Anda di halaman 1dari 6

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................2
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Masalah............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Filsafat Klasik……….....................................................................3


B. Biografi Plato dan Aristoteles…..................................................................3
C. Konsep Berpikir dan Ajarannya...................................................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................9

1|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Hakikat manusia di dunia ini tak lain untuk beribadah kepada Allah SWT.
Memahami rambu –rambu lalu lintas kehidupan dengan mencari ilmu
pengetahuan. Karena itulah dalam rangka mengetahui rambu-rambu tersebut,
manusia membutuhkan pedoman hidup. Al-Quran yang diamanahkan kepada
Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepada manusia
harus dipelajari, dikaji, dan diamalkan agar manusia menemukan rambu-rambu
dalam rangka menempuh kehidupan.
Al-Quran adalah kalamullah yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW
melalui malaikat Jibril, maka perlu di teliti pula bagai mana sejarah
perkembangannya sejak Nabi Muhammad SAW empat belas abad yang lalu
hingga eksistensinya pada zaman modern ini, Al-Quran dirasa masih kompleks
dengan perkembangan dari masa ke masa.
Karena itulah, peran Ulumul Quran, dirasa sangat urgen dalam menyelami
struktur keilmuan Al-Quran, sejarah perkembangan Al-Quran dan peran Al-Quran
dalam mengentaskan problematika sebagai manifestasi Al-Quran sebagai
pedoman hidup manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ‘Ulumul Quran?
2. Bagaimana sejarah perkembangan ‘Ulumul Quran?
3. Apa tujuan mempelajari ‘Ulumul Quran?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian al Qur’an dan ‘Ulumul Quran
2. Mengetahui sejarah perkembangan ‘Ulumul Quran
3. Mengetahui tujuan mempelajari ‘Ulumul Quran

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ‘Ulumul Qur’an

‘Ulum adalah jamak dari kalimat ‘ilmu yang merupakan bentuk masdar dari
lafadz ‘alima yang berarti mengetahui. Semakna dengan makrifat yang berarti
ilmu pengetahuan. Ilmu berarti al-fahmu wal-idrok (yakni pemahaman dan
pengetahuan)1.

Kemudian pengertian ini berkembang menjadi disiplin ilmu yang memuat


masalah-masalah yang beraneka ragam dan disusun secara ilmiah.

Sedangkan pengartian Al-Qur’an adalah:

1. Secara etimologi, menurut Al-Lihyani2 lafadz Al-Qur’an itu berhamzah,


bentuknya masdar diambil dari qara’a ( ‫ ) قرء‬yang artinya membaca, hanya saja
lafadz Al-Qur’an menurut Al-Lihyani adalah masdar bima’na isim maf’ul. Jadi
Qur’an artinya maqruun’ (dibaca)3. Menurut Dr. Subhi Sholih, pengarang kitab
mabahits fi ‘ulumil quran. Mayoritas ulama menyetujui pendapat Al-Lihyani,
karena dianggap paling kuat.
2. Makna Al-Quran secara terminologi, mengutip pendapat Dr. Subhi al Salih
yaitu:
‫الكالم المعجز الم??نزل على الن??بى محم??د ص??لى هللا علي??ه وس??لم المكت??وب في المص??احف والمنق??ول الين??ا‬
4
.‫بالتواتر المعتبد بتالوته‬

Kalam yang mu’jiz (dapat melemahkan orang yang menentang) yang di


turunkan kepada nabi Muhammad saw, yang ditulis dalam mushaf, yang di
sampaikan kepada kita secara mutawatir dan membacanya di anggap ibadah.

Yang dimaksud dengan ‘Ulumul Quran yaitu, kajian ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan pemahaman Al-Quran. Baik dari segi sejarah, Nuzulul Quran,
1
Manna’ Khalil Al-Qattan, mabahith fi ‘ulum al qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar2017), hal 10.
2
Al-Lihyani adalah seorang ahli bahasa Arab yang wafat pada tahun 215 H
3
Subhi Solih, mabahith fi ‘ulum al qur’an, (Beirut: tar al-‘ilmi Il al-malayin, 1997), 18.
4
Ibid, hal 21.

3|Page
At-Tadwin, Asbabun Nuzul, Makkiyah dan Madaniyyah, Nasikh Mansukh,
Muhkam Mutasyabih, dan pembahasan lainnya.

Terkadang, ‘Ulumul Quran disebut juga Ushul At-Tafsir (pokok-pokok


penafsiran) karena memuat disiplin ilmu yang membahas dasar/pokok yang wajib
dikuasai dalam menafsirkan Al-Quran.

B. Sejarah Perkembangan ‘Ulumul Qur’an

Sebagai Ilmu yang memiliki berbagai macam pembahasan yang beragam,


‘Ulumul Qur’an tidak lahir sekaligus. Akan tetapi, ‘Ulumul Qur’an menjadi
disiplin ilmu yang tersusun secara ilmiah setelah melewati beberapa proses
perkembangan dari zaman ke zaman berdasarkan situasi dan kondisi yang ada.

1. Masa Sebelum Penulisan

Al-Qur’an adalah kitab suci yang berbahasa arab. Rasulullah menyampaikan


Al-Qur’an kepada para sahabat yang merupakan orang-orang arab asli, sehingga
mereka mudah memahami isinya hanya berdasarkan bahasa dan naluri. Apabila
mereka mengalami ketidakjelasan dalam memahami suatu ayat, maka mereka
dapat langsung menanyakannya kepada Rasulullah.

Pada saat itu juga, Rasulullah menghimbau para sahabat agar tidak menulis
apapun dari Rasulullah kecuali Al-Qur’an, karena dikhawatirkan akan mudah
tercampur antara Al-Qur’an dengan yang lainnya. Akan tetapi sesudah itu
Rasulullah memperbolehkan sahabat untuk menulis hadis terbatas hanya pada
hadis yang berhubungan dengan Al-Qur’an saja, didasarkan pada riwayat dan
melalui petunjuk dizaman Rasulullah.

Oleh karena itu, ‘Ulumul Qur’an belum terbentuk pada saat itu.

2. Masa Penulisan

Pada masa kepemimpinan Kholifah ‘Utsman Bin ‘Affan, wilayah islam sudah
bertambah luas, sehingga tercampur antara bangsa arab dan bangsa-bangsa yang
tidak mengetahui bahasa arab. Hal ini menimbulkan kekhawatiran dikalangan

4|Page
para sahabat akan terjadinya perpecahan kaum muslimin mengenai bacaan Al-
Qur’an, selama mereka tidak memiliki Al-Qur’an yang menjadi standar bagi
bacaan mereka. Demi menyatukan kaum muslim, maka kholifah ‘Utsman Bin
‘Affan membuat suatu trobosan yang mulia, yakni menyalin Al-Qur’an dari
tulisan aslinya menjadi satu yang kemudian diberi nama mushaf Al-Imam.
Kemudian Salinan-salinan Al-Qur’an itu dikirimkan ke berbagai propinsi. Dengan
itu maka kholifah ‘Utsman telah memulai suatu dasar ‘Ulumul Qur’an, yakni
‘Ilmu Rasmil Qur’an.

Kemudian pada masa kholifah ‘Ali bin Abi Talib terjadi perkembangan baru
dalam ‘Ulumul Qur’an. Karena banyaknya umat islam yang berasal dari bangsa
non arab, maka bahasa arab mengalami kemerosotan yang menyebabkan adanya
kesalahan dalam membaca Al-Qur’an. Demi menjaga hal itu, maka kholifah ‘Ali
bin Abi Thalib mengutus Abu As’ad Ad-Du’ali untuk menyusun kaidah-kaidah
bahasa arab, yang kemudian ilmu ini dikenal dengan ‘Ilmu I’robil Qur’an.

Para sahabat dan para tabi’in senantiasa melanjutkan tradisi memahami dan
menyampaikan makna-makna Al-Qur’an dan tafsirnya yang hanya disampaikan
secara periwayatan (dari mulut ke mulut) atau didektekan. Pada abad kedua
hijriyah tiba masa pembukuan. Dimulai dari pembukuan ilmu hadis yang juga
sedikit menyangkut ilmu tafsir. Selanjutnya ilmu tafsir mulai ditulis secara bebas
dan mandiri dengan lebih sempurna berdasarkan susunan ayat.

Dalam bidang ilmu tafsir muncul karya-karya tematik yang berkaitan dengan
ilmu A-Qur’an yang cukup penting bagi seorang mufassir. Akan tetapi karya-
karya itu hanya berdiri sendiri pada masing–masing pokok pembahasan saja,
belum ada pengumpulan hasil pembahasan secara keseluruhan (global). Lalu
Syekh Muhammad ‘Abdul ‘Azim az-Zarqani menyebutkan didalam kitabnya
Manahilul ‘Irfan fi ‘Ulumil Qur’an, bahwa ia telah menemukan diperpustakaan
Mesir sebuah kitab tafsir yang membicarakan ilmu-ilmu Al-Qur’an yang
terkandung dalam setiap ayat. Kitab tersebut ditulis oleh Ali bin Ibrahim bin Sa’id
yang terkenal dengan al-Hufi, judulnya Al-Burhan fi ‘Ulumil Qur’an, yang terdiri
atas tiga puluh jilid.

5|Page
Dengan metode seperti ini, al-Hufi disebut orang pertama yang membukukan
ilmu-ilmu Al-Qur’an secara keseluruhan (global), meskipun pembukuannya
dengan cara tersebut. Kemudian para ulama’ banyak yang mengikuti dengan
menyusun pembahasan ilmu-ilmu Al-Qur’an saja, tanpa menyertakan ayatnya.
Pembahasan-pembahasan tersebut dikenal dengan sebutan ‘Ulumul Qur’an, dan
kata ini sudah menjadi istilah atau nama khusus bagi ilmu-ilmu tersebut.

C. Tujuan ‘Ulumul Qur’an

Adapun tujuan dari mempelajari ‘Ulumul Qur’an adalah:

1.

6|Page

Anda mungkin juga menyukai