Anda di halaman 1dari 9

Analisis Efektivitas Penerapan Program Pengungkapan Sukarela

Terhadap Penerimaan Pajak pada KPP Pratama Jakarta Palmerah

Wahyu Prasetyo Adji1)


Marliza Ade Fitri, S.E., M.M. 2)
1)
Mahasiswa Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka
2)
Tutor Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka

Email
Adjityo27@gmail.com

ABSTRAK
Pada Undang-Undang No. 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan pada Bab
V terdapat ketentuan mengenai Program Pengungkapan Sukarela Wajib Pajak. Dimana Wajib Pajak
dapat mengungkapkan harta bersih yang belum atau kurang diungkapkan dalam pernyataan sepanjang
direktur jenderal pajak belum menemukan data/atau informasi mengenai harta dimaksud. Terbitnya
aturan ini dilatar belakangi untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, Makmur dan Sejahtera
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban warga negara dan
penduduk Indonesia dan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian yang berkelanjutan dan
mendukung percepatan pemulihan perekonomian, diperlukan strategi konsolidasi fiskal yang berfokus
pada perbaikan defisit anggaran dan peningkatan rasio pajak yang antara lain dilakukan melalui
penerapan kebijakan peningkatan kinerja penerimaan pajak, reformasi administrasi perpajakan,
peningkatan basis perpajakan, penciptaan sistem perpajakan yang mengedepankan keadilan dan
kepastian hukum. Program Pengungkapan Sukarela (PPS) merupakan program yang memberikan
kesempatan kepada Wajib pajak yang belum melaporkan seluruh kewajiban perpajakannya untuk
dipenuhi secara sukarela melalui pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan pengungkapan
harta yang dimilikinya. Berlangsung dari 1 Januari 2022 sampai 30 juni 2022 Tata Cara Pelaksanaan
Program Pengungkapan Sukarela Wajib Pajak diatur dengan PMK No. 196/PMK.03/2021. Peraturan
tersebut memiliki tujuan untuk memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak mengungkapkan kewajiban
perpajakan yang belum dipenuhi secara sukarela melalui pembayaran pajak penghasilan berdasarkan
pengungkapan harta. PPS merupakan program pengungkapan yang sebelumnya pernah dilakukan pada
tahun tahun 2016 dengan nama Tax Amnesty. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi KPP
Pratama Jakarta Palmerah dalam menyukseskan program PPS serta tingkat efektivitas penerapan PPS
terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Jakarta Palmerah.

Kata Kunci: PPS, efektivitas, penerimaan pajak


Pendahuluan
Pada tahun 2021, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan salah satunya bertujuan
untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian yang berkelanjutan dan mendukung
percepatan pemulihan perekonomian, diperlukan strategi konsolidasi fiskal yang berfokus pada
perbaikan defisit anggaran dan peningkatan rasio pajak, yang antara lain dilakukan melalui
penerapan kebijakan peningkatan kinerja penerimaan pajak, reformasi administrasi perpajakan,
peningkatan basis perpajakan, penciptaan sistem perpajakan yang mengedepankan prinsip
keadilan dan kepastian hukum, serta peningkatan kepatuhan sukarela Wajib Pajak. Salah satu
kebijakan yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan ini adalah melalui program Pengungkapan
Pajak Sukarela (PPS) yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana diatur pada
Bab V undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

PPS disebut sebagai Tax Amnesty (TA) jilid (II), merupakan suatu program insentif
perpajakan dimana dilakukan pengampunan pajak bagi Wajib Pajak baik Orang Pribadi maupun
badan. Terdapat beberapa kondisi yang menjadi latar belakang dilakukannya PPS yaitu :

1. Masih terdapat peserta pengampunan pajak yang belum mendeklarasikan seluruh


asset pada saat Pengampunan Pajak dan apabila ditemukan oleh DJP akan dikenai
PPh Final sebagai mana Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2017 yaitu dengan
tarif :

a. Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar 30%

b. Wajib Pajak Badan sebesar 25%

c. Wajib Pajak tertentu sebesar 12,5%

Yang dirasakan terlalu tinggi ditambah sanksi 200% yang merupakan ketentuan pasal
18 ayat (3) Undang-undang No. 11 Tahun 2016.

2. Masih terdapat Wajib Pajak Orang Pribadi yang belum mengungkapkan seluruh
penghasilan dalam SPT Tahunan 2016-2020.
3. Dengan adanya pertukaran data dari data otomatis Pertukaran data otomatis Automatic
Exchange of Information (AEOI) dan data terkait perpajakan dari sumber eksternal
yakni instansi-intansi, lembaga-lembaga, asosiasi- asosiasi, dan pihak lain (ILAP).
Sehingga Wajib Pajak Perlu diberikan kesempatan untuk secara sukarela memenuhi
kewajiban Perpajakannya.
Berdasarkan subjek yang mengikutinya, PPS dibagi menjadi 2 (dua) jenis kebijakan, yaitu:
1. Kebijakan I, untuk Wajib Pajak yang pada tahun 2016 telah mengikuti TA;
2. Kebijakan II, untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang belum pernah mengikuti TA.
Tiap kebijakan PPS memiliki tarif yang berbeda. Adapun tarif PPS untuk masing-masing
kebijakan yaitu:
1. Kebijakan I, 11% untuk deklarasi harta dari luar negeri; 8% untuk aset luar negeri repatriasi
serta aset dalam negeri; dan 6% untuk aset luar negeri repatriasi dan aset dalam negeri
dengan syarat diinvestasikan dalam surat berharga negara (SBN)/kegiatan usaha sektor
pengolahan sumber daya alam (hilirisasi)/sektor energi terbarukan di Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Nilai harta yang dijadikan dasar perhitungan adalah
nilai harta bersih per 31 Desember 2015;
2. Kebijakan II, 18% untuk deklarasi luar negeri; 14% atas aset luar negeri repatriasi dan aset
dalam negeri; dan 12% untuk aset luar negeri repatriasi dan aset dalam negeri dengan syarat
yang sama dengan kebijakan I. Nilai harta yang dijadikan dasar perhitungan adalah nilai
harta bersih per 31 Desember 2020.
Melalui pemberlakuan tarif tersebut, Wajib Pajak diharapkan ikut berpartisipasi dalam
program PPS. Sepanjang periode PPS, DJP termasuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Jakarta Palmerah senatiasa melalukan penyuluhan dan sosialiasi aktif untuk meningkatkan
partisipasi Wajib Pajak. Semakin banyak Wajib Pajak yang berpartisipasi dalam program PPS
semakin terbantu pula KPP Pratama dalam mencapai efektivitas penerimaan pajak. Efektivitas
penerimaan pajak ialah kemampuan kantor pajak dalam memenuhi target penerimaan pajak
berdasarkan realisasi penerimaan pajak. Artinya seberapa jauh kantor pajak dapat mencapai
target penerimaan pajak (Ellya Florentin, 2012).
Target penerimaan pajak KPP Pratama Jakarta Palmerah pada tahun 2022 adalah sebesar
Rp. 727,561,713,000 merupakan KPP dibawah naungan Kanwil DJP Jakarta Barat. Dalam
mencapai target yang dibebankan ke KPP Pratama Jakarta Palmerah dilakukan beragam upaya
salah satunya dengan optimalisasi kegiatan PPS yang merupakan insentif bagi Wajib Pajak
untuk melakukan pengungkapannya. Penerimaan dari PPS diharapkan dapat berkontribusi
terhadap penerimaan KPP Pratama Jakarta Palmerah tahun 2022. Melalui karya ilmiah ini,
peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas penerapan program PPS terhadap penerimaan KPP
Pratama Jakarta Palmerah.
Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis rasio dengan rumusan sebagai
berikut:
1. Efektivitas Penerimaan Program PPS
Realisasi Penerimaan Program Pengungkapan Sukarela
Efektivitas = ----------------------------------------------------------------------------------- x 100%
Target Penerimaan Program Pengungkapan Sukarela

2. Efektivitas Penerimaan Program PPS terhadap Penerimaan Pajak


Realisasi Penerimaan Program Pengungkapan Sukarela
Efektivitas = ----------------------------------------------------------------------------------- x 100%
Target Penerimaan Pajak
METODE
Pendekatan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut
(Ritonga, 2017), analisis deskriptif adalah analisis yang menekan pada pembahasan data-data
dan subjek penelitian dengan menyajikan data-data secara sistematika dan menyimpulkan data
penelitian. Sedangkan penelitian deskriptif kuantitatif adalah suatu riset kuantitatif yang
berbentuk angka atau numerik (statisik). Penelitian deskriptif yaitu suatu penulisan yang
menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang objek yang diteliti menurut keadaan yang
sebenarnya (Hafsah & Loka, 2021). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui tingkat
efektivitas program PPS terhadap penerimaan KPP Pratama Jakarta Palmerah.
Pada penelitian ini penulis menggunakan data kuantitatif dari Bidang Data, Potensi dan
Pengawasan Perpajakan Kanwil DJP Jakarta Barat. Data kuantitatif yang dijadikan dasar adalah
data berbentuk angka seperti Realisasi PPS, Target Penerimaan PPS dan Jumlah Peserta Per
Kebijakan PPS di KPP Pratama Jakarta Palmerah. Analisis data yang digunakan adalah teknik
analisis rasio dengan rumus sebagai berikut:Peneliti mengukur keefektivan dengan
menggunakan indikator sesuai tabel berikut:
Tabel 1. Pengelompokan Efektivitas
Persentase Kategori
>100% Sangat Efektif
90-100% Efektif
80-90% Cukup Efektif
60-80% Kurang Efektif
<60% Tidak Efektif
Sumber: Depdagri, Kepmendagri No.690.900.327 (dalam valeyati, 2013)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Strategi KPP Pratama Jakarta Palmerah dalam mendukung kesuksesan Program PPS

Dari hasil penelitian yang dilakukan di KPP Pratama Jakarta Palmerah, diperoleh
informasi bahwa KPP Pratama Jakarta Palmerah menjadikan program unggulan yang
dapat membantu mencapai target penerimaan. Dalam rangka mendukung kesuksesan
program PPS, KPP Pratama Jakarta Palmerah membentuk satuan tugas khusus yang
bertujuan untuk memberikan pelayanan dan informasi terkait pemenuhan kewajiban dan
hak dari program PPS kepada Wajib pajak secara tatap muka di KPP Pratama Jakarta
Palmerah.

Satuan tugas tersebut melakukan berbagai upaya dan strategi, antara lain :

1. Menyediakan meja konsultasi (helpdesk) PPS di KPP Pratama Jakarta Palmerah,


untuk pelayanan tatap muka bagi Wajib Pajak yang membutuhkan informasi dan
konsultasi terkait program PPS.

2. Menyediakan Aplikasi Kunjung Pajak untuk mengatur antrean pengguna layanan dan
konsultasi PPS.

3. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan terkait manfaat progtam PPS dan Resiko dari
ketidakikutsertaan pada program PPS dengan membuka stand khusus di pusat
perbelanjaan dan tempat umum lainnya.

4. Mengadakan Workshop, seminar, serta webinar untuk memberikan pengetahuan


kepada wajib pajak terkait program PPS.

5. Melakukan sosialisasi melalui media social, agar wajib pajak mudah menjangkau
informasi.

B. Efektivitass Program PPS terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama Jakarta Palmerah

Penulis menggunakan rasio efektivitas dalam menghitung dan mengukur efektivitas


penerimaan program PPS di KPP Pratama Jakarta Palmerah. Rasio efektivitas merupakan
perbandingan antara realisasi penerimaan program PPS dengan target penerimaannya. Pada
tabel berikut disajikan target dan realisasi penerimaan Program PPS di KPP Pratama Jakarta
Palmerah.
Tabel 2. Target dan Realisasi Penerimaan Program PPS di KPP Pratama Jakarta Palmerah
Jenis Kebijakan Jumlah Realisasi Penerimaan Target Efektivitas Penerimaan
PPS WP PPS Penerimaan PPS program PPS
Kebijakan I 350 - 87.02%
115,534,858,347
Kebijakan II 895 - 80.72%
107,162,089,155
Total 1.245 167.74%
222,696,947,502 132,765,647,000
Peserta PPS di KPP Pratama Jakarta Palmerah sebanyak 1.245 Wajib Pajak dari total
Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Palmerah sebesar 115,231 Wajib Pajak baik
orang pribadi maupun badan. 350 Wajib Pajak mengikuti kebijakan I dan 895 Wajib Pajak
mengikuti kebijakan II. Nilai penerimaan dari kebijakan I PPS adalah sebesar Rp.
115,534,858,437 dan nilai penerimaan dari kebijakan II PPS adalah sebesar Rp.
107,162,089,155, sehingga total penerimaaan PPS dari KPP Pratama Jakarta Palmerah sebesar
Rp. 222,696,947,502.
Dilihat dari persentase efektivitas penerimaan program PPS, antara kebijakan I dan
kebijakan II memiliki efektivitas yang tidak jauh berbeda dikarenakan penerimaan dari
kebijakan I dan kebijakan II tidak jauh berbeda. Hal ini dapat terjadi karena tarif yang dikenakan
pada kebijakan I lebih kecil dibandingkan dengan tarif yang dikenakan pada kebijakan II.
Penerimaan PPS dari kebijakan I meski dengan persentase peserta yang lebih kecil dan tarif
yang lebih kecil, namun memiliki tingkat efektivitas penerimaan yang lebih besar dari kebijakan
II. Pada kebijakan I terdapat kebijakan dimana peserta tax amnesty (TA) yang sebelumnya pada
program TA, belum mengungkapkan seluruh hartanya, tidak akan dikenai sanksi pasa 18 ayat
(3) Undang-Undang Nomor 11 tahun 2016 tentang pengampunan pajak. Untuk peserta
kebijakan II, diikuti oleh lebih banyak Wajib Pajak hal ini dapat mengindikasikan bahwa setelah
program TA masih terdapat wajib pajak yang tidak melaporkan hartanya sesuai dengan
ketentuan undang-undang. Namun dengan adanya program PPS ini wajib pajak yang tidak
melaporkan harta sesuai dengan undang-undang mendapatkan kesempatan untuk melakukan
pengungkapan sukarela dengan tarif yang lebih rendah dibandingkan dengan tarif final
sebagaimana tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2017.
Analisis efektivitas Penerimaan Program PPS di KPP Pratama Jakarta Palmerah
sebagaimana disebutkan dalam Tabel 2 dihitung menggunakan teknik analisis rasio dengan
membandingkan jumlah realisasi penerimaan program PPS dengan target penerimaan program
PPS yang ditetapkan dengan perhitungan sebagai berikut:
Realisasi Penerimaan Program Pengungkapan Sukarela
Efektivitas = -------------------------------------------------------------------- x 100%
Target Penerimaan Program Pengungkapan Sukarela

1. Efektivitas Penerimaan Program PPS Kebijakan I


115,534,858,347
Efektivitas = ------------------------- x 100% = 87.02%
132,765,647,000

2. Efektivitas Penerimaan Program PPS Kebijakan II


107,162,089,155
Efektivitas = ------------------------- x 100% = 80.72%
132,765,647,000

3. Efektivitas Total Penerimaan program PPS


222,696,947,502
Efektivitas = ------------------------- x 100% = 167.74%
132,765,647,000

Berdasarkan hasil perhitungan analisis rasio efektivitas tersebut. Wajib pajak yang
mengikuti PPS lebih banyak dari kebijakan II, sebesar 895 atau 71% dari total peserta PPS.
Efektivitas penerimaan program PPS kebijakan I adalah sebesar 87.02% dan efektivitas
penerimaan program PPS kebijakan II adalah sebesar 80.72%. Wajib Pajak yang mengikuti PPS
di KPP Pratama Jakarta Palmerah memiliki persentase realisasi diatas 167.74%, dari target yang
diberikan sebesar Rp. 132,765,647,000, realisasi yang terjadi cukup besar yaitu Rp.
222,696,947,502. Hal ini berarti efektivitas penerimaan program PPS dapat dikategorikan
dalam kategori “sangat efektif” sesuai dengan indikator pada table 1. Pengelompokan yang
diperoleh dari Depdagri, dimana untuk besaran diatas 100% termasuk kedalam kategori “sangat
efektif”.
Penerimaan PPS di KPP Pratama Jakarta Palmerah menunjukan bahwa Wajib Pajak
menyadari manfaat dari program PPS. Pencapaian yang sangat efektif ini tentunya juga tidak
terlepas dari satgas KPP Pratama Jakarta Palmerah yang telah berperan aktif dalam mencapai
tujuannya mencapai target penerimaan PPS yang diberikan dan mengedukasi Wajib Pajak.
Strategi yang diterapkan tersebut dapat dikatakan berhasil dilihat dari penerimaan PPS di KPP
Pratama Jakarta Palmerah.
Dilakukan analisis besarnya pengaruh penerimaan PPS terhadap total penerimaan KPP
Pratama Jakarta Palmerah tahun 2022. Data yang digunakan dalam menganalisis efektivitas
penerimaan program PPS terhadap total penerimaan pajak di KPP Pratama Jakarta Palmerah
adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Target, Realisasi serta Persentase Efektivitas Penerimaan Program PPS dibandingkan
total penerimaan pajak tahun 2022 di KPP Pratama Jakarta Palmerah.

Realisasi Total Penerimaan Pajak Tahun 2022 1,070,569,766,543


Realisasi Total Penerimaan PPS Tahun 2022 222,189,027,000
Realisasi Total Penerimaan pajak tanpa PPS Tahun 2022 848,380,739,543
Target Penerimaan Tahun 2022 727,561,713,000
Persentase Realisasi Total Penerimaan Pajak Program PPS tahun 30.54%
2022 dibandingkan Target Penerimaan Pajak Tahun 2022
Persentase Realisasi Total Penerimaan Pajak tahun 2022 (dengan 147.14%
PPS) dibandingkan Target Penerimaan Pajak Tahun 2022
Persentase Realisasi Total Penerimaan Pajak tahun 2022 (tanpa 116.61%
PPS) dibandingkan Target Penerimaan Pajak Tahun 2022

Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa penerimaan program PPS terhadap penerimaan


pajak tahun 2022 sebesar 30.54% dan masuk kedalam kategori “tidak efektif”. Persentase
tersebut menunjukan bahwa penerimaan PPS tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan
KPP Pratama Jakarta Palmerah. Namun perlu diketahui bahwa PPS hanya merupakan salah satu
basis penerimaan pajak tidak rutin diantara beberapa basis penerimaan pajak rutin dan tidak rutin
lainnya. Dari tabel tersebut disimpulkan bahwa tanpa adanya penerimaan dari PPS, KPP
Pratama Jakarta Palmerah dapat mencapai penerimaan pajak sebesar 116,61% dari target yang
diberikan . Penerimaan dari program PPS memberikan manfaat bagi total penerimaan pajak KPP
Pratama Jakarta Palmerah sehingga dapat mencapai target sebesar 147,14%.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab-bab diatas, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembentukan satuan tugas untuk mesukseskan program PPS terbukti berhasil dengan
strategi yang telah dilaksanakan.

2. Tingkat efektivitas penerimaan PPS pada KPP Pratama Jakarta Palmerah termasuk dalam
kategori “sangat efektif” dengan capaian 167,74% dari target yang diberikan. Capaian
tersebut didapat dari 1.245 wajib pajak dari 115,231 wajib pajak yang terdaftar di KPP
Pratama Jakarta Palmerah.

3. Penerimaan dari PPS berkontribusi sebesar 30,54% dari target penerimaan tahun 2022
KPP Pratama Jakarta Palmerah, hal ini dapat disimpulkan bahwa program PPS tidak
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan KPP Pratama Jakarta Palmerah.

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Pembentukan satuan tugas untuk mesukseskan suatu program perlu dilakukan dengan
strategi yang matang, terlepas dari program yang ditawarkan kepada Wajib Pajak, namun
sosialisasi dan penyuluhan kepada Wajib Pajak memegang peran krusial terhadap
kesusesan program tersebut.

2. Tingkat efektivitas penerimaan PPS pada KPP Pratama Jakarta Palmerah termasuk dalam
kategori “sangat efektif”. Namun perlu diketahui bahwa program PPS ini dilakukan
dengan dasar bahwa masih terdapat Wajib Pajak yang tidak melaporkan hartanya dengan
benar, oleh karena itu data yang sudah disampaikan terkait dengan PPS ini dapat
dimanfaatkan sebaik mungkin untuk semakin meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak
dalam memenuhi Kewajiban Perpajakannya.

3. Penerimaan PPS berkontribusi tidak signifikan dibandingkan dengan target penerimaan.


Hal ini dapat terjadi karena pencapaian penerimaan pajak tahun 2022 ditopang oleh
meningkatknya pertumbuhan ekonomi khususnya naik drastisnya harga-harga sektor
komoditas. Untuk tahun-tahun selanjutnya, seiring dengan kembali turunnya harga sektor
komoditas, KPP Pratama Jakarta Palmerah perlu untuk menggali potensi agar realisasi
yang sudah dicapai sebesar 147.14% dari target dapat terjaga atau meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Awaeh, M. A., & Lambey, L. (2017). Analisis Efektivitas Penerapan Tax Amnesty
(Pengampunan Pajak) Terhadap Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bitung. Jurnal EMBA, 5(2).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/16529
Direktorat Penyuluhan, Pelayananan, dan Hubungan Masyarakat (2022). DJP Gali Potensi,
Simak Caranya. Siaran Pers Nomor SP-44/2022. https://www.pajak.go.id/id/siaran-
pers/djp-gali-potensi-simak-caranya
Redaksi DDTCNews (2021). Program PPS Tetap Harus Diikuti Upaya Pengawasan yang
Konsisten. https://news.ddtc.co.id/program-pps-tetap-harus-diikuti-upaya-pengawasan-
yang-konsisten-35277
Ferry Irawan; Octavia Chaterine Gloria Samosir; Muhammad Rijalur Rohman; Ni Putu Gita
Cahyani Dewi (2022). Keterkaitan Penerapan Program Pengungkapan Sukarela Dengan
Asas Keadilan 2(2). https://doi.org/10.54957/educoretax.v2i2.224
Ilyas, W. B., & Burton, R. (2010). Hukum Pajak. Salemba Empat
Mardiasmo, 2016, Perpajakan, Edisi Revisi. Penerbit Andi, Jogyakarta
Mulyono, Djoko 2014. Akuntansi Pajak, Jakarta: Salemba Empat
Olivia Adam, Hartati Tuli, Siti Pratiwi Husain (2017). Pengaruh Program Pengampunan Pajak
Terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak di Indonesia, 10 (1). Jurnal Ilmu Akuntansi.
https://doi.org/10.15408/akt.v10i1.6115
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196 tahun 2021 tentang Tata Cara Pelaksanaan Program
Pengungkapan Sukarela Wajib Pajak.
Safri, S (2021). Efektifitas Program Tax Amnesty Jilid II Dan Faktor Keberhasilan Dan
Permasalahan: Pelajaran Dari Tax Amnesty Jilid I. Jurnal Mitra Manajemen, 12 (2).
https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jmm/article/view/743/726
Setiadi. (2022). Harmonisasi UU HPP Perpajakan Indonesia Dengan Tax Center. Jurnal Bisnis
Dan Akuntansi Unsurya, 7(1).
Sugiyono 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Uswatun Hasanah, Khairun Na’im, Elyani, & Khamo Waruwu (2021). Analisis Perbandingan
Tax Amnesty Jilid I dan Jilid II (Program Pengungkapan Sukarela) Serta Peluang
Keberhasilannya. Riset dan Jurnal Akuntansi, 5(2).
https://doi.org/10.33395/owner.v5i2.565.

Anda mungkin juga menyukai