Anda di halaman 1dari 4

DEMOKRASI DI INDONESIA

Pelaksanaan demokrasi di Indonesia dari masa ke masa tidaklah sama,


mengingat undang-undang dasar yang berlaku pun berganti-ganti. Pergantian
undang-undang dasar menyebabkan pergantian sistem pemerintahan. Indonesia
telah menganut sistem demokrasi sejak merdeka sampai saat ini. Dimulai dari
demokrasi terpimpin pada masa jabatan Soekarno, demokrasi pancasila yang
digunakan Soeharto selama puluhan tahun menjabat menjadi presiden, hingga
demokrasi sesungguhnya yang mulai berjalan setelah masa jabatan Soeharto
berakhir pada tahun 1998 yang ditandai oleh adanya pemilu daerah maupun
presiden yang dapat diikuti oleh rakyat secara serentak dan adil.

1. Orde Lama
 Demokrasi Liberal (1945-1959)
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, Ir. Soekarno yang
menjabat sebagai ketua PPKI dipercaya merangkap jabatan menjadi presiden RI
pertama. Kemudian PPKI membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat dengan
ketuanya Kasman Singodimejo. Komite ini bertujuan untuk membantu tugas-
tugas presiden. Kebebasan dan kemerdekaan untuk berdemokrasi dalam tubuh
KNIP justru membawa pemerintah RI kepada sistem parlementer untuk
menghindari kekuasaan presiden yang terpusat. Akhirnya pada tanggal 7 Oktober
1945 lahir memorandum yang ditandatangani oleh 50 orang dari 150 orang
anggota KNIP. Pada tanggal 3 November 1945, keluar maklumat untuk kebebasan
membentuk banyak partai atau multi partai sebagai persiapan pemilihan umum
yang akan diselenggarakan bulan Juni 1946. Tanggal 14 November 1945
terbentuklah susunan kabinet berdasarkan sistem parlementer (demokrasi liberal).
Berlakunya UUDS 1950 pada tanggal 17 Agustus 1950 dengan sistem
demokrasi liberal tidak menunjukkan hasil yang sesuai dengan harapan rakyat
Indonesia, bahkan muncul tanda-tanda perpecahan bangsa yang ditandai dengan
pemberontakan PRRI Permesta, DI/TII yang ingin lepas dari NKRI. Konstituante
tidak berhasil menetapkan UUD sehingga negara dalam keadaan darurat. Untuk
mengatasi, dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Sistem demokrasi liberal
tidak berhasil dilaksanakan di Indonesia karena tidak sesuai dengan pandangan
hidup dan kepribadian bangsa Indonesia.

 Demokrasi Terpimpin (1959-1965)


Dekrit Presiden 5 Juli 1959 di antaranya berisi usulan pembubaran
konstituante, berlakunya kembali UUD 1945, dan pembentukan MPRS dan DPAS
dalam waktu sesingkat-singkatnya sehingga berakhirlah masa demokrasi liberal.
Pada periode tahun 1959-1965 kekuasaan didominasi oleh presiden,
terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan makin
meluasnya peranan TNI/Polri sebagai unsur sosial politik. Pada masa demokrasi
terpimpin ada tiga unsur kekuatan utama, yaitu Ir. Soekarno, PKI, dan Angkatan
Darat. Pada masa ini banyak terjadi penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD
1945, antara lain:
1. Pembentukan nasakom (nasionalis, agama, dan komunis).
2. Tap MPRS No. III/MPRS/1963 tentang pengangkatan Soekarno sebagai
Presiden seumur hidup.
3. Pembubaran DPR hasil pemilu oleh presiden.
4. Pengangkatan ketua DPRGR/MPRS menjadi menteri negara oleh presiden
dan penyelewengan lain dalam pelaksanaan pemerintahan.

Dalam demokrasi terpimpin jika terjadi ketidakmufakatan dalam sidang


legislatif, maka permasalahan itu diserahkan kepada presiden sebagai pemimpin
besar revolusi untuk dapat diputuskan. Akhirnya orde lama jatuh setelah terjadi
peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965 dengan diikuti krisis ekonomi yang cukup
parah.

2. Orde Baru (1966-1998)


Berdasarkan pengalaman orde lama, pemerintahan orde baru berupaya
menciptakan stabilitas politik dan keamanan untuk menjalankan pemerintahannya.
Orde baru berpendapat bahwa orde lama terlalu longgar dalam pendirian partai
politik sehingga berakibat lemahnya stabilitas pertahanan dan keamanan negara.
Stabilitas politik dan keamanan yang diciptakan justru mengekang kelompok-
kelompok kepentingan dan partai politik lain yang menginginkan perubahan
demokrasi. Media massa dan rakyat selalu di bayang-bayangi  ketakutan apabila
ingin melancarkan kritik kecuali atas izin pemerintah. Hal ini berakibat
menurunnya mental serta moral bangsa Indonesia, sehingga timbul KKN
(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Karena banyak KKN yang terjadi, rasa percaya
rakyat kepada pemerintah pun hilang, sehingga terjadi unjuk rasa yang di pelopori
oleh mahasiswa.
Pada akhir masa orde baru timbul krisis ekonomi yang cukup parah. Hal ini
menimbulkan gerakan massa rakyat yang menuntut diadakannya reformasi di
segala bidang. Rezim orde baru akhirnya jatuh dengan mundurnya Soeharto,
selanjutnya kekuasaan di serahkan kepada B. J. Habibie yang pada waktu itu
menjabat sebagai wakil presiden.

3. Reformasi (1998-sekarang)
Kepemimpinan B. J. Habibie dinilai melanjutkan orde baru sehingga tidak
mendapat legitimasi dari rakyat dan kepemimpinannya tidak dapat dipertahankan.
Pada pemilu tahun 1999 muncul K. H. Abdurrahman Wahid sebagai presiden RI
yang ke-4, yang terpilih secara demokratis di parlemen. Dalam menjalankan
pemerintahannya, Abdurrahman Wahid membuat beberapa kebijaksanaan dan
tindakan yang kurang sejalan dengan proses demokratisas, maka pemerintahan
sipilnya terpaksa tersingkir oleh sidang istimewa MPR. Selanjutnya pimpinan RI
beralih ke tangan Megawati Soekarnoputri yang pada waktu itu menjabat sebagai
wakil presiden. Ketidakpuasan rakyat akan pemerintahan presiden ke-5 RI ini
kembali timbul sehingga hampir saja terjadi krisis kepemimpinan.
Pada 2004 dilaksanakan pemilihan umum yang dipilih secara langsung oleh
rakyat. Pemilu ini menempatkan pasangan Soesilo bambang Yudhoyono (SBY)
dan Jusuf  Kalla sebagai presiden dan wakil presiden. Presiden Soesilo Bambang
Yudhoyono mempunyai komitmen untuk melaksanakan demokrasi secara nyata
sehingga terwujud masyarakat yang sejahtera seperti yang di ungkapkannya pada
pidato kenegaraannya. Setelah masa kepemimpinan SBY-JK berakhir, diadakan
pemilihan umum kembali secara langsung pada tahun 2009, dan akhirnya
pasangan Soesilo Bambang Yudhoyono-Boediono terpilih sebagai presiden dan
wakil presiden dengan masa jabatan 2009-2014.
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia pada masa orde baru dan masa reformasi
mengklaim memakai sistem demokrasi pancasila. Demokrasi pancasila bukanlah
demokrasi yang berdasarkan kekuasaan mayoritas. Dalam demokrasi pancasila,
tidak ada satu pun golongan yang boleh semaunya mempertahankan atau
memaksakan pendiriannya sendiri. Demorasi pancasila berbeda dengan demokrasi
liberal yang mengutamakan suara mayoritas dalam mengambil suatu keputusan
ataupun demokrasi terpimpin yang mengutamakan pemimpin dalam mengambil
keputusan.
Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, jadi
demokrasi pancasila adalah demokrasi yang dijiwai oleh sila kerakyatan yang di
pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang
berketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

https://www.kompasiana.com/josephineirene/59f348a5b3f5ca11ad025003/demokrasi-
di-indonesia-dulu-hingga-kini?page=all

Anda mungkin juga menyukai