Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Flywheel, Volume 2, Nomor 1, Juni 2009 ISSN : 1979 - 5858

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN


DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

Harimbi Setyawati, Sanny Andjar Sari,Nani Wahyuni


Dosen Tetap Teknik Kimia Institut Teknologi Nasional Malang
Jl. Bendungan Sigura-gura No.2 Malang Kode Pos 65145
Telp. (0341) 551431. Fax. (0341) 553015

ABSTRAK

Pertambahan jumlah penduduk telah meningkatkan kebutuhan sarana


transportasi dan aktivitas industri yang berakibat pada peningkatan kebutuhan dan
konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional, sehingga banyak dilakukan
penelitian untuk menemukan alternatif pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM).
Penelitian ini membahas tentang penggunaan minyak nabati sebagai bahan bakar
alternatif pengganti Biodiesel, dimana minyak nabati memiliki titik nyala yang
sangat tinggi bila dibandingkan dengan Biodiesel. Sehingga minyak nabati tidak
dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar, oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian untuk menurunkan titik nyala minyak nabati tersebut. parameter yang
digunakan dalam penelitian ini adalah variasi konsentrasi NaOH (0,3%, 0,5%, 0,7%,
0,9%, 1,1 % berat) dan variasisuhu operasi (40, 45, 50, 55, 60 oC) pada proses
Transesterifikasi. Analisis yang dilakukan adalah angka cetane dan flash point untuk
mengetahui apakah biodiesel tersebut telah memenuhi spesifikasi biodiesel sesuai
dengan Standard Nasional Indonesia (SNI) Dari penelitian ini, dapat disimpulkan
bahwa transesterifikasi minyak biji kapuk, biodiesel terbaik dihasilkan pada volume
katalis NaOH sebanyak 0,9 gram dan suhu operasi 60 menit.

Kata Kunci : Minyak Biji Kapuk, Esterifikasi, Transesterifikasi

1. PENDAHULUAN sangat penting seiring dengan semakin


menurunnya cadangan bahan bakar diesel
Biodiesel merupakan bahan bakar berbasis minyak bumi.
alternatif dari bahan mentah terbaharukan Beberapa peneliti yang telah
(renewable) selain bahan bakar diesel dari melakukan penelitian biodiesel dengan
minyak bumi. Biodiesel tersusun dari menggunakan minyak nabati sebagai
berbagai macam ester asam lemak yang bahan bakar alternatif adalah Zullaikah
dapat diproduksi dari minyak-minyak dkk. (2005) menggunakan proses katalis-
tumbuhan seperti minyak sawit (palm asam dua tahap untuk menghasilkan
oil), minyak kelapa, minyak jarak pagar, biodiesel dari minyak dedak/bekatul beras
minyak biji kapuk randu dan masih ada (rice bran oil) yang memiliki kadar asam
lebih dari 30 macam tumbuhan Indonesia tinggi. Dari hasil penelitian ini diperoleh
yang berpotensi untuk dijadikan sumber waktu 8 jam untuk menghasilkan metil
energi bentuk cair ini. ester sebesar 96% dengan penambahan
Oleh karena itu, pengembangan katalis asam sebanyak 2% berat minyak.
biodiesel di Indonesia dan dunia menjadi Salis dkk. (2005) mengajukan teknik

41
Jurnal Flywheel, Volume 2, Nomor 1, Juni 2009 ISSN : 1979 - 5858

katalisasi biologis (biocatalysis) untuk hingga kurang dari 2%, yang kemudian
memproduksi biodiesel, oleic acid alkyl dilanjutkan dengan proses
ester (dalam hal ini butil oleat), dari transesterifikasi dengan katalis basa.
triolein menggunakan beberapa macam Diharapkan dengan penggunaan
katalis biologis, yakni Candida Antarctica minyak biji kapuk sebagai bahan baku
B, Rizhomucor Miehei, dan Pseudomonas pembuatan biodiesel dapat meningkatkan
Cepacia. Dari hasil pengujian yang nilai ekonomi yang lebih optimal.
dilakukan Salis dkk., ditemukan bahwa
Pseudomonas Cepacia merupakan katalis 2.PERUMUSAN MASALAH
biologis yang paling baik dalam
Dalam penelitian ini peneliti
menghasilkan 100% butil oleat (oleic
membahas permasalahan tentang
acid ethyl ester) dalam waktu 6 jam pada
biodiesel yang dihasilkan dari minyak biji
temperatur optimum adalah 40oC dengan
kapuk. Adapun ruang lingkup tersebut
proses kontinyu. Dan Firdian dkk. (2008)
adalah variabel-variabel yang dapat
melakukan penelitian mengenai pengaruh
mempengaruhi kualitas biodiesel yang
dan konsentrasi katalis asam pada proses
akan dihasilkan, yaitu :
esterifikasi pada pembuatan biodiesel dari
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi soda
minyak biji karet, dari hasil penelitian
api (NaOH) pada proses trans-
mereka diperoleh kondisi optimum
esterifikasi dalam pembuatan
penurunan %FFA pada proses esterifikasi
biodiesel dari minyak biji kapuk ?
paling cepat yaitu pada suhu 60oC dengan
2. Bagaimana pengaruh suhu pada
penambahan katalis asam 0,5% berat
proses trans-esterifikasi dalam
minyak.
pembuatan biodiesel dari minyak biji
Dalam penelitian ini, kami
kapuk ?
memanfaatkan minyak dari biji kapuk
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel,
3.TUJUAN PENELITIAN
dikarenakan biji kapuk selama ini belum
termanfatkan secara ekonomis.
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Metode yang paling banyak
1. Untuk mengetahui pengaruh
digunakan untuk mengkonversi minyak
konsentrasi NaOH pada proses trans-
nabati menjadi ester adalah dengan reaksi
esterifikasi terhadap kualitas biodiesel
transesterifikasi dengan menggunakan
(flash point dan angka cetane).
katalis basa. Konversi ini dapat
2. Untuk mengetahui pengaruh suhu
mengalami hambatan jika bahan baku
pada proses transesterifikasi pada
minyak mengalami asam lemak bebas
terhadap kualitas biodiesel (flash
yang tinggi, yang akan menyebabkan
point dan angka cetane).
terjadinya reaksi penyabunan
3. Untuk mengetahui potensi minyak biji
(saponifikasi) sehingga yield Fatty Acid
kapuk sebagai bahan baku biodiesel
Methyl Ester (FAME) menurun dan akan
yang ramah lingkungan.
mempersulit proses poemisahan antara
4. Untuk memberikan informasi kepada
FAME dn glycerol.
masyarakat tentang alternatif
Minyak yang mengandung asam
pemanfaatan minyak biji kapuk
lemak bebas (FFA) tinggi (>2%) perlu
sehingga mempunyai nilai ekonomi
dilakukan proses esterifikasi dengan
yang tinggi.
katalis asam terlebih dahulu untuk
5. Untuk mengetahui apakah layak
menurunkan kadar asam lemak bebas
digunakan sebagai bahan bakar

42
Jurnal Flywheel, Volume 2, Nomor 1, Juni 2009 ISSN : 1979 - 5858

pengganti yaitu biodiesel yang ramah menggunakan katalis padat (heterogen)


lingkungan. atau katalis cair (homogen).

Reaksi Esterifikasi : [13]


4. METODOLOGI PENELITIAN
4.1.Kerangka Berpikir

Asam Sulfat (H2SO4)

Asam sulfat mempunyai rumus kimia


H2SO4, yang merupakan asam mineral
yang kuat dan zat ini terlarut dalam air
pada semua kepekatan. Asam sulfat
secara umum digunakan pada proses baja,
memproses bijih mineral dan sintetis
kimia. Reaksi hidrasi dari asam sulfat
merupakan reaksi eksoterm yang kuat.
Jika air ditambahkan pada asam sulfat
pekat, ia mampu mendidih.
Ini merupakan proses
pendahuluan dengan menggunakan
katalis asam untuk menurunkan kadar
asam lemak bebas hingga sekitar 2%.
Senyawa H2SO4 digunakan sebagai
katalis asam dalam produksi biodiesel
4.2. Penelitian
dari minyak biji kapuk karena bahan
A. Prosedur Pembuatan Biodiesel bakunya memiliki kandungan asam lemak
1. Proses Esterifikasi bebas relatif tinggi. Jika bahan minyak
Esterifikasi adalah reaksi asam memiliki kandungan %FFA tinggi
lemak bebas dengan alkohol menggunakan katalis basa, maka %FFA
membentuk ester dan air. Reaksi akan bereaksi dengan katalis yang
ini dapat dilakukan menyebabkan terbentuknya sabun,
sebelum atau sesudah transesterifikasi. sehingga menurunkan yield ester dan
Esterifikasi biasanya dilakukan sebelum mempersulit pemisahan produk.. [15]
transesterifikasi jika minyak yang
diumpankan mengandung asam lemak
bebas tinggi. Dengan esterifikasi,
kandungan asam lemak bebas dapat
dihilangkan dan diperoleh tambahan
ester. Reaksi ini dilaksanakan dengan

43
Jurnal Flywheel, Volume 2, Nomor 1, Juni 2009 ISSN : 1979 - 5858

etanol, dan isopropanol sedangkan katalis


yang sering digunakan adalah KOH
maupun NaOH.
Reaksi Transesterifikasi : [13]

Menurut (Satish Lele, 2004)


Gambar 1. Diagram alir proses esterifikasi proses transesterifikasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, di antaranya sebagai
- Memanaskan minyak biji kapuk sesuai berikut :
pada suhu 60 oC. 1. Bahan baku
- Memanaskan metanol pada suhu 60 a. Minyak nabati
o
C. Impuritis yang terdapat pada minyak akan
- Memasukkan metanol ke dalam labu berpengaruh pada konversi. Pada kondisi
berleher tiga yang dilengkapi dengan yang sama, konversi 67 – 84% dalam
reflux kondensor dan thermometer membentuk ester dengan menggunakan
yang berisi minyak biji kapuk. minyak tumbuhan sedangkan dengan
- Menambahkan katalis asam sulfat menggunakan minyak yang telah
(H2SO4) ke dalam campuran tersebut dimurnikan sebesar 94 – 97%. Kualitas
sebanyak 0,5 gr. minyak sangat berpengaruh pada
- Mengaduk semua pencampuran dan biodiesel yang terbentuk.
memanaskannya sampai suhu 60 oC b. Alkohol
selama 120 menit. Untuk membuat biodiesel, ester dalam
- Mendiamkannya hingga terbentuk dua minyak nabati perlu dipisahkan dari
lapisan. gliserol. Selama proses esterifikasi dan
- Melakukan pencucian untuk transesterifikasi, komponen gliserol dari
memisahkan lapisan atas dan bawah minyak nabati digantikan oleh alkohol.
dengan menggunakan corong pemisah. Alkohol yang paling umum digunakan
pada proses esterifikasi dan
2. Proses Transesterifikasi transesterifikasi adalah metanol. Metanol
Transesterifikasi atau sering merupakan senyawa dengan rumus kimia
disebut sebagai alkoholisis adalah CH3OH. Kondisi fisik dari metanol
reaksi antara trigliserida dengan adalah tidak berwarna dan mudah
alkohol menghasilkan ester dan menguap. Metanol digunakan
gliserin. Alkohol yang sering dalam proses pembuatan biodiesel karena
digunakan adalah metanol, memiliki daya reaksi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan alkohol yang
berantai panjang dan dari segi ekonomis,

44
Jurnal Flywheel, Volume 2, Nomor 1, Juni 2009 ISSN : 1979 - 5858

harganya lebih murah dari alkohol yang 3. Proses Pemurnian


lain: - Menyiapkan air hangat (air pencuci)
10% dari volume biodiesel (crude
- Mengambil lapisan atas pada tahap FAME) pada lapisan atas proses
esterifikasi, dan memasukkannya ke transesterifikasi.
dalam labu berleher tiga yang - Mencuci produk biodiesel (crude
dilengkapi dengan reflux kondensor FAME) dengan air hangat sampai air
dan termometer disertai pengadukan pencuci jernih.
dan pemanasan pada suhu 60 oC. - Memanaskan biodiesel (crude FAME)
- Melarutkan 0,5% NaOH ke dalam sampai tidak ada gelembung air yang
metanol (perbandingan molar ratio berguna untuk mempercepat
metanol terhadap minyak biji kapuk 6 pembentukan warna coklat kekuningan
: 1) yang telah dipanaskan pada suhu dan memastikan tidak ada lagi air yang
60 oC. tersisa.
- Memasukkan campuran tersebut ke
dalam labu berleher tiga yang diisi 5.HASIL DAN PEMBAHASAN
minyak biji kapuk dan
memanaskannya pada suhu 60 oC 5.1. Hasil Penelitian
selama 30 menit.
- Mendiamkannya hingga terbentuk dua Tabel 1. Hasil analisa awal minyak biji
lapisan. kapuk
- Mengulangi prosedur diatas dengan
konsentrasi NaOH dan suhu operasi No. Parameter Hasil
yang berubah sesuai dengan variabel 1 Densitas (g/mL) 0,904
yang telah ditentukan. 2 Viskositas (cSt) 34,54
3 %FFA 10,97

Tabel 2. Hubungan antara volume H2SO4


dan kualitas biodiesel pada proses
Esterifikasi pada suhu 60 0C.

Volume
Volume Waktu 120 menit
H2SO4
Metanol
(mL) Densitas
(mL) %FFA
(gr/mL)
0,5485 24,6825 1,8368
0,912
0,09184 4,1328 1,7472
0,908
0,08736 3,9312 1,5848
0,906
0,07924 3,5658 1,428
0,902
Gambar 3. Diagram alir proses 0,0714 3,213 0,9352
transesterifikasi 0,900

45
Jurnal Flywheel, Volume 2, Nomor 1, Juni 2009 ISSN : 1979 - 5858

5.2. Grafik dan Pembahasan point pada biodiesel adalah yaitu minimal
100oC.
110
108 54
NaOH0,3gr
106 NaOH0,5gr
C)

52 NaOH0,7gr
o

104 NaOH0,9gr
TitikNyala(

102 50 NaOH1,1gr
NaOH0,3gr

CetaneIndeks
100 NaOH0,5gr
NaOH0,7gr 48
98 NaOH0,9gr
NaOH1,1gr
96 46
35 45 55 65
SuhuOperasi Transesterifikasi (oC) 44
35 40 45 50 55 60 65

Grafik 1.Hubungan antara Suhu Operasi SuhuOperasi Transesterifikasi (oC)


Trans-Esterifikasi dan Titik Nyala
biodiesel yang dihasilkan pada variabel Grafik 2.Hubungan antara Suhu Operasi
katalis NaOH yang berubah. Trans-Esterifikasi dan Cetane Indeks
biodiesel yang dihasilkan pada variabel
Dari bentuk grafik diatas katalis NaOH yang berubah.
memperlihatkan bahwa hubungan antara
waktu operasi dan titik nyala (flash point) Dari bentuk grafik diatas
adalah berbanding terbalik. Sebagaimana memperlihatkan bahwa hubungan antara
terlihat pada grafik 1. bahwa semakin waktu operasi dan Cetane Indeks adalah
tinggi waktu operasi maka harga titik berbanding lurus. Sebagaimana terlihat
nyala (flash point) nya akan semakin pada grafik 2. bahwa semakin lama waktu
turun. Hal ini disebabkan semakin lama operasi maka harga Cetane Indeks akan
waktu operasi maka semakin lambat semakin naik. Sedangkan pada jumlah
waktu bahan bakar tersebut dapat katalis NaOH 0,9 gram terjadi
menyala, karena flash point (titik nyala) penyimpangan dimana disini
mempengaruhi cepat lambatnya bahan diindikasikan bahwa masih ada metanol
bakar tersebut dapat menyala. yang terkontaminasi sehingga
Flash point atau titik nyala menurunkan titik nyala minyak.
merupakan suhu paling rendah yang Cetane Indeks yang tinggi
harus dicapai dalam pemanasan minyak menunjukkan bahwa bahan bakar dapat
untuk menimbulkan uap yang dapat menyala pada temperatur yang relatif
terbakar dalam jumlah yang cukup untuk rendah. Hal ini disebabkan dengan Cetane
menyala atau terbakar sesaat ketika Indeks yang tinggi dapat mencegah
disinggungkan dengan suatu nyala api. terjadinya detonasi dan knocking karena
Dari grafik diatas dapat pula begitu bahan bakar diinjeksikan ke dalam
dilihat bahwa nilai flash point paling baik silinder pembakaran, bahan bakar akan
terdapat pada volume katalis NaOH 0,9 langsung terbakar dan tidak terakumulasi.
gram dan suhu operasi 60 menit yaitu Cetane Indeks atau bilangan
sebesar 100oC. Dimana Standart Nasional cetane merupakan kualitas bahan bakar
Indonesia yang diijinkan untuk flash minyak untuk dapat terbakar sendiri
didalam silinder yang dinyatakan dengan

46
Jurnal Flywheel, Volume 2, Nomor 1, Juni 2009 ISSN : 1979 - 5858

suatu indeks. Semakin tinggi nilai Cetane 4. . 2007.


Indeks maka kualitas biodiesel yang URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Sulf
didapat semakin baik. uric Acid.
Dari grafik diatas dapat pula 5. . 2008.
dilihat bahwa Cetane Indeks paling baik URL:http://www.kamase.org.
terdapat pada volume katalis NaOH 0,9 6. Giwangkara S. EG., 2008. Rahasia
gram dan suhu operasi 60 menit yaitu biodiesel, Solar Masa Depan.
sebesar 52,7972. Dimana Standart <URL: http://www.wordpress.com>.
Nasional Indonesia yang diijinkan untuk 7. Indartono setyo, Y., agustus 2007.
Cetane Indeks pada biodiesel adalah Mengenal Biodiesel : Karakteristik,
minimal 51. produksi, hingga performansi mesin (2
&3) .
6. KESIMPULAN <URL:http://www.beritaiptek.com>.
8. Ketaren, S, 1986. Minyak Dan Lemak
Berdasarkan hasil penelitian Pangan, Edisi 1, Penerbit Universitas
yang telah dilakukan maka dapat diambil Indonesia, Jakarta.
kesimpulan pada proses Trans- 9. Macklin, 2008. Biofuel.
esterifikasi minyak biji kapuk, biodiesel <URL:http://www.macklin.tmip-
terbaik dihasilkan pada volume katalis unpad.net>.
NaOH sebanyak 0,9 gram dan suhu 10. Nur Alam Syah, Andi, 2006.
operasi 60 menit. Biodiesel Jarak Pagar : Bahan Bakar
alternatif Yang Ramah Lingkungan.
Penerbit Agromedia Pustaka, Jakarta.
Karakter Standart Biodiesel
No
istik Biodiesel *) 11. Prakoso Tirto,dkk, 2007. Potensi
Biodiesel Indonesia.
1 Flash Min 100 100 <URL:http://www.migas-indonesia.
Point, 0C
com>
2 Densitas, 0,85 – 0,89 0,864
15 0C
12. Prihandana, Rama, 2006.
Menghasilkan Biodiesel Murah.
3 Cetane Min 51 52,7972
Number Penerbit Agromedia Pustaka, Jakarta.
13. Samuel D.Effendy, 2008. Studi
*) pada volume katalis NaOH 0,9 gram dan suhu Kemudahan Pemisahan Produk-
operasi 60 menit produk Proses Pembuatan Biodiesel.
<URL: http://www.abstraksi-
ta.fti.itb.ac.id>.
7.DAFTAR PUSTAKA 14. Satish Lele, 2004. Biodiesel In India.
1. Anonimous. 2008. <URL:http://www.biodiesel.com>.
URL:http://www.ristek.go.id/index. 15. Van Gerpen, J., 1999. Biodiesel
php/id=1227. Production Technology.
2. . 2007. <URL:http:// www.nrel.gov>
URL:http://id.wikipedia.org/wiki/K
apuk_randu.
3. . 2007.
URL:http://en.wikipedia.org/wiki/
Methanol.

47

Anda mungkin juga menyukai