Anda di halaman 1dari 32

MURABAHAH

PENGERTIAN
 Secara bahasa berasal dari kata ribh yang artinya keuntungan.

 Secara Istilah:
‫ بــيــع برأس المال وربح معلوم‬/ ‫بيع بمثل الثمن األول مع زيادة ربح‬

 Mirip Jual beli amanah yg mana pembeli percaya terhadap informasi harga yg
disampaikan penjual. Ada 3 jenis (Tauliyah,Wadhi’ah, Murabahah)

 Bai’ al-murabahah menurut Az-Zuhaili adalah Jual-beli berdasarkan harga pokok


dengan tambahan keuntungan, maksudnya jual beli dimana penjual
menginformasikan kepada pembeli secara jelas modal yang dikeluarkannya untuk
mendapatkan komoditas yang dijual itu dengan tambahan keuntungan.
 Menurut Hanafi, jual beli adalah pemindahan milik (oleh penjual) atas suatu barang
yang diperolehnya dengan akad pertama berdasarkan harga pertama ditambah
keuntungan.
Sambungan…
 Murabahah dalam Teknis Perbankan adalah akad jual beli antara
bank selaku penyedia barang dengan nasabah yang memesan
untuk membeli barang. Bank memperoleh keuntungan jual-beli
yang disepakati bersama
LANDASAN SYARI’AH
 Secara tekstual memang tdk ada yg menjelaskan tentang murabahah

 Namun, para ulama seperti Maliki misalnya mengatakan: “bhw penduduk


Madinah telah mempraktekkan murabahah”.

 Demikian juga Syafi’i berkata: “jika seseorang menunjukkan suatu barang kpd
orang lain dan berkata ‘belikan barang seperti ini untukku dan aku akan
memberimu keuntungan, lalu orang itu pun membelinya, maka jual beli itu sah.

 Mazhab Hanafi juga membolehkan murabahah dgn alasan bhw syarat2 jual beli
ada dlm murabahah dan org memerlukan akad ini
LANDASAN SYARI’AH
 Al- Qur’an :

َ ‫ان ِم‬
‫ن‬ َُ ‫شيْط‬ َُ َّ‫لَّ كما يقُو َُم الَّ ِذي يتخب‬
َّ ‫ط َهُ ال‬ َ ‫الربا لَ يقُو ُمونَ ِإ‬ ِ َ‫الَّ ِذينَ يأ ْ ُكلُون‬
‫الربَا‬ َّّ َّ‫الربا َوأ َ َحل‬
ّ ِّ ‫للاه الَّبَي ََّع َو َحر ََّم‬ ِ ‫ل‬ َُ ْ‫س ذ ِلكَ ِبأنَّ ُه َْم قالُوَاْ ِإنَّما ْالبَْي َُع ِمث‬
َ ِ ‫ْالم‬
َ‫ن عاد‬ َْ ‫للاِ وم‬
َ ‫فمن جاء َهُ م ْو ِعظةَ ِمن َّر ِب َِه فانتهىَ فَل َهُ ما سلفَ وأ ْم ُر َهُ ِإلى‬
.)٢٧٥ :‫ار ُه َْم ِفيها خاَِلدُونَ (البقرة‬ َِ َّ‫اب الن‬
َُ ‫صح‬ ْ ‫فأ ُ ْولـ ِئكَ أ‬
Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual
beli sama dengan riba. Padahal Allah telah Menghalalkan jual beli dan Mengharamkan riba.
Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhan-nya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah
diperolehnya dahulu menjadi miliknya ** dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
Sambungan…

َ ‫اط َِّّل ِّإلَّ أَن تَك‬


َّ‫هون‬ َِّّ َ‫ين آ َمنهواَّ َّلَ تَأ هكلهواَّ َّأ َم َوالَكهمَّ بَينَكهمَّ ِّبالب‬
ََّ ‫يَا أَيُّ َها ال ِّذ‬
َ‫ن للاَ كَانَ ِب ُك َْم ر ِحيما‬ ََّ ‫ارةَّ عَن ت َ َراضَّ ِّ ّمنكهمَّ ولَ ت ْقت َُلُوَاْ أنفُس ُك َْم ِإ‬ َ ‫تِّ َج‬
.)٢٩ :‫(النساء‬

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar
suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah
Maha Penyayang kepadamu.
Sambungan…
• Hadis:
‫ وخلط البر‬،‫ والمقارضة‬،‫ البيع إلى أجل‬:‫ثالث فيهن البركة‬
‫بالشعير للبيت ل للبيع‬
Rasulullah SAW bersabda :”Tiga perkara di dalamnya terdapat
keberkatan: (1) Menjual secara kredit, (2) Mudharabah, (3)
mencampurkan tepung dengan gandum untuk kepentingan rumah dan
bukan untuk dijual (HR. Ibnu Majah, Sublu Assalam).

‫فإذا اختلفت هذه األصناف فبيعوا كيف شئتم إذا كان يدا‬
‫بيد‬
Rasulullah SAW bersabda :”Jika kalian berselisih pada komoditi tertentu,
maka perjualbelikanlah sesuai keinginan kalian asalkan tunai”.
Sambungan…
• Ijma’ para sahabat

• Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 04/DSN-MUI/IV/2000


tertanggal 1 April 2000 tentang Murabahah

• Kaidah Ushul Fiqh: “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh


kecuali ada dalil yang mengharamkan”.
Rukun Akad Murabahah:
1. Aqid adalah orang yang berakad; (Penjual dan Pembeli)

2. Ma’uqud ‘Alaih adalah benda-benda yang diakadkan;

3. Maudhu’ al-’Aqd adalah tujuan atau maksud pokok


mengadakan akad; (harga)

4. Shighat al-’Aqd adalah ijab dan Qabul.


Syarat Akad Murabahah:
 Harus digunakan utk barang2 yg halal

 Mengetahui Harga Pertama.


Pembeli kedua harus mengetahui harga pertama sebagai syarat
sah transaksi jual beli. Termasuk semua hal yang berkaitan
dengannya (modal dan biaya2 lainnya) krn transaksi ini
didasarkan pada pada harga pertama (modal)
 Mengetahui Keuntungan (nominal/presentasi)
Karena keuntungan adalah bagian dari harga (tsaman),
sedangkan mengetahui harga adalah syarat sahnya jual beli.
Sambungan…
 Hak Kepemilikan telah berada di tangan penjual
Artinya, keuntungan dan resiko barang tsb ada pada penjual sebagai
konsekuensi dari kepemilikan yang timbul dari akad yang sah

 Harga pertama hendaknya sesuatu yang bisa dihitung/ditimbang


(Mistsliyat).
Jika hanya bersifat jumlah umum (qimmiyyat), maka tdk boleh
menggunakan akad murabahah

 Harga pertama tdk dinisbatkan terhadap riba

 Transaksi pertama harus sah


BEBERAPA KETENTUAN UMUM
 Jaminan
 Uang Muka dalam Murabahah KPP
 Penundaan Pembayaran oleh Debitur Mampu
 Bangkrut
 Aplikasi dalam Perbankan
 Manfaat Bai Al-Murabah
Resiko Murabahah
 Default/ Kelalaian, tidak membayar angsuran
 Fluktuasi harga komperatif, harga barang di pasar naik
sesudah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa
mengubah harga jual beli tersebut
 Penolakan Nasabah, barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh
nasabah karena berapa hal
 Barang dijual oleh Nasabah sebelum lunas.
Murabahah Lil Amr Bi Syira’
 Yaitu nasabah meminta kpd bank satu barang tertentu,
kemudian bank membeli barang dari produsen lalu
menjualnya kpd nasabah dgn harga tertentu. Nasabah
kemudian akan membayarnya dgn kredit (muajjal).

Murabahah Sederhana Murabahah Komplek


Tunai Kredit
Keuntungan dari usaha dan resiko Dari penangguhan pembayaran
Terdiri dari 2 pihak, 1akad, dan 1proses 3 pihak, 2 akad, dan proses bertingkat
Barang mendahului permintaan Permintaan mendahului barang
Barang dlm kepemilikan penjual Bukan dlm kepemilikannya
ADA 3 MODEL

Tanpa Janji Mengikat Dengan Janji Mengikat Janji Salah Satu Pihak
Kedua Belah Pihak Kedua Belah Pihak Saja
• Nasabah berjanji • Nasabah berjanji • Janji hanya dari salah
membeli membeli satu pihak yang
• Bank berjanji • Bank berjanji berakad
menjual menjual • Nasabah memiliki
• Janji itu tdk • Janji itu mengikat hak khiyar
mengikat • Harga, jumlah, dan
• Ada dua jenis: (i) metode pembayaran
nilai keuntungan juga disepakati
disebutkan (ii) tdk
disebutkan
HUKUM 3 MODEL
1. Janji kedua belah pihak, tidak mengikat tanpa menyebutkan kadar
keuntungan. Boleh menurut Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyyah dan
Hanabilah

Janji kedua belah pihak, tidak mengikat dgn menyebutkan kadar


keuntungan, ada dua pendapat:
A. Boleh (Hanafiyah, Syafi’iyyah, dan Hanabilah)
B. Tdk Boleh (Malikiyyah). Krn khawatir (sadd dzari’ah) dgn kemiripan
jual beli ‘Inah. Dan piutang dgn faedah.

Rajih: pendapat yang pertama, krn yg terlarang itu adalah pinjaman


dengan tambahan
Sambungan…
2. Janji kedua belah pihak, atau salah satu saja (model ketiga) dan
mengikat. Ada dua pendapat.

Pendapat pertama: Boleh


Dalil:
a. Al-Ashlu fil Mua’amalah ibahah vs hadis larangan jual beli bukan
pemiliknya
b. Qiyas kpd akad Istishna’ sbg bentuk istihsan
c. Qiyas kpd Bay’ Salam
d. Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Baz tentang kebolehan
e. Kebutuhan manusia terhadap akad ini
Sambungan…
Pendapat kedua: Haram

Dalil:
a. Masuk kpd jual beli barang yg blm dimiliki dan itu dilarang oleh
Nabi SAW
b. Masuk kpd dua akad jual beli dlm satu akad. Juga dilarang oleh
Nabi SAW
c. Ini adalah tipu daya dari pinjaman dgn faedah
Sambungan…
Ketentuan diperbolehkan:

1. Tidak terdapat kewajiban mengikat utk menyempurnakan transaksi


baik secara tulisan ataupun lisan sebelum mendapatkan barang dgn
kepemilikan dan serah terima
2. Tidak ada kewajiban menganggung kehilangan dan kerusakan barang
dari salah satu pihak baik nasabah ataupun bank, namun tetap menjadi
tanggung jawab lembaga keuangan.
3. Tidak terjadi transaksi jual beli kecuali setelah terjadi serah terima
barang kpd lembaga keuangan dan sdh menjadi miliknya.
SKEMA PEMBIAYAAN MURABAHAH
STUDI KRITIS
 Murabahah akad yg paling mendominasi di Indonesia rata2 70%
 Padahal pada awalnya, sistem bagi hasil (PLS) dlm akad mudharabah/musyarakah
dianggap sbg tulang punggung LKS
 Masyarakat blm siap dgn PLS krn norma dan moral hazard. Jika ekspetasi usahanya
rendah dia akan milih mudharabah/musyarakah, tapi jika ekspetasinya tinggi ia akan
memilih pinjaman berbunga tetap dari LK Konvensional
 Blm lagi masalah monitoring yg rumit
 Mudharabah/musyarakah penuh risiko vs dana nasabah tetap aman
 Margin dlm murabahah sdh fixed (apa bedanya dgn riba)
 LKS dlm akad murabahah tdk perlu mengenal nasabah secara mendalam sepertimana
pada akad mudharabah/musyarakah (yg terjalin adalah hub. Kreditur dan debitur)
 Ada LKS tdk pernah benar2 membeli, tdk pula memiliki apalagi menjual, tetapi
diasumsikan bhw transaksi sdh terjadi.
 Resecheduling pada nasabah yg tdk mampu, bukankah itu suatu transaksi murabahah
baru pada komoditas yg sama dan dianggap riba krn merupakan pembebanan biaya
tambahan atas hutang sgb kompensasi pertambahan wkt
SOLUSI…
 KH Mas Mansur thn 1937: “adapun hukumnya bank (konsep bunga),
mendirikannya, mengurusnya, berhubungan dgn nya adalah haram. Akan
tetapi mengingat kedudukan bank dlm perekonomian modern blm ada
alternatif lain, maka ia diperkenankan, dimudahkan dan dimaafkan selama
keadaan memaksa akan adanya”
 Matematis antara bunga dan mark up murabahah terkesan nyaris sama.Yg
membedakan hanya persoalan akad dan alokasi dana pembiayaan.
 Namun, sbg proses transisi, penggunaan akad murabahah sbg alternatif tdk
bisa dilakukan terus menerus. Sepertimana Sudan dan Iran PLS telah berhasil
mencapai 62% dari seluruh portofolio yg digulirkan
 Masyarakat dgn peran ulama harus semakin ditingkatkan
 Harus dimunculkan wilayatul hisbah (polisi ekonomi)
FATWA DSN TTG MURABAHAH
 Fatwa DSN No.04: Murabahah
 Fatwa DSN No. 13 Uang Muka dalam Murabahah
 Fatwa No. 16: Diskon dalam Murabahah
 Fatwa No. 23: Potongan Pelunasan dalam Murabahah
 Fatwa No. 46: Potongan Tagihan Murabahah (Khashm fi al-
Murabahah)
 Fatwa No. 47: Penyelesaian Piutang Murabahah bagi Nasabah tidak
mampu membayar
 Fatwa No. 48: Penjadwalan Kembali tagihan Murabahah
 Fatwa No. 49: Konversi Akad Murabahah
FATWA TENTANG MURABAHAH
 Fatwa No: 4/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah
 Ketentuan Umum Murabahah dlm Bank Syariah:
- Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yg bebas riba
- Barang yg diperjualbelikan tdk diharamkan oleh syari’ah Islam
- Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yg telah disepakati spesifikasinya
- Bank membeli barang yg diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah
dan bebas riba
- Bank harus menyampaikan semua hal yg berkaitan dgn pembelian, misalnya jika pembelian
dilakukan secara hutang
- Bank kemudian menjual barang tsb kpd nasabah (pemesean) dgn harga jual senilai harga beli plus
keuntungannya. Dlm kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kpd
nasabah berikut biaya yg diperlukan
- Nasabah membayar harga barang yg telah disepakati tsb pada jangka wkt tertentu yg telah disepakati
- Utk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tsb, pihak bank dpt mengadakan
perjanjian khusus dgn nasabah
- Jika bank hendak mewakilkan kpd nasabah utk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli
murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip menjai milik bank
FATWA UANG MUKA DLM MURABAHAH
 Fatwa No: 13/DSN-MUI/IX/2000 tentang Uang Muka dalam
Murabahah
 Memutuskan:
- Dalam akad pembiayaan murabahah, LKS dibolehkan utk meminta
uang muka apabila kedua belah pihak bersepakat
- Besar jumlah uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan
- Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus
memberikan ganti rugi kpd LKS dari uang muka tsb
- Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS dpt meminta
tambahan kpd nasabah
- Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian, LKS harus
mengembalikan kelebihannya kpd nasabah
FATWA POTONGAN PELUNASAN MURABAHAH

 Fatwa No: 23/DSN-MUI/III/2002 tentang Potongan Pelunasan


dlm Murabahah
 Memutuskan:
- Jika nasabah dlm transaksi murabahah melakukan pelunasan
pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari wkt yg telah
disepakati, LKS boleh memberikan potongan dari kewajiban
pembayaran tsb, dgn syarat tidak diperjanjikan dlm akad.
- Besar potongan sebagaimana dimaksud di atas diserahkan pada
kebijakan dan pertimbangan LKS
FATWA TENTANG POTONGAN TAGIHAN MURABAHAH
 Fatwa No: 46/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang
Murabahah bagi Nasabah Tdk Mampu Membayar
 Memutuskan:
- LKS boleh memberikan potongan dari total kewajiban pembayaran
kpd nasabah dlm transaksi (akad) murabahah yg tlh melakukan
kewajiban pembayaran cicilannya dgn tepat wkt dan/atau nasabah
yg mengalami penurunan kemampuan pembayaran
- Besar potongan sebagaimana dimaksud di atas diserahkan pada
kebijakan LKS.
- Pemberian potongan tidak boleh diperjanjikan dalam akad.
FATWA PIUTANG MURABAHAH
 Fatwa No: 47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang Murabahah
bagi Nasabah Tdk Mampu Membayar
 Memutuskan:
- LKS boleh melakukan penyelesaian murabahah bagi nasabah yg tdk bisa
menyelesaikan/melunasi pembiayaannya sesuai jumlah dan wkt yg telah
disepakati, dgn ketentuan:
a. Objek murabahah dan atau jaminan lainnya dijual oleh nasabah kpd atau
melalui LKS dgn harga pasar yg disepakati
b. Nasabah melunasi sisa hutangnya kpd LKS dari hasil penjualan
c. Apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang maka LKS mengembalikan sisanya
kpd nasabah
d. Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa hutang maka sisa hutang tetap
menjadi hutang nasabah
e. Apabila nasabah tdk mampu membayar sisa hutangnya, maka LKS dpt
membebaskannya
FATWA PENJADWALAN KEMBALI MURABAHAH
 Fatwa No: 48/DSN-MUI/II/2005 tentang Penjadwalan Kembali tagihan Murabahah
 Memutuskan:
- LKS boleh melakukan penjadwalan kembali (rescheduling) tagihan murabahah bagi
nasabah yg tdk bisa menyelesaikan/melunasi pembiayaannya sesuai jumlah dan wkt yg
telah disepakati dgn ketentuan:
a. Tdk menambah jumlah tagihan yg tersisa
b. Pembebanan biaya dlm proses penjadwalan kembali adalah biaya riil
c. Perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak
- Jika salah satu pihak tdk menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara
pihak2 terkait, maka penyelesaiannya dilakukan melalu Badan Arbitrase Syari’ah
Nasional setelah tdk tercapai kesepakatan melalui musyawarah
Murabahah Lil Amr Bi Syira’
 Yaitu nasabah meminta kpd bank satu barang tertentu,
kemudian bank membeli barang dari produsen lalu
menjualnya kpd nasabah dgn harga tertentu. Nasabah
kemudian akan membayarnya dgn kredit (muajjal).

Murabahah Sederhana Murabahah Komplek


Tunai Kredit
Keuntungan dari usaha dan resiko Dari penangguhan pembayaran
Terdiri dari 2 pihak, 1akad, dan 1proses 3 pihak, 2 akad, dan proses bertingkat
Barang mendahului permintaan Permintaan mendahului barang
Barang dlm kepemilikan penjual Bukan dlm kepemilikannya
Tabel Perbandingan
Karakteristik
Praktek Klasik Praktek Kontemporer
Pokok
Pembiayaan dlm rangka
Tujuan Transaksi Kegiatan jual beli
penyediaan fasilitas/barang
Tahapan transaksi Dua tahap Satu tahap
Bank selaku penjual dpt
(i) Penjual membeli
mewakilkan kpd nasabah utk
barang dari produsen
Proses transaksi membeli barang dari produsen
(ii) Penjual menjual
utk dijual kembali kpd nasabah
barang kpd pembeli
tsb
Status kepemilikan Barang telah dimiliki Barang belum jelas dimiliki
barang pada saat akad penjual saat akad dilakukan penjual saat akad dilakukan
Sambungan…
Karakteristik
Praktek Klasik Praktek Kontemporer
Pokok
-Tidak tertulis
Sifat pemesanan barang
- Dua pendapat mengikat - Tertulis dan mengikat
oleh nasabah
dan tdk mengikat
Pengungkapan harga
Harus transparan Harus transparan
pokok dan marjin
Tenor Sangat pendek Jangka panjang (1-5 thn)
Cara pembayaran
Cash and carry Dengan cicilan/angsuran (ta’jil)
transaksi jual beli
Kolateral Tanpa kolateral Ada kolateral

Anda mungkin juga menyukai