Anda di halaman 1dari 15

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UKURAN PANJANG

MELALUI METODE LATIHAN PADA ANAK KELOMPOK B TK


KARTIKA KECAMATAN BULANGO TIMUR
KABUPATEN BONE BOLANGO

Oleh
Evi Karama
Ruslin W. Badu, Samsiar Rivai
Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan memahami ukuran
panjang melalui metode latihan pada anak kelompok B TK Kartika Kecamatan
Bulotalagi Timur Kabupaten Bone Bolango. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dibagi dalam dua siklus dan
masing-masing siklus dilaksanakan dua tahapan. Dari hasil penelitian dan
pembahasan dapat dijelaskan bahwa peningkatan kemampuan memahami ukuran
panjang melalui metode latihan pada anak kelompok B ditinjau dari aspek
memahami ukuran panjang dengan jengkal dan lidi pada tindakan kelas siklus I
yakni terdapat duabelas anak atau enam puluh persen yang mampu. Pada tindakan
kelas siklus II kemampuan anak memahami ukuran panjang dengan menggunakan
penggaris meningkat menjadi delapanbelas anak atau sembilan puluh persen yang
mampu. Kesimpulan bahwa dengan menggunakan metode latihan kemampuan
memahami ukuran panjang pada anak kelompok B di TK Kartika Kecamatan
Bulango Timur Kabupaten Bone Bolango meningkat.
Kata Kunci: Ukuran Panjang, Metode Latihan
PENDAHULUAN
Taman kanak-kanak (TK) merupakan lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan anak usia dini secara terprogram dan terencana
dengan tujuan untuk membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik
fisik maupun psikis yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional,
kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untk siap memasuki
pendidikan dasar.

Perkembangan berbagai aspek tersebut saling berkaitan dan saling


mempengaruhi satu sama lain. Semua aspek perlu dikembangkan secara optimal
dalam kegiatan pembelajaran anak usia dini secara keseluruhan, tidak hanya
terfokus pada salah satu aspek perkembangan saja.
Aspek perkembangan anak yang berhubungan dengan kemampuan
berfikir yaitu perkembangan kognitif. Menurut Piaget (Yudha dan Rudyanto,
2004:198) bahwa proses mengetahui sesuatu dengan berfikir merupakan fungsi
kritis dalam kehidupan yang memungkinkan anak dapat beradaptasi dengan
lingkungan. Dalam hal ini Piaget percaya bahwa anak secara alami memiliki jiwa
ingin tahu yang besar dan akan belajar maksimal apabila anak diberi kesempatan
melakukan secara langsung di lingkungannya dan terlibat dalam situasi yang
memungkinkan mereka membangun pengetahuan barunya.
Lingkup pengetahuan untuk anak usia empat sampai enam tahun yang
terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 Tahun 2009
(Depdiknas, 2009:9) terdiri dari: (1) Pengetahuan umum dan sains, (2) Konsep
bentuk, warna, pola dan ukuran, (3) Konsep bilangan, lambang bilangan dan
huruf. Hasil belajar yang diharapkan dari pembelajaran kognitif di TK terdapat
dalam kurikulum 2004 (Depdiknas, 2006:14) di antaranya anak dapat

(1)

mengenali benda di sekitarnya menurut bentuk, jenis dan ukuran, (2) mengenal
konsep-konsep sains sederhana, (3) mengenal bilangan, (4) memecahkan masalah
sederhana, (5) mengenal bentuk geometri, (6) mengenal konsep waktu, (7)
mengenal konsep matematika sederhana dan (8) mengenal ukuran.
Dalam penelitian ini, akan dibahas tentang pemahaman ukuran, sebab
pemahaman ukuran dianggap penting dikenalkan sejak usia dini karena bagian
dari pembelajaran ukuran panjang yang merupakan salah satu dari konsep paling
awal yang harus dikuasai oleh anak dalam pengembangan kognitif. Anak dapat
membedakan ukuran benda terlebih dahulu. Memberikan pengenalan ukuran
panjang sejak usia dini berarti anak mendapatkan pengalaman belajar yang akan
menunjang untuk pembelajaran matematika di tingkat pendidikan selanjutnya.

Pemberian pemahaman ukuran panjang di TK berupa ukuran dengan


menggunakan penggaris, lidi dan jengkal dapat adilakukan secara terpadu dengan
tema dan bidang pengembangan lainnya melalui aktivitas belajar yang dapat
menstimulasi dan mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan anak.
Sehubungan dengan hal itu, guru TK harus merencanakan, mendesain dan
mengadakan pusat sumber belajar yang sesuai dengan metode pengembangan
kemampuan memahami ukuran panjang yang tepat untuk tingkat kemampuan
anak-anak yang berbeda dalam satu kelas. Hal ini tentunya sangat berhubungan
pada pembelajaran yang berpusat pada anak.
Kenyataan di lapangan, masih banyak guru TK yang melaksanakan
pembelajaran yang berpusat pada guru, mendominasi anak-anak, memberi tugas
dan tidak memberi kesempatan pada anak untuk mengemukakan gagasannya
sendiri. Kondisi ini terjadi pula di TK Kartika Kecamatan Bulango Timur
Kabupaten Bone Bolango pada kelompok B dalam pembelajaran memahami
ukuran panjang. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti
didapatkan data bahwa kemampuan anak-anak kelompok B dalam memahami
ukuran panjang masih rendah. Dari 20 orang anak kelompok B diketahui bahwa
sebagian besar anak yakni 13 orang (65%) belum memiliki kemampuan untuk
memahami ukuran panjang seperti mengukur panjang meja atau buku dengan
jengkal, lidi ataupun penggaris. Rendahnya kemampuan anak untuk memahami
ukuran panjang suatu benda karena anak kurang memahami jenis-jenis ukuran
panjang secara sederhana sehingga mengalami kesulitan untuk membedakan
ukuran panjang beberapa benda, anak kurang melakukan percobaan-percobaan
tentang cara mengukur panjang suatu benda dan guru kurang memberikan latihanlatihan yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak khususnya untuk
memahami ukuran panjang.
Kenyataan di atas menggambarkan bahwa pembelajaran yang diterapkan
pada kelompok B TK Kartika dalam memberikan pemahaman ukuran panjang
dikatakan belum berhasil mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan dimana
metode yang digunakan kurang tepat. Sehubungan dengan hal itu maka perlu

dilakukan perbaikan metode yang sesuai dengan karakteristik anak seperti metode
latihan.
Metode latihan

merupakan cara kerja yang bersistem untuk

memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan


(Depdiknas, 2006: 652). Alasan penulis memilih metode ini karena memiliki
beberapa kelebihan yakni anak memperoleh kecakapan motoris (contohnya
menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat), anak
memperoleh kecakapan mental, contohnya dalam perkalian, penjumlahan,
pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol dan anak dapat memahami ukuranukuran panjang melalui satuan ukuran yang sederhana seperti jengkal, pensil, lidi
dan penggaris.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan penelitian
dengan judul Meningkatkan Kemampuan Memahami Ukuran Panjang Melalui
Metode Latihan Pada Anak Kelompok B TK Kartika Kecamatan Bulango Timur
Kabupaten Bone Bolango.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
memahami ukuran panjang melalui metode latihan pada anak kelompok B TK
Kartika Kecamatan Bulango Timur Kabupaten Bone Bolango. Diharapkan
Penelitian ini dapat memberikan solusi dalam pemecahan masalah bagi guru yang
berhubungan dengan peningkatan kemampuan memahami ukuran panjang pada
anak dan dapat memberikan kontribusi positif dalam mengembangkan pendidikan
di Taman Kanak-Kanak terutama meningkatkan kemampuan memahami ukuran
panjang pada anak.
KAJIAN TEOERITIS
a. Pengertian Kemampuan
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha
dengan diri sendiri (Zain dalam Milman Yusdi, 2010:10). Sedangkan Anggiat
dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang
yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif
atau sangat berhasil.

Menurut Robbin (2007:57) kemampuan berarti kapasitas seseorang


individu unutk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. lebih lanjut
Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini
atas apa yang dapat dilakukan seseorang.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
(ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai
keahlian dalam melakukan atau mengerrjakan beragam tugas dalam suatu
pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.
b. Pengertian Pemahaman (Memahami)
Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia pemahaman adalah sesuatu hal
yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Menurut Suharsimi (2009:118)
bahwa pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan,
membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan,
menggeneralisasikan,

memberikan

contoh,

menuliskan

kembali,

dan

memperkirakan. Dengan pemahaman, anak diminta untuk membuktikan bahwa ia


memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep.
Menurut Notoatmodjo, (2007) bahwa memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Sehubungan dengan pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa pemahaman
adalah proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan.
c. Ukuran Panjang
Ukuran panjang sudah dibelajarkan pada anak TK melalui kegiatan
bermain ukuran misalnya mengukur buku dengan jengkal, mengukur dengan lidi
atau penggaris. Dari kegiatan ini diharapkan anak dapat mengenal konsep ukuran
standar yang bersifat informal atau alamiah seperti panjang, besar, tinggi dan isi
melalui alat ukur alamiah seperti jengkal, jari, langkah, tali tongkat, lidi dan lainlain.

Salah satu unit tertua pengukuran panjang digunakan dalam dunia kuno
adalah hasta yang panjang lengan dari ujung jari ke siku. Hal ini kemudian dibagi
lagi menjadi unit yang lebih pendek seperti tangan, kaki (yang pada 4 inci masih
digunakan sampai sekarang) atau jari, jengkal dan langkah,
Ukuran menurut Gunawan, (2010:1) berbentuk panjang, lebar, luas dan
besar suatu format. Dalam matematika bentuk ukuran panjang meliputi kilo meter
(km), hekto meter (hm), deka meter (dam), meter (m), centi meter (cm), elo, pal,
mil (laut), knoop (darat), yard (3 kaki), dan inchi.
Panjang merupakan ukuran jarak satu dimensi untuk mana-mana objek,
kuantiti-kuantiti serupa dengannya ialah tinggi, lebar, jarak dan sesaran. Panjang
merupakan ukuran dalam satu dimensi, luas merupakan ukuran dalam dua
dimensi dan isi merupakan ukuran dalam tiga dimensi (Gunawan, 2010:2).
d. Pengertian Metode Latihan
Metode latihan

merupakan cara kerja yang bersistem untuk

memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.


Oleh karena itu, pemilihan dan penentuan metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran harus dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri sebagai berikut:
a) Harus dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar anak; b) Harus
dapat menjalin perkembangan kegiatan kepribadian murid; c) Harus dapat
memberikan kesempatan bagi ekspresi yang kreatif dari kepribadian murid; d)
Harus dapat merangsang kegiatan murid untuk belajar lebih lanjut, melakukan
eksplorasi dan inovasi; e) Harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar
sendiri dengan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi; f) Harus
dapat meniadakan perjanjian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan
pengamalan atau situasi yang nyata dan bertujuan (Depdiknas, 2002: 38).
Metode latihan

merupakan cara kerja yang bersistem untuk

memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.


Oleh karena itu, pemilihan dan penentuan metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran harus dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri sebagai berikut:
a) Harus dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar siswa; b) Harus
dapat menjalin perkembangan kegiatan kepribadian murid; c) Harus dapat

memberikan kesempatan bagi ekspresi yang kreatif dari kepribadian murid; d)


Harus dapat merangsang kegiatan murid untuk belajar lebih lanjut, melakukan
eksplorasi dan inovasi; e) Harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar
sendiri dengan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi; f) Harus
dapat meniadakan perjanjian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan
pengamalan atau situasi yang nyata dan bertujuan (Depdiknas, 2002: 38).
Metode latihan yang disebut juga dengan metode training yaitu merupakan
suatu cara kebiasaan tertentu. Juga sarana untuk memelihara kebiasaan yang baik.
Selain itu, metode ini juga dapat digunakan untuk ketangkasan, ketepatan,
kesempatan dan ketrampilan (Djamarah dan Zain, 2006:108)
Menurut Roestiyah (2005:125) bahwa suatu teknik yang dapat diartikan
sebagai suatu cara mengajar siswa melakukan kegiatan latihan, siswa memiliki
ketangkasan dan keterampilan lebih tinggi dari apa yang dipelajari. Sedangkan
menurut Zuhairini (2003:106) bahwa suatu metode dalam pendidikan dan
pengajaran dengan jalan melatih siswa terhadap bahan pelajaran yang sudah
diberikan.
Pengertian metode latihan menurut Shalahuddin (2000:106) adalah suatu
kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan sungguhsungguh dengan tujuan untuk menyempurnakan suatu keterampilan supaya
menjadi permanen. Metode latihan, sebagai salah satu metode yang dapat dipilih
dan digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia merupakan metode yang
bermanfaat untuk melatih keterampilan, baik keterampilan fisik maupun
keterampilan mental. (Depdikbud, 1996: 18).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode latihan
adalah latihan dengan praktek yang dilakukan berulang kali secara kontinyu untuk
mendapatkan keterampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yang
dipelajari. Dari segi pelaksanaannya siswa teriebih dahulu telah dibekali dengan
pengetahuan secara teori. Kemudian dengan tetap dibimbing oleh guru, siswa
diminta mempraktikkannya sehingga menjadi mahir dan terampil.

e. Langkah-Langkah Metode Latihan


Metode latihan sangat sesuai untuk melatih keterampilan, baik
keterampilan fisik maupun keterampilan mental. Depdiknas (2006:18) bahwa
metode ini berhubungan dengan pembentukan asosiasi-asosiasi mental yang siap
untuk direproduksi. Oleh karena itu, pelaksanaan metode ini harus memperhatikan
langkah-langkah sebagai berikut: a) Sebelum latihan dilaksanakan, anak harus
diberi penjelasan mengenai arti atau manfaat dan tujuan dari latihan tersebut; b)
Latihan hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari yang sederhana
kemudian ke taraf yang lebih kompleks atau sulit; c) Prinsip-prinsip dasar
pengerjaan latihan hendaknya telah diberikan kepada anak; d) Selama latihan
berlangsung, perhatikanlah bagian-bagian mana yang sebagian besar anak-anak
dirasakan sulit; e) Latihlah bagian-bagian yang dipandang sulit itu lebih intensif;
f) Perbedaan individual anak perlu diperhatikan; g) Jika suatu latihan telah
dikuasai anak-anak, taraf berikutnya adalah aplikasi.
f. Kelebihan dan Kekurangan Metode Latihan
Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut
Iskandar (2009:4) bahwa kelebihan dan kelemahan metode latihan adalah sebagai
berikut.
1. Kelebihan metode latihan diantaranya yakni: a) Anak memperoleh kecakapan
motoris, contohnya menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alatalat; b) Anak memperoleh kecakapan mental, contohnya dalam perkalian,
penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya; c)
Dapat

membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan

pelaksanaan; d) Anak memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan


sesuatu sesuai dengan yang dipelajarinya; e) Dapat menimbulkan rasa percaya
diri bahwa anak yang berhasil dalam belajar telah memiliki suatu keterampilan
khusus yang berguna kelak dikemudian hari; f) Guru lebih mudah mengontrol dan
membedakan mana anak yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang
dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan anak saat berlangsungnya
pengajaran.

2. Kelemahan metode latihan menurut Iskandar (2009:5) diantaranya adalah


sebagai berikut: a) Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik
lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari
pengertian; b) Dapat menimbulkan verbalisme, terutama pengajaran yang bersifat
menghapal. Dimana anak dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara
hapalan dan secara otomatis mengingatkannya bila ada pertanyaan yang
berkenaan dengan hapalan tersebut tanpa suatu proses berfikir secara logis; c)
Membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seolah-olah anak melakukan sesuatu
secara mekanis, dalam dalam memberikan stimulus anak bertindak secara
otomatis; d) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan, dimana
anak menyelesaikan tugas secara statis sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
guru.
Dijelaskan pula oleh Adrian (2003:6) bahwa kelebihan dan kelemahan
metode latihan yakni sebagai berikut. Kelebihan metode latihan keterampilan
sebagai berikut. (a) Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis,
melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat. (b) Dapat untuk
memperoleh

kecakapan

mental,

seperti

dalam

perkalian,

penjumlahan,

pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya. (c) Dapat


membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
Sedangkan kekurangan metode latihan yakni: (a) Menghambat bakat dan
inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian
dan diarahkan kepada jauh dari pengertian. (b) Menimbulkan penyesuaian secara
statis kepada lingkungan. (c) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara
berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan dan (d)
Dapat menimbulkan verbalisme.

g. Penerapan Metode Latihan Untuk Meningkatkan KemampuanMemahami


Ukuran Panjang
Upaya meningkatkan kemampuan anak TK untuk memahami ukuran
panjang melalui metode latihan dilakukan dengan mengacu pada teori tentang
langkah-langkah metode latihan. Adapun penerapan metode latihan yang
dilaksanakan mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Depdiknas (2006:18)
sebagai berikut:
1) Guru mempersiapkan alat atau bahan yang diperlukan dalam kegiatan latihan
dan disesuaikan dengan jumlah anak; 2) Guru memberikan penjelasan kepada
anak tentang bentuk-bentuk ukuran panjang dan cara mengukur ukuran panjang;
3) Guru memberikan latihan mengukur ukuran panjang kepada anak dengan
menggunakan alat seperti penggaris, lidi dan menggunakan jengkal secara
bertahap; 4) Saat melakukan latihan, guru memperhatikan bagian-bagian
memahami ukuran panjang yang sulit dipahami anak; 5) Guru memberikan latihan
pada bagian-bagian yang dipandang sulit dengan lebih intensif; 6) Guru
memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan latihan memahami ukuran
panjang; 7) Guru memberikan tes kepada anak-anak untuk mengetahui tingkat
pemahaman ukuran panjang.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah PTK dengan 2 siklus, yaitu siklus 1 dan siklus 2.
Adapun langkah dalam analisis data observasi untuk anak pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Memberikan nilai atau skor pada setiap deskriptor dengan ketentuan sebagai
berikut: a) M: Mampu, b) KM: Kurang Mampu, c) TM: Tidak Mampu.
2. Membuat tabulasi nilai observasi kemampuan memahami ukuran panjang anak.
3. Menjumlah skor setiap anak yang diperoleh dari butir amatan yang ada

4. Menghitung prosentase kemampuan memahami ukuran panjang anak dengan


rumus:

f
p = ------ x 100%
n

Keterangan:
p

= Presentase yang dicari

= Jumlah siswa yang mampu

= Jumlah siswa yang dijadikan responden

100% = Bilangan tetap


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.

Pelaksanaan Siklus I
Mencermati hasil pengamatan pada tindakan kelas siklus I ditinjau dari 2

(dua) aspek yang menjadi indikator penilaian yakni untuk kemampuan memahami
ukuran panjang dengan jengkal dan lidi telah mengalami peningkatan yakni
terdapat 12 orang atau 60% yang mampu, 4 orang atau 20% yang kurang mampu
dan 4 orang atau 20% tidak mampu sedangkan ditinjau dari kemampuan
membedakan ukuran panjang dengan jengkal dan lidi juga meningkat menjadi 12
orang atau 60% yang mampu, 4 orang atau 20% yang kurang mampu dan 4 orang
atau 20% tidak mampu.
Berdasarkan hasil capaian pada tindakan kelas siklus I pertemuan I dan
II dapat dikatakan bahwa penelitian ini harus dilanjutkan ke siklus II karena
belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan yakni penelitian dikatakan
berhasil apabila kemampuan memahami ukuran panjang pada anak kelompok B
melalui metode latihan dapat ditingkatkan dari 7 orang (35%) menjadi 16 orang
(80%).

2.

Pelaksanaan Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan pada pelaksanaan tindakan kelas siklus II

dapat dilihat bahwa peningkatan kemampuan memahami ukuran panjang pada


anak kelompok B ditinjau dari 2 (dua) aspek yang menjadi indikator penilaian
yakni untuk kemampuan memahami ukuran panjang dengan menggunakan
penggaris telah mengalami peningkatan menjadi 18 orang atau 90% yang mampu,
2 orang atau 10% yang kurang mampu dan tidak ada lagi anak yang tidak mampu.
Ditinjau dari aspek

kemampuan membedakan ukuran panjang dengan

menggunakan penggaris juga terdapat 18 orang atau 90% yang mampu, 2 orang
atau 10% yang kurang mampu dan tidak ada lagi anak yang tidak mampu.
Dari hasil capaian tindakan kelas siklus II dapat dikatakan bahwa
penelitian ini telah selesai sebab sudah melebihi indikator kinerja yang ditetapkan
yakni minimal 16 orang atau 80% anak dari 20 orang anak kelompok B mampu
untuk memahami ukuran panjang melalui metode latihan.
B. Pembahasan
Dalam penelitian ini kemampuan memahami ukuran panjang dinilai dari
dua aspek yakni (1) kemampuan memahami ukuran panjang dengan jengkal, lidi
dan penggaris dan (2) kemampuan membedakan ukuran panjang dengan jengkal,
lidi dan penggaris. Upaya yang dilakukan guru untuk dapat meningkatkan
kemampuan memahami ukuran panjang pada anak kelompok B TK Kartika yakni
dengan menerapkan metode latihan.
Berdasarkan hasil kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
pada siklus I dan siklus II

dapat dijelaskan bahwa kemampuan memahamil

ukuran panjang melalui metode latihan pada anak kelompok B terjadi


peningkatan. Peningkatan kemampuan memahami ukuran panjang melalui metode
latihan pada anak kelompok B TK Kartika Kecamatan Bulango Timur Kabupaten
Bone Bolango setiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel : Peningkatan Kemampuan Memahami Ukuran Panjang Melalui


Metode Latihan Pada Anak Kelompok B Kecamatan Bulango
Timur Kabupaten Bone Bolango Tahun 2013

No

Siklus

Aspek Yang Diamati


Kemampuan memahami
Kemampuan
ukuran panjang dengan
membedakan ukuran
jengkal, lidi dan
panjang dengan jengkal,
penggaris
lidi dan penggaris
M
KM
BM
M
KM
BM
7
6
7
7
6
7

1.

Observasi Awal

2.

Siklus I Pertemuan I

3.

Siklus I Pertemuan II

12

12

4.

Siklus II Pertemuan I

15

15

5.

Siklus II Pertemuan II

18

18

Mencermati tabel di atas dapat dijelaskan bahwa peningkatan


kemampuan memahami ukuran panjang melalui metode latihan pada anak
kelompok B ditinjau dari aspek memahami ukuran panjang dengan jengkal, lidi
dan penggaris dan aspek kemampuan membedakan ukuran panjang dengan
jengkal dan lidi setelah dilakukan tindakan kelas siklus I pertemuan I terdapat 9
anak (45%) yang mampu dan setelah diaksanakan kegiatan siklus I tahap II
meningkat menjadi 12 anak (60%) yang mampu.
Kemampuan memahami ukuran panjang melalui metode latihan pada
anak kelompok B setelah dilaksanakan tindakan kelas siklus II meningkat lagi.
Peningkatan kemampuan memahami ukuran panjang ditinjau dari aspek
memahami ukuran panjang dengan menggunakan penggaris dan aspek
kemampuan membedakan ukuran panjang dengan menggunakan penggaris
setelah dilakukan tindakan kelas siklus II tahap I meningkat menjadi 15 anak
(75%) yang mampu dan setelah diaksanakan kegiatan siklus II tahap II meningkat
menjadi 18 anak (90%) yang mampu.

Dari hasil capaian ini dapat dikatakan bahwa setelah dilaksanakan


kegiatan tindakan kelas siklus II terjadi peningkatan yang signifikan pada
kemampuan memahami ukuran panjang pada anak kelompok B dan dapat
melebihi indikator kinerja yang ditetapkan yakni minimal terdapat 16 anak atau
80% yang memiliki kemampuan memahami ukuran panjang. Sehubungan dengan
hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa metode latihan masih dapat
digunakan untuk meningkatkan kemampuan memahami ukuran panjang pada
anak kelompok B di TK Kartika Kecamatan Bulango Timur Kabupaten Bone
Bolango. Jadi hipotesis yang menyatakan Jika guru menggunakan metode latihan
maka kemampuan memahami ukuran panjang pada anak kelompok B di TK
Kartika Kecamatan Bulango Timur Kabupaten Bone Bolango akan meningkat
bisa diterima.
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
dengan menggunakan metode latihan maka kemampuan memahami ukuran
panjang pada anak kelompok B di TK Kartika Kecamatan Bulango Timur
Kabupaten Bone Bolango meningkat.
2. Saran
Sehubungan dengan kesimpulan di atas, peneliti dapat memberikan
beberapa saran kepada beberapa pihak sebagai berikut:
a

Anak
Anak sebaiknya dapat berusaha untuk terus memahami ukuran panjang

b. Guru
Sebaiknya guru harus dapat menguasai berbagai teknik pembelajaran sehingga
lebih mudah merangsang anak khususnya pada langkah-langkah memahami
ukuran panjang dengan menggunakan lidi, jengkal dan penggaris.
c. Sekolah
Pihak sekolah sebaiknya menyediakan fasilitas belajar yang dapat menunjang
kegiatan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Anggiat, Hadiati. 2001. Definisi Kemampuan. Http//:www.definisikemampuan.
co.id yang diakses tanggal 12 April 2013
Depdiknas. 2006. Kurikulum Taman Kanak-Kanak dan RA, Standar Kompetensi.
Jakarta : Grafika Mas.
Depdiknas. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 Tahun 2009.
Djamarah Syaiful Bahri., Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT. Rineka Cipta
Gunawan Adi. 2010. Kamus Bahasa Indonesia. Http://www.kamus-pintar-bahasaIndonesia. Diakses dari tanggal 15 April 2013
Iskandar. 2009. Metode Pembelajaran Kooperatif. Jakarta : P.T Indeks.
Notoatmodjo, S. 2007. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Robbin, P. Stephen. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
BPFE.
Roestiyah N.K. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara
Suharsimi. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Belajar.
Jakarta: PT. Remaja Rosda Karya
Sujana, Nana. 1994. Metode Penelitian. Jakarta: Balai Pustaka
Yudha. M. Saputra., Rudyanto. 2005. Proses Berpikir. Jakarta: PT. Remaja Rosda
Karya

Anda mungkin juga menyukai