Email
Adjityo27@gmail.com
ABSTRAK
Pada Undang-Undang No. 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan pada Bab
V terdapat ketentuan mengenai Program Pengungkapan Sukarela Wajib Pajak. Dimana Wajib Pajak
dapat mengungkapkan harta bersih yang belum atau kurang diungkapkan dalam pernyataan sepanjang
direktur jenderal pajak belum menemukan data/atau informasi mengenai harta dimaksud. Terbitnya
aturan ini dilatar belakangi untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, Makmur dan Sejahtera
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban warga negara dan
penduduk Indonesia dan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian yang berkelanjutan dan
mendukung percepatan pemulihan perekonomian, diperlukan strategi konsolidasi fiskal yang berfokus
pada perbaikan defisit anggaran dan peningkatan rasio pajak yang antara lain dilakukan melalui
penerapan kebijakan peningkatan kinerja penerimaan pajak, reformasi administrasi perpajakan,
peningkatan basis perpajakan, penciptaan sistem perpajakan yang mengedepankan keadilan dan
kepastian hukum. Program Pengungkapan Sukarela (PPS) merupakan program yang memberikan
kesempatan kepada Wajib pajak yang belum melaporkan seluruh kewajiban perpajakannya untuk
dipenuhi secara sukarela melalui pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan pengungkapan
harta yang dimilikinya. Berlangsung dari 1 Januari 2022 sampai 30 juni 2022 Tata Cara Pelaksanaan
Program Pengungkapan Sukarela Wajib Pajak diatur dengan PMK No. 196/PMK.03/2021. Peraturan
tersebut memiliki tujuan untuk memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak mengungkapkan kewajiban
perpajakan yang belum dipenuhi secara sukarela melalui pembayaran pajak penghasilan berdasarkan
pengungkapan harta. PPS merupakan program pengungkapan yang sebelumnya pernah dilakukan pada
tahun tahun 2016 dengan nama Tax Amnesty. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi KPP
Pratama Jakarta Palmerah dalam menyukseskan program PPS serta tingkat efektivitas penerapan PPS
terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Jakarta Palmerah.
PPS disebut sebagai Tax Amnesty (TA) jilid (II), merupakan suatu program insentif
perpajakan dimana dilakukan pengampunan pajak bagi Wajib Pajak baik Orang Pribadi maupun
badan. Terdapat beberapa kondisi yang menjadi latar belakang dilakukannya PPS yaitu :
Yang dirasakan terlalu tinggi ditambah sanksi 200% yang merupakan ketentuan pasal
18 ayat (3) Undang-undang No. 11 Tahun 2016.
2. Masih terdapat Wajib Pajak Orang Pribadi yang belum mengungkapkan seluruh
penghasilan dalam SPT Tahunan 2016-2020.
3. Dengan adanya pertukaran data dari data otomatis Pertukaran data otomatis Automatic
Exchange of Information (AEOI) dan data terkait perpajakan dari sumber eksternal
yakni instansi-intansi, lembaga-lembaga, asosiasi- asosiasi, dan pihak lain (ILAP).
Sehingga Wajib Pajak Perlu diberikan kesempatan untuk secara sukarela memenuhi
kewajiban Perpajakannya.
Berdasarkan subjek yang mengikutinya, PPS dibagi menjadi 2 (dua) jenis kebijakan, yaitu:
1. Kebijakan I, untuk Wajib Pajak yang pada tahun 2016 telah mengikuti TA;
2. Kebijakan II, untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang belum pernah mengikuti TA.
Tiap kebijakan PPS memiliki tarif yang berbeda. Adapun tarif PPS untuk masing-masing
kebijakan yaitu:
1. Kebijakan I, 11% untuk deklarasi harta dari luar negeri; 8% untuk aset luar negeri repatriasi
serta aset dalam negeri; dan 6% untuk aset luar negeri repatriasi dan aset dalam negeri
dengan syarat diinvestasikan dalam surat berharga negara (SBN)/kegiatan usaha sektor
pengolahan sumber daya alam (hilirisasi)/sektor energi terbarukan di Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Nilai harta yang dijadikan dasar perhitungan adalah
nilai harta bersih per 31 Desember 2015;
2. Kebijakan II, 18% untuk deklarasi luar negeri; 14% atas aset luar negeri repatriasi dan aset
dalam negeri; dan 12% untuk aset luar negeri repatriasi dan aset dalam negeri dengan syarat
yang sama dengan kebijakan I. Nilai harta yang dijadikan dasar perhitungan adalah nilai
harta bersih per 31 Desember 2020.
Melalui pemberlakuan tarif tersebut, Wajib Pajak diharapkan ikut berpartisipasi dalam
program PPS. Sepanjang periode PPS, DJP termasuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Jakarta Palmerah senatiasa melalukan penyuluhan dan sosialiasi aktif untuk meningkatkan
partisipasi Wajib Pajak. Semakin banyak Wajib Pajak yang berpartisipasi dalam program PPS
semakin terbantu pula KPP Pratama dalam mencapai efektivitas penerimaan pajak. Efektivitas
penerimaan pajak ialah kemampuan kantor pajak dalam memenuhi target penerimaan pajak
berdasarkan realisasi penerimaan pajak. Artinya seberapa jauh kantor pajak dapat mencapai
target penerimaan pajak (Ellya Florentin, 2012).
Target penerimaan pajak KPP Pratama Jakarta Palmerah pada tahun 2022 adalah sebesar
Rp. 727,561,713,000 merupakan KPP dibawah naungan Kanwil DJP Jakarta Barat. Dalam
mencapai target yang dibebankan ke KPP Pratama Jakarta Palmerah dilakukan beragam upaya
salah satunya dengan optimalisasi kegiatan PPS yang merupakan insentif bagi Wajib Pajak
untuk melakukan pengungkapannya. Penerimaan dari PPS diharapkan dapat berkontribusi
terhadap penerimaan KPP Pratama Jakarta Palmerah tahun 2022. Melalui karya ilmiah ini,
peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas penerapan program PPS terhadap penerimaan KPP
Pratama Jakarta Palmerah.
Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis rasio dengan rumusan sebagai
berikut:
1. Efektivitas Penerimaan Program PPS
Realisasi Penerimaan Program Pengungkapan Sukarela
Efektivitas = ----------------------------------------------------------------------------------- x 100%
Target Penerimaan Program Pengungkapan Sukarela
A. Strategi KPP Pratama Jakarta Palmerah dalam mendukung kesuksesan Program PPS
Dari hasil penelitian yang dilakukan di KPP Pratama Jakarta Palmerah, diperoleh
informasi bahwa KPP Pratama Jakarta Palmerah menjadikan program unggulan yang
dapat membantu mencapai target penerimaan. Dalam rangka mendukung kesuksesan
program PPS, KPP Pratama Jakarta Palmerah membentuk satuan tugas khusus yang
bertujuan untuk memberikan pelayanan dan informasi terkait pemenuhan kewajiban dan
hak dari program PPS kepada Wajib pajak secara tatap muka di KPP Pratama Jakarta
Palmerah.
Satuan tugas tersebut melakukan berbagai upaya dan strategi, antara lain :
2. Menyediakan Aplikasi Kunjung Pajak untuk mengatur antrean pengguna layanan dan
konsultasi PPS.
3. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan terkait manfaat progtam PPS dan Resiko dari
ketidakikutsertaan pada program PPS dengan membuka stand khusus di pusat
perbelanjaan dan tempat umum lainnya.
5. Melakukan sosialisasi melalui media social, agar wajib pajak mudah menjangkau
informasi.
B. Efektivitass Program PPS terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama Jakarta Palmerah
Berdasarkan hasil perhitungan analisis rasio efektivitas tersebut. Wajib pajak yang
mengikuti PPS lebih banyak dari kebijakan II, sebesar 895 atau 71% dari total peserta PPS.
Efektivitas penerimaan program PPS kebijakan I adalah sebesar 87.02% dan efektivitas
penerimaan program PPS kebijakan II adalah sebesar 80.72%. Wajib Pajak yang mengikuti PPS
di KPP Pratama Jakarta Palmerah memiliki persentase realisasi diatas 167.74%, dari target yang
diberikan sebesar Rp. 132,765,647,000, realisasi yang terjadi cukup besar yaitu Rp.
222,696,947,502. Hal ini berarti efektivitas penerimaan program PPS dapat dikategorikan
dalam kategori “sangat efektif” sesuai dengan indikator pada table 1. Pengelompokan yang
diperoleh dari Depdagri, dimana untuk besaran diatas 100% termasuk kedalam kategori “sangat
efektif”.
Penerimaan PPS di KPP Pratama Jakarta Palmerah menunjukan bahwa Wajib Pajak
menyadari manfaat dari program PPS. Pencapaian yang sangat efektif ini tentunya juga tidak
terlepas dari satgas KPP Pratama Jakarta Palmerah yang telah berperan aktif dalam mencapai
tujuannya mencapai target penerimaan PPS yang diberikan dan mengedukasi Wajib Pajak.
Strategi yang diterapkan tersebut dapat dikatakan berhasil dilihat dari penerimaan PPS di KPP
Pratama Jakarta Palmerah.
Dilakukan analisis besarnya pengaruh penerimaan PPS terhadap total penerimaan KPP
Pratama Jakarta Palmerah tahun 2022. Data yang digunakan dalam menganalisis efektivitas
penerimaan program PPS terhadap total penerimaan pajak di KPP Pratama Jakarta Palmerah
adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Target, Realisasi serta Persentase Efektivitas Penerimaan Program PPS dibandingkan
total penerimaan pajak tahun 2022 di KPP Pratama Jakarta Palmerah.
1. Pembentukan satuan tugas untuk mesukseskan program PPS terbukti berhasil dengan
strategi yang telah dilaksanakan.
2. Tingkat efektivitas penerimaan PPS pada KPP Pratama Jakarta Palmerah termasuk dalam
kategori “sangat efektif” dengan capaian 167,74% dari target yang diberikan. Capaian
tersebut didapat dari 1.245 wajib pajak dari 115,231 wajib pajak yang terdaftar di KPP
Pratama Jakarta Palmerah.
3. Penerimaan dari PPS berkontribusi sebesar 30,54% dari target penerimaan tahun 2022
KPP Pratama Jakarta Palmerah, hal ini dapat disimpulkan bahwa program PPS tidak
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan KPP Pratama Jakarta Palmerah.
1. Pembentukan satuan tugas untuk mesukseskan suatu program perlu dilakukan dengan
strategi yang matang, terlepas dari program yang ditawarkan kepada Wajib Pajak, namun
sosialisasi dan penyuluhan kepada Wajib Pajak memegang peran krusial terhadap
kesusesan program tersebut.
2. Tingkat efektivitas penerimaan PPS pada KPP Pratama Jakarta Palmerah termasuk dalam
kategori “sangat efektif”. Namun perlu diketahui bahwa program PPS ini dilakukan
dengan dasar bahwa masih terdapat Wajib Pajak yang tidak melaporkan hartanya dengan
benar, oleh karena itu data yang sudah disampaikan terkait dengan PPS ini dapat
dimanfaatkan sebaik mungkin untuk semakin meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak
dalam memenuhi Kewajiban Perpajakannya.