Lembaga pendidikan, meliputi:
a. Risiko Strategis; merupakan risiko yang berpengaruh terhadap
kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan,
b. Risiko Keuangan; merupakan risiko yang mungkin akan berakibat
berkurangnya asset;
c. Risiko Operasional; merupakan risiko yang berdampak pada
kelangsungan proses manajemen,
d. Risiko Pemenuhan; merupakan risiko yang berdampak pada
kemampuan proses dan prosedur internal untuk emmenuhi hukum dan
peraturan yang berlaku,
e. Risiko Reputasi; merupakan risiko yang berdampak pada repotasi dan
merek lembaga.
(Princewatercoper,2003)
Misalnya tingginya uang bantuan partisipasi pembelajaran atau dulu dikenal
dengan istilah SPP. Jika SPP dinaikkan, tentunya sekolah/madrasah dapat
membiayai lebih banyak program unggulan, namun jika tidak diantisipastif dan
tidak membandingkan dengan lingkungan kompetitif, tentunya hal ini akan
menurunkan jumlah siswa yang memilih sekolah/madrasah tersebut, yang
tentunya berpengaruh pada pencapaian sekolah/madrasah. Namun jika uang
SPP terlalu rendah diturunkan tentunya juga akan menimbulkan risiko, baik
risiko keuangan, maupun risiko reputasi.
Contoh lainnya adlah adanya perubahan kurikulum yang tetnunya memiliki
banyak risiko. Risiko strategis akan berkaitan dengan pencapaian visi dan misi
sekolah/madrasah. Sebagai lembaga pendidikan tentunya sekolah/madrasah
kegiatan utama di bidang akademiknya dalah proses pendidikan itu sendiri.
Dan kurikulum sebagai rencana utama kegiatan pendidikan di
sekolah/madrasah. Itulah sebabnya visi sekolah/madrasah selalu akan terkait
dengna proses menghasilkan kualitas lulusan sebagai hasil dari kegiatan
pendidikannya. Tentunya dengan perubahan kurikulum kan berdampak pada
perubahan visi sekolah/madrasah. Dengan demikian, perubuahan kurikulum
akan mempengaruhi tujuan strategis sekolah/madrasah.
Perubahan kurikulum dalam bentuk mikro, tentu akan mempengaruhi mata
pelajaran, jumlah jam mata pelajaran, yang sudah pasti akan mempengaruhi
biaya yang harus dibayarkan kepada guru. Selain itu juga, tentunya perubahan
kurikulum sangat memungkinkan menambah atau mengubah berbagai sarana
prasarana yang ada, sehingga perubahan kurikulum tentu akan emmiliki risiko
akan bertambahnya pengeluaran sekolah/madrasah dalam memenuhi
kebutuhan agar kurikulum baru dapat diimplementasikan. Namun demikian
perubahan kurikulum yang dilakukan dengna memperhatikan kebutuhan dan
harapan stakeholder tentu akan mampu menarik calon siswa dalam jumlah
yang lebih besar. Kondisi ini tentunya juga kan mempengaruhi bertambahnya
keuangan sekolah/madrasah.
Risiko operasional tentunya dapat terjadi dengan adanya perubahan
kurikulum. Perubahan kurikulum ini akan memiliki resiko yang berkaitan
dengan proses merancang pembelajaran, implementasinya dalam strategi
pembelajaran sampai dengan pelaksanaan proses evaluasi pembelajaran. Jika
risiko ini tidak diantisipasi bukan hanya tujuan kurikulum yang tidak tercapai
tetapi juga akan berpengaruh terhadap proses manajemen yang ada di
sekolah/madrasah tersebut.
Selain itu, peruahan kurikulum juga dapt mempengarhui risiko tingkat
kesesuaian antara peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan
pedoman dan prosedur pelaksanaan internal. Perubahan kurikulum dapat
berarti mengubah kualitas lulusan. Hasil lulusn yang direncanakan harus
memenuhi standar lulusan yang ditetapkan di suatu negara. Karena itu,
sekolah/madrasah harus pula mengubah berbagai proses dan prosedur
pembelajaran untuk mencapai standar baru tersebut.
Sudah semestinya perubahan kurikulum yang dilakukan di suatu
sekolah/madrasah harus diikuti berbagai perubahan yang lain. Yang mana
perubahan tersebut akan mengubah citra orang terhadap sekolah/madrasah.
Dengan demikian, setiap perubahan yang akan dilakukan oleh
sekolah/madrasah pasti akan menimbulkan risiko, namun jika tidak melakukan
perubahanpun tetap akan memiliki risiko. Oleh karena itu, sekolah/madrasah
harus mengidentifikasi risiko dan merencankan proses pengelolaannya baik itu
risiko yang negatif maupun positif.
3. Identifikasi manajemen risiko madrasah/sekolah
Menurut Darmawi (2008) tahapan pertama dalam proses manajemen risiko
adalah tahap identifikasi risiko. Identifikasi risiko merupakan suatu proses
yang secara sistematis dan terus menerus dilakukan untuk mengidentifikasi
kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian terhadap kekayaan, hutang, dan
personil lembaga. Proses identifikasi risiko ini mungkin adalah proses yang
terpenting, karena dari proses inilah semua risiko yang ada atau yang mungkin
terjadi pada suatu proyek, harus diidentifikasi.
Berikut disajikan contoh perubahan yang menimbulkan risiko secara
menyeluruh pada lima kategori jenis risiko. Namun adakalanya suatu
perubahan hanya berdampak pada satu atau dua jenis risiko saja.

Identifikasi Risiko

1
Pada tabel identifikasi risiko disikan hal-hal sebagai berikut:

Kolom 1 Kondisi sekolah/madrasah pada saat ini.


Kolom 2 Kondisi yang akan dating
Kolom 3 Diisikan risiko strategis yang akan ditimbulkan sebagai akibat
adanya kondisi yang akan dating. Risiko strategis, merupakan risiko
yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan sekolah/madrasah
mencapai visi.
Kolom 4 Diisikan risiko keuangan yang akan ditimbulkan sebagai akibat
adanya kondisi yang akan dating. Risiko keuangan, merupakan
risiko yang mungkin akan berakibat berkurangnya asset
sekolah/madrasah.
Kolom 5 Diisikan risiko operasional yang akan ditimbulkan sebagai akibat
adanya kondisi yang akan dating. Risiko operasional, merupakan
risiko yang berdampak pada kelangsungan proses manajemen.
Kolom 6 Diisikan risiko pemenuhan yang akan ditimbulkan sebagai akibat
adanya kondisi yang akan dating. Risiko pemenuhan, merupakan

1
Muhaimin, Sutiah&Prabowo, 2015.Manajemen Pendidikan Aplikasi dalam Penyusunan Rencana
Pengembagan Sekolah/Madrasah.Jakarta: Prenamedia Group
risiko yang berdampak pada kemampuan proses dan prosedur
internal untuk memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku.
Kolom 7 Diisikan risiko reputasi yang akan ditimbulkan sebagai akibat
adanya kondisi yang akan dating. Risiko reputasi, merupakan risiko
yang berdampak pada reputasi dan merek lembaga.

Setelah teridentifikasinya risiko diatas kemudian dikembangkan berbagai


scenario dari risiko yang ditimbulkan dapat disajikan dalam salah satu contoh
berikut.

Jenis Risiko Probabilitas Probabilitas serapan


Risiko oleh stakeholder
Strategis Perubahan visi untuk menghasilkan 25% pertumbuhan pada
lulusan berstandar internasional tahun pertama dan
berwawasan Islam untuk semua bidang tumbuh maksimal
studi sampai 85%
Keuangan Biaya operasional per semester Rp.
1.300.000.000 (uang masuk 10juta,
SPP 700ribu/semester, subsidi
pemerintah 300juta)
Operasional Waktu: 7 tahun

SDM: 40 guru untuk seluruh bidang


studin dengan kompetensi pada bidang
studi yang baik dan kemampuan
Bahasa inggris aktif.

Sarana prasarana: Kelas multimedia,


laboratorium, dan perpustakaan.
Pemenuhan SDM: merekrut dan melatih guru-guru
untuk dapat melaksankan standar
internasional (Bahasa inggris,
kompetensi mata pelajaran, dan
kompetensi pembelajaran)

Sarana prasarana:
Melaksanakan pengadaan sarana
prasarana
Reputasi Sekolah/madrasah akan menjadi
sekolah/madrasah unggul tingkat
nasional.

Untuk meningkatkan reputasi sosial


sekolah 7% siswa diambil dari siswa
tidak mampu dengan biaya penuh dari
sekolah/madrasah

Proses penyusunan tersebut tentunya dilakukan berdasarkan data yang ada.


Jika belum ada data, maka harus diawali dengna proses pengumpulan data
terlebih dahulu. Proses pengumpulan data tersebut dapat dilakukan melalui
berbagai kegiatan pengukuran. Misalnya, dalam menentukan probabilitas
serapan oleh stakeholder dapat dilakukan melalui kegiatan pengukuran tingkat
ekonomi masyarakat di daerah tersebut dan rata-rata besarnya uang yang
dibelanjakan masyarakat untuk kepentingan pendidikan. Demikian pula
beberapa angka pada contoh dia atas juga harus mendasarkan data yang ada
atau pengukuran yang telah dilakukan sebelumnya.
Sekolah atau madrasah mampu mengidentifikasi berbagai kemungkinan
yang akan terjadi sebagai suatu risiko yang harus diambil, pada tahap
selanjutnya sekolah/madrasah harus melakukan pengukuran risiko. Bramantyo
(2008), menyatakan bahwa pengukuran risiko selalu mengacu kepada dua hal
yaitu probabilitas; yaiu seberapa besar suatu risiko kemungkinan akan terjadi,
dan dampak atau akibat; yaituseberapa besar akibat yang ditimbulkan dari
risiko tersebut bila benar-benar terjadi. Pengukuran yang mengacu pada
probabilitas digunakan untuk risiko yang tidak dapat dihindarkan oleh
sekolah/madrasah. Sedangkan pada pengukuran yang mengacu pada dampak
atau akibat merupakan pengukuran risiko yang dapat dihindarkan atau dipilih
oleh sekolah/madrasah.

4. Pengertian konflik
Dalam setiap organisasi yang melibatkan banyak orang, disamping ada
proses Kerjasama untuk mencapai tujuan organisasi, tidak jarang juga terjadi
perbedaan pandangan, ketidakcocokan, dan pertentangan yang bisa mengarah
pada konflik. Konflik adalah bentuk perasaan yang tidak beres melanda
hubungan antara satu bagian dengan bagian lain, satu orang dengan orang lain,
satu kelompok dengan kelompok lain. Sebagaimana kita ketahui konflik dapat
secara positif fungsional sejauh ia memperkuat kelompok dan secara negative
fungsional sejauh ia bergerak melawan struktur.
Dalam istilah Al Qur’an, konflik istilah dengan kata ikhtilaf, sebagaimana
dijelaskan dalam firman Allah SWT surat Al Baqarah ayat 176 yang berbunyi:
َ ۡ ِ َ ٰ ۡ ِ ۡ ُ َ َ ۡ َ ۡ َّ َّ َ ِّؕ َ ۡ َ ٰ ۡ َ َّ َ َ ‫ٰ َ َ َّ ه‬
‫اق َب ِع ۡي ٍۢد‬
ٍۢ ‫ذ ِلك ِبان اّٰلل نزل ال ِکتب ِبالحـق ِوان ال ِذيناختلفوا ِف ال ِكت ِب ل ِف ِش‬
‫ق‬

Artinya ; yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al kitab
dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya orang-orang yang
berselisih tentang (kebenaran) Al kitab itu, benar-benar dalam
penyimpangan yang jauh (dari kebenaran).

Konflik berarti adanya opsi atau pertentangan pendapat antara orang-orang,


kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi. Istilah konflik sendiri
diterjemahkan dalam beberapa istilah yaitu perbedaan pendapat, persaingan
dan permusuhan. Perbedaan pendapat tidak selalu berarti perbedaan keinginan.
Oleh karena konflik bersumber pada keinginan, maka perbedaan pendapat
tidak selalu berarti konflik.
Konflik adalah:

1. Suatu kondisi tanpa adanya keharmonisan;


2. Suatu kondisi dimana terjadi pertentangan;
3. Suatu kondisi dimana tidak ada kesepakataan;
4. Konflik merupakan kondisi yang dinamis (konflik tergantung
perkembagnan lingkungan strategis).

Penyebab utama konflik, meliputi:

• Adanya perbedaan kepentingan


• Adanya perbedaan pengertian/pemahaman
• Adanya perbedaan cara pandang
• Adanya ketidakjelasan tujuan
• Adanya perbedaan peraturan yang dianut
• Adanya perubahan situasi baru
5. Manajemen Konflik
Manajemen konflik adalah bagaimana mengurus, mengelola, menata
sesuatu yang terjadi, baik berupa perilaku yang antagonis, bentuk-bentuk
perlawanan, perselisihan, benturan-benturan laten, pemogokan, demo agar
tetap dapat melaksanakan kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan secara efektif dan efisien.
Manajemen konflik telah diakui sejak dulu dalam kepustakaan manajemen.
Hal ini diperkuat dalam penelitian rancangan organisasi mengenai
“integrators” (Lawrence & Lorsch,1967). Sutdi-studi tersebut memberikan
cukup bukti bahwa ketrampilan dalam melakukan negosiasi dan mengelola
konflik sangat relevan bagi efektifitas manajerial (Yukl, 1998: 116). Jadi
seorang pemimpin yang efektif, diantaranya adalah mampu mengelola konflik.
Dilihat dari prespektif historis pandangan teori manajemen terhadap konflik
terpecah menjadi dua kelompok. Pertama; manajemen tradisional (traditional
management-historical view) memandang bhwa suatu konflik harus dihindari
atau bahkan dihilangkan. Pandangan ini disadari realita bahwa organisasi yang
baik adalah jika di dalamnya tidak dijumpai adanya konflik, sebab pendapat ini
memandang konflik semata akibat kesalahan manajemen (management
errors), misalnya jika didalam organisasi terdapat kesenjangan antara
pengusaha-pekerja dalam hal ini hambatan komunikasi dan hambatan
psikologis untuk saling percaya.
Kelompok kedua yakni manajemen (modern-current view) memandang
konflik dengan cara yang berbeda dengan sebelumnya konflik dalam hal ini
dianggap dapat emningkatkan kinerja organisasi jika memang dikelola dengan
baik. Organisasi yang bermutu justru di dalamnya dapat dijumpai muatan-
muatan konflik-konflik yang akhirnya dapat menstimulasi dan memotivasi
pekerja dalam meraih prestasi terbaik. Oleh karena itu konflik dianggap
merupakan sebagai bagian interegral atau tak terpisahkan dari dinamika
organisasi (Trianto, 2001)

6. Tujuan Manajemen Konflik


Manajemen konflik tujuan utamanya adalah untuk membangun dan
mempertahankan hubungan kerja sama dengan para bawahan, para rekan
sejawat, atsan dan pihak luar. (Yukl, 1994:115). Seorang manajer memiliki
peran yang fungsional dalam mengeloala konflik dan diharapkan mampu
mengelolanya sebaik mungkin sehingga menghasilkan kepuasan bagi semua
pihak, terutama pihak yang berkonflik.
Tugas manajer lembaga pendidikan dalam konteks ini harus mampu
menyelesaikan konflik dalam dirinya sendiri, konflik antar individu, konflik
antar kelompok, konflik antar unit, konflik antar departemen, konflik antar
organisasi, dan konflik internasional. Ini berarti pelaku konflik itu sangat
kompleks dan membutuhkan siasat tersendiri. Padahal mengelola konflik
dalam diri sendiri saja tidak mudah.
Adalagi gejala yang harus dicermati, dibendung dan dikelola manajer
lembaga pendidikan, yaitu konflik tersembunyi. Konflik semacam ini justru
lebih berbahaya karena sulit terdeteksi tapi berpotensi meledak suatu saat.
Sehingga perlu upaya pimpinann untuk mengatasi konflik yang terjadi.
7. Dampak Konflik
Konflik menimbulkan akibat-akibat atau risiko-risiko tertentu. Disamping
itu konflik juga terkadang membawa dampak positif. D. Sudjana2 menjabarkan
pengaruh-pengaruh konflik sebagai berikut:
• Disatu pihak, konflik laten dapat membahayakan kelompok apabila
konflik diantara anggota pada suatu saat muncul menjadi perbuatan
yang merusak (destruktif), sehingga konflik itu dapat menghambat
upaya Bersama untuk memenuhi kebutuhan kelompok/organisasi dan
perorangan
• Dipihak lain, konflik dapat menguntungkan kegiatan eklompok apabila
hal itu merangsang timbulnya gagasan-gagasan baru untuk
meningkatkan efesiensi dan efektifitas kegiatan kelompok,
mengarahkan kreativitas kelompok dalm memecahkan masalah yang
dihadapi, dan menjaga agar kelompok selalu mempedulikan berbagai
kepentingan anggotanya. Konflik ini dapat dimanfaatkan agar
kelompoklebih tanggap terhadap kebutuhan anggota.

Alex Nitisimo mengemukakan bahwa konflik dapat memberikan dampak


positif dan dampak negative. Dampak positif akan mendatangkan keuntungan
kepada karyawan, organisasi/lembaga pendidikan, dan dampak negatif akan
mendatangkan kerugian. Adapun dampak posisitif konflik adalah:

1. Kemampuan mengoreksi diri


2. Meningkatkan prestasi
3. Pendekatan yang lebih baik
4. Mengembangkan alternatif yang lebih baik

Sedangkan dampak negatif konflik, adalah:

1. Megnhambat adanya Kerjasama


2. Subyektifitas dan emosional
3. Apriori

2
D Sudjana S. 2000.Manajemen program pendidikan untuk pendidikan luar sekolah dan
pengembangan sumber daya manusia. Bandung: falah Production
4. Saling menjatuhkan
5. Frustasi

8. Penyelesaian Konflik
Dalam bukunya manajemen pendidikan berbasis madrasah syukur
menjelaskan bahwa untuk mengatasi konflik, manajemen konflik memiliki
beberapa tahapan yang harus dijalankan.
1. Identifikasi Konflik
Tahap ini merupakan tahap identifikasi masalah yang terjadi, untuk
menentukan sumber penyebab dan pihak-pihak yang terlibat. Dalam
mengidentifikasi biasanya kita mencermati peristiwa sehari-hari kemudian
menemukan tantangan dan adakah pertentangan-pertentangan di dalamnya
atau tidak. Bila sejak awal konflik itu kita amati dan hati-hati untuk
mengubah kejadian-kejadian dan mengelola emosi maka tahap identifikasi
ini akan mampu mengelola konflik yang terjadi nanti.

2. Penilaian Konflik
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui kondisi konflik dan serta penilaian
dalam mengidentifikasi. Apakah konflik sudah emndekati titik rawan, dan
perlu diredam agar tidak menimbulkan dampak negative, apakah masih
pada titik kritis yang dapat menimbulkan dampak positif, atau baru dalam
tahap tersembunyi, sehingga perlu diberi stimulus agar mendekati titik
kritis dan memberikan dampak positif.

3. Pemecahan Konflik
Tahap ini merupakan Tindakan untuk memecahkan masalah, termasuk
memberi stimulus jika masih dalam tahap tersembunyi perlu dibuka.
Kasus-kasus yang terjadi serta data-data sesudah dinilai. Dengan
memperhatikan hal tersebut maka selanjutnya adalah mengatasi atau
memecahkan masalah konflik yang ada dengan cara yang terbaik.

Ada 5 tahap yang dilalui dalam suatu konflik yaitu:


• Tahap laten (potensial), yaitu adanya perbedaan factor individu, perbedaan
organisasi, dan lingkungan yang merupakan potensi munculnya konflik
• Tahap konflik yang sudah terasa
• Tahap perbedaan pendapat yang sudah saling bertentangan
• Tahap konflik terbuka
• Tahap pascakonflik terbuka

Sebaiknya manajer lembaga pendidikan dapat menyelesaikan konslik saat


baru memasuki tahapan pertama, yakni tahapan laten yang masih berupa
perbedaan baik karena factor individu, organisasi, maupun lingkungan.
Dengan begitu, konflik bisa dibendung secepatnya sehingga masih relative
mudah diselesaikan. Penyelesaian pada tahap perbedaan ini meskipun tidak
termasuk preventif, tetapi merupakan penyelesaian cepat tanggap yang
berpengaruh secara signifikan dalam menekan terjadinya konflik yang
sesungguhnya.

Untuk menghadapi perbedaan pendapat yang mengarah pada konflik,


Abuddin Nata3 memandang perlu dikembangkan beberapa etika berikut:

a. Melihat perbedaan sebagai sesuatu yang harus diterima


b. Menyadari bahwa pendapat yang dikemukakan seseorang mungkin
mengandung kebenaran atau kesalahan;
c. Bersikap terbuka, mau menerima pendapat, saran, dan kritik orang lain
karena mungkin pendapat kita keliru;
d. Bersikap objektif, lebih berorientasi mencari kebenaran, dan bukan
mencari pembenaran
e. Tidak memandang perbedaan pendapat sebagai pertentangan atau
permusuhan, tetapi sebagai khazanah dan kekayaan yang amat berguna
untuk memecahkan berbagai masalah
f. Menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang universal seperti persaudaraan,
kejujuran, keadilan, kebenaran, dan lain sebagainya.

3
Nata Abuddin. 2003. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidian Islamdi
Indonesia. Jakarta: predana Media
Apabila perbedaan pendapat yang mengarah pada konflik tidak
terbendung, maka konflik yang sesungguhnya akan terjadi dan gejala ini
harus segera diatasi. Dalam emngatasi konflik Allah berfirman dalam surat
An Nisa ayat 35
ُ َّ ‫وا َح َك ًما م ْن َأ ْهلهۦ َو َح َك ًما م ْن َأ ْهل َه ٓا إن ُير َيد ٓا إ ْص َل ٰ ًحا ُي َوفق‬
َ َّ ‫ٱّٰلل َب ْي َن ُه َم ٓا ۗ إ َّن‬
‫ٱّٰلل‬
۟ ُ َْ َ َ َْ َ َ ُْ ْ ْ َ
‫و ِإن ِخفتم ِشقاق بي ِن ِهما فٱبعث‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ
َ ً َ َ َ
‫يماخ ِب ر ًيا‬ ‫كان ع ِل‬

Artinya : Dan jika kamu khawatirkan ada persengkataan antara keduanya,


maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam
dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud
mengadakan perbaikan, niscayaAllah memberi taufik kepada suami-istri
itu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.

Ayat ini memberi pemahaman bahwa : a. anjuran untuk sesegera mungkin


menyelesaikan konflik secara dini; b. cara menyelesaikan konflik adalah
melalui mediator yang disebut hakam; c. Mediator (hakam), itu sebanyak
dua orang yang mewakili masing-masing pihak; e. ada keinginan kuat untuk
melakukan ishlah (penyelesaian konflik) dari masing-masing pihak.

Ayat tersebut mengandung pesan penyelesaian konflik yang terjadi


dalam lembaga pendidikan keluarga. Namun, pesan resolusi konflik dalam
ayat tersebut bisa diterapkan juga pada lembaga pendidikan yang lebih
luas/besar, yakni lembaga pendidikan formal seperti sekolah, madrasah,
perguruan tinggi atau pesantren.

Sebenarnya konsep resolusi konflik dalam Islam cenderung


memiliki kesamaan dengan manajemen konflik secara umum. Dalam Islam
resolusi konflik dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya debat dan
musyawarah.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat dipahami bahwa Islam


mengajarkan menggunakan cara-cara damai sebagai cara untuk mengelola
konflik. Islam menganjurkan pada pemeluknya untuk memiliki sikap
toleransi terhadap perbedaan-perbedaan yang dimiliki setiap manusia.
Karena perbedaan itu merupakan kodrat Allah SWT yang tidak bisa ditolak.
Perbedaan itu diciptakan untuk saling melengkapi, dan dengan perbedaan
itu manusia akan terus berkembang dan menciptakan perubahan-perubahan
yang nantinya akan bermanfaat bagi manusia pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai