Anda di halaman 1dari 10

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keberagaman budaya tradisional yang sangat dijaga dan

masih dilestarikan turun temurun hingga saat ini. Salah satu budaya di Indonesia tersebut dapat
dijumpai pada saat bayi baru lahir, yaitu pemakaian gurita. Gurita merupakan kain yang membalut dada
dan diikat pada area perut bayi. Umumnya pemakaian gurita ini digunakan saat bayi berusia 0-3 bulan.
Hingga saat ini, kain gurita masih banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia, baik untuk ibu hamil
maupun bayi baru lahir. Beberapa masyarakat di Indonesia percaya bahwa pemakaian gurita pada bayi
itu dilakukan karena mencontoh dari apa yang sudah dilakukan oleh orang tua mereka terdahulu.

Orang tua di Indonesia di zaman dahulu mempercayai bahwa penggunaan gurita pada bayi
yang baru lahir memiliki banyak manfaat. Di antaranya untuk mengecilkan perut dan menopang perut
bayi agar bagus dan terlihat tidak besar. Mereka percaya bahwa perut bayi harus dilapisi gurita agar bayi
tidak mudah masuk angin. Pemakaian gurita juga dipercaya untuk menghangatkan hingga mencegah
pusar bayi menjadi bodong. Selain itu, pemakaian gurita pada bayi juga dapat menopang perut bayi agar
terlihat bagus, tidak bergelambir dan terlihat tidak besar.

Namun, sebenarnya pemakaian gurita ini baik digunakan atau tidak pada bayi?. Dalam
kacamata medis, pemakaian gurita pada bayi ini sebenarnya tidak dianjurkan. Karena pemakaian gurita
pada bayi dapat mengakibatkan bayi kesulitan dalam bergerak, sehingga efeknya dapat mempengaruhi
bayi mengalami kesulitan bernafas hingga sesak nafas, kemudian mempengaruhi kondisi pencernaan
bayi karena tekanan dari pemakaian gurita, dan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman sehingga
bayi sering menangis. Tak hanya itu, ternyata pemakaian gurita pada bayi adalah salah satu faktor
penyebab bayi sering mengalami gumoh. Gumoh sendiri merupakan kondisi keluarnya sebagian isi
lambung pada bayi yang berupa cairan.

Oleh sebab itu, orang tua, para ibu, ataupun pengasuh bayi tidak perlu khawatir dengan
kondisi perut bayi yang besar saat baru lahir dan pusar bodong tanpa pemakaian gurita. Kondisi tersebut
merupakan suatu hal yang wajar. Karena pada saat itu otot dan lemak bayi memang belum berkembang
secara sempurna dan seiringnya bertambah usia, otot perut dan lemak akan mengecil dengan
sendirinya. Alangkah lebih baiknya jika perawatan pada bayi baru lahir tersebut sering dikonsultasikan
kepada dokter untuk menjaga kesehatan dan memantau tumbuh kembangnya si kecil.

Pencatatan Metode Periodik dan Perpetual dalam Perusaha


Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Bahaya atau Tidak Sih Pemakaian Gurita pada
Bayi?", Klik untuk baca:

https://www.kompasiana.com/andinirdiana19/645a4b744addee13473391d2/bahaya-atau-tidak-sih-
pemakaian-gurita-pada-bayi

Kreator: Andini Irdiana Putri

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili
pandangan redaksi Kompas.

Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com


Penggunaan Kain Gurita Pada
Bayi Yang Baru Lahir
1.Karakteristik Masyarakat
yang melakukan
Pada kali ini,gurita yang saya
bahas bukanlah sebuah hewan
laut,melainkan
selembar kain kecil dengan tali
berumbai-rumbai yang
digunakan untuk mengikat perut
bayi yang baru lahir.Mungkin
karena banyaknya tali yang
berumbai-rumbai seperti
tentakel gurita sehingga
dinamakan gurita.Di Indonesia
kain gurita banyak
dimanfaatkan
orangtua untuk dipakaikan
kepada bayinya yang baru
lahir .Penggunaan kain gurita
ini,
merupakan suatu adat budaya
yang sudah ada pada zaman
dahulu dan mereka
mempercayai jika bayi yang
baru lahir akan lebih sehat jika
memakai kain gurita.Pada
zaman sekarang, tradisi tersebut
kebanyakan masih diterapkan
didaerah pedesaan. Pada
orangtua yang sedang hamil
apalagi pada masa kehamilan
yang baru,kebanyakan masih
bingung sehingga mereka
meminta wejangan kepada
sesepuh mereka dan memakan
mentah-mentah wejangan
tersebu
Penggunaan Kain Gurita Pada Bayi Yang Baru Lahir

1.Karakteristik Masyarakat yang melakukan

Pada kali ini,gurita yang saya bahas bukanlah sebuah hewan laut,melainkan selembar kain kecil
dengan tali berumbai-rumbai yang digunakan untuk mengikat perut bayi yang baru lahir.Mungkin
karena banyaknya tali yang berumbai-rumbai seperti tentakel gurita sehingga dinamakan gurita.Di
Indonesia kain gurita banyak dimanfaatkan orangtua untuk dipakaikan kepada bayinya yang baru
lahir .Penggunaan kain gurita ini, merupakan suatu adat budaya yang sudah ada pada zaman
dahulu dan mereka mempercayai jika bayi yang baru lahir akan lebih sehat jika memakai kain
gurita.Pada zaman sekarang, tradisi tersebut kebanyakan masih diterapkan didaerah pedesaan. Pada
orangtua yang sedang hamil apalagi pada masa kehamilan yang baru,kebanyakan masih bingung
sehingga mereka meminta wejangan kepada sesepuh mereka dan memakan mentah-mentah
wejangan tersebut

TUGAS INDIVIDU Mata Kuliah : Sosio Antropologi Kesehatan NIM 6411421138 Penggunaan Kain
Gurita Pada Bayi Yang Baru Lahir 1.Karakteristik Masyarakat yang melakukan Pada kali ini,gurita yang
saya bahas bukanlah sebuah hewan laut,melainkan selembar kain kecil dengan tali berumbai-rumbai
yang digunakan untuk mengikat perut bayi yang baru lahir.Mungkin karena banyaknya tali yang
berumbai-rumbai seperti tentakel gurita sehingga dinamakan gurita.Di Indonesia kain gurita banyak
dimanfaatkan orangtua untuk dipakaikan kepada bayinya yang baru lahir .Penggunaan kain gurita ini,
merupakan suatu adat budaya yang sudah ada pada zaman dahulu dan mereka mempercayai jika
bayi yang baru lahir akan lebih sehat jika memakai kain gurita.Pada zaman sekarang, tradisi tersebut
kebanyakan masih diterapkan didaerah pedesaan. Pada orangtua yang sedang hamil apalagi pada masa
kehamilan yang baru,kebanyakan masih bingung sehingga mereka meminta wejangan kepada
sesepuh mereka dan memakan mentah-mentah wejangan tersebut. Orang zaman dahulu
menggunakan kain gurita pada bayi karena mereka percaya jika kain gurita bisa mencegah masuk
angin,mencegah pusar menjadi bodong,mengecilkan perut, dan melindungi tali pusar yang belum
puput.Padahal kenyataannya dimata medis ,penggunaan kain gurita bisa berakibat fatal dan
membahayakan kesehatan bayi.Menurut pengamatan dilingkungan tempat tinggal saya, sebenarnya
sudah banyak orangtua muda atau biasa disebut orangtua milenial yang sudah menyadari efek
penggunaan kain gurita pada bayi, tetapi mereka tetap menggunakannya karena mereka dimarahi
oleh sesepuh mereka karena menurut sesepuh jika tidak menggunakan gurita dikhawatirkan dapat
menyebabkan perut yang besar dan masih banyak mitos-mitos lainnya. Disini saya akan menyebutkan
mitos-mitos penggunaan kain gurita dan akan mengaitkannya dengan fakta yang sebenarnya

a. Mitos 1 : Gurita bisa mengecilkan perut bayi Fakta : Besar kecilnya perut bayi ditentukan dari
ketebalan kulit,lemak dibawah kulit, dan otot perut yang menahan daya dorong isi
perut.Hal ini yang menyebabkan perut membesar seperti sedang kembung.Seiring
berjalannya waktu dan tumbuh kembang bayi akan mengecil dengan sendirinya dan terlihat
lebih proporsional.Sehingga dapat disimpulkan bahwa kain gurita tidak

Mitos 2 : Gurita melindungi pusar dan mencegah pusar bodong Fakta : Orangtua zaman dulu meyakini
jika pemakaian kain gurita, bisa menjaga pusar dari kuman dan kotoran.Padahal sebenarnya tali pusar
sendiri akan puput setelah 1-2 minggu.Para ibu sebenarnya hanya perlu memastikan tali pusar dalam
keadaan kering,supaya tidak terkena bakteri.Penggunaan kain gurita pada bayi justru memicu
keluarnya keringat dan menjadi lembab.Kondisi iki bisa menyebabkan tumbuhnya bakteri pada
pusar bayi.Selain menjaga tali pusar,orangtua zaman dulu juga yakin gurita bayi bisa mencegah pusar
bodong. Nyatanya, pemakaian gurita bayi tidak merubah bentuk melainkan dengan seiring
bertambahnya usia bayi , pusar bodong bisa berubah bentuk.

Mitos 3: Gurita bayi dapat mengurangi masuk angin Fakta : Sebenarnya penggunaan gurita bayi tidak
mempengaruhi udara yang masuk kedalam. Nyatanya masuk angin bisa terjadi ketika bayi menangis
terlalu lama dan cara menyusui atau minum susu botol tidak tepat. Sehingga para ibu tidak usah
khawatir jika anak bayinya sedang masuk angin, para ibu hanya perlu mengetahui penyebab masuk
angin terlebih dahulu sebelum mengatasinya. 2. Dampak Kesehatan Penggunaan kain gurita pada
bayi,khususnya jika diikat terlalu kencang bisa menyebabkan beberapa gangguan kesehatan , antara
lain : a. Iritasi Kulit Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia,penggunaan gurita bisa menyebabkan bayi
merasa kepanasan dan berkeringat sehingga dapat menyebabkan iritasi kulit,mengingat kulit bayi masih
sangat sensitif. b. Gumoh dan Muntah Gumoh adalah keluarnya kembali susu yang telah ditelan setelah
minum susu botol atau menyusui.Pemakaian gurita pada bayi dapat menyebabkan frekuensi gumoh
pada bayi. Hal ini disebabkan karena pemakaian gurita akan menekan dinding perut bayi sehingga
jika lambung bayi penuh setelah minum susu, pemakaian gurita akan menyebabkan keluarnya
sebagian susu yang telah diminum.Gumoh sendiri merupakan hal biasa yang terjadi pada bayi,
namun jika hal ini terjadi secara terus menerus, dikhawatirkan sibayi akan mengalami
malnutrisi.Tetapi jika orangtua tetap harus memakai gurita karena tradisi, maka orangtua bisa
memakai gurita kepada bayinya secara longgar sehingga tidak akan menekan dinding perut bayi

Sesak Napas Sistem pernapasan bayi yang belum sempurna, menjadikan bayi lebih dominan
menggunakan pernapasan perut dibandingkan pernapasan dada sehingga gurita yang terlalu
kencang akan berdampak sesak napas.

Namun,jika ada yang bertanya apakah dampak positif dari penggunaan kain gurita

pada sibayi? Seperti yang sudah saya jelaskan diatas,penggunaan kain gurita bayi dapat

menghangatkan tubuh sibayi,jika pemakaiannya dilakukan secara benar dan tidak terlalu

kencang sehingga tidak membahayakan bagi kesehatan sibayi.

3. Peran Tenaga Kesehatan

Pemakaian gurita pada bayi dipercayai banyak orang bisa bermanfaat untuk

tumbuh kembang sibayi. Padahal Ikatan Dokter Anak Indonesia ( IDAI) dan Kemenkes

berpendapat sebaliknya,sehingga IDAI dan Kesmas sepakat tidak perlu memakai gurita

karena dapat beresiko untuk kesehatan sibayi.Dalam menanggapi mitos yang berkembang

dimasyarakat, tenaga kesehatan perlu mengadakan adanya suatu promosi kesehatan,salah

satunya berupa penyuluhan.Materi penyuluhan dapat berupa hal yang berkaitan dengan

mitos yang merugikan selain itu tenaga kesehatan bisa memberikan bimbingan kepada

masyarakat tentang mitos baik yang tetap diyakini agar tidak ada kesalahpahaman antara

masyarakat dan budaya setempat.Untuk itu para tenaga kesehatan bisa lebih aktif

melakukan penyuluhan mengenai dampak penggunaan gurita pada bayi, sehingga

diharapkan dapat menambah pengetahuan pada para orangtua.

Daftar Pustaka

https://ejurnal.stikesmhk.ac.id/index.php/maternal/article/download/490/444

https :// https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/perawatan-bayi-baru-lahir


https://www.kompasiana.com/andinirdiana19/645a4b744addee13473391d2/bahaya-atau-tidak-sih-
pemakaian-gurita-pada-bayi

https://www.popmama.com/baby/0-6-months/ihda-naradoh/dampak-buruk-pemakaian-

gurita-bayi

https://www.ibupedia.com/artikel/kelahiran/mitos-dan-fakta-seputar-gurita-bayi

Tenri dkk. 2016. Perbedaan Lama Pelepasan Tali Pusat Antara Pemotongan Tali Pusat Segera Setelah
Lahir dengan Lotus Birth. Jurnal Ilmiah Bidan (online) Vol. 02 No. 03. Januari 2020

Ilah Lilahsah , Nurjannah . 2020. Hubungan Antara Pemakaian Gurita Pada Bayi Dengan Lamanya
Pelepasan Tali Pusat Di Wilayah Kerja Puskesmas Sliyeg Kabupaten Indramayu. Jurnal Placenta Vol 8
Nomor 2 Tahun 2020 (Feb-Mei)

Ana Wigunantiningsih dkk.2014. Pengaruh Penggunaan Gurita Terhadap Frekuensi Gumoh Pada Bayi Di
Kabupaten Karanganyar.ejurnak.stikesmhk

Pemakaian gurita bayi turun-temurun dipercaya dapat mencegah masuk angin, menghangatkan perut,
bahkan mencegah pusar bayi tidak bodong. Orangtua percaya, dengan menggunakan gurita bayi, perut
bayi yang buncit bisa mengecil. Kepercayaan zaman dahulu ini membuat perawatan dengan gurita bayi
turun-temurun dilakukan.
Tidak hanya zaman dahulu saja, ternyata di zaman sekarang pun masih ada orangtua yang menggunakan
gurita bayi pada bayi yang baru lahir. Adapun mitos dan fakta tentang penggunaan gurita pada bayi akan
dijelaskan dibawah ini :

Mitos 1: Gurita mencegah masuk angin

Fungsi gurita bayi yang kerap dipercaya adalah mencegah bayi masuk angin. Sering ditemukan perut
kembung terutama pada bayi baru lahir. Para orangtua menganggap sang bayi masuk angin.
Padahal, perut bayi kembung disebabkan oleh terlalu lama menangis, suhu atau udara yang terlalu
dingin, cara minum susu yang salah, atau hanya memang gejala penyakit yang serius.

Dr. Muzal Kadim, Sp.A(K) di halaman IDAI menyatakan bahwa cara mengatasi perut kembung pada bayi
adalah dengan cara memperbaiki posisi bayi ketika minum susu. Kemudian membuatnya sendawa
setelah minum susu, menghangatkan perutnya dengan minyak penghangat, dan memeriksakannya ke
dokter untuk mengetahui apakah sang anak memiliki kecenderungan intoleransi laktosa.

Mitos 2: Gurita mencegah perut bayi buncit

Dapat mencegah perut bayi buncit adalah fungsi gurita bayi yang dipercaya oleh oranguta jaman dulu.
Orangtua yang khawatir melihat perut buncit bayi membuat mereka memiliki keputusan untuk
memakaikan gurita pada si kecil.

Perut kembung pada bayi adalah hal yang wajar karena besar dan kecilnya perut bayi ditentukan dari
ketebalan kulit, lemak di bawah kulit, dan otot perut yang berfungsi menahan daya dorong dari isi perut.
Semua faktor ini dapat menyebabkan perut membesar seperti tampak sedang kembung.

Seiring dengan bertambahnya usia bayi, lemak, kulit, dan ototnya akan menebal sehingga bentuk perut
bayi akan mengecil dengan sendirinya dan terlihat lebih proporsional.

Mitos 3: Gurita mencegah pusar bodong

Gurita bayi untuk mencegah pusar bodong. Pusar bodong bukanlah disebabkan oleh tidak dipakainya
gurita pada bayi. Pusar bodong terjadi karena tidak sempurnanya penutupan lubang cincin pusar
saat testis bayi laki-laki atau ovarium bayi perempuan turun ke rongga panggul sesaat ia dilahirkan.

Pusar bodong biasanya bukan merupakan masalah serius, lebih sekedar estetika sehingga orangtua tidak
perlu mengkhawatirkannya.

Mitos 4: Gurita menjaga tali pusat yang belum putus

Gurita bayi sebagai perawatan saat tali pusat belum putus tidak diperlukan.

Jika tali pusat bayi belum putus, maka pemakaian gurita pada bayi bukanlah perawatan yang tepat. Pada
dasarnya, tali pusat akan putus dengan sendirinya setelah 1-2 minggu.

Ibu hanya perlu menjaga agar tali pusar bayi tetap bersih dan tidak terkena air kencing ataupun tinja
bayi. Jika tali pusat kotor, cuci tali pusat dengan air bersih kemudian keringkan dengan kain bersih.

Penggunaan gurita saat tali pusat belum putus malah dapat menyebabkan tali pusat lembap dan
berisiko terjadi infeksi.

Dampak penggunaan gurita pada bayi


1. Masalah pada kulit bayi

Orangtua jaman dulu kerap menekankan berbagai manfaat penggunaan gurita bagi bayi. Tanpa sadar,
Ibu yang percaya dengan pemakaian gurita bayi akan sangat bersemangat memasangkan gurita bayi
sehingga ikatan gurita bayi terlalu kencang pada perut si kecil. Hal ini malah dapat membuat bayi
kepanasan dan banyak berkeringat. Inilah fakta tentang gurita bayi yang sering terlewatkan.

Dampak buruk paling sederhana dari penggunaan gurita bayi adalah berimbas pada kulitnya. Kulit sang
bayi berpotensi mengalami gatal, biang keringat, bahkan ruam merah. Tidak hanya itu, potensi bayi
mengalami gumoh lalu muntah terutama saat makan pun menjadi meningkat.

2. Bayi kesulitan bernapas

Jika lilitan gurita bayi terlalu kencang, maka bayi berisiko sulit bernapas. Cara membebat gurita bayi
yang terlalu kencang mengganggu gerak pernapasan bayi. Apalagi bayi yang baru lahir belum bisa
langsung bernapas dengan paru-paru. Bayi pada umumnya bernapas masih lewat perut. Ini adalah salah
satu faktor kenapa bayi bernapas lebih cepat.

Perubahan pada kecepatan atau pola pernapasan bayi, batuk atau tersedak yang tak kunjung henti,
suara mendengkur keras, atau perubahan warna kulit membiru adalah suatu indikasi bahwa bayi bisa
jadi mengalami gangguan pernapasan dan memerlukan pertolongan medis secepatnya.

Saat bayi kekurangan oksigen, napasnya akan menjadi cepat dan dangkal. Jika situasi berlanjut, ia dapat
berhenti napas sepenuhnya, detak jantungnya turun dan ia kehilangan kekuatan otot.

Jika kondisi ini terjadi, sangat mungkin mengembalikan kondisi dengan cara memberi bantuan napas
agar paparan oksigen berlanjut. Jangan sampai keadaan semakin buruk, sebab berhenti napas akan
meningkatkan risiko kerusakan otak, bahkan bayi tercekik kehabisan napas.

(https://www.ibupedia.com/artikel/kelahiran/mitos-dan-fakta-seputar-gurita-bayi, diakses tanggal 22


Desember 2023)

Anda mungkin juga menyukai