Anda di halaman 1dari 48

i

Judul
Kreasi Seni dan Pembelajarannya

Penulis :
Dr. RA.Ataswarin Oetopo, M.Pd.
Dr. Caecilia Hardiarini, M.Pd
Dra. Kartika Mutiasari, M.Pd
Deden Rengga

Editor:
Dr. Ayu Niza Machfauzia, M.Pd.

Desain Sampul dan Tata Letak


Eko Hadi Prayitno, S.Pd., M.Pd

Penerbit :
Kemendikbudristek

Cetakan Kedua: 2022

Hak cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak modul ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa
ijin tertulis dari penerbit

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa kami
panjatkan atas limpahan karunia dan rahmatnya, sehingga Modul Program
Pendidikan Profesi Guru (PPG) Seni Budaya ini dapat terselesaikan dengan baik.
Mata Pelajaran Seni Budaya terdiri dari pembelajaran Seni Rupa, Seni Musik,
Seni Tari, dan Teater.
Modul ini merupakan modul ke enam (6) berisi 4 Kegiatan Belajar (KB)
yaitu Pembelajaran Kreasi Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Teater.
Pembelajaran Kreasi Seni dan Budaya tersebut meliputi Konsep Berkarya,
Penciptaan Karya, Penggunaan Rancangan, dan Pelaksanaan Pameran atau
Pagelaran, serta Evaluasi Pembelajaran Kreasi Seni dan Budaya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyelesaian Modul ini. Penghargaan kami
berikan kepada Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan yang telah
mempercayakan penyusunan Modul ini kepada kami. Apresiasi juga kami berikan
kepada kolega di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta, khususnya
Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Seni Musik, dan Seni Tari serta Teater yang
sudah berjuang bersama menyelesaikan Modul beserta perangkat media
pembelajarannya ini. Sekali lagi, kami sampaikan ucapan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami, mohon maaf kami tidak bisa
menyebutkan nama satu persatu.
Tidak lupa penulis menyampaikan permohonan maaf kepada semua
pihak apabila ada hal yang kurang berkenan. Semoga modul ini dapat
dimanfaatkan sebagai bahan ajar Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Seni
Budaya dan dalam mata kuliah di lingkungan Program Studi Pendidikan Seni
Rupa, Seni Musik, dan Seni Tari serta Teater UNJ.
Jakarta, Juni 2022
Tim Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

MODUL 6 KREASI SENI DAN PEMBELAJARANNYA ......................... 1

KB 1 : PEMBELAJARAN KREASI SENI RUPA ..................................... 4


Pendahuluan.....................................................................................
Inti ...................................................................................................
Rangkuman .....................................................................................
Daftar Pustaka .................................................................................
KB 2 : PEMBELAJARAN KREASI MUSIK ............................................ 44
Pendahuluan..................................................................................... 44
Inti ................................................................................................... 45
Rangkuman ..................................................................................... 62
Daftar Pustaka ................................................................................. 68
KB 3 : PEMBELAJARAN KREASI TARI ................................................ 69
Pendahuluan..................................................................................... 69
Inti ................................................................................................... 70
Penutup ........................................................................................... 107
Daftar Pustaka ................................................................................. 111
KB 4 : PEMBELAJARAN KREASI SENI TEATER ................................ 113
Pendahuluan..................................................................................... 113
Pembelajaran Kreasi Seni Teater ..................................................... 115
Rangkuman ..................................................................................... 141
Daftar Pustaka ................................................................................. 146

KUNCI JAWABAN .................................................................................... 155

iv
MODUL 6
KREASI SENI DAN PEMBELAJARANNYA

Pendahuluan
Modul ini merupakan modul terakhir atau ke enam dari 6 Modul Mata
Pelajaran Seni Budaya. Isi modul ini merupakan wawasan pengetahuan untuk
menerapkan keterampilan dan kreativitas dalam berkreasi seni dan
pembelajarannya bagi Anda sebagai guru mata pelajaran Seni Budaya di jenjang
pendidikan Sekolah Menengah Atas. Modul 6 Kreasi Seni dan Pembelajarannya
terdiri atas 4 Kegiatan Belajar yaitu:
1) Kegiatan Belajar 1: Pembelajaran Kreasi Seni Rupa
2) Kegiatan Belajar 2: Pembelajaran Kreasi Seni Musik
3) Kegiatan Belajar 3: Pembelajaran Kreasi Seni Tari
4) Kegiatan Belajar 4: Pembelajaran Kreasi Seni Teater

1. Deskripsi singkat
Pembelajaran Seni Budaya merupakan salah satu pembelajaran yang
menyenangkan, membangkitkan motivasi belajar, dan bermakna bagi peserta
didik. Wawasan pengetahuan tentang Konsep Pendidikan Seni Rupa, Seni Musik,
Seni Tari, dan Teater serta Pembelajarannya telah Anda peroleh pada Modul 1
sampai dengan Modul 4. Pada Modul 5 diperoleh kajian tentang Pembelajaran
Apresiasi Seni. Sebagai guru yang baik, Anda perlu menyalurkan rasa ingin
tahunya melalui cara belajar aktif, terampil, dan kreatif dalam suasana
menyenangkan sesuai minat dan kemampuan anak. Dalam Modul 6 ini akan dikaji
tentang Kreasi Seni dan Pembelajarannya yang meliputi Kegiatan Belajar sebagai
berikut:

1
Kreasi Seni dan Pembelajarannya

KB I KB II KB III KB IV
Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran
Kreasi Seni Rupa Kreasi Seni Musik Kreasi Seni Tari Kreasi Teater

a. Proses a. Proses a. Proses a. Proses


Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran
Seni Rupa dua Seni Musik Seni Tari Kreasi Seni Teater
dimensi dan tiga bentuk lagu satu b. Penciptaan karya b. Penciptaan karya
dimensi dan dua bagian Seni Tari Kreasi Seni Teater
b. Penciptaan karya b. Penciptaan karya c. Penyusunan c. Penyusunan
Seni Rupa Seni Musik rancangan dan rancangan dan
c. Penyusunan c. Penyusunan pelaksanaan pelaksanaan
rancangan dan rancangan dan pagelaran tari pagelaran teater
pelaksanaan pelaksanaan d. Evaluasi d. Evaluasi
pameran Seni pagelaran musik pembelajaran pembelajaran
Rupa d. Evaluasi kreasi tari kreasi teater
d. Evaluasi pembelajaran
pembelajaran kreasi musik
kreasi Seni Rupa
2. Relevansi
Dalam konteks pendidikan, seni telah berkembang di berbagai sektor,
antara lain di sektor pendidikan formal, non-formal, bahkan in-formal.
Implementasi Konsep Seni dan Pembelajarannya berperan dalam kehidupan
sehari-hari. Seni berfungsi bagi personal, sosial, dan fisikal. Kegiatan berkreasi
seni dan pembelajarannya merupakan salah satu kebutuhan hidup, seperti yang
dijelaskan oleh Viktor Lowenfeld dan Brittain (1982) bahwa kegiatan seni
berperan dalam mengembangkan berbagai kemampuan dasar di dalam dirinya,
seperti kemampuan: fisik, perseptual, pikir/intelektual, emosional, kreativitas,

2
sosial dan estetik. Seiring dengan bertambahnya usia anak, seluruh kemampuan
dasar dapat berkembang secara terpadu.
Sehubungan dengan hal tersebut maka pada modul ini Anda akan diberi
pengalaman belajar yang variatif melalui Pendekatan Belajar Aktif (Active
Learning) dan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS/High Order Thinking
Skill) sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang. Secara khusus
modul ini akan melatih Anda mampu mengembangkan konsep berpikir kritis,
keterampilan, dan kreativitas berkreasi seni serta pembelajarannya, sehingga Anda
lebih profesional dalam merencana, mengelola, dan melaksanakan pembelajaran
seni budaya yang bermakna, atraktif dan menyenangkan.

2. Petunjuk Belajar
Modul ini merupakan modul terakhir atau ke enam dari enam modul
Pembelajaran Seni Budaya yang perlu Anda pelajari dalam rangka memenuhi
persyaratan akademik pada Program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Modul ini
terdiri dari 4 Kegiatan Belajar yang perlu Anda pelajari selama 1 semester (16 kali
tatap muka). Setiap kegiatan belajar memiliki waktu tatap muka yang berbeda.
Modul ini memiliki dasar Pendekatan Belajar Aktif (Active Learning) dan
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS/High Order Thinking Skill) , oleh
karenanya Anda diharapkan bersikap pro-aktif dalam memahami, berkreasi, dan
menyelesaikan keseluruhan tugas yang diberikan. Penerapan kajian dari modul
ini berupa kreasi seni melalui pengalaman dan berbasis masalah agar Anda
sebagai guru dapat merasakan kebermaknaan pembelajaran ini sesuai dengan
tugas Anda di sekolah.

3
MODUL 6
KB 1 : PROSES PEMBELAJARAN KREASI SENI RUPA

Anda sebagai guru dalam proses pembelajaran Seni Budaya perlu


memahami terlebih dahulu pengetahuan tentang seni secara utuh berdasarkan ilmu
seni dan teori-teori seni agar pengelolaan pembelajaran Seni Budaya yang Anda
lakukan efektif dan efisien. Pokok-pokok konsep Seni Budaya telah dibahas pada
Modul 1 sampai dengan Modul 4. Pada Modul 5 diperoleh kajian tentang
Pembelajaran Apresiasi Seni. Kegiatan Belajar 1 pada Modul 6 ini selanjutnya
akan dipaparkan dalam bagan peta Kompetensi Pembelajaran Kreasi Seni Rupa di
bawah ini. Kompetensi Pembelajaran Kreasi Seni Rupa secara utuh mencakup
pembahasan tentang Proses Pembelajaran Seni Rupa Dua Dimensi dan Tiga
Dimensi, Penciptaan Karya Seni Rupa, Penyusunan Rancangan dan Pelaksanaan
Pameran Seni Rupa, dan Evaluasi Pembelajaran Kreasi Seni Rupa.

Peta Kompetensi Pembelajaran

Pembelajaran
Kreasi Seni
Rupa

Proses Penyusunan
Evaluasi
Pembelajaran Seni Penciptaan Karya rancangan dan
pembelajaran
Rupa Dua Dimensi Seni Rupa pelaksanaan
kreasi Seni Rupa
dan Tiga Dimensi pameran Seni Rupa

Gambar 1. Peta Kompetensi Pembelajaran Kreasi Seni Rupa

4
Pada Kegiatan Belajar 1 ini Anda diharapkan dapat mengembangkan
Kompetensi Pembelajaran Kreasi Seni Rupa, yang meliputi kompetensi:

1. Menguasai pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran berkarya


Seni Rupa Dua Dimensi dan Tiga Dimensi
2. Menerapkan konsep Penciptaan Karya Seni Rupa Dua Dimensi dan
Tiga Dimensi
3. Mengelola Pameran Hasil Pembelajaran Kreasi Seni Rupa
4. Mengevaluasi Pembelajaran Kreasi Seni Rupa.

A. Capaian Pembelajaran
Menguasai konsep tentang pendekatan saintifik dalam Proses
Pembelajaran Karya Seni Rupa Dua Dimesi dan Tiga Dimensi

B. Capaian Pembelajaran
1. Menguasai pendekatan saintifik (mengamati, menanya, mengeksplorasi,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan) dalam proses pembelajaran Karya
Seni Rupa Dua Dimensi dan Tiga Dimensi
2. Menerapkan keterampilan dan kreativitas dalam Penciptaan Karya Seni Rupa
Dua Dimensi dan Tiga Dimensi
3. Menyusun rancangan, menyajikan, dan melaksanakan Pameran Hasil
Pembelajaran Kreasi Seni Rupa
4. Mengevaluasi Proses dan Hasil Pembelajaran Kreasi Seni Rupa.

C. Uraian Materi
Kemampuan bidang estetika dan budaya seakan dikesampingkan pada
kondisi sistem pendidikan nasional saat ini karena lebih mengutamakan
pengembangkan kemampuan di bidang Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika dan
Teknologi. Hal ini kurang mendukung upaya untuk pembentukan kwalitas
kepribadian manusia Indonesia yang diharapkan. Peran pendidikan seni

5
merupakan salah satu kemampuan dibidang estetika yang dapat mewujudkan
manusia seutuhnya.
Obyek ciptaan manusia yang bermanfaat untuk kehidupan dapat disentuh
oleh keindahan suatu karya seni budaya. Seni merupakan salah satu pemanfaatan
budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual
manusia karya seni merupakan suatu wujud ekspresi yang bernilai dan dapat
dirasakan oleh seluruh inderawi. Seni terdiri dari bidang seni musik, seni tari, seni
rupa, dan seni drama/sastra. Seni rupa merupakan ekspresi yang diungkapkan
secara visual dan wujud nyata.
Seni rupa modern dapat diklasifikasikan atas dua kelompok besar yaitu
Seni Rupa Murni dan Seni Rupa Terapan. Seni murni merupakan suatu karya seni
rupa yang dibuat sebagai hasil ekspresi untuk dinikmati keindahan dan dipahami
makna nilai simboliknya. Contohnya: lukisan, patung, seni grafis dan relief.
Seni lukis sudah dikenal dari sejak zaman purba. Bukti yang ditemukan di
dinding batu di gua-gua atau peninggalan artefak menunjukkan bahwa lukisan
dibuat dengan alat atau benda tajam. Dari lukisan atau gambar-gambar tersebut,
kita bisa melihat bahwa mereka berusaha mengekspresikan aspek-aspek
kehidupan pada masa itu.
Seni patung juga sudah dikenal sejak zaman dahulu, merupakan ekspresi
atau ide yang dicurahkan dengan media padat tiga dimensi. Demikian pula dengan
Seni relief menggunakan teknik ukir, tempel, atau cetak. Seni Relief merupakan
perpaduan antara seni rupa dua dan tiga dimensi, sehingga bentuknya berupa
gambar timbul pada bidang dua dimensi. Contoh: ukiran pada perabot rumah
tangga atau dinding candi.
Seni rupa terapan terdiri dari desain dan seni kriya. Perkembangan
keilmuan seni rupa dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami perluasan ke
arah wahana besar yang kita kenal sebagai budaya rupa (visual culture) dan
keterpaduan di antara cabang Seni Rupa itu sendiri maupun dengan bidang seni
lainnya. Karya seni tersebut biasa dikenal dengan nama Seni Instalasi.
Lingkup sesungguhnya tidak hanya cabang-cabang seni rupa yang kita
kenal saja, seperti seni lukis, seni patung, seni keramik, seni grafis dan seni kriya,

6
tetapi juga meliputi kegiatan penciptaan di bidang desain dan kriya (kerajinan),
multimedia, fotografi, juga film. Bahkan muncul pula teori dan ilmu sejarah seni
rupa, semantika produk, semiotika visual, kritik seni, metodologi desain,
manajemen desain, sosiologi desain, dan seterusnya.

1. PROSES PEMBELAJARAN SENI RUPA DUA DIMENSI DAN TIGA


DIMENSI
Pembelajaran seni rupa secara umum bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan apresiasi, ekspresi, dan ketrampilan berkarya. Pada tingkat
perkembangan peserta didik kemampuan yang perlu dikembangkan antara lain
mengelola kepekaan rasa, mengembangkan kreativitas, dan keterampilan berkarya
sesuai bakat serta minat masing-masing. Dalam Kegiatan Belajar 1 ini diberikan
contoh proses pembelajaran agar peserta didik mampu mengekspresikan diri
melalui keterampilan berkreasi Dua Dimensi (melukis, ilustrasi, teknik ikat celup,
dan teknik batik) dan Tiga Dimensi (seni Patung, seni kriya keramik, dan seni
kriya limbah sendok).

Proses pembelajaran berkarya seni rupa :


1. Merancang karya seni rupa dengan memanfaatkan beberapa teknik ungkap
2. Membuat karya seni rupa secara tematik dan pemecahan masalah
3. Menyiapkan karya seni rupa buatan sendiri (portofolio) untuk pameran di
kelas, di sekolah, bahkan di luar sekolah.
Karya Seni Rupa dua Dimensi merupakan karya datar yang berwujud luas
bidang datar yaitu panjang dan lebar. Karya Seni Rupa Tiga Dimensi berwujud
ruang dengan adanya ketebalan dan berisi mempunyai volume.

Karya Seni Rupa Dua Dimensi

Beberapa contoh karya Seni Rupa Dua Dimensi antara lain:


a. Seni Lukis
Seiring dengan perkembangan zaman, secara konstan manusia merekam
impresinya tentang keadaan sekitar di atas kertas. Kini, seni lukis menjadi sarana

7
ekspresi atau ide yang dicurahkan oleh pelukis secara visual dua dimensi dengan
media zat warna dan kanvas. Alat bantunya dapat berupa kuas, jari, dan palet.
Lukisan merupakan gambar yang mengungkapkan bentuk objektif dengan
komposisi dan nilai subjektif melalui ekspresi dan kreativitas.
Kegiatan melukis dapat didefinisikan sebagai kegiatan membuat
goresan/pulasan di atas sebuah permukaan dalam usaha menyajikan persepsi
visual (image) yang secara grafis memiliki kemiripan dengan suatu bentuk.
Persepsi tentang bentuk atau wujud sesuatu didapat dari apa yang kita lihat.
Persepsi ini sebagian besar dipengaruhi oleh aktivitas sehari-hari. Persepsi visual
bisa berbeda; apa yang tertangkap oleh mata, misalnya, bisa berbeda dari
kenyataan yang sebenarnya. Contoh gambar berikut ini:

Gambar 2. Lukisan di Gua Muna, Sulawesi Selatan


(Sumber: Perahu Sunda, 2004)

Kualitas suatu gambar sangat berkaitan dengan persepsi visual dan ingatan.
Menggamibar sesuatu yang tampak di hadapan kita berarti menggunakan daya
ingat jangka pendek. Namun, persepsi visual dalam pikiran tidak terbatas hanya
dari apa yang dilihat seketika. la memiliki kemampuan menyaiikan persepsi visual
untuk menembus ruang (objek yang tidak ada di hadapan kita) dan waktu
(pengalaman yang telah lalu atau bahkan khayalan yang akan datang). Ketika

8
menggambar berdasarkan daya ingat, kita tidak diarahkan oleh realitas optis yang
ada, tetapi diarahkan oleh kualitas citra suatu hal yang tersimpan dalam ingatan.
Oleh karena itu proses menggambar dapat merangsang pandangan, melatih
persepsi visual dan meningkatkan kemampuan ingatan. Untuk meningkatkan daya
ingat dan kualitas persepsi visual, buatlah gambar tentang benda atau alam di
sekitar kita berdasarkan pengamatan langsung.
Howard Simon pernah berkata, “Bila Anda ingin mengekspresikan diri
melalui lukisan, Anda bisa mempelajarinya. Akan tetapi dalam menggambar,
seperti halnya belajar ilmu-ilmu yang lain yang ada manfaatnya, Anda harus
mempunyai cukup tekad, waktu, dan dedikasi yang tinggi”.
Dalam pelaiaran menggambar, ada tiga tahapan yang harus dilalui sebelum
melangkah pada kegiatan melukis, yaitu:
1. Menirukan karakteristik luar dari garis dan teknik orang lain
2. Latihan menggambar patung atau benda mati
3. Latihan menggambar model atau benda hidup
Ada beberapa teknik untuk melukis. Pemberian warna dapat diberikan
dengan menggunakan krayon/pastel, cat air, dan cat minyak.
1) Melukis dengan Krayon/Pastel
Media dasar umumnya kertas. Langkah pertama untuk melukis dengan krayon
ini adalah dengan membuat sketsanya terlebih dahulu dengan pensil. Karena
krayon berujung agak tumpul, kontur goresan yang dihasilkan cenderung
tebal.
2) Melukis dengan Cat Air
Gunakan beberapa jenis kuas (besar, sedang, kecil), sesuai luas bidang yang
akan dipulas. Celupkan kuas ke dalam air bersih, lalu pulaskan pada cat yang
baru keluar dari tube. Ratakan pada palet. Teteskan air bersih secukupnya jika
masih terlalu kental.
Media dasar yang digunakan dalam melukis adalah kertas. Jika cat dipulas
tipis-tipis dan berulang-ulang, jenis karya lukisnya disebut lukisan aquarel.
Melukis dimulai dengan membuat sketsa pensil tipis. Dalam lukisab tipe
aquarel, kesalahan dalam mewarnai sulit diperbaiki karena sifat air yang

9
transparan. Jadi, usahakan warna untuk bagian gambar yang berbeda tidak
saling menutupi. Dahulukan warna cerah.
Kuas yang sudah dipakai segera dicelupkan ke air bersih sebelum digunakan
untuk warna yang berbeda.
3) Melukis dengan Cat Minyak
Gunakan beberapa jenis kuas, sesuai dengan jenis goresan yang akan dipulas.
Pulaskan kuas ke cat yang baru keluar dari tube. Ratakan di palet. jika masih
terlalu kentai, teteskan minyak cat secukupnya. Setelah dipakai celupkan kuas
ke minyak pencuci (thinner).
Media dasar yang dipakai dalam melukis dengan cat minyak biasanya adalah
kanvas. Mulailah dengan membuat sketsa. Usahakan seluruh permukaan
kanvas tertutup warna.

b. Menggambar
Menggambar biasanya dilakukan dengan teknik hitam putih yakni
menggunakan alat pensil atau pena khusus untuk menggambar (rapido graph,
boxy, ballpoint). Karya seni menggambar yang dilakukan secara teknis hitam
putih antara lain sketsa, komik, vinyet, dan siluet. Berbagai jenis karya seni
menggambar, antara lain:
1) Sketsa
Berupa garis sederhana yang dibuat relatif spontan namun bermakna. Sketsa
bisa merupakan rencana lukisan atau lukisan bergaya sketsa.
2) Ilustrasi
Gambar yang bertujuan menerangkan dan memperjelas ide cerita, atau narasi,
memperkuat, memperindah serta mempertegas suatu cerita.
3) Kartun
Gambar yang telah dideformasi atau diubah bentuk serta proporsinya dari
wujud aslinya sehingga menjadi lucu.
2) Karikatur
Kartun sindiran yang terfokus pada karakter obiek. walaupun sudah
dideformasi, kita tetap dapat mengenal sang tokoh karena ciri khasnya.

10
3) Vinyet
Gambar dekoratif tanpa maksud yang jelas, merupakan kreasi improvisasi
pengisi halaman kosong agar terlihat lebih artistik
4) Siluet
Gambar hitam bayangan suatu objek, dengan atau tanpa modifikasi.
Seiring perkembangan zaman warna mulai menyertai tampilan sebuah
karya seni menggambar. Umumnya pewarnaan dilakukan dengan pensil warna,
pena dengan tinta warna, cat air, atau cat poster.
Kini menggambar dan pewarnaan dapat dilakukan secara digital dengan
program komputer, misalnya saja dengan menggunakan program Corel Draw,
Auto Cad, Freehand, dan Photoshop. Meskipun demikian, cara manual tetap
dipergunakan sebagai dasar keterampilan untuk pekerjaan di bidang gambar.

Teknik menggambar berdasarkan alat yang digunakan:


1) Menggambar dengan Pensil
Teknik menggambar dengan pensil di atas kertas secara teknis merupakan
bentuk yang paling praktis dan sederhana.
a) Alat-alat yang dibutuhkan
(1). Pensil dengan jenis H, B, 28, 38, 48, 58, 68, 78, 88, atau EB
(2). Kertas dengan permukaan yang agak kasar, jangan yang licin
(3). Penggaris/mistar.
(4). Karet penghapus.
b) Unsur seni rupa
Unsur seni rupa yang terdapat dalam gambar dengan pensil antara lain
garis, bidang, bentuk, komposisi, dan arsir. Arsir adalah pengulangan garis
untuk mengisi bidang yang kosong secara searah, silang, acak, atau
gradasi. Fungsi arsir pada gambar antara lain:
(1). Memberi karakter objek.
(2). Memberi kesan jarak dan kedalaman.
(3). Mengisi bidang yang kosong.
(4). Sebagai penyelesaian akhir.

11
c) Teknik menggambar
Teknik menggambar dengan pensil antara lain sebagai berikut.
(1). Isometri. Mengambar objek yang ukurannya lebih kecil dari
manusia. Teknik ini dipelajari agar dapat menggambar tanpa distorsi.
(2). Still life. Menggambar dengan mengamati langsung objek yang
ukurannya lebih kecil dari manusia.
(3). Perspektif. Menggambar objek benda, ruang, dan lingkungan yang
ukurannya relatif lebih besar dari manusia dengan konsep 1, 2, alau 3
titik hilang. Penampakannya dapat dipandang dari sudut mata burung
(atas), kucing (bawah), atau normal (datar).
d) Materi menggambar
(1). Anatomi, yaitu menggambar bagian tubuh makhluk hidup.
(2). Ekspresi

2) Menggambar dengan Pena


Prinsipnya sama saja dengan teknik pensil, yaitu dengan
menggunakan unsur garis, bidang, bentuk, komposisi, dan arsir. Teknik
perspektif, isome, dan still life pun bisa diterapkan. Menggambar dengan pena
dan alat lain yang menggunakan tinta biasanya dilakukan setelah terlebih
dahulu menggambar sketsanya dengan pensil. Namun, jika sudah ahli,
menggambar dapat langsung dilakukan dengan menggunakan pena.
Beberapa jenis karya seni menggambar dengan pena yang diawali
dengan sketsa pensil terlebih dulu antara lain adalah gambar arsitektur,
dekorasi, desain, ilustrasi, dan komik.
Perkembangan teknologi yang begitu pesat memungkinkan cara-cara
baru dalam memanfatkan media digital, antara lain dalam bidang seni gambar,
seni lukis, ilustrasi, komik dan industri advertising. Media digital berbeda
dengan media analog yang mengandalkan sistem manual. Saat ini untuk
menghasilkan objek-objek gambar atau lukisan dapat dikerjakan melalui
program-program komputer dan perangkat lunak dari media elektronik. .

12
Media digital akan memberi sentuhan estetik dengan karakteristik citra digital
yang unik dan memiliki ciri khasnya tersendiri.

c. Membuat Komik
Komik atau gambar bercerita merupakan rangkaian panel/frame
bergambar yang saling berurutan menurut alur cerita, sehingga pembacanya
dapat menyimpulkan sebuah cerita secara utuh di akhir frame/panel tersebut.
Ini berbeda dengan konsep lukisan yang keseluruhan makna atau ide karya
terekspresikan melalui simbol visual personal di bidang kanvas yang sama.
Komik merupakan karya seni rupa yang dapat diklasifikasikan sebagai karya
gambar yang berfungsi memberi informasi, mengedukasi dan menghibur
pembaca komik. Membuat komik membutuhkan keterampilan menggambar
yang dikerjakan secara manual atau dengan perangkat komputer atau
elektronik lainnya. Pembuat komik memiliki prospek profesi yang bagus
karena komik saat ini banyak digemari para remaja, seperti halnya Komik
Manga Jepang.

1) Teknik yang digunakan


Umumnya, untuk menciptakan sebuah karya komik kita harus
menggunakan teknik menggambar dengan pensil terlebih dahulu.
Misalnya saja:
a) Proporsi bentuk manusia, hewan, tumbuhan, dan benda.
b) Teknik perspektif, bayangan, dan landscape.
c) Aksi/gerakan dan ekspresi wajah.
2) Jenis gaya gambar komik
a) Realis.
Ceritanya detail, dengan gambar bersifat figuratif menirukan wujud
alam (manusia, hewan, tumbuhan, benda) mendekati kenyataan
termasuk efek cahaya dan arsiran bayangan.
b) Ekspresif

13
Gambar dan ide cerita lebih ditekankan pada kebebasan berekspresi
berdasarkan persepsi, penafsiran dan imajinasi serta gaya ekspresi
personal dari pembuat gambar
c) Kartun
Gambar dan cerita cenderung bersifat lucu.
3) Unsur dalam komik
a) Cover
Umumnya, tampilan cover/sampul buku komik berupa gambar
berwarna yang mencerminkan tokoh cerita. Pewarnaan ilustrasi cover
bisa dilakukan secara manual atau digital (komputer). Cover juga
berfungsi sebagai daya tarik komik.
b) Halaman pembuka
Halaman sebelum isi cerita. Biasanya ditampilkan hitam putih, nama
pengarang dan penerbit komik tersebut.
c) Halaman isi
Memuat isi cerita yang terdiri dari frame bergambar dengan dan
keterangan dari halaman satu hingga akhir.
4) Membuat komik
a) Persiapan bahan/alat kerja.
Pensil 28,3B, pena, boxy dan sejenisnya, kuas, penggaris, penghapus,
tip-ex, cat poster warna atau hitam-putih, meja gambar.
b) Pembuatan cerita/skenario.
Mendapatkan ide cerita yang bagus memang sulit, mulailah dengan
cerita sederhana yang memungkinkan atau mudah untuk
divisualisasikan dalam bentuk gambar.
c) Penentuan ukuran/standar kertas yang digunakan.
d) Pembuatan karakter/tokoh cerita dan objek pendukung.
e) Seting/pembagian frame per halaman.
f) Pembuatan sketsa awal dengan pensil.
g) Pemberian warna/penintaan.

14
Karya Seni Rupa Tiga Dimensi

Karya Seni Rupa Tiga Dimensi berwujud ruang dengan adanya ketebalan
dan memiliki volume. Beberaapa contoh kreasi seni patung berdasarkan bahan
yang digunakan, antara lain:
a. Patung Tanah Liat
Proses pembuatannya sebagai berikut:
1) Tanah liat diletakkan di alas plastik, digilas dengan botol untuk
dibersihkan dari gelembung udara, kerikil, akar-akaran, atau kotoran lain
jika ada.
2) Tanah dibentuk secara global dengan tangan dan jemari. Setelah selesai,
tunggu sampai lebih keras.
3) Setelah agak keras, mulai dibentuk secara rinci dengan bantuan butsir.
Jika tidak selesai dalam satu hari, tutup dengan plastik agar terjaga
kelembapannya.
4) Setelah selesai, dikeringkan dengan cara ditaruh pada alas logam atau
seng dan dijemur pada sinar matahari, atau di tempat yang agak berangin.
5) Bila sudah kering selanjutnya itu dibakar menggunakan tungku minyak
atau gas dengan suhu tertentu tergantung jenis tanah liat yang digunakan.
6) Setelah itu permukaan benda diberi pewarna glasir atau cat pelapis
lainnya seperti vernis, pelitur, sesuai keperluan.

b. Patung Semen
Proses pembuatannya sebagai berikut:
1) Rancang kerangka kawat sesuai dengan konstruksi patung yang hendak
dibentuk.
2) Campur pasir dan semen dengan perbandingan 3:1. Sambil diaduk
tuangkan air secara bertahap.
3) Mulailah membentuk secara global. Masukkan remasan kertas atau kapas
ke bagian yang tidak memerlukan adonan agar patung tidak terlalu berat,

15
sekaligus sebagai bahan penahan pada saat melekatkan adonan
pembentuk.
4) Setelah agak keras, mulai dibentuk secara rinci dengan bantuan pisau
butsir. Usahakan selesai sekaligus karena adonan cepat mengeras.
5) Setelah selesai dan mengering, dilapisi dengan cairan semen putih.
6) Setelah kering, beri cat warna penguat bentuk atau hias dengan ornament
sesuai keperluan.

c. Mencetak Gipsum
1) Cetakan terbuat dari lilin kenyal atau yang dicairkan, adonan semen, atau
kayu.
2) Cetakan lilin dan semen dibentuk dari patung model yang sudah ada
dengan memberi pelumas pada bagian yang bersentuhan. Untuk cetakan
kayu dapat dibentuk atau dipahat/ukir.
3) Gipsum dicampur dengan air secukupnya,lalu dituang ke dalam cetakan
dan tunggu sampai mengeras.
4) Rapikan dengan amplas, beri cat pewarna sebagai penguat bentuk atau
hiasan.
d. Patung/Relief dari Bahan Kayu
Kayu yang diperlukan adalah jenis kayu akasia, cendana, jati, mahoni,
nangka, sonokeling, pinus atau jenis kayu lainnya yang terdapat di Imdonesia.
Alat umum: gergaji, serutan, golok, amplas, dan pahat. Untuk pahat, ada beberapa
jenis pahat yang diperlukan, antara lain sebagai berikut.
1. Pahat penguku dan kol
Untuk membuat bagian yang melingkar, cekung, cembung, dan ikal.
2. Pahat penyilat
Untuk meratakan dan meluruskan.
3. Pahat pangot
Untuk meratakan dan meluruskan.
Cara mengerjakan:

16
a) Buat potongan kayu yang besarnya mendekati patung/ukiran hendak
dibuat.
b) Patung/ukiran dibentuk dengan pahatan secara global.
c) Dilanjutkan dengan mengukir secara rinci dan halus.
d) Diperhalus dengan ampelas.
e) Diberi pelitur atau cat pewarna sesuai keperluan.

Contoh model:

Gambar 3. Patung dan Relief dari Berbagai Bahan

2. Penciptaan Karya Seni Rupa

17
Dalam pembelajaran kreasi seni rupa, pendidik seni harus mengenali
karakteristik, bakat, dan potensi kreatif peserta didiknya, sehingga pendidik dapat
memotivasi mereka untuk berkarya sesuai dengan bakatnya masing-masing.
Secara teoretik pakar pendidik seni menetapkan visi kompetensi kreatif dan
keterampilan yang menjadi sumber acuan berkarya praktik.
Proses pembelajaran yang diharapkan melalui modul ini menggunakan
Pendekatan Belajar Aktif (Active Learning) dan Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi (HOTS/High Order Thinking Skill) sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang terus berkembang. Dalam pembelajaran penciptaan karya Seni
Rupa Dua dan Tiga Dimensi ini, Anda akan diberikan beberapa contoh
implementasi pendekatan tersebut. Contoh dalam proses pembelajaran bertema
Burung Enggang, salah satu fauna yang dilindungi yang terdapat di daerah
Kalimantan, sebagai berikut:

Gambar 4. Burung Enggang

a. Penciptaan Karya Dua Dimensi


1) Ilustrasi Gambar Fauna Burung Enggang

18
Gambar 5. Ilustrasi Burung Enggang

Proses pembelajaran penciptaan karya Ilustrasi Burung Enggang


sebagai berikut:
Mengamati
(1). Peserta didik memperhatikan presentasi guru melalui media audio
visual tentang definisi, konsep, berbagai jenis fauna, dan proses
menggambar fauna
(2). Mengamati guru memberi contoh menggambar fauna untuk
mengidentifikasi permasalahan dalam menggambar objek tersebut
(3). Peserta didik mencari wawasan menggambar fauna melalui media
cetak (buku, majalah, brosur, dsb.) dan internet.

Menanyakan
(1). Peserta didik saling bertanya tentang hasil pengamatan menggambar
fauna
(2). Peserta didik saling bertanya tentang konsep menggambar fauna yang
ada dan berkembang
(3). Peserta didik saling bertanya tentang langkah-langkah menggambar
fauna

19
(4). Peserta didik saling menanya tentang kesesuaian bahan dan alat yang
telah mereka bawa dengan hasil sketsa dan rancangan yang telah
mereka buat.
(5). Peserta didik saling menanya tentang ide/gagasan objek fauna yang
akan mereka buat
(6). Merumuskan masalah pokok bagaimana menerapkan prosedur dan
teknik menggambar objek fauna tersebut

Mengeksplorasi
(1). Peserta didik dibagi dalam kelompok untuk mengumpulkan informasi
tentang bahan, media, jenis, simbol, dan estetika dalam konsep
menggambar fauna
(2). Mengumpulkan data tentang karakteristik objek, perspektif, komposisi,
prosedur, dan teknik menggambar objek fauna, dengan membaca buku
dan menyaksikan video
(3). Masing-masing kelompok berdiskusi tentang bahan, media, jenis,
simbol, estetika, karakteristik objek, perspektif, komposisi, prosedur,
dan teknik menggambar fauna
(4). Peserta didik secara individu bereksperimen dengan beragam media
dan teknik dalam menggambar fauna
(5). Masing-masing peserta didik membuat sketsa menggambar fauna pada
kertas gambar A3
(6). Menganalisis karakteristik objek yang digambar, perspektif,
komposisi, prosedur, dan teknik untuk mewujudkan gagasan
menggambar objek fauna
(7). Mewujudkan gagasannya menggambar objek fauna tersebut dengan
menggunakan alat dan bahan yang dipilih
(8). Guru menilai proses dan sikap peserta didik dalam menggambar fauna
(9). Guru menilai sikap peserta didik dalam kerja kelompok dan
membimbing diskusi mereka.

Mengasosiasi
20
(1). Peserta didik membandingkan karya sendiri dengan data-data yang
diperoleh dengan kegiatan berkarya, tentang bahan, media, jenis,
simbol, teknik, dan estetika yang terkandung di dalamnya
(2). Dalam kelompoknya masing-masing, peserta didik saling berdiskusi
tentang bahan, media, jenis, simbol, teknik, dan estetika menggambar
fauna yang sudah mereka buat.
(3). Masing-masing kelompok menyusun laporan hasil diskusi mereka
(4). Masing-masing kelompok menyiapkan materi untuk mempresentasi-
kan laporan hasil diskusi mereka

Mengkomunikasikan
(1). Masing-masing peserta didik dalam kelompoknya menyampaikan hasil
menggambar fauna dan data-data informasi yang diperoleh
(2). Menyusun data wawasan yang diperoleh, hasil menggambar fauna
masing-masing peserta didik, dan hasil diskusi kelompok dalam
laporan kelompok
(3). Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil menggambar fauna
dan diskusi mereka secara bergantian di depan kelas
(4). Guru mengamati, membimbing, menilai, dan merefleksikan aktivitas
peserta didik dalam kegiatan presentasi tersebut

2) Kreasi Batik Motif Burung Enggang pada Kertas dan Kain

Gambar 6. Motif Burung Enggang untuk Membatik

Proses pembelajaran penciptaan kreasi Batik Motif Burung Enggang


sebagai berikut:

21
Mengamati
(1). Karya Ragam Hias Nusantara Motif Burung Enggang pada kertas
diamati struktur, komposisi, dan bentuk
(2). Teknik finishing/mewarnai karya Ragam Hias Motif Burung Enggang
pada kertas diamati melalui media audio visual

Menanyakan
(1). Secara individu dan berkelompok mempertanyakan tentang struktur,
komposisi, dan bentuk karya Ragam Hias Nusantara Motif Burung
Enggang pada kertas
(2). Mempertanyakan teknik penggunaan alat dan penerapannya pada
teknik finishing/mewarnai gambar Ragam Hias Nusantara Motif
Burung Enggang pada kertas

Mengeksplorasi
(1). Bereksperimen dalam membuat komposisi bentuk Ragam Hias
Nusantara Motif Burung Enggang pada kertas A3
(2). Melakukan finishing pewarnaan gambar dengan komposisi warna
yang harmonis
(3). Bereksperimen menemukan teknik penggunaan alat untuk finishing
gambar melalui pemberian kontur pada objek gambar (outliner)

Mengasosiasi
(1). Menentukan bentuk dan komposisi yang tepat untuk menggambar
Ragam Hias Nusantara Motif Burung Enggang pada kertas
(2). Menentukan teknik dan alat yang tepat untuk finishing gambar
Ragam Hias Nusantara Motif Burung Enggang pada kertas
(3). Menentukan komposisi warna yang tepat untuk menggambar Ragam
Hias Nusantara Motif Burung Enggang pada kertas

Mengkomunikasikan

22
(1). Membuat gambar Ragam Hias Nusantara Motif Burung Enggang pada
kertas sesuai dengan kreasi masing-masing
(2). Mewarnai/finishing gambar Ragam Hias Nusantara Motif Burung
Enggang pada kertas sesuai dengan kreasi masing-masing

Contoh Kreasi Teknik Celup Ikat (Karya Dua Dimensi)


1. Teknik Ikat Celup Satu Warna
Langkah-langkah pembuatan Teknik Celup Ikat satu warna, teknik
ikat/jumputan dengan media kelerang dan karet gelang, sebagai berikut:
a. Siapkan kain dan kelerang serta karet gelang. Kemudian kelerang diikatkan
pada kain dengan menggunakan karet gelang.
b. Setelah keseluruhan kain diikat maka kain telah siap untuk diwarnai, proses
pewarnaan sama dengan teknik batik dengan menggunakan malam. Untuk
mewarnai langkah pertama yang dilakukan yaitu celupkan kain tersebut pada
larutan TRO, bolak-balik selama 3 menit lalu tiriskan.
c. Kemudian larutkan dalam larutan Napthol dan bolak-balik selama beberapa
menit, lalu tiriskan.
d. Setelah kain tersebut atus lalu celupkan dalam larutan Garam Diazo dan warna
akan segera muncul ketika dicelupkan di larutan Garam Diazo.
e. Lakukan pencelupan bolak-balik agar warna merata di bagian kain.
f. Setelah warna merata tiriskan sampai kering.
g. Setelah kering lepaskan ikatan karet gelang tersebut dan ambillah
kelerangnya.
Pembukaan ikatan dan jelujur ini dilakukan dengan hati-hati agar tidak
merusak kain. Hasilnya akan segera terlihat, bagian yang terikat akan tetap
berwarna putih atau warna kain sebelumnya. Selanjutnya cuci dengan air sampai
bersih, dan keringkan dengan dijemur di tempat teduh.

2. Teknik Ikat Celup Dua Warna


Langkah-langkah pembuatan teknik ikat celup dua warna, teknik
ikat/jumputan dengan media tali raffia dan malam/plastik, sebagai berikut :

23
a. Ikatlah kain dengan cara dijumput/ambil sedikit bagian kain tersebut lalu
diikat dengan menggunakan tali rafia.
b. Kemudian celup ujung kain yang diikat ke dalam pewarna napthol, missal
warna kuning. Tunggu sampai kering, setelah kering lalu celup ujung kain
yang telah diwarna tersebut ke dalam malam, atau ditutup dengan plastik.
c. Kemudian tunggu sampai agak kering.
d. Untuk warna kedua, misal warna ungu. Celupkan terlebih dahulu kain tersebut
pada larutan TRO. Bolak-baliklah selama 3 menit lalu tiriskan.
e. Setelah kain lembab agak kering, celupkan kain tersebut ke dalam larutan
Napthol, lalu bolak-balik selama beberapa menit, kemudian tiriskan di
gawangan.
f. Setelah itu masukkan ke dalam larutan Garam Diazo, missal : Violet B, lalu
rendam dan bolak-balik kain tersebut selama beberapa menit.
g. Setelah dicelupkan ke dalam pewarna dan mendapatkan warna yang sesuai,
atuskanlah kain dan tunggu sampai kering.
h. Setelah kering, tali dilepas, selanjutnya dilorod sampai malam benar-benar
bersih. Tahap ini diakhiri dengan pencucian dan pentirisan sampai kering.
b. Penciptaan Karya Tiga Dimensi
1) Patung Fauna Burung Enggang

24
Gambar 7. Patung Pada Perahu Jukung dan Maskot Kota Banjarmasin

Proses pembelajaran penciptaan Karya Patung Burung Enggang sebagai


berikut:

Mengamati
(1). Peserta didik memperhatikan presentasi guru tentang definisi, konsep,
berbagai jenis, dan proses pembuatan karya seni patung melalui
media audio visual
(2). Mengamati proses pembuatan karya seni patung burung enggang
melalui media audio visual dan model/contoh visual karya
(3). Peserta didik mencari wawasan tentang karya seni patung burung
enggang melalui media cetak (buku, majalah, brosur, dsb) dan
internet.

Menanyakan
(1). Bertanya berdasarkan hasil pengamatan konsep berbagai karya seni
patung burung enggang yang telah ada dan perkembangannya
(2). Bertanya tentang langkah-langkah membuat karya seni patung burung
enggang

Mengeksplorasi
(1). Peserta didik dibagi dalam kelompok untuk mengumpulkan informasi
tentang berbagai bahan, media, jenis, simbol, teknik, dan estetika
dalam konsep seni karya seni patung burung enggang
(2). Masing-masing kelompok berdiskusi tentang bahan, media, jenis,
simbol, teknik dan estetika karya seni patung burung enggang
(3). Secara individu bereksplorasi membuat seni patung burung berbagai
teknik dalam masing-masing kelompok.

25
(4). Guru menilai hasil karya peserta didik masing-masing, sikap dalam
kerja kelompok, dan membimbing diskusi mereka.

Mengasosiasi
(1). Membandingkan produk hasil karya masing-masing dengan data-data
yang diperoleh tentang bahan, media, jenis, simbol, teknik, dan
estetika yang terkandung dalam karya seni patung burung enggang
(2). Berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing tentang bahan, media,
jenis, simbol, teknik, dan estetika karya seni patung burung enggang.
(3). Masing-masing kelompok menyusun laporan hasil diskusi karya seni
patung burung enggang
(4). Masing-masing kelompok menyiapkan materi untuk mempresentasi-
kan laporan hasil diskusi mereka

Mengkomunikasikan
(1). Peserta didik dalam kelompok menyampaikan hasil evaluasi dan
simpulan informasi yang diperolehnya tentang seni patung burung
enggang
(2). Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka
secara bergantian di depan kelas
(3). Guru mengamati, membimbing, menilai, dan merefleksikan aktivitas
peserta didik dalam kegiatan presentasi tersebut.

2) Kreasi Limbah Sendok Plastik


Proses pembelajaran penciptaan kreasi Limbah Sendok Plastik, sebagai
berikut:

26
Gambar 8. Karya Limbah Sendok Plastik
(Sumber: blogspot.com/2014/10/tutorial-membuat-kerajinan lampu-hias)

Gambar 9. Langkah-langkah berkarya Limbah Sendok Plastik


(Sumber: blogspot.com/2014/04/kreasi-lampu-hias-sendok.plastic.html)
Mengamati
(1). Peserta didik memperhatikan presentasi guru tentang definisi, konsep,
berbagai jenis, dan proses pembuatan karya seni kria daur ulang
berbahan limbah melalui media audio visual
(2). Mengamati proses pembuatan karya seni kria daur ulang berbahan
limbah melalui media audio visual dan model/contoh visual karya

27
(3). Peserta didik mencari wawasan tentang karya seni kria daur ulang
berbahan limbah melalui media cetak (buku, majalah, brosur, dsb) dan
internet.

Menanyakan
(1). Bertanya berdasarkan hasil pengamatan konsep berbagai karya seni
kria daur ulang berbahan limbah yang telah ada dan perkembangannya
(2). Bertanya tentang langkah-langkah membuat produk lampion berbahan
limbah sendok plastik

Mengeksplorasi
(1). Peserta didik dibagi dalam kelompok untuk mengumpulkan informasi
tentang berbagai bahan, media, jenis, simbol, teknik, dan estetika
dalam konsep seni kria daur ulang berbahan limbah.
(2). Masing-masing kelompok berdiskusi tentang bahan, media, jenis,
simbol, teknik dan estetika karya seni kria daur ulang berbahan limbah
(3). Secara individu bereksplorasi membuat seni kria daur ulang berbahan
limbah sendok plastik berupa produk lampion dengan berbagai teknik
pembuatan seni kria daur ulang berbahan limbah sendok plastik dalam
masing-masing kelompok. Tentukanlah bentuk lampion sesuai
keinginan, dapat menggunakan sendok plastik bergagang (Gambar 9)
atau sendok plastik yang telah dipatahkan gagangnya (Gambar 8)
(4). Siapkan limbah botol plastik dan tempelkan sendok pada permukaan
botol. Ulangi dengan pola yang sama sampai ujung botol. Setelah itu
diberi warna sesuai rancangan, lalu memasangkan lampu dan kabel
serta gantungan pada lampion
(5). Guru menilai hasil karya peserta didik masing-masing, sikap dalam
kerja kelompok, dan membimbing diskusi mereka.

Mengasosiasi

28
(1). Membandingkan produk lampion hasil karya masing-masing berbahan
limbah sendok plastik dengan data-data yang diperoleh tentang bahan,
media, jenis, simbol, teknik, dan estetika yang terkandung dalam karya
seni kria daur ulang berbahan limbah
(2). Berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing tentang bahan, media,
jenis, simbol, teknik, dan estetika karya seni sendok plastik berupa
produk lampion
(3). Masing-masing kelompok menyusun laporan hasil diskusi karya seni
sendok plastik berupa produk lampion
(4). Masing-masing kelompok menyiapkan materi untuk mempresentasi-
kan laporan hasil diskusi mereka

Mengkomunikasikan
(1). Peserta didik dalam kelompok menyampaikan hasil evaluasi dan
simpulan informasi yang diperolehnya tentang seni sendok plastik
berupa produk lampion
(2). Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka
secara bergantian di depan kelas
(3). Guru mengamati, membimbing, menilai, dan merefleksikan aktivitas
peserta didik dalam kegiatan presentasi tersebut

3. Penyusunan Rancangan Dan Pelaksanaan Pameran Seni Rupa

a. Kegunaan, Jenis dan Manfaat Pameran Seni Rupa di Kelas atau di


Sekolah
Aktivitas seni tidak hanya terbatas pada proses penciptaan karya seni,
tetapi bisa berlanjut ke aktivitas pembelajaran seni lainnya, dan salah satu dari
aktivitas lain itu adalah melakukan kegiatan pameran karya seni rupa sebagai
keseluruhan rangkaian pembelajaran Seni Rupa yang terintegrasi.
1) Kegunaan Pameran
Pameran merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam bidang
kesenirupaan, karena kegiatan pameran baik sekali kegunaannya baik bagi
29
peserta didik, seniman, pengamat seni rupa, maupun bagi perkembangan seni
rupa pada umumnya.
Melalui pameran, seorang peserta didik bisa memperkenalkan karya-
karyanya kepada masyarakat baik di lingkungan sekolah ataupun masyarakat
umum untuk dilihat, dinilai, dikagumi, atau dikritik serta diapresiasi,

2) Jenis-Jenis Pameran
Pameran karya seni rupa berdasarkan pada ragam jenis karya yang
ditampilkan, dibedakan menjadi dua, yaitu pameran karya sejenis dan
pameran campuran.
Pameran karya sejenis, artinya pameran yang hanya menampilkan satu
jenis karya seni rupa saja, misalnya pameran lukisan, pameran patung,
pameran keramik dan lain sebagainya.
Pameran karya campuran, artinya pameran yang sekaligus menampilkan
berbagai jenis karya seni rupa, misalnya pameran seni kriya, pameran lukisan,
pameran patung, pameran keramik dan karya seni rupa lainnya dilakukan
dalam satu ruang pameran dan dilakukan dalam waktu bersamaan.
Pameran seni rupa yang diselenggarakan dalam kaitannya dengan
pendidikan seni rupa di sekolah, biasanya merupakan pameran karya
campuran karena menampilkan jenis karya seni rupa yang beragam mulai dari
lukisan, patung, ukiran, keramik, karya kerajinan, dan karya seni rupa lainnya.
Pameran berdasarkan pada jumlah seniman yang tampil, pameran dapat
dibedakan ke dalam:
(1). Pameran perorangan atau pameran tunggal
(2). Pameran kelompok, baik kelompok seniman dalam satu sanggar atau satu
almamater, kelompok seniman dalam satu aliran dan kelompok lainnya.
3) Manfaat Pameran Seni Rupa Di Lingkungan Sekolah
(1). Meningkatkan kemampuan berkarya

30
Dengan adanya pameran, karya-karya para peserta didik akan dilihat oleh
masyarakat sehingga para peserta didik dituntut untuk menghasilkan karyanya
yang terbaik. Di sini akan terjadi persaingan yang sehat dan terarah, dan hal
ini menjadi pendorong bagi peserta didik untuk meningkatkan kemampuannya
dalam berkarya.

(2). Dapat melakukan penilaian / evaluasi


Pameran merupakan kesempatan bagi guru untuk melihat sejauh mana
kemajuan yang dicapai oleh peserta didiknya. Pameran dapat dikatakan
menjadi sarana untuk melakukan penilaian atau evaluasi terhadap kemajuan
dan perkembangan yang terjadi pada diri peserta didik. Sehingga penilaian
atau evaluasi ini dapat dimasukan dalam perhitungan nilai rapor.
Penilaian juga dilakukan oleh pihak luar sekolah seperti orang tua peserta
didik atau masyarakat umum yang mengunjungi pameran tersebut. Dari kesan-
pesan yang mereka sampaikan tentunya dapat memberi gambaran sampai
sejauh mana keberhasilan pendidikan seni rupa di sekolah tersebut.

(3). Sebagai sarana apresiasi dan hiburan


Di samping sebagai sarana untuk melakukan penilaian atau evaluasi,
kegiatan pameran dapat dijadikan sebagai sarana apresiasi. Apresiasi di sini
dapat diartikan sebagai penikmatan, pengamatan, penghargaan, atau bisa juga
penilaian terhadap karya-karya yang ditampilkan.
Penilaian yang dimaksud bukan menilai dengan angka, melainkan suatu
proses pencarian nilai-nilai seni, pemahaman isi dan pesan dari karya seni, dan
melakukan juga perbandingan-perbandingan terhadap karya seni sehingga
nantinya akan didapat sebuah penilaian yang utuh dan komprehensif.
Dalam arti yang luas, kegiatan pameran dapat juga diartikan sebagai
sarana untuk mendapatkan hiburan. Di sini masyarakat dapat merasakan
kesenangan atau empati, merasakan suka duka seperti layaknya menonton film
atau menyaksikan pertunjukkan musik dan seni lainnya.
(4). Melatih peserta didik untuk bermasyarakat

31
Melaksanakan kegiatan pameran bukanlah kerja perorangan, melainkan
kerja kelompok yang melibatkan banyak orang. Jadi, dengan mengadakan
pameran seni rupa di sekolah, mendidik para peserta didik untuk
bermasyarakat. Di sini para peserta didik dapat bekerja sama satu sama lain,
melatih untuk menghargai pendapat orang lain, dan dapat pula memberi
pendpat terhadap tim kerjanya.

b. Syarat-syarat Penyelenggaraan Pameran Seni Rupa di Kelas atau di


Sekolah
Untuk dapat menyelenggarakan pameran karya seni rupa di lingkungan
sekolah, ada beberapa hal yang harus dikerjakan, yaitu:
1) Mengumpulkan karya yang akan dipamerkan
2) Menyiapkan penjaga pameran
3) Menyiapkan ruang atau tempat dan perlengkapan pameran
4) Menyediakan katalog dari karya seni rupa yang dipamerkan
5) Menata karya-karya yang akan dipamerkan
6) Menyiapkan publikasi dan dokumentasi pameran

4. Evaluasi Pembelajaran Kreasi Seni Rupa

Penilaian Unjuk Kerja

a. Pengertian
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan aktivitas praktik. Penilaian ini
cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta
didik melakukan tugas tertentu seperti: praktik kerja di studio lukis, presentasi,
diskusi, simulasi. Cara penilaian ini lebih fokus menilai proses berkarya yang
nyata daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan
kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Tentu saja jenis penilaian tertulis
dibutuhkan juga dalam menilai pengetahuan, pemahaman terkait segi konseptual.

32
Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
1) Langkah-langkah kerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
2) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja
tersebut.
3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
4) Kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat
diamati.
5) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan
diamati.

b. Teknik Penilaian Unjuk Kerja


Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk
menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai kemampuan
proses berkarya peserta didik, misalnya dilakukan pengamatan atau observasi
terhadap kemampuan yang beragam, seperti: diskusi dalam kelompok kecil,
aktivitas eksplorasi dan eksperimen kreatif, atau melakukan wawancara. Dengan
demikian, gambaran kemampuan peserta didik lebih utuh.
Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau
instrumen berikut:
1) Daftar Cek (Check-list)
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek
(baik-tidak baik). Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat
nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai.
Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan
cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-
salah, dapat diamati-tidak dapat diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian
tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan

33
untuk mengamati subjek dalam jumlah besar yang sedang melakukan suatu
aktivitas.
Tabel 1. Contoh Penilaian Proses Pembuatan Ikat Celup
(Menggunakan Tanda Cek (√))
Nama peserta didik: ________ Kelas: _____
No. Aspek Yang Dinilai Baik Tidak baik
1. Teknik pembuatan variasi ikatan √
2. Teknik pembuatan jelujur √
3. Teknik pengolahan perwarna batik √
4. Teknik pencelupan kain pada pewarna √
Skor yang dicapai
Skor maksimum
Keterangan:: Baik mendapat skor 1; Tidak baik mendapat skor 0

2) Skala Penilaian (Rating Scale)


Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian
memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan
kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan
kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna
sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten, 2 = cukup kompeten,
3 = kompeten dan 4 = sangat kompeten. Untuk memperkecil faktor
subjektivitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih dari satu orang, agar hasil
penilaian lebih akurat.
Tabel 2. Contoh Penilaian Proses Pembuatan Ikat Celup
(Menggunakan Skala Penilaian/rating scales)
Nama peserta didik: ________ Kelas: _____
No. Aspek Yang Dinilai Skor
1 2 3 4
1. Teknik pembuatan variasi ikatan √
2. Teknik pembuatan jelujur ikat √
3. Teknik pengolahan pewarna batik √
4. Teknik pencelupan √
Jumlah 12
Skor Maksimum 16
Keterangan penilaian:
1 = tidak kompeten
2 = cukup kompeten
3 = kompeten
4 = sangat kompeten 34
Kriteria penilaian dapat dilakukan sebagai berikut:
1). Jika seorang peserta didik memperoleh skor 14-16 dapat ditetapkan
sangat kompeten
2). Jika seorang peserta didik memperoleh skor 12-13 dapat ditetapkan
kompeten
3). Jika seorang peserta didik memperoleh skor 10-11 dapat ditetapkan
cukup kompeten
4). Jika seorang peserta didik memperoleh skor 8-9 dapat ditetapkan
tidak kompeten
Konversi Nilai = Jumlah perolehan skor X 100
Jumlah skor maksimum

Contoh perhitungan = 12 X 100 = 75 (terbaca: kompeten)


16
c). Tabel Modifikasi Brent G Wilson
Tabel 3. Penilaian Modifikasi Brent. G Wilson pada Kreasi Celup Ikat
Aspek Kemampuan yang Hasil Karya
diukur Kreativitas Keterampilan
Keharmonisan Penataan

Kualitas kekuatan dan


Keunikan dan variasi

Pembentukan Ikatan

kerapian ikatan tali


Penguasaan Teknik

Penguasaan Teknik
Keragaman Teknik

Pewarnaan
Celup Ikat
celup ikat

Jumlah
Estetik

Aspek Muatan
Pembelajaran
1. Subject matter
a. Tema/Judul √ - - - - - 1
b. Objek Celup Ikat - √ √ √ √ √ 5
2. Struktur Visual
(Elemen/Unsur Rupa)

35
a. Warna - √ - - - - 1
b. Bentuk - - √ - √ - 2
c. Tekstur - √ √ √ - - 3
d. Gelap Terang - - - - - √ 1
3. Komposisi (Prinsip
Rupa)
a. Kesatuan - √ - - √ √ 3
b. Irama - √ - - √ √ 3
c. Keseimbangan - √ - - √ - 2
d. Keselarasan - √ - - √ - 2
e. Point of Interest - √ - - √ - 2
f. Keharmonisan - √ - - √ - 2
4. Alat, Bahan, dan
Teknik
a. Alat - - √ - √ √ 3
b. Bahan - - - √ √ √ 3
c. Teknik Ikatan - √ √ √ √ √ 5
d. Teknik Pewarnaan √ √ √ √ √ √ 6
Jumlah Penilaian Per- 2 11 6 5 12 8 44
Indikator
Penilaian Per-Aspek 13 31 44
Penilaian Per-Aspek 30% 70% 100%
Dalam Persentase
Jumlah Total Butir 100% 100%
Penilaian

D. Penutup
1. Rangkuman
Karya seni rupa memiliki bentuk dan fungsi yang beraneka ragam.
Berdasarkan dimensinya kita mengenal karya seni rupa dua dan tiga
dimensi. Karya dua dimensi terwujd dari beraneka ragam bahan dan
medium. Karakter unik dari masing-masing bahan dan medium ini
membutuhkan berbagai alat dan teknik pengolahan serta penggarapan
untuk mewujudkan karya seni rupa tersebut. Bahan dan medium yang

36
digunakan untuk berkarya seni rupa dua dimensi dapat berupa bahan alami
atau bahan sintesis.
Keindahan karya seni rupa tanpak secara visual dari bentuk dan
objek pada karya seni rupa tersebut. Unsur-unsur rupa (unsur fisik)
disusun menggunakan prinsip-prinsip penataan (unsur non fisik)
membentuk komposisi objek gambar atau lukisan yang unik dan menarik.
Objek pada karya seni rupa dua dimensi dapat berwujud abstrak
atau menyerupai kenyataan yang ada di sekitar kita. Makhluk hidup dan
benda mati dapat digunakan sebagai model ojek karya seni rupa dua
dimensi akan berwujud karya seni rupa dua dimensi yang unik dan
menarik. Untuk terampil berkarya seni rupa tidak hanya ditentukan oleh
bakat, tetapi terutama oleh latihan dan kesungguhan dalam berkarya.
Karya tiga dimensi terwujud dari berbagai bahan dan medium yang
beraneka ragam. Karakter unik dari masing-masing bahan dan medium ini
membutuhkan berbagai alat dan teknik pengolahan serta penggarapan
untuk mewujudkan karya seni rupa tersebut. Bahan dan medium yang
digunakan untuk berkarya seni rupa tiga dimensi dapat berupa bahan alami
atau bahan sintesis. Karya seni rupa tiga dimensi ada berfungsi sebagai
benda pakai yang biasa disebut karya seni rupa terapan (applied art) dan
ada yang dibuat dengan tujuan ekspresi semata yang biasa disebut seni
murni (pure art).
Nilai estetis karya seni rupa tiga dimensi tampak secara visual dari
wujud karya seni rupa tersebut. Unsur-unsur rupa (unsur fisik) disusun
menggunakan prinsip-prinsip penataan (unsur non fisik) membentuk
komposisi wujud karya yang unik dan menarik. Nilai estetis karya seni
bersifat objektif dan subjektif. Nilai objektif terdapat pada karya seni rupa
itu sendiri sedangkan nilai subjektif berada pada penikmatnya.
Karya seni rupa ada yang memiliki makna simbolik. Unsur-unsur
rupa terdapat pada karya seni rupa tiga dimensi dapat menunjukkan atau
menjadi symbol dari sesuatu.

37
Berkarya seni rupa tiga dimensi dimulsi dengan mencari ide
gagasan atau model karya yang akan dibuat. Kegiatan ini dapat diawali
dengan membuat rancangan berupa sketsa, dilanjutkan dengan memilih
medium, bahan atau teknik yang akan digunakan. Alas an-alasan
pemilihan gagasan, model hingga teknik berkarya dapat disebut sebagai
konsep berkarya seni rupa.

2. Tes Formatif

SOAL-SOAL:
1. Amati penyataan berikut ini !
1. Menentukan tehnik berkarya
2. Menyempurnakan lukisan
3. Memunculkan Gagasan
4. Mewarnai Lukisan
5. Membuat sketsa

Urutan prosedur berkarya seni lukis yang benar adalah …


A. 1-2-3-4-5
B. 2-1-3-4-5
C. 3-5-1-4-2
D. 3-1-4-5-2
E. 1-3-2-5-4

2. Perhatikan syarat-syarat berkarya Seni Rupa berikut:


1. bahan mahal dan bagus 6. siapkan model
2. cerita orisinil 7. anonim
3. karakter tokoh yang kuat 8. cantumkan semua nama
yang terlibat
4. satu set wood carving 9. mencamtumkan segmen
pasar

38
5. tidak mengandung hal-hal vulgar

Syarat-syarat pembuatan komik adalah ... .


A. 1, 3, 5, 8
B. 1, 4, 7, 9
C. 2, 3, 8, 9
D. 2, 3, 5, 8
E. 1, 2, 3, 6, 7

3. Menerapkan ragam hias pada bahan tekstil (kaos) meliputi beberapa


tahapan berikut:
1. Gunakan kayu triplek atau katon tebal sebagai alas kaos dan
letakkan di dalamnya agar tidak tembus ke belakang
2. Berilah warna pada ragam hias
3. Keringkan hasil gambar pada sinar matahari atau gunakan
pengering rambut (hair dryer)
4. Buatlah sketsa ragam hias yang sudah dipilih

Tahapan yang benar adalah …


A. 1-2-3-4
B. 2-3-4-1
C. 4-1-2-3
D. 3-4-1-2
E. 4-2-3-1

4. Warna merupakan salah satu unsur atau elemen dalam karya Seni Rupa.
Secara umum warna dapat digolongkan menjadi 3 kelompok utama, yaitu:
a. Warna primer, violet, dan hijau
b. Warna primer, sekunder, dan tersier
c. Warna primer, hitam, dan putih
d. Warna sekunder, merah,dan putih

39
e. Warna sekunder, hitam, dan putih

Tiga kelompok warna utama tersebut adalah:


A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
5. Motif Ragam Hias pada suatu karya Kria dapat diterapkan pada berbagai
bahan dan teknik antara lain:
a. Teknik pahat pada pada kain dan kertas
b. Teknik anyam pada rotan dan bambu
c. Teknik pahat pada kayu dan kulit
d. Teknik cetak pada kain dan kertas

Bahan dan teknik yang sesuai untuk penerapan motif pada karya kria:
A. 2,3,4
B. 3,4,1
C. 1,2,3
D. 1,3,4
E. 3,1,4

6. Teknik ikat/jumputan dengan media kelerang dan karet gelang, sebagai


berikut:
1. Siapkan kain dan kelerang serta karet gelang.
2. Kelerang diikatkan pada kain dengan menggunakan karet gelang.
3. Keseluruhan kain diikat, maka kain telah siap untuk proses
pewarnaan
4. Setelah warna merata tiriskan sampai kering

40
5. Setelah kering lepaskan ikatan karet gelang tersebut dan ambillah
kelerangnya.

Langkah-langkah pembuatan Teknik Celup Ikat satu warna, adalah:


A. 2, 3, 5
B. 1, 3, 4
C. 1, 5, 2
D. 2, 5, 1
E. 5, 4, 3

7. Proses pewarnaan Teknik Celup Ikat sama dengan teknik batik


menggunakan malam. Urutan mewarnai sebagai berikut:
1. larutkan dalam larutan Napthol dan bolak-balik selama beberapa menit
2. pencelupan bolak-balik pada larutan Garam Diazo.
3. celupkan kain pada larutan TRO, bolak-balik 3 menit lalu tiriskan.
4. tiris kain sampai atus lalu celupkan dalam larutan Garam Diazo
5. Setelah kering lepaskan ikatan karet gelang tersebut

Proses pewarnaan yang benar adalah:


A. 3, 4, 5
B. 3, 1, 4
C. 1, 2, 3
D. 2, 4, 5
E. 1, 3, 2

8. Ada beberapa jenis pahat yang diperlukan dalam pembuatan seni kriya,
antara lain:
1. Pahat penguku dan kol untuk membuat bagian yang melingkar,
2. Pahat penguku dan kol untuk membuat bagian cekung,

41
3. Pahat penguku dan kol untuk membuat bagian cembung,
4. Pahat penguku dan kol untuk meratakan
5. Pahat penguku dan kol untuk meluruskan

Pernyataan yang benar sesuai dengan fungsinya adalah:


A. 1, 3, 4
B. 2, 4, 5
C. 1, 2, 3
D. 3, 4, 5
E. 2, 3, 5

9. Ada beberapa jenis pahat sesuai fungsinya:


1. Pahat penguku
2. Pahat kol
3. Pahat penyilat
4. Pahat pangot

Salah satu fungsi pahat untuk meratakan dan meluruskan, adalah:


A. 1, 2
B. 2, 3
C. 3, 4
D. 2, 4
E. 1, 3

10. Berdasarkan dimensinya kita mengenal karya seni rupa dua dan tiga
dimensi. Karya dua dan tiga dimensi terwujud dari beraneka ragam bahan
dan medium. Kesamaan antara karya dua dan tiga dimensi antara lain:
1. Karakter unik dari masing-masing bahan dan medium
2. Dibutuhkan berbagai alat dan teknik pengolahan serta penggarapan
untuk mewujudkan karya seni rupa tersebut.

42
3. Bahan dan medium yang digunakan untuk berkarya seni rupa dua
dimensi hanya berupa bahan alami.
4. Bahan dan medium yang digunakan untuk berkarya seni rupa tiga
dimensi berupa bahan alami dan sintetis

5. Karya seni rupa tiga dimensi hanya berfungsi sebagai benda pakai
yang biasa disebut karya seni rupa terapan (applied art).
Pernyataan yang tepat adalah:
A. 3, 4
B. 5, 1
C. 3, 1
D. 1, 2
E. 3, 5

43
DAFTAR PUSTAKA

_____ Balitbang Kerajinan dan Batik. 2000. Katalog Batik Indonesia.


Yogyakarta

Anas, Biranul. 1995. “Indonesia Indah, Kain-kain Non Tenun Indonesia”,


Jakarta: Yayasan Harapan Kita – BP3 Taman Mini Indonesia Indah.

Astuti Handayani, Prima dan Ivon Maulana. 2013. Pewarna Alami Batik Dari
Kulit Industri Batik. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.

Kerlogue, Fiona. 2004. The Book of Batik. Singapore: Archipelago Press.


Lingkungan Di Kepulauan Seribu. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Noor Fitrihana. 2007. Proses Batik. http:/batikyogya.wordpress.com/tag/


teknologi-batik/

Sachari, Agus, 2004, Seni Rupa Dan Desain : membangun kreativitas dan
kompetensi”, Jakarta : Erlangga Penerbit.

Sanyoto, Sadjiman, Ebdi, 2005, “Dasar-dasar Tata Rupa dan Desain (Nirmana)
Yogyakarta: CV. Arti Bumi Intaran

Soga Tingi(Ceriops Tagal) Dengan Metode Ekstraksi. Universitas Negeri


Semarang : Semarang.

Suheryanto, Dwi. 2017. Natural Dyes – Ensiklopedia Zat Warna Alami Dari
Tumbuhan Untuk Industri Batik. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.

Wardhani, Cut Kamaril dan Ratna Panggabean, 2003, “TEKSTIL”, Buku Piloting
PSN, Jakarta : Penerbit Semi Nusantara (PSN)

Wong, Wucius, 1994, Prinsip of Two Dimensional Design”, New York: Van
Nostrand Reinhold

Wulandari, Ari. 2011. Batik Nusantara : Makna Filosofi, Cara Pembuatan dan
Zada Alsavero, Muhammad. 2016. Perancangan Motif Batik Tulis
Dengan Inspirasi

44

Anda mungkin juga menyukai