Disusun oleh :
1. Rahma Listia Ningsih 06121281823069
2. Dedi Irawan 06121281823060
3. Ralin Adi Tantowi 06121281823024
4. Risky Rahmansyah 06121281823029
5. Ervin Aries 06121281823034
Dosen Pembimbing :
-Drs.H.Darlius,M.M.,M.Pd.
-Dewi Puspita Sari,S.Pd.,M.Pd.
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan
karunia yang diberikan-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah
kami. Shalawat serta salam tak henti-henti nya kita sanjungkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman yang sangat gelap ke zaman yang
terang-benderang seperti sekarang ini.
Kami ucapakan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu dalam penyusunan
makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO DI DUNIA INDUSTRI”. Makalah ini kami buat
sebagai tugas dari mata kuliah kesehatan dan keselamatan kerja.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman
untuk kita semua yang membaca nya, agar sama-sama untuk ke depannya dapat
memperbaiki dan menambah isi makalah ini agar lebih baik lagi. Kami tahu masih banyak
kekurangan dalam makalah ini,oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca demi kesempurnaan makalah kami.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
yang berakibat fatal. Di Indonesia sendiri terdapat 20 korban yang fatal akibat
kecelakaan kerja dari setiap 100.000 tenaga kerja. Disamping itu, kerugian yang
harus ditanggung akibat kecelakaan kerja di negara berkembang empat kali lebih
tinggi dibandingkan negara industry.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
2
BAB I
PEMBAHASAN
Pada pengkajian risiko untuk konstruksi PLTN, ada berbagai macam risiko potensial
yang timbul. Risiko-risiko yang timbul tersebut antara lain dapat disebabkan karena
keterlambatan pasokan material atau komponen dari industri nasional untuk kebutuhan
kontruksi PLTN. Oleh karena itu, salah satu sistem yang harus dikaji adalah penerapan
sistem manajemen risiko pada industri nasional itu sendiri.
3
komunikasi sangat dibutuhkan antara industri manufakturing yang memasok
komponen/material, dengan industri konstruksi sipil yang membangun PLTN.
Pada makalah ini diberikan beberapa contoh risiko potensial yang dapat terjadi
berdasarkan pengalaman industri nasional (Tabel 1).
Tabel 1. Beberapa Contoh Risiko Potensial yang Dapat Terjadi pada Beberapa Industri
Nasional
No. Nama Industri Bidang Usaha Identifikasi Risiko
1. PT. Semen Manufaktur - Risiko kapasitas produksi
Gresik Semen - Risiko kompetisi bisnis
- Risiko sinergi holding
- Risiko likuiditas
4
- Risiko financial.
- Risiko kredit
- Risiko likuiditas
- Risiko likuaditas
- Risiko harga
5
tidak sesuai
6
6. PT. Nusantara Turbin Manufaktur - Risiko suku cadang yang
& Propulsi Turbin datang terlambat
(PT. NTP) - Mesin bubut yang terlalu besar (tidak
sesuai spesifikasi)
- Risiko ketidakjujuran pekerja dalam
melaksanakan pekerjaan
- Risiko barang cacat atau meledak pada
saat pengetesan
- Risiko lampu mati
7
- Risiko fungsi pengawasan lemah
bahkan tanpa pengawasan.
- Risiko karena Sistem Manajemen Mutu
& SMK3 tidak diberlakukan dalam
aktifitas proyek
- Risiko proyek menjadi penyebab polusi
lingkungan dan masyarakat sekitar.
- Dan lain-lain.
Berdasarkan pengalaman risiko dari beberapa industri nasional tersebut di atas, maka dapat
dibedakan antara sumber risiko yang berasal dari risiko internal dan risiko eksternal. Risiko internal
berasal/terjadi pada industri nasional itu sendiri sedangkan risiko eksternal berasal dari luar
manajemen industri. Risiko internal merupakan risiko dimana pihak industri nasional dapat
melakukan pengendalian dari dalam misalnya jadwal, proses manufaktur, perkiraan biaya, tugas dan
tanggungjawab personel, ketersediaan Sumber Daya Manusia, keselamatan dan kesehatan kerja, dan
lain-lain. Sedangkan risiko eksternal adalah risiko yang terjadi diluar kendali industri dan dapat
mempengaruhi kinerja pihak industri misalnya tindakan kebijakan pemerintah, perubahan hukum dan
peraturan, alasan politik dan keamanan dalam negeri, persyaratan-persyaratan teknis dan perijinan,
perubahan nilai tukar mata uang asing, perubahan harga material, perubahan suku bunga,
ketersediaan bahan baku oleh pemasok, kekurangan energi, ketersediaan infrastruktur, masalah sosial
dan lingkungan, dan lain-lain.
Komitmen, komunikasi, koordinasi, dan kerjasama dari pimpinan puncak industri nasional
dengan para pemangku kepentingan diharapkan dapat meminimalisir atau menghilangkan risiko serta
kerugian yang timbul akibat risiko. Dalam upaya meningkatkan kinerja industri maka perlu
dilaksanakan pengelolaan risiko secara terus menerus. Industri nasional harus mengoptimalkan
fungsi dan peran manajemen risiko pada seluruh struktur organisasi manajemen risiko melalui
8
pengelolaan manajemen risiko yang tepat dan komprehensif sehingga dapat meminimalisir potensi
risiko dan kerugian yang mungkin terjadi. Seperti halnya yang telah dilakukan oleh industri semacam
PT. Semen Gresik, selain komitmen untuk menerapkan manajemen risiko secara berkesinambungan di
seluruh proses bisnis dan pengelolaan manajemen, juga telah dibangun lingkungan internal industri
yang dapat menerapkan “budaya risiko” untuk mendukung kinerja dan pencapaian tujuan industri
yang sesungguhnya. Budaya risiko pada prinsipnya hampir sama dengan budaya keselamatan yakni
sikap prilaku baik individu maupun organisasi untuk melakukan tindakan pencegahan dan penanganan
risiko yang memadai sesuai dengan persyaratan yang terkait dengan risiko. Budaya risiko harus
diterapkan di setiap kegiatan industri. Komitmen para pimpinan puncak industri terhadap penerapan
manajemen risiko sangat diharapkan bagi kemajuan dan pengembangan industri nasional. Kebijakan
manajemen risiko digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan strategis dan juga untuk
pengelolaan risiko industri secara menyeluruh. Peningkatan pengelolaan risiko dapat dilakukan
dengan implementasi manajemen risiko dalam setiap kebijakan strategis dan operasional industri,
pedoman manajemen risiko, struktur organisasi, dan pengembangan manajemen risiko di setiap
industri.
Keberhasilan kinerja industri nasional tidak terlepas dari keberhasilan dalam meminimalkan
risiko dalam proses manufaktur, pasokan bahan baku dan tentunya pasokan komponen/material.
Pembangunan PLTN sangat membutuhkan industri yang handal dan berdaya saing tinggi dengan
industri asing. Kinerja industri untuk mengurangi risiko yang timbul dapat dilakukan dengan cara
pelaksanaan strategi industri terhadap peningkatan efisiensi, peningkatan kapasitas produksi,
pengembangan hasil produk/material dan restrukturisasi industri dengan tujuan untuk pengurangan
pengeluaran biaya dan pencegahan kegagalan teknis. Oleh karena hal tersebut, maka salah satu sistem
yang harus benar - benar diperhatikan adalah penerapan sistem manajemen risiko pada industri
nasional itu sendiri. Berdasarkan pengalaman industri yang telah ditunjukkan dalam tabel 1,
diharapkan pengalaman tersebut dapat menjadi pembelajaran dan sebagai bahan masukan untuk
mempersiapkan industri nasional yang berkualitas, berdaya saing tinggi dan berpotensi dalam
penyiapan komponen/material bagi proyek konstruksi PLTN pertama di Indonesia.
Berdasarkan pengalaman sistem manajemen risiko dari beberapa industri nasional seperti PT.
Semen Gresik, PT. Krakatau Steel dan lain-lain maka beberapa hal/upaya yang dilakukan untuk
pengembangan manajemen risiko dan peningkatan pengelolaan risiko pada industri antara lain:
1. Melakukan identifikasi, pemetaan, pengukuran, analisis, pengelolaan, pemantauan dan
pengendalian risiko dalam setiap tahap proses kegiatan industri secara berkelanjutan dan terus
menerus.
2. Melakukan pengurangan risiko, pembagian risiko atau pengalihan risiko pada setiap tahap kegiatan
industri untuk meminimalkan atau menghilangkan risiko yang terjadi.
9
3. Melakukan komitmen, komunikasi, koordinasi, konsultansi dan kerjasama antar manajemen di
dalam industri itu sendiri secara efektif dan efisien terhadap penerapan sistem manajemen risiko di
setiap kegiatan manajemen.
4. Melakukan penerapan sistem manajemen risiko dalam setiap proses kegiatan industri, baik dalam
setiap kebijakan strategis maupun kegiatan operasional.
5. Melakukan review, penyempurnaan dan penerapan kebijakan manajemen risiko dan prosedur
jaminan mutu secara berkala dan terus menerus.
6. Membuat pedoman/panduan manajemen risiko bagi industri nasional yang belum menerapkan
sistem manajemen risiko serta melakukan penyempurnaan pedoman/panduan manajemen risiko
bagi industri yang telah memilikinya.
7. Membuat dan menyempurnakan struktur organisasi manajemen risiko yang menunjukkan tugas,
wewenang dan tanggungjawab antar unit kerja sistem manajemen risiko yang terkait dengan
pengelolaan risiko industri.
8. Melakukan sosialisasi penerapan manajemen risiko pada seluruh personel di setiap tahapan proses
dan kegiatan bisnis industri.
9. Membuat kontrak jangka panjang dengan pihak industri lokal maupun industri asing untuk
pasokan bahan baku sehingga meminimalkan risiko dan menjamin kelangsungan kebutuhan bahan
baku .
10. Mengembangkan dan menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
dan Sistem Manajemen Lingkungan untuk mencegah kerusakan aset, kebakaran dan kecelakaan
personel.
11. Menjalin komunikasi dan koordinasi dengan sesama industri sejenis dengan berperan aktif dalam
kegiatan asosiasi industri nasional.
12. Menerapkan budaya keselamatan bagi setiap personel di lingkungan industri sehingga risiko
kecelakaan dapat diminimalisir ataupun dihilangkan pada setiap tahap kegiatan industri.
13. Melakukan program manajemen perawatan terhadap seluruh aset industri secara berkala sehingga
dapat dijaga secara optimal serta memelihara SDM yang kompeten dengan pemberian kompensasi
yang sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
14. Menerapkan budaya risiko dan budaya keselamatan bagi setiap personel sehingga risiko dapat
dihilangkan atau diminimalisir pada setiap tahap kegiatan industri.
15. Melakukan manajemen pengadaan barang atau penyediaan suku cadang secara berkala untuk
mengantisipasi risiko kekurangan barang dan suku cadang.
Dari beberapa contoh risiko potensial yang dapat terjadi pada industri nasional serta beberapa
upaya untuk pengembangan sistem manajemen risiko, maka pengkajian manajemen risiko pada
industri nasional sebaiknya dirinci, dikaji dan diaplikasikan sebagai suatu bagian integral dari
dokumen panduan manajemen risiko khususnya yang terkait dengan program PLTN di Indonesia
10
sehingga semua sumber risiko industri nasional dapat diidentifikasi dan diantisipasi seawal mungkin
sejak fase pra-konstruksi PLTN. Identifikasi beberapa risiko potensial yang terjadi pada industri
nasional dapat menjadi bahan masukan untuk mempercepat pembenahan dan restrukturisasi industri
nasional yang memiliki daya saing tinggi dan handal untuk menuju globaliasi pasar bebas dengan
persaingan dunia usaha yang lebih maju sehingga hasil produk/komponen diakui dunia dengan kelas
dan standar kualitas yg memenuhi syarat sehingga mampu bersaing dengan produk luar negeri. Selain
itu risiko potensial yang terjadi pada industri nasional dapat dijadikan pembelajaran dan masukan bagi
para pemangku kepentingan sehingga penyiapan industri untuk dapat ikut berpartisipasi dalam
pembangunan PLTN di Indonesia sudah sejak awal direncanakan dengan baik sehingga pada saat
pembangunan PLTN, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dapat meningkat dan hasil produk
industri sesuai dengan mutu yang dipersyaratkan oleh spesifikasi, kode dan standar PLTN.
Untuk peningkatan kinerja dan kemajuan industri, maka seluruh risiko dapat dihilangkan atau
diminimalkan dengan cara pengurangan risiko (Risk Reduction), penerimaan risiko (Risk Retention),
pembagian risiko (Risk Sharing) dan Pengalihan risiko (Risk Transfer). Pengurangan risiko dapat
dilakukan dengan menghindari penyebab timbulnya risiko dan meminimalisasi dampak dari risiko
seandainya terjadi. Penerimaan Risiko dilakukan karena industri dengan sadar atau sengaja memang
ingin menanggung/mempertahankan risiko dan mengelolanya sendiri. Pembagian risiko yakni dengan
cara memindahkan risiko dari perusahaan ke pihak lain yang bersedia. Biasanya dilakukan ke anak
perusahaan. Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara penjaminan asuransi bagi asset riil seperti
pegawai/personel, peralatan, dan kantor. Pengurangan risiko maupun penghilangan risiko dapat
meningkatkan kinerja industri sehingga dapat berkembang lebih maju.
11
12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
a. Risiko potensial yang terjadi pada industri nasional antara lain risiko kapasitas produksi,
risiko jadwal, risiko perubahan nilai tukar mata uang asing, risiko Sumber Daya Manusia,
risiko perubahan harga material, risiko kualifikasi SDM, risiko perubahan suku bunga bank,
risiko kredit, risiko finansial, risiko lingkungan, risiko kesehatan dan keselamatan kerja, risiko
strategik/kebijakan pemerintah dan lain-lain.
b. Identifikasi risiko industri nasional dapat menjadi masukan untuk mempercepat pembenahan
dan restrukturisasi industri nasional yang berdaya saing tinggi dan handal untuk menuju
globaliasi pasar bebas dengan persaingan dunia usaha yang lebih maju sehingga hasil
produk/komponen diakui dunia dengan kelas dan standar mutu yg memenuhi syarat sehingga
mampu bersaing dengan produk luar negeri.
c. Penyiapan industri untuk dapat ikut berpartisipasi dalam pembangunan PLTN di Indonesia
harus direncanakan dengan baik sehingga pada saat pembangunan PLTN, tingkat komponen
dalam negeri (TKDN) dapat meningkat dan hasil produk industri sesuai dengan mutu yang
dipersyaratkan sesuai spesifikasi, kode dan standar PLTN.
d. Pengelolaan risiko industri nasional harus diterapkan secara terus menerus agar implementasi
manajemen risiko industri dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
13
DAFTAR PUSTAKA
PT. SEMEN GRESIK, “Menuju Era Baru (Towards a New Era)”, Laporan Tahunan, 2008.
DHARU DEWI dkk, “Studi Manajemen Risiko untuk Proyek Konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir Pertama di Indonesia” Laporan Teknis Sub Kegiatan, Bidang Manajemen Persiapan
PLTN, PPEN – BATAN, 2009.
PITO SUMARNO, “Risiko Bisnis Kontraktor Pelaksana Konstruksi”, mata kuliah topik khusus dalam
kontraktor, Program Pascasarjana Magister Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara.
PT. GUNAWAN DIANJAYA STEEL TBK, “Laporan keuangan untuk periode yang berakhir 31
Maret
2012 dan 2012(UN Audited) dan 31 Desember 2011 (Audited)1 Januari 2011/31 Desember
2010”,http://202.155.2.90/corporate_actions/new_info_jsx/jenis_informasi/01_laporan_keuanga
n /02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan/ diunduh tanggal 20 Mei 2012.
PT. JAYA PARI STEEL TBK, “Laporan Keuangan 30 Juni 2011 (tidak diaudit) dan 31 Desember
2010
(Audit) serta untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2011 dan 30 Juni 2010
(Tidak Diaudit)”, http://202.155.2.90/ corporate_actions/ new_info_jsx/jenis_informasi/
01_laporan_keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan/Laporan%20Keuangan%20Tahun%20
2011/TW2/JPRS/My%20Disc/JPRS%20-%20Lap%20Keu%202011.pdf, diunduh tanggal 20
Mei
2012.
14
15