Anda di halaman 1dari 29

“KLASIFIKASI STRATEGI PEMBELAJARAN”

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Strategi Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu :

Disusun Oleh:
RIZKY ADITYA SAPUTRA 2018510073
THAARIQ TAUFIQ RAHMAN 2018510079
HALIMAH TUS SAKDIAH 2018510103

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019 M / 1441 H
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Klasifikasi
Klasifikasi merupakan kata serapan dari bahasa Belanda, classificatie, yang sendirinya
berasal dari bahasa Prancis classification. Istilah ini menunjuk kepada sebuah metode untuk
menyusun data secara sistematis atau menurut beberapa aturan atau kaidah yang telah
ditetapkan.
Di dalam KBBI, klasifikasi adalah penyusunan bersistem dalam kelompok atau
golongan menurut kaidah atau standar yang ditetapkan. Secara harafiah bisa pula dikatakan
bahwa klasifikasi adalah pembagian sesuatu menurut kelas-kelas. Menurut Ilmu
Pengetahuan, Klasifikasi adalah Proses pengelompokkan benda berdasarkan ciri-ciri
persamaan dan perbedaan.

B. Keterkaitan Klasifikasi Dengan Strategi Pembelajaran


Bahwa klasifikasi strategi pembelajaran adalah pengelompokan atau pembagian suatu
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang disusun untuk mencapai suatu
tujuan pendidikan tertentu.

C. Dasar Penentuan Klasifikasi Strategi Pembelajaran


Menurut Hasibuan & Moedjiono (2006 : 4) ada beberapa dasar yang dapat digunakan
untuk mengklasifikasikan strategi belajar-mengajar yaitu :
1. Pengaturan Guru dan Siswa
Dari segi pengaturan guru dapat dibedakan pengajaran oleh seorang guru
atau oleh suatu tim, selanjutnya dapat pula dibedakan apakah hubungan guru-murid
terjadi secara tatap muka ataukah dengan perantara media, baik media cetak atau visual.
Sedangkan dari segi dapat dibedakan pengajaran klasikal (kelompok besar), kelompok
kecil (5-7 siswa), atau pengajaran perorangan.
2. Stuktur peristiwa belajar-mengajar
Stuktur peristiwa belajar-mengajar dapat bersifat tertutup, dalam arti segala
sesuatu telah ditentukan secara relatif ketat; dapat juga bersifat terbuka, dalam arti
tujuan khusus, materi, serta prosedur yang akan ditempuh untuk mencapainya
ditentukan sementara kegiatan belajar- mengajar berlangsung.
3. Peranan guru-murid didalam mengolah pesan
Pengajaran yang menyampaikan pesan dalam keadaan “telah siap” (telah diolah
secara tuntas oleh guru sebelum disampaikan) dinamakan bersifat ekspositorik,
sedangkan yang mengaharuskan pengolahan oleh siswa dinamakan heuristik. Ada dua
sub strategi didalam strategi heuristik yang akhir-akhir ini sering dikemukakan
orang, yaitu penemuan (discovery) dan inkuiri (inquiry)
4. Proses pengolahan pesan
Peristiwa belajar mengajar yang bertolak dari yang umum untuk dilihat
keberlakuannya atau akibatnya pada yang khusus dinamakan strategi belajar-
mengajar yang bersifat deduktif, sedangkan strategi belajar-mengajar yang
ditandai oleh proses berfikir yng bergerak dari khusus ke umum dinamakan strategi
belajar-mengajar yang bersifat induktif.
5. Tujuan belajar
Robert M. Gagne mengelompokkan kondisi-kondisi belajar (sistem lingkungan
belajar) sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai. Gagne mengemukakan
delapan macam, yang kemudian disederhanakan menjadi lima macam kemampuan
manusia yang merupakan hasil belajar sehingga, pada gilirannya, membutuhkan sekian
macam kondisi belajar (atau sistem lingkungan belajar) untuk pencpaiannya. Kelima
macam kemampuan hasil belajar tersebut adalah :
a. Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting dari sistem
lingkungan skolastik)
b. Strategi kognitif, mengatur “cara belajar” dan berfikir seseorang didalam
arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.
c. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.
Kemampuan ini umumnya dikenal dan tidak jarang.
d. Kemampuan motorik yang dperoleh disekolah, antara lain keterampilan
menulis, mengetik, menggunakan jangka, dan sebagainya.
e. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang
dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungannya
bertingkah laku terhadap orang, barang, atau kejadian.
Kelima macam hasil belajar tersebut diatas menyarankan, bahkan
mempersyaratkan kondisi-kondisi belajar tertentu sehingg daripadanyadapat
dijabarkan strategi-strategi belajar mengajar yang sesuai.
D. Klasifikasi Strategi Pembelajaran
Seperti yang dilansir dilaman (mediakita.com) Strategi pembelajaran dapat
diklasifikasikan menjadi 5, yaitu : strategi pembelajaran langsung (direct instruction), tak
langsung (indirect instruction), interaktif, mandiri, melalui pengalaman (experimental).1

1. Strategi Pembelajaran Langsung


Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak
diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun
keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif.
Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak
diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun
keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat dedukatif.
Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan, sedangkan
kelemahan utamanya adalah dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan,
proses-proses, dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis dan hubungan
interpersonal serta belajar kelompok. Agar peserta dapat menembangkan sikap dan
pemikiran kritis, strategi pembelajaran langsung perlu dikombinasikan dengan strategi
pembelajaran yang lain
A. Cirri-ciri Model Pembelajaran Langsung
Ciri-ciri model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut :
a. Adanya tujuan pembelajaran
Pembelajaran langsung ini menekankan tujuan pembelajaran yang harus
berorientasi kepada siswa dan spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang
situasi penilaian (kondisi evaluasi), dan mengandung tingkat ketercapaian
kinerja yang diharapkan ( criteria keberhasilan).
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
Pada model pembelaran langsung terdapat 5 (lima) fase yang sangat
penting. Pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah,
demonstrasi,pelatihan, dan kerja kelompok. Pembelajaran langsung digunakan

1
Iif khoiru Ahmadi, dkk, Stategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher,
2011), hlm 16-17.
untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru
kepada siswa. Ada 5 (lima) tahapan pembelajaran langsung yaitu :
 Tahap 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa;
 Tahap 2: Mendemonstrasi pengetahuan dan keterampilan;
 Tahap 3: Membimbing pelatihan;
 Tahap 4: Memeriksa pemahaman dan memberikan umpan balik;
 Tahap 5: Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan dan penerapan
konsep.
c. System pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung
berlangsung dan berhasilnya pembelajaran.
Keberhasilan metode pembelajaran langsung memerlukan
lingkungan yang baik untuk presentasi dan demonstrasi, yakni ruangan
yang tenang dengan penerangan cukup, termasuk alat atau media yang
sesuai. Di samping itu, metode pembelajaran langsung juga bergantung
pada motivasi siswa yang memadai untuk mengamati kekgiatan yang
dilakukan guru dan mendengarkan segala sesuatu yang dikatakannya.
Pada hakikatnya, pembelajaran langsung memerlukan kaidah yang
mengatur bagaimana siswa yang suka berbicara, prosedur untuk
menjamin tempo pembelajaran yang baik, strategi khusus untuk
mengatur giliran keterlibatan siswa, dan untuk menanggulangi tingkah
laku siswa yang menyimpang.
B. Tahapan Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung ini dapat digunakan sebagai alternative untuk
guru dalam pembelajran, dalam hal ini adalah pembelajaran matematika.
Pembelajaran langsung dilakukan dalam kegiatan pembelajatran yang
berpusat pada guru, tetapi harus melibatkan siswa.
Tahapan pelaksanaan model pembelajaran langsung (direct instruction)
adalah sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan
perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam
pembelajaran. Penyampaian tujuan kepada siswa dapat dilakukan guru
melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya
di papan tulis, atau menempelkan informasi tertulis pada papan bulletin
yang berisi tahapan-tahapan dan isinya, serta alokasi waktu yang
disedikan untuk setiap tahap. Kegiatan ini bertujuan untuk menarik
perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan,
dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya,
yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari.

b. Mendemonstrasi pengetahuan dan keterampilan


Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau
menyampaikan informasi tahap demi tahap. Kunci keberhasilan dalam
tahap ini adalah mempresentasikan informasi sejelas mungkin dan
mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif. Pada fase ini guru
dapat menyajikan materi pelajaran, baik berupa konsep-konsep maupun
keterampilan. Penyajian materi dapat berupa :
 Penyajian materi dalam langkah-langkah kecil, sehingga materi
dapat dikuasai siswa dalam waktu relative pendek.
 Pemberian contoh-contoh konsep;
 Pemodelan atau peragaan kketerampilan dengan cara ademonstrasi
atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas;
 Menjelaskan ulang hal-hal sulit.

c. Membimbing pelatihan
Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi
kesalahan konsep. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini
baik juga digunakan oleh guru untuk menilai kemampuan siswa dalam
melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan
memberikan bimbingan jika diperlukan. Agar dapat
mendemonstrasikan sesuatu dengan benar, diperlukan latihan yang
intensif dan memerhatikan aspek-aspek penting dari keterampilan atau
konsep yang didemonstrasikan.
d. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Guru memeriksa atau mengecek kemampuan siswa seperti
member kuis terkini, dan memeberi umpan balik seperti membuka
diskusi untuk siswa.. guru memberikan review terhadap hal-hal yang
telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respons siswa
yang benar, dan mengulang keterampilan jika diperlukan.

e. Memberikan kesempatan untuk latiihan lanjutan dan penerapan konsep


Guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk
meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka
pelajari. Guru juga mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan
lanjutan, dengan perhatian khusus terhadap penerapan pada situasi lebih
kompleks dan kehidupan sehari-hari. Tahapan-tahapan pembelajaran
langsung tersebut dapat dilihat pada table berikut.

2. Strategi Pembelajaran tak Langsung


Strategi pembelajaran tak langsung sering disebut inkuiri, induktif, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan dan penemuan. Berlawanan dengan strategi
pembelajaran langsung, pembelajaran tak langsung umumnya berpusat pada peserta
didik, meskipun dua strategi tersebut dapat saling melengkapi. Peranan guru
bergeser dari seorang penceramah menjadi fasilitator. Guru mengelola lingkungan
belajar dan memberikan kesempatan peserta didik untuk terlibat.
A. Karakteristik
Menurut Robertson dan lang (1991), pendekatan langsung antara lain
memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) investigasi, pengambilan kesimpulan,
dan pencarian alternative solusi; dan 2) guru lebih berperan sebagai fasilitator,
pendorong serta narasumber melalui penciptaan lingkungan belajar, penyediaan
kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktif, serta penyediaan balikan bagi siswa
. masih menutur Robertson dan Lang (1991), pendekatan tidak langsung sangat
cocok digunakan apabila : 1) hasil belajar berkenaan dengan kemampuan
berpikir, sikap, dan nilai; 2) proses sama pentingnya dengan produk; 3) siswa
perlu melakukan investigasi atau menemukan sesuatu; 4) solusi masalah yang
diberikan bersifat terbuka; 5) pembelajaran berfokus pada pengembangan
pemahaman personal dengan retensi konsep jangka panjang; 6) berkaitan dengan
pengambilan keputusan atau masalah yang perlu dicari solusinya; dan 7)
berkaitan dengan pengembangan kemampuan life-long learning.
Pembelajaran tidak langdung menekankan pada upaya memmfasilitasi
belajaar siswa, terjalinnya hubungan baik antara guru dengan siswanya, yaitu
sebagai pembimbing bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa. Peran guru
sebagai fasilitator yang senantiasa memfasilitasi setiap perkembangan yang
terjadi pada diri siswa selama proses pembelajran berlangsung.
Robertson dan Lang dalam Suryadi (2005:14) mengemukakan bahwa
strategi pembelajaran tidak langsung memiliki karakteristik sebagai berikut 1)
menuntut keterlibatan siswa secara aktif dalam melakukan observasi, investigasi,
pengambilan kesimpulan, dan pencarian alternative solusi; dan 2) guru lebih
berperan seba;gai fasilitator pendorong serta narasumber melalui penciptaan
lingkungan belajar dan penyediaan balikan siswa.
Sedangkan Flander dalam Rippi Maya (2006:20) mengemukakan bahwa
pembelajaran tidak langsung dimulai dengan keyakinan bahwa siswa
mempunyai keinginan alamiah untuk belajar. Dalam pembelajaran ini, guru
mendorong potensi dalam diri siswa dan kepercayaan diri siswa bebas belajar
dan guru memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapat dan menghargai ide-
ide siswa.
Karakteristik pembelajaran tidak langsung menurut Suryadi (2005:131)
dapat dilihat dari tiga hal, yaitu : 1) sajian bahan ajar, 2) pola interaksi kelas; dan
3) model intervensi yang dilakukan guru. Ketiga hal tersebut dapat dipahami
dalam penjelasan di bawah ini.
a. Bahan utama dikemas dalam bentuk sajian masalah sehingga konsep,
prosedur, dan prinsip dalam pembelajaran diperoleh siswa melalui aktivitas
pembelajaran yang bersifat tidak langsung (misalnya melalui penemuan,
pemecahan masalah, eksplorasi) baik secara individu maupun kelmpok.
b. Model intervensi guru yang dikembangkan lebih bersifat tidak langsung,
yakni melalui teknik scaffolding (memahami adanya batas-batas
perkembangan anak secara temporer dan memerlukan bantuan untuk
kemudian memberikan bantuan secara tepat) antara lain berupa pengajuan
pertanyaan, pemberian hints (isyarat), dan pengajuan masalah yang berbeda,
baik sebagai pembanding maupun untuk keperluan penembangan.
c. Model interaksi yang dikembangkan bersifat multiarah.
B. Strategi
Berkaitan dengan pembelajaran tidak langsung, Lang dan Evans
(2006;368) berpendapat bahwa pembelajaran tidak langsung akan lebih
bermakna bagi siswa karena berperan langsung dalam memperoleh dan
menemukan pengetahuannya sendiri melalui aktivitas pembelajaran. Perolehan
pengetahuan siswa tidak bergantung kepada apa yang disampaikan dan
disiapkan guru, tetapi lebih menekankan siswa sbagai pembelajar dalam
menemukan dan memperoleh pengetahuan.
Lebih lanjut, Lang dan Evans (2006:368) menjelaskan bahwa model-
model pembelajaran yang masuk pada ruang lingkup dan memiliki kedekatan
makna dan pengertian dengan pembelajaran tidak langsung adalah seperti : 1)
inkuiri; 2) induktif; 3) pemecahan masalah; 4) action research 5) pengambilan
keputusan; 6) penemuan; 7) investigasi; 8) eksplorasi; dan 9) eksperimen.
Pembelajaran-pembelajaran seperti di atas, selain memiliki karakteristik yang
lebih menekankan kepada siswa sebagai pusat dalam pembelajaran (student
centered), juga memiliki peran penting dalam upaya peningkatan kemampuan
proses sesuai dengan tujuan pembelajaran itu sendiri.
Dalam model pembelajaran indirect instruction, peran guru bergeser
dari pengajar menjadi fasilitator, pendukung, pendorong, dan narasumber. Guru
mengatur lingkungan belajar, memberikan peluang bagi keterlibatan siswa, dan
apabila diperlukan umpan balik kepada siswa ketika mereka melakukan
penyelidikan (Martin, 1983)
Adapun materi dalam pembelajaran tidak langsung adalah sebagai
berikut :
a. Pembelajaran tidak langsung memperliihatkan keterlibatan tinggi siswa
dalam melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi
berdasarkan data, atau pembentukan hipotsis.
b. Dalam pembelajaran tidak langsung, peran guru beralih dari penceramah
menjadi fasilitator, pendukung dan sumber personal (resource person);
c. Guru merancang lingkungan belajr, memberikan kesempatan kepada siswa
untuk terlibat, dan jika memungkinkan memberikan umpan balik kepada
siswa ketika mereka melakukan inkuiri;
d. Strategi pembelajaran tidak langsung mensyaratkan penggunaan bahan
cetak, noon-cetak dan sumber-sumber manusia.
Kelebihan dari strategi ini antara lain:
1) mendorong ketertarikan dan keingintahuan peserta didik,
2) menciptakan alternatif dan menyelesaikan masalah,
3) mendorong kreativitas dan pengembangan keterampilan interpersonal dan
kemampuan yang lain,
4) pemahaman yang lebih baik,
5) mengekspresikan pemahaman.
Sedangkan kekurangan dari pembelajaran ini adalah memerlukan waktu
panjang, outcome sulit diprediksi. Strategi pembelajaran ini juga tidak
cocok apabila peserta didik perlu mengingat materi dengan cepat.

3. Strategi Pembelajaran Interaktif


Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing di antara peserta
didik. Diskusi dan sharing memberi kesempatan peserta didik untuk bereaksi
terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan pengetahuan guru atau temannya dan
untuk membangun cara alternatif untuk berfikir dan merasakan.
A. Tahapan Pembelajaran Interaktif
Menurut Faire Cosgrove dalam vaille dan Grady (2007:117), tahapan
pembelajaran interktif terdiri dari tujuh tahapan, yaitu : 1) tahap persiapan
(preparation); 2) tahap pengetahuan awal (before view); 3) tahap kegiatan
(exploratory); 4) tahap pertanyaan anak (children question); 5) tahap penyelidikan
(investigation) ; 6) tahap pengetahuan akhir (afters view); 7) tahap refleksi
(reflection). Supaya lebih jelas, tahapan-tahapan dalam pembelajaran interaktif
menurut Faire dan Cosgrove (Harlen, 1996:28) dapat dilihat pada bagan berikut.

a. Tahap Persiapan (preparation)


Pada tahap kegiatan awal dari pembelajaran interaktif ini yaitu persiapan
guru dan siswa mencari latar belakang topic yang akan dibahas dalam kegiatan
pembelajaran. Guru mengumpulkan sumber-sumber yang akan digunakan
dalam kegiatan pembelajaran, seperti percobaan apa yang akan digunakan dan
media apa saja yang akan digunakan untuk menunjang pembelajaran.
Pada tahap ini, apersepsi yang diberikan oleh guru adalah memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan kembali mmateri yang telah
dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Pada tahap persiapan lebih banyak
dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran seperi menyiapkan alat-alat
percobaan dan media pembelajaran.
b. Tahap Pengetahuan awal (before view)
pada tahap pengetahuan awal siswa mengenal hal-hal yang telah
diketahui oleh siswa mengenai topic yang akan dipelajari. Pengetahuan awal
siswa ini dapat digali dengan menyajikan sebuah permasalahan berkaitan
dengan topic yang akan dibahas, kemudian menanyakan pendapat siswa atas
permmasalah tersebut. Pengetahuan awal siswa dapat menjadi tolak ukur
untuk dibandingkan dengan pengetahuan mereka setelah melakukan kegiatan.
c. Tahap Kegiatan (exploratory)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap kegiatan ini adalah menampilkan
kegiatan untuk memancing rasa ingin tahu siswa. selanjutnya siswa didorong
untuk mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan topic kegiatan
dimaksud. Kegiatan yang dilakukan untuk memunculkan keingintahuan siswa
bias diajukan dalam bentuk pertanyaan, demonstrasi, menampilkan fenomena
melalui video atau gambar. Kemudian meminta siswa untuk menceritakan dan
menanyakan pendapat mereka mengenai apa yang telah dilihatnya.
d. Tahap pertanyaan siswa (children questions)
Setelah melakukan kegiatan eksplorasi melalui berbagai kegiatan
demonstrasi atau fenomena, pada tahap ini masing-masing siswa diberi
kesempatan untuk membuat pertanyaan dalam kelompoknya., kemudian siswa
membacarakan pertanyaan yang dibuat dalam kelompoknya tersebut.
Sementara itu, guru menulis pertanyaan-pertanyaan tersebut di papan tulis.
Pada tahap ini, semua pertanyaan siswa ditulis pada selembar kertas, kemudian
dikumpulkan pada akhir kegiatan pembelajaran. Pada tahap ini, siswa
dimungkinkan mendapat kesulitan dalam membuat pertanyaan. Oleh
karenanya, guru harus memberikan motivassi dan merangsang siswa agar mau
bertanya dan mengarahkan pertanyaan siswa.
Setelah semua pertanyaan kelompok terhimpun, guru mengajak siswa
untuk menyeleksi pertanyaan yang telah ditulis di papan tulis. Jenis pertanyaan
yang diajukan siswa mungkin ada yang sesuai, mungkin juga ada yang tidak.
Oleh karena itu, hendaknya guru mengarahkan siswa untukk memilih
pertanyaan yang berkaitan dengan topic yang jawabannya dapat diselidiki
melalui kegiatan penyelidikan dan investigasi.
e. Tahap penyelidikan (investigation)
Dalam proses penyelidikan, akan terjadi interaksi antar siswa dengan
guru, siswa dengan siswa, siswa dengan media, serta siswa dengan alat. Pada
tahap ini, siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep melalui
pengumpulan, pengorganisasian dan menganalisis data dalam suatu kegiatan
yang ditulis sebelumnya. Sementara itu, guru membantu siswa agar dapat
menemukan jawaban terhadap pertanyaan yang mereka ajukan. Kemudian
secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan melalui observasi atau
pengamatan.
f. Tahap pengetahuan akhir(after views)
Pada tahap pengetahuan akhir, siswa membacakan hasil yang
diperolehnya. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan didskusi kellas.
Jawaban-jawaban siswa dikumpulkan dan dibandingkan dengan pengetahuan
awal sebelum siswa melakuakan penyelidikan yang ditulis sbeelumnya.
Dalam hal ini siswa diminta untuk membandingkan apa yang sekarang mereka
ketahui dengan apa yang sebelumnya mereka ketahui.
g. Tahap refleksi (reflection)
Tahap terakhir adalah refleksi, yaitu kegiatan berfikir tentang apa yang
baru terjadi atau baru saja dipelajari. Intinya adalah berpikir kembali mengenai
apa-apa yang telah dipelajari, kemudian mengedepankannya menjadi struktur
pengetahuan baru. Pada saat ini, siswa diberi waktu untuk mencerna,
menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan
dirinya sendiri. Pada tahap ini pula siswa dirangsang untuk mengemukakan
pendapat tentang apa yang telah diperoleh setelah proses pembelajaran. Siswa
juga diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan susulan jika ada yang
kurang dipahami setelah mengadakan penyelidikan, dan guru memberikan
penguatan serta meluruskan hal-hal yang massih keliru.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa proses belajar
mengajar yang interaktif dapat mngembangkan teknik bertanya yang efektif
atau melakukan dialog kreatif dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa.
sifat pertanyaan dapat mengungkapkan sesuatu atau memiliki sifat inkuiri,
sehingga melalui pertanyaan yang diajukan, siswa dapat mengembangkan
kemampuannya kea rah berfikir kreatif dalam menghadapi sesuatu.
Komponen yang harus dikuasai oleh guru dalam menyampaikan pertanyaan
adalaah pertanyaan harus mudah dimengerti oleh siswa., memberi acuan,
pemusatan perhatian, pemindahan giliran dan penyebaran, pemberian wktu
berfikir oleh siswa, serta pemberian tuntutan. Pertanyaan untuk
mengembangkan model dialog kreatif ada 6 jenis, yaitu pertanyaan meningat,
mendeskripsikan, menjelaskan, sintesis, menilai, dan pertanyaan terbuka.
Untuk meningkatkan interaksi dalam proses belajar mengajar, hendaknya guru
mengajukan pertanyaan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk
mendiskusikan jawaban, dan menjadi ”dinding pemantul” atas jawaban siswa.
Kelebihan strategi ini antara lain: (1) peserta didik dapat belajar dari
temannya dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan kemampuan-
kemampuan, (2) mengorganisasikan pemikiran dan membangun argumen
yang rasional. Strategi pembelajaran interaktif memungkinkan untuk
menjangkau kelompok dan metode-metode interaktif.
Kekurangan dari strategi ini sangat bergantung pada kecakapan guru
dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok.

4. Strategi pembelajaran empirik (experiential)


Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta
didik, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang pengalaman dan formulasi
perencanaan menuju penerapan pada konteks yang lain merupakan faktor kritis
dalam pembelajaran empirik yang efektif.
A. Konsep Dasar
Experiental Learning Theory (ELT) yang kemudian menjadi dasar
model pembelajaran experiental learning dikembangkan oleh David Kolb
sekitar awal 1980-an. Model ini menekankan pada sebuah model pembelajaran
yang holiostik dalam proses belajar. Dalam Experiental Learning, pengalaman
mempunyai peran utama dalam proses belajar. Penekanan inilah yang
membedakan ELT dan teori-teori belajar lainnya. Istilah Experiental disini
adalah untuk membedakan antara teori belajar kognitif yang cenderung ebih
menekankan sisi kognisi daripada efektif, dan teori belajar behavior yang
mengilangkan peran pengalaman subjektif dalam proses belajar (Kolb dalam
Baharudin dan Esa, 2007:165).
Experiental Learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang
mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan ketrampilan
melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini, Experiental Learning
menggunakan pengalaman sebagai kaalisator untuk menolong pembelajar
mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.
Mahfudin menyimpulkan bahwa Experiental Learning dapat didefinisikan
sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang
secara terus menerus mengalami perubahan guna menngkatkan keefektifan dari
hasil belajar itu sendiri. Tujuan dari model ini adalah untuk mempengaruhi
murid dengan tiga cara yaitu :
a. Mengubah struktur kognitif murid;
b. Mengubah sikap murid;
c. Memperluas ketrampilan-ketrampilan murid yang telah ada.

Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan memmengaruhi secara


keseluruhan dan tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak
ada, maka kedua elemen lainnya tidak efektif.

Experiental Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan


keinginan murid. Kualitas Experiental Learning mencakup keterlibatan murid
secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh murid sendiri, dan adanya efek yang
membekas pada murid.

Model Experiental Learning memberi keempatan kepada murid untuk


memutuskan pengalaman apa yang menjadi focus mereka, ketrampilan-
ketrampilan apa yang mereka ingin kembangkan, dan mereka alami tersebut.
Hal ini berbeda dengan pendekatan belajar tradisional dimana murid menjadi
pendengar pasif dan hanya guru yang mengendalikan proses belajar tanpa
melibatkan murid.

Experiental Learning adalah suatu proses dimana murid menyusun


pengetahuan ketrampilan dan nilai dari pengalaman langsung. Adapun prinsip
dasar atau prosedur pembelajaran dalam Experiental Learning learning terdiri
dari 4 tahapan yaitu :
a. Tahap pngalan nyata;
b. Tahap observasi refleksi;
c. Tahap konseptualisasi;
d. Tahap implementasi.

B. Jenis-jenis Pembelajaran Experiental


a. Metode kasus (case method)
Metode kasus adalah jenis pembelajaran yang mendiskusikan suatu
kasus yang nyata, atau kasus yang sudah direkontruksi yang mempunyai
prinsip-prinsip tertentu akan suatu masalah. Namun apapun jenis kasusnya,
pemecahan masalah pada kasus tersebut terdiri dari berbagai alternative
pendekatan maupun tindakan.
1) Cara memilih kasus yang tepat
Pengajar dapat membuat sendiri kasus yang dia inginkan, tapi dapat juga
menampilkan kasus yang pernah ada yang sesuai dengan tujuan belajar
atau yang dapat memootivasi pembelajar.
2) Tips mengajar dengan menggunakan metode kasus
 Kasus dapat berbentuk bacaan ataupun visual
 Berikan kesempatan bagi pembelajar untuk bertanya tentang
kelamiahan kasus tersebut, dan jawab pertanyaan pembelajar tentang
proses yang boleh mereka lakukan dalam menyelesaikan status
tersebut.
 Bentuklah kelompok, dan atur jadwal pertemuan di kelas maupun di
luar kelas untuk setiap kelompok.
 Ketika kasus didiskusikan, peran pengajar adalah sebagai fasilitator
yang mau mendengarkan, memberi pertanyaan , memberi semangat,
menganalisa, dan menilai.
 Pengajar mampu memfasilitasi diskusi produktif tuentang suatu
kasus yang memeng pernah terjadi dimulai dari awal, proses, dan
bagaimana kasus itu diselesaikan.
b. Pembelajaran berdasarkan masalah (problem-based learning)
Problem based learning adalah suatu jenis pembelajaran yang
dilatarbelakangi bahwa manusia sebagai makhluk hidup yang berevolusi
selalu mempunyai masalh untuk diselesaikan. Masalah yang harus
diselesaikan tersebut tentunya membutuhkan semua pengetahuan sebagai
referensi dalam proses penyelesaiannya.
Problem based learning adalah suatu jenis pembelajaran yang mudah
diimplementasikan, bahkan pada kultur dimana siswanya bukan merupakan
siswa-siswa yang aktif untuk terlibat dalam proses pembelajaran.
Langkah-langkah dalam melaksanakan Problem based learning (wales
dan Nardi, 1982) adalah sebagai berikut :
1) Tentukan masalah dan tujuan yang akan dituju dalam menyelesaikan
masalah;
2) Kumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan masalah, dan
pahami hal-hal yang berkaitan dengan informasi tersebut;
3) Buat solusi/ penyelesaian masalah yang memungkinkann;
4) Pilihlah batasan-batasan yang dapat diselesaikan yang mungkin saja
dapat memfasilitasi penyeleaian masalah;
5) Pilihlah solusi yang memungkinkan dengan menggunakan kkriteria
yang cocok bagi solusi tersebut;
6) Analisalah factor-faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam
mengembangkan detail yang ada pada solusi;
7) Buatlah solusi/ penyelesaian masalah secara mendetail;
8) Evaluasilah solusi/ penyelesaian masalah akhhir terhadap kriteria
relevan yang digunakan sebelumnya, untuk meyakinkan bahwa
penyelesaian masalah tersebut memenuhi semua persyaratan yang ada
dan hal-hal lain yang nantinya dianggap perlu;
9) Rekomendasikan suatu cara solusi/ penyelesaian masalah apabila solusi
yang direkomendasikan dianggap cocok, sarankan cara-cara untuk
mengawasi dan mengevaluasi cara penyelesaian masalah tersebut
ketika dijalankan.
Kelebihan dari startegi ini antara lain:
1) meningkatkan partisipasi peserta didik,
2) meningkatkan sifat kritis peserta didik,
3) meningkatkan analisis peserta didik, dapat menerapkan pembelajaran
pada situasi yang lain.
Sedangkan kekurangan dari strategi ini adalah penekanan hanya
pada proses bukan pada hasil, keamanan siswa, biaya yang mahal,
dan memerlukan waktu yang Panjang.
5. Strategi Pembelajaran Mandiri
Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk
membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah
pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar
mandiri juga dapat dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil
A. Strategi Sistem Belajar Mandiri
Strategi adalah pendekatan menyeluruh dalam pembelajaran, dan yang berupa
pedoman umum serta kerangka yang dijabarkan dari pandangan falsafaf dan teori
tertentu. Strategi ini di tetapkan untuk memcapai tujuan umum. Penentuan strategi
pada umumnya meliputi:
 Tujuan belajar, jenis, dan jenjangnya
 Cara penyajian bahan pelajaran
 Media yang digunakan
 Biaya yang diperlukan
 Waktu yang diberikan dan jadwalnya
 Prosedur kegiatan belajar
 Instrument dan prosedur penilaian

Penentuan strategi ini memberikan masukan kepada pengembangan materi,


distribusi, dan kegiatan belajar. Bertolak dari dasar model carroll, maka variable
yang dapat di control oleh penyelengara system belajar mandiri adalah waktu yang
diberikan dan kualitas instruksional. Waktu yang diberikan dapat bersifat ketat atau
luwes. Kualitas instruksional dalam system belajar mandiri adalah kualitas bahan
ajar yang kebanyakan berupa modul cetakatau paket bahan belajar. Kualitas
instruksional mengandung empat rujukan, yaitu kesesuaian, daya tarik, evektif, dan
efisien.

Kesesuaian mengandung ciri antara lain kesepadanan dengan karakteristik


peserta, keserasian dengan aspirasi, dan keselarasan dengan tuntutan zaman. Daya
tarik mengandung ciri kemudahan memperoleh dan mencerna, kemustarian
(ketepatsaatan) pesan, dan keterandalan yang tinggi. Efektifitas mengandung ciri
pengembanganya yang bersistem, kejelasan dan kelengkapan tujuan, serta
kepekaan terhadap kebutuhan peserta. Efisien mengandung ciri keteraturan dan
kehematan dalam waktu, tenaga, dan dara.

a. Kegiatan Belajar Sistem Belajar Mandiri


Puncak kegiatan system belajar mandiri adalah terjadinya kegiatan belajar oleh
peserta.Peserta diharapkan mampu belajar di tempat yang di tentukan sendiri, pada
waktu yang dipilihnya sendiri, dan dengan cara belajar sendiri tanpa bimbingan
tatap muka dari orang lain. Namun hal ini tergantung pada kondisi dan karakteristik
peserta, serta kualitas bahan pelajaran. Pada system belajar mandiri yang ideal,
kegitan belajar ini tidak dibatasi waktu, jadi lebih ditekankan pada pendekatan
penguasaan (mastery concept). Penguasan atastujuan belajar dapat dibuktikan
(dievaluasi) dengan berbagai macam cara, yaitu dengan seft-test (tes sendiri), tes
baku yang dapat diambilkapan saja, tes kolokium, dan pembuatan fortofolio.

b. Materi Pelajaran Belajar Mandiri


Meskipun secara teoritik dalam system belajar mandiri para peserta dapat
memilih dan menentukan materi pelajaran yang diperlukanya, namun dalam
praktiknya paling tidak akan ditentukan pedoman tentang materi yang memenuhi
syarat untuk dipilih. Bahkan dalam kenyataanya, materi ini telah disiapkan oleh
penyelenggara, dengan alas an untuk mengendalikan mutu dan meningkatkan
efesiensi. Materi pelajaran yang sengaja dikembangkan ini dapat disajikan melalui
media apa saja. Namun masih ada sejumlah ketentuan lain yang tidak dapat
diabaikan. Materi tersebut perlu diolah sedemikan rupa dengan memerhatikan
strategi serta sifat mereka itu sendiri.
Materi yang bersifat kognitif lebih ringan perkembanganya dari pada materi
yangbersifat afektif psikomotor. Materi yang mengandung aspek psikomotor lebih
sulit untuk dikembangkan, apalagi kalau harus berpegangan pada satu medium saja,
seperti yang ditentukan dalam strategi, medium cetak. Dalam pengembangan materi
ini harus benar-benar di perhatikan kondisi dan karakteristik peserta. Masyarakat
kita pada umumnya masih dikenal sebagai masyarakat yang masih berbudaya
mendengar, belum berbudaya membaca, apalagi membaca secara mandiri.
Penggunaan ilustrasi, kalimat-kalimat pendek, kosa kata yang terbatas, serta tata
letak (layout) menari pada bahan cetak akan sangat menolong pada keadaan ini.

c. Fenomena Sistem Belajar Mandiri


Proses belajar mandiri memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mencerna maeri ajar dengan sedikit bantuan guru. Merakamengikuti kegiatan
pembelajaran denganmateri ajar yang sudah di rancang khusus, sehingga masaalah
atau kesulitan sudah diantisipasi sebelumnya. Model belajar mandiri ini sangat
bermanfaat karena dianggap luwes, tidak mengikat, serta melatih kemandirian
siswa agar tidak tergantung atas kehadiran atau uraian. Materi ajar dari guru.
Berdasarkan gagasan keluwesan dan kemandirian inilah belajar mandiri telah
bermetamorfosis sedemikian rupa, diantaranya menjadi system belajar terbuka,
belajar jarak jauh, dan e-learning. Perubahan tersebut juga dipengaruhi oleh ilmu-
ilmu lain dan kenyataan di lapangan.
Dari proses belajar mandiri tersebut, diperoleh peran guru atau instruktur diubah
menjadi fasilitator atau perancang proses belajar. Sebagai fasilitator, seorang guru
atau instruktur membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar, atau ia dapat
menjadi mitra belajar untuk materi tertentu pada program tutorial. Tugas
perancangan proses belajar menuntut guru untuk merubah materi ke dalam format
yang sesuai dengan pola belajar mandiri. Salah satu system belajar mandiri, yakni
aplikasi dan penerapan teknologi pendidikan sangat luasdalamsatu rangkaina
system, yaitu bersifat mikro dan makro.
Analisis empiric terhadap system belajar mandiri yang dilakukan untuk
menghasilkan manfaat penerapan teknologi instruksional adalah sebagai berikut:
d. meningkatkan produktivitas pendidikan dengan jalan :
1. mempercepat penerapan bahan
2. membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik
3. mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru dapat
lebih banyak membina dan mengembangakan kegiatan belajar anak didik.

e. Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual


dengan jalan :
1. Mengurangi control guru yang kaku dan tradisional.
2. Memberikan kesematan anak didik untuk berkembang sesuai perkembangan
perorangan.

f. Memberikan dasr pembelajaran yang lebih ilimia dengan jalan:


1. Perencanan program pembelajaran secara bersistem.
2. Pengembangan bahan ajar yang dilandasi penelitian.

g. Meningkatkan kemampuan pembelajaran dengan memperluas jangkauan


penyajian. Kecuali penyajian pesan dapat lebih konkret.

h. Memungkinkan belajar lebih akrab, karena dapat :


1. Mengurangi jurang pemisah antara pelajaran di dalam dan di luar sekolah
2. Memberikan pengalaman tangan pertama

i. Memungkinkan pemerataan pendidikan yang bermutu, terutama dengan:


1. Dimanfaatkan bersama tenaga atau kejadian langka
2. Didatangkanya pendidikan kepada mereka yang memerlukan analisis ini,
dilakukan dengan harapan bahwa keberadaan teknologi pendidikan dapat
dimanfaatkan dan benar-benar mampu menjadi solusi terhadap pemecahan
semua permasalahan belajar, baik yang bersifat mikro ataupun makro.

E. Komponen Strategi Pembelajaran


Proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang satu sam lain saling
berinteraksi. Komponen-komponen tersebut antara lain:2
1. Tujuan
Tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pembelajaran.
Mau dibawa kemana siswa, apa yang harus dimiliki oleh siswa, semuanya tergantung
pada tujuan yang ingin dicapai. Jika diibaratkan, tujuan sama dengan komponen
jantung pada sistem tubuh manusia. Oleh karenanya, tujuan merupakan komponen
yang pertama dan utama

2
Rusmono, ‘’Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning’’ (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), Hlm.
31
Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai
normatif. Dengan perkataan lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus
ditanamkan kepada anak didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak didik
bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosilnya, baik disekolah maupun diluar
sekolah.

2. Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah komponen kedua dalam sistem pembelajaran. Dalam
konteks tertentu, bahan pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran. Artinya,
sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi
Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran, yakni penguasaan bahan
pelajaran pokok dan bahan pelajaran pelengkap. Penguasan bahan pelajaran pokok
adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai
dengan profesinya. Sedangkan bahan pelajaran pelengkap adalah bahan pelajaran yang
dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam mengajar dapat menunjang
penyampaian bahan pelajaran pokok. Pemakaian bahan pelajaran pelengkap ini harus
disesuaikan dengan bahan pelajaran pokok yang dipegang agar dapat memberikan
motivasi kepada sebagian besar atau semua anak didik.
Menurut (kemp, 1977) bahan pelajaran umumnya merupakan gabungan antara
jenis materi yang berbentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam isi pelajaran
ini terlihat masing-masing jenis pelajaran sudah memrlukan strategi penyampaian
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam menentukan strategi pembelajaran, guru
harus terlebih dahulu memahami jenis bahan pelajaran yang akan disampaikan agar
diperoleh strategi pembelajaran yang sesuai.

3. Kegiatan Belajar Mengajar


Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala
sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen pengajaran,
kegiatan belajar mengajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan
dapat dicapai
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah
interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu anak
didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Guru hanya berperan sebagai motivator dan
fasilitator. Inilah sistem pengajaran yang dikehendaki dalam pengajaran dengan
pendekatan CBSA (cara belajar siswa aktif) dalam pendidikan modern. Kegiatan
belajar mengajar pendekatan CBSA menghendaki aktivitas anak didik seoptimal
mungkin. Keaktifan anak didik menyangkut kegiatan fisik dan mental. Aktivitas anak
didik bukan hanya secara individual, tetapi juga dalam kelompok sosial. Aktivitas anak
didik dalam kelompok sosial akan membuahkan interaksi dalam kelompok. Interaksi
dikatakan maksimal apabila interaksi itu terjadi antara guru dengan semua anak didik,
antara anak dengan guru, dan antara anak didik dengan anak didik dalam rangka
bersama-sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Dalam kegiatan belajarvmengajar, guru sebaiknya memperhatikan perbedaan
individual anak didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual dan psikologis. Kerangka
berpikir demikian dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan pendekatan
kepada setiap anak didik secara individual. Pemahaman terhadap ketiga aspek tersebut
akan merapatkan hubungan guru dengan anak didik, sehingga memudahkan
melakukan pendekatan dalam mengajar.

4. Metode
Metode adalah cara yang digunakan oleh pengajar dalam menyampaikan pesan
pembelajaran kepada peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran dan
komponen yang juga mempunyai fungsi yang sangat menentukan
Keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh komponen
ini.bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponin lain, tanpa dapat di
implementasikan melalaui metode yang tepat, maka komponen-komponen tersebut
tidak akan memeliki makna dalam proses pencapaian tentujuan. Oleh karna itu setiap
guru perlu memahami secara baik peran dan fungsi metode dan strategi dalam
pelaksanaan proses pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus
terpaku dengan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang
berfariasi agar jalalnnya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian
anak didik. Tetapi juga penggunaan metode yang berfariasi tidak akan menguntungkan
kegiatan belajar mengajar bila pengginaannya tidak tepat dan sesuai dengan situasi
yang mendukungnya dan kondisi pisikologis anak didik. Oleh karna itu, disinilah
kompetensi guru diperlukan dalam memilih metode yang tepat.
5. Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan
pengajaran, alat mempunyai fungsi yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai
pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan.
Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yatu alat dan alat pembantu pengajaran.
Yang dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan, dll sedangkan
alat bantu pengajaran adalah berupa globe, papan tulis, batu tulis, batu kapur, gambar,
diagram, slide, video dan sebagainya. Alat bantu pengajaran dapat juga dikatakan
sebagai media.

6. Sumber Pelajaran
Belajar mengajar telah diketahui bukanlah berproses dalam kehampaan, tetapi
berproses dalam kemaknaan, didalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada
anak didik. Nilai-nilai tidak datang dengan sendirinya tetapi terambil dari berbagai
sumber guna dipakai dalam proses belajar mengajar. Jadi menurut ( Drs.Udin sari
winataputra,M.A dan Drs.Rustana adiwinata, 1991:165 ) yang dimaksud dengan
sumber bahan belajar adalah segala sesuatu yang dapat di pergunakan sebagai tempat
di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang. Denga demikian,
sumber belajar itu merupakan bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang
mengandung hal-hal baru bagi sipelajar. Sebab pada hakikatnya belajar adalah untuk
mendapatkan hal-hal baru ( perubahan ). Dalam mengemukakan sumber belajar ini
para ahli sepakat bahawa segala sesuatu dapat di pergunakan sebagai sumber belajar
sesuai dengan kepentingan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen terahir dalam sistem proses pembelajaran.
Evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses
pembelajaran, tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kenerjanya
dalam pengelolaan pembelajaran. Melalui evaluasi kita dapat melihat kekurangan
dalam pemanfaatn berbagai kompone sistem pembelajaran
Pengertian dari evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas luasnya,
sedalalm dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahi
sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan
kemampuan belajar. Dari pengertian itu, tujuan evaluasi dapat dilihat dari 2 segi yaitu:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

 Ahmadi, I. K. (2011). Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi


Pustaka Publisher.
 Ipan. (2019, Oktober Sabtu). Klasifikasi Strategi Pembelajaran. Diambil kembali dari
Media Pustaka: http://www.mediapustaka.com/2014/06/klasifikasi-strategi-
pembelajaran.html
 Majid. (2019, Oktober Sabtu). Strategi Pembelajaran. Diambil kembali dari
Universitas Negeri lampung: http://digilib.unila.ac.id/3242/22/BAB%20II.pdf
 Rusmono. (2012). Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning. Bogor:
Ghalia Indonesia.
 W, S. A. (2019, Oktober Sabtu). Strategi Pembelajaran. Diambil kembali dari
Universitas Terbuka: http://repository.ut.ac.id/4401/2/PEFI4201-M1.pdf

Anda mungkin juga menyukai