NIM : 03031281722065
1. Starter BAL
Susu fermentasi merupakan produk susu yang dihasilkan dari proses
fermentasi, dengan bahan baku susu yang telah diolah, dengan ataupun tanpa
penambahan komposisi susu tersebut, oleh aktivitas mikroorganisme spesifik, dan
dengan ada penurunan pH atau tanpa adanya koagulasi. Starter mikroorganisme
harus dalam keadaan hidup, aktif dan banyak dalam produk. Apabila produk
mengalami pemanasan setelah fermentasi maka mikroorganisme tersebut tidaklah
aktif. Jenis mikroorganisme yang dipergunakan sebagai starter merupakan BAL,
yang pada proses fermentasinya akan merombak laktosa menjadi asam laktat,
disamping membentuk komponen flavor yang selanjutnya pH menjadi menurun
(Chairunnisa dkk, 2006). BAL dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan sifat
fermentasinya, yaitu BAL homofermentatif dan juga BAL heterofermentatif. BAL
homofermentatif hanya menghasilkan asam laktat. BAL heterofermentatif selain
menghasilkan asam laktat juga menghasilkan CO2, asam asetat, dan ethanol.
Berbagai kombinasi kultur starter asam laktat dan bersifat probiotik
menghasilkan produk olahan susu fermentasi yang spesifik dengan potensi nutrisi
dan manfaat kesehatan. Kultur starter merupakan hal terpenting dalam pembuatan
suatu produk susu fermentasi, jumlah dosis kultur starter yang diinokulasikan
akan berpengaruh pada saat hasil akhir produk susu fermentasi yang dibuat.
Kosikowski (1982) menggolongkan bakteri yang aktif di dalam fermentasi susu
yaitu L. cremoris tumbuh pada suhu 20˚C dan menghasilkan 0,1-0,3 % asam
tertitrasi (TA). S. lactis dan S. cremoris dapat tumbuh pada suhu 25˚C dan
menghasilkan 0,9-1,0 % TA. S. duran (S. faecium) tumbuh pada suhu 30˚C, dan S.
thermophilus tumbuh pada suhu 43-45˚C dan menghasilkan 0,9-1,0 % TA. L.
casei tumbuh pada suhu 37-45˚C dan menghasilkan 1,2-2,0 % TA, L. bulgaricus
tumbuh pada suhu 43-46˚C dan menghasilkan sebesar 2,0-4,0 % TA.
S. thermophilus merupakan bakteri termofilik yang dapat tumbuh pada
suhu 45°C. Perbedaan suhu tersebut membedakan bakteri ini dari spesies
Streptococci lainnya. Menurut Antarini (2011) S. thermophilus tidak termasuk ke
dalam golongan bakteri probiotik karena tidak dapat hidup dalam usus manusia.
Karakteristik S. thermophilus antara lain berbentuk bulat yang membentuk rantai,
gram positif, katalase negatif, dapat mereduksi litmus milk, tidak toleran terhadap
konsentrasi garam yang lebih besar dari 6,5%, tidak berspora, bersifat termodurik,
tidak dapat tumbuh pada suhu 10°C, dan menyukai suasana mendekati netral
dengan pH optimum untuk pertumbuhan 6,5 (Helferich dan Westhoff, 1980).
S. thermophilus merupakan pasangan L. bulgaricus dalam pembuatan
yoghurt secara tradisional. Bakteri ini bukan mikroflora alami dari usus manusia
dan tidak tergolong bakteri probiotik karena hanya mampu bertahan selama
sekitar dua jam setelah masuk ke dalam usus bersama dengan yoghurt yang
diminum (Tirtasujana, 1998). S. thermophilus merupakan BAL homofermentatif.
S. thermophilus merupakan satu-satunya spesies bakteri dalam genus Streptococci
yang dapat menghasilkan enzim laktase (Chaitow dan Trener, 1990).
L. casei subsp. rhamnossus subsp. atau dikenal dengan L. rhamnosus,
merupakan salah satu strain dari L. casei. L. rhamnosus bersifat fakultatif
heterofermentatif, selain itu ada dua poin penting yang membedakan bakteri ini
dengan kelompok Lactobacillus sp lainnya, antara lain L. rhamnosus tumbuh
dengan cepat pada susu dan memiliki kemampuan memproduksi polisakarida
ekstraselular. Bakteri ini merupakan salah satu bakteri yang mampu bertahan
hidup dalam saluran pencernaan manusia (Ahrne dkk, 1995), beberapa individu
bakteri ini mampu bertahan hidup selama satu sampai dua minggu setelah
konsumsi. Manfaat positif L. rhamnosus antara lain menghambat pertumbuhan
bakteri jahat, meningkatkan sistem kekebalan, menunjukkan aktivitas antitumor,
dan bakteri ini stabil pada rentang pH dan suhu yang cukup luas. Uji in vitro, L.
rhamnosus memiliki aktivitas antimikroba untuk melawan kelompok bakteri yang
patogen seperti Listeria monocytogenes, Bacillus cereus, Esherichia coli, Shigella
flexneri, Yersinia enterocolitica, dan Enterobacter cloacae (Jacobsen dkk, 1999).
L. bulgaricus seperti halnya dengan bakteri termofilik lainnya memiliki
suhu optimum pertumbuhan pada suhu 45˚C. L. bulgaricus memiliki karakteristik
yaitu gram positif, berukuran 0,5-0,8 µm x 2,0-9,0 µm, dan berbentuk batang
tumpul, bersifat homofermentatif, dengan menghasilkan asam laktat mencapai
level 1.7 - 2. 1 % di dalam susu, tidak berspora, dan non-motil. Berbeda dengan S.
thermophilus, bakteri L. bulgaricus bersifat toleran terhadap asam, selain itu L.
bulgaricus dapat memetabolisme laktosa, fruktosa, dan glukosa. L. bulgaricus
tidak termasuk bakteri probiotik, karena tidak dapat bertahan hidup dalam saluran
pencernaan manusia. L. bulgaricus pembuatan yoghurt berperan dalam penurunan
pH sampai sekitar 4.0. Bakteri ini juga memberi kontribusi di flavour yoghurt
memproduksi asam laktat, asetaldehid, asam asetat, dan diasetil (Agrawal, 2005).