Anda di halaman 1dari 13

i

PENGGUNAAN GURITA PADA BAYI

Disusun Oleh :

Mela Emsiana

Dosen Pembimbing:

Liya Lugita Sari SST.M.KES

PROGRAM SARJANA PRODI KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN AJARAN 2022/2023
ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Penggunaan
Gurita Pada Bayi ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dari Dosen Pembimbing Liya Lugita Sari
SST.M.KES, pada Bidang studi Profesionalisme Kebidanan. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana peran dan fungsi yang
harus di lakukan seorang bidan dalam promosi kesehatan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Liya Lugita
Sari SST.M.KES , yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah
yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 19 Oktober 2022

Mela Emsiana

DAFTAR ISI
iii

Cover i

Kata pengantar ii

Daftar isi iii

BAB I

A. Gurita Pada Bayi 1


B. Perbedaan Dahulu dan Sekarang 3
C. Dampak 5
D. Yang Perlu Dilakukan 8

BAB II

A. Kesimpulan 9
B. Daftar Pusaka 10
1

BAB I

A. Gurita Pada Bayi

Gurita bayi adalah kain yang biasanya digunakan untuk melilit perut bayi
ketika baru lahir. Disebut gurita karena ada sejumlah belahan kain yang digunakan
untuk mengikat. Belahan tersebut mirip dengan tentakel hewan gurita. Saat ini,
gurita modern desainnya berbeda dan dapat mempermudah bayi untuk memakainya.
Pemakaian gurita bayi biasanya digunakan saat usia 0-3 bulan.

Pada usia tersebut, banyak orang tua yang merasa khawatir melihat perut bayi
yang besar sehingga memutuskan menggunakan gurita bayi. Padahal melansir
Association for the Advancement of Automotive Medicine, perut bayi yang terlihat
besar merupakan hal yang wajar. Sebab, perkembangan otot dan lemak yang ada di
area perut memang belum sempurna. Alhasil, gerakan usus tidak dapat ditahan
dengan normal. Kondisi ini menyebabkan perut bayi terlihat tidak proporsional,
membesar seperti perut kembung.

Kehidupan sehari-hari kita umumnya dipengaruhi oleh kebudayaan dan


tradisi, termasuk dalam merawat bayi yang baru lahir. Banyak nasehat dan tradisi
leluhur yang turun temurun. Salah satunya adalah penggunaan gurita. Gurita sering
di gunakan pada ibu setelah melahirkan. Saat hamil, perut ibu akan kencang dan
membesar dan setelah bayi keluar, perut akan terasa kendor sehingga gurita di pakai
untuk mengurangi perut kendor. Nah gurita seperti ini sering pula digunakan pada
bayi baru lahir.

Kain gurita hingga sekarang masih banyak digunakan oleh masyarakat


Indonesia, baik untuk ibu hamil maupun bayi baru lahir. Gurita merupakan kain
pembalut dada yang biasa diikatkan atau dibebat di bagian perut bayi. Pada ibu
hamil, kain gurita dipakai dengan harapan bisa membuat perut ibu kembali langsing
seperti sebelum hamil. Salah satu alasan penggunaan gurita pada bayi yaitu karena
orang tua merasa khawatir melihat perut bayi yang besar. Namun perut bayi yang
terlihat besar ini sebetulnya wajar, karena perkembangan otot dan lemak yang ada di
area perut memang belum sempurna. Alhasil, gerakan usus tidak dapat ditahan
2

dengan normal, dan hal ini menyebabkan perut terlihat tidak proporsional, membesar
seperti sedang kembung.

Gambar 1. Bayi yang dipasangkan gurita.


3

B. Perbedaan Dulu dan Sekarang

Bayi Indonesia biasa memakai kain gurita. Tradisi mempercayai bahwa bayi
yang baru dilahirkan akan lebih sehat bila memakai kain ini. Gurita adalah selembar
kain kecil dengan tali pengikat. Dipakai untuk membebat bagian perut bayi.
Gunanya untuk mencegah masuk angin, mencegah pusar menjadi bodong,
mengecilkan perut, bahkan melindungi tali pusar yang belum puput.

Tradisi mengguritai bayi pada masyarakat sudah tidak asing lagi, hal ini
justru menjadi peraturan wajib yang harus di lakukan oleh setiap ibu. Padahal hal
tersebut justru membahayakan kesehatan si anak. Pada dasarnya, bayi baru lahir
memang memiliki anatomi tubuh yang unik, di mana ukuran peru tlebih besar dari
pada dada. Jika bayi dibaringkan, dada terlihat lebih pendek dan perut tampak lebih
tinggi dan buncit.

Alasan estetika ini yang pada zaman dahulu menjadi dasar dikenakannya
gurita pada perut bayi, khususnya bayi perempuan, agar perut bayi menjadi datar.
Ada juga yang menambahkan bahwa gurita dapat membuat bayi lebih hangat.
Namun, penggunaan gurita justru dapat membuat bayi merasa sesak dan tidak
nyaman. Selain itu, bayi juga lebih banyak menggunakan pernapasan perut daripada
pernapasan dada seperti pada orang dewasa.

Berikut merupakan beberapa mitos yang dipercayai jika kita mengenakan


gutita pada bayi yang abru lahir :

 Mitos 1 : Gurita mencegah perut bayi buncit


Faktanya: Pemakaian gurita pada bayi menjadi pilihan sebagian orangtua
karena kekhawatiran mereka melihat perut bayi yang besar. Padahal, hal itu
wajar terjadi karena besar atau kecilnya perut bayi ditentukan dari ketebalan
kulit, lemak di bawah kulit, dan otot perut yang berfungsi menahan daya
4

dorong isi perut. Hal ini yang menyebabkan perut membesar seperti sedang
kembung.

Seiring berjalannya waktu dan tumbuh kembang bayi, kulit, lemak, dan
ototnya akan menebal sehingga bentuk perut bayi akan mengecil dengan
sendirinya dan terlihat lebih proposional.

 Mitos 2 : Gurita mencegah pusar bodong


Faktanya: Pusar bodong bukanlah disebabkan karena tidak pakai gurita.
Pusar bodong adalah karena tidak sempurnanya penutupan lubang cincin
pusar saat testis bayi laki-laki atau ovarium bayi perempuan turun ke rongga
panggul sesaat sebelum ia dilahirkan.
Pusar bodong biasanya bukan masalah yang serius sehingga orangtua tidak
perlu mengkhawatirkan kondisi tersebut. Namun jika bayi sering kembung
atau terlihat kesakitan, disarankan Mama membawanya ke dokter.

 Mitos 3 : Gurita mencegah masuk angin


Faktanya: Orangtua menganggap bayi masuk angin karena perutnya yang
terlihat kembung. Padahal perut kembung bayi bisa disebabkan oleh terlalu
lama menangis, cara minum susu yang belum benar, suhu atau udara yang
terlalu dingin, atau memang gejala penyakit yang serius.
Dokter Muzal Kadim, Sp.A(K), di laman IDAI.or.id, menulis cara
mengatasi perut kembung adalah dengan memperbaiki posisi bayi ketika
meminum susu, membuatnya sendawa setelah minum susu, menghangatkan
perutnya dengan minyak penghangat, dan memeriksakan ke dokter untuk
kemungkinan si Kecil mengalami intoleransi laktosa.

 Mitos 4 : Gurita menjaga tali pusat yang belum puput


Faktanya: Pemakaian gurita untuk melindungi tali pusar yang belum puput
juga bukanlah perawatan yang tepat. Sebab, pada dasarnya pusar akan puput
dengan sendirinya setelah 1-2 minggu.
5

C. Dampak

Penggunaan gurita pada bayi yaitu karena orang tua merasa khawatir melihat
perut bayi yang besar, sehingga merasa perlu untuk menahan dengan kain gurita agar
tidak bertambah besar dan menggelantung. Namun perut bayi yang terlihat besar ini
merupakan keadaan normal dan sesuai untuk bayi. Hal ini terjadi karena
perkembangan otot dinding perut bayi belum sempurna dan kuat sehingga perut
terlihat tidak proporsional, terlihat seperti perut buncit. Seiring berjalannya waktu
dan pertambahan usia, perut bayi akan mengecil dengan sendirinya. Hal ini terjadi
karena otot dinding perut anak semakin kuat.

Artinya, dampak paling sederhana dari penggunaan gurita yang terlalu ketat
adalah masalah pada kulit Si Kecil, seperti gatal, biang keringat, atau ruam merah.
Tak hanya itu, risiko bayi mengalami gumoh lalu muntah, terutama setelah makan,
pun akan meningkat.

Tak berhenti di situ, risiko yang bisa ditimbulkan dari penggunaan gurita
pada bayi yang baru lahir adalah kesulitan bernapas. Biasanya bayi akan merasa
kesulitan bernapas karena lilitan kain yang terlalu kencang dan hal ini tentu tidak
bisa dibiarkan.

Sebab sistem pernapasan bayi yang masih berkembang dan belum sempurna
bisa memicu terjadinya berbagai masalah. Masalah pernapasan pada Si Kecil bisa
membuatnya batuk, tersedak, dan kekurangan oksigen. Jika mengalami hal ini,
sebaiknya segera bawa Si Kecil untuk mendapatkan pertolongan medis sehingga
masalah tidak menjadi lebih besar.

Jika bayi baru lahir mengalami masalah pernapasan dan kekurangan oksigen,
biasanya napasnya akan menjadi lebih cepat dan pendek. Hal ini bisa berbahaya jika
dibiarkan, karena dapat menyebabkan Si Kecil berhenti bernapas sepenuhnya,
bahkan berujung kematian.
6

Berikut rincian daftar dampak penggunaan gurita pada bayi :

 Ruam pada kulit.


Karena gurita di bebatkan agak ketat ke perut, hal tersebut dapat
menimbulkan ruam tekanan pada kulit bayi yang masih sensitif. Dapat juga
menimbulkan ruam alergi pada bayi akibat tertutupnya kulit sehingga
sirkulasi kulit terhalang. Menurut artikel tentang gurita yang ditulis di
laman Ikatan Dokter Anak Indonesia, pemakaian gurita malah bisa
menyebabkan bayi merasa kepanasan lalu berkeringat. Jika gurita tidak
segera dilepas, keringat yang terkumpul akan menyebakan iritasai kulit
seperti gatal, biang keringat, atau ruam merah. Maklum, Ma, kulit bayi
masih sangat sensitif dan ia belum mampu mengatur suhu tubuhnya.

 Peningkatan suhu tubuh.


Gurita yang terlalu ketat dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh,
apalagi ketika bayi sedang mengalami demam.

 Gangguan pencernaan.
Jika ikatan pada gurita menekan lambung, dapat menimbulkan gumoh atau
refluks setelah menyusui. Lambung bayi baru lahir kecil seukuran kelereng,
dan meningkat seiring usia hingga seukuran telur bebek (80-150 ml) pada
usia 2-3 bulan. Katup lambung bayi pun masih belum menutup dengan
kencang seperti pada orang dewasa. Dengan adanya tekanan pada perut,
lambung yang tertekan dapat menyebabkan atau memperberat gejala gumoh
atau refluks. Pemakaian gurita yang terlalu ketat membuat perut bayi
tertekan, sehingga setelah bayi minum ASI, risiko gumoh dan muntah akan
meningkat karena terjadi aliran balik makanan yang telah masuk ke dalam
lambung.

 Sesak napas.
Sistem pernapasan bayi yang masih berkembang dan belum sempurna
menjadikan bayi lebih dominan menggunakan pernapasan perut
7

dibandingkan perapasan dada. Sehingga ikatan gurita yang terlalu kencang


akan berdampak sesak napas, batuk, tersedak bahan kekurangan oksigen
pada bayi. Umumnya bayi masih banyak bernapas melalui otot-otot perut
sehingga membatasi pergerakan perutnya mengakibatkan ia sulit bernapas.
Bayi akan mengalami gangguan pernapasan yang ditandai dengan:

a. Perubahan pada kecepatan atau pola pernapasan.


b. Batuk karena saluran napas yang tertekan kain.
c. Berisiko tersedak.
d. Mendengkur keras.
e. Henti napas yang menyebabkan kulit yang membiru.
Hal ini karena jumlah napas bayi memang lebih banyak dibanding orang
dewasa. Rata-rata bayi bernapas sebanyak 40-60 kali per menit dan bisa
melambat hingga 30-40 kali per menit ketika tidur.
Di saat tertentu, mungkin melihat bayi bernapas lebih cepat selama
beberapa waktu. Kemudian, akan melambat selama kurang dari 10 detik,
lalu bernapas normal kembali. Hal ini masih tergolong normal dan
dinamakan bernapas periodik. Penggunaan gurita bayi yang terlalu ketat
bisa mengganggu sistem pernapasan bayi yang belum “matang” ini, dan
akibatnya bisa fatal.
8

D. Yang Perlu Dilakukan

Bayi sering dipakaikan gurita karena orang tuanya cemas melihat perut bayi
besar dan masih rawan untuk gerak .Padahal besar kecil perut bayi ditentukanoleh
ketebalan kulit ,otot perut yang berfungsi menahan daya dorong isi perut.Kulit bayi
maupun lemak masih tipis belum sempurna sehingga belum mampu utuk menahan
gerak usus yang mendorong keluar,ini yang menyebabkan perut kelihatan besar.

Perut bayi akan mengecil dengan sendirinya seiring tumbuh kembang ketika
kulit,otot dan lemak sudah menebal. Begitu pula dengan pusar yang bodong ,banyak
orang tua yang khawatir dengan kondisi pusar bayinya.

Yang perlu dipahami pusar bodong tidak akan mengakibatkan kondisi


kesehatan yang serius,disebabkan oleh otot cicin perut yang tidak menutup dengan
sempurna karena panjang dan besar putung tali pusat bayi bukan akibat dari tidak
pakai gurita. Pusar bodong akan sembuh atau menghilang seiring tumbuh kembang
anak sekitar 3 – 5 tahun. Pemakaian gurita bayi untuk mengatasi tali pusar yang
belum puput bukan cara perawatan yang tepat.

Selain itu, banyak orang tua yang percaya perut bayi harus dilapisi gurita
bayi agar tidak masuk angin. Padahal, udara dari luar dapat masuk ke tubuh bayi
ketika dia menelannya. Jadi, bukan karena udara terpapar langsung ke kulit perutnya.
Masuk angin bisa terjadi ketika bayi menangis terlalu lama dan cara menyusui atau
minum susu botol tidak tepat. Bahkan, masuk angin juga bisa menandakan suhu
udara yang terlalu rendah serta adanya gejala penyakit yang serius.

Untuk masalah tali pusar, orangtua hanya perlu menjaga tali pusar tetap
bersih dan tidak terkena urine maupun tinja bayi. Jika tali pusar kotor, cuci tali pusar
dengan air bersih dan sabun lalu keringkan dengan kain bersih. Dan jangan gunakan
gurita agar tali pusar tidak lembap dan tetap kering.
9

BAB II

A. Kesimpulan

Saat lahir ke dunia, sebagian tali pusar bayi dipotong oleh dokter. Sedangkan
sebagiannya lagi masih tertinggal menyatu dalam tubuh bayi. Biasanya, tali pusar
tersebut akan ditunggu hingga benar-benar puput.

Menurut orang tua zaman dulu, sebelum tali pusar puput dengan sempurna sebaiknya
bayi dipakaikan gurita bayi. Ini untuk menjaga tali pusar dari kuman dan kotoran.
Padahal, tali pusar justru tidak membutuhkan gurita bayi. Sebenarnya, tali pusar sendiri
akan puput setelah 1-2 minggu.

Ibu hanya perlu memastikan tali pusar tersebut tidak terkena kotoran tubuh bayi. Selain
itu, ibu harus menjaga supaya tali pusar tidak kotor dan selalu tetap kering. Penggunaan
gurita bayi justru memicu keluarnya keringat dan membuat bagian tali pusar jadi
lembap. Kondisi ini bisa membahayakan kesehatan Si Kecil. Selain menjaga tali pusar,
banyak orang tua yang khawatir dengan kondisi pusar bayinya. Memiliki pusar bodong
seringkali dianggap sebagai aib bagi sebagian orang tua.

Oleh karena itu, banyak pula orang tua yang menempelkan koin di pusar bayi dan
memakaikan gurita bayi kencang-kencang untuk mencegahnya. Yang perlu dipahami,
pusar bodong tidak akan mengakibatkan kondisi kesehatan serius. Pusar bodong lebih
disebabkan oleh otot cincin perut yang tidak menutup dengan sempurna. Atau, bisa
karena panjang puntung tali pusat bayi yang memang besar dan panjang.

Jadi, bukan akibat tidak dipakaikan gurita. Pusar bodong akan sembuh atau menghilang
seiring tumbuh kembang anak biasanya ketika anak sudah berusia antara 3-5 tahun.
10

DAFTAR PUSAKA

https://www.popmama.com/amp/baby/0-6-months/ihda-naradoh/dampak-buruk-
pemakaian-gurita-bayi?page=all#page-2

https://www.halodoc.com/artikel/6-manfaat-membedong-bayi

Anda mungkin juga menyukai