PENDAHULUAN
1
2
3
4
yang didiamkan lebih dari 1-2 bulan akan membusuk, ataupun tumbuh menjadi
anakan baru. Mahalnya harga minyak goreng baik yang berbahan baku kelapa,
kelapa sawit, jagung, atau kedelai di pasaran juga jadi alasan pengolahan VCO.
Minyak kelapa umumnya diproduksi dalam jumlah sedikit 20-25 butir
kelapa dalam sekali produksi dan menghasilkan sekitar 2-3 liter minyak kelapa,
tergantung dari kualitas kelapa yang digunakan dan juga proses pembuatannya.
Frekuensi pembuatannya pun relatif cukup lama, biasanya sampai minyak goreng
tersebut habis. Produksi minyak kelapa dengan jumlah sedikit juga disebabkan
karena daya simpan minyak kelapa goreng tidak bisa terlalu lama, hanya sekitar 1-
2 bulan yang disebabkan oleh adanya proses pemanasan. Suhu saat pemanasan
mencapai 80°C, pada saat proses pemanasannya berlangsung banyak kandungan
antioksidan yang menguap dan hampir semua jenis protein mengalami denaturasi.
Salsabila, (2016) menyatakan bahwa, proses pembuatan minyak kelapa
murni dengan cara tradisional sangat mudah untuk diterapkan oleh petani yang di
pedesaan karena peralatan yang digunakannya sangat sederhana dan teknologi
prosesnya pun cenderung mudah. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan
VCO secara tradisional yaitu daging buah kelapa. Sementara bahan tambahan
pada proses pembuatan VCO secara tradisional tidak diperlukan. Kualitas bahan
yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas VCO yang dihasilkan.
Kualitas dari VCO juga dipengaruhi dengan bagaimana proses produksi. Kualitas
bahan yang digunakan berpengaruh terhadap rendemen VCO yang dihasilkan.
Baiknya mutu kelapa yang digunakan, maka hasil rendemennya semakin tinggi.
Metode pembuatan VCO secara tradisional terdiri dari persiapan alat dan
bahan, pembelahan kelapa, pemarutan kelapa, pemerasan kelapa menjadi santan
kelapa, pemanasan kelapa hingga menjadi minyak dan pengemasan minyak VCO.
Kualitas VCO yang dihasilkan diuji melalu cara menilai angka penyabunan dan
bilangan asam dari VCO. Produksi minyak kelapa metode tradisional dalam satu
hari oleh Hasibuan dkk. (2018), dilakukan sebanyak tiga kali tahapan produksi.
Maluku menjadi salah satu daerah yang memproduksi VCO secara
tradisional. Cara tradisional masih dilakukan karena lebih mudah dan tidak
memerlukan banyak biaya. Harga pasaran minyak kelapa yang diolah secara
5
modern lebih mahal dijadikan alasan karena buah kelapa yang bertumpuk dapat
dimanfaatkan karena sulit dipasarkan pada saat musim panen. Faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi minyak kelapa pada umumnya adalah pH, konsentrasi
inokulum, temperatur, bahan baku kelapa, dan lamanya proses pengolahan.
Pengolahan secara tradisional kerap kali dianggap kurang efektif dan
dialihkan dengan pengolahan metode fermentasi. Hasil pengolahan dengan cara
fermentasi mendapatkan kondisi yang lebih optimal dan jumlah serta kualitas
minyak kelapa juga menjadi lebih optimal. Minyak kelapa secara fermentasi juga
lebih banyak dan warnanya lebih jernih (Yurnaliza, 2007). Minyak kelapa juga
dapat diolah dengan cara pengasaman sebagai pengganti metode tradisional.
Kelebihannya terlihat dari warnanya yang lebih bening dan daya simpannya yang
lebih lama, mencapai 10 tahun. Proses pembuatannya tidak membutuhkan tenaga
tambahan dan biaya pengolahannya tidak terlalu mahal, selain cara fermentasi ada
metode pemanasan, penggaraman, kombinasi, metode basah, dan kering.
2.1.2. Pembuatan Minyak Kelapa Murni Metode Penggaraman
Metode pengaraman prosesnya tanpa pemanasan seperti pada pembuatan
minyak tradisional, sehingga minyak yang diperoleh bisa tahan lama, lebih dari
satu tahun karena prosesnya tanpa pemanasan. Langkah yang dilakukan untuk
mengganggu kestabilan di santan adalah pemanasan, pengasaman, pemancingan,
penggaraman, dan metode fermentasi. Pemakaian garam CaCO 3 sebagai metode
penggaraman membuat emulsifier untuk emulsi air dalam minyak. Proses dengan
menambah garam calsium ke dalam santan membuat sistem emulsi menjadi rusak,
maka dapat dihasilkan minyak dari santan kelapa (Susilowati, 2009).
Metode pembuatan minyak kelapa dengan cara penggaraman dilakukan
dengan menambahkan larutan garam pada krim santan yang telah diperoleh dari
tahap awal pembuatan minyak. Garam digunakan yaitu sebagai perusak kestabilan
emulsi. Metode penggaraman dilakukan dengan tujuan untuk pemecahan sistem
emulsi santan dengan pengaturan ke larutan protein di dalam garam. Protein yang
terdapat di dalam santan akan larut karena adanya penambahan garam. Kelarutan
protein akan turun seiring dengan peningkatan di konsentrasi garam, lalu terjadi
pemisahan antara cairan minyak dengan air (Sari dan Andayani, 2009)
6
maka semakin mempercepat proses denaturasi protein menjadi minyak tetapi tetap
perlu menjaga pH agar berada di titik isoelektrik (Aprilasani dan Adiwarna,
2014). Metode pengasaman pada produksi VCO menggunakan asam jawa akan
menghasilkan VCO yang memiliki rasa tidak tengik dan volume minyak yang
lebih tinggi dibandingkan menggunakan metode lainnya. Fraksi tidak tersabunkan
yang dihasilkan oleh metode pengasaman memiliki rata-rata sekitar 0,518% yang
jauh lebih kecil dibandingkan hasil dari metode pemanasan. Hasil fraksi tidak
tersabunkan pada metode pemanasan adalah 0,786% (Susanto, 2013).
Bilangan iodium VCO yang dihasilkan dari metode pengasaman cukup
untuk memenuhi syarat standar mutu VCO. Bilangan iodium yaitu bilangan yang
menunjukkan derajat ketidakjenuhan asam lemak penyusun minyak. Iodium akan
mengadisi ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh sehingga nilai bilangan
tergantung pada jumlah asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Pengasaman akan
menyebabkan reaksi hidrogenasi. Kondisi yang terlalu asam pada saat produksi
VCO maka jumlah asam lemak tidak jenuh akan semakin menurun.
Bilangan peroksida VCO yang dihasilkan dari metode pengasaman relatif
lebih kecil daripada hasil metode pamanasan. Bilangan peroksida VOC dari hasil
metode pemanasan relatif lebih tinggi karena beberapa senyawa komponen dapat
rusak selama di pemanasan dan berinteraksi dengan oksigen yang ada. Metode
pengasaman yang tidak menggunakan pemanasan tidak akan merusak senyawa
komponen tersebut. Penggunaan pengasaman di dalam proses pengolahan VCO
dapat menghasilkan asam lemak bebas yang tinggi. Nilai bilangan peroksida yang
terlalu besar maka semakin kuat proses oksidasi yang terjadi pada produk minyak
kelapa sehingga dapat menyebabkan VCO memiliki bau tengik (Susanto, 2012).
Warna VCO yang dihasilkan dari metode pengasaman akan lebih jernih
dibandingkan VCO yang dihasilkan dengan metode fermentasi. Warna di minyak
yang terbentuk dalam metode pengasaman VCO disebabkan karena tidak adanya
pemanasan. Hidrolisis dan oksidasi komponen karbohidrat, protein, dan minyak
selama proses pemanasan akan dapat mempengaruhi warna di minyak. Metode
pengasaman yang tidak membutuhkan pemanasan membuat warna VCO yang
dihasilkan akan lebih jernih bila dibandingkan metode lainnya sehingga nilai jual
VCO dari metode pengasaman akan lebih tinggi (Saputra dkk, 2019).
9
obesitas. Pemanfaatan VCO yang cukup luas menghasilkan minyak yang dapat
menjadi salah satu obat alternatif, selain itu dapat meningkatkan nilai ekonomis.
VCO mengandung asam lemak rantai sedang yang mudah dicerna dan dioksidasi
oleh tubuh sehingga dapat mencegah penimbunan di dalam tubuh. Kandungan
antioksidan yang ada di dalam VCO juga sangat tinggi seperti senyawa tokoferol
dan betakaroten. Antioksidan ini berfungsi untuk mencegah penuaan dini dan juga
untuk menjaga vitalitas pada tubuh manusia (Setiaji dan Prayugo, 2006).
VCO memiliki beberapa keunggulan yaitu kandungan asam laurat yang
tinggi. Asam laurat dalam tubuh bersifat antibiotik dan dapat meningkatkan daya
tahan tubuh manusia terhadap penyakit dan juga akan dapat mempercepat proses
penyembuhan penyakit. Uji antibakteri VCO terhadap bakteri E. coli dilakukan
dalam laboratorium untuk memperkuat analisis karena VCO sangat bermanfaat
sebagai antibiotik alami. VCO tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri E.
coli secara in-vitro karena sifat antimikroba pada VCO ada di dalam senyawa
monogliserida dan asam lemak bebas. Uji coba dilakukan dengan penambahan
seng yang dipercaya mampu menekan pertumbuhan bakteri pemicu keputihan.
Pertumbuhan bakteri keputihan dapat ditekan hampir 50% (Widiyanti, 2015).
VCO dapat juga digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Efek
termogenik dari minyak kelapa tidak hanya terjadi setelah mengonsumsi minyak
tersebut. Efek termogenik akan terasa sampa 24 jam setelah mengonsumsinya.
Metabolismme tubuh akan meningkat dan tetap tinggi selama 24 jam setelah
mengonsumsi minyak kelapa. Tubuh akan memiliki energi yang lebih tinggi dan
laju pembakaran kalori di dalam tubuh berlangsung lebih cepat dan minyak kelapa
dianggap dapat mengurangi kegemukan. Minyak kelapa memberikan energi yang
bertahan lebih lama, berbeda dengan kafein dalam minuman suplemen (Sukartin
dan Sitanggan, 2005). Minyak kelapa juga dimanfaatkan untuk memuluskan kulit,
melebatkan rambut, dan mengatasi persoalan pada kulit kepala bayi.
Kanker merupakan pembunuh yang nomor dua setelah penyakit jantung.
Pencegahan yang bisa dilakukan adalah mengonsumsi makanan sehat, olahraga
teratur, istirahat cukup, menghindari stress, dan mengurangi resiko munculnya
radikal bebas. Minyak kelapa yang dikonsumsi secara teratur akan meningkatkan
11
kekebalan tubuh. Minyak kelapa tidak hanya memungkinkan sel darah putih
berfungsi lebih efisien dalam melawan kanker, tetapi juga berperan aktif dalam
membunuh sel-sel kanker karena mempunyai sifat antikarsinogenik.
2.3. Santan
Santan adalah cairan berwarna putih yang diperoleh dari pengepresan
atau pemerasan daging kelapa segar dengan penambahan air. Pengolahan santan
menjadi minyak kelapa dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis dan
ukuran buah kelapa, cara dan tahap pemerasan serta faktor-faktor lainnya. Santan
didiamkan akan terpisah menjadi dua fase yaitu fase skim yang jernih bagian
bawah dan fase krim yang berwarna putih susu dibagian atas (Winarno, 1980).
Santan kelapa dapat diperoleh dengan memeras campuran parutan kelapa
dengan air. Banyaknya air santan yang dapat diperoleh sangat tergantung kepada
banyaknya air yang ditambahkan pada saat pembuatan santan. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa pemerasan parutan kelapa tanpa air diperoleh emulsi
minyak dalam air yang mengandung minyak sekitar 41-44%, air sekitar 46%, zat
padat bebas lemak sekitar 10%, dan protein sekitar 4,8 (Qazuini, 1993).
bereaksi dengan krim santan maka akan lebih mempercepat proses pemisahan
antara fase minyak dan airnya. Berdasarkan pada penelitian Suastuti (2009) dalam
pembuatan minyak kelapa sebelum fermentasi nilai pH krim santan 6,25 dan
setelah fermentasi menjadi pH 4,25, sedangkan penelitian David (1989) pH 4,25
kondisi krim santan berada pada keadaan isoelektrik. Protein kehilangan sifatnya
sebagai emulsifier sehingga terjadi pemisahan minyak dengan airnya.
Senyawa asam yang dapat menghidrolisis senyawa protein adalah asam
sitrat. Proses hidrolisis dapat menggunakan cairan bersifat asam, salah satunya
adalah cairan jeruk nipis. Penggunaan cairan jeruk nipis dalam pembuatan VCO
belum banyak di teliti. Solusi dari permasalahan tersebut yaitu perlu diadakan
penelitian untuk mendapatkan konsentrasi cairan jeruk nipis yang optimal untuk
VCO dengan karakteristik fisikokimia dan sensoris yang baik (Miskah, 2008).
Jeruk nipis mengandung senyawa kimia yang bemanfaat, seperti asam
sitrat, asam amino, minyak atsiri, damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium,
fosfor, besi, belerang vitamin B1. Tanaman jeruk nipis merupakan tanaman pohon
yang berukuran kecil. Jeruk nipis berbentuk agak bulat dengan ujungnya sedikit
menguncup dan berdiameter 3-6 cm dengan kulit yang cukup tebal. Rasa buahnya
asam segar. Bijinya berbentuk bulat telur, pipih, dan berwarna putih kehijauan.
Akar tunggangnya berbentuk bulat berwarna putih kekuningan. Senyawa asam
yang terdapat pada buah jeruk nipis dapat menurunkan pH krim santan. Asam
sitrat begruna untuk membantu pada proses pembuatan minyak kelapa, karena
ketika air jeruk nipis bereaksi dengan krim santan maka akan lebih mempercepat
proses pemisahan antara fase minyak dan fase airnya (Deman, 1997).
Pembuatan VCO dengan metode pengasaman dengan jeruk nipis dengan
menggunakan alat dan bahan di kondisi higienis untuk meminimalisir cemaran
mikroba pada produk yang akan dihasilkan. Alat dicuci sebelum digunakan, lalu
disemprot alkohol dan dikeringkan dengan lap bersih. Tahapan proses pembuatan
dari VCO yaitu kelapa dikupas, dibelah, dan air kelapa dapat ditampung untuk
digunakan untuk bahan baku pembuatan nata de coco. Daging kelapa dipisahkan
dari bagian tempurung kemudian diparut oleh mesin pemarut. Santan diperoleh
dengan memeras parutan kelapa yang telah ditambahkan air sebelumnya.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengempuk daging
Jeruk nipis
14
15
Terbentuk dua
lapisan, Blondo lapisan
blondo atas tidak padat,
berwarna VCO tidak Tengik
putih di atas terlihat, dan air
dan air keruh di bawah
Enzim papain dari di bawah
pepaya
Terbentuk tiga
lapisan,
blondo putih
Blondo padat,
di atas, VCO
VCO cair, dan Tengik
kuning di
air di bawah
tengah, dan
air keruh di
Pengempuk daging bawah
Blondo tidak
padat menyebar
Putih susu Tengik
dan air keruh
cair
Jeruk nipis
16
17
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Metode pengasaman pada percobaan VCO ini yaitu dengan penambahan
jeruk nipis.
2. Jeruk nipis dapat memutuskan ikatan lemak dengan protein dalam santan
sehingga minyak dapat dipisahkan.
3. Metode pengenziman pada percobaan VCO ini yaitu dengan enzim
papain dari getah pepaya.
4. Penambahan pepaya dapat merusak ikatan lipoprotein sehingga minyak
yang diikat oleh ikatan tersebut akan keluar dan menggumpal.
5. VCO yang di hasilkan rata-rata memiliki bau tengik dan VCO nya tidak
terlihat.
5.2. Saran
1. Pepaya yang digunakan sebaiknya pepaya yang baru diambil dari pohon
agar getahnya masih cair dan tidak mengeras.
2. Santan yang digunakan sebaiknya santan yang masih segar dengan
kandungan air yang sedikit.
3. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan VCO harus dijaga
kesterilannya agar produk yang dihasilkan baik.
18
DAFTAR PUSTAKA