Nim : 215090407111035
Tugas Kewarganegaraan
Model melting pot telah dikritik karena mengurangi keragaman dan kehilangan
tradisi, dan perlu dikendalikan melalui kebijakan pemerintah. Misalnya, Undang-
Undang Reorganisasi Indian Amerika tahun 1934 memaksa asimilasi ke dalam
masyarakat Amerika yang terdiri dari hampir 350.000 orang Indian, terlepas dari
latar belakang dan gaya hidup mereka yang beragam.
b. Salad Bowl
Teori salad bowl menggambarkan masyarakat yang heterogen di mana orang
hidup berdampingan tetapi tetap mempertahankan setidaknya beberapa
karakteristik unik dari budaya tradisional mereka. Seperti bahan-bahan salad,
budaya yang berbeda disatukan, tetapi alih-alih menyatu menjadi satu budaya
homogen, pertahankan rasa yang berbeda. Di Amerika Serikat, Kota New York,
dengan banyak komunitas etnis yang unik seperti “Little India,” “Little Odessa,”
dan “Chinatown” dianggap sebagai contoh masyarakat salad bowl.
Teori salad bowl menegaskan bahwa orang tidak perlu melepaskan warisan
budayanya untuk dianggap sebagai anggota masyarakat yang dominan. Misalnya,
orang Afrika-Amerika tidak perlu berhenti merayakan Kwanzaa daripada Natal
untuk dianggap "orang Amerika".
Sisi negatifnya, perbedaan budaya yang didorong oleh model salad bowl dapat
memecah belah masyarakat sehingga menimbulkan prasangka dan diskriminasi .
Selain itu, kritik menunjuk ke studi tahun 2007 yang dilakukan oleh ilmuwan
politik Amerika Robert Putnam yang menunjukkan bahwa orang yang tinggal di
komunitas multikultural salad bowl cenderung memilih atau menjadi sukarelawan
untuk proyek perbaikan komunitas.
Konsep nilai-nilai demokrasi Salad Bowl, yang menekankan bahwa setiap orang
memiliki hak yang sama meskipun berbeda, menekankan bahwa peran individu
dan masyarakat adalah setara. Setiap gereja atau kelompok gereja adalah sama
dalam arti tidak ada ruang yang lebih baik untuk kelompok besar dan tidak ada
ruang yang lebih buruk untuk kelompok kecil. Metafora salad bowl memaknai
perbedaan sebagai kekuatan dimana tidak ada orang yang terlahir sama. Dengan
kata lain, menerima perbedaan bisa menunjukkan solidaritas karena kita berbagi
takdir yang sama.
c. Multiculturalism
Multikulturalisme berasal dari kata “multi” yang berarti banyak atau beragam dan
“cultural” yang berarti kebudayaan. Maka multikulturalisme adalah ideologi yang
menyerukan persatuan kelompok budaya yang berbeda dengan hak yang sama
dan status sosial politik dalam masyarakat modern.
Multikultural sering digunakan untuk menggambarkan kesatuan komunitas etnis
yang berbeda dalam suatu negara. Multikulturalisme berarti pengakuan yang
nyata terhadap keanekaragaman budaya, termasuk keanekaragaman tradisional
dan keanekaragaman bentuk kehidupan. Atau subkultur. Keanekaragaman hayati
adalah segala sesuatu yang berhubungan dan timbul di luar keanekaragaman
tradisional pada setiap tahapan sejarah kehidupan manusia.
Multikulturalisme menjadi pandangan dunia yang dapat diterjemahkan ke dalam
rangkaian kebijakan budaya yang menekankan realitas keagamaan, pluralisme
dan penerimaan keragaman dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu,
masyarakat multikultural adalah masyarakat di mana berbagai jenis komunitas
dan budaya memiliki semua keunggulan.
Dalam kenyataannya proses transformasi dari masyarakat agraris tradisional
menuju masyarakat modern diwarnai dengan kemajemukan unsur budaya yang
cair dan terbuka. Kondisi demikian menyebabkan proses dialog antar unsur
kebudayaan yang mengarah pada format baru itu, menjadi sangat rumit dan
tertatihtatih. Berkaitan dengan itu, Kayam (1981: 19) menyatakan, bahwa dalam
proses transformasi itu harus selalu dihindari suatu strategi kebudayaan yang
memaksakan homogenitas yang monolitik dari kenyataan kemajemukan. Dari
sinilah kemudian muncul ide dan gagasan perlunya disusun format baru
pendidikan yang berbasis pada multikultural yang sesuai dengan situasi dan
kondisi masyarakat Indonesia.