Anda di halaman 1dari 4

Nama : Kiswah Qeyla Rosidin

NPM : 41183402210060
1. Sebutkan dan jelaskan Landasan Hukum Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila
Perguruan Tinggi! Serta bagaimanakah susunan Pancasila yang bersifat hierarkis
= Landasan Yuridis (hukum)
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menetapkan kurikulum penndidikan tinggi wajib memuat Pendidikan agam,
Pendidikan kewarganegaraan dan bahasan.
Dilandasan ini juga terdapat UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional ps 39 ayat 2 yang menyebutkan tentang isi kurikulum, jalur dan jenjan
Pendidikan wajib yang memuat.
a) Pendidikan Pancasila
b) Pendidikan Agama dan
c) Pendidikan Kewarganegaraan
Berdasarkan Kep Mendiknas No232/U/2000, mengenai Pedoman Penyusunan
Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, dengan pasal
10 ayat 1 di jelaskan bahwa kelompok mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi, yang terdiri atas Pendidikan
Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan. Pasal 27 ayat (3)
amandemen menyebutkan setiap warga negara berhak dan wajib turut serta dalam
upaya pembelaan negara. Pasal 20 ayat (1) tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha pertahanan dan kemanan negara. Pendidikan kewarganegaraan
dengan tujuan membentuk mahasiswa menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air.
Susunan Pancasila yang bersifat hierarkis
1. Sila 5 dijiwai sila 1,2,3,4
2. Sila 4 dijiwai sila 1,2,3 dan menjiwai sila 5
3. Sila 2 dijiwai sila 1 dan menjiwai sila 3,4,5
4. Sila 1 menjiwai sila 1,2,3,4,5
Sila yang di depan mendasari, meliputi, danmenjiwai sila-sila dibelakangnya atau sila
dibelakang didasari, diliputi, dan dijiwai sila-sila didepannya.
2. Jelaskan kedua landasan Pancasila dibwah ini:
a. Landasan Yuridis
b. Landasan Filosofis
= a. Landasa Yuridis (hukum)
Perkuliahan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi diatur dalam UU No.2 Tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 menyatakan: Isi kurikulum setiap
jenis, jalur dan jenjang Pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan
Agama, Pendidikan Kwarganegaraan.
Sebagai pelaksanaan SK tersebut, Dirjen Pendidikan Tinggi mengeluarkan surat
Keputusan N0. 38/DIKTI/2002, tentang Rambu- rambu Pelaksanaan Kelompok Mata
kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) di Perguruan Tinggi. Dalam pasal 3
dijelaskan bahwa kompetensi kelompok mata kuliah MPK bertjuan menguasai
kemampuan berfikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas sebgai
manusia intelektual.
b.Landasan Filosofis
Pancasila sebgai dasar Filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia, oleh
karena itu sudah merupakan suatu keharusanmoral untuk konsisten merelisasikan
dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Secara filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai bangsa
yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan obyektif
bahwa manusia adalah mahluk Tuhan YME.
Oleh karena itu dalam realisasi kenegaraan termasuk dalam proses reformasi dewasa
ini merupakan suatu keharusan bahwa Pancasila merupakan sumber nilai dalam
pelakasanaan kenegaraan, baik dalam pembangunan nasional, ekonomi, politik,
hukum, social budaya, maupun pertahanan keamanan.
3. Jelaskan kedua landasan Pancasila dibawah ini dan berikan contohnya
a. Landasan Ontologi Pancasila
b. Landasan Epistomologi Pancasila
= a. Landasan Ontologi Pancasila
Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki hakikat suatu atau
tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika.
Bidang ontology menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan keberadaan)
manusia, benda, alam semesta (kosmologi), metafisika.Secara ontologis, penyelidikan
Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar
dari sila-sila Pancasila. Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah
merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasar
ontologis.
Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat
mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu juga disebut sebagai dasar
antropologis. Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia.Hal
tersebut dapat dijelaskan bahwa yang Berketuhan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang
berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah manusia.
Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat
mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu juga disebut sebagai dasar
antropologis. Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia.Hal
tersebut dapat dijelaskan bahwa yang Berketuhan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang
berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah manusia.
Contoh Ontologi tentang sahabat kita. Kita mengenal shabat kita Ketika kita SD.
Kemudian berpisah dan ketemu lagi 10 tahun berikutnya. Secara fisik sahabat kita
berubah (mungkin makin tua, makin gemuk,makin kurus) tetapi ada sesuatu yang
tetap dalam dirinya. Sesuatu yang tetap yang membuat kita tetap mengenal dan tahu
bahwa ia adalah sahabat kita tetap mengenal dan tahu bahwa ia adalah sahabat kita
(bukan yang lain) meskipun secara fisik ia berubah. Itulah yabg disebut ontology dari
sahabat.
b.Landasan Epistomologi Pancasila
Secara bahasa epis tomologi berasal dari kata episteme dan logos. Masing masing
artinya episteme adalah pengetahuan sedangkan logos berarti ilmu atau teori.
Epistemologi merupakan ilmu yang mengkaji tentang ilmu pengetahuan yaitu berupa
asal mula atau sumber pengetahuan, struktur, metode dan kevalidan pengetahuan.
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode,
dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses
dan syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan.
Epistemologi adalah ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu atau science of
science.
Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi,
yaitu:
1. Tentang sumber pengetahuan manusia
2. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia
3. Tentang watak pengetahuan manusia
Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar
ontologisnya. Maka, dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan
konsep dasarnya tentang hakikat manusia.Pancasila sebagai suatu obyek pengetahuan
pada hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan dan susunan pengetahuan
Pancasila.
Contoh epistemologi tentang bagaimana kita mendapatkan ilmu pengetahuan.
Misalkan contoh tentang kursi. Pertanyaannya ialah bagaimana cara kita mengetahui
bahwa itu adalah kursi. Dengan apa kita mengetahui kalah apa yang kita tangkap
adalah benar-benar kursi. Pada mula kita menangkap keberadaan dan pengetahuan
tentang kursi melalui pancaindra, kemudian dianalisa oleh akal. Akal
mengklasifikasikannya sehingga menjadi sebuah ilmu pengetahuan tentang kursi.
Itulah praktek sederhana atau contoh epistemologi dalam kehidupan sehari-hari.
4. Apakah kesadaran berPancasila mampu mencegah radikalisme? Berikan alasan
dan contoh kasusnya!
= Tidak, justru kita harus mempunyai kesadaran berpancasila agar kita mengetahui
apa isi dan yang terjadi di dalamnya, oleh karena itu kita harus memperkuat
Pendidikan kewarganegaraan dengan menanamkan pemahan yang mendalam
terhadap empat pilar kebangsaan, yaitu, Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka
Tunggal Ika. Kita juga harus memahami pemahaman agama yang damai dan toleran
sehingga kita tidak mudah terjebak radikalisme. untuk mencegah paham radikalisme
dan tindak terorisme ialah memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar.
Pengenalan tentang ilmu pengetahuan ini harusnya sangat ditekankan kepada
siapapun, terutama kepada para generasi muda.

Contoh Radikalisme
pasangan LGBT juga dianggap sebagai "kelompok radikal” (karena itu ada sebuah
buku berjudul Radical Love: an Introduction to Queer Theology oleh Patrick Cheng)
karena, tentu saja, berbeda dengan arus utama kaum heteroseksual.
Oleh pemerintah Indonesia saat ini, radikalisme juga dikaitkan dengan tindakan
kekerasan yang dilakukan oleh "kelompok Islam radikal”. Memang, tidak bisa
dipungkiri, sejak tumbangnya rezim Orde Baru, kelompok Islamis radikal aktif
melakukan berbagai aksi dan gerakan yang menolak ideologi negara Pancasila karena
dianggap sebagai "ideologi kafir-sekuler” yang tidak Islami atau tidak syar'i.

Anda mungkin juga menyukai