Dosen Pengampu:
Di Susun Oleh:
Nadila Trifani
G1B120042
UNIVERSITAS JAMBI
Sejarah Obat
Zaman Purba
strichnin & kurare (racun panah suku indian & afrika) →relaksan otot.
Nitrogen mustard (gas racun PD I) →sitostatika/anti kanker.
Obat nabati
1. aspirin
2. sulfanilamid (1935)
3. penisillin (1940)
farmakon (obat) ; logos (ilmu) Adl ilmu yg mempelajari interaksi antara obat dengan
system biologik (MH/organisme). perkembangan jaman → cabang - cabang ilmu tersendiri
yg slg mendukung
FARMAKOGNOSI
pengetahuan & pengenalan obat yg berasal dari tanaman (mineral & hewan) & zat
aktifnya.
BIOFARMASI
FARMAKOKINETIK
mempelajari proses biologic yg dialami oleh obat /nasib obat pd manusia sehat /
pasien (MH / organisme mempengaruhi obat) nasib obat dalam tubuh : A D M E
FARMAKODINAMIK
mempelajari efek yang terjadi pd manusia / respon yg terjadi terhadap pemberian obat
(obat mempengaruhi organisme)
TOKSIKOLOGI
pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh (termasuk farmakodinamik
karena efek terapetik berhubungan dg efek toksik)
FARMAKOTERAPI
Penggolongan obat
- pada kemasan & etiket OB ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi
hitam.
- obat yg sebenarnya termasuk dalam obat keras daftar “W” (“Waarschuwing” = peringatan).
- diperuntukkan bagi jenis penyakit yg pengobatannya dianggap telah dapat ditetapkan
sendiri oleh rakyat & tidak begitu membahayakan (bila mengikuti aturan pakainya), dijual
dipasaran/dibeli tanpa resep dokter, harus diserahkan dalam bungkusan aslinya (mencegah
pemalsuan/penukaran), dg tanda peringatan.
Dapat diulang tanpa resep baru jika prescriber mencantumkan “iter” pada resep asli.
Pada kemasan obat keras tertera huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi
hitam.
Cont. psikotropika :
Adalah zat/obat yg berasal dari tanaman/bukan tanaman baik sintetis maupun semi
sintetis yg dapat menyebabkan penurunan/perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri & menimbulkan ketergantungan.
Cont narkotika :
Kecepatan melarut (dissolution rate) & jumlah obat yg melarut secara in vitro yg
dibebaskan oleh obat dari tempat pemberiannya & tersedia untuk diabsorpsi.
Untuk obat yg tahan asam lambung, urutan kecepatan melarut dari berbagai bentuk sediaan
obat secara menurun, dg urutan sbb :
larutan, suspensi, serbuk, kapsul, tablet film coated, dragee, tablet enteric coated,
tablet kerja panjang (retard, sustained released, zero order control/ZOC.
B. Bioavailabilitas (BA)
Persentase obat yg secara utuh diabsorpsi tubuh dari suatu dosis tertentu yg diberikan
& tersedia, untuk melakukan efek terapetiknya.
FARMAKOKINETIK
MH mempengaruhi obat Proses yg dilakukan tubuh terhadap obat, yaitu absorpsi, distribusi,
metabolisme, ekskresi.
ciri – ciri :
C1 > C2
C1 = C2 = transport berhenti
yg dapat menembus membran obat bebas Zat lipofil lebih mudah larut daripada zat hidrofil.
a). keadaan setimbang tercapai jika kadar obat yg dapat menembus membrane di ke-2 sisi
membrane sama.
2. Transport Aktif
b. membutuhkan energi
f. berjalan searah
Contoh : glukosa, as. Amino, as. Lemak, vit. B1, B2, & B12.
3. Difusi Terfasilitasi
b. perlu carier
c. arahnya searah
d. sifat spesifik
e. perlu energi
a. mirip difusi pasif,molekul obat melalui pori – pori kecil (mis : dinding kapiler) mengikuti
aliran membran
b. dipengaruhi oleh :
besarnya molekul
muatan (ion bermuatan berlawanan dg di dinding pori dapat melewatinya & mengikuti
aliran).
obat (+) R (-) → {obat} (+) {R} (-) → Netral difusi pasif.
pembentukan pasangan ion dapat terjadi antara obat dg komponen membran (pori)→
transport konvektif
6. Pinositosis / fagositosis
~ senyawa yg larut dalam lipid dapat menembus membran dg baik→ engulting (ditelan)
Adalah penyebaran obat secara merata ke seluruh jaringan tubuh melalui peredaran
darah menuju ke tempat kerjanya dalam sel (CIS).
- makin lipofil, makin mudah menembus membran sel shg cepat terdistribusi
ke CIS.
adl proses perubahan struktur kimia obat yg terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh
enzim.pada dasarnya obat merupakan senyawa asing tidak diinginkan tubuh ,tubuh berusaha
merombak senyawa tsb menjadi metabolit yg lebih hidrofil agar mudah diekskresikan melalui
ginjal. Obat →p.o. & rektal (sebagian) →diabsorpsi dari usus →sistem pembuluh porta (vena
portae) →hati →biotransformasi →peredaran umum →jantung →seluruh tubuh →BA turun.
obat →sublingual, intrapulmonal, transkutan, parenteral/injeksi, & rektal (sebagian) →
peredaran umum →jantung →seluruh tubuh →penurunan BA tidak signifikan karena obat
tidak mengalami biotransformasi di hepar.
- reaksi reduksi.
- reaksi hidrolisa
- metabolit menjadi lebih polar/hidrofil, in aktif, aktif, kurang aktif.
Konsentrasi obat
2. Fungsi hati
Gangguan fungsi hati, biotransformasi dapat menjadi lebih cepat / lebih lambat sehingga efek
obat lebih lemah / lebih kuat dari yg diharapkan.
3. Usia
-Bayi baru lahir (neonati), semua enzim hati belum terbentuk sempurna → biotransformasi
lebih lambat (terutama pembentukan glukuronida).
adapula obat yg metabolismenya > cepat pada anak daripada orang dewasa, shg dosisnya
dinaikkan seperlunya berdasarkan ukuran kadar plasma.
lansia / geriatric
kemunduran pada banyak proses fisiologi (fungsi ginjal, filtrasi glomeruli, jumlah
total air tubuh & albumin serum <<<, enzim hepatic <<<) shg menyebabkan terhambatnya
biotransformasi shg berefek kumulasi & keracunan.
4. variasi genetic
- INH - prokainamid
- sulfonamide - dapson
- debrisoquin / debrisokina
cont :
1.d. EKSKRESI
Adalah pengeluaran obat dari dalam tubuh dalam bentuk aktif / metabolit.
Organ terpenting : ginjal, gangguan fungsi ginjal mk dosis dikurangi atau interval / waktu
minum obat diperpanjang.
3.empedu
- siklus entero hepatic : obat tiba di usus & empedu →absorpsi→ eksistensi obat panjang →
durasi lama →induksi enzim → metabolit polar → ekskresi.
Lanj…
3. empedu
cont : alkohol, obat tidur, nikotin/rokok, alkaloid lain (pH ASI < 6,7 lebih rendah pH darah
7,4).
3. empedu
- siklus entero hepatic : obat tiba di usus & empedu →absorpsi→ eksistensi obat
panjang → durasi lama →induksi enzim → metabolit polar → ekskresi.
obat & metabolit larut dalam plasma melintasi dinding glomeruli secara pasif dengan
ultrafiltrat.
2. transport aktif
tubuli mensekresi zat aktif tertentu (ion asam organis : penicillin, vitamin C, asam
salisilat, probenesid). sekresi dibantu enzim pengangkut → kompetisi
Untuk menilai obat (baru) secara klinis, ditetapkan dosis & skema penakaran tepat,
perlu keterangan farmakokinetik, khususnya : kadar obat di tempat kerja (target site)
& dalam darah, perubahan kadar tersebut dalam waktu tertentu.
Konsentrasi obat dalam plasma, nilainya lebih kurang sama dg konsentrasi dalam
darah, dapat diukur dg alat modern dg keseksamaan 0,001 mg.
Adalah waktu yg dibutuhkan untuk mengubah jumlah obat dalam tubuh menjadi
separuhnya selama eliminasi (metabolisme & ekskresi).
Fungsi organ eliminasi penting, karena pd kerusakan hati / ginjal t½ dapat meningkat
20 kali.
Cara pemberian obat menentukan nilai t½ .
Plasma Half Life = t½ (eliminasi) merupakan ukuran lamanya efek obat, maka t½
bersama kurva konsentrasi-waktu sebagai dasar untuk menentukan regimen dosis obat
& frekuensi pemberian obat yg rasional (berapa kali sehari sekian mg).
II. FARMAKODINAMIKA
ex : parasetamol → analgetik/antipiretik
Efek obat timbul karena interaksi antara molekul obat dg reseptor pd sel organisme.
Obat pd umumnya memodifikasi fungsi tubuh yg sudah ada, mis : stimulasi / depresi.
1. secara fisis
ex : diuretic osmosis (manitol & sorbitol) & laksansia osmotik (Mg & Na-sulfat).
Mekanisme kerja laksansia osmotik : diabsorpsi sangat lambat oleh usus → proses
osmosis → menarik air disekitarnya → volume isi usus >> besar → rangsangan
mekanis pada dinding usus → peristaltik >> → feses keluar
2. secara kimiawi
ex : antasida lambung (Na-bikarbonat, Al & Mg-hidroksida) mengikat kelebihan asam
lambung melalui reaksi netralisasi kimiawi.
zat-zat khelasi (chelator), mengikat ion-ion logam berat (Cu, Hg, Pb, Zn) pada
molekulnya dg ikatan kimiawi khusus → membentuk kompleks shg tidak toksik
&mudah diekskresi. mis : EDTA (Na-edetat) & penisilamin
ex : probenesid (obat encok) menyaingi penisilin dan derivatnya pada sekresi tubular
→ ekskresi penisilin lambat → efek diperpanjang.
4. kompetisi
RESEPTOR
- ikatan obat dg reseptor →ikatn ion, hidrogen, hidrofobik, van der Walls,
kovalen, atau campuran →reversibel.
- efek maksimal (bahkan stagnan) bila semua reseptor sudah diduduki oleh
molekul obat.
AGONIS
Ex : salbutamol →agonis β2
ANTAGONIS
Con :
EFEK TERAPEUTIS
3. Terapi Substitusi : obat menggantikan zat lazim yg dibuaut oleh organ tubuh yg sakit.
Ex : insulin (DM), karena produksi insulin oleh sel β pd pankreas berkurang.
PLASEBO
Efek nyata plasebo pd obat tidur, analgetik, obat asma, obat kuat.
PERMASALAHANOBAT
(EFEK OBAT YG TAK DIINGINKAN = ADVERSE DRUG REACTION)
1.Efek Samping
efek suatu obat yg tidak diinginkan untuk tujuan terapi dg dosis yg dianjurkan. obat
yg ideal adalah yg bekerja cepat, selektif, untuk tempat tertentu & hanya berkhasiat
terhadap penyakit tertentu tanpa aktivitas lain. pada suatu saat ES dapat sebagai efek
utama.
Con :
efek tidak langsung akibat efek utama obat. cont : penggunaan antibitika (A.B)
spectrum luas / fungistatik mengganggu bakteri usus yg memproduksi vitamin, tjd
defisiensi vitamin, diberi vit. B komplek.
3. Idiosinkrasi
efek abnormal dari obat terhadap seseorang, disebabkan kelainan faktor genetik pada
pasien yg bersangkutan. ex : pengobatan malaria dg primaquin / pentaquin (pada
orang kulit hitam afrika) menyebabkan anemia hemolitik.
4. ALERGI
Umumnya timbul pada dosis sangat kecil & tidak dapat dikurangi dg menurunkan
dosis.
Contoh zat alergen : penisillin topikal, makromolekul (protein asing), heparin, vaksin,
anestesi lokal (prokain), obat dg struktur kimia sama dapat terjadi alergi silang, mis :
derv. Penisilin & derv. Sefalosporin.
5. Fotosensitisasi
sangat peka terhadap cahaya akibat penggunaan obat secara local / p.o.
6. Efek toksik
bila obat digunakan dalam dosis yg tinggi menunjukkan gejala toksik. bila dosis
dikurangi, efek toksik berkurang. (pembahasan toksikologi)
7. Efek teratogen
efek obat pada dosis terapetik untuk ibu dapat mengakibatkan cacat pada janin.
8. Toleransi
peristiwa dimana dosis obat harus dinaikkan terus-menerus untuk mencapai efek yg
sama.
habituasi (menurut WHO) : suatu gejala ketergantungan psikologik terhadap suatu obat dg
ciri-ciri :
ex : merokok (nikotin)
9. Adiksi
pemberian obat yg menyebabkan toleransi,jika dihentikan mendadak menimbulkan
sindrom gejala putus obat (withdrawal syndrome)
menurut WHO
ciri-ciri :
penghentian penggunaan obat tsb menimbulkan efek hebat secara jasmani & rohani
(abstinensi)
10. Tachifilaksis
peristiwa berkurangnya respon terhadap aksi obat pada pengulangan dalam dosis yg
sama. Respon mula-mula tidak dapat diperoleh meskipun dosisnya diperbesar.
11. Kumulasi
suatu keadaan dimana kemoterapetik untuk penyakit infeksi kuman tidak bekerja lagi
terhadap kuman tertentu yg memiliki daya tahan kuat & resisten thd obat tsb.
13. kombinasi obat
penggunaan 2 obat / > sbg campuran / bersama-sama pada waktu bersamaan dapat
menimbulkan efek sbb :
13.1. Antagonisme
Persaingan ireversibel antara beberapa logam berat (Cu, Hg, Pb, Zn) pada molekul
obat yg sama.
13.3.Sinergisme
Kombinasi ke-2 obat saling memperkuat shg menghasilkan efek yg melebihi jumlah
obat a + obat b.
Ex : - fenitoin vs Ca²+.
Bila obat (A) mengganggu / menghambat fungsi hati/enzim hati, shg eliminasi obat
(B) diperlambat akibatnya efek obat B meningkat / toksik.
Obat (A) memacu pembentukan enzim hati sehingga mempercepat eliminasi obat (B)
& menyebabkan efek obat (B) berkurang.
A. Absorpsi
-obat diikat/diadsorpsi oleh makanan shg absorpsinya di usus akibatnya
efeknya .
-ex :
B. Biotransformasi
Makanan menghalangi biotransformasi obat shg kadar obat dalam plasma meningkat,
mengakibatkan efek toksik.
C. Ekskresi
Makanan kaya protein (daging, telur, ikan), roti, cake dapat menurunkan pH urin (urin
menjadi asam) shg mengurangi reabsorpsi tubular obat basa lemah (mis : morfin) yg
mengakibatkan ekskresinya diperpanjang.
dua obat / > dicampur dalam satu wadah / obat suntik dalam cairan infuse
1. Faktor obat
2. Faktor penderita
3. Faktor penyakit
1. Melindungi agar zat aktif tidak rusak oleh udara, kelembaban/cahaya →tablet salut.
2. Melindungi zat aktif tidak dirusak asam lambung jk digunakan per oral →tablet
salut enterik, tab.sub lingual, tab.buccal.
3.Menutupi / menghilangkan rasa pahit, rasa & bau yg tidak enak dari obat →kapsul,
tablet salut, sirup.
4. membuat serbuk yg tidak larut / tdk stabil dalam larutan dibuat serbuk yg tidak
larut & terdispersi dalam air (suspensi).
5. mencampur cairan seperti minyak agar terdispersi dalam larutan air menjadi
emulsi, melindungi rasa & bau tak enak dari minyak (emulsi minyak ikan).
9. agar obat dapat segera masuk dalam peredaran darah / jaringan badan (injeksi i.v. ;
i.m.)
10. memperoleh aksi obat yg optimal dalam saluran pernapasan (inhalasi / aerosol)
11. membuat sediaan obat yg berupa larutan, dimana obatnya larut dalam zat
pembawa yg dinginkan.
1. BSO Padat
3. BSO Cair
BSO PADAT
Campuran homogen & kering bahan obat yg dihaluskan, untuk pemakaian dalam/p.o.
Kelebihan : berupa unit dose (sekali minum), dosis untuk bayi/anak > tepat, disolusi >
cepat dibanding tab/kaps, mudah diberikan untuk bayi/anak.
1. Assesment resep (prinsip 6T, 1W : tepat pasien, dignosa, obat, indikasi, dosis &
waspada ES).
- Obat dg IT sempit.
5. Mortir & stemper untuk menggerus obat dalam (p.o) tidak boleh untuk meracik obat
luar.
6. Jika obat yg dicampur lebih dari 2, gerus satu-persatu, obat yg jumlahnya lebih sedikit
gerus dulu.
Adalah tablet yg dapat melarut / hancur perlahan dalam mulut. Dibuat dg bahan dasar
beraroma dan manis.
Tujuan : untuk pengobatan iritasi lokal / infeksi mulut / tenggorokan, dapat juga
mengandung bahan aktif untuk absorpsi sistemik setelah ditelan.
Sinonim : - pastiles (lozenges dg zat tambahan gelatin & gliseri/ tablet hisap- Troches
(tablet hisap kempa).
Tablet Kunyah
KAPSUL
Adalah sediaan padat yg terdiri dari obat dalam cangkang keras/lunak yg dapat
melarut.
Kapsul cangkang keras diisi : serbuk, butiran/granul, bahan semi padat/cairan, kapsul,
tablet kecil.
PIL / PILLULAE
Sediaan padat berupa massa bulat, mengandung satu / > bahan obat, untuk pemakaian
oral, berat ≤ 60 mg (granul), ≥ 300 mg (boli).
OVULA
SUPPOSITORIA
IMPLAN / PELLET
tablet dg d = 2 – 3 mm, bentuk kecil, silindris, steril, panjang 8 mm, berisi obat dg
kemurnian tinggi (dg atau tanpa bahan eksipien), dibuat secara pengempaan atau
pencetakan, pemakaian secara implantasi dalam jaringan tubuh (s.c / dg bantuan
injektor khusus / sayatan bedah), untuk memperoleh pelepasan obat secara
berkesinambungan dalam jangka waktu lama, digunakan untuk pemberian hormon
(testosteron / estradiol).
Ex : Implanon
1. salep / unguenta
sediaan setengah padat yg mudah dioleskan & digunakan sebagai obat luar,
untuk pemakain topikal pd kulit / selaput lendir).
2. krim / cremores
sediaan setengah padat, berupa emulsi, mengandung 1 / > bahan obat terlarut /
terdispersi dalam bahan dasar yg sesuai , digunakan sebagai emolien / untuk
pemakain luar pd kulit.
3. jelly / gel
salep yg lebih halus, umumnya cair, mengandung sedikit lilin / tanpa lilin, digunakan
pada membran mukosa, sebagai pelicin / dasar salep campuran sederhana minyak &
lemak dg titik lebur rendah.
BSO CAIR
ELIKSIR
larutan yg mempunyai rasa & bau sedap, selain mengandung obat juga zat
tambahan seperti : gula (sirup gula, sorbitol, gliserin, sakarin), zat warna, zat pewangi,
zat pengawet; untuk obat dalam; pelarut utama : etanol (5 – 10%) untuk mempertinggi
kelarutan obat.
SIRUP
Sediaan cair berupa larutan , mengandung sakarosa dg kadar tidak kurang dari
64% dan tidak lebih dari 66,0%.
SUSPENSI
sediaan yg mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus & tidak larut,
terdispersi dalam cairan pembawa.
Syarat suspensi :
EMULSI
sediaan yg mengandung bahan obat cair / larutan obat, terdispersi dalam cairan
pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi / surfaktan yg cocok.
sediaan cair berupa larutan suspensi / emulsi, untuk obat dalam / luar, digunakan dg
cara meneteskan menggunakan penetes yg menghasilkan tetesan setara dg tetesan yg
dihasilkan penetes baku yg disebutkan FI.
obat tetes untuk mulut dg cara mengencerkan lebih dulu dg air, untuk dikumur-kumur,
bukan untuk ditelan.
a. guttae auriculars / tetes telinga
sediaan steril berupa larutan / suspensi, digunakan untuk mata dg cara meneteskan
obat pada selaput lendir mata disekitar bola mata & kelopak mata.
INFUSA
larutan pekat dalam air yg mengandung bahan deodorant, antiseptic, analgetik local /
astringen.
ENEMA
sediaan larutan yg dimasukkan dalam rectum dan usus besar dan akan merangsang
pengeluaran feses, volume enema 500 – 1500 ml.
VAGINAL DOUCHE
larutan dalam air yg disemprotkan ke dalam vagina (dg alat khusus), sebagai
antiseptic / pembersih.
sediaan steril berupa larutan / emulsi, bebas pirogen, isotonis terhadap darah,
disuntikkan langsung ke dalam vena dalam larutan / volume relatif banyak.
VAKSIN
sediaan mengandung antigen dapat berupa kuman mati, kuman inaktif / kuman hidup
yg dilumpuhkan virulensinya tanpa merusak potensi antigennya, untuk kekebalan
aktif & khas terhadap infeksi kuman / toksinnya.
IMUNOSERUM
INJEKSI
2. Sifat obat
EFEK SISTEMIK
A. ORAL
Keuntungan pemberian oral : mudah dilakukan oleh pasien sendiri relative aman &
murah aman, jika toksis obat dapat :
a. dimuntahkan langsung
b. digunakan emetic / carbo adsorben
c. murah
d. pasien dapat melakukan sendiri
e. tanpa alat khusus
f. Efektif / praktis
EFEK LOKAL
A. Topikal / Epikutan / Transdermal
Tempat pemberian : permukaan kulit
Keuntungan : memberi efek lokal, aksinya lama
pada tempat yg sakit, sedikit diasorpsi jika terjadi absorpsi dapat melalui :
a. transeluler : menembus sel
b. Difusi : masuk melalui celah sel
c. kelenjar minyak
B. Konjungtival
Tempat pemberian : konjungtiva / selaput mata
Cara pemberian : dioleskan pd membran mukosa mata, efek lokal.
BSO : contact lens insert, ointment.
C. Intraokular
Tempat pemberian : mata
Cara pemberian : diteteskan pd membran mukosa mata, efek lokal.
BSO : suspensi, larutan.
D. Intra nasal
Tempat pemberian : hidung
Cara pemberian : diteteskan pd lubang hidung, efek lokal.
BSO : larutan, semprot, inhalan, salep.
E. Aural / intraselulaer
Tempat pemberian : telinga
Cara pemberian : diteteskan pd lubang telinga, efek lokal.
F. Vaginal
Tempat pemberian : vagina
Cara pemberian : dimasukkan ke dalam lubang vagina, efek lokal
G. Rektal
Tempat pemberian : rektum / anus
Tujuan : memperoleh efek lokal (antihemoroid) & sistemik (asma).
BSO : larutan, ointment, suppositoria, enema.
H. Uretral
Tempat pemberian : uretra
Cara pemberian : dimasukkan ke dalam saluran kencing, efek lokal.
BSO : larutan, suppositoria.
Intrarespiratori
Tempat pemberian : paru-paru
Cara pemberian : disemprotkan dg kanister / inhalasi gas/caira masukparuparu,
BSO : aerosol
Keuntungan : absorpsi cepat ,terhindar dari FPE di hati, pd penyakit paru –
paru (asma bronchial),obat dapat diberikan langsung pada
bronkus.