Anda di halaman 1dari 115

ANALISIS KESESUAIAN SYARIAH TERHADAP POLIS

ASURANSI JIWA UNIT LINK SYARIAH PADA PT


PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

ASRI HAMDI FAUZIAH


11140460000064

HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA

1439 H / 2018 M
ABSTRAK

Asri Hamdi Fauziah. NIM 11140460000064. ANALISIS KESESUAIAN


SYARIAH TERHADAP POLIS ASURANSI JIWA UNIT LINK SYARIAH
PADA PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE JAKARTA. Program Studi
Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H/2018 M. x + 97 halaman 18 halaman
lampiran.
Studi ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian syariah terhadap
berbagai ketentuan yang diatur di dalam polis asuransi jiwa unit link pada PT
Prudential Life Assurance Jakarta, yaitu dari perspektif Fatwa DSN-MUI dan
POJK. Analisis kesesuaian syariah terhadap polis bertujuan untuk memperjelas
pembagian porsi dan pengelolaan pada iuran tabarru’ dan iuran investasi yang
dilakukan oleh perusahaan, melihat kelengkapan objek pada akad wakalah bil
ujrah dan menjelaskan status ujrah akuisisi yang dibebankan kepada pemegang
polis atau peserta. Dalam ketentuan Fatwa DSN-MUI dan POJK telah diatur
mengenai pemisahan pengalokasian pada dana tabarru’ dan investasi peserta serta
objek akad wakalah bil ujrah, namun kedua peraturan tersebut tidak ada yang
mengatur tentang ujrah akuisisi. Jika dibandingkan antara ketentuan Fatwa DSN-
MUI dan POJK dengan ketentuan tertulis pada polis asuransi, maka terdapat
beberapa hal yang tidak sesuai pada penerapan ketiga masalah tersebut.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan
jenis pendekatan yuridis empiris, yaitu dengan melakukan pengkajian terhadap
Fatwa DSN-MUI dan POJK tentang asuransi syariah. Pada penelitian ini, peneliti
mengkaji dokumen PT Prudential berupa polis asuransi jiwa unit link syariah
dengan melakukan analisis perbandingan terhadap Fatwa DSN-MUI dan POJK
tentang asuransi syariah.
Hasil penelitian di lapangan menunjukan bahwa untuk ketentuan objek
akad wakalah bil ujrah telah sesuai dengan ketentuan Fatwa dan POJK. Namun
setelah dibandingkan antara hasil wawancara dengan Fatwa DSN-MUI dan POJK,
hasil penelitian menunjukan bahwa pada pegelolaan dana tabarru’ dan dana
investasi peserta tidak sesuai dengan ketentuan syariah dengan mengandung unsur
gharar, hal tersebut disebabkan, karena kegiatan asuransi ini lebih terlihat seperti
kegiatan investasi bukan kegiatan asuransi. Kemudian untuk ketentuan ujrah
akuisisi, peneliti berkesimpulan bahwa hal tersebut terlalu membebankan peserta,
yaitu dengan membebankan porsi yang sangat besar pada dua tahun pertama.
Selain itu, terdapat unsur gharar, karena terdapat fasilitas yang menjadi bagian
ujrah akuisisi, namun peserta tidak mendapatkannya, sedangkan pembebanan
ujrah akuisisi tidak adil jika dilakuka hingga tahun ke 5 polis.

Kata Kunci: unit link, iuran tabarru’ dan investasi, ujrah akuisisi.

Pembimbing : A.M. Hasan Ali, M.A.


Daftar Pustaka : 2004 s.d. 2017.

v
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, peneliti panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, dan kepada ummatnya yang senantiasa melaksanakan segala

urnakan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dalam
i Fakultas Syariah dan Hukum.
eneliti untuk mengikuti studi di fakultas

3. A.M. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi
Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta sekaligus Pembimbing skripsi yang telah
memberikan dorongan dan mengarahkan kepada peneliti untuk
menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
4. Dr. Hasanudin, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing akademik yang telah
mengarahkan peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

vi
5. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu
yang bermanfaat kepada peneliti selama perkuliahan berlangsung.
6. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
7. Arief Hidayatullah, selaku Konsultan Asuransi Syariah pada Perusahaan
Asuransi Prudential yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan
penelitian terhadap polis ini.
8. Keluarga, saudara, dan teman-teman semua yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah mem
Peneliti sangat menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penelitian analisis keses
semua pihak.

Asri Hamdi Fauziah

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN COVER
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSIiv
ABSTRAKv
KATA PENGANTARvi
DAFTAR ISIvii
DAFTAR GAMBARx

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian1
Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah7
Tujuan dan Manfaat Penelitian8
Metode Penulisan Skripsi9
Kerangka Teori dan Konseptual9
Sistematika Penulisan14

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Kesesuaian Syariah..................................................................................16
B. Asuransi Jiwa...........................................................................................21
C. Polis Asuransi...........................................................................................25
D. Unit link....................................................................................................26
E. Review Studi Terdahulu...........................................................................31

BAB III METODE PENELITIAN


A. Metode Penelitian.....................................................................................35
B. Profil Perusahaan.....................................................................................37

viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Unit Link di Prudential Syariah Indonesia...............................................40
B. Kontribusi Top Up pada Asuransi Jiwa Unit Link Prudential
Syariah......................................................................................................43
C. Akad Wakalah Bil Ujrah pada Asuransi Jiwa Unit Link
Prudential Syariah....................................................................................44
D. Ujrah Akuisisi pada Asuransi Jiwa Unit Link
Prudential Syariah....................................................................................45
E. Pengelolaan Dana Tabarru’ dan Investasi pada Asuransi Jiwa
Unit Link Prudential Syariah....................................................................46
F. Simpulan Hasil Wawancara................................................53
G. Analisis perbandingan Fatwa DSN-MUI, POJK, dan Polis Asuransi
Jiwa Unit Link syariah.............................................................................55
H. Simpulan dari Hasil Perbandingan antara Fatwa, POJK, dan Polis.........94

BAB V PENUTUP
A. Simpulan 96
B. Saran 97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

KERANGKA KONSEPTUAL
DAFTAR TABEL
Tabel Statistik Laporan Triwulan OJK
Tabel Analisis Perbandingan Fatwa DSN-MUI, POJK, dan Polis Asuransi
Jiwa Unit Link Syariah

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Asuransi merupakan sebuah sistem untuk mengurangi risiko kerugian
baik dalam bentuk finansial maupun jiwa. Pada dasarnya lembaga asuransi
akan menawarkan suatu perlindungan atau proteksi untuk masa yang akan
Dengan demikian, hadirnya lembaga asuransi merupakan bentuk solusi yang dibutuhkan oleh masyarakat.
sia. Sehingga terjadinya berbagai risiko tersebut membutuhkan persiapan dana sejak dini guna meminimalisir tingkat kerug
arakat terhadap agama semakin tinggi, baik dalam hal ibadah maupun muamalah. Kesadaran masyarakat terhadap muama

Maraknya berbagai lembaga ekonomi syariah di Indonesia saat ini


merupakan fenomena menarik dalam perkembangan dunia perekonomian dan
bisnis. Dalam perkembangannya, muncul salah satu lembaga ekonomi syariah
yaitu asuransi syariah. Kehadirannya merupakan alternatif bagi masyarakat
muslim saat ini yang sangat sensitif terhadap ajaran keagamaan bagi seluruh
aspek kehidupan terutama dalam aspek ekonomi.
Sejak kehadirannya, pertumbuhan asuransi syariah di Indonesia sangat
baik. Hal tersebut terlihat dari banyaknya minat masyarakat yang menjadi
peserta dari berbagai perusahaan asuransi syariah. Hal menarik yaitu terdapat

1
2

berbagai kalangan masyarakat yang menjadi peserta asuransi syariah,


sehingga tidak hanya masyarakat muslim, melainkan masyarakat non muslim
yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Fenomena di atas mencerminkan bahwa kegiatan asuransi syariah
memiliki sifat universal yang diiringi dengan prinsip saling tolong menolong,
bekerja sama, dan saling menanggung di antara sesama peserta saat
mengalami kesulitan, dengan tidak melihat perbedaan agama diantara para
peserta asuransi.
Melihat perkembangan yang kian pesat, maka berbagai perusahaan asuransi di Indonesia mulai mengelua
Seiring dengan perkembangan dunia asuransi syariah, maka muncul salah satu produk terbaru dari asuran
Tujuan produk unit link yaitu memberikan alternatif bagi para
pemegang polis untuk dapat dengan mudah mengakses investasi mereka dan

mempunyai keunggulan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan biaya


yang disiapkan. Sebenarnya produk semacam ini telah diperkenalkan di
Inggris pada tahun 1960 an dan di Amerika Serikat yang diperkenalkan pada

1
Rusyati dan Abdul Ghafur Anshori, “Pelaksanaan Akad Wakalah Bil Ujrah dalam
Asuransi Jiwa Syariah di PT Prudential Life Assurance BNJ Agency Banjarmasin”, (Jurusan
Kenotariatan : tesis Universitas Gajah Mada, 2015), h., 3, t.d.
tahun 1970 an. Selanjutnya mulai berkembang pada berbagai Negara seperti
Jepang, Hongkong, Taiwan, Cina, Indonesia, dan lain sebagainya.2
Melihat perkembangan yang sangat baik pada produk asuransi jiwa unit
link syariah di Indonesia, membuat pertumbuhan pada asuransi jiwa syariah
semakin meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat pada data yang
tercatat oleh OJK tahun 2012—2016 mengenai Laporan Perkembagan
Keuangan Syariah sebagai berikut3:
Jumlah Aset (dalam Investasi (dalam
Tahun
Perusahaan triliun rupiah) triliun rupiah)
2012 20 10,02 9,09
2013 20 12,79 11,54
2014 21 18,08 16,4
2015 24 21,73 19,60
2016 27 27,08 24,57

Sumber: Data Statistik dari OJK

Adapununtuklaporanperkembanganpadatahun2017yang menjelaskan tentang laporan Triwulan II dan Laporan Triwulan IV


pertumbuhan, aset dan investasi pada asuransi jiwa syariah, sebagai berikut4:

Jumlah Aset (dalam Investasi (dalam


Tahun
Perusahaan triliun rupiah) triliun rupiah)
Triwulan III 2017 - 31,32 28,78
Triwulan IV 2017 63 33,48 30,42
Sumber: Data Statistik dari OJK

2
Pungky Jati Aji Suprabawa, “Asuransi Jiwa (Study Tentang Pelaksanaan Link
Assurance di PT. Prudential Life Surakarta)”, (Jurusan Ilmu Hukum : skripsi Universitas
Muhamadiyah Surakarta, 2010), h., 6, t.d.
3
www.ojk.go.id, Laporan Perkembangan Keuangan Syariah 2016, h. 108—109.
4
www.ojk.go.id, Laporan Triwulan IV 2017, h. 121.
Dari pemaparan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
perkembangan asuransi jiwa syariah mengalami perkembangan setiap tahun
nya. Hal tersebut terlihat dari jumlah perusahaan, perkembangan jumlah aset
dan investasi yang terus mengalami perkembangan.
Berdasarkan data perkembangan di atas, dapat disimpulkan bahwa
produk unit link syariah pada asuransi jiwa menghadapi berbagai tantangan.
Diantaranya yaitu penyesuaian budaya perusahaan, sumber daya manusia
yang paham dengan berbagai konsep syariah dalam mekanisme operasionalnya, sosialisasi terhadap masy
Dengan berbagai tantangan tersebut, maka lembaga asuransi syariah dituntut untuk bekerja secara efekti
Saat ini terjadinya berbagai masalah pada kegiatan asuransi syariah disebabkan oleh peserta yang malas u
mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup seputar produk unit link,

yang terbilang produk asuransi baru. Yang lebih buruknya, hal tersebut
disertai dengan pemberian pemahaman yang kurang dari agen asuransi dan
penggunaan berbagai istilah yang sulit difahami oleh peserta pada berbagai
ketentuan di dalam polis asuransi syariah.5
Masalah tentang ketidakfahaman peserta terhadap isi polis,
menyebabkan berbagai kesalahfahaman ketika peserta ingin mengajukan

5
Isro Subadri, Guru, Interview Pribadi, Depok, 8 November 2017.
klaim terhadap perusahaan asuransi syariah dan ketika peserta ingin
memutuskan perjanjian sebelum masa akhir pertanggungan. Ketidakfahaman
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diatarana yaitu penjelasan yang
tidak rinci oleh agen asuransi sejak awal kesepakatan, tidak diberikannya
kesempatan bagi peserta untuk mempelajari isi polis, dan malasnya peserta
dalam membaca ketentuan isi polis.6
Mengenai klaim asuransi, banyak peserta saat ini yang mengeluhkan
njadi ragu dengan nilai-nilai syariah yang diterapkan pada perusahaan asuransi syariah.
erta semakin malas untuk membaca ketentuan polis dan membuat peserta semakin tidak memahami mekanisme operasion
butkan secara rinci sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam Fatwa DSN-MUI dan POJK. Hal tersebut akan menimbulkan

Selain ketentuan objek akad yang tidak lengkap, masalah kedua yaitu
tentang ketentuan ujrah akuisisi. Menurut peneliti perlu diadakan penelitian
lebih lanjut mengenai ujrah akuisisi, karena melihat bahwa ketentuan ujrah
tersebut tidak diatur baik oleh Fatwa DSN-MUI maupun POJK, dan jika tidak
diaplikasikan dengan baik dan benar, maka akan menimbulkan unsur gharar
pada akad asuransi syariah.

6
http://m.liputan6.com/bisnis/read/3113239/tips-beli-polis-asuransi-agar-tidak-tertipu-
agen, 30 September 2017.
Masalah terakhir yaitu pada pembagian porsi dana tabarru’ dan dana
investasi, karena diduga terdapat porsi yang tidak seimbang antara porsi dana
tabarru’, dana investasi dan ujrah bagi perusahaan, sekaligus dalam hal
pemisahan pengelolaan dana tabarru’ dan investasi. Pengelolaan dan
pemisahan kedua dana tersebut menjadi inti dari kegiatan asuransi syariah
terutama dalam produk unit link yang mengandung unsur tabarru’ dan unsur
saving.
Didasari oleh latar belakang yang telah disebutkan, peneliti merasa perlu dan tertarik untuk menganalisis
Penelitian ini akan meneruskan dan melengkapi dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian tentang Asura
Penelitian sebelumnya hanya membahas tentang perbandingan pengelolaan dana tabarru’, administrasi,
DSN-MUI, UU maupun PMK.

Pada penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pada analisis


kesesuaian syariah yang akan dilihat dari ketentuan Fatwa DSN-MUI dan
POJK terhadap ketentuan objek akad wakalah bil ujrah, pengelolaan dana
tabarru’, yang termasuk di dalamnya yaitu tentang pembagian porsi untuk
iuran tabarru’ dan pengelolaan dana investasi, serta ketentuan tentang ujrah
akuisisi pada polis asuransi jiwa unit link syariah PT Prudential Jakarta.
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Masalah tentang ketidakfahaman peserta terhadap isi polis
menimbulkan berbagai masalah yang timbul terkait kesesuaian mekanisme
operasional dari kegiatan asuransi jiwa unit link syariah terhadap berbagai
peraturan yang mengatur tentang asuransi syariah. Oleh karena itu, akan
dikumpulkan berbagai penyebab terjadinya masalah tersebut yang pada
gilirannya nanti akan diteliti sesuai dengan batasan kemampuan peneliti. Masalah yang dapat diidentifika
Tidak diberikannya kesempatan terhadap peserta untuk mempelajari isi polis.
Ketidakfahaman peserta asuransi jiwa unit link syariah terhadap isi polis karena penggunaan bahasa yang
Terdapat ketidakjelasan porsi persentase untuk berbagai macam ujrah
yang disebutkan pada bab ujrah.
Terdapat kerancuan terhadap jumlah pembagian porsi dana tabarru’
pada isi polis.
Terdapat ketidakjelasan mengenai penerapan objek dari akad wakalah bil ujrah.
Terdapat ketidakjelasan mengenai pengelolaan dana tabarru’ dan dana investasi peserta asuransi.
Terdapat ketidakjelasan terhadap penerapanujrah akuisisiyang
menjadi beban pemegang polis atau peserta.

2. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, peneliti
membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembahasannya akan
lebih jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Dalam
penelitian ini, peneliti hanya akan membatasi penelitiannya pada polis
asuransi jiwa unit link syariah Prudential Jakarta sebagai objek dari
penelitian. Adapun masalah yang akan diteliti yaitu tentang ketentuan
objek akad wakalah bil ujrah, pengelolaan dana tabarru’, yang termasuk
di dalamnya yaitu tentang pembagian porsi untuk iuran tabarru’, dan
pengelolaan dana investasi, serta ketentuan tentang ujrah akuisisi yang
terdapat pada isi polis yang bersangkutan.

3. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah
ulis di atas, maka peneliti merumuskan masalahnya yaitu kesesuaian syariah terhadap polis asuransi jiwa unit link syariah Pr
dasarkan rumusan masalah tersebut penulis menguraikannya dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
akah penerapan objek akad wakalah bil ujrah dalam polis telah memenuhi kriteria yang disebutkan di dalam Fatwa DSN-MU
aimana pengelolaan dana tabarru’ dan dana investasi dalam mekanisme operasional asuransi jiwa unit link syariah?
aimana ketentuan tentang ujrah akuisisi?

Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kesesuaian penerapan objek akad wakalah bil ujrah
pada polis terhadap Fatwa DSN-MUI dan POJK.

b. Untuk mengetahui pengelolaan dana tabarru’, yang termasuk di


dalamnya tentang pembagian porsi untuk iuran tabarru’, dan
pengelolaan dana investasi dalam mekanisme operasional asuransi jiwa
unit link syariah.
c. Untuk mengetahui ketentuan mengenai ujrah akuisisi.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut :
a. Akademisi
Menambah khazanah pengetahuan, melengkapi, dan memberikan
informasi terkait tinjauan hukum terhadap isi polis pada asuransi jiwa unit
link syariah Prudential Jakarta.
b. Praktisi
an dan motivasi kepada praktisi dalam mengevaluasi tinjauan hukum terhadap isi polis pada asuransi jiwa unit link syariah

uan para peserta asuransi syariah, khususnya peserta asuransi jiwa unit link syariah dalam memahami ketentuan yang terte

an memberikan informasi mengenai isi polis pada asuransi jiwa unit link syariah Prudential Jakarta.

D. Metode Penulisan Skripsi


Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti mengacu kepada Buku
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.

E. Kerangka Teori dan Konseptual


1. Kerangka Teori
Sistem hukum nasional berasal dari nilai-nilai The Living Law yang
menyebabkan masyarakat berharap bahwa nilai-nilai hukum Islam tidak
hanya masuk ke dalam hukum nasional, akan tetapi menjadi bagian
penting dalam sistem hukum yang dibangun. Salah satunya yaitu sistem
hukum ekonomi syariah.7
Maqashid syariah menduduki posisi yang sangat penting dalam
merumuskan ekonomi syariah dan pembentukan regulasi keuangan
syariah. Tanpa maqashid syariah, maka regulasi seperti Fatwa akan
kehilangan substansi kesyariahannya, karena dengan maqashid maka
hukum akan bersifat fleksibel sesuai dengan perkembangan zaman.8
Menurut Asy-syatibi maslahat adalah bagian dari konteks maqashid. Beliau mengatakan bahwa tujuan uta
Penjelasan di atas menegaskan bahwa kedudukan Fatwa sangat penting dalam mendudukan status kesya
Fatwa menjadi landasan dalam pembuatan hukum perundang- undangan, sehingga meskipun bukan meru
ekonomi syariah, Fatwa dijadikan sebagai dasar hukum dan dasar untuk

memutus.

7
Andi Fariana, “Urgensi Fatwa MUI dalam Pembangunan Sistem Hukum Ekonomi Islam
di Indonesia”, Jurnal Al Ahkam, (juni 2017), h. 95.
8
http://sofyanhotel.com/workshop-eksekutif-aplikasi-maqashid-syariah-pada-ekonomi-
keuangan-perbankan-syariah-10-11-juni-2015-di-jakarta, 5 Juni 2018.
9
Galuh Nashrullah Kartika Mayangsari R. dan H. Hasni Noor, “Konsep Maqashid
Syariah dalam Menentukan Hukum Islam (Perspektif Al-Syatibi dan Jasser Auda)”, Jurnal Al
Iqtishadiyah, (Desember 2014), h. 53.
Jika ditelusuri lebih lanjut perihal pemberlakuan hukum Islam di
Indonesia, terdapat satu teori, yaitu teori eksistensi yang dikemukakan oleh
H. Ictijanto S.A., yang merupakan seorang dosen pengajar mata kuliah
Kapita Selekta Hukum Islam dan Sejarah Hukum Islam pada Fakultas
Pascasarjana Universitas Indonesia.10
Menurut teori eksistensi, bahwa adanya hukum Islam di dalam hukum
nasional. Sehingga keberadaan hukum Islam di dalam hukum nasional,
merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah. Bahkan lebih dari itu, hukum Islam merupakan un
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hukum nasional Indonesia
Menurut Pasal 1 angka 2 UU No. 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, bahwa
Fatwa MUI bukan hukum Negara yang bisa dipaksakan, tidak
memiliki sanksi, dan harus ditaati oleh seluruh warga Negara, karena

hadirnya Fatwa atas dasar kebutuhan dan didukung oleh masyarakat.


Sehingga Fatwa MUI bertugas dan berwenang untuk memastikan

10
A. Rahmat Rosyadi dan H.M. Rais Ahmad, Formalisasi Syariat Islam dalam Perspektif
Tata Hukum Indonesia, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2006), h. 87.
11
Mustofa dan Abdul Wahid, Hukum Islam Kontemporer (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
h. 150.
12
A. Kusmedi Ja‟far, “Teori-teori Pemberlakuan Hukum Islam”, Jurnal Hukum dan
Ekonomi Islam, (Juni 2012), h. 5.
kesesuaian syariah terhadap produk ekonomi yang telah diatur oleh
peraturan perundang-undangan.13
Melihat tujuan Fatwa MUI yang harus ditaati oleh seluruh masyarakat,
maka Fatwa perlu di transformasikan ke dalam peraturan perundang-
undangan agar Fatwa bersifat mengikat dan ditaati oleh seluruh pelaku
bisnis syariah.14 Oleh karena itu, Fatwa MUI merupakan solusi yang
dianggap mampu memberikan pedoman dan rujukan. Selain itu, bahwa
Fatwa menjadi substansi dalam berbagai produk perundang-undangan, sehingga Fatwa menjadi materi da
Dapat disimpulkan bahwa Fatwa DSN-MUI bukan merupakan suatu bentuk peraturan sebagaimana hierar
tentang asuransi syariah.

13
Andi Fariana, “Urgensi Fatwa MUI dalam Pengembangan Sistem Hukum Ekonomi
Islam di Indonesia”, Jurnal Hukum dan Pranata Sosial, Vol. 12, (Juni 2013), h. 99—100.
14
Ibid., h. 100.
15
Ibid., h. 102.
aaaaa
Analisis Kesesuaian Syariah terhadap Polis Asuransi Jiwa Unit Link Syariah

Wawancara

Peserta Asuransi Syariah Pegawai


Konsultan dan Agen Prudential (Call Center) Prudential Syariah
Syariah

Analisis Hasil Wawancara dan Simpulan

Analisis Perbandingan

POJK No. 23 Polis Asuransi Jiwa


Fatwa DSN-MUI Unit Link Syariah
Tahun 2015, No.
No. 52 Tahun Prudential
69 Tahun 2016,
2006 dan No. 53
dan No. 72 Tahun
Tahun 2006
2016

Simpulan
Kerangka konseptual tersebut menjelaskan bahwa, dalam penelitian
ini, masalah yang akan dibahas yaitu mengenai analisis kesesuaian syariah
terhadap isi polis asuransi jiwa unit link syariah pada PT Prudential Life
Assurance Jakarta. Langkah selanjutnya yaitu dengan mewawancarai
peserta asuransi syariah, konsultan, agen, dan pegawai (call center)
Prudential syariah. Setelah peneliti mendapatkan data berdasarkan hasil
wawancara, kemudian peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan
ketentuan Fatwa DSN-MUI dan POJK.
Tahap kedua yaitu, setelah peneliti mendapatkan simpulan dari hasil wawancara, kemudian peneliti mem
Perbandingan tersebut bertujuan untuk mendukung hasil wawancara sebelumnya, memperkuat hukum y
Tahap terakhir yaitu, setelah menganalisis hasil wawancara dan membandingkan antara ketentuan Fatwa
tiga persoalan yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini.

F. Sistematika
Penulisan BAB I
Pendahuluan
Pada bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi, pembatasan,
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penulisan
skripsi, kerangkan konseptual yang bertujuan untuk memberikan pemahaman
terhadap alur penelitian ini, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Pada bab ini diawali dengan pemaparan teori-teori yang berkaitan dengan
penelitian agar tidak terjadi kerancuan pemahaman terhadap istilah-istilah dan
teori yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti teori kesesuaian syariah,
teori asuransi jiwa, teori polis asuransi, teori unit link.
Bagian kedua pada bab ini yaitu pemaparan tentang studi review
terdahulu yang bertujuan untuk melihat hasil penelitian terdahulu yang
pembahasannya sama dengan penelitian ini dan untuk mencari perbedaan
pada masalah yang diangkat.

e yang digunakan sehubungan dengan penelitian ini, yaitu terdiri dari jenis penelitian, jenis pendekatan, jenis data, respond
g terdiri dari perkembangan perusahaan, misi dan kredo perusahaan, berbagai produk yang dimiliki oleh perusahaan asuran

B IV Hasil Penelitian dan Pembahasan


da bagian awal bab ini yaitu mengenai analisis terhadap hasil wawancara terhadap konsultan, agen, dan call center Prudenti

untuk bagian kedua terdiri dari tabel perbandingan antara ketentuan Fatwa
DSN-MUI No 53 Tahun 2006 Tentang Akad Tabarru’ dan Fatwa No. 52
Tahun 2006 Tentang Akad Wakalah Bil Ujrah, beberapa peraturan OJK
terkait, dan Polis asuransi jiwa unit link syariah.

BAB V Penutup
Pada bab ini terdiri dari Simpulan dan Saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kesesuaian Syariah
Kesesuaian syariah merupakan sebuah pernyataan tertulis yang
dikeluarkan oleh DSN-MUI terhadap suatu kegiatan ekonomi, bahwa
kegiatan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Pernyataan
an ketentuan Fatwa.
n lainnya. Kedua, produk tersebut sesuai dengan akad syariah, sebagaimana yang telah diatur oleh Fatwa DSN-MUI. Dengan
pa

perusahaan asuransi syariah yang masih keliru dalam penerapan berbagai


ketentuan yang diatur oleh Fatwa DSN-MUI maupun POJK tentang asuransi
syariah.
Hadirnya Fatwa DSN-MUI tentang asuransi syariah, untuk
mempertimbangkan kegiatan asuransi yang telah ada sebelumnya karena
tidak sesuai dengan prinsip syariah, dan untuk menciptakan suatu

1
http://m.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/18/04/03/p6m3h4416-
konsultasi-syariah-parameter-kesesuaian-syariah, 03 April 2018.

16
17

kemaslahatan dalam kehidupan di dunia dan di akhirat yang terangkum dalam


al maqashid syari’ah.2
Acuan Fatwa dalam memberikan pernyataan kesesuaian syariah
terhadap kegiatan asuransi adalah pada ayat Al qur‟an dan hadist sebagai
berikut:

‫َعَلى ا ِإل ِْث م َواْلُع ْ َد وا ِن َش ِدْي ُد اْلِ َع قا ِب‬ ‫َعلَى البِِّر‬ ‫َو َت‬
‫َوالت‬ ‫َوالت‬ ‫َ عا َ و ُ ن‬
‫ّ ُ ْق وا اهلل إِ َّن اهلل‬ ‫وَل َت عاَ و ُن‬
َ َ ‫ّ ْ َق وى‬

Artinya: “… tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan


dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
(QS AL Maidah: 2).
Ayat tersebut memuat perintah untuk saling tolong menolong diantara
sesama manusia. Dengan perintah tersebut, terlihat dalam kegiatan asuransi
syariah dimana para peserta diwajibkan untuk memberikan dana hibah berupa
iuran tabarru’ yang akan dikumpulkan dalam suatu rekening khusus yang
akan digunakan untuk menolong peserta lain yang mengalami musibah.

ِ ِ
‫ص يبٍَ ة اََّل بِإ ْذ ِن اهلل‬ ِ
ْ ‫َما اَ َب م ْن ُم‬
‫َصا‬

Artinya: “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang


kecuali dengan izin Allah …” (QS At Taghabun: 11).

‫وما‬
َ َ‫ث وي عَل م ما فِي ٌ سَ ما ُ ب َغً دا‬
َ ُ َْ َ َ ‫ِ ْع ل ُم ال َّسا‬ ِ ‫إِ َّن اهلل‬
‫َذا َتْ ك‬ ‫ْع ن‬
‫وما َت ْ ِد ر ْي نَ ْ ف‬ ِ
َ َ ‫ْا َلَْ َر حام‬ ‫َعِ ة َوُي ن َ ّ ُز ل اْلَْغي‬
‫ِس‬ ‫َدُه‬

‫س ٍض ت م و َ َخبِْي ٌ ر‬
ْ َُ ٌ ‫تَْ دِر ْي نَ ْف‬
‫ِبَا ِّي ُت إِ َّن اهلل ع ْلِ ي‬
‫ٌم‬ ‫َْا ر‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisiNya sajalah pengetahuan


tentang hari kiamat, dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa
18

yang ada di dalam rahim. Dan tidak seorangpun yang dapat mengetahui
dengan pasti apa yang kan diusahakan besok; dan tidak seorangpun yang

2
Mustofa dan Abdul Wahid, Hukum Islam Kontemporer (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
h. 6.
dapat menggetahui di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah maha
mengetahui lagi maha mengenal.” (QS Luqman: 34).
Menurut penjelasan yang terkandung di dalam tafsir Ibn. Katsir, surat
At-Taghabun ayat 11, Ibn. Abbas mengatakan bahwa ayat tersebut bermakna
musibah yang akan terjadi dan menimpa manusia adalah atas perintah Allah,
yaitu atas kekuasaan-Nya dan kehendak-Nya.
Pada surat Luqman ayat 34 dijelaskan bahwa, tidak ada seorangpun
yang dapat mengetahui kapan ia akan mati, yaitu dinegerinya atau bahkan di
negeri lain di antara negeri-negeri yang ada. Penafsiran tersebut juga semakna
dengan surat Al-An‟am ayat 59 bahwa hanya di sisi-Nya lah kunci-kunci
semua yang gaib, tidak ada yang mengetahui kecuali Allah semata.3
Menurut kedua penjelasan diatas, bahwa segala musibah yang akan
terjadi dan telah terjadi adalah atas kehendak Allah. Tidak ada seorangpun
yang mengetahui kapan dan dimana musibah akan terjadi. Oleh karena itu, di
era seperti saat ini, yang mana segala sesuatu membutuhkan dana yang besar
terutama pada risiko yang terjadi harus menggunakan suatu metode yang
akan memberikan kemudahan dan ketenangan bagi manusia dalam
menghadapai berbagai risiko tersebut, yaitu dengan ikut serta dalam kegiatan
asuransi syariah.

‫خرى‬ َ ِ
َ ُْ‫ْت ُى َذ ْ ت إْ حَ داُ ىَ ما ال‬ ‫َع ن َابِ ُ َى رْي َ َرة (رض) َقا‬
ْ
َ
‫ب َح َجٍ ر فَ َقتَ ْلت ََا‬ ِ ِ ِ
‫ ِإْق َتَت َ ل ْإ َم راَتا ن ٍْي ل َف َ َرم‬:‫َل‬ ‫ْي‬
‫ِ م ْن‬

‫َعلَْيِ و‬ َ‫َصلَ َعلَْيِ و و َُ سُْول َصل‬ ْ ‫وما فِي َب‬


َ
‫م وا‬ْ ُ ‫طنَِ َا َفا َص‬ َ َ
‫َو‬ ‫ض اهلل َر ى اهلل‬ ‫ى اهلل‬ ‫إَِلى‬
‫َس ل‬ َ‫ْخت‬
‫َس ل‬ ‫ى‬ ‫الن‬
‫ّ َم ف َ ق‬ ‫ّبِ ِّي‬
:‫ّ َ م‬

‫َ َم ع َُ ْم‬ ‫ع‬ ِ ِِ ِ ‫َا َّن‬


َ ‫َج ْني َن َا َ ْع ب َ َ َضى ِب د َ َ َو َوَل‬
َّ َ ‫عل اقَِلتَِ َا‬
‫و ر ث َ َ ا َ د َى ا م‬ َ ‫م رَاِة‬
ِ
‫َُغّرٌة ٌد ْاَ و و ْلي و َيِة اْل‬
‫دي‬
‫ى‬ ْ َ ‫ة‬
ْ ‫َو‬ ‫َدٌة َق‬
‫ن‬
‫وَل‬
‫وَل َأ َك َل َ َ‬ ‫َ ش ِر َ ب َ َ‬ ‫َح َم ُل اْب ُن‬
‫َ ف ُي‬ ‫ف َ قا َل‬
‫وَل ا ْست َ َ َّل‬
‫ط َق َ َ‬
‫َن َ‬
‫الن َْ‬
‫غُرمَ م ْن‬
‫ََل‬ ‫و ل اهلل‬ ‫ّابِ َِغ ة ال َُ َذِل ي‪َ :‬يا َ ر ُ ْس َ‬
‫َ ْك ي‬

‫ِم ن إ خ واا ِ مْ ن أْ جِ ل‬ ‫َفِ مْثُ ل َ ذِل َك ُي َ‬


‫ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫َو َ‬ ‫ط ل ُ سُْول َصَل َ‬
‫َسل ى ِن الُ ك ََّا ِن‬ ‫ف َ قا َل اهلل َر ى اهلل َع لْ ي‬
‫َذا‬ ‫و‬
‫ّ َ م‪:‬‬
‫إن‬
‫َّ ما‬

‫س ج َع َْليِ و)‬ ‫ِِ‬


‫َس ْج ع و َ َ‬
‫َع‬ ‫ال‬
‫ُ( مت‬ ‫ّ ِذي‬
‫ّ َ ف ٌق‬

‫‪3‬‬
‫‪Ibn. Katsir, Tafisr Ibn. Katsir.‬‬
Artinya: “Abu Hurairah r.a. menyampaikan, “Dua orang perempuan
dari suku Hudzail bertengkar. Salah seorang melempar yang lain dengan batu
sehingga ia dan anaknya masih ada dalam kandungannya mati. Keluarga
korban lalu mengadukan hal ini kepada Rasulullah saw. Beliau memutuskan,
bahwa denda janin dalam perut harus dibayar dengan memerdekakan seorang
budak laki-laki atau perempuan, dan denda perempuan yang dibunuh
diberikan kepada ashabah yang diwariskan kepada anak-anak dan ahli waris
mereka. Hamal bin an-Nabighah al-Hudzaili lalu berkata, wahai Rasulullah, bagaimana mungkin ada denda
Hadist tersebut menjelaskan tentang tradisi aqilah yang diterapkan pada masa jahiliyah. Tradisi tersebut d
Menurut M. Muhsin Khan, bahwa ide pokok dari aqilah adalah suku arab zaman dahulu harus siap untuk b
bentuk perlindungan finansial untuk pewaris atas kematian korban yang tidak

diharapkan.5

‫ُ َكر ِب‬
ِ ُ ‫م ن َ ُم‬ ‫َو‬ َ َ‫َع ْن َابِ ُ َى رْي َ َرة َع ِن َصل‬
ْ َ
‫َن ْف ع سل ْك ر م‬ ‫َس ل‬ ‫الن ى اهلل علَْي‬ ) ‫(ر ض‬ ‫ْي‬
ْ
‫ًب ة ْن‬ ‫ِّب ِّي‬
َ ‫َس ْ م‬ ‫ّ َم َقا‬ ‫و‬
‫ن‬
:‫َل‬

‫فِي‬ ‫مع ِسٍ ر ي َع َْليِ و‬ ‫سر‬


َ ّ ُ ‫ة ال ب‬ ‫ِ مْ ن‬
َ ْ ُ َ ‫َ َوم‬
‫دنْ َيا‬ ‫ال‬ ‫عل‬ ‫قَي َي ك‬
َ ‫ْن َي‬
‫سر اهلل‬ ‫ى‬ ‫ا ْ وِ ر‬
َ ّ
‫م م‬
‫ُ ْك ر ًَب ة‬ ‫ل َس‬
ُ ْ‫َن ْ ف َيا دن‬
‫َ ْعُنو‬ ‫اهل‬ ‫ال‬
4
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqlani, Terjemahan Lengkap Bulughul Maram (Jakarta:
Akbarmedia, 2015), h. 320—321.
5
https://www.kompasiana.com/luthfidamanhuri/hadist-yang-dijadikan-landasan-asuransi-
jiwa-syariah, 3 Juni 2018.
ِ ‫م ا كا ن ع‬
‫ون‬ ْ َ َ َ َ ‫َسَت رُه اهلل فِي ال دْن َيا َ ْع و‬ ‫ُم‬ ِ ِ‫واآل‬
َ ‫خرة‬ َ َ
‫ا َل ْع ب ُد فِي‬ ‫واآل ِخ رِة واهلل فِي ن ا َل ْع ب‬ ِ‫وم ن سَت سل‬
ْ ْ َ َ
ُ َ َ َ
ِ‫د‬ ‫ًما‬ ‫ر‬ َ

)‫خ رَ جوُ ُم ْسِل ْم‬ ِ ِ‫أ‬


َ ْ ‫خ ي و (أ‬
ْ
Artinya: “Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, nabi Muhammad
bersabda: “Barang siapa yang melepaskan kesusahan seorang muslim di
antara kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah akan melepaskan
kesusahannya di antara kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barangsiapa
memudahkan orang yang sedang kesulitan, niscaya Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhi
Hadist tersebut dijadikan sebagai landasan dalam kegiatan asuransi syariah, karena dalam kegiatannya as
Allah SWT.

kepada Rasulullah SAW, tentang (untanya): “Apa unta ini saya ikat saja atau
langsung saya bertawakal pada (Allah SWT)?” bersabda Rasulullah SAW:
“Pertama ikatlah unta itu kemudian bertawakalah kepada Allah SWT.” (HR.
at-Turmudzi).7

6
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqlani, Terjemahan Lengkap Bulughul Maram (Jakarta:
Akbarmedia, 2015), h. 404—405.
7
Imam Nawawi, Riyadush Shalihin BAB I Jilid 7 Tentang Keyakinan dan Tawakal.
Hadist tersebut menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan takwa
adalah bukan semata-mata menyerahkan segala urusan kepada Allah tanpa
didampingi dengan usaha. Akan tetapi, takwa adalah usaha yang telah
dilakukan, kemudian menyerahkan segala urusan kepada Allah yang disebut
dengan ikhtiar. Seperti halnya dengan berasuransi, bukan berarti manusia
tidak percaya kepada takdir Allah. Namun dengan ketakwaannya kepada
Allah, maka ia berusaha dengan ikut serta dalam kegiatan asuransi syariah

Asuransi Jiwa
Pengertian Asuransi Jiwa
Asuransi dikelompokkan ke dalam dua bentuk, yaitu asuransi kerugian dan asuransi jiwa. Dalam literatur
Usaha asuransi jiwa syariah menurut UU No. 40 Tahun 2014 yaitu usaha pengelolaan risiko berdasarkan p
kepada peserta atau pihak lain yang berhak pada waktu tertentu yang

diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah ditetapkan dan/atau


didasarkan pada hasil pengelolaan dana.9
Asuransi jiwa merupakan bentuk asuransi yang mempertanggungkan
jiwa seseorang, dimana penanggung berjanji akan membayar sejumlah

8
Amin Suma, Asuransi Syariah & Asuransi Kovensional (Tangerang: Kholam
Publishing, 2006), h. 42—43.
9
UU No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, Pasal 1 Ayat 9.
uang kepada orang yang disebutkan di dalam polis apabila mengalami
risiko kematian atau risiko lainnya sesuai dengan kesepakatan.10
Jasa yang diberikan oleh asuransi jiwa berkaitan erat dengan
ketidakpastian produktivitas ekonomis manusia, seperti kematian, PHK,
dan kemungkinan atas terjadinya cacat. Karena faktor-faktor tersebutlah
banyak orang yang rela untuk membayar premi guna mendapatkan
manfaat dari asuransi jiwa. Manfaat tersebut antara lain, santunan bagi

Plan Dasar Asuransi Jiwa


Secara garis besar plan dasar asuransi jiwa terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
Term Insurance, yaitu plan di mana manfaat akan diberikan apabila peserta meninggal dunia dan dalam k
Endowment Insurance (asuransi dwiguna), yaitu asuransi yang berlaku untuk satu kurun waktu tertentu. T
Whole Life Insurance (asuransi seumur hidup), yaitu menyediakan
penutupan asuransi selama hidupnya tertanggung. Pada plan tersebut

tidak ada batas akhir yang pasti tentang jangka waktu penutupan.12

10
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 309.
11
Martono, Bank & Lembaga Keuangan Lain (Yogyakarta: EKONISIA, 2010), h. 154.
12
Muhamaad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem
Operasional (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 215—216.
3. Sistem Asuransi Jiwa
Asuransi jiwa merupakan salah satu bentuk asuransi yang berkaitan
dengan bahaya dan risiko yang dapat menimpa jiwa seseorang, seperti luka
akibat kecelakaan, sakit, meninggal, atau pensiun. Dari risiko-risiko
tersebut asuransi jiwa memiliki beberapa model yaitu asuransi hidup,
kecelakaan, sosial, dan asuransi sakit.13
Model asuransi jiwa dalam konsep asuransi hidup yaitu merupakan
rikan sejumlah uang kepada peserta atau ahli waris yang telah disepakati sebelumnya, ketika peserta telah mencapai usia t
n, dana haji, dana investasi, dan produk asuransi dana kesejahteraan keluarga.15
rta, namun tidak kurang dari jumlah minimal yang ditentukan oleh perusahaan dengan cara pembayaran secara berkala sel

13
Husain Husain Syahatah, Asuransi dalam Perspktif Syariah (Jakarta: AMZAH, 2006),
h. 5—6.

14
Husain Husain Syahatah, Asuransi dalam Perspktif Syariah, h. 22.
15
Machzumy Ibrahim, Dasar-dasar Asuransi Syariah (Jakarta: PT PP Mardi Maluyo,
t.th.), h. 87.
besarnya tergantung pada usia dan masa perjanjian. Besarnya tabungan
berada pada 0,75%-12%.16
Pada produk dana investasi, setiap kontribusi berkala yang dibayarkan
oleh peserta dibagi ke dalam dua rekening yang terpisah yaitu rekening
tabungan dan rekening tabarru’ yang akan dibagikan kepada ahli waris
dari peserta yang meninggal dunia dalam masa asuransi. Dalam hal ini
rekening tabungan peserta menampung pengakumulasian simpanan,

4. Mekanisme Pengelolaan Risiko


Asuransi jiwa syariah memiliki cara kerja yang mirip dengan plan- plan unit link, kecuali jika dana investasi
Peserta asuransi syariah berkedudukan sebagai pemilik dana dan perusahaan sebagai pengelola dana. Ked
investasi kemudian dialokasikan kepada rekening tabarru’ dan rekening

risiko secara proporsional (jika kedua jenis dana kontrsibusi diinvestasikan


bersama-sama). Biaya moralita, reasuransi, cadangan, biaya manajemen,
dan komisi dikurangi dari rekening risiko.

16
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah: Keberadaannya dan Kelebihannya di Tengah
Asuransi Konvensional (Jakarta: PT Elex Media Kompetindo, 2006), h. 68.
17
Machzumy Ibrahim, Dasar-dasar Asuransi Syariah (Jakarta: PT PP Mardi Maluyo,
t.th.), h. 88—89.
C. Polis Asuransi
Polis Asuransi yaitu menurut POJK No. 23 Tahun 2015 Tentang
Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi, yang dimaksud dengan
polis asuransi yaitu akta perjanjian asuransi atau dokumen lain yang
dipersamakan dengan perjanjian akta perjanjian asuransi, serta dokumen lain
yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan perjanjian
asuransi, yang dibuat secara tertulis dan memuat perjanjian antara pihak

is asuransi merupakan bukti tertulis atau surat perjanjian antara pemegang polis atau peserta asuransi dengan perusahaan
peserta atau pemegang polis hanya diminta untuk menerima atau menolak isi perjanjian. Selain itu, di dalam polis juga terd

asuransi dan juga sebagai bukti pembayaran kontribusi atau premi dari
peserta kepada perusahaan asuransi.19
Polis asuransi memuat hal-hal sebagai berikut yaitu nomor polis, nama
dan alamat tertanggung, uraian risiko, uraian pengelolaan investasi, jumlah

18
POJK No. 23 Tahun 2015 Tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi,
Pasal 1 ayat 6.
19
Martono, Bank & Lembaga Keuangan Lain (Yogyakarta: EKONISIA, 2010), h. 150.
pertanggungan, jangka waktu pertanggungan, besar kontribusi, bea materai,
bahaya-bahaya yang dijaminkan, dan berbagai ketentuan lainya sesuai dengan
kesepakatan para pihak .20

D. Unit Link
1. Pengertian Unit Link
Unit link syariah menurut Mila Sartika yaitu, suatu bentuk gabungan
tuk menghadapi suatu risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan prinsip syariah.21
ung unsur tabungan. Produk tersebut dapat memberikan bentuk perlindungan untuk perorangan yang mengikatkan dan me
.22

g ditawarkan oleh perusahaan asuransi kepada masyarakat agar menjadi peserta dari sebuah perkumpulan pertanggungan
disebut
uransi terebut

memiliki manfaat yang berbeda dan mekanisme yang berbeda. Akan tetapi

20
Martono, Bank & Lembaga Keuangan Lain (Yogyakarta: EKONISIA, 2010), h. 150—
151.
21
Mila Sartika, “Konsep dan Implementasi Dana Premi Unit Link Syariah”, Jurnal
Asuransi dan Manajemen Resiko, Vol. 1, 2, (September 2013), h. 26.
22
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: EKONISIA,
2005), h. 128.
keduanya menganut prosedur akad yang sama, yaitu saling tanggung
menanggung (takafuli).23
Unit link merupakan kegiatan baru yang tercipta dari asuransi jiwa,
yang mana asuransi jiwa yang telah ada sebelumnya, merupakan bentuk
asuransi jiwa tradisional. Sedangkan untuk unit link merupakan bentuk
asuransi jiwa yang memberikan dua manfaat sekaligus, yaitu manfaat
proteksi dan investasi.
Produk unit link mengacu pada suatu perencanaan asuransi jiwa dimana elemen investasi dari setiap kont
Menurut cara kerja unit link, sebagian dari kontribusi yang dibayarkan oleh peserta akan diinvestasikan ke

23
AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis
Historis, Teoritis, & Pranktis (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 167.
24
Machzumy Ibrahim, Dasar-dasar Asuransi Syariah (Jakarta: PT PP Mardi Maluyo,
t.th.), h. 81.
25
Machzumy Ibrahim, Dasar-dasar Asuransi Syariah, h. 81—82.
3. Bentuk Unit Link Syariah
Menurut Bahrul Ulum dalam skripsinya yang membahas tentang unit
link, mengatakan bahwa terdapat dua bentuk unit link yang telah dijual
oleh perusahaan asuransi syariah di Indonesia, yaitu26:
a. Back End Load Syariah Link
Jenis unit link tersebut, dimana perusahaan asuransi tidak akan
membebankan biaya akuisisi (ujrah) yang persentasenya cukup besar
pada tahun pertama dan kedua, walaupun perusahaan tersebut tel
Pada bentuk tersebut, peserta biasanya tidak diperkenankan untuk
surrender charge (sama dengan biaya akuisisi).

b. Front and Load Syariah


Jenis unit link tersebut merupakan kebalikan dari jenis yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada jenis unit l
antara 60—100% dari kontribusi dasar yang dibayarkan.

4. Produk Unit Link


Produk unit link memiliki beberapa bentuk, salah satunya yaitu yang
dilihat berdasarkan pembayaran kontribusi yang dilakukan oleh peserta
asuransi, maka produk unit link terbagi menjadi dua bentuk, yaitu27:

26
Bahrul Ulum, “Perbandingan Asuransi Jiwa Unit Link PT Prudential antara
Konvensional dengan Syariah” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang, 2015), h. 47—48, t.d.
a. Single Contribution (kontribusi tunggal)
Pada bentuk pembayaran kontribusi tunggal, peserta diwajibkan
untuk membayar kontribusi sekali saja, dan biasanya untuk tujuan
investasi. Besarnya dana yang dikeluarkan untuk kontribusi tersebut
sebesar 8—12 juta rupiah. Dan untuk ujrah nya hanya dibebankan satu
kali pada awal, kemudian kontribusi yang disetorkan akan diinvestasikan
pada instrument investasi syariah.

bkan untuk membayar kontribusi secara berkala sesuai dengan metode yang telah disepakati. Pada jenis tersebut juga, pes

Dalam kegiatannya asuransi jiwa unit link mewajibkan kepada setiap peserta untuk membayar konribusi yang nantinya akan

Dalam mekanisme produk saving para peserta membayarkan


kontribusi kepada perusahaan asuransi syariah setiap bulannya dengan
besaran yang sesuai dengan kemampuan peserta. Kontribusi yang
dibayarkan akan dimasukan kedalam dua rekening yang berbeda yaitu:

27
Bahrul Ulum, “Perbandingan Asuransi Jiwa Unit Link PT Prudential antara
Konvensional dengan Syariah” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang, 2015), h. 49—50, t.d.
a. Rekening tabungan peserta (saving)
Rekening tabungan peserta (saving) merupakan dana milik peserta
yang akan diinvestasikan oleh perusahaan kepada beberapa instrumen
investasi syariah dengan pembagian keuntungan akan dibayarkan secara
proporsional kepada peserta apabila perjanjian berakhir, peserta
mengundurkan diri, dan peserta meninggal dunia.28

menghibahkan dana tersebut guna membantu peserta lain yang mengalami musibah. Dana tersebut akan dibayarkan apab
an hasil investasi lebih besar dari jumlah dana yang disalurkan untuk klaim peserta dan segala biaya yang dibebankan untuk
’.
an rekening tabarru’.

dibayarkan kepada perusahaan asuransi syariah dan sebagian lainnya


dicadangkan kedalam rekening tabarru’.
Apabila perusahaan asuransi syariah merasa risiko yang dikelola
melebihi kapasitas dan kemampuannya, maka risiko tersebut di bagikan
kepada perusahaan reasuransi syariah. Dengan demikian, risiko yang
dikelola akan lebih baik. Namun, kosekuensi dari sistem tersebut yaitu

28
Muhamaad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem
Operasional (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 217.
sebagian dana tabarru’ yang dikelola oleh perusahaan asuransi syariah
juga akan dibayarkan kepada perusahaan reasuransi syariah.29
Sistem tersebut sebagai implementasi dari akad takafuli, sehingga
kegiatan asuransi dapat terhindar dari unsur riba, gharar, dan maysir.
Selanjutnya dana tersebut diinvestasikan oleh perusahaan sesuai dengan
prinsip syariah. Setiap keuntungan dari hasil investasi dan setelah
dikurangi oleh beban asuransi dan biaya-biaya akan diserahkan kepada
peserta secara kolektif, karena hal tersebut menjadi hak setiap perseta.30

tode penelitian yang akan dilakukan. Diantaranya adalah mengidentifikasikan kesenjangan (identify gaps), menghindari per
wah ini merupakan kesimpulan dari apa yang sudah peneliti dapatkan, yaitu:

kesesuaian PMK dan Fatwa DSN MUI terhadap penerapan akad tabarru’,
pemilihan akad tijarah dan tanggung jawab perusahaan jika terjadi
kegagalan investasi pada produk unit link dalam tiga perusahaan asuransi

29
Khoiril Anwar, Asuransi Syariah, Halal & Maslahat (t.t., Tiga Serangkai, 2007), h. 8—
9.
30
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem
Operasional (Jakarta: Gema Insani Press, 2013), h. 177.
31
Destri Budi Nugraheni, “Analisis Yuridis Akad Tabarru’ dan Akad Tijarah dalam
Produk Unit Link Syariah”.
yang berbeda, yaitu PT AXA Financial Indonesia, Prudential Syariah dan
PT Takaful Keluarga.
Yang membedakan dengan penelitian tersebut terletak pada
peraturan yang digunakan sebagai alat analisis dan pembahasan objek
penelitian. Pada penelitian ini peraturan yang akan digunakan sebagai alat
analisis yaitu Fatwa DSN-MUI dan POJK, serta objek pembahasannya
yaitu pada penerapan objek akad wakalah bil ujrah, pembagian porsi dana

2. Nur Kholis32
Penelitian tersebut membahas tentang manfaat dan kesesuaian syariah produk unit link pada PT Prudenti
Yang membedakan dengan penelitian tersebut terletak pada peraturan yang digunakan sebagai bahan an
ketentuan objek akad wakalah bil ujrah, pembagian porsi dana tabarru’

yang menurut peneliti diduga terjadi pembagian yang tidak imbang,


pengelolaan dana tabarru’ dan dana investasi, serta ketentuan mengenai
ujrah akuisisi.
Satu hal lagi, yang membedakan dengan penelitian sebelumnya
yaitu, pada penelitian ini tidak melakukan perbandingan dengan

32
Nur Kholis, “Islamic Unit Linked : Is it Profitable and Fully Sharia Compliance?”.
perusahaan asuransi syariah lain, melainkan perbandingan antara Fatwa
DSN-MUI, POJK dan polis.

3. Rusyanti dan Abdul Ghafur Anshori33


Penelitian tersebut membahas tentang pelaksanaan akad wakalah bil
ujrah pada asuransi jiwa syariah PT Prudential Life Assurance BNJ
Agency Banjarmasin, yang mana pembahasannya terfokus pada agency
Banjarmasin yang dibandingkan dengan Fatwa DSN-MUI No. 10 Tahun 2000, dan mengenai objek dari aka
Yang membedakan dengan penelitian tersebut terletak pada tempat dan pembahasan penelitian. Dalam
pengelolaan dana tabarru’ dan dana investasi.

tersebut yaitu produk unit link syariah pada perusahaan asuransi


mengaplikasikan akad tabarru’ dan akad wakalah bil ujrah yang
bersumber pada Fatwa DSN-MUI. Dan untuk pengelolaan dana premi
dalam unit link telah sesuai dengan prinsip syariah, karena perusahaan

33
Rusyanti dan Abdul Ghafur Anshori, “Pelaksanaan Akad Wakalah Bil Ujrah dalam
Asuransi Jiwa Syariah Di PT Prudential Life Assurance BNJ Agency Banjarmasin”.
34
Mila Sartika dan Hendri Hermawan Adinugraha, “Konsep dan Implementasi
Pengelolaan Dana Premi Unit Link Syariah”.
asuransi menempatkan dana-dana investasinya di JII yang dijamin
kesyariahannya.
Yang membedakan dengan penelitian tersebut yaitu pada penelitian
ini hanya terfokus pada perusahaan prudential dan penelitian tidak hanya
terfokus pada pengalokasian dana investasi pada instrumen investasi
syariah, namun juga melihat kepada pembagian porsi presentase iuran
tabarru’ dan ujrah akuisisi yang menjadi beban peserta.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Peran metode penelitian dalam sebuah penelitian sangat penting untuk
menentukan berbagai upaya yang akan dilakukan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data sekaligus menjawab pertanyaan dari berbagai masalah
buah metode penelitian akan memberikan petunjuk dalam pelaksanaan penelitian. Metode penelitian ini akan diuraikan da

kualitatif, yaitu dengan memecahkan suatu kasus kesesuaian syariah terhadap isi polis asuransi jiwa unit link syariah Prude

mpiris, di mana kajian yang dilakukan menyelaraskan antara peraturan-peraturan dengan kegiatan asuransi syariah yang dal

ata

primer dan data sekunder.


a. Data primer diambil langsung dari beberapa peraturan yaitu:
1) Undang-undang No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian
2) Fatwa DSN MUI No. 21 Tahun 2001 Tentang Pedoman Umum
Asuransi Syariah
3) Fatwa DSN MUI No. 52 Tahun 2006 Tentang Akad Wakalah Bil
Ujrah pada Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah
4) Fatwa DSN MUI No. 53 Tahun 2006 Tentang Akad Tabarru’ pada
Asuransi Syariah

35
36

5) POJK No. 23 Tahun 2015 Tentang Produk Asuransi dan Pemasaran


Produk Asuransi
6) POJK No. 69 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Usaha
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan
Reasuransi
7) POJK No. 72 Tahun 2016 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Prinsip Syariah
Polis asuransi jiwa unit link syariah Prudential Jakarta.
Wawancara kepada:
Peserta asuransi syariah atas nama Isro Subadri, pada tanggal 8 November 2017, bertempat di Depok.
Konsultan asuransi Prudential atas nama Arief Hidayatullah, pada tanggal 11 Februari 2018, bertempat di
Agen asuransi syariah atas nama Nazhirah Zahra Fauziyyah, pada tanggal 26 Maret 2018, bertempat di Pe
Pegawai (call center) pada perusahaan Prudential atas nama David, pada tanggal 19 April 2018, melalui vi
Hasil riset berupa tesis, skripsi dan jurnal tentang polis dan ketentuan akad pada lembaga asuransi syariah
b. Data sekunder diambil dari membaca buku dan literature lainnya yang
terdiri dari buku-buku teks tentang asuransi syariah dan berita serta

laporan OJK pada lembaga asuransi syariah.


4. Responden
Yang menjadi responden adalah konsultan, agen, pegawai perusahaan
Prudential, dan peserta asuransi syariah yang bersangkutan.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara terhadap
konsultan, agen, pegawai asuransi pada PT Prudential Life Assurance,
dan peserta asuransi syariah untuk mendapatkan informasi.
b. Teknik kepustakaan, yaitu dengan mencari data pada berbagai sumber
seperti buku tentang asuransi syariah, beberapa penelitian tentang
asuransi syariah, dan melihat peraturan-peraturan yang mengatur
tentang kegiatan asuransi syariah.
6. Teknik Pengolahan Data
Untuk memudahkan dalam pemaparan data yang telah didapatkan, peneliti
mengolah data hasil wawancara kepada peserta, konsultan, agen dan
pegawai perusahaan prude
Subjek-Objek
Subjek penelitian ini yaitu p
Objek penelitian ini yaitu p
account.

Profil Perusahaan
Sejarah Perkembangan Perusahaan
Prudential Corporation plc didirikan di London pada tahun 1848 yang merupakan perusahaan jasa keuang
bagian dari Prudential plc. Sebagai bagian dari grup yang berpengalaman

lebih dari 168 tahun di industri asuransi jiwa, Pruential Indonesia memiliki
komitmen untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia.
Sejak peluncuran produk asuransi terkait investasi (unit link)
pertamnya tahun 1999, Prudential telah menjadi pemimpin pasar untuk
kategori produk tersebut di Indonesia. Sehingga dari tahun 2002—2017 PT
Prudential selalu menjadi nomor satu pada majalah investor. Prudential
Indonesia menyediakan berbagai produk dan layanan yang dirancang
untuk memenuhi dan melengkapi setiap kebutuhan keuangan para
nasabahnya di Indonesia.

2. Produk Asuransi Prudential


Asuransi Prudential memiliki beberapa produk asuransi yang dapat
dipilih oleh calon peserta, diantaranya yaitu proteksi, asuransi terkait
investasi, dan asuransi tambahan.
Produk proteksi dari asuransi Prudential meliputi pruuniversal life, prulife cover, pruprotector plan, pruac
asuransi yang sesuai dengan kebutuhan oleh para pemegang polis.

3. Produk Prulink Syariah Account


Salah satu produk asuransi jiwa syaria
waktu mengubah jumlah pertanggung

yang sesuai dengan kebutuhan. Bahkan pemegang polis atau peserta dapat
menambah asuransi tambahan seperti rawat inap, kecelakaan atau kondisi
kritis.
Produk asuransi jiwa unit link syariah ini memiliki beberapa ketentuan
dalam produknya yaitu untuk mata uang yang digunakan yaitu mata uang
rupiah dengan jumlah minimal premi atau kontribusi sebesar 400 ribu
rupiah. Selain itu, terdapat beberapa manfaat yang akan diberikan kepada
pemegang polis atau peserta, sebagai berikut:
a. Berupa uang santunan meninggal dunia.
b. Perlindungan asuransi jiwa hingga usia 99 tahun, perlindungan asuransi
kesehatan hingga usia 75 tahun, dan proteksi atas risiko kecelakaan.
c. Kebebasan dalam memilih jenis investasi.
d. Nilai tunai hasil investasi yang perkembangannya dilaporkan secara
tertulis dan dapat diambil sewaktu-waktu.
e. Kebebasan untuk menambah perlindungan asuransi.

tis, maka akan dibebaskan dari kewajiban membayar kontribnusi, karena kontribusi akan dibayarkan oleh perusahaan hing
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Unit Link di Prudential Syariah Indonesia


Menurut konsultan Arief Hidayatullah, asuransi syariah menerapkan
sistem keadilan, yang diterapkan dalam bentuk bagi hasil. Artinya ketika
perusahaan mendapatkan keuntungan atau kerugian, maka peserta pun
ditentukan pembagian keuntungannya, demikian pembagian presentase akan berlaku hingga akhir masa kontrak.
u terdiri dari 18 produk atau manfaat. Asuransi tersebut terdiri dari asuransi pokok dan asuransi turunan.
maka uang waris akan diberikan, bisa saja peserta mendapatkan 457 juta ditambah 100 juta untuk ahli waris. Akan tetapi jik

rekening tabarru’, jadi tidak ada kata pengembalian, karena ketentuannya


berada pada usia 85 tahun. Berbeda halnya dengan asuransi konvensinal,
ketika terjadi klaim, maka dana yang diberikan oleh perusahaan berasal dari
dana perusahaan. Oleh karena itu, ketika peserta tidak mengajukan klaim,
maka dana yang terkumpul akan menjadi milik perusahaan. Hal tersebutlah
yang disebut dengan istilah dana hangus.
Asuransi jiwa unit link syariah merupakan jenis asuransi semacam
investasi forex pada saham, yang dalam hal ini, jika saham menggunakan
lembar saham, sedangkan untuk unit link menggunakan istilah unit yang

40
41

sifatnya seperti maya. Uang peserta akan dimasukan dan dikelola oleh JII.
Bedanya dengan asuransi konvensional, ketika JII memutarkan uang peserta,
pembagiannya jelas 50% untuk JII dan 50% untuk peserta. Dengan begitu
pembagian keuntungan adil setelah dipotong dengan biaya-biaya seperti
administrasi dan lainnya.
MUI memberikan ketentuan bahwa dana peserta tidak boleh diputar
pada tempat-tempat yang diharamkan, seperti diskotik, miras, hotel, dan
pabrik rokok, karena pabrik rokok dianggap haram oleh MUI dan sudah ada fatwanya. Kemudian uang par
Dapat disimpulkan bahwa unit link seperti investasi atau saham yang dikelola oleh JII, dan untuk porsi dite
Pada asuransi jiwa prudential syariah, ketika dalam waktu satu tahun peserta tidak mengajukan klaim, ma
dengan surplus underwriting. Dalam hal ini, peserta tidak mengambil fasilitas

kesehatan, dengan demikian peserta sudah dipastikan akan mendapatkan bagi


hasil seperti hal nya SHU dalam koperasi.
Pada pengelolaan dana tabarru’ dan investasi sudah terpisah. Berbeda
dengan bank-bank syariah yang ada saat ini, yang mana pengelolaan uang nya
masih tercampur. Hal tersebut tidak pantas, karena uang syariah dengan
konvensional tercampur, kemudian ketika nasabah akan mengambil uang nya,
maka uang yang terambil itu tidak murni syariah. Pada Prudential syariah,
pengelolaan dan pembukuannya sudah benar-benar terpisah dan
pengawasannya sudah berbeda dari Prudential konvensional.
Dasar peraturan dari kegiatan asuransi pada Prudential syariah yaitu
Fatwa DSN-MUI No. 21 dan beberapa ayat al qur‟an dan untuk hadist nya
yaitu seperti kisah Rasulullah SAW yang mana ketika pergi untuk berjihad,
maka Rasulullah meminta kepada salah seorang sahabat untuk memungut
sebagian harta dari penduduk kota, lalu dikumpulkan dan dijaga pada suatu
tempat. Kemudian ketika ada salah satu dari yang berjihad itu gugur, maka harta tersebut akan diberikan
Pada polis yang sedang diteliti, maka penentuan porsi dilakukan oleh seorang konsultan, karena ia meliha
Pada awal kesepakatan asuransi, konsultan memberikan ilustrasi kepada calon peserta. Dengan proposal
polis ini yang difokuskan adalah kepada investasi peserta.

Asuransi adalah percepatan pembangunan aset terbaik. Pada asuransi


yang sedang diteliti, dana tabarru’ yang akan diterima oleh ahli waris yaitu
sebesar 132 juta dan sudah disiapkan sejak awal kesepakatan peserta untuk
ikut dalam kegiatan asuransi, yaitu ketika H+1 setelah peserta memberikan
kontribusi kepada perusahaan. Ketika peserta telah mengikuti asuransi dalam
waktu satu hari, kemudian meninggal dunia, maka ahli warisnya akan
mendapatkan klaim sebesar 132 juta ditambah dengan 600 ribu dari
kontribusi yang telah dibayarkan.
Pada polis asuransi yang diteliti, terdapat ketentuan mengenai penyakit
kritis. Untuk ketentuan tersebut maka terdapat dua keputusan, yaitu
permintaan untuk pengadaan polis akan diterima atau ditolak, karena tidak
semua orang bisa mengadakan asuransi. Jika polis diterima pasti akan ada
pengecualian. Seperti, jika peserta tutup usia atau masuk rumah sakit karena
penyakit kritis, maka hal tersebut tidak akan terklaim. Oleh karena itu, orang
yang dapat ikut serta dalam kegiatan asuransi adalah orang-orang yang sehat,

B. Kontribusi Top Up pada Asuransi Jiwa Unit Link Prudential Syariah


Menurut konsultan Arief Hidayatullah, kontribusi top up yang diterapkan pada asuransi jiwa unit link syar
Kontribusi top up yang disebutkan didalam polis peserta adalah top up untuk investasi yang setiap bulan r
Hasil analisis peneliti

Menurut peneliti penggunaan kata kontribusi top up berkala untuk


menggantikan istilah iuran investasi yang dibayarkan rutin setiap bulannya
adalah kurang tepat, karena istilah tersebut tidak pernah disebutkan di dalam
peraturan, baik di dalam UU, POJK maupun Fatwa DSN-MUI. Dengan
demikian akan semakin sulit bagi para pemengang polis atau peserta untuk
memahami ketentuan yang tertulis di dalam polis asuransi.
Pernyataan yang dijelaskan oleh konsultan Arief Hidayatullah, bahwa
asuransi yang dijalani oleh peserta adalah menabung dengan bonus asuransi
telah menyalahi asas dari kegiatan tersebut. Bahwa seharusnya yang disebut
dengan asuransi unit link adalah suatu bentuk asuransi dengan bonus
investasi. Sehingga yang menjadi pokok adalah kegiatan asuransi bukan
investasi, sebagaimana yang dijelaskan pada beberapa literatur tentang
asuransi syariah.

C. Akad Wakalah Bil Ujrah pada Asuransi Jiwa Unit Link Prudential

seorang konsultan dalam mengurus klaim peserta seperti mengurus biaya rumah sakit, dan hal tersebut merupakan salah sa
K. Seharusnya hal tersebut ada atau selebihnya ada di dalam polis. Untuk dua objek yang kurang merupakan objek tambah
erdapat objek lain dalam akad tersebut, dan jika terdapat tambahan objek, maka akan segera diberitahukan kepada peserta

Untuk objek akad wakalah bil ujrah yang tercantum di dalam bab akad
wakalah bil ujrah hanya lima dari ketujuh objek yang telah dijelaskan di
dalam Fatwa DSN-MUI dan POJK. Akan tetapi dua objek akad wakalah bil
ujrah yang tidak disebutkan pada bab akad wakalah bil ujrah telah
dicantumkan pada bab ujrah. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa polis
asuransi telah memenuhi ketujuh objek akad wakalah bil ujrah sebagaimana
yang telah diatur didalam Fatwa DSN-MUI No. 52 Tahun 2006 dan POJK
No. 69 Tahun 2017 Pasal 57 ayat 1 tentang objek akad wakalah bil ujrah.
Peneliti kurang setuju dengan pernyataan yang disampaikan oleh
konsultan Arief Hidayatullah, bahwa kedua objek yang tidak disebutkan
merupakan jenis objek tambahan. Menurut peneliti, kedua objek yang tidak
disebutkan pada bab akad wakalah bil ujrah merupakan objek pokok, karena
ketujuh objek tersebut telah diatur di dalam Fatwa DSN-MUI dan POJK. Dan
menurut peneliti ketujuh objek tersebut merupakan kegiatan inti dari akad
wakalah bil ujrah pada asuransi syariah yang tidak dapat dihilangkan agar

D. Ujrah Akuisisi pada Asuransi Jiwa Unit Link Prudential Syariah


Menurut konsultan Arief Hidayatullah bahwa ujrah akuisisi, yaitu ujrah atas biaya administrasi dan biaya-b
Menurut agen Nazhirah Zahra Fauziyyah, ujrah akuisisi yang diterapkan oleh perusahaan merupakan sejum
perusahaan akan memberikan seluruh dana proteksi.

Hasil analisis peneliti


Jika dibandingkan pengertian ujrah akuisisi yang dijelaskan oleh
konsultan Arief Hidayatullah dan agen Nazhirah Zahra Fauziyyah dengan
pengertian yang dijelaskan di dalam polis tidak sesuai. Menurut peneliti,
dalam penerapan ujrah akuisisi terdapat unsur gharar, karena ujrah akuisisi
yaitu ujrah pemrosesan permohonan pertanggungan dan penerbitan polis,
antara lain yaitu biaya pemeriksanaan kesehatan, pengadaan polis, pencetakan
dokumen, pos dan telekomunikasi dan biaya tenaga pemasar atau agen.
Berdasarkan pengertian tersebut, sangat tidak adil jika pemegang polis
atau peserta harus membayar ujrah akuisisi, sedangkan ia tidak pernah
melakukan tes kesehatan sejak awal kesepakatan dan pengadaan polis hanya
dilakukan satu kali oleh perusahaan. Sedangkan jika diperhatikan pada
ketentuan ringkasan polis, maka ujrah akuisisi dibebankan kepada pemegang
polis atau peserta setiap tahun nya sampai tahun ke lima polis, bahkan jumlah
persentase yang dibebankan untuk ujrah akuisisi sangat besar pada tahun
pertama dan kedua.
Lebih lanjut, jika melihat pada penjelasan oleh agen Nazhirah Zahra Fauziyyah, maka terdapat unsur ghara
akuisisi.

1. Biaya Asuransi
Menurut konsultan Arief Hidayatullah, biaya asuransi merupakan
biaya yang dikenakan untuk uang pertanggungan atau uang warisan yang
akan diberikan kepada ahli waris dari peserta asuransi atau pemegang
polis. Biaya asuransi akan terbentuk dari pembayaran kontribusi yang
dialokasikan kepada bentuk porsi investasi. Dengan demikian biaya
asuransi atau iuran tabarru’ ditarik dari nilai investasi yang terbentuk atas
kontribusi dasar (250 ribu) dan prusaver syariah (350 ribu).
Hasil analisis peneliti
Menurut peneliti, dapat disimpulkan bahwa biaya asuransi sama
dengan pengertian iuran tabarru’. Namun peneliti kurang setuju jika iuran
tabarru’ atau biaya asuransi ditarik dari nilai tunai atau nilai investasi yang
terbentuk atas kontribusi dasar dan prusaver syariah, karena asuransi akan
tetap berjalan tanpa adanya investasi. Jika ketentuannya demikian, maka
dana tabarru’ bergantung pada dana investasi, yang demikian telah
menyalahi aturan dari kegiatan asuransi syariah.
Hal tersebut di atas telah menyalahi aturan dalam pengelolaan iuran tabarru dan investasi, sebagaimana y
Demikian, peneliti menyimpulkan bahwa jika melihat pada ketentuan ringkasan polis, maka apa yang dijel
peserta dibentuk menjadi porsi investasi.

Menurut konsultan Arief Hidayatullah, jenis asuransi yang diadakan


oleh peserta memiliki dua manfaat, yaitu 91 juta dari keuntungan investasi
dan 132 juta dari asuransi jiwa yang merupakan uang warisan atau
proteksi. Jika ditanyakan, apakah pemegang polis atau peserta dapat
menggunakan uang pertanggungan yang nilainya sebesar 132 juta, maka
jawabannya adalah tidak boleh, karena hal tersebut merupakan hak ahli
waris. Jika peserta membutuhkan dana, maka peserta dapat menggunakan
dari keuntungan investasi yaitu sebesar 91 juta.
Setelah sepuluh tahun, jika peserta tidak mengambil seluruh hasil
investasi dan tidak membayar kontribusi, maka keuntungan peserta akan
terus bertambah, karena dana yang tersimpan tetap diinvestasikan oleh
perusahaan. Saran konsultan dan pegawai Prudential yang bernama David,
jika peserta ingin menggunakan uang dari hasil investasi, maka sebaiknya
hanya selisih dari total keuntungan atau disisakan 3 juta rupiah untuk biaya
cuti kontribusi. Karena jika peserta mengambil seluruh kentungan dari
hasil investasi, maka peserta tidak akan mendapatkan uang proteksi.
Jangka waktu berlakunya polis tidak ditentukan, karena asuransi merupakan kegiatan dengan sistem pere
Menurut karyawan Prudential atas nama David terdapat dua alternatif, yaitu peserta dapat menyisihkan 3
Hasil analisis peneliti
Menurut peneliti, dari penjelasan tersebut terdapat unsur gharar, karena sejak awal peserta tidak dijelask

begitupun polis tidak membahasnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan


bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan syariah, karena hasil investasi dan
uang santuan dari iuran tabarru’ merupakan dua hal yang berbeda dan
berjalan masing-masing, sebagaimana yang telah di atur di dalam Fatwa
No. 21 Tahun 2006 bagian ke tujuh tentang klaim.
Jika peserta hendak menggunakan dana dari hasil investasi selama
sepuluh tahun yaitu sebesar 91 juta, seharusnya jumlah uang santunan
yang menjadi hak peserta dan ahli waris akan tetap dikembalikan ketika
peserta meninggal dunia, dengan alternatif berupa pembayaran iuran
tabarru’ yang tetap dilakukan setiap bulanya oleh peserta.
Lebih lanjut, jika diihat pada penjelasan salah satu karyawan
Prudential yang bernama David, bahwa salah satu alternatifnya adalah
dengan tetap membayar kontribusi berkala sebesar 600 ribu rupiah, yang
terdiri dari iuran tabarru’ dan investasi.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa iuran tabarru’ diambil dari nilai
MUI No. 21 Tahun 2001 bagian keenam, bahwa kontribusi terdiri dari jenis akad tijarah dan akad tabarru’ yang berjalan mas
kontrak tersebut memiliki batas waktu tertentu, maka dapat dimungkinkan jika sudah mencapai sepuluh tahun dan pemeg
dari nilai tunai atau investasi, yang mana sejak awal penjelasan

investasi. Demikian, hal tersebut akan merugikan peserta, karena tidak ada
alternatif bagi peserta dengan tidak membagi secara jelas porsi dana
tabarru’ dan investasi.

3. Pembagian Porsi Iuran Tabarru’


Persoalan mengenai pembagian porsi iuran tabarru’ yang disebutkan
di dalam polis yaitu sebesar 50% telah dijawab oleh seorang karyawan
Prudential sebagai call center yang bernama David. David menjelaskan,
bahwa iuran tabarru’ telah dibebankan sejak awal peserta menyetujui
kontrak asuransi. Iuran tersebut dikenakan setiap bulannya dan terjadi
kenaikan setiap tahunnya yang ditarik dari nilai investasi, yang terbentuk
dari kontribusi peserta yang dialokasikan kepada kontribusi dasar dan
prusaver syariah.
Kontribusi yang dibayarkan oleh peserta dialokasikan kepada dua
bentuk investasi, dan seluruh kontribusi dialokasikan kepada dua jenis
investasi yang telah disepakati oleh peserta. Sedangkan porsi untuk iuran tabarru’ yaitu melalui nilai inves
Pembebanan ujrah 0% atas pengelolaan dana tabarru’ merupakan beban peserta atau pemegang polis.
Hasil analisis peneliti
Terdapat dua penjelasan, pertama jika dilihat pada ketentuan “Ringkasan Polis” dengan tidak ada penjela
dan tabarru’, dan Fatwa No. 53/2006 dan POJK No. 69/2016 tentang cara

dan waktu pembayaran kontribusi iuran tabarru’.


Lebih lanjut, ketika 50% porsi untuk iuran tabarru’ diambil dari nilai
investasi yang terbentuk, maka seharusnya di dalam “Ringkasan Polis”
tidak disebutkan bahwa porsi investasi adalah 20% (untuk kontribsi
berkala) dan 95% (untuk prusaver syariah). Karena porsi yang telah
dijelaskan akan berubah ketika dibagi untuk iuran tabarru’.
Kedua, terjadi ketidakjelasan pada pembebanan ujrah untuk
pengelolaan investasi dana tabarru’. Pada bab dana tabarru’ dijelaskan
bahwa dalam pengelolaan dana tersebut, perusahaan membebankan ujrah
kepada pemegang polis atau peserta. Sedangkan dalam ketentuan lampiran
ujrah dan iuran tabarru’ disebutkan bahwa ujrah atau pengelolaan dana
tabarru’ yaitu sebesar 0%. Dapat disimpulkan bahwa akad yang tepat
digunakan adalah akad wakalah.

4. Pembagian Alokasi Kontribusi Peserta


ltan. Uang sebesar 250 ribu merupakan kontribusi dasar yang akan diinvestasikan pada jenis investasi prulink syariah rupiah
dengan kebutuhan peserta dan sesuai dengan kebijakan konsultan.

gkan oleh seorang konsultan dan

Jika dilihat pada pernyataan hasil wawancara diatas, maka dapat


disimpulkan bahwa kegiatan asuransi tersebut tidak sesuai dengan aturan
pada kegiatan asuransi syariah. Dengan mengalokasikan seluruh kontribusi
peserta pada porsi investasi maka membuat inti dari kegiatan asuransi ini
adalah investasi atau seperti reksa dana bukan proteksi.
Menurut peneliti, sebaiknya sejak awal pada bagian “Ringkasan Polis”
telah dijelaskan mengenai pembagian kedua alokasi dana, yaitu untuk
investasi dan tabarru’ secara terpisah, sebagaimana yang telah diatur
dalam Fatwa DSN-MUI No. 21 Tahun 2001 bagian keenam tentang premi
dan Fatwa DSN-MUI No. 53 Tahun 2006 dan POJK No. 69 Tahun 2016
yang menjelaskan bahwa di dalam akad tabarru’ harus disebutkan cara
dan waktu pembayaran kontribusi.

5. Prulink Syariah Rupiah Managed Fund dan Prulink Syariah Rupiah


Equity Fund
ah, jika ingin mendapatkan keuntungan besar, maka risiko nya juga besar, begitupun sebaliknya. Demikian adalah prinsip u
an saham nya dimainkan didalam negeri.
tibusi peserta sebesar 600 ribu, jika dianalogikan maka keuntungan peserta setelah 10 tahun, dan menggunakan kedua pili

bentuk jenis Prulink Syariah Rupiah Equity Fund dan Rupiah Managed
Fund, yaitu agar kedua jenis tersebut saling menopang. Dapat disimpulkan
bahwa pada investasi peserta disini risikonya diminimalisir.
Peserta memiliki 826 unit saham untuk rupiah equty dan 559 unit
untuk rupiah managed fund, yang mana perunit itu seharga 2390 dan 2361.
Peserta sudah memiliki 1.925 dan 1.300, dan jika digabung sudah
memiliki uang sebesar 3 juta rupiah. Uang peserta disebar ke beberapa
perusahaan yaitu Astra, Telkom dan Indofood.
Jika peserta ingin mengambil keuntungan tersebut sebelum jangka
waktu 10 tahun, maka menurut konsultan hal tersebut bisa dilakukan,
namun sifat atau ciri-ciri dari investasi adalah untuk jangka panjang. Oleh
karena itu, banyak peserta lain mengeluh, bahwa sudah menabung dalam
jangka waktu beberapa tahun, tetapi dana yang tersimpan sangat minim.
Oleh kerena itu, keuntungan akan dirasakan ketika sudah mencapai 10
tahun lebih. Karena investasi itu baru berjalan pada tahun ke enam.
Hasil analisis peneliti
Penjelasan di atas menurut peneliti sudah tepat, sebagaima
kegiatan asuransi telah terealisasikan oleh bantuan konsulta

F. Simpulan Hasil Wawancara


Dari hasil wawancara dan analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa data yang telah ses
kontribusi yang telah disepakati oleh peserta.

Adapun data yang tidak sesuai dengan ketentuan syariah terdapat empat
hal yaitu, pertama pembagian porsi ujrah akuisisi yang sangat membebankan
peserta pada dua tahun pertama. Kedua kontribusi iuran tabarru’ yang
diambil dari nilai tunai atau nilai investasi yang terbentuk, sehingga pada
bagian awal polis hanya menjelaskan pembagian porsi nilai investasi dari
seluruh kontribusi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kegiatan
tersebut adalah kegiatan investasi seperti reksa dana bukan asuransi.
Hal ketiga yaitu mengenai penyerahan dana proteksi atau
pertanggungan dan dana hasil investasi yang saling bergantung. Ketentuan
tersebut tidak sesuai dengan ketetuan syariah, sebagaimana dalam Fatwa
DSN-MUI No. 21 Tahun 2001 bagian ketujuh tentang klaim. Yang terakhir
yaitu mengenai akad wakalah yang tidak sesuai pada pengelolaan investasi
dana tabarru’.
55

G. Analisis Perbandingan Fatwa DSN-MUI, POJK, dan Polis Asuransi Jiwa Unit Link Syariah Prudential
No. Fatwa DSN MUI No. 53 POJK Terkait Akad Polis Asuransi Jiwa Hasil Analisis Perbandingan
Tahun 2006 Tentang Akad Tabarru’ pada Asuransi Unit Link Syariah Peraturan dengan Polis
Tabarru’ pada Asuransi Syariah
Syariah
1. Akad tabarru’ merpakan POJK No. 69 Tahun 2016 BAB XVIII tentang akad Sesuai, karena pada polis telah
akad yang harus melekat BAB IV Pasal 54 ayat 1: tabarru’ pasal 47: dijelaskan tentang akad tabarru’
pada semua produk asuransi. polis asuransi syariah dan a. Pemegang polis dengan yaitu pada BAB XVIII tentang
perjanjian reasuransi syariah ini setuju untuk akad tabarru’ dan BAB XIX
wajib mengandung akad mengikatkan diri dengan tentang dana tabarru’.
tabarru’ dan akad tijarah. pemegang polis lainnya
dalam suatu akad tabarru’
b. Sebagai wujud dari
kesepakatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)
diatas, pemegang polis
akan memberikan iuran
tabarru‟ sebagaimana
tercantum dalam lampiran
ujrah dan iuran tabarru’
c. Iuran tabarru’ yang
diberikan oleh pemegang
polis sehubungan dengan
asuransi jiwa syariah yang
diselenggarakan atau
dikelola oleh pengelola
akan dimasukkan ke
dalam dana tabarru’
BAB XIX tentang dana
tabarru‟ pasal 48:
a. Pengelola membentuk
dana tabarru’ secara
gabungan dari beberapa
lini usaha sejenis
b. Dana tabarru’ hanya
dapat digunakan untuk
hal-hal sebagai berikut:
pembayaran santunan
kepada pemegang polis
dan/atau penerima
manfaat, pembayaran
kontribusi reasuransi,
pembayaran kembali
qardh kepada pengelola,
pengembalian dana
tabarru’ dalam masa
mempelajari polis,
pengembalian dana
tabarru’ apabila polis
diakhiri oleh pemegang
polis sebelum tanggal
akhir pertanggungan, dan
pengembalian dana
tabarru’ dalam hal
pembayaran iuran
tabarru’ lebih besar dari
seharusnya
c. Dana tabarru’ akad
diinvestasikan oleh
pengelola berdasarkan
akad wakalah bil ujrah
dengan mengenakan ujrah
pengelolaan dana tabarru’
d. Apabila terjadi suatu
peristiwa yang ditanggung
atas diri peserta yang
diasuransikan dan atas
peristiwa tersebut harus
dibayarkan manfaat
asuransi, maka pembayran
manfaat asuransi selain
nilai tunai akan
dilakukan
dengan menggunakan
dana tabarru’.
2. Akad tabarru’ pada asuransi POJK No. 69 Tahun 2016 BAB I pasal 1 ayat 11: Sesuai.
adalah semua bentuk akad BAB I ketentuan umum Pasal dana tabarru’ yaitu
yang dilakukan antar peseta 1 ayat 31: akad tabarru’ kumpulan dana yang
pemegang polis. adalah akad hibah dalam berasal dari kontribusi
bentuk pemberian dana dari para pemegang polis, yang
satu peserta kepada dana mekanisme
tabarru’ untuk tujuan tolong penggunaannya sesuai
menolong di antara para dengan akad tabarru’
peserta, yang tidak bersifat yang disepakati dan BAB
dan bukan untuk tujuan XVIII tentang akad
komersial. tabarru’ pasal 47 ayat 1:
Pemegang polis dengan
ini setuju untuk
mengikatkan diri dengan
pemegang polis lainnya
dalam suatu akad
tabarru’.
3. Asuransi syariah yang POJK No. 69 Tahun 2016 BAB XVIII tentang akad Sesuai.
dimaksud pada ponit 1 BAB IV Pasal 54 ayat 1: tabarru’ pasal 47 ayat 3:
adalah asuransi jiwa, polis asuransi syariah dan Iuran tabarru’ yang
asuransi kerugian dan perjanjian reasuransi syariah diberikan oleh pemegang
reasuransi. wajib mengandung akad polis sehubungan dengan
tabarru’ dan akad tijarah. asuransi jiwa syariah yang
diselenggarakan atau
dikelola oleh pengelola
akan dimasukkan ke
dalam dana tabarru’ dan
BAB XIX tentang dana
tabarru’ pasal 48 ayat 2
huruf B: dana tabarru’
hanya dapat digunakan
untuk hal-hal sebagai
berikut: pembayaran
kontribusi reasuransi.
4. Akad tabarru’ pada asuransi POJK No. 69 Tahun 2016 BAB I tentang ketentuan Sesuai.
adalah akad yang dilakukan BAB I Pasal 1 ayat 31: akad umum pasal 1 ayat 2: akad
dalam bentuk hibah dengan tabarru’ adalah akad hibah tabarru’ yaitu akad hibah
tujuan kebajikan dan tolong dalam bentuk pemberian dalam bentuk pemberian
menolong antar peserta, dana dari satu peserta kepada dana dari satu pemegang
bukan untuk tujuan dana tabarru’ untuk tujuan polis kepada dana
komersial. tolong menolong diantara tabarru’ untuk tujuan
para peserta, yang tidak tolong menolong diantara
bersifat dan bukan untuk para pemegang polis yang
tujuan komersial. tidak bersifat dan bukan
untuk tujuan komersial.
5. Dalam akad tabarru’ harus POJK No. 69 Tahun 2016 Hak dan kewajiban Hak dan kewajiban baik bagi
disebutkan sekurang- BAB IV, pasal 56 ayat 2: peserta atau pemegang peserta secara individu telah
kurangnya: akad tabarru‟ yang polis secara individu dijelaskan dalam beberapa pasal
a. Hak dan kewajiban peserta digunakan dalam asuransi maupun kelompok: BAB yang terangkum pada polis, akan
secara individu syariah wajib memuat paling II tentang dasar tetapi untuk hak dan kewajiban
b. Hak dan kewajiban antara sedikit, yaitu pertanggungan pasal 5 peserta atau pemegang polis
peserta secara individu a. Kesepakatan para ayat 3 huruf B dan C, secara kolektif tidak disebutkan
dalam akun tabarru’ selaku pemegang polis atau peserta pasal 4, pasal 5, pasal 6, secara detail dalam pasal-pasal
peserta dalam arti untuk saling tolong menolong pasal 8 ayat 4, BAB IV tersebut.
badan/kelompok (ta’awun) tentang masa mempelajari Kemudian mengenai cara
c. Cara dan waktu b. Hak dan kewajiban polis pasal 11 ayat 2 dan pemayaran premi dana tabarru’
pembayaran premi dan klaim masing-masing pemegang 3, BAB VI tentang tidak sesuai dengan syariah,
d. Syarat-syarat lain yang polis atau peserta secara pembayaran dan karena porsi presentasenya
disepakati, sesuai dengan individu pengalokasian kontribusi diambil dari nilai tunai, bukan
jenis asuransi yang diadakan. c. Hak dan kewajiban pasal 13: kontribusi terdiri dari kontribusi dasar. Hal tersebut
pemegang polis atau peserta atas kontribusi berkala, juga tidak dijelaskan di dalam
secara kolektif dalam kontribusi top up berkala, polis. Berdasarkan penjelasan
kelompok dan kontribusi top-up tersebut, maka terdapat unsur
d. Cara dan waktu tunggal, pasal 14, pasal gharar pada cara
pembayaran kontribusi 17, pasal 19, pasal 20, pembagian iuran tabarru’, karena
e. Cara dan waktu BAB X tentang ujrah polis menjelaskan bahwa 50%
pembayaran santunan/klaim
f. Ketentuan mengenai boleh pasal 31 ayat 2 dan 3, iuran tabarru’ dari biaya asuransi
atau tidaknya kontribusi pasal 35, BAB XII tentang bukan dari nilai tunai. Dapat
ditarik kembali oleh pajak pasal 41: setiap disimpulkan bahwa kontribusi
pemegang polis atau peserta pembayaran suatu jumlah peserta hanya dialokasikan pada
dalam hal terjadi pembatalan berdasarkan polis dua jenis investasi, bukan kepada
oleh pemegang polis atau dikenakan pajak pembagian untuk iuran tabarru’
peserta berdasarkan peraturan dan investasi.
g. Ketentuan mengenai perundang-undangan
alternatif dan persentase dibidang perpajakan, BAB
pembagian surplus XIII tentang manfaat
underwriting asuransi pasal 42 ayat 1:
h. Ketentuan lain yang manfaat asuransi akan
disepakati. dibayarkan setelah
dikurangi dengan
kewajiban yang
tertunggak dari pemegang
polis kepada pengelola
dan/atau dana tabarru’,
kecuali apabila ditentukan
berdasarkan polis, BAB
XVIII tentang akad
tabarru’ pasal 47 ayat 2:
sebagai wujud dari
kesepakatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)
di atas, pemegang polis
akan memberikan iuran
tabarru’ sebagaimana
tercantum dalam lampiran
ujrah dan iuran tabarru’.
Hak dan kewajiban
perusahaan atau
pengelola: BAB II tentang
dasar pertanggungan pasal
5 ayat 2 dan 3, pasal 8,
BAB VI tentang
pembayaran dan
pengalokasian kontribusi
pasal 22 ayat 1 dan 4,
BAB IX tentang biaya
asuransi pasal 29 ayat 2, 5,
dan 6, BAB X tentang
ujrah pasal 31 ayat 2,
BAB XIII tentang manfaat
asuransi pasal 42 ayat 2,
BAB XVIII tentang akad
tabarru’ pasal 47 ayat 3:
iuran tabarru’ yang
diberikan oleh pemegang
polis sehubungan dengan
asuransi jiwa syariah yang
diselenggarakan atau
dikelola oleh pengelola
akan dimasukkan ke
dalam dana tabarru’, BAB
XIX tentang dana tabarru‟
pasal 48 ayat 1 dan 3,
BAB XX tentang qardh
pasal 49, BAB XXI
tentang

surplus underwriting pasal


50 ayat 12.
Cara dan waktu
pembayaran premi dan
klaim: pada bagian
ringkasan polis dan
ketentuan lampiran ujrah
dan iuran tabarru’
asuransi dasar, BAB XIII
pasal 42, ketentuan khusus
asuransi dasar pada BAB
II pasal 2, BAB III pasal
3: manfaat asuransi
meninggal dunia untuk
peserta utama yang
diasuransikan yaitu berupa
pembayaran santunan
asuransi, atas beban dana
tabarru’, untuk manfaat
meninggal dunia dan
seluruh nilai tunai akan
dibayarkan sekaligus
segera setelah pengajuan
klaim manfaat asuransi
yang bersangkutan
disetujui oleh pengelola,
dan BAB VI tentang
syarat pengajuan klaim
manfaat asuransi.
6. Dalam akad tabarru’ (hibah), POJK No. 69 Tahun 2016 BAB I tantang ketentuan Sesuai, karena telah dijelaskan di
peserta memberikan dana BAB IV, pasal 56 ayat 3: umum pasal 1 ayat 2: akad dalam polis bahwa peserta wajib
hibah yang akan digunakan dalam akad tabarru’ harus tabarru’ yaitu akad hibah berkontribusi untuk iuran
untuk menolong peserta atau dibentuk dana tabarru’ dari dalam bentuk pemberian tabarru’ sebesar 50% dari nilai
peserta lain yang tertimpa kontribusi pemegang polis dana dari satu pemegang tunai. Namun, jika diteliti lebih
musibah. atau peserta sejak awal polis kepada dana lanjut terdapat unsur gharar,
perjanjian asuransi syariah tabarru’ untuk tujuan karena tidak dijelaskan jumlah
atau perjanjian reasuransi tolong menolong di antara nominal iuran tabarru’.
syariah. para pemegang polis yang
tidak bersifat dan bukan
untuk tujuan komersial,
BAB I tentang ketentuan
umum pasal 1 ayat 15:
iuran tabarru’ yaitu iuran
dalam bentuk pemberian
sejumlah uang dari satu
pemegang polis kepada
dana tabarru’ untuk
pertanggungan asuransi
dasar dan tambahan (jika
diadakan), dan BAB
XVIII tentang akad
tabarru’ pasal 47: para
pemegang polis sepakat
untuk mengikatkan diri
dalam membuat
kesepakatan untuk
memberikan iuran
tabarru’.
7. Peserta secara individu POJK No. 72 Tahun 2016, BAB XVIII pasal 47, Dari beberapa keterangan pasal-
merupakan pihak yang BAB II pasal 4 ayat 2: BAB IXI pasal 48 ayat 2 pasal yang terangkum dalam
berhak menerima dana perusahaan hanya dapat dan 4, dan pada ketentuan polis, tidak dijelaskan bahwa
tabarru’ menggunakan dana tabarru’ khusus asuransi dasar kedudukan pemegang polis atau
(mu’amman/mutabarra’lahu) untuk: BAB III pasal 3 peserta secara kolektif adalah
dan secara kolektif selaku a.Pembayaran menjelaskan bahwa sebagai pihak penanggung atas
penanggung santunan/klaim/manfaat manfaat asuransi risiko yang terjadi pada peserta
(mu’ammin/mutabarri’). kepada pemegang polis atau meninggal dunia untuk lain. Akan tetapi pada BAB
peserta yang mengalami peserta yang diasuransikan XVIII tentang akad tabarru’
musibah atau pihak lain yang yaitu berupa pembayaran pasal 47 ayat 1: pemegang polis
berhak berdasarkan polis santunan asuransi, atas dengan ini setuju untuk
asuransi syariah beban dana tabarru’, dan mengikatkan diri dengan
b. Pembayaran kontribusi seluruh nilai tunai akan pemegang polis lainnya dalam
tabarru’ kepada reasuradur dibayarkan sekaligus suatu akad tabarru’. Dapat
c. Pembayaran kembali segera setelah pengajuan disimpulkan bahwa secara tidak
qardh kepada perusahaan klaim manfaat asuransi langsung pasal tersebut
d. Pengembalian dana yang bersangkutan menjelaskan bahwa para
tabarru’ disetujui oleh pengelola pemegang polis atau peserta
e. Biaya terkait pengelolaan dan BAB XVIII tentang merupakan pihak penanggung.
aset dana tabarru’. akad tabarru’ pasal 47
ayat 1 dan 2: Pemegang
polis dengan ini setuju
untuk mengikatkan diri
dengan pemegang polis
lainnya dalam suatu akad
tabarru’ dan sebagai
wujud dari kesepakatan
sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diatas,
pemegang polis akan
memberikan iuran
tabarru’ sebagaimana
tercantum dalam lampiran
ujrah dan iuran tabarru’.
8. Perusahaan asuransi POJK No. 69 BAB I Pasal 1 BAB I ketentuan umum Terdapat unsur gharar dalam
bertindak sebagai pengelola ayat 33: akad wakalah bil pasal 32: pengelola adalah penentuan akad wakalah
dana hibah atas dasar akad ujrah adalah akad tijarah PT Prudential Life terhadap pengelolaan dana
wakalah dari peserta selain yang memberikan kuasa Assurance, berkedudukan tabarru’. Pada BAB XIX tentang
dalam hal pengelolaan dana kepada perusahaan asuransi di Jakarta, yang didirikan dana tabarru’ dijelaskan bahwa
investasi. syariah, perusahaan berdasarkan hukum dana tabarru’ akan
reasuransi syariah atau unit Negara Republik diinvestasikan oleh pengelola
syariah sebagai wakil peserta Indonesia, BAB VI berdasarkan akad wakalah bil
untuk mengelola dana tentang pembayaran dan ujrah dengan mengenakan ujrah
tabarru’ dan/atau investasi pengalokasian kontribusi pengelolaan dana tabarru’.
peserta, sesuai kuasa atau pasal 22 ayat 1: porsi Sedangkan jika dilihat pada
wewenang yang diberikan, investasi yang terbentuk ketentuan lampiran ujrah dan
dengan imbalan berupa ujrah dari kontribusi berkala dan iuran tabarru’, disebutkan bahwa
POJK No. 69 BAB IV, Pasal kontribusi top-up berkala, ujrah atas pengelolaan dana
54 ayat 7: perusahaan akan dialokasikan untuk tabarru’ yaitu sebesar 0%. Maka
asuransi syariah, perusahaan membeli unit yang dapat disimpulkan bahwa
reasuruahansi syariah atau penempatannya sesuai pengelolaan atas dana tabarru’
unit syariah, dapat dengan intruksi pemegang tidak dibebankan ujrah.
menggunakan akad tijarah polis atas dana investasi Persentase 0% untuk ujrah iuran
dalam rangka pengelolaan prulink syariah untuk tabarru’ merupakan beban
investasi dari dana tabarru’ kontribusi berkala yang pemegang polis atau peserta,
atau dana tanahud yang tercatat terakhir pada yang mana hal tersebut telah
berbeda dengan akad tijarah pengelola dan BAB XIX menguntungkan pihak peserta.
dalam rangka kegiatan lain pasal 48 ayat 3: dana Dengan demikian, dapat
POJK No. 72 Tahun 2016, tabarru’ akan disimpulkan bahwa sebaiknya
BAB V pasal 13 ayat 2: aset diinvestasikan oleh akad yang digunakan adalah akad
yang diperkenankan dari pegelola berdasarkan akad wakalah bukan akad wakalah bil
dana tabarru’, dana tanahud wakalah bil ujrah dengan ujrah.
dan dana perusahaan dalam mengenakan ujrah atas
bentuk investasi harus pengelolaan tersebut.
ditempatkan dalam jenis:
a. Deposito berjangka pada
bank umum syariah, UUS
pada BU (paling tinggi 20%),
atau BPRS (paling tinggi 1-
5%), termasuk deposit on
call dan deposito yang
berjangka waktu kurang dari
atau sama dengan 1 bulan
b. Sertifikat deposito pada
BUS atau UUS pada BU
(paling tinggi 50%)
c. Saham syariah yang
tercatat di bursa efek (paling
tinggi 10-40%)
d. Sukuk atau obligasi
syariah yang tercatat di bursa
efek (paling tinggi 20-50%)
e. MTN syariah (paling
tinggi 20-40%)
f. Surat berharga syariah
yang diterbitkan oleh NRI
(paling tinggi 20-40%)
g. Surat berharga syariah
yang diterbitkan oleh negara
selain NRI (paling tinggi
10%)
h. Surat berharga syariah
yang diterbitkan oleh BI
i. Surat berharga syariah
yang diterbitkan oleh
lembaga multinasinal yang
NRI menjadi salah satu
anggota atau pemegang
saham
j. Reksa dana syariah (paling
tinggi 20-50%)
k. Efek beragun aset syariah
(paling tinggi 10-20%)
l. Dana investasi real estat
syariah berbentuk kontrak
investasi kolektif (paling
tinggi 10-20%)
m. Transaksi surat berharga
syariah melalui REPO
(paling tinggi 2-10%)
n. Pembiayaan syariah
melalui mekanisme kerja
sama dengan pihak lain
dalam bentuk kerja sama
pemberian pembiayaan
syariah (paling tinggi 10-
20%)
o. Emas murni (paling tinggi
10%).
9. Pengelolaan asuransi dan - - Penjelasan yang dimaksud dalam
reasuransi syariah hanya Fatwa, tidak dijelaskan di dalam
boleh dilakukan oleh suatu polis. Polis hanya menjelaskan
lembaga yang berfungsi bahwa pengelolaan asuransi
sebagai pemegang amanah. dilakukan oleh pengelola yaitu
PT Prudential Life Assurance
yang berkedudukan di Jakarta,
dengan tidak menjelaskan secara
spesifik bahwa pengelola
merupakan pemegang amanah.
10. Pembukuan dana tabarru’ POJK No. 72 Tahun 2016, BAB XVIII pasal 47 ayat Sesuai, akan tetapi polis tidak
harus terpisah dari dana yang BAB II pasal 2: 3: iuran tabarru’ yang menjelaskan bahwa pembukuan
lainnya. a. Ayat 1: aset dan liabilitas diberikan oleh pemegang dana tabarru’ terpisah dari dana
yang terkait dengan hak polis sehubungan dengan yang lainnya. Kemudian, jika
pemegang polis atau peserta asuransi jiwa syariah yang dilihat pada ketentuan ringkasan
wajib dipisahkan dari aset dikelola oleh pegelola polis, tidak dijelaskan pembagian
dan liabilitas yang lain dari akan dimasukkan ke porsi yang jelas mengenai iuran
perusahaan dalam dana tabarru’. tabarru’ dengan iuran investasi,
b. Ayat 2: pemisahan aset melainkan hanya dijelaskankan,
dan liabilitas sebagaimana bahwa seluruh kontribusi peserta
yang dimaksud yaitu terdiri hanya dialokasikan kepada porsi
dari dana tabarru’, dana investasi saja. Sedangkan pada
tanahud, dana perusahaan, BAB XVIII tentang akad
dan dana investasi peserta tabarru’ pasal 47 ayat 3
c. Perusahaan wajib membuat dijelaskan bahwa iuran tabarru’
pencatatan terpisah untuk yang diberikan oleh pemegang
dana tabarru’, dana tanahud, polis akan dimasukkan ke dalam
dana perusahaan, dan dana dana tabarru’, yang mana dapat
investasi peserta. disimpulkan bahwa iuran
tabarru’ tidak dicampur dengan
iuran atau dana lainnya. Akan
tetapi peneliti merasa terdapat
kesenjangan antara teori dengan
faktanya. Karena, jika
diperhatikan pada penjelasan
yang diberikan oleh pegawai
Prudential, bahwa iuran tabarru’
akan ditarik dari nilai investasi,
sehingga sejak awal kontribusi
yang disetorkan tidak dipisah
pada rekening yang berbeda,
melainkan hanya dibentuk pada
porsi investasi saja, bukan
investasi dengan tabarru’, dan
pada lampiran ujrah dan iuran
tabarru’ hanya menyebutkan
porsi presentase untuk iuran
tabarru’ saja, tanpa dijelaskan
jumlah yang pasti untuk iuran
tabarru’ tersebut.
11. Hasil investasi dari dana POJK No. 72 Tahun 2016, BAB XXI tentang surplus Sesuai, namun tidak ada
tabarru’ menjadi hak BAB III pasal 6: surplus underwriting pasal 50 ayat penjelasan mengenai berapa porsi
kolektif peserta dan underwriting dapat 4, 5, 6, 7, 9, dan 10. persentase dana tabarru’ yang
dibukukan dalam akun didistribusikan dengan akan diinvestasikan oleh
tabarru’. pilihan sebagai berikut: perusahaan dan hasil investasi
a. Seluruhnya ditambahkan dana tabarru’ akan dibukukan
ke dalam dana tabarru’ dalam akun tabarru’. Dapat
b. Sebagian ditambahkan ke dilihat pada polis pasal 50
dalam dana tabarru’ dan tentang surplus underwriting ayat
sebagian dibagikan kepada 10 yang intinya yaitu dalam hal
pemegang polis atau peserta pemegang polis pada saat
c. Sebagian ditambahkan ke berakhirnya suatu tahun
dalam dana tabarru’, keuangan berhak atas pembagian
sebagian dibagikan kepada surplus underwriting namun pada
pemegang polis atau peserta saat pembagiannya menjadi tidak
dan sebagian dibagikan berhak, maka hak nya akan
kepada perusahaan. diberikan kepada pemegang polis
lain yang memenuhi persyaratan
dan selanjutnya jumlah
pembagian tersebut yang semula
menjadi hak pemegang polis
yang bersangkutan harus
dikembalikan ke dalam dana
tabarru’. Penjelasan di atas
menegaskan bahwa iuran
tabarru’ para peserta telah
diinvestasikan oleh perusahaan,
sedangkan di dalam polis tidak
dijelaskan berapa jumlah porsi
persentase investasi dari iuran
tabarru’.
12. Dari hasil investasi, POJK No. 69 Tahun 2016 BAB XIX tentang dana Sesuai, karena perusahaan telah
perusahaan asuransi dan BAB IV, Pasal 57 ayat 3: tabarru’ pasal 48 ayat 3: menentukan porsi pembebanan
reasuransi syariah dapat dalam hal pengelolaan dana dana tabarru’akan ujrah bagi peserta. Akan tetapi
memperoleh bagi hasil investasi dana tabarru’ dana diinvestasikan oleh dalam ringkasan polis disebutkan
berdasarkan akad tanahud, atau dana investasi pengelola berdasarkan bahwa sampai dengan tahun ke 5
mudharabah atau peserta didasarkan pada akad akad wakalah bil ujrah peserta dibebankan atas ujrah
mudharabah musytarakah wakalah bil ujrah, dengan mengenakan ujrah akuisisi, yang merupakan ujrah
atau mendapatkan ujrah (fee) perusahaan asuransi syariah, pengelolaan dana tabarru’ pemrosesan permohonan
berdasarkan akad wakalah perusahaan reasuransi syariah sebagaimana tercantum pertanggungan dan penerbitan
bil ujrah. atau unit syariah tidak boleh dalam lampiran ujrah dan polis yang terdiri dari biaya
memperoleh bagian dari hasil iuran tabarru’. pemeriksanaan kesehatan,
investasi. pengadaan polis, pencetakan
dokumen, pos dan
telekomunikasi, dan biaya tenaga
pemasar. Dengan ketentuan
tersebut dapat disimpulkan
bahwa pembebanan atas ujrah
akuisisi tidak sesuai dengan
syariah, karena salah satu
parameter untuk menentukan
kesyariahan suatu kegiatan
adalah dengan adanya unsur
keadilan. Sedangkan pemegang
polis atau peserta tidak pernah
melakukan pemeriksaan
kesehatan dan pengadaan polis
hanya dilakukan satu kali pada
awal kesepakatan kontrak.
Selanjutnya untuk ujrah-ujrah
lain yang telah disebutkan
macamnya dalam bab x tentang
ujrah, dan merupakan objek akad
wakalah bil ujrah, tidak
dijelaskan jumlah porsi
presentasenya, sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat
unsur gharar dalam pembagian
persentase ujrah.
13. Jika terdapat surplus POJK No. 69 BAB IV pasal BAB XXI tentang surplus Sesuai.
underwriting atas dana 56 ayat 2 huruf G akad underwriting pasal 50 ayat
tabarru’, maka boleh tabarru’ yang digunakan 7:
dilakukan beberapa alternatif dalam asuransi syariah wajib a. 56% dibagikan kepada
sebagai berikut: memuat paling sedikit, yaitu: seluruh pemegang polis
a. Diperlakukan seluruhnya Ketentuan mengenai dengan ketentuan
sebagai dana cadangan alternatif dan persentase pembagian sebagaimana
dalam akun tabarru’ pembagian surplus yang telah diatur
b. Disimpan sebagian underwriting, POJK No. 23 sebelumnya
sebagai dana cadangan dan Tahun 2015 pasal 12 huruf E b. 30% dari kelebihan
dibagikan sebagian lainnya polis asuransi dengan prinsip tersebut akan tetap
kepada para peserta yang syariah harus memenuhi disimpan dalam dana
memenuhi syarat kriteria sebagai berikut: tabarru’
aktuaria/manajemen risiko Alokasi penggunaan surplus c. 14% merupakan hak
c. Disimpan sebagian sebagai underwriting untuk dana dan diserahkan kepada
dana cadangan dan dapat tabarru’, dana peserta pengelola.
dibagikan sebagian lainya dan/atau dana perusahaan dan
kepada perusahaan asuransi POJK No. 72 Tahun 2016,
dan para peserta sepanjang BAB III pasal 6: surplus
disepakati oleh para peserta underwriting dapat
d. Pilihan terhadap salah satu didistribusikan dengan
alternatif tersebut di atas pilihan sebagai berikut:
harus disetujui terlebih a. Seluruhnya ditambahkan
dahulu oleh peserta dan ke dalam dana tabarru’
dituangkan dalam akad. b. Sebagian ditambahkan ke
dalam dana tabarru’ dan
sebagian dibagikan kepada
pemegang polis atau peserta
c. Sebagian ditambahkan ke
dalam dana tabarru’,
sebagian dibagikan kepada
pemegang polis atau peserta
dan sebagian dibagikan
kepada perusahaan
POJK No. 72 Tahun 2016,
BAB III pasal 6 ayat 4:
pemegang polis atau peserta
yang menerima surplus
underwriting sebagaimana
dimaskud pada peraturan
sebelumnya, harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Telah membayar
kontribusi untuk periode
perhitungan surplus
underwriting
b. Tidak sedang dalam proses
penyelesaian klaim
c. Tidak pernah menerima
pembayaran klaim yang
melebihi jumlah kontribusi
yang dialokasikan ke dalam
dana tabarru’
d. Tidak menghentikan polis
pada periode perhitungan
surplus underwriting.
14. Jika terjadi defisit POJK No. 23 Tahun 2015 BAB XX tentang qardh Sesuai.
underwriting atas dana pasal 12 huruf F: Pemberian pasal 49 ayat 1: apabila
tabarru’ (defisit tabarru’), qardh oleh perusahaan dalam dana tabarru’ tidak cukup
maka perusahaan asuransi hal dana tabarru’ tidak cukup untuk membayar manfaat
wajib menanggulangi untuk membayar manfaat asuransi selain nilai tunai,
kekurangan tersebut dalam asuransi, POJK No. 72 Tahun maka pengelola akan
bentuk qardh (pinjaman). 2016, BAB I ketentuan menalangi kekurangan
umum pasal 1 ayat 19: pembayaran manfaat
qardh asuransi tersebut dalam
adalah pinjaman dana dari
perusahaan kepada dana bentuk qardh.
tabarru’ dan/atau dana
tanahud dalam rangka
menanggulangi
ketidakcukupan aset dana
tabarru’ untuk membayar
santunan/klaim/manfaat
kepada pemegang polis atau
peserta, dan POJK No. 72
Tahun 2016, BAB IV Qardh
pasal 8 ayat 2 huruf C dan D,
yaitu perusahaan wajib
menyediakan aset yang
tersedia untuk qardh pada
dana perusahaan dalam hal:
a. Tingkat solvabilitas dana
tabarru’ dan dan dana
tanahud lebih keil dari target
tingkat solvabilitas dana
tabarru’ dan dana tanahud
b. Jumlah investasi dalam
aset yang diperkenankan dari
dana tabarru’ lebih kecil dari
jumlah penyisihan teknis dan
liabilitas pembayaran
santunan/klaim/manfaat
retensi sendiri dari dana
tabarru’ dana tanahud
c. Terjadi
defisit underwriting
dana tabarru’ dan/atau
d. Dana tabarru’ dan dana
tanahud tidak cukup untuk
membayar
santunan/klaim/manfaat
kepada pemegang polis atau
peserta.
15. Pengembalian dana qardh POJK No. 72 Tahun 2016, BAB XX tentang qardh Sesuai.
kepada perusahaan asuransi BAB II pasal 4 ayat 2 huruf pasal 49 ayat 2:
disisihkan dari dana C: perusahaan hanya dapat pengembalian
tabarru’. menggunakan dana tabarru’ qardh
untuk: pembayaran kembali kepada pengelola
qardh kepada perusahaan dan dilakukan dengan
POJK No. 72, BAB IV pasal menggunakan surplus
8 ayat 7: pengembalian underwriting dan/atau
qardh kepada dana dana tabarru’.
perusahaan dilakukan dari
dana tabarru’
dan/atau dana tanahud.

No. Fatwa DSN MUI No. 52 POJK Terkait Akad Realisasi terhadap Polis Hasil Analisis Perbandingan
Tahun 2006 Tentang Akad Tijarah pada Asuransi Asuransi Peraturan dengan Polis
Wakalah Bil Ujrah pada Syariah
Asuransi Syariah
1. Dalam fatwa ini yang - BAB I tentang ketentuan Sesuai.
dimaksud dengan: umum pasal 5: asuransi
a. Asuransi adalah asuransi jiwa syariah yaitu usaha
jiwa, asuransi kerugian, dan saling tolong menolong
reasuransi syariah (ta’awuni) dan melindungi
b. Peserta adalah peserta (takafuli) diantara para
asuransi (pemegang polis) pemegang polis melalui
atau perusahaan asuransi pembentukan kumpulan
dalam reasuransi syariah. dana (dana tabarru’) yang
dikelola sesuai dengan
prinsip syariah untuk
menghadapi risiko
tertentu, dan pasal 26:
pemegang polis adalah
orang perseorangan atau
badan usaha yang
membuat perjanjian
pertanggungan jiwa
berdasarkan prinsip
syariah dengan pengelola
sebagaimana tertera dalam
ringkasan polis dan setiap
perubahannya (jika ada).
2. Wakalah bil ujrah boleh POJK No. 69 Tahun 2016 BAB XVII tentang akad Sesuai.
dilakukan antara perusahaan BAB I ketentuan umum pasal wakalah bil ujrah pasal 46
asuransi dengan peserta. 1 ayat 33: akad wakalah bil ayat 1: pemegang polis
ujrah adalah akad tijarah selaku pemberi kuaasa
yang memberikan kuasa dengan ini memberi kuasa
kepada perusahaan asuransi kepada pengelola selaku
syariah, perusahaan penerima kuasa
reasuransi syariah, atau unit berdasarkan akad
wakalah
syariah, sebagai wakil peserta bil ujrah, BAB 1 tentang
untuk mengelola dana ketentuan umum pasal 1
tabarru’ dan/atau dana ayat 32: pengelola adalah
investasi peserta, sesuai PT Prudential Life
kuasa atau wewenang yang Assurance, berkedudukan
diberikan, dengan imbalan di Jakarta, yang didirikan
berupa ujrah (fee). berdasarkan hukum
Negara Republik
Indonesia.
3. Wakalah bil ujrah adalah POJK No. 69 Tahun 2016 BAB I tentang ketentuan Sesuai.
pemberian kuasa dari peserta BAB I ketentuan umum pasal umum pasal 1 ayat 3: akad
kepada perusahaan asuransi 1 ayat 33: akad wakalah bil wakalah bil ujrah adalah
untuk mengelola dana ujrah adalah akad tijarah akad antara pemegang
peserta dengan imbalan yang memberikan kuasa polis secara kolektif atau
pemberian ujrah (fee). kepada perusahaan asuransi orang perseorangan
syariah, perusahaan dengan pengelola dengan
reasuransi syariah, atau unit tujuan komersial yang
syariah, sebagai wakil peserta memberikan kuasa kepada
untuk mengelola dana pengelola sesuai kuasa
tabarru’ dan/atau dana atau wewenang yang
investasi peserta, sesuai diberikan, dengan imbalan
kuasa atau wewenang yang berupa ujrah dan BAB
diberikan, dengan imbalan XVII tentang akad
berupa ujrah (fee). wakalah bil ujrah pasal 46
ayat 1: pemegang polis
selaku pemberi kuasa
dengan ini memberi kuasa
kepada pengelola selaku
penerima kuasa
berdasarkan akad wakalah
bil ujrah dan BAB XIX
tentang dana tabarru’
pasal 48 ayat 3: dana
tabarru’ akan
diinvestasikan oleh
pengelola berdasarkan
akad wakalah bil ujrah
dengan mengenakan ujrah
pengelolaan dana tabarru’
sebagaimana tercantum
dalam lampiran ujrah
dan
iuran tabarru’.
4. Wakalah bil ujrah dapat POJK No. 69 Tahun 2016 BAB VI tentang Sesuai.
diterapkan dalam produk BAB I ketentuan umum pasal pembayaran dan
asuransi yang mengandung 1 ayat 33: akad wakalah bil pengalokasian kontribusi
unsur tabungan (saving) ujrah adalah akad tijarah pasal 22 ayat 1: porsi
maupun unsur tabarru’ (non yang memberikan kuasa investasi yang terbentuk
saving). kepada perusahaan asuransi dari kontribusi berkala dan
syariah, perusahaan kontribusi top-up berkala,
reasuransi syariah, atau unit akan dialokasikan untuk
syariah, sebagai wakil peserta membeli unit yang
untuk mengelola dana penempatannya sesuai
tabarru’ dan/atau dana dengan intruksi pemegang
investasi peserta, sesuai polis atas dana investasi
kuasa atau wewenang yang prulink syariah untuk
diberikan, dengan imbalan kontribusi berkala yang
berupa ujrah (fee) dan POJK tercatat terakhir pada
No. 69 Tahun 2016 BAB IV pengelola, BAB VI
tentang penerapan prinsip tentang pembayaran dan
syariah dalam pengalokasian kontribusi
penyelenggaraan usaha pasal 22, BAB VII tentang
asuransi umum syariah, dana investasi prulink
usaha asuransi jiwa syariah pasal 24, BAB X tentang
dan usaha reasuransi syariah ujrah pasal 32, dan 33,
Pasal 54 ayat 7: perusahaan dan BAB XIX pasal 48
asuransi syariah, perusahaan ayat 3: dana tabarru’ akan
reasuransi syariah atau unit diinvestasikan oleh
syariah, dapat menggunakan pegelola berdasarkan akad
akad tijarah dalam rangka wakalah bil ujrah dengan
pengelolaan investasi dari mengenakan
dana tabarru’ atau dana
tanahud yang berbeda ujrah pengelolaan dana
dengan akad tijarah dalam tabarru’ sebagaimana
rangka kegiatan lain. tercantuk dalam lampiran
ujrah dan iuran tabarru’.
5. Akad yang digunakan adalah - BAB XVII tentang akad Sesuai.
akad wakalah bil ujrah. wakalah bil ujrah pasal 46
dan BAB XIX tentang
dana tabarru’ pasal 48
ayat 3: dana tabarru’ akan
diinvestasikan oleh
pegelola berdasarkan
akad
wakalah bil ujrah dengan
mengenakan

ujrah
pengelolaan dana tabarru’
sebagaimana tercantuk
dalam lampiran ujrah dan
iuran tabarru’.
6. Objek akad wakalah POJK No. 69 Tahun 2016 BAB XVII pasal 46 ayat 1 Dalam ketentuan akad wakalah
bil ujrah meliputi BAB IV tentang penerapan huruf a: pemegang polis bil ujrah di dalam polis, tidak
antara lain: prinsip syariah dalam selaku pemberi kuasa disebutkan tujuh objek akad
a. Kegiatan administrasi penyelenggaraan usaha kepada pengelola selaku wakalah bil ujrah seperti yang
b. Pengelolaan dana asuransi umum syariah, penerima kuasa telah dijelaskan di dalam Fatwa
c. Pembayaran klaim usaha asuransi jiwa syariah berdasarkan akad wakalah DSN-MUI maupun POJK. Di
d. Underwriting dan usaha reasuransi syariah bil ujrah untuk kegiatan dalam polis hanya menjelaskan
e. Pengelolaan portofolio pasal 57 ayat 1: objek akad sebagai berikut: mengelola lima dari tujuh objek yang telah
risiko wakalah bil ujrah yaitu asuransi jiwa syariah disebutkan dalam Fatwa DSN-
f. Pemasaran a. Kegiatan administrasi termasuk namun tidak MUI maupun POJK, dengan
g. Investasi. b. Pengelolaan dana terbatas pada melakukan memberikan klausul “termasuk
c. Pembayaran klaim kegiatan administrasi, namun tidak terbatas pada
d. Underwriting underwriting, pembayaran pengelolaan ...”. Akan tetapi, 2
e. Pengelolaan portofolio klaim, pemasaran dan objek yang tidak disebutkan telah
risiko investasi dana tabarru’ disebutkan pada Bab ujrah yang
f. Pemasaran berdasarkan polis atau terdapat dalam polis.
g. Investasi dana tabarru‟, formulir lain yang relevan Dalam polis dijelaskan bahwa
dana tanahud dan/atau dana yang dapat dipelajari oleh ujrah akuisisi yaitu ujrah
investasi peserta pemegang polis sebelum pemrosesan permohonan
h. Kegiatan lain sesuai melakukan transaksi dan pertanggungan dan penerbitan
dengan kesepakatan dalam BAB X pasal 30 ayat 1: polis yang terdiri dari beberapa
polis. jeniss ujrah dalam polis biaya yang menjadi beban
asuransi tersebut, terdiri pemegang polis atau peserta,
dari: salah satunya yaitu biaya
a. Ujrah akuisisi (biaya pemeriksaan kesehatan.
pemeriksaan kesehatan, Realitanya pemegang polis atau
biaya pengadaan polis, peserta tidak pernah melakukan
biaya pencetakan pemeriksanaan kesehatan atas
dokumen, biaya pos dan permintaan pihak Prudential,
telekomunikasi, dan biaya sedangkan ujrah akuisisi menjadi
tenaga pemasar) beban peserta hingga tahun
b. Ujrah top-up kelima, dan jumlahnya sangat
c. Ujrah pengalihan dana besar pada tahun pertama dan
investasi prulink syariah kedua. Oleh karena itu, sangat
d. Ujrah administrasi tidak adil jika dibebankan hingga
e. Ujrah pengelolaan dana 80% pada tahun pertama dan
investasi kedua.
f. Ujrah pengelolaan dana Selanjutnya menurut peneliti,
tabarru’ jika di dalam polis dijelaskan
g. Ujrah pengelolaan mengenai macam-macam ujrah
risiko yang akan dibebankan kepada
h. Ujrah perubahan polis peserta, maka akan lebih baik
i. Ujrah cetak ulang polis jika disebutkan pula porsi
dan kartu kepesertaan presentase untuk setiap jenis
asuransi. ujrah yang dibebankan.
7. Dalam akad wakalah bil POJK No. 69 Tahun 2016 Hak dan kewajiban Untuk batasan wewenang yang
ujrah, harus disebutkan BAB IV tentang penerapan peserta dan perusahaan diberikan oleh pemegang polis
sekurang-kurangnya: prinsip syariah dalam asuransi : BAB VI tentang atau peserta kepada perusahaan
a. Hak dan kewajiban peserta penyelenggaraan usaha pembayaran dan tidak dijelaskan dalam pasal
dan perusahaan asuransi asuransi umum syariah, pengalokasian kontribusi tersendiri, namun pada
b. Besaran, cara dan waktu usaha asuransi jiwa syariah pasal 14, 15, 16, 17, 19, keseluruhan isi polis dijelaskan
pemotongan ujrah atas premi dan usaha reasuransi syariah 20, 21, dan 22, BAB VII bahwa perusahaan sebagai
c. Syarat-syarat lain yang pasal 57 ayat 2: akad tentang dana investasi pengelola diberikan batasan
disepakati, sesuai dengan wakalah bil ujrah wajib prulink syariah pasal 23, untuk mengelola dana peserta
jenis asuransi yang diadakan. memuat paling sedikit: 24, dan 27, BAB X khususnya dengan menggunakan
a. Objek/kegiatan yang tentang ujrah pasal 32, akad wakalah bil ujrah, seperti
dikuasakan pengelolanya BAB XVII tentang akad dengan menginvestasikan dana
b. Hak dan kewajiban wakalah bil ujrah, dan peserta sesuai dengan perintah
pemegang polis atau peserta BAB XIX tentang dana pemegang polis atau peserta dan
secara kolektif dan/atau tabarru’ pasal 48 ayat 3. penempatan dana investasi pada
pemegang polis atau peserta Besaran, cara dan waktu instrumen investasi yang sesuai
secara individu sebagai pemotongan ujrah atas dengan syariah. Untuk besaran,
muwakkil premi: ketentuan cara dan waktu pemotongan
c. Hak dan kewajiban ringkasan polis (akad ujrah, polis tidak mencantumkan
perusahaan asuransi syariah, wakalah bil ujrah), BAB hal tersebut. Hanya saja polis
perusahaan reasuransi syariah X tentang ujrah pasal 30 menjelaskan mengenai
atau unit syariah sebagai —37, dan ketentuan pemotongan ujrah akuisisi, yang
wakil lampiran ujrah dan iuran mana jenis ujrah tersebut tidak
d. Batasan kuasa atau tabarru’ asuransi dasar diatur oleh Fatwa maupun POJK.
wewenang yang diberikan prulink syariah assurance POJK hanya mengatur mengenai
pemegang polis atau peserta account BAB II tentang mengenai besaran, cara dan
kepada perusahaan reasuransi biaya pasal 2. waktu pemotongan ujrah
syariah atau unit syariah Objek akad wakalah bil merupakan syarat atas penerapan
e. Besaran, cara dan waktu ujrah: BAB X tentang akad wakalah bil ujrah.
pemotongan ujrah ujrah pasal 30 dan BAB
f. Ketentuan lain yang XVII tentang akad
disepakati. wakalah bil ujrah pasal
46: pemegang polis selaku
pemberi kuasa kepada
pengelola selaku penerima
kuasa berdasarkan akad
wakalah bil ujrah untuk
kegiatan sebagai berikut:
mengelola asuransi jiwa
syariah termasuk namun
tidak terbatas pada
melakukan kegiatan
administrasi,
underwriting, pembayaran
klaim, pemasaran dan
investasi dana tabarru’
berdasarkan polis atau
formulir lain yang relevan
yang dapat dipelajari oleh
pemegang polis sebelum
melakukan transaksi.
Batasan kuasa yang
diberikan pemegang polis
kepada perusahaan: BAB
VI tentang pembayaran
dan pengalokasian
kontribusi pasal 21 ayat 1,
pasal 22 ayat 2, dan BAB
II tentang jenis dana
investasi prulink syariah
pasal 2.
8. Dalam akad ini, perusahaan POJK No. 69 Tahun 2016 BAB XVII pasal 46 ayat 1 Sesuai.
bertindak sebagai wakil BAB I ketentuan umum pasal huruf a: pemegang polis
(yang mendapat kuasa) untuk 1 ayat 33: akad wakalah bil selaku pemberi kuasa
mengelola dana. ujrah adalah akad tijarah kepada pengelola selaku
yang memberikan kuasa penerima kuasa
kepada perusahaan asuransi berdasarkan akad wakalah
syariah, perusahaan bil ujrah untuk kegiatan
reasuransi syariah, atau unit sebagai berikut: mengelola
syariah, sebagai wakil peserta asuransi jiwa syariah
untuk mengelola dana termasuk namun tidak
tabarru’ dan/atau dana terbatas pada melakukan
investasi peserta, sesuai kegiatan administrasi,
kuasa atau wewenang yang underwriting, pembayaran
diberikan, dengan imbalan klaim, pemasaran dan
berupa ujrah (fee). investasi dana tabarru’
berdasarkan polis atau
formulir lain yang relevan
yang dapat dipelajari oleh
pemegang polis sebelum
melakukan transaksi.
9. Peserta (pemegang polis) POJK No. 69 Tahun 2016 BAB XVII pasal 46 ayat 1 Sesuai .
sebagai individu, dalam BAB I ketentuan umum pasal huruf a: pemegang polis
produk saving dan tabarru’, 1 ayat 33: akad wakalah bil selaku pemberi kuasa
bertindak sebagai muwakkil ujrah adalah akad tijarah kepada pengelola selaku
(pemberi kuasa) untuk yang memberikan kuasa penerima kuasa
mengelola dana. kepada perusahaan asuransi berdasarkan akad wakalah
syariah, perusahaan bil ujrah.
reasuransi syariah, atau unit
syariah, sebagai wakil peserta
untuk mengelola dana
tabarru’ dan/atau dana
investasi peserta, sesuai
kuasa atau wewenang yang
diberikan, dengan imbalan
berupa ujrah (fee).
10. Peserta sebagai suatu POJK No. 69 Tahun 2016 BAB XVIII tentang akad Sesuai, akan tetapi pada polis
badan/kelompok, dalam akun BAB I ketentuan umum pasal tabarru’ pasal 47 ayat 3: tidak dijelaskan bahwa peserta
tabarru‟ bertindak sebagai 1 ayat 33: akad wakalah bil iuran tabarru’ yang sebagai suatu kelompok
muwakkil (pemberi kuasa) ujrah adalah akad tijarah diberikan oleh pemegang merupakan pihak pemberi kuasa.
untuk mengelola dana. yang memberikan kuasa polis sehubungan asuransi
kepada perusahaan asuransi jiwa syariah yang
syariah, perusahaan diselenggarakan atau
reasuransi syariah, atau unit dikelola oleh pengelola
syariah, sebagai wakil peserta akan dimasukkan ke
untuk mengelola dana dalam dana tabarru’ dan
tabarru’ dan/atau dana BAB XIX tentang dana
investasi peserta, sesuai tabarru’ pasal 48 ayat 3:
kuasa atau wewenang yang dana tabarru’ akan
diberikan, dengan imbalan diinvestasikan oleh
berupa ujrah (fee). pengelola berdasarkan
akad wakalah bil ujrah
dengan mengenakan ujrah
pengelolaan dana tabarru’
sebagaimana tercantum
dalam lampiran ujrah dan
iuran tabarru’.
11. Wakil tidak boleh - BAB VII tentang dana Sesuai .
mewakilkan kepada pihak investasi prulink syariah
lain atas kuasa yang pasal 24 ayat 1 dan 2,
diterimanya, kecuali atas izin BAB XVII tentang akad
muwakkil (pemberi kuasa). wakalah bil ujrah pasal 46
ayat 1 huruf B: dalam hal
pengelolaan dana investasi
prulink syariah, disepakati
bahwa pemegang polis
memberikan izin kepada
pengelola untuk dapat
mewakilkan pengelolaan
dana investasi prulink
syariah pemegang polis
kepada pihak lain yang
kompeten apabila
diperlukan dengan
ketentuan bahwa
pengelola dana investasi
prulink syariah tersebut
dilakukan sesuai dengan
prinsip syariah.
12. Akad wakalah adalah POJK No. 69 Tahun 2016 BAB VI tentang Sesuai.
bersifat amanah (yad BAB IV tentang penerapan pembayaran dan
amanah) dan bukan prinsip syariah dalam pengalokasian kontribusi
tanggungan (yad dhaman) penyelenggaraan usaha pasal 21 ayat 1: pemegang
sehingga wakil tidak asuransi umum syariah, polis harus memilih dana
menanggung risiko terhadap usaha asuransi jiwa syariah investasi dan menentukan
kerugian investasi dengan dan usaha reasuransi syariah alokasi untuk setiap dana
mengurangi fee yang telah pasal 54 ayat 8: berdasarkan investasi dan ayat 2:
diterimanya, kecuali atas akad wakalah bil ujrah, akad segala kerugian, risiko,
kecerobohan atau mudharabah, dan akad beban atau keuntungan
wanprestasi. mudharabah musytarakah, yang timbul atas
perusahaan asuransi syariah, pemilihan dan
perusahaan reasuransi pegalokasian dan investasi
syariah, atau unit syariah merupakan tanggung
wajib menanggung seluruh jawab dan hak pemegang
kerugian yang terjadi dalam polis.
kegiatan pengelolaan risko
dan/atau kegiatan
pengelolaan investasi yang
diakibatkan oleh kesalahan
yang disengaja, kelalaian,
atau wanprestasi yang
dilakukan perusahaan
asuransi syariah perusahaan
reasuransi syariah, atau unit
syariah.
13. Perusahaan sebagai wakil POJK No. 69 BAB IV pasal - Dalam polis tidak ada ketentuan
tidak berhak memperoleh 57 ayat 3: dalam hal demikian, namun secara tidak
bagian dari hasil investasi, pengelolaan dana investasi langsung polis menjelaskan
karena akad yang digunakan dana tabarru’ dana tanahud, bahwa tidak terdapat peraturan
adalah akad wakalah. atau dana investasi peserta yang mengatur mengenai nisbah
didasarkan pada akad atau bagi hasil atas pengelolaan
wakalah bil ujrah, dana, akan tetapi yang diatur
perusahaan asuransi syariah, yaitu penetapan ujrah atas
perusahaan reasuransi syariah pengelolaan dana tabarru’ dan
atau unit syariah tidak boleh investasi pemegang polis atau
memperoleh bagian dari hasil peserta. Ujrah yang ditetapkan
investasi. atas pengelolaan iuran tabarru’
dan investasi tidak disebutkan
persentasenya secara jelas di
dalam polis.
14. Perusahaan asuransi selaku POJK No. 72 Tahun 2016, Ketentuan lampiran dana Sesuai, karena setiap dana yang
pemegang amanah, wajib BAB VI tentang dana investasi prulink syariah diinvestasikan oleh perusahaan
menginvestasikan dana yang investasi peserta pasal 33 asuransi dasar prulink Prudential yaitu kepada
terkumpul dan investasi ayat 1: aset dana investasi syariah assurance account perusahaan yang tidak
wajib dilakukan sesuai peserta dalam bentuk BAB II tentang jenis dana bertentangan dengan ketentuan
dengan syariah. investasi wajib ditempatkan investasi prulink syariah syariah, seperti perusahaan
dalam jenis: pasal 2: Prulink syariah Telkom, Astra, dan Indofood.
a. Deposito berjangka pada rupiah equity fund (dana
bank umum syariah, UUS investasi dalam mata uang
pada BU atau BPRS rupiah yang memiliki
termasuk deposit on call dan strategi investasi saham
deposito yang berjangka dengan rincian alokasi
waktu kurang dari atau sama aset yaitu 80%-100% pada
dengan 1 bulan efek bersifat ekuitas
b. Sertifikat deposito pada termasuk reksa dana
bank syariah saham yang sesuai dengan
c. Saham syariah yang syariah, Prulink syariah
tercatat di bursa efek rupiah managed fund
d. Sukuk atau obligasi (dana investasi prulink
syariah yang tercatat di bursa syariah dalam mata uang
efek rupiah yang memiliki
e. MTN syariah strategi investasi
f. Surat berharga syariah campuran dengan rincian
yang diterbitkan oleh NRI alokasi aset yaitu 0%-79%
g. Surat berharga syariah pada efek yang bersifat
yang diterbitkan oleh negara utang termasuk reksa dana
selain NRI pendapatan tetap yang
h. Surat berharga syariah sesuai dengan syariah,
yang diterbitkan oleh BI 0%-79% pada efek
i. Surat berharga syariah yang bersifat ekuitas termasuk
diterbitkan oleh lembaga reksa dana saham yang
multinasinal yang NRI sesuai dengan syariah, dan
menjadi salah satu anggota 0%-79% pada kas,
atau pemegang saham deposito, dan/atau
j. Reksa dana syariah instrumen pasar uang
k. Efek beragun aset syariah termasuk reksa dana pasar
l. Transaksi surat berharga uang yang sesuai dengan
syariah melalui REPO prinsip syariah, Prulink
m. Emas murni. syariah rupiah cash &
bond fund (dana investasi
prulink syariah dalam
mata uang rupiah yang
memiliki strategi investasi
campuran dengan rincian
yaitu 75%-100% pada
efek bersifat utang
termasuk reksa dana
pendapatan tetap yang
sesuai dengan prinsip
syariah dan 0%-25% pada
kas, deposito, dan/atau
instrumen pasar uang
termasuk reksa dana pasar
uang yang sesuai denga
syariah, Prulink syariah
rupiah

infrastucture &consumer
equity fund (dana investasi
prulink syariah dalam
mata uang rupiah yang
memiliki strategi investasi
saham dengan rincian
yaitu 80%- 100% pada
efek bersifat ekuitas
termasuk reksa dana
saham yang sesuai dengan
prinsip syariah dengan
fokus pada sektor
infrastruktur, sektor
konsumsi, dan sektor lain
yang berkaitan, dan 0%-
20%pada kas, deposito,
dan/atau instrumen pasar
uang termasuk reksa dana
pasar uang yang sesuai
degan prinsip syariah,
Prulink syariah rupiah
pacific equity fund (dana
investasi prulink syariah
dalam mata uang rupiah
yang memiliki strategi
investasi saham dengan
rincian alokasi yaitu 80%-
100% pada efek bersifat
ekuitas termasuk reksa
dana saham yang sesuai
dengan prinsip syariah
dengan fokus pada
perusahaan yang tercatat,
didirikan, atau melakukan
kegiatan operasional
utama wilayah asia pasifik
(kecuali jepang) dan 0%-
20% pada kas, deposito,
dan/atau instrumen pasar
uang termasuk reksa dana
yang sesuai dengan
prinsip syariah.
15. Dalam pengelolaan dana POJK No. 69 Tahun 2016 BAB XVII tentang akad Sesuai, karena dalam kegiatan
investasi, baik tabarru’ BAB I ketentuan umum pasal wakalah bil ujrah pasal 46 asuransi jiwa unit link tersebut
maupun saving, dapat 1 ayat 33: akad wakalah bil ayat 1 huruf a: pemegang menggunakan akad wakalah bil
digunakan akad wakalah bil ujrah adalah akad tijarah polis selaku pemberi ujrah, baik dalam pengelolaan
ujrah dengan mengikuti yang memberikan kuasa kuasa kepada pengelola dana tabarru’ maupun dana
ketentuan seperti di atas, kepada perusahaan asuransi selaku penerima kuasa investasi pemegang polis atau
akad mudharabah dengan syariah, perusahaan berdasarkan akad wakalah peserta. Namun peneliti kurang
mengikuti ketentuan fatwa reasuransi syariah, atau unit bil ujrah untuk kegiatan setuju dengan penerapan akad
mudharabah. syariah, sebagai wakil peserta sebagai berikut: mengelola wakalah bil ujrah pada
untuk mengelola dana asuransi jiwa syariah pengelolaan iuran tabarru’,
tabarru’ dan/atau dana termasuk namun tidak karena dalah polis dijelaskan
investasi peserta, sesuai terbatas pada melakukan bahwa ujrah untuk pengelolaan
kuasa atau wewenang yang kegiatan administrasi, dana tabarru’ adalah sebesar 0%
diberikan, dengan imbalan underwriting, pembayaran dan merupakan beban peserta.
berupa ujrah (fee) dan POJK klaim, pemasaran dan Demikian maka seharusnya akad
No. 69 Tahun 2016 BAB IV investasi dana tabarru’ yang digunakan adalah akad
tentang penerapan prinsip berdasarkan polis atau wakalah.
syariah dalam formulir lain yang relevan
penyelenggaraan usaha yang dapat dipelajari oleh
asuransi umum syariah, pemegang polis sebelum
usaha asuransi jiwa syariah melakukan transaksi dan
dan usaha reasuransi syariah BAB XIX tentang dana
Pasal 54 ayat 7: perusahaan tabarru’ pasal 48 ayat 3:
asuransi syariah, perusahaan dana tabarru’ akan
reasuransi syariah atau unit diinvestasikan oleh
syariah, dapat menggunakan pengelola berdasarkan
akad tijarah dalam rangka akad wakalah bil ujrah
pengelolaan investasi dari dengan mengenakan ujrah
dana tabarru’ atau dana pengelolaan dana tabarru’
tanahud yang berbeda sebagaimana tercantum
dengan akad tijarah dalam dalam lampiran ujrah dan
rangka kegiatan lain. iuran tabarru’.
H. Simpulan dari Hasil Perbandingan antara Fatwa DSN-MUI, POJK, dan
Polis
Hasil perbandingan antara Fatwa DSN-MUI, POJK, dan polis
menunjukan bahwa terdapat data di dalam polis yang sesuai dan tidak sesuai
dengan Fatwa DSN-MUI dan POJK. Adapun data pada polis yang sesuai
dengan ketentuan Fatwa DSN-MUI dan POJK adalah sebagai berikut:
1. Klausul mengenai akad tabarru’ pada BAB XVIII tentang akad tabarru’
dana tabarru’.
d tabarru’ yang dilakukan antar sesama peserta atau pemegang polis.
abarru’ adalah akad yang dilakukan dalam bentuk hibah untuk tujuan kebajikan dan tolong menolong antar sesama peserta
k dan kewajiban peserta secara individu dalam akad

a secara kolektif adalah pihak penanggung atas risiko yang terjadi pada peserta lain.
n dana tabarru’.
derwriting kepada peserta yang berhak.
qardh kepada perusahaan apabila terjadi defisit underwriting atas dana tabarru’.
lah bil ujrah antara perusahaan dengan peserta dan
ada peserta.

10. Objek dan syarat akad wakalah bil ujrah.


11. Kedudukan perusahaan sebagai wakil dan peserta sebagai muwakkil dalam
akad wakalah bil ujrah.
12. Pengelolaan dana peserta atau pemegang polis pada instrumen investasi
syariah.
Adapun data polis yang tidak sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN-MUI
dan POJK adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan dana tabarru’ peserta atau pemegang polis.

94
95

2. Hak dan kewajiban peserta atau pemegang polis secara kolektif dalam
akad tabarru’.
3. Penerapan akad wakalah bil ujrah terhadap pengelolaan dana tabarru’
peserta atau pemegang polis.
4. Tidak ada penjelasan jumlah porsi persentase dana tabarru’ yang akan
diinvestasikan oleh perusahaan.
5. Pembebanan ujrah akuisisi kepada peserta atau pemegang polis.
6. Tidak ada penjelasan mengenai cara dan waktu pemotongan ujrah untuk akad wakalah bil ujrah.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan terhadap data yang telah
diperoleh selama melakukan penelitian ini sebagaimana yang telah diuraikan
pada Bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa:
polis pada bab tersendiri yang mengatur mengenai akad wakalah bil ujrah hanya menyebutkan lima dari ketujuh objek, nam
mengenai pembagian porsi untuk iuran tabarru’ dan investasi pada bagian “Ringkasan Polis”. Namun sebaliknya, pada bagia

kegiatan investasi bukan asuransi. Kemudian mengenai pengembalian


manfaat investasi dan proteksi yang saling menggugurkan salah satunya
jika hasil investasi diambil seluruhnya oleh peserta, dengan alternatif yang
juga tidak sesuai dengan syariah.
3. Pada ketentuan ujrah akuisisi dapat disimpulkan bahwa sangat tidak adil
jika perusahaan membebankan porsi yang sangat besar pada tahun pertama
dan kedua untuk mengantisipasi klaim dini, karena tidak bisa dipastikan
bahwa pemgang polis atau peserta akan mengajukan klaim dini. Hal
tersebut dilakukan oleh perusahaan, karena tidak ada ketentuan mengenai

96
97

batasan dalam penentuan jumlah porsi untuk ujrah akuisisi. Dan juga
peneliti menyimpulkan bahwa, terdapat unsur gharar pada pembebanan
ujrah akuisisi yang di dalamnya termasuk yaitu biaya pemeriksaan
kesehatan dan pengadaan polis. Hal tersebut dapat disimpulkan, karena
sejak awal kesepakatan dibuat, pemegang polis atau peserta tidak pernah
melakukan pemeriksaan kesehatan dan pengadaan polis hanya dilakukan
satu kali.

op up berkala, dan istilah ujrah akuisisi. Selain itu juga agar seluruh ketentuan di dalam polis dijelaskan lebih rinci, salah satu

asuransi jiwa unit link tersebut, agar seluruh informasi dapat diterima
dengan baik.
4. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya dapat melakukan penelitian lebih
lanjut dan melengkapi penelitian terhadap polis asuransi jiwa unit link
syariah, seperti pada porsi persentase pembagian untuk setiap ujrah yang
telah dijelaskan di dalam polis dan porsi investasi dana tabarru’, karena
penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya seperti
wawancara terhadap para ahli dan objek pembahasan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqlani, Buluughul Maram Min Adillatil Ahkam.


Penerjemah Abdul Rasyad Siddiq. Terjemahan Lengkap Bulughul Maram.
Jakarta: Akbarmedia, 2015.

Ali, AM Hasan. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis
Historis, Teoritis, & Praktis. Jakarta: Prenada Media, 2004.

Amrin, Abdullah. Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah. Jakarta: PT Elex Media
Kompuindo, 2011.

--------------. Asuransi Syariah : Keberadaannya dan Kelebihannya di Tengah


Asuransi Konvensional. Jakarta: PT Elex Media Kompetindo, 2006.

Anwar, Khairil. Asuransi Syariah Halal & Mashlahat. T.t., Tiga Serangkai, 2007.

Fariana, Andi. “Urgensi Fatwa MUI dalam Pengembangan Sistem Hukum Ekonomi
Islam di Indonesia”. Jurnal Hukum dan Pranata Sosial, Vol. 12, Juni 2013.

Fatwa DSN MUI No. 21 Tahun 2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.

Fatwa DSN MUI No. 52 Tahun 2006 Tentang Akad Wakalah Bil Ujrah pada
Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah.

Fatwa DSN MUI No. 53 Tahun 2006 Tentang Akad Tabarru’ pada Asuransi Syariah.

Hafidhuddin, Didin, dkk. Solusi Berasuransi Lebih Indah dengan Syariah. Bandung:
PT Syarikat Takaful Indonesia, 2009.
HS, Salim dan Erlies Septiana Nurbani. Penerapan Teori Hukum pada Penelitian
Tesis dan Disertasi. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Ibn. Katsir. Tafisr Ibn. Katsir.

Ibrahim, Machzumy. Dasar-dasar Asuransi Syariah. Jakarta: PT PP Mardi Mulyo,


t.th.

Imam Nawawi, Riyadush Shalihin BAB I Jilid 7 Tentang Keyakinan dan

Tawakal. Interview Pribadi dengan Isro Subadri, Guru, Depok, 8 November 2017.

Ja’far, A. Kusmedi. “Teori-teori Pemberlakuan Hukum Islam”. Jurnal Hukum dan


Ekonomi Islam, Juni 2012.

Kholis, Nur. “Islamic Unit Linked: Is It Profitable and Fully Sharia Compliance?”.
Jurnal Madina, Vol. 20 No. 1, Juni 2016.

Martono. Bank & Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: EKONISIA, 2010.

Marzuki, Mahmud. Penelitian Hukum : Edisi Revisi. T.tp.: PrenadaMedia, 2017.

Mughits, Abdul. Ushul Fikih bagi Pemula. Jakarta: CV Artha Rivera, t.th.

Mustofa dan Abdul Wahid. Hukum Islam Kontemporer. Jakarta: Sinar Grafika. 2009.

Naja, HR Daeng. Akad Bank Syariah. Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011.

Nugraheni, Destri Budi. “Analisis Yuridis Akad Tabarru’ dan Akad Tijarah dalam
Produk Unit Link Syariah”. Jurnal Mimbar Hukum, Vol. 26 No. 2, Juni 2016.
OJK. “Laporan Perkembangan Keuangan Syariah 2016”, Laporan diakses pada 11
Desember 2017 dari www.ojk.go.id.

OJK. “Laporan Triwulan II 2017”, Laporan diakses pada 11 Desember 2017 dari
www.ojk.go.id.

OJK. “Laporan Triwulan IV 2017”, Laporan diakses pada 27 April 2017 dari
www.ojk.go.id

POJK No. 23 Tahun 2015 Tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi.

POJK No. 69 Tahun Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan


Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan
Reasuransi Syariah.

POJK No. 72 Tahun 2016 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi dengan Prinsip Syariah.

Praditya, Ilyas Istianur. “Tips Beli Polis Asuransi agar Tidak Tertipu Agen”, Artikel
diakses pada 30 September 2017 dari http://m.liputan6.com
/bisnis/read/3113239/tips-beli-polis-asuransi-agar-tidak-tertipu-agen.

Purnama, Deni. “Penerapan Akad Wakalah Bil Ujrah dalam Industri Asuransi dan
Lembaga Keuangan Syariah Lainnya”. Economic : Jurnal Ekonomi dan Hukum
Islam, ISSN: 2088-6365, Vol. 2 No. 1, 2012.

R., Galuh Nashrullah Kartika Mayangsari dan H. Hasni Noor, “Konsep Maqashid
Syariah dalam Menentukan Hukum Islam (Perspektif Al-Syatibi dan Jasser
Auda)”, Al Iqtishadiyah Jurnal Ekonomi Syariah dan Hukum Ekonomi Syariah,
ISSN Elektronik: 2442-2282, Vol. I, Issue I, 2014.
Rusyati dan Abdul Ghafur Anshori. “Pelaksanaan Akad Wakalah Bil Ujrah dalam
Asuransi Jiwa Syariah di PT Prudential Life Assurance BNJ Agency
Banjarmasin”. Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas Gajah Mada, 2015.

Rosyadi, A. Rahmat dan H.M. Rais Ahmad, Formalisasi Syariat Islam dalam
Perspektif Tata Hukum Indonesia, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2006.

Sahroni, Oni. “Konsultasi Syariah: Parameter Kesesuaian Syariah”. Artikel diakses


pada 21 April 2018 dari http://m.republika.co.id/berita/ekonomi /syariah-
ekonomi/18/04/03/p6m3h4416-konsultasi-syariah-parameter-kesesuaian-
syariah.

Sartika, Mila dan Hendri Hermawan Adinugraha. “Konsep dan Implementasi Dana
Premi Unit Link Syariah”, Jurnal Asuransi dan Manajemen Resiko, Vol. 1 No.
2, 2013.

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: EKONISIA,


2005.

Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syariah (Life and Geneal) Konsep dan Sistem
Operasionl. Jakarta: Gema Insani, 2013.

Suma, Amin. Asuransi Syariah & Asuransi Kovensional. Tangerang: Kholam


Publishing, 2006.

Suprabawa, Pungky Jati Aji. “Asuransi Jiwa (Study Tentang Pelaksanaan Link
Assurance di PT. Prudential Life Surakarta)”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Muhamadiyah Surakarta, 2010.

Syahatah, Husain Husain. Asuransi dalam Perspektif Syariah. Jakarta: AMZAH,


2006.

Ulum, Bahrul. “Perbandingan Asuransi Jiwa Unit Link PT Prudential antara


Konvensional dengan Syariah”. Skripsi S1 Fakultas Syariah, Universitas Islam
Negeri Mulana Malik Ibrahim Malang, 2015.
UU No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.

Workshop Eksekutif Aplikasi Maqashid Syariah pada Ekonomi, Keuangan dan


Perbankan Syariah. Artikel diakses pada 5 Juni 2018 dari http://
sofyanhotel.com/workshop-eksekutif-aplikasi-maqashid-syariah-pada-ekonomi-
keuangan-perbankan-syariah-10-11-juni-2015-di-jakarta, 5 Juni 2018.

Anda mungkin juga menyukai