Anda di halaman 1dari 49

HUKUM ASURANSI

Dosen :
1. Prof. Dr. Man Suparman, SH.,MH.
2. Nyulistyowati, SH.,MH.
3. R. Kartikasari, SH.,MH.
4. Sudaryat, SH.

MATERI PERKULIAHAN
 Antar lain meliputi :
1. Asuransi sebagai suatu perjanjian.
2. Objek dan syarat mutlak perjanjian asuransi serta peranan polis dan premi.
3. Hak dan kewajiban para pihak yang terlibat dalam perjanjian asuransi.
4. Penggolongan dan jenis-jenis asuransi.
5. Ketentuan-ketentuan pokok perjanjian asuransi dan ketentuan pokok indemnitas.
6. Jenis-jenis asuransi sosial di Indonesia.
7. Jenis-jenis asuransi dalam praktek, meliputi :
- Asuransi rekayasa engineering.
- Asuransi pengangkutan laut.
- Asuransi kredit.
- Asuransi jiwa.
- Asuransi jiwa kredit.
- Asuransi kecelakaan diri.
- Asuransi pertanggungjawaban.
- Asuransi takaful.

ISTILAH
 Berkaitan dengan asuransi ini, maka ada dua istilah yang digunakan, yaitu :

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 1


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
- Pertanggungan
- Asuransi
 Istilah asuransi (di Inggris) :
- Insurance, untuk yang dapat dinilai dengan uang.
- Assuranstie, untuk yang tidak dapat dinilai dengan uang.

PENGERTIAN
Menurut Undang-undang
 Pasal 246 KUHD :
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa
yang tak tertentu.
 Pasal 1 angka (1) UU No. 2 Tahun 1992 :
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan
mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada pihak tertanggung dengan menerima
premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu
peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan pembayaran yang didasarkan atas
meninggalnya atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkannya.
 Kemajuan dalam UU No. 2 Tahun 1992 :
KUHD hanya meliputi asuransi kerugian, sedangkan UU No. 2 Tahun 1992 selain
asuransi kerugian juga meliputi asuransi sejumlah uang/ asuransi jumlah/ asuransi jiwa,
resiko yang timbul karena tanggung jawab hukum.
Dikatakan suatu kemajuan karena pasal 246 KUHD terletak dalam ketentuan umum
asuransi sehingga konsekuensinya harus dapat diberlakukan pada semua jenis asuransi.
 Pengertian asuransi pada pasal 246 KUHD ini merupakan pengertian sempit
dari asuransi karena asuransi disini hanya meliputi :
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2
2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
1. Kerugian
2. Kerusakan
3. Kehilangan
Yang hanya merupakan sesuatu yang bersifat materil atau dapat dinilai dengan uang,
dengan demikian maka hanya berlaku bagi asuransi kerugian.
 Dalam UU No. 2 Tahun 1992;
- Disyaratkan adanya tanggung jawab hukum kepada pihak ke-3.
- Didasarkan atas meninggal/hidupnya seseorang yang dipertanggungkan → asuransi
pertanggungjawaban (liability insurance).
Kasus: dokter yang menyebabkan mati pasiennya akibat kesalahannya, maka ia
memiliki kewajiban memberikan ganti kerugian (dasar hukumnya adalah pasal
1365 KUHPdt).
- Jadi yang menjadi dasar hukum utama dari pada liability insurance ini adalah pasal
1365 KUHPdt.
- Liability insurance dikatakan sebagai suatu penerobosan karena dengan pasal 1365
KUHPdt ini, maka bisa karena kesalahan, bisa juga karena kesengajaan.
- Dalam pasal 276 KUHD dinyatakan bahwa kesalahan membebaskan kewajiban
membayar ganti kerugian, sedangkan dalam liabitity insurance maka adanya unsur
kesalahan juga tetap berhak diberi ganti kerugian.
- Dikenal pula wettelijke aansprakelijkheid verzekering, yaitu asuransi pertanggung-
jawaban berdasarkan undang-undang.
Contoh: A menabrak B, B telah mengasuransikan dengan asuransi kecelakaan bagi
kendaraannya, maka perusahaan asuransi membayar ganti kerugian kepada B
(bukan A yang membayar ganti kerugian), tetapi perusahaan asuransi dapat
menuntut ganti kerugian kepada A (prinsip subrogasi).
 Pasal 7.717 ayat (l) NBW :
Asuransi adalah suatu perjanjian dimana penanggung dengan menerima premi dalam
lawan pihaknya menutup asuransi mengikatkan diri untuk melakukan satu atau
beberapa kali pembayaran premi ataupun kedua-duanya digantungkan pada suatu
peristiwa tak tentu bagi kedua belah pihak pada waktu ditutupnya perjanjian.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 3


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
 Definisi yang diberikan NBW tidak fokus/sangat umum.

Unsur-unsur
 Unsur-unsur asuransi meliputi :
1. Perjanjian,
- Perjanjian bersifat timbal balik dimana hak dan kewajiban para
pihak saling berhadapan (tertanggung/terjamin, penanggung/ yang terjamin).
- Berlaku Buku III KUHPdt, diantaranya adalah pasal 1320,
1338, 1266, 1267, 1253 - 1262, 1318, 1339, 1347, 1365.
- Pasal 1774: perjanjian asuransi termasuk dalam perjanjian
untung-untungan/ perjanjian kemungkinan, meliputi :
1. Perjanjian pertanggungan (asuransi),
2. Cagak hidup,
3. Permainan dan perjudian.
- Pasal 1 KUHD; selama KUHD tidak mengatur maka KUHPdt
berlaku.
- Pasal 1338 KUHPdt; pasal 246, 255, 257,258 KUHD.
- Pasal 1338 KUHPdt bisa juga dikaitkan dengan pasal 268
KUHD.
2. Tertanggung dan penanggung.
3. Premi,
- Pasal 246, 256 butir (7) KUHD, pengecualian UU No. 33 Tahun 1964 - premi
mengenai angkutan darat.
- Premi sifatnya wajib berdasarkan pasal 246 KUHD, dalam asuransi sosial maka
premi tidak wajib, misal; angkutan Kereta Api untuk perjalanan kurang dari 50
Km maka tidak diwajibkan membayar premi, sedangkan jika seandainya terjadi
kecelakaan, maka ganti kerugian merupakan kewajiban Jasa Raharja.
4. Ganti kerugian,
- Ganti kerugian diberikan apabila peristiwa tak tertentu dan
diperjanjian tersebut terjadi.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 4


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
- Ketentuan KUHD yang membebaskan penanggung dari
kewajibannya untuk membayar ganti kerugian:
a. Pasal 249 KUHPdt - buruk sendiri,
1. Kerugian yang timbul dari cacat sendiri (terhadap benda
pertanggungan).
2. Kerugian yang timbul dari kebusukan sendiri.
3. Kerugian yang timbul dari sifat dan kodrat benda pertanggungan.
b. Pasal 276 KUHP → kesalahan tertanggung sendiri,
Karena kesalahan tertanggung terjadi (harus dibedakan antara sengaja dan
lalai).
c. Pasal 294 KUHPdt → kesalahan atau kelalaian si tertanggung yang
melampaui batas.
- Molest → suatu keadaan dimana penanggung dapat dibebaskan
dari tanggung jawab → dalam pengangkutan laut (diatur dalam pasal 647, 648,
649 KUHD).
- Dapat dianalogikan pada asuransi-asuransi pada umumnya.
- Pengertian molest (sempit) → Tindakan kekerasan atau
paksaan oleh negara dalam keadaan perang. Pengertian molest (luas) → bukan
hanya dalam keadaan perang tetapi juga pada waktu damai.
- Molest dapat tidak berlaku jika dalam perjanjiannya ada
klausula zonder molest dan diberlakukan jika ada klausula met molest.
- Pembebasan ganti kerugian; pasal 276, 294, 307 KUHD.
5. Peristiwa yang tak tertentu (onzeker voorval),
- Peristiwa tak tertentu adalah peristiwa yang tidak dapat
diharapkan kejadiannya, merupakan suatu peristiwa yang tidak bisa
diprediksikan akan terjadi.
- Pasal 246 KUHD, pasal 169 → pasal 597 (sav) → pasal 306
(o.or/object orvaal), pasal 270 (rav).
- Mengenai peristiwa yang belum pasti terjadi ini:
Dikaitkan dengan pasal 269 KUHD : Bahwa dalam perjanjian asuransi dianut

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 5


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
peristiwa yang belum pasti terjadi secara subjektif, maksudnya bahwa apabila
perjanjian asuransi ketika ditutup, peristiwanya sudah terjadi adalah batal demi
hukum jika tertanggung telah mengetahui bahwa peristiwa tak tertentu itu telah
terjadi. Ini diselesaikan dengan pasal 270 KUHP dengan dugaan hakim (recht
vermogen), yang dianut di sini on voorval yang subjektif → pengetahuan.
Kasus : Jam 7.00 WIB tertanggung pergi menemui penanggung untuk membuat
perjanjian asuransi guna mengasuransikan rumahnya. Jam 8.00 WIB perjanjian
disepakati oleh kedua belah pihak, padahal pada jam 7.30 rumah tertanggung
yang diasuransikan terbakar. Apakah penanggung wajib memberikan ganti
kerugian?
- Pengetahuan dari tertanggung, bila pada saat perjanjian disepakati
tertanggung tidak mengetahui, maka ganti kerugian adalah wajib.
- Jika penanggung mengetahui, maka tidak wajib.
Peristiwa tak tertentu yang bersifat subjektif → dalam asuransi kerugian,
pengetahuan tertanggung terhadap kondisi objek yang diasuransikan ketika
perjanjian dibuat. Misal : dalam asuransi kebakaran apabila meskipun
tertanggung tidak mengetahui bahwa rumahnya sebenarnya sudah terbakar
ketika asuransi dibuat, maka tertanggung tetap berhak atas ganti kerugian.
Dikaitkan dengan pasal 306 KUHD :
Bahwa dalam perjanjian asuransi mengenai asuransi jiwa dianut peristiwa yang
belum pasti terjadi yang bersifat objektif.
Peristiwa tak tertentu yang bersifat objektif → dalam asuransi jiwa terhadap
objek (manusia) yang diasuransikan. Misal; apabila ketika perjanjian dibuat
objek (orang yang diasuransikan) sudah meninggal, maka meskipun
tertanggung (yang mengasuransikan objek tersebut) tidak mengetahuinya
(ketika perjanjian dibuat) maka perjanjian itu tetap batal.
Dikaitkan dengan pasal 597 KUHD:
Bahwa dalam perjanjian asuransi pengangkutan laut dianut peristiwa yang
belum pasti terjadi yang bersifat subjektif, kecuali menggunakan klausul atas
kabar baik dan kabar buruk.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 6


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
- Mengenai pembuktiannya, maka pasal 276 KUHD; hanya tertanggung yang
membuktikan, tetapi berdasarkan pasal 294 KUHD maka dapat si
penanggung juga (→ yang sangat melampaui batas).
Hukum Asuransi
 Hukum asuransi adalah hukum yang mengatur kegiatan masyarakat asuransi.
 Berdasarkan definisi tersebut diatas maka terdapat 3 variable, yaitu :
1. Hukum,
2. Kegiatan,
3. Masyarakat asuransi.

Ad 1): Hukum
 Menurut Prof. Mochtar, hukum terdiri dari 4 unsur, yaitu :
1. Kaidah,
Dalam KUHD dan KUHPdt.
2. Asas,
Prinsip-prinsip khusus dalam KUHD.
3. Lembaga,
Institusi dalam asuransi.
4. Proses,
Menyangkut hubungan antara hukum yang sifatnya abstrak (sollen) dan praktek
(sein).
 Sumber-sumber hukum asuransi terdiri dari :
- Yang tertulis,
Yaitu hukum kebiasaan (costumary law). Hukum kebiasaan merupakan kebiasaan
yang bersanksi. Kebiasaan lebih bersifat individual, sedangkan hukum kebiasaan
lebih bersifat kolektif (diakui oleh masyarakat).
- Yang tidak tertulis,

Ad 2): Kegiatan
 Kegiatan di sini adalah kegiatan dalam arti perbuatan hukum, misal; kontrak, klaim,
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 7
2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
survey terhadap kasus, dll.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 8


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
Ad 3): Masyarakat asuransi
 Masyarakat asuransi adalah mereka yang berkaitan dengan kegiatan asuransi baik
langsung maupun tidak langsung, misal; tertanggung, perusahaan asuransi, broker
asuransi, surveyor, sebagai pendukung asuransi.

Prinsip-prinsip Asuransi
 Antara lain:
5. Prinsip kepentingan (insurable interest) → pasal 250 KUHD,
- Kepentingan ialah kewajiban tertanggung yang diasuransikan/
dipertanggungkan.
Apabila kita melihat pasal 250 KUHD yang menyatakan bahwa apabila
seseorang telah menutup perjanjian asuransi untuk diri sendiri atau apabila
seseorang yang untuknya telah diadakan perjanjian asuransi semasa berjalannya
perjanjian asuransi tidak mempunyai kepentingan terhadap benda yang
diasuransikan maka penanggung tidak berkewajiban mengganti kerugian.
Selanjutnya jika dikaitkan dengan pasal 268 KUHD, maka melihat dari
ketentuan pasal-pasal tersebut, maka kepentingan itu harus selalu ada pada tiap-
tiap perjanjian asuransi atau selama perjanjian asuransi berlangsung dimana
kepentingan itu harus dapat dinilai dengan uang, harus dapat diancam oleh
suatu bahaya, dan harus tidak dikecualikan oleh undang-undang.
- Menurut Prof. Emmy; kepentingan ini harus ada pada saat peristiwa terjadi.
- Kepentingan tidak sama dengan objek bahaya tapi kadang-kadang sama.
- Kepentingan yang tidak dapat diasuransikan adalah kepentingan yang :
a. tidak dapat dinilai dengan uang,
b. tidak diancam bahaya,
c. dilarang undang-undang.
- Bila pasal 250 KUHD dihubungkan dengan pasal 1320
KUHPdt, maka kepentingan ini termasuk syarat ketiga untuk sahnya perjanjian
yaitu untuk sebab/kausa yang halal.
- Penerapan prinsip kepentingan; bahwa pada saat menutup

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 9


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
asuransi harus ada kepentingan, contoh : A mengasuransikan rumah orang lain
tanpa kuasa, maka hal ini dianggap tak ada kepentingan.
5. Prinsip itikad baik (almost good faith principle) - pasal 251 KUHD,
- Dalam perjanjian asuransi diatur maka mengenai batalnya
perjanjian (diatur dalam pasal 251 KUHD), yaitu:
a. Memberikan keterangan yang keliru;
b. Memberikan keterangan yang tidak benar;
c. Tidak memberikan keterangan mengenai hal-hal yang diketahui,
Kewajiban pemberitahuan ini penting bagi penanggung agar penanggung
mengetahui besar kecilnya risiko yang ditanggung, karena berhubungan
dengan besar kecilnya premi yang ditentukan. Hal tersebut ditentukan
berdasarkan bahwa tertanggung yang paling mengetahui mengenai objek
yang diasuransikan, namun di pihak lain ketentuan pasal 251 KUHD ini
dirasakan terlalu memberatkan tertanggung, disebabkan antara lain :
1. Ancaman yang sama, berupa batalnya asuransi terhadap tertanggung
yang beritikad baik.
2. Tidak diberikan kesempatan memperbaiki kekeliruannya bagi
tertanggung yang keliru dalam memberikan keterangan.
Don Houtmans merekomendasikan agar selama sebelum terjadi
kerugian, tertanggung diberikan kesempatan untuk memperbaiki
informasinya semula, jika itu kurang lengkap/ salah.
- Pasal 251 KUHD ini dirasakan terlalu memihak penanggung
dan memberatkan tertanggung khususnya yang beritikad baik.
- Ada beberapa jalan yang diusulkan untuk mengatasi pasal 251
ini, yaitu dapat ditempuh dengan antara lain :
a. Melawankan pasal 251 KUHD terhadap asas itikad baik dalam pasal 1338
KUHPdt ayat (3) pada waktu pelaksanaan perjanjian.
b. Melalui yurisprudensi yaitu diharapkan putusan Hakim dalam sengketa
asuransi berlandaskan penerapan asas itikad baik, pada waktu pelaksanaan
perjanjian asuransi.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 10


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
c. Melalui perubahan undang-undang yaitu mengenai pasal 251 KUHD,
sehingga tindakan penolakan klaim berdasarkan pasal 251 KUHD harus
diuji terlebih dahulu terhadap pasal 1338 KUHPdt, asas itikad baik hanya
diterapkan pada waktu pelaksanaan perjanjian asuransi
- Dengan adanya keberatan pada pasal 251 KUHD itu maka
dalam praktek juga sering diadakan penerobosan yaitu dengan mencantumkan
klausula penyimpangan (renuntiatie clausul) dan klausula sudah mengetahui
(bekenheids clausul).
3. Prinsip indemnitas (indemnity principle),
- Adalah prinsip/asas keseimbangan dalam pemberian ganti
kerugian.
- Prinsip ini merupakan prinsip yang sangat penting,
mensyaratkan bahwa risiko yang diperalihkan kepada penanggung harus
diimbangi dengan jumlah premi yang diberikan oleh tertanggung.
- Dalam ganti kerugian yang diberikan oleh penanggung
kerugian yang diganti harus seimbang dengan risiko yang ditanggung oleh
penanggung. Jika risiko dari benda pertanggungan hanya sebagian yang
diperalihkan, maka penanggung hanya berkewajiban membayar ganti kerugian
sebagian pula dari kerugian yang timbul, tetapi jika risiko yang diperalihkan
untuk seluruhnya maka ganti kerugian yang ditanggung oleh penanggung pun
untuk seluruhnya dari kerugian yang timbul.
- Asas ini erat kaitannya dengan asas nemoplus
(menerima/memberi sesuai dengan apa yang diberikan/ diterima).
- Pasal-pasal yang berkaitan dengan asas ini antara lain; pasal
250, 252, 253, 274, 277, 279, 284 KUHD.
- Prinsip keseimbangan ini mencegah adanya anggapan bahwa
perjanjian asuransi itu sama dengan perjudian/pertaruhan karena di dalam
pelaksanaan perjanjiannya terdapat prestasi timbal balik.
- Penerapan prinsip indemnitas, contoh; A mengasuransikan
rumahnya yang berharga Rp.100 juta Rupiah sebesar Rp. 60 juta Rupiah. Pada

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 11


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
suatu waktu rumah A terbakar yang akibatnya A menderita kerugian sebesar
Rp. 50 juta Rupiah, maka penggantian yang didapat A sebesar Rp. 60/100 X
Rp. 50 juta Rupiah = Rp. 30 juta.
- Double insurance (bagi yang penuh) bertentangan dengan
prinsip indemnitas, sedangkan yang sebagian maka tidak bertentangan. Misal;
total kerugian mencapai Rp. 100 juta, dari perusahaan asuransi A mendapat Rp.
50 juta dan dari perusahaan B mendapat Rp. 50 juta, sehingga apabila dijumlah
tidak mencapai lebih dari Rp. 100 juta. Apabila jumlah ganti kerugiannya
melebihi kerugian yang diderita maka hal itu bertentangan dengan prinsip
indemnitas.
- Under insurance → asuransi di bawah harga sepenuhnya;
Apabila A mengasuransikan rumahnya yang berharga Rp. 100 juta dengan nilai
asuransi sebesar Rp 200 juta Rupiah, maka yang dianggap sah adalah Rp 100
juta rupiahnya.
4. Prinsip subrogasi (subrogation principle),
- Subrogasi adalah penyerahan hak menuntut dari tertanggung
kepada penanggung.
- Subrogasi dalam asuransi timbul karena undang-undang.
- Subrogasi pada hakikatnya adalah penggantian kreditur.
- Hak subrogasi biasanya digunakan untuk seminimal mungkin
mengganti kerugian.
- Dalam hal subrogasi, tertanggung masih bisa menuntut ganti
kerugian sebesar sisanya.
- Seorang penanggung yang telah membayar ganti kerugian atas
suatu benda yang dipertanggungkan menggantikan tertanggung dalam segala
hak yang diperolehnya terhadap pihak ketiga yang telah menimbulkan
kerugian tersebut, dan tertanggung tersebut bertanggung jawab untuk setiap
perbuatan yang dapat merugikan hak penanggung terhadap pihak ketiga
tersebut.
- Pasal yang terkait dengan prinsip ini adalah pasal 284 KUHD.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 12


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
- Syarat-syarat subrogasi, yaitu :
a. Penanggung telah membayar kerugian,
b. Adanya pihak ke-3 yang menimbulkan kerugian.
- Jadi apabila tertanggung telah mendapat ganti kerugian dari
penanggung maka ia tidak berhak lagi mendapatkan penggantian dari pihak
ke-3 yang menimbulkan kerugian tetapi haknya beralih kepada penanggung.
- Dalam pelaksanaan suborgasi ini tertanggung pun tidak boleh
merugikan penanggung, misalnya; pihak ke-3 dibebaskan dari tuntutan ganti
kerugian oleh tertanggung sehingga pada saat dituntut oleh penanggung pihak
ke-3 menyatakan diri telah bebas dari tertanggung.
- Jadi dari subrogasi ini dalam perjanjian asuransi yaitu
mencegah tertanggung mendapatkan ganti kerugian yang berlipat ganda, juga
mencegah pihak ke-3 membebaskan diri dari kewajibannya membayar ganti
kerugian.
- Subrogasi tidak berlaku bagi asuransi jiwa. Kasus : Braakensick
Arrest - Ny. Braakensick mengasuransikan sebesar 7.500 Gulden untuk
asuransi kecelakaan, kemudian ia mendapat kecelakaan, ia menuntut ganti
kerugian bagi asuransi kecelakaannya dan ia juga menuntut ganti kerugian
kepada perusahaan Kereta Api. Pengadilan Belanda menolak tuntutan ganti
kerugiannya kepada perusahaan Kereta Api karena prinsip subrogasi di sini
tidak berlaku.
5. Prinsip kontribusi (contribution principle).
Pada dasarnya merupakan pembagian terhadap risiko, pelaksanaannya dengan cara
sebagai berikut :
Dalam perjanjian asuransi terhadap benda pertanggungan tertentu dimana
penanggungnya lebih dari satu orang, jadi polis ditandatangani oleh beberapa orang
penanggung. Bila terjadi pemenuhan ganti kerugian, maka ganti kerugian
ditanggung oleh penanggung masing-masing berdasarkan imbangan dari jumlah
untuk mana mereka telah menandatangani polis. Dalam praktek biasanya asuransi
demikian digunakan untuk asuransi yang mempunyai nilai sangat tinggi, misalnya

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 13


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
pesawat terbang, kapal laut, pabrik, dsb.
6. Prinsip follow the fortunes,
- Prinsip ini merupakan prinsip yang khusus digunakan untuk perjanjian
reasuransi, pada dasarnya prinsip ini menyatakan bahwa penanggung utang
mengikuti suka duka penanggung utama/pertama.
- Prinsip ini menghendaki bahwa penanggung ulang tidak boleh
mempertimbangkan secara tersendiri terhadap objek pertanggungan, akibatnya
segala sesuatu termasuk peraturan dan perjanjian yang berlaku bagi penanggung
pertama berlaku pula bagi penanggung ulang.
7. Prinsip sebab akibat,
- Pada dasarnya prinsip ini karena kerugian yang timbul disebabkan oleh
serangkaian peristiwa, untuk itu harus dapat ditentukan apakah peristiwa yang
menjadi penyebab kerugian berada dalam tanggungan penanggung atau tidak,
dalam prinsip ini dikehendaki bahwa akibat kerugian yang terjadi memang oleh
suatu sebab yang merupakan tanggungan penanggung.
- Untuk menentukan sebab akibat ini maka Scheltema mengemukakan 3 teori,
antara lain:
a. Teori causa proxima (sebab yang paling dekat),
b. Teori conditio sine qua non (kejadian yang mutlak diperjanjikan),
c. Teori causa remota (sebab yang paling jauh).
Ada juga yang memasukan prinsip lainnya yaitu :
8. Prinsip gotong royong (bagi-bagi risiko dan keuntungan).

Asuransi dan Perjudian


 Berdasarkan pasal 1774 KUHPdt, maka asuransi adalah salah satu perjanjian untung-
untungan, disamping bunga cagak hidup dan perjudian.
 Perbedaan asuransi dengan cagak hidup ada pada penggantian kerugian, dimana dalam
asuransi yaitu ketika peristiwa terjadi sedangkan dalam cagak hidup yaitu ketika masih
hidup sampai mati (sebelum mati).
 Ada pihak yang mengidentikan asuransi dengan perjudian tetapi kebanyakan tidak

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 14


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
setuju bahwa asuransi identik dengan perjudian.
 Adapun yang menjadi perbedaan antara asuransi dengan perjudian :
1. Perjanjian asuransi melahirkan akibat hukum, sedangkan UU tidak memberikan
suatu tuntutan hukum terhadap utang yang terjadi karena perjudian. Pada perjudian,
jika pihak yang kalah judi/ taruhan tak bayar (wanprestasi) maka pengadilan
(perdata/pidana) tak dapat memaksanya. Pada perjanjian asuransi ada schuld
dengan haftung, sedangkan dalam perjudian ada schuld tanpa haftung.
2. Perjanjian asuransi melahirkan perikatan perdata, sedangkan perjudian dan
pertaruhan melahirkan perikatan alam. Pada perjudian, undang-undang menetapkan
perjudian sebagai perikatan alam (natuurlijke verbintenis).
3. Pada perjanjian asuransi, maka kepentingan merupakan syarat esensial yang harus
ada pada saat ditutupnya perjanjian. Sedangkan pada perjudian dan pertaruhan tidak
demikian. Kepentingan para pihak dalam perjudian mulanya tidak ada, dengan
terjadinya peristiwa tak tertentu, dan peristiwa mana sebetulnya tidak mempunyai
arti bagi mereka, kemudian dijadikan syarat untuk melaksanakan prestasi.
Pada perjudian pihak yang kalah harus membayar sejumlah uang tertentu dan
pembayaran ini tidak ada hubungannya dengan adanya kerugian yang menang
taruhan/judi.
Dalam perjudian pun terdapat kepentingan, tetapi kepentingan dalam perjudian lahir
di akhir.

Sifat-sifat Perjanjian Asuransi


 Sifat-sifat/ciri khusus dari perjanjian asuransi antara lain :
1. Perjanjian asuransi bersifat konsensual, berarti perjanjian asuransi sudah terbentuk
sejak adanya kata sepakat, tetapi dalam praktek biasanya diikuti dengan perjanjian
tertulis (polis) sebagai alat bukti.
2. Perjanjian asuransi bersifat alletoir, artinya prestasi para pihak tidak dilakukan
secara serempak (serempak mis; seperti pada jual beli, dimana barang diserahkan
sekarang begitu juga uangnya).
3. Perjanjian asuransi merupakan perjanjian bersyarat, artinya karena kewajiban

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 15


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
penanggung digantungkan pada syarat-syarat tertentu (syarat-syarat dalam
perjanjian asuransi lebih banyak ditentukan oleh penanggung) disebut juga
perjanjian adhesi (adhesi contract).
4. Perjanjian asuransi bersifat unilateral, karena dalam perjanjian asuransi hanya ada
satu pihak yang memberikan janji yaitu pihak penanggung memberikan janji akan
mengganti kerugian apabila sudah membayar premi dan polis sudah berjalan (polis
→ alat bukti dan perlu karena jangka waktu perjanjian yang lama).

SEJARAH
 Apabila kita melihat pada sejarah maka asuransi mengalami
perkembangan :
- Asuransi atas budak,
- Asuransi pengangkutan laut,
- Asuransi kebakaran,
- Asuransi jiwa,
- Asuransi varia.

PENGATURAN
 Antara lain:
1. KUHPdt (pasal 1774),
2. KUHD (Buku 1 Bab 9 dan 10, Buku II Bab 9 dan l0),
3. UU No. 2 tahun 1992 tentang Perusahaan Perasuransian,
4. PP No. 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaran Usaha Perasuransian, Perundang-
undangan tentang asuransi wajib (bentuknya dapat berupa UU, PP Keppres, dsb.),
misalnya; Askes, Astek, Asabri, Asuransi Penumpang Angkutan Umum (UU No.
33 Tahun 1964 dan PP No. 17 Tahun 1965 tentang Dana Kecelakaan Umum, UU
No. 34 Tahun 1964 dan PP No. 16 Tahun 1965 tentang Dana Kecelakaan Lalu
Lintas Jalan), asuransi korban di luar kendaraan.
 Diatur dalam KUHD ;
Pasal 247, meliputi :

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 16


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
- Asuransi kebakaran (pasal 287 & 298),
- Asuransi hasil pertanian (pasal 299, 300, 301),
- Asuransi jiwa (pasal 302 s/d 308 → 303, 306, 307),
- Asuransi pengangkutan (pasal 592 s/d 685 → 593, 594, 598 jo.
270)
 Diatur diluar KUHD ;
Berdasarkan ketentuan pasal 247, 246, 250 jo. 268, 251 KUHD, 1338 (1) jo. 1320,
1321 KUHPdt, Contoh : asuransi deposito, asuransi kecelakaan.
Asuransi wajib sifatnya wajib → penyelenggaranya masih pemerintah. Dilihat dari
risiko penanggung maka masih tepat karena asuransi wajib itu meng-cover risiko sosial.
Dilihat dari segi persaingan usaha (UU No. 5 Tahun 1999) maka BUMN masih
dikecualikan adalah tidak tepat, karena secara yuridis bahwa BUMN berbentuk PT, dan
PT berorientasi pada profit. WTO → tidak boleh ada monopoli.

Hubungan Asuransi dengan Buku III KUHPdt


 Pasal 1774, 1338, 1320 KUHPdt.
 Pasal l266 KUHPdt :
- Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam perjanjian timbal balik bila salah
satu pihak mengingkarinya. Namun demikian perjanjian tidak batal demi hukum,
tetapi pembatalan harus dimintakan kepada pengadilan, bagi tertanggung ketentuan
tersebut perlu diperintahkan karena keterlambatan membayar premi dapat dijadikan
alasan pembatalan.
- Dalam praktek pasal ini dianggap tidak praktis, maka untuk mengatasinya biasanya
dalam perjanjian asuransi dicantumkan klausula-klausula.
 Pasal 1243 s/d 1251 KUHPdt :
Ketentuan-ketentuan dalam pasal tersebut harus diperhatikan terutama bila penanggung
melakukan ingkar janji, dalam hal ini tertanggung dapat melakukan berbagai sikap
antara lain :
1. Memaksa penanggung untuk memenuhi prestasi.
2. Menuntut pembatalan perjanjian asuransi disertai tuntutan atas biaya, kerugian dan
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 17
2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
bunga.
 Pasal 1253 s/d 1262 KUHPdt :
Berkaitan dengan prestasi penanggung, ditangguhkan pada suatu peristiwa yang belum
pasti, maka si tertanggung harus memperhatikan pasal-pasal tersebut agar si
penanggung tidak menambah syarat-syarat lainnya, apabila harus memenuhi kewajiban
mengganti kerugian.
 Pasal 1318 KUHPdt :
Bahwa ahli waris dari pemegang polis/tertanggung dari perjanjian asuransi mempunyai
hak untuk mendapatkan ganti kerugian, dalam pasal tersebut dinyatakan pula bahwa
seseorang minta diperjanjikan tentang sesuatu hal maka dianggap juga untuk ahli
warisnya dan untuk orang-orang yang memperoleh hak daripadanya.
 Pasal 1338 :
- Dalam ayat (1) pasal ini terkandung asas kebebasan berkontrak, kekuatan mengikat
dan kepercayaan.
- Asas kebebasan berkontrak mengikat apabila dihubungkan dengan perjanjian
asuransi, berarti pihak penanggung dan tertanggung terikat oleh ketentuan-
ketentuan yang telah disepakatinya, sedangkan asas kepercayaan mengandung arti
bahwa mereka yang melakukan perjanjian asuransi saling mempercayai dalam
pelaksanaan perjanjiannya, dengan adanya asas kepercayaan dan kebebasan
berkontrak menjadi landasan untuk dilakukannya perjanjian baku (standard
contract).
 Pasal 1339 KUHPdt :
Tentang prinsip pacta sunt servanda, bahwa perjanjian tidak hanya mengikat para pihak
tetapi juga mengikat pihak lain berdasarkan kepatutan, kesopanan, kesusilaan.
 Pasal 1342 KUHPdt; penafsiran,
 Pasal 1365 KUHPdt; dapat digunakan untuk membuktikan perbuatan-perbuatan yang
merugikan penanggung.

FUNGSI, TUJUAN, DAN PERANAN


Fungsi
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 18
2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
 Adalah mengelola risiko, mengalihkan/ membagi risiko.
 Bagaimana cara orang mengendalikan/ mengelola risiko:
1. Dilakukan pentahapan untuk mengelola/ mengatasi risiko,
2. Diukur,
3. Dicari cara untuk mengelolanya, selanjutnya cara mengelola risiko dilakukan
dengan cara :
a. Menghindari risiko (avoidance risk),
b. Menerima risiko (retention risk),
c. Mencegah risiko (prevention risk),
d. Mengalihkan/ membagi risiko (distribution of risk).
Cara ke-empatlah (d) yang merupakan fungsi dari asuransi.
 Mengalihkan risiko mungkin bagi yang hanya dapat dinilai dengan uang
saja tetapi yang membagi risiko, juga bagi yang memiliki nilai immateriil yang tidak
dapat dinilai dengan uang, misal; tubuh manusia.
 Rumus untuk asuransi yang tujuannya pembagian risiko :
Jumlah pembayaran adalah nilai yang diperjanjikan dibagi nilai sebenarnya dikalikan
dengan kerugian yang diderita.
Berlaku ketentuan pengecualian (yang dikenal dengan o premiere resque), tetapi tetap
tidak melebihi jumlah total yang diperjanjikan.
 Penilai terhadap besarnya kerugian dari tertanggung atas objek yang
diasuransikan dilakukan oleh adjuster.
 Ada premi yang dapat dikembalikan lagi kepada tertanggung, misal; premi
restorno (dengan ketentuan belum jatuh tempo - pasal 281 KUHD).
 Cara mengalihkan dan membagi dapat dilihat dengan contoh misalnya
dalam :
- Mengalihkan,
misal : Harga benda yang diasuransikan Rp. 100 juta Rupiah, dimana yang
diasuransikan Rp. 100 juta Rupiah (sebagai premi), maka penggantiannya pun Rp.
100 juta Rupiah.
Kerugian total (total lose) maka diganti seluruhnya, misal kerugian Rp. 10 juta
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 19
2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
maka diganti Rp. 10 juta, kalau Rp. 5 juta maka diganti Rp. 5 juta.
- Membagi (terkandung asas gotong royong),
misal : Harga benda yang diasuransikan Rp. 100 Juta Rupiah, dimana yang
diasuransikan Rp. 80 juta Rupiah, maka penggantiannya adalah sebesar
perbandingannya, yaitu : (misal; kerugian Rp. 60 juta Rupiah) maka penggantian
yang diterima adalah : 80/100 X 60 juta Rupiah = Rp. 48 juta Rupiah.

O Premire Resque, Onder Verzekering, dan Over Verzekering


 Pasal 253 (3) KUHD → mengenai o premire resque/ OPR (asuransi dengan
batas atau dengan limit).
Misal; harga rumah Rp. 100 juta, rumah tersebut diasuransikan untuk asuransi
kebakaran seharga Rp. 60 juta opr. Jika hal tak tertentu (di sini adalah kebakaran)
terjadi, maka apabila kerugian yang di derita tertanggung Rp. 30 juta maka diganti Rp.
30 juta, apabila Rp. 60 juta maka diganti Rp. 60 juta, namun apabila kerugiannya Rp.
65 juta maka yang diganti hanya Rp. 60juta.
 OPR → biasanya dalam jenis asuransi pertanggungjawaban, karena dalam
asuransi pertanggungjawaban objek bahayanya belum tentu, misal; kita tidak tahu
kendaraan kita akan menabrak apa.
 Pasal 253 ayat (2) → onder verzekering (asuransi di bawah harga
sepenuhnya/under insurance. Misal; harga rumah Rp. 100 juta, rumah tersebut
diasuransikan untuk asuransi kebakaran seharga Rp. 60 juta, apabila kerugiannya Rp.
40 juta maka diganti Rp. 24 juta.
 Pasal 253 ayat (1) → (over verzekering) asuransi yang melebihi harga
sepenuhnya. Terhadap hal itu maka hanya sah sampai harga sepenuhnya. Misal; harga
rumah Rp. 100 juta, rumah tersebut diasuransikan untuk asuransi kebakaran seharga
Rp. 120 juta, apabila terjadi kebakaran maka yang diganti hanya Rp. 100 juta.
 Pasal 253 ayat (1) dan (2) untuk mempertahankan prinsip indemnitas
(supaya tidak beralih menjadi judi karena asuransi termasuk perjanjian untung-
untungan).

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 20


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
Risiko
 Risiko adalah kemungkinan menghadapi suatu kerugian, kehilangan,
kerusakan, tanggung jawab.
 Seperti kita ketahui bahwa asuransi mempunyai kaitan erat dengan risiko,
pengertian risiko itu sendiri berbeda-beda, tetapi walaupun berbeda-beda pada dasarnya
risiko itu adalah sesuatu yang merugikan. Jadi risiko adalah suatu kemungkinan untuk
menderita kerugian, dikaitkan dengan kehidupan manusia dan masyarakat maka setiap
manusia dan masyarakat selalu berhubungan dengan risiko. Dalam hukum asuransi
sendiri (dalam KUHD), risiko mempunyai beberapa arti :
1. Risiko diartikan sebagai kemungkinan untuk menderita kerugian. Di sini risiko
yang menjadi sasaran dari bahaya sehingga ada kemungkinan untuk menderita
kerugian (misal; objek berbahaya, pabrik, dsb.).
2. Risiko sebagai suatu tanggung jawab. Di sini risiko sebagai suatu sasaran dan
asuransi yang merupakan penilaian untuk diterima atau ditolaknya asuransi atau
untuk diterima atau tidaknya asuransi tergantung risikonya atau besar kecilnya
risiko yang ada (misal; dalam asuransi kendaraan maka seorang pemabuk/anak di
bawah 17 tahun perlu diterima atau tidak).
3. Risiko sebagai suatu bahaya yang mengancam atau peril, inisal; gempa bumi, dsb.
(Peril harus dibedakan dengan hazard). Peril → bahaya. Hazard adalah suatu
keadaan yang mempercepat bahaya (peril)/ segala sesuatu yang mungkin
meningkatkan/ menambah peril, terdiri dari :
a. Physical hazard,
Adalah keadaan fisik/bersifat kebendaan yang mempercepat terjadinya suatu
bahaya, misal; benda-benda yang dapat menambah/ meningkatkan bahaya,
seperti bensin, dsb.
b. Moral hazard,
Adalah berhubungan dengan sikap atau perilaku yang mungkin meningkatkan
bahaya, didalamnya mencakup sikap, perangai, tingkah laku seseorang, misal;
sikap ceroboh.
 Pada dasarnya semua resiko dapat diasuransikan meskipun ada pembatasan :

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 21


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
1. Jangan sampai dilarang UU,
2. Jangan sampai kemungkinan itu sudah terjadi.
 Jenis-jenis risiko antara lain :
1. Berdasarkan sifatnya :
a. Risiko murni (hanya mempertimbangkan faktor kerugian),
b. Risiko spekulatif (mempertimbangkan faktor untung dan rugi, misal; jual murah
dalam jual beli)
c. Risiko spekulatif tidak bisa dicover asuransi.
Yang menjadi objek asuransi kebanyakan adalah risiko murni.
2. Berdasarkan objeknya :
- Risiko perorangan,
- Risiko harta kekayaan,
 Risiko tanggung jawab (kebanyakan timbul dari perbuatan melawan hukum).
 Pembagian risiko :
Menurut Mowbray :
1. Risiko spekulatif,
Melihat kejadian dari segi untung rugi.
2. Risiko murni,
Melihat kejadian dari kerugiannya saja.
Menurut Witlet :
1. Risiko statis,
Ditimbulkan dalam situasi ekonomi yang tidak berubah, misal; banjir, gunung
meletus, dsb.
2. Risiko dinamis,
Terjadi karena perubahan ekonomi/ dinamika masyarakat, misal; karena ada
kemajuan teknologi maka produk lama menjadi tidak laku.
Menurut Kulp :
1. Risiko fundamental,
Menimpa orang pada umumnya, misal; banjir, dsb,
2. Risiko khusus,

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 22


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
Hanya menimpa orang tertentu saja.
Menurut Vaughan dan Elliot Curtis :
1. Risiko pribadi (personal),
Misal; meninggal, dsb.
2. Risiko karta kekayaan,
Menimpa benda-benda milik orang.
3. Resiko tanggungjawab,
Objeknya adalah tanggung jawab seseorang baik yang lahir karena perjanjian
maupun karena undang-undang, misal; seorang supir menabrak orang (pasal 1365
jo. 1367 KUHPdt).
 Dengan adanya risiko tersebut maka manusia berusaha mengendalikan risiko yaitu
dengan mengelola risiko tersebut.
 Jadi risiko dalam asuransi adalah kemungkinan untuk mendapatkan kerugian yang di
dalamnya terdapat unsur-unsur ketidakpastian dan kerugian.

Tujuan
 Antara lain:
- Tujuan ekonomi : Bahwa asuransi diharapkan dapat
memberikan tambahan nilai ekonomis berupa sejumlah uang, penggantian bagi
seseorang/bagi sesuatu perusahaan, misal, asuransi beasiswa, asuransi kredit bagi
usaha perbankan.
- Tujuan sosial : Bahwa asuransi diharapkan dapat mengatasi
risiko-risiko sosial, misal : asuransi pengangkutan penumpang umum.

Peranan
 Antara lain :
1. Memberikan rasa aman atau terjamin (sehingga pimpinan perusahaan tidak terfokus
pada kerugian).
2. Meningkatkan efisiensi dan kegiatan perusahaan.
3. Memberikan perkiraan penilaian yang cenderung layak (besarnya risiko

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 23


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
menentukan besarnya premi).
4. Menjadi dasar pemberian kredit.
5. Mengurangi timbulnya kredit.
6. Alat pembentukan modal.
7. Alat pembayaran.

RUANG LINGKUP
 Ruang lingkup asuransi, antara lain meliputi :
1. Kontrak asuransi (contract of insurance),
2. Bisnis asuransi (bussines of insurance).

Ad 1): Kontrak asuransi (contract of insurance)


 Diatur dalam KUHD (Buku I Bab 9 dan 10, Buku II Bab 9 dan 10).
 Kontrak asuransi di sini adalah perjanjian-perjanjian yang berkaitan dengan
asuransi, yaitu antara tertanggung dan penanggung.
 Asuransi merupakan perjanjian, perjanjian melahirkan perikatan, dalam hal ini
maka asuransi merupakan perikatan yang dilahirkan karena perjanjian.
 Karena asuransi merupakan perikatan maka berlaku Buku III KUHPdt (pasal
1233 KUHPdt).
 Dimana ada hak dan kewajiban maka di situ terdapat perikatan.
 Asuransi itu sebenarnya merupakan perjanjian jual-beli, dalam hal ini maka
objek yang diperjualbelikan adalah resiko.
 Adapun yang menjadi perbedaan antara perjanjian jual-beli dan perjanjian
asuransi adalah bahwa dalam perjanjian asuransi maka pembeli (risiko)-lah yang
menerima uang (premi).
 Perjanjian asuransi masuk dalam ruang lingkup hukum perdata sehingga
berlaku KUHPdt, dan berdasarkan pasal 1 KUHD maka juga KUHD pun berlaku.
 Pasal 1 KUHD ada karena kita menganut kodifikasi terpisah antara KUHPdt
dengan KUHD, tidak seperti NBW yang menyatukan antara KUHPdt dan KUHD.
 Pasal 255 KUHD mengenai polis, dalam pasal 257 → perjanjian asuransi

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 24


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
sudah terjadi setelah kesepakatan meskipun polis belum ditandatangani.
 Perjanjian asuransi mulai berlaku ketika bayar premi (setelah hak dan
kewajiban).
 Aplikasi belum tentu diterima karena belum terjadi kesepakatan.
 Tanda bukti bayar premi bisa dijadikan dasar tuntutan meskipun polis belum
diserahkan.
 Polis merupakan kewajiban penanggung.
 Polis bukan satu-satunya alat bukti.
 Polis merupakan perjanjian baku (lihat pasal 18 UU No. 8 Tahun l999).
 Polis ada dua macam, yaitu polis standar dan polis tambahan.
 Polis standar dibuat oleh Dewan Asuransi Indonesia.
 Polis tambahan isinya berbeda-beda.
 Berdasarkan pasal 255 KUHD, maka perjanjian asuransi harus dibuat dalam
suatu akta yang dinamakan polis.
 Pasal 257 KUHD merupakan penerobosan dari pasal 255 KUHD, dalam hal ini
maka berdasarkan pasal 257 KUHD bahwa perjanjian asuransi itu ada ketika hak dan
kewajiban telah dilaksanakan meskipun polis belum ditandatangani.
 Pasal 258 KUHD: mengenai pembuktian adanya perjanjian asuransi, yang
mensyaratkan adanya bukti lain selain polis.

Ad 2): Bisnis asuransi (bussines of insurance)


 Berkaitan dengan masalah usaha/bisnis (mengorganisasikan untuk mencari
keuntungan).
 Misal ; mengatur bagaimana syarat-syarat asuransi; siapa yang dapat menjadi
perusahaan asuransi, broker, surveyor, dsb. Dalam hal ini berkaitan dengan
administrasi.
 Bisnis asuransi berkaitan dengan masalah market/pemasaran, contoh;
bagaimana mengembangkan bisnis asuransi itu, yaitu dengan mencari asuransi jenis
baru, misal :

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 25


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
1. Asuransi pita suara,
Adapun yang menjadi dasar hukum bagi asuransi-asuransi yang baru tersebut
adalah pasal 247 KUHD :
“... antara lain ... “, kalimat antara lain bersifat demonstratif (tidak limitatif),
sehingga dimungkinkan yang baru/yang lain daripada yang telah disebutkan dalam
ketentuan pasal tersebut.
2. Asuransi kendaraan bermotor,
Ada SRCC (Strict Riot Civil Commutation).
Ada tanggung jawab terhadap pihak ke-3 (pihak ke-3 di sini adalah orang lain yang
dicelakakan oleh tertanggung), dalam hal ini yang diasuransikan adalah tanggung
jawabnya.

3. Asuransi kecelakaan diri,


Ada dua macam;
a. Komprehensif/gabungan (all risk),
Penggantian kerugian/kerusakan pengendara bermotor dari segala risiko yang
dikecualikan oleh polis, misal; spion pecah, dll. Proses klaimnya bisa berulang-
ulang selama masa pertanggungan, misal; masa 5 tahun beberapa kali rusak.
b. TLO (Total Lose Only),
Yang dijamin antara lain :
1. Kehilangan kendaraan karena kehilangan/perampokan.
Klaim hanya satu kali
2. Perbuatan jahat orang lain
3. Pencurian yang didahului, disertai, diikuti dengan kekerasan/ancaman.
4. Kebakaran termasuk benda lain yang berdekatan atau karena air untuk
memadamkan kebakaran oleh berwenang untuk memadamkan api.
5. Petir.
6. Biaya yang dikeluarkan untuk membawa mobil ke bengkel.
Yang tidak dijamin, antara lain :
1. Kerugian yang disengaja oleh tertanggung/anggota keluarga/yang bekerja

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 26


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
pada tertanggung (pasal 276 KUHD).
2. Pengemudi sedang dalam keadaan mabuk/dibawah pengaruh minuman
keras/tidak punya SIM, dipakai balap mobil, dipakai belajar mengemudi,
dipakai dalam keadaan rusak, digunakan untuk pawai, digunakan untuk
perbuatan terlarang, dijalan terlarang, muatan lebih, perang, bencana alam,
reaksi nuklir, aus dan karat.
Perluasan jaminan :
1. Tanggung jawab hukum terhadap pihak ke-3,
2. Huru hara dan kerusahan;
a. RSMD (Riot Strict and Malacious Damage),
b. RSCC (Riot Strict Civil Commutation).
3. Kecelakaan diri/personal accident.
Objek asuransi kecelakaan bermotor pada prinsipnya yaitu :
- Semua jenis kendaraan bermotor, adakalanya perusahaan mempunyai
kebijakan misal ; total risk 5 tahun, TLO 10 tahun.
- Assesoris non standar, Tape, CD changer (harus disebut secara rinci).
Risiko yang dijamin :
1. Tabrakan,
2. Benturan,
3. Terbalik,
4. Tergulir dari jalan.

Making and Breaking Contract


 Berkenaan dengan making and breaking contract, pasal yang
berkenaan dengan hal ini antara lain :
Pasal 255, 156, 157, 158 KUHD.
Hanya menjelaskan proses secara umum mengenai teknis-teknisnya.
Untuk :
1. Offered → penawaran,
2. Acceptance → penerimaan,

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 27


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
3. Consideration → pertimbangan,
4. Intention → keinginan.
 Ada dokumen-dokumen yang bersifat sementara yang tidak lazim
ada di kontrak, yaitu:
1. Cover note/nota penutupan,
2. Nota sementara,
3. Dokumen pembahasan.
 Dalam setiap perjanjian selalu ada klausul-klausul untuk
menghindari suatu jebakan, yang antara lain :
1. Mistake; kekeliruan,
2. Misreprensention; keterangan yang tidak benar,
3. Illegality, keabsahan suatu perjanjian,
4. Non disclosure; ketidakterbukaan,
 Contoh mistake :
Kalau dalam perjanjian ada kekeliruan, berkenaan dengan pasal 1320 KUHPdt, yaitu :
Terhadap ayat (1) dan (2), yaitu kata sepakat, tidak ada paksaan, penipuan, kekeliruan
→ dapat dibatalkan (syarat subjektif).
 Contoh lain : Lukisan Raden Saleh diajukan ke pengadilan,
berdasarkan pasal 1266 KUHPdt (ada syarat batal). Batal, dimana bila ada upaya
hukum batal pada saat awal. Dapat dibatalkan, dimana bila ada upaya hukum batal pada
awal diputus oleh pengadilan.
 Pasal 251 KUHD → kekeliruan mengakibatkan batal demi hukum.
Merupakan penyimpangan dari pasal 1320 KUHPdt ayat (l).
Dasar hukum bahwa KUHD boleh menyimpangi KUHPdt adalah pasal 1 KUHD. Pasal
251 ini merupakan pasal yang mewajibkan untuk memberikan keterangan yang benar
guna pertimbangan. Adapun yang harus diterangkan adalah yang berhubungan dengan
risiko. Ketentuan mi dianggap menimbulkan akibat hukurn yang terlalu keras.
Pasal 251 ini selanjutnya direnovasi oleh putusan-putusan pengadilan.

PENGGOLONGAN
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 28
2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
 Penggolongan asuransi,
KUHD tidak secara tegas menggolongkan asuransi. Penggolongan asuransi yang
pertama adalah oleh Molengraf, dimana di dalam ketentuan KUHD Molengraf melihat
bahwa selain ada ketentuan-ketentuan yang umum berlaku, terdapat pula ketentuan-
ketentuan khusus yang berlaku bagi satu golongan dan tidak berlaku bagi golongan
lain.
 Di dalam NBW membagi secara tegas asuransi menjadi :
1. Schade verzekering (asuransi kerugian),
2. Sommen verzekering (asuransi jumlah),
Sedangkan pengertian asuransi sendiri di dalam NBW lebih luas dari pasal 246 KUHD,
yang dapat dikatakan mengandung sistem yang tertutup karena lebih menitikberatkan
pada asuransi kerugian saja. Pasal 7.717 NBW tidak hanya mengatur asuransi kerugian
saja.
 Penggolongan asuransi ada 4, yaitu :
1. Penggolongan asuransi secara yuridis;
a. Asuransi kerugian,
Adalah suatu perjanjian asuransi yang berisikan ketentuan bahwa penanggung
mengikatkan dirinya untuk melakukan prestasi berupa memberikan ganti
kerugian kepada tertanggung, seimbang dengan kerugian yang diderita oleh
pihak tertanggung.
Ciri-ciri asuransi kerugian antara lain :
1. Kepentingan dapat dinilai dengan uang.
2. Berlaku prinsip indemnitas dalam menentukan besar kerugian.
3. Berlaku ketentuan tentang subrogasi.
Contoh asuransi kerugian :
1. Asuransi pencurian (thief insurance)
2. Asuransi pembongkaran (burglary insurance),
3. Asuransi perampokan (robbery insurance)
4. Asuransi kebakaran (fire insurance),
5. Asuransi terhadap bahaya yang mengancam hasil pertanian (crop

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 29


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
insurance).
b. Asuransi jumlah,
Adalah suatu perjanjian asuransi yang berisikan ketentuan bahwa penanggung
terikat untuk melakukan prestasi berupa pembayaran sejumlah uang yang
besarnya sudah ditentukan sebelumnya.
Ciri-ciri asuransi jumlah :
1. Kepentingan tidak dapat dinilai dengan uang.
2. Jumlah uang yang dibayarkan penanggung kepada tertanggung sudah
ditentukan sebelumnya.
Untuk asuransi jumlah ini tidak berlaku prinsip indemnitas dan prinsip
subrogasi.
Contoh; asuransi jiwa, asuransi sakit, asuransi kecelakaan (apabila jumlahnya
sudah ditentukan sebelumnya).
2. Penggolongan asuransi berdasarkan kehendak bebas para pihak :
a. Asuransi sukarela (voluntary insurance),
Adalah suatu perjanjian asuransi yang terjadinya didasarkan kehendak bebas
dari para pihak yang mengadakannya.
Asas kebebasan berkontrak menjadi dasar perkembangan perjanjian asuransi
sukarela.
Asuransi yang diatur dalam KUHD termasuk perjanjian sukarela.
b. Asuransi wajib (compulsory insurance),
Adalah suatu perjanjian asuransi yang terbentuk karena diharuskan oleh suatu
ketentuan perundang-undangan sehingga ada unsur memaksanya, beberapa
diantaranya apabila tidak dilakukan akan terkena sanksi.
3. Penggolongan asuransi berdasarkan sifat dari penanggung (penggolongan di sini
adalah didasarkan pada sifat dari badan hukum yang bertindak sebagai penanggung)
:
a. Asuransi premi (premie zekering),
Adalah suatu perjanjian asuransi antara penanggung dan masing-masing
tertanggung, dan antara tertanggung yang satu dengan yang lain tidak ada

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 30


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
hubungan hukum. Dalam perjanjian asuransi ini setiap tertanggung mempunyai
kewajiban untuk membayar premi kepada penanggung.
b. Asuransi saling menanggung (onderlinge zekering),
Dibentuknya perkumpulan tersebut karena antara para anggota terdapat suatu
hubungan hukum dan mempunyai tujuan yang sama. Setiap anggota tidak
membayar premi tetapi membayar semacam iuran tetap kepada perkumpulan
tersebut.
Apabila terdapat anggota yang mengalami kerugian karena suatu peristiwa yang
semula belum dapat dipastikan, perkumpulan akan memberikan pembayaran
sejumlah uang kepada yang bersangkutan.
Prof. Wirdjono mengatakan bahwa perkumpulan saling menanggung ini mirip
dengan perkumpulan koperasi karena mempunyai sifat kerjasama dan
tujuannya bukan untuk memperoleh keuntungan melainkan saling membagi
resiko.
4. Penggolongan asuransi dilihat dari segi tujuan saja :
a. Asuransi komersial (commercial insurance),
Asuransi komersial merupakan asuransi sosial yang bersifat khusus karena ciri-
cirinya yang khusus. Diadakan oleh perusahaan asuransi sebagai suatu bisnis
sehingga tujuan usahanya adalah memperoleh keuntungan, oleh karena itu
segala sesuatu yang berkaitan dengan perjanjian asuransi ini misalnya besarnya
premi, besamya ganti kerugian didasarkan pada perhitungan ekonomis. Semua
jenis asuransi yang diatur dalam KUHD merupakan asuransi komersial (juga
asuransi sukarela).
b. Asuransi sosial (social insurance),
Asuransi sosial merupakan perkembangan dari asuransi komersial, dan asuransi
komersial itu sendiri sebagai dasar dari asuransi sosial.
Diselenggarakan tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan tetapi
bermaksud memberikan jaminan sosial kepada masyarakat/ sekelompok
masyarakat.
Sebagai dasar dari asuransi sosial, kita dapat melihat UU No. 6 Tahun 1974

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 31


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
tentang pokok-pokok kesejahteraan sosial, dalam pasal 2 ayat (4) dinyatakan
bahwa jaminan sosial (social security) sebagai perwujudan dari security sosial
adalah seluruh sistem perlindungan dan pemeliharaan kesejahteraan sosial bagi
warga negara yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat guna
memelihara taraf kesejahteraan sosial.
Terlihat bahwa jaminan ini tidak selalu dilaksanakan oleh pemerintah saja.
Menurut pendapat beberapa sarjana, jaminan sosial ini terbagi atas :
1. Bantuan sosial,
2. Asuransi sosial,
Dalam pengertian yang sempit maka jaminan sosial hanya asuransi sosial.
Antara bantuan sosial dan asuransi sosial terdapat beberapa perbedaan
mendasar, yaitu antara lain :
1. Bantuan sosial tidak dimintakan partisipasi iuran dari yang dibantunya,
misal; bencana alam, sedangkan asuransi sosial ada partisipasi yang
bersangkutan yaitu dengan membayar premi, misal : asuransi kesehatan.
2. Bantuan sosial selalu ada tes kebutuhan atau tes kemiskinan, sedangkan
asuransi sosial tidak ada.
Asuransi sosial :
- Untuk pegawai negeri sipil :
1. ABRI → Asabri,
2. Non ABRI → Taspen, Aspen, dll.
Mencakup tidak hanya tabungan hari tua saja tapi juga asuransi keseharan
bagi negeri juga bagi swasta.
- Untuk umum :
Dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang dan dana kecelakaan
lalu lintas jalan.
Mengapa lahir asuransi sosial? Bila dilihat dari sejarah maka yang pertama lahir
adalah asuransi komersial/sukarela, sedangkan pertumbuhan asuransi sosial
dimulai sejak abad 14 di Eropa Barat dimana terjadi industrialisasi sebagai
akibat didirikannya pabrik-pabrik yang menimbulkan adanya golongan majikan

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 32


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
dan buruh. Buruh merupakan golongan yang lemah, dalam artian bahwa mereka
sangat tergantung pada penghasilan yang diterimanya dari majikan, bila ada
suatu hambatan yang mengganggu penghasilannya misalnya sakit, di PHK,
mati/kecelakaan, akan menimbulkan bagi kehidupan mereka dan keluarganya,
sementara itu terkadang terjadi pula gejolak sosial yang mengakibatkan
penderitaan/kelaparan, karena itu timbul konsep untuk membantu mereka
sehingga di negara-negara Eropa bermunculan UU kemiskinan, dimana mcreka
yang miskin akan diberi bantuan. Tetapi ada satu hambatan dari UU kemiskinan
tersebut yaitu mereka yang menerima bantuan kehilangan hak-hak sipilnya/hak-
hak perdatanya, karena itu UU itu hampir tidak dipergunakan lagi. Sekitar tahun
1886 dipergunakan 3 cara untuk membantu buruh/tenaga kerja, yaitu :
1. Membuat tabungan-tabungan kecil,
Di sini buruh menyisihkan sebagian pendapatannya yang dapat dibayarkan
bila nanti terjadi peristiwa yang merugikannya.
Cara ini tidak dapat berjalan karena gaji buruh yang kecil akan makin kecil
lagi bila sebagian harus dibayarkan.
2. Teori employer liability (tanggungjawab pengusaha),
Di sini pengusaha bertanggung jawab apabila terjadi kecelakaan pada
buruhnya. Cara ini tidak jalan karena sangat bergantung pada kesadaran
pengusaha (karena sifatnya yang sukarela).
3. Asuransi komersial,
Pengusaha mengalihkan tanggung jawab kepada perusahaan asuransi. Cara
ini tidak jalan juga karena berdasarkan kesadaran pengusaha.
Pengusaha akan memilih secara selektif.
Keadaan berubah pada tahun 1883, dimulai di Jerman pada waktu pemerintahan
Otto van Bismark (di Jerman → paternalistik), dimana ia menciptakan
asuransi sosial yang pertama, yaitu lahir asuransi sakit, asuransi kecelakaan
kerja, asuransi pensiun, asuransi hari tua, asuransi cacat. Selanjutnya jenis
asuransi ini menyebar ke Austria, lnggris, Rusia, Jepang, dll.
Pada tahun 1930 terjadi resesi di bidang ekonomi, sistem asuransi ini menyebar

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 33


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
dari Jerman ke Amerika Serikat. Setelah PD II, dimana masalah-masalah sosial
makin meningkat sehingga banyak masyarakat yang menderita, dengan
demikian sistem asuransi sosial ini berkembang di Asia dan Afrika, sehingga
sistem asuransi sosial selanjutnya tidak hanya berkembang di Eropa saja
melainkan di seluruh dunia.
Kesimpulan :
Dengan melihat sejarah munculnya asuransi sosial dan perkembangannya di
beberapa negara, terlihat bahwa asuransi sosial diperlukan sebagai sarana
pemberian jaminan sosial. Melalui asuransi sosial pemberi jaminan (pada
umumnya pemerintah) dapat memberikan bantuan tetapi tetap memegang
prinsip-prinsip asuransi.
Asuransi sosial merupakan perluasan dari asuransi komersial, adapun
perbedaannya adalah antara lain :
1. Asuransi komersial bersifat sukarela (pasal 1338 ayat (1) KUHPdt),
sedangkan asuransi sosial bersifat wajib karena ditentukan oleh perundang-
undangan.
2. Sumber perikatan bagi asuransi komersial adalah bersumber dari perjanjian,
sedangkan asuransi sosial adalah undang-undang.
3. Asuransi komersial tidak ada sanksi, sedangkan asuransi sosial ada
sanksinya.
4. Asuransi komersial besar preminya tergantung pada risiko dari pada uang
asuransi/kehendak para pihak, sedangkan asuransi sosial ditentukan oleh
undang-undang, sedangkan asuransi sosial besarnya iuran dapat berbeda
tetapi besar santunannya dapat sama.
5. Asuransi komersial besarnya santunan tergantung para pihak/ berdasarkan
kerugian yang diderita, sedangkan asuransi sosial sudah ditentukan
jumlahnya.
6. Dalam asuransi komersial evenement/rangkaian peristiwa diserahkan pada
pilihan, sedangkan asuransi sosial tidak ada pilihan karena sudah
ditentukan.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 34


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
7. Asuransi komersial penyelenggaranya biasanya oleh swasta, sedangkan
asuransi sosial biasanya negara.

Asuransi Kendaraan Bermotor


 Asuransi kendaraan bermotor diasuransikan dari :
1. Atas kehilangan/kecurian,
2. Atas kerusakan,
3. Pengendaranya,
4. Tanggung jawab hukum pihak ke-3.
Adakalanya diperluas dengan:
5. Asuransi kemsakan akibat banjir.

Asuransi Deposito
 Asuransi deposito diatur berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia, ruang lingkupnya :
1. Kepailitan bank,
2. Simpanan nasabah yang dibawa lari oleh direktur
bank,
3. Kredit macet,
4. Risiko politik.
 Para pihak ;
- Bank,
- Deposan,
- Perusahaan asuransi.
 Hubungan hukum antara 2 pihak, terdapat 2 kemungkinan, yaitu :
1. Hubungan hukum antara Bank dengan perusahaan asuransi,
- Kepentingan : Tanggung jawab bank terhadap uang/deposito nasabah bank
(pasal 1317 KUHPdt, asuransi tanggung jawab berdasarkan perjanjian → untuk
pihak ke-3).
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 35
2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
- Premi : Dibayar oleh Bank.
2. Hubungan hukum antara deposan dengan perusahaan asuransi,
- Kepentingan : Uang deposan di Bank (perjanjian asuransi).
- Premi : Dibayar oleh deposan.

Asuransi Kejahatan
 Asuransi kejahatan (crime insurance) berbeda dengan kejahatan asuransi :
Asuransi kejahatan adalah perjanjian yang dilakukan antara tertanggung dan
penanggung (perusahaan asuransi) dari kemungkinan kejahatan yang menimpa harta
kekayaan karena tindakan tidak jujur orang lain, sedangkan kejahatan asuransi adalah
suatu perbuatan yang mencari keuntungan di bidang asuransi secara melawan hukum.
 Asuransi kejahatan adalah suatu asuransi yang ditutup oleh pemilik harta kekayaan
agar mendapatkan ganti kerugian yang disebabkan oleh perbuatan jahat terhadap harta
kekayaan itu.
 Kejahatan asuransi adalah kejahatan-kejahatan yang terjadi dalam asuransi, jika
kejahatan itu dilakukan oleh tertanggung sendiri maka berdasarkan pasal 276 KUHD,
maka penanggung dibebaskan dari kewajiban membayar ganti kerugian.
 Dalam asuransi kejahatan yang berbuat pihak ke-3, sedangkan dalam kejahatan
asuransi dapat pihak tertanggung sendiri atau pihak lain.
 Dalam Asuransi kejahatan terdapat unsur perbuatan jahat, adapun perbuatan jahat yang
dimaksud adalah antara lain meliputi :
1. Pembongkaran (burglary),
2. Perampokan (robbery),
3. Pencurian (thief),
4. Pemalsuan (forgery),
5. Lain-lain tindakan tidak jujur, misal : perbuatan yang bersifat
penyimpangan.
 Untuk asuransi kejahatan dalam praktek & dipisahkan sebagai
berikut :
1. Asuransi pencurian (thief insurance),
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 36
2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
2. Asuransi pembongkaran (burglary insurance),
3. Asuransi perampokan (robbery insurance),
4. Asuransi perbuatan curang (forgery insurance).
 Pembagian tersebut sesuai dengan yang diatur dalam pasal 362 KUHP.
 Perbuatan jahat tersebut di atas termasuk thief, dalam arti luas.
 Didalam KUHP:
1. Thief/ pencurian dalam arti sempit (pasal 362 KUHP) :
Sebagai suatu perbuatan mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum.
2. Pembongkaran (pasal 363 ayat 1 (5) KUHP) :
Sebagai suatu pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau
untuk sampai pada barang yang diambilnya, dilakukan dengan merusak, memotong
atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian
jabatan palsu.
3. Perampokan (pasal 365 ayat 1 KUHP) :
Sebagai pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan, terhadap orang, dengan maksud untuk mempersiapkan atau
mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan untuk memungkinkan
melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang
dicurinya. (Terdapat unsur ancaman, tidak ada unsur merusak).
4. Perbuatan curang (pasal 378) :
Sebagai suatu perbuatan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu
muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk
menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun
menghapuskan piutang.
 Dalam praktek ada 2 kelompok asuransi kejahatan :
1. Personal thief insurance,
Dilakukan oleh orang perorangan, ada 2 macam :
a. Broad form policy,
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 37
2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
Tidak ada pembatasan lokasi.
b. Personal thief policy,
Ada pembatasan policy.
2. Bussines/ commercial thief insurance,
Asuransi yang ditutup bcrkaitan dengan bidang bisnis/bidang usaha, ada beberapa
macam :
a. Mercantile open stock burglary,
Berhubungan dengan apakah barang yang sedang dipajang/sedang dipamerkan,
oleh karena itu jenis polis asuransi pada umunmya menutup risiko terhadap 3
hal :
1. Kehilangan barang-barang yang timbul karena peristiwa burglary.
2. Kerusakan barang yang disebabkan perbuatan atau percobaan burglary.
3. Perampokan (robbery) yang terjadi karena penjaga barang-barang diancam
dengan kekerasan.
Jenis asuransi ini objeknya tidak termasuk uang dan surat-surat berharga.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 38


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
b. Save burglary insurance,
Suatu jenis asuransi yang menanggung risiko terhadap pembongkaran-
pembongkaran tempat-tempat penyimpanan. Barang-barang yang dipertang-
gungkan, antara lain ; uang, surat-surat berharga, surat-surat yang berharga,
harta kekayaan lainnya.
c. Robbery insurance,
Berkaitan dengan risiko-risiko perdagangan.
Polis dibagi menjadi 2 jenis :
1. Inside hold up insurance,
Dimaksudkan untuk menutup kehilangan/ kerusakan atas harta kekayaan
tertanggung karena perampokan atau percobaan perampokan termasuk
perabotan yang ada di dalam ruang.
2. Outside hold up insurance,
Dimaksudkan untuk menutup kehilangan/kerusakan atas harta kekayaan
tertanggung karena perampokan atau percobaan perampokan termasuk
perabotan yang ada di luar ruang.
d. Pay rule/pay master robbery policy,
Asuransi ini menyangkut peristiwa perampokan atas uang cek yang
dimaksudkan untuk pembayaran oleh bendaharawan (termasuk diculiknya
bendaharawan tersebut).
 Thief insurance termasuk
dalam asuransi kerugian sehingga terhadapnya berlaku ketentuan umum asuransi yang
ada dalam KUHD.

Surety Bond
 Dalam perkembangan asuransi
pada tahun 1980 (di Indonesia) ada suatu jenis asuransi yang kita kenal dengan surety
bond, yang dalam hal ini PT. Jasa Raharja ditunjuk untuk menjadi surety shift.
 Surety bond merupakan suatu
jaminan yang bersifat perorangan, yang memberikan jaminan terhadap suatu peristiwa.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 39


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
 Ada persamaan dengan
asuransi, yaitu :
1. Surety bond juga dipakai menjamin kerugian yang ditimbulkan karyawan oleh
majikan yang menyangkut kesetiaan karyawan terhadap majikan (fidelity bond),
dalam hal ini terdapat unsur kerugian.
2. Mengenai pengawasan, maka untuk surety bond biasanya (di berbagai negara)
diawasi oleh Departemen Keuangan.
 Adapun perbedaaannya dengan asuransi, yaitu antara lain :
1. Surety bond di daiam kontraknya selalu menyangkut 3 pihak, sedangkan dalam
asuransi hanya mengenal 2 pihak.
2. Dalam Surety bond terdapat hak atas ganti kerugian antara pihak suretee dan
principal, kalau suretee harus mengganti kerugian kepada pihak obligee, maka
kemudian ia dapat menuntut principal sebagai penunjang utama dalam perjanjian,
hal ini berbeda dengan sifat perjanjian asuransi yang mewajibkan penanggung
untuk membayar ganti kerugian sesuai dengan persyaratan-persyaratan polis tanpa
hak menuntut pihak lain dalam kontrak (berbeda dengan subrogasi → di luar
kontrak).
3. Di dalam surety bond, premi hanya dianggap sebagai service charge bukan sebagai
suatu kumpulan dana dari mana ganti kerugian akan diambil, sedangkan dalam
asuransi maka premi itulah yang dikumpulkan untuk dana yang dipergunakan untuk
membayar ganti kerugian.
4. Pada perjanjian asuransi, penanggung telah mengikatkan diri sejak semula bahwa
kalau timbul kerugian oleh tertanggung sebagai akibat suatu peristiwa yang ditutup
polis maka ia akan mengganti kerugian. Dalam surcty, maka janji suretee adalah
nomor dua, bahwa surety bond bertanggung jawab setelah kegagalan dari principal
untuk melaksanakan suatu kewajiban berdasarkan perjanjian antara dia dan obligee,
kegagalan yaitu karena ketidakjujuran, kekurangan dana, dan ketidakmampuan
lainnya.
 Contoh surety bond :
- Fidelity bond,

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 40


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
Menjamin kesetiaan karyawan.

Skema :

Obligce A (Perusahaan) Principal B (Karyawan)

C (Suretee)
Ket :
Yang menutup adalah principal.

- Performance bond,
Berkaitan dengan suatu pekerjaan,
Contoh : A (Obligee) memberi B (principal) suatu proyek, dalam hal ini maka B
memilih surety bond dari C.

Asuransi Pengangkutan Udara


 Asuransi pengangkutan udara :
Aviation insurance ini berkaitan dengan pengoperasian pesawat, dapat berupa
commercial dan non commercial (militer, dsb), dibagi menjadi :
1. Dilihat dari objeknya :
a. Property insurance; menyangkut benda berwujud, contoh : kerangka pesawat
dan cargo insurance, mengangkut barang yang diangkut.
b. Personal insurance; terdiri atas crew dan penumpang.
c. Liability insurance; berkaitan erat mengalihkan tanggung jawab dari
perusahaan pengangkutan terhadap penumpang, barang, pihak ke-3.
2. Dilihat dari subjeknya/siapa yang membuka/menuntup asuransi :
a. Produsen pesawat; mempunyai tanggung jawab atas hasil produksi (liability
product insurance).
b. Penguasa/pengelola bandara.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 41


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
c. Pengangkut; dapat dilakukan :
- Asuransi tubuh pesawat (hull insurance),
- Asuransi terhadap awak pesawat (crew insurance) atas tanggung jawab kerja.
- Asuransi tanggung jawab (liability insurance) yang dilakukan pengangkut
untuk penumpang, barang, atau pihak ke-3.
3. Asuransi ditutup oleh yang berkepentingan;
a. Oleh pemilik barang,
b. Asuransi yang dilakukan oleh penumpang,
- Sukarela (kecelakaan, jiwa),
- Wajib.

Asuransi Takaful
 Eksistensi asuransi takaful masih banyak menimbulkan perdebatan
terutama di kalangan umat Islam sendiri, hal ini berkenaan dengan asuransi yang
merupakan perjanjian untung-untungan. Berkenaan dengan ini maka ada yang
berpendapat halal ada juga yang berpendapat haram.
 Tujuan asuransi takaful (Islam) adalah tolong-menolong,
sedangkan asuransi konvensional (umum) adalah mengalihkan/membagi risiko.
 Adanya prinsip mudarobah (bagi hasil).
 Yang menjadi dasar hukum umumnya adalah KUHPdt, KUHD dan
UU No. 2 Tahun 1992.
 Dalam asuransi takaful ada yang disebut dengan dewan pengawas
syariah yang bertugas mengawasi produk dan investasi.
 Selain terkandung prinsip indemnitas juga terkandung konsep
tabungan, dimana premi selain ada yang untuk meng-cover apabila peristiwa tak
tertentu terjadi, juga dapat diambil sebelum masanya berakhir.
 Tujuan asuransi takaful adalah tolong menolong, dimana hasil
(bagi hasil) dan invetasi sangat transparan.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 42


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
Asuransi Banjir
 Merupakan derivatif dari asuransi kendaraan bermotor, asuransi
kebakaran, asuransi kecelakaan/kesehatan.
 Asuransi banjir sifatnya merupakan perluasan, artinya bisa
dimasukkan dalam perjanjian asuransi, bisa juga tidak.
 Dalam asuransi seperti banjir, gempa bumi, maka jarang sekali
pihak yang mau menjadi penanggung karena dianggap kejadian tersebut merupakan
kejadian besar sehingga risikonya juga sangat besar.
Asuransi banjir biasanya merupakan perluasan dari asuransi property/bisnis perumahan.
 Dalam asuransi dikenal istilah tailor made, yaitu polis dengan
klausul-klausul khusus yang dibuat oleh perusahaan asuransi sendiri. All risk, yaitu atas
semua risiko (jangan dianggap banjir juga menjadi tanggung jawab, karena klausul
banjir biasanya harus diperjanjikan secara khusus, demikan juga terhadap asuransi cacat
dari dalam (pasal 294)).

Jamsostek
 Diwajibkan kepada perusahaan yang mempekerjakan pekerjanya
min. 10 orang dan minimal memiliki beban untuk upah Rp. 1 juta/bulan.
 Dasar hukumnya adalah UU No. 3 Tahun 1992 ttg Jamsostek.
 Mengenai analisis yang digunakan oleh perusahaan dalam hal
perhitungan risiko (baik untuk ekstern maupun untuk intern), maka digunakan analisis
SWOT (Strength/ kekuatan, Weakness/ kelemahan, Opportunity/ peluang,
Threat/ancaman).
 Untuk para pekerja adalah Jamsostek - UU No.3 Tahun l999.
Wajib tidaknya perusahaan mengasuransikan pekerjanya tergantung dari jumlah pekerja
dan omzetnya, jika lebih dari 10 pekerja dan omzetnya lebih dari 10 juta Rupiah maka
perusahaan tersebut wajib mengasuransikan pekerjanya.

Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 43


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
 Dasar hukum; pasal 1365 KUHPdt, UU No. 33 Tahun 1964
tentang Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan jo. PP No. 17 Tahun 1965.
 Asuransi ini merupakan asuransi wajib.
 Asuransi Jasa Raharja merupakan asuransi campuran dari asuransi
kerugian dan asuransi jumlah.
 Kepentingan yang diasuransikan adalah keselamatan penumpang.
 Selain bisa menuntut terhadap Jasa Raharja maka tertanggung bisa
juga menuntut ke perusahaan transportasinya.
 UU No. 33 Tahun 1964 mewajibkan penumpang untuk membayar
premi (teknisnya disatukan dengan tiket), selanjutnya premi tersebut diserahkan oleh
perusahaan angkutan kepada PT. Jasa Raharja.
Terdiri dari; kemungkinan luka-luka, cacat tetap, dan kematian.
Terhadap jumlah pembayaran santunannya ada yang ditetapkan (misal untuk kematian
adalah Rp. 5 juta), ada yang dengan limit (misal; untuk biaya pengobatan jika luka-
luka/tidak meninggal dunia).
Berarti campuran antara asuransi kerugian dan asuransi kecelakaan.
 Jadi yang mendapat penggantian/santunan adalah korban diluar
pengendara (yang menabrak), tetapi sifatnya terbatas dalam artian bahwa selanjutnya
korban bisa saja rnenuntut, baik secara perdata ataupun secara pidana terhadap
pengendara (penabrak), dimana dalam hal diajukan gugatan perdata dalam hal ini
menyangkut sejumlah uang maka jumlah uang yang dituntut dikurangi jumlah uang
yang dibayarkan oleh Jasa Raharja kepada korban.
 Santunan yang diberikan Jasa Raharja tidak menghilangkan
tanggung jawab perdata maupun pidana.
 Dengan asuransi ini maka tidak membebaskan perusahaan jasa
angkutan umum karena yang mengasuransikan bukan perusahaan jasa angkutan umum
tersebut, melainkan penumpang umum sendiri.
 Dalam UU No.14 Tahun 1992, mensyaratkan adanya kewajiban
perusahaan jasa angkutan umum untuk mengasuransikan penumpangnya. Bagi

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 44


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
angkutan umum dengan jarak perjalanan yang kurang dari 50 km maka tidak wajib
bayar iuran wajib (premi asuransi).
 UU No. 33 Tahun 1964 → tak ada liability insurance, UU No. 34
Tahun 1964 → ada tapi terbatas, UU No. 14 Tahun 1992 → ada (ditambah kewajiban
perusahaan mengasuransikan penumpangnya).

Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan


 Dasar hukum; UU No. 34 Tahun 1964 tentang Pertanggungan
Wajib Korban Kecelakaan di Luar Kecelakaan jo. PP No. 16 Tahun 1965.
 Yang bayar iuran adalah pemilik kendaraan, yang mana
pembayaran preminya biasanya disatukan dengan ketika memperpanjang STNK/pajak.
 Kepentingan yang diasuransikan adalah tangggung jawab pemilik
kendaraan atas korban kecelakaan diluar kecelakaan.
 Dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang, yaitu bagi
penumpang di dalam angkutan yang mengalami kecelakaan.
 Dana kecelakaan lalu lintas jalan, diperuntukkan bagi orang yang
mengalami kecelakaan (di luar) yang diakibatkan oleh angkutan umum.
 Baik dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang dan dana
kecelakaan lalu lintas jalan adalah melalui PT. Jasa Raharja.

Tanggung Jawab Profesi Dokter


 Yang diasuransikan adalah tanggung jawab dokter ketika ia
melanggar.
 Tidak mengalihkan kesalahan.
 Apabila melanggar prosedur yang sudah ditetapkan maka disebut
mallpraktek.
 Untuk ditetapkan sebagai suatu perbuatan mallpraktek, harus
terlebih dahulu ditetapkan oleh Majelis Pertimbangan Ahli.
 Dalam asuransi ini karena risiko tidak bisa dihitung besarnya

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 45


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
(sulit), maka biasanya ditentukan besarnya (lihat pasal 253 ayat (2) KUHD).
 Terhadap asuransi ini, ada yang tidak setuju dan ada yang setuju.
 Pihak yang setuju berpendapat bahwa perjanjian asuransi tersebut
dapat dibuat dengan tidak mengalihkan unsur kesalahan.
UU No. 2 Tahun 1992 tentang Perusahaan Perasuransian
 Jasa aktuaria; merancang program-program dalam asuransi.
 Afiliasi; hubungan.
 Asuransi; Lembaga Keuangan Non Bank, asuransi sama halnya
seperti Bank dalam hal menghimpun dana tetapi penyalurannya hanya kepada yang
membayar premi.
 Dana yang terhimpun oleh perusahaan asuransi biasanya
diinvestasikan pada tabungan deposito.
 Unit link (gabungan antara asuransi jiwa dengan investasi) lahir
karena kesadaran masyarakat untuk berinvestasi sangat rendah.
 Unit link bertentangan dengan UU No. 2 Tahun 1992 :
- Tidak diatur dalam UU.
- Risiko investasi bersifat spekulatif (bukan murni), sehingga tidak bisa.
- Bertentangan dengan UU Konsumen mengenai perjanjian baku, yaitu dalam hal
apabila ada peralihan risiko maka perjanjian dianggap batal.
 Solvabilitas - tingkat kesehatan, yaitu memiliki kemampuan untuk
membayar.
 Retensi - kemampuan perusahaan untuk bertahan dari aspek
pendanaan.
 Dalam hal pailit :
- Menurut UU No. 2 Tahun 1992, tertanggung merupakan kreditur preferen.
- Sedangkan dalam UU No. 4 Tahun 1996, kreditur preferen hanya bagi mereka yang
memiliki agunan sedangkan tertanggung sendiri tidak memiliki agunan sehingga
bukan kreditur preferen.
- Jadi antara UU No. 2 Tahun 1992 dalam pengaturan mengenai pailit bertentangan

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 46


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
dengan UU No. 4 Tahun 1996.
- Dalam praktek maka tertanggung adalah kreditur konkuren.

SISTEMATIKA ASURANSI
(Yang dipakai dalam mempelajari asuransi di Inggris/ pada umumnya)
 Antara lain meliputi :
1. Sejarah asuransi,
Mengenai perkembangan dalam peristilahannya, pertama kali di Italia.
2. Apa itu asuransi,
Berhubungan dengan pasal 264, pasal 1 UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian, pasal 7.717 NBW.
3. Policy holder protection (perlindungan terhadap pemegang polis),
Dapat kita lihat dalam KUHD dan UU No. 2 Tahun 1912.
4. What is the market in asurance,
Tentang perusahaan-perusahaan asuransi, dalam hal ini yaitu bagaimana
memasarkan asuransi kepada masyarakat. Dapat dilihat dalam UU No. 2 Tahun
1992.
5. Insurable interest (kepentingan yang dapat diasuransikan),
Berhubungan dengan pasal 250 dan 268 KUHD.
6. Penggolongan asuransi dalam praktek,
(Di Inggris), terdapat :
- live insurance,
- property insurance.
7. Making and breaking the insurance contract,
Berhubungan dengan pasal 255, 256, 257, 258 KUHD, harus ada offered dan
acceptance, dan juga berhubungan dengan alat-alat bukti dalam perjanjian asuransi.
8. Misrepresentation and disclosure,
Berhubungan dengan pasal 251 KUHD.
9. Warranty and condition (ruang lingkup yang dijalankan),
10. Insurance intermediarist (perantara-perantara yang berkaitan dengan kegiatan

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 47


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
asuransi),
11. Claim,
Berkaitan dengan persyaratan-persyaratan dalam klaim asuransi.
12. Subrogation and contribution,
Berhubungan dengan pasal 284 KUHD.
13. Double insurance,
Berhubungan dengan pasal 252, 277 KUHD.
14. Pengembalian premi,
Berhubungan dengan pasal 281, 288 KUHD, dalam hal ini berhubungan pula
dengan solvabilitas insurance.
15. The third party liability insurance,
16. The insurance ombudsman,
Suatu biro atau lembaga yang menerima pengaduan-pengaduan berkaitan dengan
permasalahan-permasalahan asuransi.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 48


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi
REFERENSI

 Aspek-aspek Hukum Asuransi dalam Surat Berharga, oleh : Prof. Man Suparman
Sastrawidjaja,
 Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, oleh Dr. Sri Rejeki Hartono, S.H,
 Hukum Asuransi di Indonesia, oleh Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H.,
 Hukum Asuransi - Perlindungan Tertanggung, Asuransi Deposito, Usaha
Perasuransian, oleh Prof. Man Suparman, S.H., SU.,
 Dll.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 49


2004-2005
Campus in Compact – Hukum Asuransi

Anda mungkin juga menyukai