Anda di halaman 1dari 9

C.

Sifat Asuransi
1. Perjanjian Asuransi merupakan perjanjian Timbal Balik (Wederkerige
Overeenkomst).
2. Perjanjian Asuransi merupakan perikatan bersyarat (Voorwaardelike
Overeenkomst).
3. Asuransi merupakan perjanjian untuk mengalihkan dan membagi Risiko.
4. Perjanjian Asuransi merupakan Perjanjian Konsensual (Pasal 257 KUHD).
5. Asuransi pada dasarnya hanya merupakan suatu perjanjian penggantian
kerugian.
6. Asuransi mempunyai sifat kepercayaan yang khusus.
7. Karena di dalam asuransi terdapat unsur “peristiwa yang belum pasti
terjadi (onzeker voorval)”, oleh Pasal 1774 KUHPdt dikelompokkan sebagai
perjanjian untung-untungan (kansovereenkomst).

1
D. Manfaat Asuransi
Manfaat Asuransi, antara lain :
1. Asuransi merupakan alat untuk menyimpan dana untuk kepentingan hari depan.
Contoh : Asuransi Jiwa
2. Asuransi memberikan rasa tentram di dalam menjalankan suatu usaha. Contoh
asuransi kebakaran.
3. Asuransi meningkatkan efektivitas sesuatu usaha.
4. Asuransi akan mengurangi konsumsi masyarakat yang tidak perlu.
5. Dengan adanya perjanjian asuransi, juga membantu mengurangi terjadinya
Risiko. Maksudnya : didalam asuransi ada pihak penanggung yang harus
membayar ganti rugi kalau terjadi peristiwa, penanggung berusaha untuk tidak
memberi ganti rugi dengan cara mencegah supaya peristiwa tidak terjadi. Misal :
dengan menempatkan alat-alat pemadam kebakaran.

2
E. Prinsip Hukum Asuransi
Adapun Prinsip Hukum Asuransi, yaitu :
1. Prinsip Kepentingan yang dapat diasuransikan (Insurable Interest);
2. Prinsip itikad baik atau prinsip kejujuran yang sempurna (principle of utmost
good faith);
3. Prinsip Ganti Kerugian (Indemnity);
4. Prinsip Subrogasi (Subrogation principle);
5. Prinsip sebab akibat, didukung beberapa teori yaitu : Teori causa proxima
(sebab terdekat dengan kerugian), Teori condisio sine quo non (syarat
mutlak adalah kejadiaan dan kenyataan), Teori causa remota (peristiwa
terjauh memungkinkan timbulnya kerugian).
6. Prinsip gotong royong, adalah suatu prinsip yang mendasarkan kepada
penyelesaian suatu masalah dengan cara bersama-sama, saling tolong-
menolong atau bantu-membantu.

3
Penjelasan tentang Prinsip-Prinsip Asuransi
a. Prinsip Kepentingan yang dapat diasuransikan (Insurable Interest);

Prinsip ini dijabarkan dalam Pasal 250 KUHD :”Apabila seorang yang telah
mengadakan suatu perjanjian asuransi untuk diri sendiri, atau apabila seorang
yang untuknya telah diadakan suatu asuransi, pada saat diadakannya asuransi
itu tidak mempunyai suatu kepentingan terhadap barang yang diasuransikan
itu, maka penangggung tidak diwajibkan memberikan ganti kerugian”

Kepentingan menurut Molengraaff adalah kekayaan atau bagian dari


kekayaan tertanggung yang apabila terkena bencana akan menimbulkan
kerugian. Kepentingan adalah hak subyektif seseorang yang dapat berkurang.

Kepentingan yang dapat diasuransikan menurut Pasal 268 KUHD adalah yang
dapat dinilai dengan uang, yang dapat diancam oleh bahaya dan tidak
dikecualikan oleh undang-undang.

4
b. Prinsip Itikad Baik (Utmost good faith)
Dalam KUHD diatur dalam Pasal 251, yang menentukan bahwa ”tertanggung
wajib memberikan keterangan tentang obyek yang diasuransikan”.
Prinsip ini diatur juga dalam KUH Perdata Pasal 1338 ayat (3) bahwa “setiap
perjanjian harus dibuat dengan itikad baik”.
Jadi dengan adanya asas itikad baik tersebut, tertanggung diminta untuk
memberikan keterangan sejujur jujurnya.
Di dalam praktik ketentuan Pasal 251 KUHD ini banyak disimpangi/diterobos.
Penerobosan pada pasal tersebut dilakukan dengan mencantumkan klausul :
1) Renunciatie clausule, dengan klausul ini dinyatakan dengan tegas bahwa
asuransi menyimpang dari Pasal 251 KUHD. Klausul ini dikenal dalam
Asuransi Laut.
2) Bekenheid clausule, dengan klausul ini diperjanjikan bahwa penanggung
sendiri yang harus mengenal obyek yang diasuransikan. Klausul ini dikenal
dalam Asuransi Kebakaran.

5
c. Prinsip Indemniteit/Indemnitas/Keseimbangan
Maksudnya bahwa ganti rugi yang akan diberikan penaggung harus seimbang
dengan kerugian yang diderita tertanggung.
Dasar hukum asas ini terdapat dalam :
Pasal 252 KUHD : ”Melarang orang mengadakan pertanggungan kedua untuk
jangka waktu yang sama, bahaya yang sama atas benda pertanggungan yang
sudah diasuransikan untuk nilai penuh” Asuransi ini disebut juga asuransi
berganda.
Pasal 253 ayat (1) : ”Melarang orang mengadakan pertanggungan melebihi
nilai kepentingan yang sebenarnya”.
Jadi tujuan asas/prinsip indemnitas ini untuk mencegah agar perjanjian
pertanggungan tidak menjurus sebagai perjanjian yang memberikan
keuntungan kepada salah satu pihak saja atau dengan kata lain jangan sampai
orang itu diuntungkan karena perjanjian asuransi.

6
d. Prinsip Subrogasi (subrogation principle)
Subrogasi adalah penggantian kedudukan tertanggung oleh penanggung yang
telah membayar ganti kerugian, dalam melaksanakan hak-hak tertanggung
kepada pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya kerugian.
Subrogasi diatur dalam Pasal 284KUHD, yang isinya :
“Seorang penanggung yang telah membayar kerugian sesuatu barang yang
diasuransikan, menggantikan tertanggung dalam segala hak yang
diperolehnya terhadap orang-orang ketiga berhubung dengan penerbitan
kerugian tersebut, dan tertanggung itu adalah bertangung jawab untuk setiap
perbuatan yang dapat merugikan hak penanggung terhadap orang-orang
ketiga itu” .
Subrogasi mempunyai tujuan mencegah tertanggung mendapat ganti kerugian
yang melebihi kerugian yang dideritanya. Oleh karena itu Prinsip Subrogasi,
diadakan dalam usaha mempertahankan Prinsip Indemnitas.

7
e. Prinsip Sebab Akibat
Dalam prinsip sebab akibat, dikehendaki bahwa akibat kerugian yang terjadi,
oleh suatu sebab yang merupakan tanggungan penanggung. Dengan adanya
penyebutan ragkaian peristiwa yang menjadi tanggungan penanggung dalam
peraturan perundang-undangan, seperti pada Pasal 290 dan 637 KUHD, dan
juga dalam polis dicantumkan deretan peristiwa yang berada dalam tanggung
jawab penanggung, akan membantu dalam menyelesaikan prinsip sebab
akibat.

f. Prinsip Gotong Royong.


Prinsip gotong royong adalah suatu prinsip yang mendasarkan kepada
penyelesaian suatu masalah dengan cara bersama-sama, saling tolong
menolong atau bantu membantu. Dalam perjanjian asuransi tercermin adanya
suatu kerjasama/kegotongroyongan yang baik antara sekelompok orang yang
mempunyai kepentingan bersama terhadap malapetaka yang mengancam
mereka sewaktu-waktu.

8
g. Prinsip Follow The Fortune
Prinsip ini hanya berlaku bagi Reasuransi, dasar hukum Reasuransi adalah
Pasal 271 KUHD yang berbunyi :
”si penanggung selalu berwenang untuk mempertanggungkan sekali lagi apa
yang telah ditanggung olehnya”

sebab di sini hanya penanggung pertama dengan penanggung ulang, dalam hal
ini penanggung ulang mengikuti suka duka penanggung pertama. Prinsip ini
menghendaki bahwa tindakan penanggung ulang tidak boleh
mempertimbangkan secara tersendiri terhadap obyek asuransi, akibatnya
segala sesuatu termasuk peraturan dan perjanjian yang berlaku bagi
penanggung pertama, berlaku pula bagi penanggung ulang.

Anda mungkin juga menyukai