Anda di halaman 1dari 133

Diterbitkan oleh:

BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)

I S S N : 1412-2588

Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai


sebagai medium tukar pikiran, informasi dan
penelitian ilmiah antar para pemerhati masalah pendidikan.

Penanggung Jawab
Ir. Budi Tarbudin, MBA.

Pemimpin Redaksi
Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A.

Sekretaris Redaksi
Rosmawati Situmorang

Dewan Editor
Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A.
Prof. Dr. Theresia K. Brahim
Dr. Ir. Hadiyanto Budisetio, M.M.
Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.
Dra. Vitriyani P., M.Pd.
Dra. Mulyani

Alamat Redaksi :
Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470
Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968
http://www.bpkpenabur.or.id
E-mail : jurnalpenabur@bpkpenabur.or.id
Pedoman Penulisan Naskah untuk Jurnal Pendidikan Penabur

Naskah ditulis dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut.


1. Naskah merupakan laporan penelitian, opini, info, dan resensi buku yang
berhubungan dengan bidang pendidikan serta disajikan dalam bentuk
bahasa ilmiah populer.

2. Naskah merupakan karya asli dari penulis dan belum pernah dipubli-
kasikan atau sedang dikirimkan ke media lain.

3. Naskah diketik pada kertas A4 dengan margin/batas atas, kanan, dan


bawah masing-masing 3 cm dan batas kiri 4 cm dari tepi kertas.
Menggunakan program MS Word dengan jenis huruf Book Antiqua 10
poin/spasi ganda.

4. Panjang naskah hasil penelitian atau opini + 4500 kata, sedangkan untuk
info serta resensi buku + 2000 kata.

5. Judul harus singkat, jelas dan tidak lebih dari 10 kata.

6. Format penulisan adalah : Judul, nama penulis, abstrak, isi artikel, daftar
pustaka, dan keterangan mengenai penulis.

7. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris maksimum 150 kata.

9. Ilustrasi (grafik, tabel dan foto) harus disajikan dengan jelas. Tulisan pada
ilustrasi menggunakan huruf yang sama pada isi naskah dengan besar
huruf tidak lebih kecil dari 6 point.

10. Naskah dikirim dalam bentuk CD dan hasil print out ke Redaksi Jurnal
Pendidikan Penabur, Jalan Tanjung Duren No. 4 Blok E Lantai 5. Jakarta
Barat - 11470 atau melalui e-mail: jurnalpenabur @bpkpenabur.or.id

11. Naskah disertai dengan daftar riwayat hidup penulis yang memuat latar
belakang pendidikan, pekerjaan dan karya ilmiah lain yang pernah
ditulis.

12. Tulisan yang dimuat akan mendapat imbalan. Naskah yang tidak dimuat
tidak dikembalikan.

13. Redaksi berhak mengedit naskah yang dimuat tanpa mengubah isi
naskah.

14. Isi Jurnal Pendidikan Penabur tidak mencerminkan pendapat atau


kebijakan BPK PENABUR.
Jurnal Pendidikan Penabur
Nomor 15/Tahun ke-9/ Desember 2010
ISSN: 1412-2588

Daftar Isi i

Pengantar Redaksi ii - vi

Meletakkan Dasar-Dasar Pengalaman Konsep Matematika melalui Permainan Praktis di Kelompok


Bermain, Maryani, 1-11

Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan melalui Media Foto Aktivitas Siswa,
Herani Arundati, 12-21

Meningkatkan Kemampuan Siswa Menemukan Gagasan Utama melalui Metode Cooperative


Integrated Reading and Composition, Yustina Titik Purwanti, 22-36

Memperkuat Kepercayaan Diri Anak melalui Percakapan Referensial, Inge Pudjiastuti


Adywibowo, 37-49

Kompetensi Keahlian Sekolah Menengah Kejuruan : Antara Kebijakan dan Realita, Agung
Premono, 50-61

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini melalui Aktivitas dan Permainan yang Menyenangkan,
Hilda Karli, 62-84

Penerapan Metode Suluk dalam Pembelajaran Puisi, Petrus Trimantara, 85-92

Meningkatkan Mutu Pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas, Keke Taruli Aritonang,
93-106

Isu Mutakhir: Tes Otak Tengah Makan Korban, Hotben Situmorang, 107-109

Resensi buku: Melindungi Anak dari Seks Bebas, Fitri Kuswandi, 110-114

Profil BPK PENABUR Bandung, Muksin Wijaya, 115-122

Keterangan Tentang Penulis, 123-124

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 i


Pengantar Redaksi

i samping masalah pemerataan kesempatan memperoleh

D pendidikan di semua jenjang pendidikan yang belum


tuntas, pendidikan nasional di Indonesia masih mengalami
berbagai masalah yang berkaitan dengan mutu pendidikan.
Sungguhpun program wajib belajar pendidikan dasar sembilan
tahun telah diterapkan sejak tahun 1994 dan telah memperlihatkan
kemajuan terlihat dari meningkatnya angka partisipasi kasar (APK)
dan angka partisipasi murni (APM) di sekolah dasar dan sekolah
lanjutan pertama, nampaknya secara nasional pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak sekolah itu belum
diimbangi dengan peningkatan mutu yang memadai. Rendahnya
mutu pendidikan di Indonesia terlihat dari urutan mutu SDM
Indonesia yang belum dapat bersaing dan mengungguli negara-
negara tetangga di ASEAN, apalagi di tingkat internasional yang
lebih luas. Masih tingginya angka pengangguran serta masih
banyaknya lulusan lembaga pendidikan yang berpengharapan
menjadi pegawai dan bukan berinisiatif menjadi wiraswasta
mandiri atau masih tingginya jumlah lulusan yang bekerja bukan
sesuai dengan latar belakang keahliannya, merupakan antara lain
gejala rendahnya mutu pendidikan atau kekurangsesesuaian
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di lembaga
pendidikan dengan yang dibutuhkan di dunia kerja (mismatch).
Gejala lain yang juga menunjukkan rendahnya mutu pendidikan
nasional terlihat dari nilai patokan kelulusan Ujian Nasional yang
masih berkisar angka enam.
Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah dan
masyarakat dalam meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan
secara nasional. Sejak awal tahun tujuh puluhan Pemerintah telah
melakukan pembaharuan atau perubahan kurikulum, disertai
dengan pengadaan buku teks pelajaran, alat peraga dan media,
laboratorium, serta penyelenggaraan berbagai jenis pendidikan dan
pelatihan untuk pendidik dan tenaga kependidikan dari semua
jenjang dan jenis pendidikan baik negeri maupun swasta. Akan
tetapi cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan, dan seni, yang
berdampak pada perubahan tuntutan masyarakat dan dunia kerja,
ditambah lagi dengan era globalisasi yang menimbulkan
persaingan yang semakin ketat di bidang ekonomi dan berbagai
aspek kehidupan lainnya, mengakibatkan pembangunan
pendidikan nasional yang dilakukan selama ini sepertinya
tenggelam begitu saja. Bahkan, yang dirasakan masyarakat
sekarang ini adalah munculnya berbagai kekerasan, dekadensi
moral, serta semakin melemahnya karakter bangsa.
Dari benang kusut masalah-masalah pendidikan, dalam awal
abad ke 21 ini semakin disadari bahwa pendidik dan tenaga
kependidikan merupakan salah satu pengungkit (leverage) yang

ii Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


dapat mengatasi berbagai macam masalah pendidikan. Perhatian
terhadap pendidik dan tenaga pendidikan terlihat dalam UU No 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), yang
kemudian disusul dengan UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen. BAB XI UU tentang Sisdiknas mengatur tentang tugas, hak,
dan kewajiban pendidik dan tenaga kependidikan serta
mengisyaratkan pendidik merupakan tenaga profesional. Sedangkan
prinsip profesionalitas itu disebutkan secara rinci dalam BAB III UU
tentang Guru dan Dosen. Mengacu pada prinsip profesionalitas,
maka guru sebagai pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan di
tingkat sekolah, wilayah, dan nasional.
Untuk dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai
pendidik, guru diharuskan memiliki kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang dapat diperoleh melalui pendidikan profesi. Atas
dasar penguasaan keempat kompetensi itulah, guru akan dinilai dan
diberikan sertifikat pendidik dan setiap orang yang telah
memperoleh sertifikat pendidik memiliki kesempatan yang sama
untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu.
Dengan demikian ia pun memperoleh hak-haknya sebagai tenaga
profesional.
Selama ini untuk mendapatkan sertifikat pendidik untuk guru
yang sudah dalam jabatan dilakukan melalui penilaian portofolio
guru. Sungguhpun program ini sudah berjalan, masih dihadapi
berbagai persoalan yang perlu diatasi misalnya keterbatasan
kemampuan Pemerintah melakukan penilaian portofolio mengingat
jumlah guru yang begitu banyak, keabsahan dokumen yang
dijadikan bahan penilaian, serta masalah administrasi dan dana
yang mengakibatkan guru yang telah disertifikasi itu dapat segera
memperoleh haknya. Masalah yang lebih kritis ialah setelah
mengamati proses sertifikasi melalui penilaian portofolio ini
menimbulkan pertanyaan sejauh mana sertifikasi guru melalui cara
ini dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Dalam Pasal 10 ayat (1) UU tentang Sisdiknas secara tegas
disebutkan bahwa keempat kompetensi yang menjadi persyaratan
untuk memperoleh sertifikat pendidik diperoleh melalui pendidikan
profesi. Pendidikan Profesi yang dimaksud telah diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 8 Tahun 2009.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional itu disebutkan
bahwa pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah pro-
gram sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki
pekerjaan dengan keahlian khusus. Dengan demikian guru harus
berpendidikan minimal S-1/D-IV dan wajib memiliki sertifikat
pendidik yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Program
Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program pendidikan yang
diselenggarakan untuk lulusan S-1 Kependidikan dan S-1/D-IV Non
Kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru, agar

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 iii


mereka dapat menjdi guru yang profesional sesuai dengan standar
nasional pendidikan dan memperoleh sertifikat pendidik.
Secara umum tujuan program PPG ialah menghasilkan calon
guru yang memiliki kemampuan mengembangkan potensi anak
dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Secara khusus
tujuan program PPG adalah menghasilkan calon guru yang memiliki
kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai
pembelajaran; menindaklanjuti hasil penilaian, melakukan
pembimbingan, dan pelatihan peserta didik serta melakukan
penelitian, dan mampu mengembangkan profesionalitas secara
berkelanjutan. Mengacu pada latar belakang dan tujuan program
PPG, maka program PPG yang diarahkan untuk menghasilkan calon
guru profesional untuk TK, SD, SLTP, dan SLTA ini dirancang
pelaksanaannya selama satu tahun (dua semester) dengan fokus
kegiatan dalam bentuk workshop pengemasan materi bidang studi
untuk bidang studi yang mendidik (subject specific pedagogy) dan
pengalaman praktek lapangan (PPL) di bawah bimbingan dosen
pembimbing dan guru pamong.
Prinsip-prinsip pembelajaran dalam program PPG yang
memberikan kesempatan kepada guru dalam jabatan dan guru pra-
jabatan ini, ialah mengutamakan keaktifan peserta, orientasi pada
kemampuan berpikir tinggi (higher order thinking), pencapaian
dampak instruksional (instructional effects) serta dampak pengiring
(nurturant effect), pemanfaatan teknologi informasi, pembelajaran
kontekstual, pembelajaran yang bervariasi dalam mengaktifkan
peserta, serta belajar dengan berbuat. Proses pembelajaran dalam
program PPG merupakan kegiatan workshop atau lokakarya yang
bertujuan untuk untuk menyiapkan peserta mampu mengemas
materi bidang studi untuk pembelajaran bidang studi yang mendidik
(subject specific pedagogy) sehingga peserta dinyatakan siap
melaksanakan tuga Praktik Pengalaman Lapangan, yang ditandai
dengan kesiapan RPP, bahan ajar, media pembelajaran, pendukung
pembelajaran lainnya, dan kemampuan menampilkan kinerja calon
guru profesional.
Program PPG kelihatannya direncanakan sedemikian rupa
untuk dapat menghasilkan calon guru yang profesional dan dapat
memperbaiki mutu pendidikan. Sasaran program ini tidak hanya
calon guru tetapi juga guru yang sudah dalam jabatan tetapi belum
disertifikasi baik untuk sekolah negeri dan swasta. Besarnya jumlah
guru negeri dan swasta di satu pihak serta keterbatasan kemampuan
lembaga pendidikan program PPG mengakibatkan sertifikasi guru
melalui program ini memerlukan waktu yang cukup lama.
Sementara tuntutan perbaikan mutu pendidikan nasional semakin
mendesak.
Salah satu hal yang perlu disimak ialah dalam program PPG
ini, peserta benar-benar dilatih dan dipersiapkan menjadi guru
profesional yang menguasai bahan dan metode belajar dan
membelajarkan. Pola lokakarya yang diterapkan juga mengandung
unsur-unsur penelitian tindakan kelas (PTK) dalam bentuk peer

iv Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


teaching dan micro teaching serta Praktik Pengalaman Lapangan.
Tujuan PTK adalah meningkatkan mutu proses dan hasil belajar dan
membelajarkan yang dilakukan secara bersama antara guru dan
kelas dengan mengatasi masalah yang dialami oleh peserta didik
dan guru di kelas. Perlunya PTK ini sebenarnya telah ditekankan
sejak diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi. Setiap kali
siswa mengalami kesulitan mencapai kompetensi yang ditetapkan,
guru diharapkan melakukan analisis dan mengatasinya dengan
mengikutsertakan peserta didik. Mengingat pentingnya PTK ini,
maka di lembaga pendidikan tenaga guru, calon guru telah
diberikan pengetahuan dan keterampilan melaksanakan PTK.
Sedangkan guru yang belum pernah belajar tentang PTK, pada
umumnya telah dilatih melalui berbagai penataran atau pelatihan.
Guru-guru BPK PENABUR sendiri telah mengikuti pelatihan-
pelatihan tentang PTK dan banyak di antaranya telah menerapkan
dan merasakan manfaatnya dalam meningkatkan mutu proses dan
hasil belajar peserta didik.
Dalam edisi Desember 2010 ini, Jurnal Pendidikan Penabur
terbit dengan memuat sejumlah laporan tentang pelaksanaan PTK
untuk berbagai bidang studi di berbagai tingkat pendidikan.
Sungguhpun terdapat persyaratan minimal untuk laporan PTK
dilihat dari sistematika dan penyajiannya, laporan PTK yang dimuat
ini bervariasi tetapi unsur-unsur yang harus ada dalam laporan PTK
tetap dipertahankan dengan harapan guru tidak terikat hanya pada
satu bentuk laporan saja. Guru diharapkan dapat kreatif menyusun
laporan yang tidak kaku dengan tetap memperhatikan persyaratan
minimal laporan PTK. Oleh karena keterbatasan jumlah halaman
Jurnal ini, tidak semua laporan PTK yang diterima Dewan Redaksi
dapat dimuat dalam edisi ini, tetapi dipersiapkan untuk edisi
berikutnya.
Di samping laporan PTK, edisi ini juga memuat berbagai opini
yang berkaitan dengan metode pembelajaran yang diharapkan
bermanfaat bagi guru untuk melakukan refleksi diri dalam rangka
meningkatkan kualitas belajar dan membelajarkan di kelas.
Pendekatan, strategi, serta metode dan teknik membelajarkan peserta
didik sangat berpengaruh dalam membuat proses pembelajaran
yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Oleh karena
itu, dengan memiliki kemampuan pedagogi yang baik, guru
diharapkan kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran
yang bervariasi sesuai dengan bahan dan tujuan pembelajaran,
karakteristik peserta didik, dan lingkungan belajar.
Berbagai cara yang dipikirkan dan dilaksanakan untuk
mengembangkan potensi peserta didik. Belakangan ini terdengar
pula metode untuk membuat peserta didik dapat belajar lebih cepat
dengan hasil yang lebih baik dengan mengaktifkan kemampuan otak
tengah. Sejauh mana kebenaran metode ini dan apakah bukan
hanya merupakan upaya untuk mengeksplotasi anak dengan motif

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 v


ekonomi, menjadi bahan ulasan isu mutakhir dalam terbitan edisi
ini.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
begitu cepat dewasa ini, memungkinkan setiap orang dengan
mudah memperoleh berbagai mcam informasi termasuk dalam
pornografi. Keadaan yang demikian juga mempengaruhi nilai-nilai
sosial dalam perilaku masyarakat. Kecenderungan kurang
terawasinya pergaulan anak di dalam dan luar lingkungan
keluarga karena berbagai alasan, termasuk kesibukan orang tua,
cukup menjadi peluang bagi anak terlibat dalam pergaulan bebas.
Pendidikan moral dan pendidikan agama sangat diperlukan dalam
situasi seperti sekarang ini sehingga perilaku anak tetap dalam
koridor nilai-nilai kepribadian yang mengantarkannya menjadi
manusia yang religius, cerdas, dan bermartabat. Salah satu hal yang
perlu diperhatikan oleh orang tua dan guru serta masyarakat
adalah perilaku seks anak yang kalau tidak ditanggapi secara tepat
dapat membuat anak itu jatuh ke dalam seks bebas. Oleh karena itu
pendidian seks perlu diberikan kepada anak sedini mungkin
dengan pendekatan dan cara yang tepat. Dalam kaitan dengan
pendidikan seks itu, edisi ini mengangkat buku Melindungi Anak
dari Seks Bebas sebagai bahan resensi.
Sebagai bahan informasi dan perbandingan, dalam edisi ini
dimuat pula profil BPK PENABUR Bandung yang tetap berupaya
meningkatkan mutu dan citranya sebagai sebuah lembaga
pendidikan yang didasari iman Kristiani. Berbagi tantangan yang
dihadapi dalam era persaingan yang semakin ketat termasuk
dalam penyelenggaraan pendidikan, tetapi dengan semangat
melayani dan kasih, BPK PENABUR di Bandung tetap menjalankan
tugas dan fungsinya mencerdaskan anak-anak bangsa dalam
berbagai tatanan kehidupan.
Waktu datang dan berlalu terus, tidak seorang pun kuasa
menghambatnya dan edisi ini terbit bertepatan pada saat kita telah
memasuki tahun baru 2011. Perjalanan waktu pula yang
mengantarkan Jurnal Pendidikan Penabur ini memasuki usia ke-X
di tahun 2011. Seluruh Dewan Redaksi mengucapkan Selamat
Natal 2010 dan Tahun Baru 2011 dengan harapan semoga Tuhan
selalu memberkati semua usaha kita dalam bidang pendidikan serta
memberikan kekuatan kepada kita semua. Amin.

Redaksi

vi Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meletakkan Dasar-dasar Pengalaman Konsep Matematika
Penelitian

Meletakkan Dasar-dasar Pengalaman Konsep Matematika


melalui Permainan Praktis di Kelompok Bermain

Maryani*)

Abstrak
alam pembelajaran matematika, guru sering menemui kesulitan untuk memperkenalkan

D konsep matematika pada anak usia dini khususnya untuk anak kelompok bermain yang
rata – rata berusia antara 3-4 tahun di Kelompok Bermain TKK BPK PENABUR, Kota
Modern, Tangerang. Anak masih kesulitan untuk memahami konsep secara abtrak. Dengan
berfokus pada masalah tersebut, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini mencoba memecahkan
kesulitan itu dengan cara memberikan permainan praktis dan sederhana. PTK yang dilakukan
selama dua siklus, Oktober 2009 - Januari 2010, menunjukkan bahwa tehnik permainan dapat
mengatasi kesulitan anak dalam mengenal konsep matematika. Diharapkan dalam memperkenalkan
konsep matematika pada anak kelompok bermain diberikan dengan cara bermain atau kegiatan
yang bervariasi, menyenangkan, rileks dan juga bermakna. Dalam metode bermain guru perlu
menyediakan alat permainan yang menarik, bervariasi, sederhana dan dalam jumlah yang cukup
sehingga anak dapat mencoba dan bermain dengan senang tanpa harus menunggu terlalu lama.

Kata – kata kunci : konsep matematika, bermain, tehnik permainan, penelitian tindakan kelas

Abstract
In learning mathematics, teachers often find difficulties to introduce mathematical concepts for early age
children, especially for those in play group. The children of the ages between 3 to 4 years at BPK PENABUR
Play Group Kindergarten in Modern Land, Tangerang, still face some difficulties to understand the abstract
mathematical concept. This research attempts to solve the problem through a classroom action research (CAR)
by providing practical and simple games. CAR performed in two cycles from October 2009 through January
2010 shows that the game techniques enable the children to overcome their difficulties in understanding
mathematics concepts. The findings recommend the teacher to practice varied, relaxing, and contextual fun
game models to introduce the mathematical concepts. Besides, the teacher should prepare the various game
tools in approprate number to serve all children.

Keywords: mathematical concepts, game, game techniques, classroom action research

senang bermain. Oleh karena itu tehnik bermain


Pendahuluan sangat berperan untuk membantu guru dalam
memperkenalkan konsep matematika pada anak
Pelajaran matematika merupakan materi yang usia dini.
paling berat bagi anak pada umumnya karena Untuk mengatasi permasalahan tersebut
dianggap susah sehingga anak tidak tertarik maka penulis melakukan penelitian tindakan
untuk mengenal dan mempelajarinya. Demikian kelas di Kelompok Bermain 1TKK BPK PENABUR
halnya bagi anak – anak usia dini yang masih Kota Modern Tangerang untuk mempermudah

*) Guru TKK BPK PENABUR Kota Modern Tangerang

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 1


Meletakkan Dasar-dasar Pengalaman Konsep Matematika

guru dan anak dalam melakukan kegiatan berkali-kali. Alat peraga/alat bantu permainan
pengenalan konsep matematika. Permainan - yang menarik dan memenuhi syarat. Untuk
permainan sederhana dalam kehidupan sehari- memperlancar proses permainan maka perlunya
hari sebenarnya banyak dan bervariasi dan persiapan yang baik dan matang termasuk alat
sangat praktis jika dipakai untuk yang digunakanpun juga harus aman, menarik
memperkenalkan konsep matematika, seperti perhatian anak dan cukup untuk sejumlah anak
mengenal warna, bentuk atau bangun, konsep tertentu. Diperlukan rencana kegiatan pengajar-
waktu, bilangan, memasangkan, dan an yang atraktif, menarik dan menyenangkan.
mengelompokkan. Contoh: Memakai baju warna Selain waktu, alat, pelaksanaan dan teknik
merah (untuk memperkenalkan warna, berapa permainan hendaknya dikemas sedemikian
orang yang pakai baju warna merah/hijau?). menarik agar anak merasa tertantang dan tertarik
Berjalan maju - mundur, ke kanan, ke kiri, masuk untuk bermain. Dengan demikian anak akan
ke ubin yang berbentuk segi empat, melihat bulan terpancing untuk mencoba lagi dan mencoba
dan matahari yang berbentuk lingkaran dan lagi. Di sisi lain harus dipahami bahwa anak
masih banyak lagi yang sebenarnya sudah usia dini adalah masa usia bermain. Karena
dikenal oleh anak dari pagi hingga sore hari. bermain adalah suatu kegiatan yang
Pada hakikatnya anak sudah punya banyak menyenangkan bagi setiap anak, maka seorang
bekal pengalaman matematika. Dengan pendidik harus menciptakan pendekatan yang
demikian, sebagai guru alangkah baiknya jika tepat agar proses pembelajaran dapat berjalan
terus membimbing dan memberikan stimulus lebih menarik dan menyenangkan. Hendaknya
dengan benar agar anak dapat menggunakan pendekatan/metode tersebut haruslah sejalan
pengalaman matematika mereka dengan tepat dengan tujuan pengenalan konsep matematika
dan benar sehingga pengalamannya dapat pada umumnya, yaitu agar anak dapat mengenal
bermanfaat untuk melanjutkan ke tingkat konsep matematika dan manfaatnya dalam
pengalaman selanjutnya. kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat
Mengingat pentingnya dasar-dasar perkembangannya.
pengalaman matematika tersebut pada usia dini, Profesionalisme seorang guru dalam
perlu adanya teknik dan metode yang tepat dan mengembangkan dan menggunakan serta
sesuai dengan usia anak. Oleh karena itu proses memilih metode amat sangat diperlukan agar
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan proses pembelajaran berjalan dengan baik.
bagi anak haruslah dapat diciptakan oleh guru. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka
Guru yang berkualitas sangatlah berperan guna penulis menggunakan teknik bermain sebagai
menciptakan situasi kegiatan pengajaran yang metode untuk menyampaikan pengalaman
baik, sederhana, atraktif dan menyenangkan konsep pada Kelompok Bermain mengingat
baik bagi anak sendiri. Tingkat kemampuan Kelompok Bermain adalah masa-masa bermain
setiap anak juga perlu mendapatkan perhatian dan harus kongkrit/nyata dalam mempelajari
guru. Guru hendaknya mampu mengenali dan sesuatu.
memahami kebutuhan setiap anak, siapa saja Bermain adalah alternatif yang digunakan
anak yang memiliki kemampuan lebih dan untuk mendorong minat anak dalam mengenal
memerlukan perhatian dan pertolongan khusus. konsep matematika di kelompok bermain dengan
Situasi juga harus dipertimbangkan agar menekankan pada proses pembelajaran aktif,
proses pembelajaran dapat berhasil dengan baik. menyenangkan dan bermakna agar anak dapat
Namun demikian, keberhasilan proses mengekspresikan kemampuannya dengan baik.
pengenalan konsep matematika pada anak usia Maka rumusan masalah pada penelitian
dini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor tindakan kelas ini adalah : “Sejauh mana
antara lain : (1) waktu, (2) alat peraga dan (3) dampak dari penggunaan tehnik bermain untuk
rencana kegiatan. Pelaksanaan harus cukup dan meningkatkan kemampuan anak dalam
tidak buru-buru, karena setiap anak berbeda pembelajaran konsep matematika di kelompok
kemampuan. Ada yang cepat menerima infor- bermain TKK BPK PENABUR Kota Modern,
masi, ada pula yang memerlukan pengulangan Tangerang, Banten ?”

2 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meletakkan Dasar-dasar Pengalaman Konsep Matematika

Berdasarkan permasalahan tersebut maka menyediakan tempat yang khusus dan menyita
tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah : (1) waktu ibu/orang tua. Sebaliknya, kegiatan ini
memperkenalkan konsep matematika pada anak dapat dilakukan tanpa mengganggu aktivitas or-
sedini mungkin melalui permainan yang ang tua. Misalnya, saat belanja bersama orang
gampang dan bermakna; (2) memberikan tua bisa menghitung jumlah belanjaan bersama
pengalaman bermatematika yang bervariasi anak, berapa kaleng susu yang dibeli, berapa
melalui permainan – permainan praktis, yang rasa coklat, berapa yang rasa strawbery ,
sederhana dan bermakna; (3) mempermudah berapa yang rasa vanila, berapa kue coklatnya,
anak usia dini dalam proses mengenal warna apa baju yang dipakai mama, berapa
matematika melalui permainan konsep – konsep kantong belanjaan mama dan seterusnya.
sederhana dalam kehidupan sehari – hari; (4) Keempat, bagi lembaga pecinta anak lebih
meningkatkan ketertarikan dan minat anak memfasilitasi anak dengan memberikan sarana
dalam bermatematika melalui konsep dengan dan prasarana yang dapat dinikmati oleh anak
tehnik bermain; (5) meletakkan dasar – dasar pada usianya tanpa merugikan sisi lain dari
matematika yang kuat dan kokoh agar anak tidak anak.
mengalami kebingungan dan kerancuan pada
tingkat matematika lebih lanjut: dan (6)
menganalisis peningkatan kemampuan anak Kajian Pustaka
setelah melakukan kegiatan permainan
matematika pada tingkat pengenalan konsep. 1. Definisi
Mengacu pada tujuan tersebut di atas maka Pada hakekatnya bermain adalah kegiatan yang
penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat membuat anak merasa senang. Bermain adalah
bermanfaat bagi berbagai pihak. Pertama, untuk kegiatan yang anak lakukan sepanjang hari
guru TK dalam meningkatkan kemampuan karena bagi anak bermain adalah hidup dan
mengajar dan untuk memberikan wawasan yang hidup adalah permainan (Majesty,1990:196-
bervariasi agar dalam melaksanakan kegiatan 197). Sedangkan Piaget dalam Mayesti (1990:42)
pembelajaran di kelas dapat menghadirkan mengatakan bahwa bermain adalah suatu
situasi yang lebih hidup, lebih efektif, inovatif, kegiatan yang dilakukan berulang–ulang dan
menyenangkan namun lebih bermakna. Dengan menimbulkan kesenangan /kepuasan bagi diri
demikian, guru perlu meningkatkan pengetahu- seseorang. Sementara itu Parten dalam Dockett
an teknik mengajar dan seni mengajar agar kelas dan Fleer (2000:14) memandang kegiatan
dan anak merasa tertarik dalam mengikuti proses bermain sebagai sarana bersosialisasi,
kegiatan pembelajaran. Kedua untuk anak, lebih diharapkan melalui bermain dapat memberi
mudah menerima informasi dan dapat kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan,
melanjutkan proses pengetahuan lebih lanjut menekspresikan perasaan, berkreasi dan belajar
dengan benar, tepat dan tertarik pada matema- secara menyenangkan. Selain itu kegiatan
tika, selain itu peneliti juga berharap dengan bermain dapat membantu anak mengenal
banyaknya rangsangan dan pengalaman yang tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup serta
diberikan/ yang dialami oleh anak pada usia lingkungan dimana ia hiduh.
dini, dapat meningkatkan minat dan Begitu kuatnya pengaruh permainan pada
kemampuan dalam mempelajari dan memahami kehidupan dan perkembangan anak termasuk
matematika. Ketiga, untuk orang tua, mempu- untuk perkembangan kognitifnya yang meng-
nyai peranan sangat penting dalam pendidikan arahkan pada kecerdasan logika-matematika
anaknya dengan cara meletakkan dasar-dasar (logic smart). Logic smart adalah kecerdasan dalam
pengalaman matematis sedini mungkin melalui hal angka dan atau kemahiran menggunakan
kegiatan sehari-hari di rumah. Banyak sekali logika atau akal sehat. Kecerdasan logika
kegiatan rumah yang bisa dilakukan bersama matematika pada dasarnya melibatkan kemam-
anak yang kadang – kadang tidak disadari oleh puan – kemampuan menganalisis masalah seca-
orang tua karena dalam kegiatan ini orang tua ra logis, menemukan atau menciptakan rumus –
dan anak tidak harus duduk manis atau rumus atau pola matematika dan menyelidiki

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 3


Meletakkan Dasar-dasar Pengalaman Konsep Matematika

sesuatu secara ilmiah. Materi program dalam ku- lain : (a) tahap sensori motorik (0-2 th), (b) tahap
rikulum yang dapat mengembangkan kecer- praoperasional (2-7 th), (c) tahap operasional (7-
dasan logika matematika antara lain: bilangan, 11 th), dan (d) tahap operasional formal (11
beberapa pola, perhitungan, pengukuran, dewasa).
geometri, statistik, peluang, pemecahan Jean Piaget juga menyatakan bahwa “anak
masalah, logika , game strategi dan atau petunjuk membangun kemampuan kognitif melalui
grafik. Semua itu dapat berkembang pada setiap interaksinya dengan dunia sekitarnya”. Dalam
anak, asalkan guru dapat lebih kreatif dan tepat hal ini Piaget menyamakan anak dengan peneliti
cara memberikannya. Dan semua dapat yang selalu sibuk membangun teorinya tentang
diberikan dengan cara bermain sesuai dengan dunia sekitarnya, melalui interaksinya dengan
masa perkembangan dan kemam-puan anak lingkungan di sekitarnya. Hasil interaksi ini
untuk menerima dan mengem-bangkannya adalah terbentuknya struktur kognitif atau
mengingat dunia anak addalah dunia bermain. skema yang dimulai dari terbentuknya struktur
Tujuan pendidikan prasekolah menurut PP berfikir secara logis, kemudian berkembang
No.27 tahun 1990 ialah : “Membantu meletakkan menjadi suatu generalisasi (kesimpulan umum).
dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahu- Lebih lanjut Marilyn Burn (1984), dan Baratta
an, keterampilan dan daya cipta yang lorton (1976) juga menyatakan bahwa “kelom-
diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan pok matematika yang sudah dapat diperkenal-
diri dengan lingkungannya dan untuk pertum- kan mulai dari usia tiga tahun adalah kelompok
buhan serta perkembangan selanjutnya”. Berbe- bilangan (aritmatika, berhitung), pola dan
kal dari tujuan itu maka guru bertanggung jawab fungsinya, geometri, ukuran-ukuran, grafik,
untuk memberikan pengalaman agar anak estimasi, probabilitas dan pemecahan masalah”.
memperoleh dasar-dasar matematis melalui Penugasan masing-masing kelompok
permainan sederhana/praktis pada kehidupan tersebut selalu melihat tiga tingkat penekanan.
anak sehari-hari. Pertama, tahap konsep : anak akan paham jika
Seorang pakar pendidikan anak usia dini, ia bermain dengan menggunakan benda-benda
Anggani Sudono, memberikan definisi bermain kongkrit. Dengan menggunakan benda anak
sebagai “Suatu kegiatan yang dilakukan dengan akan memperoleh pengalaman tentang konsep
atau tanpa mempergunakan alat yang mengha- matematika. Contohnya jika kita ingin menge-
silkan pengertian atau memberikan informasi, nalkan anak tentang konsep tiga maka kita bisa
memberi kesenangan maupun mengembangkan menggunakan benda yang berjumlah tiga.
imajinasi pada anak”. Pendapat itu menunjuk- Kemudian anak mengikuti konsep yang dilihat-
kan bahwa kegiatan bermain sangat bermanfaat nya, dan tugas guru memantau cara bermain
dan sungguh bermakna bagi seorang anak anak. Kedua, masa transisi/masa peralihan dari
karena dengan bermain anak akan mendapat- konsep ke lambang bilangan. Sebagai contoh,
kan banyak informasi penting yang dapat anak dapat memasangkan jumlah suatu benda
menunjang daya nalar dan sekaligus meng- dengan lambang bilangannya. Misalnya, 5
gembirakan banyak pengalaman yang berarti bendanya juga harus lima tidak boleh
berhubungan dengan matematis setiap hari dan lebih atau kurang. Dan cara menghitung harus
anak sudah belajar tentang matematika sesuai sesuai dengan ucapan dan jumlah benda yang
dengan tahap perkembangannya. Dengan dihitung. Ketiga, tahap transisi dari kongkrit ke
bermain anak akan berinteraksi sosial yang dapat abstrak : tahap dimana anak harus sudah
mempengaruhi perkembangan kognitifnya. menguasai dua tahap sebelumnya agar tidak
Melalui interaksi sosial pula anak mengkon- terjadi kerancuan di tingkat selanjutnya baru
kemudian berlanjut ke tahap transisi dari
struksi pemahaman dan memproduksi apa yang
kongkrit ke abstrak.
dihadirkan kepadanya secara aktif. JeIas ini
Akan tetapi peneliti hanya membahas sampai
sesuai dengan tahap perkembangan kognitif pada tahap kedua yaitu tahap transisi dari konsep
menurut Piaget yang membedakan sesuai ke lambang bilangan, mengingat kemampuan
dengan tahapan–tahapan perkembangan dan anak kelompok bermain yang belum bisa
kebutuhan anak sesuai dengan usia anak antara memahami sampai ke tahap kongkrit ke asbtrak.

4 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meletakkan Dasar-dasar Pengalaman Konsep Matematika

Anak dalam masa pendidikan prasekolah Penelitian dilaksanakan di Kelompok


ini adalah anak yang berusia di bawah enam Bermain 1 (KB1) TKK BPK PENABUR Kota Mo-
tahun. Pendidikan prasekolah ini meliputi dern Tangerang Banten pada semester ganjil
pendidikan pada lembaga taman kanak-kanak, tahun pelajaran 2009-2010 dengan jumlah anak
kelompok bermain, penitipan anak, dan bentuk 19 orang terdiri dari tujuh anak laki-laki dan 12
lainnya. Apabila kita perhatikan bahwa anak orang anak perempuan. TKK BPK PENABUR
dalam tahap ini berada dalam masa pembentu- Kota Modern berlokasi di Kecamatan Tangerang
kan kecerdasan, maka pendidikan prasekolah yang terletak di tengah kota Tangerang. Sekolah
menjadi amat penting dalam rangka usaha yang berdiri tahun 1991 dengan jumlah 181
mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena anak, meliputi delapan kelas (toddler 1 kelas, KB
itu, pendidikan dalam masa usia ini memerlukan 2 kelas, TK A 3 kelas dan TK B 2 kelas dengan
penataan lingkungan, situasi dan kondisi yang jumlah guru 13 orang. Implementasi kurikulum
aman, nyaman, menyenangkan, sehingga dapat 2004 digunakan sebagai panduan dalam
menimbulkan rangsangan dan memotivasi rasa melaksanakan KBK selain menggunakan kuri-
ingin tahu anak sehingga terciptalah pembel- kulum sekolah. Pihak sekolah juga sangat men-
ajaran yang berarti dan lebih bermakna yang dukung kegiatan pembelajaran yang bervariasi
dapat memaksimalkan kemampuan setiap anak. pihak sekolah juga secara bertahap menyedia-
kan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
2. Hipotesis Tindakan guna mendukung kelancaran proses belajar
Jika dilihat dari permasalahan yang dialami oleh mengajar.
anak berusia antara 3 - 4 tahun serta mengacu
pada kajian teoritis yang ada maka penelitian 2. Prosedur Penelitian
tindakan kelas ini beranggapan bahwa teknik Prosedur PTK ini mengacu pada tahapan yang
bermain sebagai metode untuk menyampaikan berpatokan pada konsep Kemmis dan Mc
materi pengenalan konsep matematika dapat Taggard (1998). Penelitian tindakan kelas
mempermudah anak dalam mengenal konsep dilakukan meliputi empat tahapan antara lain :
mengenal, membilang dan menghitung jumlah (a) tahap perencanaan, (b) tahap pelaksanaan,
benda dengan benar. (c). tahap pengamatan, dan (d) tahap refleksi.
Keempat tahap penelitian tindakan kelas
tersebut dilakukan sebelum penelitian dimulai
Metodologi Penelitian dan setelah melakukan penelitian berlangsung,
tepatnya pada tahap analisis situasi pembel-
1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian ajaran yang telah dan yang dilakukan sambil
Penelitian tindakan kelas menurut Stephen memperhatikan situasi dan kondisi anak, kelas,
Kemmis adalah metoda yang handal untuk lingkungan dan guru. Jika dalam pelaksanaan
menjembatani teori dan praktek. Bersumber dari siklus I mengalami kegagalan atau hasil yang
teori tersebut maka peneliti memandang dipandang belum memenuhi harapan, maka
perlunya tindakan penelitian kelas dilaksana- prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat di
kan untuk menjembatani masalah yang dialami ulang lagi pada siklus selanjutnya yaitu siklus
oleh anak kelompok bermain. Peneliti melihat II dan demikian seterusnya jika dalam siklus II
masih banyaknya anak yang belum memiliki belum mencapai hasil yang diharapakan maka
dasar-dasar pengalaman yang kuat dalam siklus dapat dilanjutkan lagi pada siklus
mengenal konsep-konsep dasar matemati, selanjutnya , demikian seterusnya.
peneliti memandang bahwa hal ini akan menjadi
masalah yang dapat menghambat proses 3. Tahapan penelitian
pengenalan matematis lebih lanjut. Maka untuk a. Rencana pembelajaran
mempermudah penyampaian materi, peneliti Pada tahap ini guru atau peneliti memper-
memilih tehnik bermain untuk memberikan siapkan rencana pembelajaran pengenalan
dasar-dasar pengalaman yang berkaitan dengan konsep Lambang Bilangan dengan metode
konsep matematis. bermain. Antara lain menyiapkan alat – alat

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 5


Meletakkan Dasar-dasar Pengalaman Konsep Matematika

permainannya, materi yang akan dikenal- juga guru dituntut untuk lebih jeli terhadap
kan ke anak, menyusun penilaian atau perubahan setiap anak dan memberi
observasi, lembar pengamatan, lembar semangat agar anak lebih termotivasi. Aspek
kegiatan belajar diperlukan, menetapkan hasil berfungsi untuk melihat prosentase
waktu pelaksana-an dan tidak kalah anak yang dapat mengikuti pembelajaran
pentingnya memilih metode yang sesuai dengan hasil yang baik. Sebagai contoh,
dengan materi, usia anak dan ke efektifan anak yang semula belum bisa menghitung
dalam pelaksaan kegiatan pembelajaran. benda menjadi bisa dan mampu menghi-
Diharapkan proses pembelajaran ini akan tung benda dengan benar mengikuti berba-
berdampak lebih baik (efektif, kreatif, positif gai kegiatan permainan. Di sini guru juga
dan menyenangkan). Disamping itu menyu- dapat mengetahui seberapa jauh tingkat
sun satuan kegiatan harian yang meliputi : keberhasilan pembelajaran melalui peng-
(a) kompetensi dasar, (b) hasil belajar, (c) amatan dan tanya jawab, dan keikutsertaan
indikator, (d) bidang pengembangan, (e) anak dalam setiap jenis kegiatan. Jadi aspek
media, (f) waktu, (g) teknik penilaian, dan keberhasilan dapat dili-hat dari hasil
(h) standar keberhasilan. perkembangan dan kemam-puan setiap
b. Pelaksanaan pembelajaran anak dalam bermain konsep benda dan
Setelah seluruh perencanaan disiapkan, mengenal lambang bilangan.
tahap selanjutnya adalah pelaksaan atau f. Analisis data
proses pembelajaran yang dilaksanakan Berdasarkan pada kriteria keberhasilan,
pada kelas KB1 TKK PENABUR Kota Mod- penelitian data diambil dari dua jenis
ern sesuai dengan jadwal yang telah sumber data. Pertama hasil pengamatan
ditentukan oleh peneliti yaitu peneliti telah selama proses kegiatan untuk melihat
menyusun antara lain sebagai berikut : keaktifan anak. Kedua, hasil data akhir
Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus (setelah penelitian berakhir) untuk melihat
selama tiga bulan. Siklus pertama dilaksa- keberhasilan setiap anak.
nakan dalam empat kali dan siklus dua
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
c. Pengamatan
Tindakan pengamatan ini dilakukan
Jumah seluruh anak pada kelas Kelompok
bersamaan dengan pelaksanaan proses
Bermain ada 19 anak. Sebelum diadakan pene-
pembelajaran sesuai dengan jadwal dalam
litian kondisi kemampuan anak antara lain
setiap siklus dan dengan tujuan untuk
sebagai berikut.
pengumpulan data yang bersifat kualitatif,
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila 75%
sedangkan data kuantitatif dapat diambil
dari jumlah anak dapat membilang, menghitung
dari hasil akhir evaluasi pem-belajaran.
dan mengenal lambang bilangan dengan baik.
d. Refleksi
Data yang diperoleh melalui pengamatan
dianalisis dan dievaluasi
serta hasilnya diperguna-kan Tabel 1: Kemampuan Awal Anak
sebagai dasar mem-buat
No Indikator Kemampuan
rencana tindakan berikutnya.
e. Evaluasi
1. Membilang 6 anak
Evaluasi dilakukan melalui
aspek proses dan kriteria 2. Menghitung benda/konsep 6 anak
keberhasilan aspek hasil
akhir. Aspek proses dapat 3. Mengenal lambang bilangan 7 anak
dilihat dari keaktifan anak
selama proses pembelajaran
berlang-sung. Pada aspek ini

6 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meletakkan Dasar-dasar Pengalaman Konsep Matematika

A. Peletakan dasar-dasar pengalaman konsep dengan pertemuan pertama yaitu tentang


matematis melalui tehnik permainan pengenalan konsep, karena guru merasa
sederhana pada siklus I bahwa pertemuan pertama belum dapat
1. Pelaksanaan Siklus I menunjukkan keberhasilan yang diharap-
Pelaksanaan pengenalan konsep matematis kan. Sebelum melanjutkan permainan kali
dengan tehnik bermain siklus I dilaksanakan ini guru mengajak anak untuk meningat
dalam lima kali pertemuan. Masing-masing permainan yang telah dilakukan pada
merupakan tahapan pembelajaran konsep pertemuan pertama sambil guru memprak-
matematika yang berkesinambungan mulai dari tekan kembali, ada anak yang langsung
tahap konsep, tahap transisi/peralihan, tahap menjawab dengan benar. Selanjutnya
transisi dari abstrak ke kongkrit. Analisisnya setelah anak terarah pada benda/alat yang
disajikan untuk setiap pertemuan. disediakan guru, maka guru langsung
a. Pertemuan pertama mengajak anak untuk bermain mengambil
Pertemuan pertama sebagai awal pengenal- benda sesuai dengan bulatan yang ada di
an konsep dilaksanakan pada hari Senin piring kertas seperti pertemuan pertama.
Tanggal 9 Nopember 2009, pukul 07.30 – Sebelumnya guru menerangkan cara perma-
08.00WIB. Pertama, peneliti yang bertindak inannya yaitu setiap anak akan mengambil
sebagai guru ingin memperkenalkan konsep satu piring kemudian menghi-tung jumlah
matematika kepada anak kelompok bermain gambar bulatan/kancing. Secara bergantian
(KB1). Sebagai langkah awal guru mengajak yaitu lima anak meng-ambil benda/mainan
anak untuk duduk di karpet membentuk sesuai jumlah bulatan yang ada di piring
lingkaran agar semua anak mendapatkan msing-masing sambil diiringi yel-yel teman-
perhatian yang sama. Kemudian guru temannya. (ayo, ayo, ayo... sampai kelima-
mengajak anak bermain. Berikutnya guru limanya kembali ke lingkaran untuk
mengeluarkan piring kertas dan jepitan dihitung bersama) bagi anak yang masih
jemuran. kelanjutnya guru mengajak anak salah diberi kesempatan lagi untuk meng-
untuk melihat apa isi piring tersebut (ada ambil benda sampai jumlahnya benar. Bagi
gambar bulatan yang berjumlah 1-3 anak yang benar diberi pujian (sebut
bulatan), jawaban anak bervariasi ada yang nama...hebat). Demikian selanjutnya sam-
menjawab ada gambar, ada bulatan dan ada pai semua anak mendapat-kan giliran da-
juga anak yang diam saja. lam permainan ini. Hasil pengamatan pada
Kemudian guru menerangkan piring dan pertemuan kedua ada peningkatan keber-
jepitan jemuran dan cara untuk memainkan- hasilan dibanding pada pertemuan per-
nya (menjepit piring sesuai dengan jumlah tama, dan keterlibatan guru juga berkurang
gambar bulatan yang ada di dalam piring karena anak sudah tahu cara perma-
kertas tesebut, kalau gambar bulatannya tiga inannya. Tapi masih ada beberapa anak
berarti piring harus dijepit tiga dan yang belum tepat dalam mengambil jumlah
seterusnya). Kegiatan ini diulang-ulang benda sesuai dengan angka yang ada.
dengan harapan semua anak mencoba dan c. Pertemuan ketiga
bisa memainkannya. Tingkat keterlibata Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari
anak bagus dalam arti rata-rata anak senang Jumat tanggal 13 Nopember 2009, pukul
dengan permainan ini. Hasil pengamatan 09.00 – 08.30. kali ini memberikan tahap
rata-rata pada tahap ini belum ada perkem- tingkat menghubungkan konsep kongkrit
bangan yang meningkat tapi anak antusias dengan lambang bilangan. Pada tahap ini
dalam mengikuti permainan ini. guru menunjukkan lambang bilangan 1 2 3
b. Pertemuan kedua dengan alat main bebek–bebekan dari
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari plastik memberi contoh cara menghi-
Selasa tanggal 10 Nopember 2009, pukul tungnya agar sesuai dengan lambang
08.15 s/d 08.45. Pada pertemuan kedua ini bilangannya. (Guru/peneliti sangat pelan
guru memberikan permainan yang sama dan hati-hati dalam menghitung benda agar

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 7


Meletakkan Dasar-dasar Pengalaman Konsep Matematika

ada keserasian antara ucapan dan jumlah 2. Evaluasi Siklus I


benda yang sedang dihitung). Kemudian Untuk melihat apakah metode bermain
anak mulai diberi permainan cara sudah diterapkan pada pembelajaran
menghitung benda agar sesuai dengan konsep matematika pada siklus I dilakukan
lambang bilangannya. Satu persatu anak evaluasi. Hasil evaluasi dapat diamati dari
mencoba menghitung dengan bantuan guru. jurnal hasil pengamatan yang
Hasil pengamatan rata-rata anak sangat selengkapnya dapat dilihat dari dua aspek
senang dengan permainan ini. Sebagian yaitu aspek proses dan aspek hasil akhir
besar anak sudah bisa cara menghitungnya. kegiatan anak.
Namun demikian guru/peneliti masih a. Evaluasi proses pembelajaran
merasa hasil belum cukup memuaskan Evaluasi proses meliputi mulai dari proses
karena hasil belum mencapai 80%. pembelajaran tahap konsep sampai tahap
d. Pertemuan keempat konsep ke lambang bilangan. Dapat disim-
Pertemuan keampat dilaksanakan pada hari pulkan bahwa tingkat kesiapan dan penge-
Senin tanggal 16 Nopember 2009. Dengan tahuan anak yang tidak sama mempeng-
materi permainan masih pada tahap ke dua aruhi tingkat keberhasilan pada siklus I,
yaitu tahap konsep kongkrit ke lambang namun motivasi dan semangat anak cukup
bilangan. Dengan menggunakan kartu baik sehingga kemampuan anak terus
angka maka guru mengajak anak untuk meningkat sebagai berikut : (1) yang mampu
memilih kartu yang sebelumnya dikocok membilang ada 12 anak , sebelumnya
hanya enam anak; dan (2) yang mampu
dan ditumpuk seperti main kartu dan anak
menghitung benda sekarang menjadi 10
mengambil satu-satu. Setelah mendapatkan
anak, sebelumnya ada tujuh anak. Setelah
kartu maka anak diminta oleh guru untuk diadakan pengulangan pada pertemuan I,
membuka kartu dan menyebutkan lambang mulai terdapat juga peningkatan pada
bilangan yang mereka dapat. Permainan tahap konsep matematika.
selanjutnya anak mencari jumlah benda Namun, guru harus menambah jumlah alat
yang disukai anak sebanyak/sesuai dengan peraga dan terus memperbanyak latihan
lambang bilangan yang sudah didapat. dan pengulangan karena pada saat bermain
Dengan senang anak mencari benda umum- ada anak yang rebutan piring karena
nya anak mengambil mainan building foam merasa belum bermain.
dan saling berlomba kecepatan. Anak b. Evaluasi Hasil Akhir
merasa senang dengan permainan ini, ini Dari kegiatan yang dilakukan anak, dapat
terlihat setelah waktu habis tapi masih disimpulkan bahwa penerapan metode
banyak anak yang bermain lagi. Hasil bermain pada siklus I belum memenuhi
pengamatan rata-rata anak senang dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Hasil
permainan ini dan hasilnya sudah ada akhir siklus I antara lain :
sedikit peningkatan. Tapi masih ada bebe-
rapa anak yang mengambil benda tidak
sesuai dengan
Tabel 2: Hasil Kemampuan Anak Siklus I
lambang bilangan
dan tidak konsen- No Indikator Awal Siklus I
trasi saat menghi-
tung/mengambil 1. Membilang 6 anak 12 anak
benda. Tapi sete-
lah dilakukan 2. Menghitung benda/konsep 6 anak 11 anak
berulang-ulang
dan dibantu oleh 3. Mengenal lambang bilangan 7 anak 10 anak
guru mereka bisa.

8 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meletakkan Dasar-dasar Pengalaman Konsep Matematika

3. Refleksi Siklus I dilakukan pada pertemuan kedua. Kali ini


Hasil evaluasi proses dan hasil kegiatan peneliti menggunakan simpai, kerikil dan
pada siklus I dapat disimpulkan bahwa angka 1, 2 dan 3. Kemudian, menunjukkan
pengenalan konsep matematika melalui dan memberi contoh cara permainannya.
permainan sangat menarik dan mengun- Tiga buah simpai ( holahop ) diletakkan di
dang rasa penasaran anak untuk mencoba lantai kemudian detengah – tengah simpai
lagi . Namun karena peralatan/ alat peraga diberi sejumlah kerikil sesuai dengan urutan
yang kurang cukup jumlahnnya maka pada lambang bilangan 1, 2 dan 3. Bila lambang-
tahap konsep ke lambang bilangan nya angka 1 berarti kerikilnya satu biji dan
mengalami kendala dan belum memenuhi seterusnya. Cara permainannya, anak
kriteria keberhasilan yang diharapkan melompat-lompat di dalam simpai/holahop
peneliti, sehingga peneliti melanjutkan sebanyak sesuai dengan kerikil atau
penelitian kembali pada siklus II. lambang bilangannya, jika kerikilnya dua
maka anak harus melompat sebanyak dua
B. Peletakan dasar-dasar pengalaman konsep kali di dalam lingkaran tersebut, demikian
matematis melalui tehnik permainan selanjutnya. Rata-rata anak senang dan bisa
sederhana pada siklus II melakukan permainan ini, keterlibatan guru
1. Pelaksanaan Siklus II atau peneliti juga tidak banyak ini
a. Pertemuan pertama menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil
Pertemuan pertama pada siklus dua pada pertemuan ke 2.
dilaksanakan pada hari selasa 12 Januari 2. Evaluasi Siklus II
2010, pukul 08.00 – 08.30. Pada pertemuan Evaluasi pada siklus II dilaksanakan untuk
kali ini guru memberikan pembelajaran melihat seberapa tingkat perbaikan dari
konsep benda mengulang dari pertemuan peningkatan intensitas terapan metode
pertama pada siklus I. Dalam permainan bermain pada pembelajaran pengenalan
kali ini guru memberikan lembar kertas yang konsep matematika dibanding dengan hasil
berisi konsep yang berupa gambar lingka- evaluasi pembelajaran pada siklus I. Pada
ran yang tengahnya terdapat tempelan siklus ini, evaluasi pembelajaran juga
bentuk-bentuk geometri dengan jumlah 1, 2 mencakup kedua aspek yaitu aspek prospek
dan 3 tempelan. Kemudian anak diminta dan aspek hasil.
untuk menempel bentuk geometri sesuai a. Evaluasi proses pembelajaran
dengan jumlah yang ada pada tiap-tiap Evaluasi pada aspek proses pada siklus II
lingkaran. Sebelumnya guru memberikan meliputi keseluruhan proses pembelajaran
contoh dan cara permainannya, setelah pengenalan konsep benda dan pengenalan
anak melihat dan mengerti maka guru konsep ke bilangan. Pada tahap pengenalan
memanggil 5 anak untuk bermain menempel konsep anak lebih efektif dalam kegiatan
bentuk geometri, demikian selanjutnya permainan dan lebih terlihat mandiri di
sampai semua anak mendapatkan giliran. banding pada siklus I. Pada tahap pengena-
Pada siklus kedua ini anak terlihat berani lan konsep ke lambang bilangan juga terlihat
dan mandiri dalam kegiatan di banding banyak peningkatan dalam antusias dan
pada siklus I. keterlibatan anak, pada siklus II guru tidak
b. Pertemuan kedua banyak mengajari anak hanya kepada anak
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari yang memang membutuhkan bantuan.
Senin tanggal 16 Januari 2010 dan dalam b. Evaluasi hasil akhir
pertemuan ini guru mengajak anak meng- Penilaian hasil akhir pada tahap siklus II
ingat kembali permainan pada pertemuan ini antara dari hasil pengamatan dan hasil
pertama, sambil guru melakukan penghi- kegiatan anak dapat disimpulkan bahwa
tungan kembali seperti pada permainan penerapan metode bermain dalam siklus II
tahap pertama. Selanjutnya, guru/peneliti ada peningkatan hasil sesuai dengan yang
menunjukkan permainan yang akan diharapkan yaitu sebagai berikut.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 9


Meletakkan Dasar-dasar Pengalaman Konsep Matematika

Tabel 3: Hasil Kemampuan Anak Siklus II

No Indikator Awal Siklus I Siklus II

1. Membilang 6 anak 12 anak 16 anak

2. Menghitung benda/konsep 6 anak 11 anak 16 anak

3. Mengenal lambang bilangan 7 anak 10 anak 17 anak

3. Refleksi Siklus II bisa menunggu terlalu lama. Kegiatan


Setelah diadakan evaluasi dan refleksi pada permainan juga bisa diulang-ulang agar anak
siklus I, evaluasi proses dan evaluasi hasil semakin mengerti dan dapat mengulang kembali
pengenalan konsep matematika melalui dirumah. Keempat, implementasi pembelajaran
permainan ini, siklus II menunjukkan bahwa konsep melalui permainan memberikan makna
proses dan hasil pembelajaran sudah mencapai bahwa proses pembimbingan guru yang efektif
kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Pada dapat meningkatkan kemajuan anak dalam
tahap konsep benda dan konsep bilangan sudah mengenal konsep anak aktif terlibat pada
mencapai ketuntasan (84%) sehingga tinggal seluruh proses pembelajaaran konsep mulai dari
memberikan pemantapan dan memperbanyak pengenalan benda, membilang benda,
latihan untuk membantu anak yang masih menghitung dan pengenalan simbol (angka).
dalam tahap proses.
Saran
Setelah proses pengenalan konsep matematika
Kesimpulan dan Saran diberikan dalam II siklus penelitian tindakan
kelas, direkomendasikanbeberapa hal. Pertama,
Kesimpulan pada tahap pengenalan konsep matematika 1,
Berdasarkan hasil pembelajaran pengenalan 2, dan 3 dapat disajikan dalam bentuk
konsep matematika melalui permainan maka permainan-permainan praktis karena anak usia
dapat disimpulkan. Pertama, penggunaan dini mempelajari sesuatu lewat bermain dan
tehnik bermain dapat dipergunakan untuk berimajinasi dan apa yang dikenalkan dapat
meningkatkan kemampuan anak dalam dilakukan dengan berulang-ulang agar anak
pembelajaran konsep matematika di Kelompok dapat mengenal konsep dengan benar. Kedua,
Bermain TKK PENABUR Kota Modern, tahap pengenalan konsep benda ke angka dapat
Tangerang. Kedua, jenis kegiatan materi yang diterapkan dengan membentuk kelompok –
diberikan/dipelajari adalah pengenalan konsep kelompok sesuai dengan tingkat kemampuan
matematika. karena anak usia kelompok bermain anak atau individu ( ini berlaku pada anak yang
masih senang dengan kegiatan dan berimajinasi, memang membutuhkan perhatian khusus).
sehingga dalam penyajian materi harus banyak Tehnik ini memudahkan guru/peneliti dalam
menggunakan alat atau benda untuk membantu melihat perubahan atau kemajuan dan progres
anak dalam mengenal konsep benda 1,2 dan 3. tiap – tiap anak sehingga guru atau peneliti
Ketiga, pda tahap konsep, guru memberi contoh mudah dalam proses pembimbingan.Ketiga,
cara permainan, simbol jumlah benda atau tahap transisi/tahap konsep ke lambang
kuantitas angka yang akan diperkenalkan pada bilangan hendaknya juga diberikan dengan
anak serta guru harus benar-benar menguasai suasana tenang dan santai agar anak tidak
tehnik dan menguasai materi agar anak tidak merasa asing atau tambah bingung. Pada tahap
bingung dan bosan, bisa menggunakan alat ini peran guru dituntut untuk lebih kreatif dan
peraga yang semenarik mungkin dengan jumlah selektif dalam pemilihan permainan dan alat
yang cukup bagi anak mengingat anak tidak bermain agar memudahkan anak dalam

10 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meletakkan Dasar-dasar Pengalaman Konsep Matematika

mengenal tahap lambang bilangan. Kegiatan ini


hendaknya diberikan secara berulang-ulang
Daftar Pustaka
agar setiap anak benar-benar kenal dan paham.
Karena kemampuan tiap anak berbeda maka Barata-Lorton, M. (1976). Math their way. Cali-
pada tahap ini guru harus tahu betul keberadaan fornia : Addison – Wesley
atau tingkat kemampuan penerimaan anak atau Burns, Marilyn, Ed. Associates. (1984). The math
keiapan anak dalam menerima materi. Sehingga solution. California : Marilyn Burns Ed.
diharqapakan semua anak dapat mendapat Assocciates.
pemahaman yang sama. Jika sudah ada hasil Djiwandono, Sri Esti Wuryani. (2002). Psikologi
kegiatan anak, boleh dipajang di kelas agar anak pendidikan. Jakarta, PT. Grasindo
bangga dengan hasilnya. Keempat, sesung- Docket, Sue dan Marlyn Fleer. (2000). Play and
guhan, kerja keras, kesabaran, keiklasan dan pedagogy in early childhood – bending
kasih sayang adalah kunci dari suksesnya the rules. Sidney : Harcourt.
proses pembimbingan baik pembimbingan in- Jamaris, Martini. (2005). Perkembangan dan
dividual, kelompok atau klasikal. Untuk itu pengembangan anak usia Taman Kanak-
perlu terus mencoba dan mencoba untuk kanak. Jakarta, Program PAUD UNJ
melaksanakan proses pembelajaran dengan Kemmis & Mc. Taggart. (1998). The research plan-
sepenuh hati. Kelima, diharapkan guru atau ner. Geelong : Deakin University Press
peniliti yang lain dapat melanjutkan proses Mayesty, Mary. (1990). Creative Activities for
penelitian tindakan kelas lagi agar dapat Young Children 4th Ed : Play, Devel-
melengkapi dan menyempurnakan penelitian ini opment, and Creativity New York:
dan dapat memberikan manfaat bagi peneliti Delmar Publisher Inc
yang lain. Sudono, Anggani. (2000). Sumber belajar dan alat
permainan. Jakarta, PT. Grasindo.
------------. Peraturan Pemerintah Republik Indo-
nesia No. 27 pasal 3 Tahun 1990

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 11


Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan
Penelitian

Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis


Karangan melalui Media Foto Aktivitas Siswa

Herani Arundati*)

Abstrak
eterampilan menulis diperlukan untuk menuangkan buah pikiran secara teratur dan

K terorganisasi. Oleh karena itu sejak dini siswa perlu dilatih agar dapat menuangkan ide
kalimatnya secara kreatif dan imajinatif. Pengalaman menunjukkan bahwa masih banyak
siswa yang mengalami kesulitan mengembangkan kalimat karena metode yang digunakan
oleh guru kurang sesuai. Penggunaan media pembelajaran yang tepat sangat dibutuhkan dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa termasuk dalam pelajaran bahasa Indonesia. Penelitian
tindakan kelas (PTK) yang dilakukan selama tiga bulan dalam tahun 2009 ini, dimaksudkan
untuk mengatasi kesulitan dalam mengembangkan sebuah kalimat di kelas 3 SDK 1 BPK PENABUR
Jakarta, dengan menggunakan media foto. Setelah melalui dua kali siklus, ternyata siswa menjadi
lebih terampil dalam mengembangkan kalimat. Berdasarkan hasil penelitian, guru disarankan
memanfaatkan media dalam mengembangkan metode pembelajaran yang lebih bervariasi sehingga
membuat siswa lebih aktif, senang, dan nyaman.

Kata-kata kunci: menulis, mengarang, keterampilan menulis, media foto.

Abstract
Writing skills are very important for students to present their ideas properly and systematically. Therefore,
the students need to be trained to express their ideas creatively and imaginatively as early as possible.
Experiences show many students unable to build and develop good sentences due to inappropriate teaching
methods used by teacher. Using instructional media can solve many teaching and learning problems and
improve the student’s learning achievement including in Indonesian language subject. This classroom action
research (CAR) aims at improving the students’ writing skills, particularly in sentence building and develop-
ment by using photos as instructional media. After two cycles in three months, the research which was
conducted for grade three at SDK I BPK PENABUR Jakarta in 2009, proved that the students’probles in
sentence building and development can be solved and their writing skills can be improved by using photos in
teaching and learning process. This research recommends the teachers to use various instructional media to
make the teaching and learning prosess more fun for the students and successfully to improve the students’
learning achievement.
Key words: writing, composing, writing skill, photo media

mendengarkan (menyimak), merupakan komu-


Pendahuluan nikasi secara langsung, sedangkan kegiatan
menulis dan membaca merupakan komunikasi
Di dalam masyarakat modern seperti sekarang tidak langsung. Keterampilan menulis sangat
ini dikenal dua macam cara berkomunikasi, dibutuhkan dalam kehidupan modern dan
yaitu komunikasi secara langsung dan secara merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau
tidak langsung. Kegiatan berbicara dan bangsa terpelajar. Menulis sangat penting bagi

*) Guru SDK 1 BPK PENABUR Jakarta

12 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan

dunia pendidikan karena memudahkan para lain makalah, proposal, artikel, buku umum, dan
siswa untuk berpikir secara kritis. buku pelajaran. Sebaliknya, karangan banyak
Keterampilan menulis sebagai salah satu dipengaruhi oleh imajinasi dan perasaan
dari empat keterampilan berbahasa, mempunyai pengarang. Contoh karangan antara lain puisi,
peranan yang penting di dalam kehidupan cerpen, novel, dan drama. Semua karya sastra
manusia. Menulis merupakan kemampuan dihasilkan oleh pengarang (sastrawan). Salah
seseorang mengungkapkan ide-ide, pikiran, satu hasil kegiatan mengarang adalah cerpen
pengetahuan, ilmu, dan pengalaman-peng- yang berupa cerita khayal atau fiksi.
alaman hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, Namun, menuangkan buah pikiran secara
runtun, gagasan, ekspresif, enak dibaca dan teratur dan terorganisasi adalah hal yang tidak
dipahami orang lain ( Marwoto, dkk, 1987: 12). mudah. Banyak orang pandai berbicara atau
Akan tetapi sebelum menulis, seseorang perlu berpidato di depan orang banyak , tetapi mereka
memiliki gagasan yang diperolehnya melalui masih kurang mampu menuangkan ide atau
mengarang. Tujuan mengarang adalah mencip- gagasan ke dalam bentuk bahasa tulisan. Untuk
takan gagasan dan menggambarkan pikiran, bisa mengarang dengan baik, seseorang harus
imaginasi, atau peristiwa sejelas-jelasnya kepa- mempunyai kemampuan atau bakat yang dapat
da orang lain. Sedangkan menulis adalah dilatih sejak dini sehingga dalam mengembang-
kemampuan seseorang dalam melukiskan kan kalimat akan lebih kreatif dan imajinatif.
lambang-lambang grafik untuk menyampaikan Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di
ide atau gagasan yang dapat dimengerti oleh SD keterampilan menulis siswa masih mengha-
orang lain. Kegiatan menulis bukanlah kemam- dapi sejumlah masalah yang antara lain:
puan yang dapat dikuasai dengan sendirinya, pertama, kurang mampunya siswa mengguna-
melainkan proses pembelajaran panjang untuk kan bahasa Indonesia. Hal ini terlihat dari
menumbuhkembangkan tradisi menulis. Menu- pilihan kata yang kurang tepat, kalimat yang
lis merupakan salah satu dari keterampilan kurang efektif, sukar mengungkapkan gagasan
berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh karena kesulitan memilih kata atau membuta
siswa. Menulis narasi yaitu jenis tulisan atau kalimat, bahkan kurang mampu mengembang-
karangan yang sifatnya bercerita, baik berda- kan ide secara teratur dan sistematis. Kedua,
sarkan pengalaman dan pengamatan oleh siswa. kurangnya latihan dan praktek menulis. Hal ini
Menulis dan mengarang mempunyai disebabkan dalam pembelajaran bahasa Indo-
persamaan dan perbedaan. Persamaannya, nesia yang terdiri dari empat aspek, waktu yang
menulis dan mengarang adalah sama-sama diberikan empat jam dalam satu minggu. Waktu
mengungkapkan sebuah gagasan. Baik penulis hanya satu jam untuk aspek Keterampilan
maupun pengarang menyampaikan gagasan menulis khususnya menulis karangan sangatlah
melalui huruf dan tanda baca. Huruf dan tanda kurang. Ketiga, kurang terampilnya guru
baca itu menjadi “wakil” bunyi bahasa (berupa memberikan berbagai macam tulisan kepada
kata, frasa, kalimat, dan paragraf) yang berisi siswa. Hal ini terlihat dari hasil tulisan siswa,
gagasan untuk disampaikan kepada orang lain. seperti membuat kalimat atau membuat cerita
Orang lain yang dituju itu dapat menerima pendek. Keempat, pada umumnya sekolah tidak
gagasan penulis dan pengarang melalui memiliki program kegiatan menulis.
kegiatan membaca. Jadi, baik penulis maupun Di samping keempat masalah itu, kegiatan
pengarang sama-sama berkomunikasi dengan belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa
pembaca melalui media tulisan. Itulah persama- faktor yang antara lain adalah media
an menulis dan mengarang. pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran
Sedangkan perbedaan menulis dengan yang tepat sangat dibutuhkan dalam
mengarang adalah kegiatan menulis menghasil- meningkatkan prestasi belajar siswa. Media
kan tulisan, sedangkan mengarang menghasil- pembelajaran mencakup media yang digunakan
kan karangan. Tulisan dilandasi fakta, penga- sebagai alat penampil, antara lain buku, tape re-
laman, pengamatan, penelitian, pemikiran, atau corder, kaset, video kamera, film gambar, dan
analisis suatu masalah. Contoh tulisan antara televisi. Penggunaan media secara tepat dapat

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 13


Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan

membuat proses pembelajaran lebih menarik, melukiskan lambang-lambang grafik untuk


menyenangkan, meningkatkan motivasi, serta menyampaikan ide atau gagasan yang dapat
menigkatkan prestasi belajar siswa. Oleh karena dimengerti oleh orang lain.
itu, dalam penelitian ini dicoba meningkatkan
prestasi belajar menulis karangan dengan Pengertian mengarang
menggunakan media foto aktivitas siswa. Foto Apabila seseorang menggunakan buah pikiran,
aktivitas tersebut merupakan foto-foto siswa gagasan, perasaan, pengalaman atau lainnya
pada saat siswa berkunjung ke tempat wisata kedalam bentuk bahasa tulisan, kegiatan tersebut
atau melakukan aktivitas di luar lingkungan dapat dikategorikan dengan kegiatan menga-
sekolah, misalnya : supermarket, pasar, toko rang. Untuk menyampaikan gagasan ke dalam
buku, dan lain-lain. Sehingga dengan adanya bahasa tulisan, seseorang harus memiliki
kegiatan tersebut siswa bisa bebas berekspe- perbendaharaan kata yang memadai serta
rimen dan bebas menentukkan tempat yang akan terampil menyusun kata-kata dalam kalimat
kunjunginya. yang runtut dan jelas.
Media foto aktivitas siswa dipergunakan Menurut The Liang Gie (1992 :18), “ Untuk
dalam penelitian ini untuk menuntun dan dapat menyampaikan gagasan dan fakta secara
membantu mengembangkan daya imajinasi lincah dan kuat, seseorang perlu memiliki
siswa pada saat membuat karangan. Di samping perbendaharaan kata yang memadai, terampil
itu penggunaan media foto aktivitas siswa dapat dalam meyusun kata-kata menjadi beraneka
menimbulkan daya tarik bagi siswa serta kalimat yang jelas dan mahir memakai bahasa
memberikan inspirasi dalam melahirkan secara efektif”. Dan pengertian mengarang
gagasan untuk ditulis. Keadaan yang demikian sendiri adalah “Keseluruhan rangkaian kegiatan
membuat mereka lebih senang belajar dan pada seseorang mengumpulkan gagasan dan
akhirnya dapat memberikan hasil belajar yang menyampaikan melalui bahasa tulisan kepada
baik dalam keterampilan menulis. Berkaitan pembaca untuk dipahami” (The Liang Gie : 17).
dengan itu semua, peneliti mengadakan Dalam proses mengarang, setiap ide perlu
penelitian tentang peningkatan kemampuan menggunakan kata yang kemudian dirangkai
menulis karangan dengan menggunakan media menjadi sebuah kalimat yang selanjutnya
foto aktivitas siswa kelas 3 SDK 1 BPK PENABUR dikembangkan membentuk paragraf.
Jakarta. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpul-
kan, mengarang adalah kegiatan menulis yang
tersusun dengan teratur dari kata, kalimat,
Kajian Pustaka sampai paragraph yang saling berhubungan
dan merupakan kesatuan yang utuh, dengan
Pengertian menulis maksud menceritakan kejadian atau peristiwa.
Menulis adalah menyampaikan ide atau
gagasan dan pesan dengan menggunakan Unsur mengarang
lambang grafik atau tulisan. Tulisan adalah Berbicara mengenai karangan, baik yang berupa
suatu sistem komunikasi manusia yang karangan pendek maupun panjang, kita harus
menggunakan tanda-tanda yang dapat dibaca berbicara mengenai beberapa hal atau masalah
atau dilihat dengan nyata. Sedangkan Tarigan di sekitar karangan. The Liang Gie (1992: 17)
(dalam Agus Suriamiaharja, 1996 : 1), menyata- mengemukakan ada empat unsur dalam
kan: “ Menulis adalah menurunkan atau mengarang yaitu (1) gagasan (idea) yaitu topik
melukiskan lambang-lambang grafik yang berikut tema yang diungkapkan secara tertulis,
menggambarkan suatu bahasa yang dipakai (2) tuturan (discourse) yaitu bentuk pengung-
seseorang, sehingga orang lain dapat membaca kapan gagasan sehingga dapat dipahami
lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka pembaca, (3) tatanan (organization) yaitu tertib
memahami bahasa dan gambaran tersebut”. pengaturan dan penyusunan gagasan mengin-
Dengan demikian dapat disimpulkan, menulis dahkan berbagai asas, aturan, dan teknik sampai
merupakan kemampuan seseorang dalam merencanakan rangka dan langkah, (4) wahana

14 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan

(medium) ialah sarana penghantar gagasan anak menulis beberapa kalimat tentang
berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut gambarnya. Di kelas III adalah lanjutan dari
kosakata, gramatika (tata bahasa), dan terotika kegiatan di atas. Cerita tentang gambar telah
(seni memakai bahasa secara efektif). memakai judul, kalimat lebih banyak pada saat
Masih menurut The Liang Gie, unsur menceritakan tentang benda, hewan, atau
mengarang terbagi menjadi empat bagian. tanaman yang sesuai dengan lingkungan, anak
Pertama, pencarian (narration) bentuk pengung- telah menjelaskan sesuatu tentang benda,
kapan yang menyampaikan sesuatu peristiwa/ bahkan menggunakan foto aktivitas, siswa
pengalaman. Kedua, pelukisan (description) sudah mampu menceritakan dengan baik dan
bentuk pengungkapan yang menggambarkan benar.
pengindraan, perasaan mengarang tentang
macam-macam hal yang berada dalam susunan Susunan Karangan
ruang (misalnya : pemandangan indah, lagu Susunan karangan atau wacana menurut
merdu). Ketiga, pemaparan (exposition) bentuk Tarigan dan Sulistyaningsih (1996 : 362 )
pengungkapan yang menyajikan secara fakta- dibentuk dengan paragraf-paragraf, sedangkan
fakta yang bermaksud memberi penjelasan paragraf itu sendiri dibentuk dengan kalimat-
kepada pembaca mengenai suatu ide, persoalan, kalimat. Kalimat-kalimat yang membentuk
proses atau peralatan. Keempat, perbincangan paragraf itu merupakan rangkaian yang
(argumentation) bentuk pengungkapan dengan berhubungan dari kalimat yang satu dengan
maksud menyalin pembaca agar mengubah kalimat berikutnya dan seterusnya, sehingga
pikiran, pendapat, atau sikapnya sesuai dengan membentuk satu kesatuan gagasan yang utuh.
yang dihadapi pengarang. Selanjutnya , paragraf-paragraf pun merangkai
secara utuh membentuk sebuah wacana yang
Tujuan pembelajaran mengarang memiliki tema yang utuh.
Menurut Ngalim Purwanto dan Djeniah Alim
(1997 : 58), tujuan pembelajaran mengarang Kata
sama dengan tujuan bercakap-cakap hanya Setiap gagasan pikiran atau perasaan dituliskan
berbeda dengan bentuk tulisan, yaitu :(1) dalam bentuk kata-kata. Kata adalah perwujud-
memperkaya perbendaharaan bahasa positif dan an suatu perasaan dan pikiran yang digunakan
aktif, (2) melatih melahirkan pikiran dan
dalam bahasa lisan atau tulisan. Untuk dapat
perasaan dengan tepat, (3) latihan memaparkan
menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan
pengalaman-pengalaman dengan tepat, dan (4)
dalam tulisan karangan, seseorang perlu
latihan-latihan penggunaan ejaan yang tepat
memiliki perbendaharaan kata yang memadai
(ingin menguasai bentuk bahasa).
dan pemilihan kata yang tepat. “Dalam memilih
kata itu harus diberikan dua persyaratan pokok
Jenis karangan di SD
Karangan yang diajarkan di SD dapat dikelom- yaitu (1) ketepatan dan (2) kesesuaian”
pokkan ke dalam beberapa jenis yang menurut (Suriamiharja, 1996 : 25).
The Liang Gie, berdasarkan (a) tingkatan, (b) isi Persyaratan ketetapan yaitu kata-kata yang
/ bentuk, dan( c) susunannya. Pendapat lama dipilih harus secara tepat mengungkapkan apa
mengatakan mengajar mengarang itu baru yang ingin diungkapkan sehingga pembaca juga
diberikan kelas V sekolah rendah, karena syarat- dapat menafsirkan kata-kata tersebut tepat
syarat yang ditentukan untuk mengarang itu seperti maksud penulis. Persyaratan kesesuaian
berat, seperti ejaan bahasa, susunan kalimat, isi, menyangkut kecocokan antara kata-kata yang
tanda baca, dan sebagai-nya. Sementara itu dipakai dengan kesempatan / situasi dengan
pendapat sekarang, “ Mengarang “ itu semenjak pembaca, apakah pilihan kata dan gaya bahasa
di kelas 1 (satu) sudah dimulai disisipkan yang dipergunakan sesuai dengan keadaan/
(Mengarang Permulaan). Di kelas I sudah dapat kenyataan yang sesungguhnya serta tidak
dimulai dengan menggambar bebas kemudian menyinggung perasaan orang lain.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 15


Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan

Kalimat Berkaitan dengan penggunaan media foto


Kalimat yang dipergunakan dalam karangan aktifitas siswa atau media gambar, Purwanto
berupa kalimat yang efektif yaitu kalimat yang dan Alim (1997 : 63) mengemukakan bahwa
benar dan jelas sehingga mudah dipahami penggunaan media gambar untuk melatih anak
orang lain. Sebuah kalimat efektif haruslah menentukan pokok pikiran yang mungkin akan
memiliki kemampuan untuk menimbulkan menjadi karangan-karangan. Dengan demikian,
kembali gagasan pada pikiran pandangan atau dapat ditarik kesimpulan bahwa cerita dengan
pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran menggunakan media foto aktifitas siswa adalah
penulis. Kalimat efektif dalam bahasa tulis cara dalam menyusun atau menulis sebuah
haruslah (1) dapat mewakili gagasan penulis karangan dengan menerjemahkan isi pesan
serta (2) sanggup menciptakan gagasan yang visual (foto aktifitas) ke dalam bentuk tulisan.
sama tepatnya dalam pikiran pembaca seperti
yang dipikirkan penulis, (Suryamiharja, 1996: Ciri-ciri gambar yang baik dan peranannya
38) sebagai media pembelajaran
Gambar yang baik dan dapat digunakan sebagai
Paragraf sumber belajar adalah yang memiliki cirri-ciri
Paragraf adalah satu kesatuan pikiran, suatu sebagaimana dikemukakan Sudirman (1991:
kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari 219), yaitu: (1) dapat menyampaikan pesan atau
pada kalimat; paragraf merupakan kumpulan ide tertentu, (2) memberi kesan kuat dan menarik
kalimat yang berkaitan dalam suatu rangkaian perhatian, (3) merangsang orang yang melihat
untuk membentuk sebuah gagasan. Berkaitan untuk ingin mengungkapkan tentang obyek-
dengan paragraph, Akhadiah, dkk (dalam Agus obyek dalam gambar, (4) berani dan dinamis,
Suryamiharja, 1996 : 46), menjelaskan bahwa dan (5) ilustrasi tidak terlalu banyak, tetapi
dalam paragraf terkandung satu unit buah menarik, dan mudah dipahami. Sedangkan
pikiran yang didukung oleh semua kalimat peranan gambar sebagai media pengajaran
utama atau kalimat topik, kalimat penjelas yaitu: (1) membantu guru dalam menyampaikan
sampai kalimat penutup. Dilihat dari fungsinya pelajaran dan membantu siswa dalam belajar,
dalam karangan, paragraf berfungsi (1) sebagai (2) menarik perhatian anak sehingga terdorong
penampung dari sebagaian kecil jalan pikiran untuk lebih giat belajar, (3) membantu daya ingat
atau ide keseluruhan karangan, (2) memudahkan siswa (retensi), dan (4) dapat digunakan lagi
pemahaman jalan pikiran atau ide pokok apabila diperlukan pada saat yang lain
karangan. (Tarigan, 1996 : 48). Sedangkan per- (Sudirman, 1991 : 220).
syaratan paragraf yang baik dan efektif, menurut Atas dasar uraian tersebut di atas, hendak-
Suriamuharja (1996 : 48), harus (1) kohesi nya guru mau mempertimbangkan penggunaan
(kesatuan), (2) koherensi (kepaduan), dan (3) memi- foto aktifitas siswa didalam pelaksanaan proses
liki pengembangan/kelengkapan paragraf. belajar mengajar terutama dalam mengajar
menulis karangan. Karena dengan media foto
Media cerita foto aktivitas siswa sebagai model dapat merangsang imajinasi seseorang siswa
pembelajaran supaya mampu bercerita tentang aktifitas yang
Dalam kriteria pemilihan media disinggung dilakukan pada hari itu dan diharapkan siswa
bahwa media digunakan harus sesuai dengan tersebut mampu menuliskan karangan sesuai
taraf berpikir peserta didik. Demikian pula tema, ide, pengalaman, dan kejadiannya.
dalam pembelajaran menulis karangan di SD,
penggunaan media foto aktivitas siswa dirasa-
kan sangat tepat untuk membantu siswa dalam Metodologi Penelitian
keterampilan mengarang. Dengan melihat
gambar, siswa dapat menarik kesimpulan isi Subjek penelitian
dari foto tersebut, kemudian menguraikan dalam Penelitian ini dilaksanakan di kelas 3 SDK 1 BPK
bentuk tulisan. PENABUR Jakarta tahun ajaran 2009 / 2010.

16 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan

Jumlah siswa yang diteliti ada 28 siswa terdiri berkaitan tersebut merupakan rangkaian
dari 12 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. kegiatan yang disebut dengan istilah siklus.
Objek penelitian ini dalam Kegiatan Belajar Hasil dari refleksi terhadap tindakan yang
Mengajar ( KBM ) adalah siswa, dan yang dilaksanakan akan dijadikan pedoman untuk
menjadi peneliti adalah guru. melakukan revisi rencana perbaikan selanjutnya
Guru menyampaikan materi pembelajaran jika tindakan yang dilakukan belum berhasil
mengarang dengan menggunakan media foto memecahkan masalah. Tahap-tahap perbaikan
aktivitas siswa. Dalam tahapan ini siswa diberi pembelajaran digambarkan oleh Kemmis dan
kesempatan oleh guru untuk bebas pergi Taggart.
beraktivitas kemana saja kemudian dikem-
bangkan melalui tulisan karang-
an. Dalam menulis karangan
siswa diharapkan akan lebih PELAKSANAAN
tertarik dan mudah mengembang-
kan ide mengarangnya pada saat SIKLUS 1
PERENCANAAN PENGAMATAN
beraktivitas.

Tempat dan waktu penelitian


Penelitian dilaksanakan di SDK REFLEKSI
1 BPK PENABUR Jakarta yang
terletak di Jl. Samanhudi 29, PELAKSANAAN
Jakarta Pusat. Gedung sekolah ini
terletak di tepi jalan raya dengan
kondisi daerah lingkungan di
sekitarnya penuh dengan gedung PERENCANAAN
SIKLUS 2
PENGAMATAN
dan pertokoan dan merupakan
lingkungan dunia bisnis niaga.
Gedung SDK 1 memiliki empat REFLEKSI 2
lantai, di mana lantai satu adalah
TKK 1 sedangkan untuk SDK 1 Gambar: Penelitian Model Kemmis & Taggart
lantai 2-4. SDK 1 memiliki 14
ruang kelas, aula, perpustakaan,
lapangan olahraga, laboratorium komputer, Deskripsi Data
toilet setiap lantai, dll. Penelitian dimulai dan
dilaksanakan pada bulan September 2009 Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan oleh
dengan menggunakan dua siklus. peneliti dalam dua siklus. Tiap siklus dilaksana-
kan dalam empat tahap yang meliputi : (1) tahap
Prosedur pengumpulan dan perekaman data perencanaan dan persiapan tindakan, (2) tahap
Prosedur pengumpulan dan perekaman data pelaksanaan tindakan, (3) tahap observasi, dan
akan dilakukan dengan menggunakan model (4) tahap analisis dan refleksi. Masing-masing
Kemmis & Taggart. Prosedur yang akan siklus dilaksanakan dalam satu kali pertemuan
dilakukan mencakup empat langkah pokok, dengan alokasi waktu 2 x jam pelajaran ( 2 x 40
yaitu: (1) merumuskan masalah dan merencana- menit ).
kan tindakan (planning), (2) melaksanakan Sebelum dilaksanakannya penelitian,
tindakan (acting), (3) merefleksikan (reflecting) peneliti melakukan survei awal untuk mengeta-
hasil pengamatan, dan (4) perbaikan atau hui kondisi yang ada di lapangan. Berdasarkan
perubahan perencanaan (replaning) untuk kegiatan survei ini, peneliti menemukan bahwa
mengembangkan tingkat keberhasilan. kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis
Keempat langkah utama yaitu perencanaan, karangan pada siswa kelas 3 SDK 1 BPK
tindakan, observasi, dan refleksi yang saling PENABUR Jakarta tergolong rendah. Hal ini

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 17


Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan

ditandai dengan indikator sebagai berikut: (1) menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam
minat dan motivasi siswa yang rendah, (2) menuangkan ide/gagasan ke dalam bentuk
sebagian siswa masih belum terbiasa untuk karangan mengalami peningkatan jika
memanfaatkan media pembelajaran, (3) sebagian dibanding dengan pretes. Namun dalam siklus
siswa membutuhkan waktu yang lama untuk ini masih ada beberapa siswa yang menuliskan
menuangkan ide-ide dan gagasannya apalagi karangan tidak sesuai dengan ejaan dan kalimat
untuk dapat menggambarkan dalam bentuk sering diulang-ulang. Siswa masih kesulitan
kata-kata tentang gambaran suatu objek, (4) dalam mencari kata-kata dan kalimat yang tepat
siswa belum mampu menuangkan ide atau untuk menulis. Nilai/skor perolehan terendah
gagasan dengan baik, dan (5) siswa kurang siswa diperoleh tiga orang siswa dengan jumlah
mengembangkan bahasa dan kurang memper- keseluruhan siswa 28, sedangkan nilai di atas
hatikan penggunaan huruf kapital maupun rata-rata diperoleh 25 orang siswa dengan
tanda baca yang tepat. jumlah keseluruhan siswa 28.
Selanjutnya, peneliti mengatasi masalah Ketuntasan hasil belajar menulis karangan
tersebut dengan memanfaatkan media foto siswa mencapai 89.28 %.Hal ini terlihat dari hasil
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kerja tulisan siswa berupa tulisan karangan dan
menulis karangan. Pemilihan media tersebut dihitung dari jumlah siswa yang memperoleh
didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut. nilai 63 ke atas yaitu 25 siswa. Untuk lebih jelas-
Penggunaan media foto aktivitas siswa adalah nya , nilai menulis karangan siswa pada siklus
suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan I dapat dilihat pada tabel 1.
aktifitas siswa di luar sekolah sehingga siswa Akan tetapi masih ditemukan kesalahan dan
bebas memilih aktifitas apa saja yang akan kekurangan pada tulisan siswa antara lain :
dilakukannya dan dapat melakukan observasi siswa masih kesulitan menggali ide dan
suatu objek secara langsung. Dengan demikian menuangkannya dalam bentuk kata / kalimat
diharapkan siswa dapat menuliskan gambaran hal ini terbukti dari jumlah prosentasenya.
suatu objek secara lebih jelas dan terperinci. Proses pelaksanaan tindakan pada siklus II
Melalui penggambaran secara nyata berjalan dengan baik. Kelemahan pada siklus II
terhadap suatu objek, secara tidak langsung dapat teratasi dengan baik. Hal ini membuat
membuat pembelajaran menulis karangan kualitas pembelajaran menulis karangan
berjalan lebih efektif karena daya imajinasi siswa mengalami peningkatan yaitu 92.85% siswa
dapat berkembang. Peneliti kemudian menyusun telah aktif pada siklus II. Peningkatan kualitas
rencana untuk siklus I. Siklus I ini mendeskripsi- pembelajaran terlihat dari tercapainya sejumlah
kan pembelajaran menulis dengan mengguna- indikator yang telah ditetapkan seperti pening-
kan tema khusus. Ternyata masih terdapat katan keaktifan, perhatian serta konsentrasi
kelemahan atau kekurangan dalam pelaksana- siswa dalam mengikuti di setiap pembelajaran,
annya. Siklus II dilaksanakan untuk mengatasi guru telah berhasil membangkitkan minat dan
kelemahan atau kekurangan yang ada pada motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran
siklus I. Siklus II merupakan siklus yang menulis karangan dengan baik dan tertib.
menguatkan siklus I bahwa observasi atau Hasil tulisan siswa menunjukkan bahwa
kunjungan ke tempat tertentu ataupun foto telah terjadi peningkatan Keterampilan menulis
aktivitas siswa dapat meningkatkan kualitas karangan siswa. Dilihat dari segi isinya, tulisan
proses dan hasil pembelajaran menulis siswa pada siklus II ini jauh lebih baik dibanding
karangan pada siswa kelas 3 SDK 1 BPK siklus sebelumnya. Penggunaan huruf kapital
PENABUR Jakarta. dan tanda baca sudah baik dan penggunaan
Setelah melaksanakan perbaikan kosakata lebih bervariasi. Siswa telah mampu
pembelajaran pada mata pelajaran bahasa In- mengorganisasikan gagasan dengan baik. Sudah
donesia di kelas 3 dengan kompetensi dasar ada kesesuaian antara isi tulisan dengan objek
menyusun paragraf berdasarkan bahan yang yang diamati yaitu foto aktivitas itu tersebut.
tersedia dengan memperhatikan penggunaan Nilai tertinggi siswa pada siklus ini adalah 94
ejaan. Adapun hasil analisis tersebut dan nilai terendah siswa adalah 50. Ketuntasan

18 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan

Tabel 1: Perolehan Nilai Menulis Tabel 2: Perolehan Nilai Menulis


Karangan Siklus I Karangan Siklus II
Siklus I Siklus II

No Nama I II III IV Jlh Nilai No Nama I II III IV Jlh Nilai

4 4 4 4 16 100 4 4 4 4 16 100

1. Alexander 3 2 2 3 10 68 1. Alexander 3 3 2 3 11 69

2. Andres 3 4 3 3 13 81 2. Andres 3 4 4 3 14 88

3. Andrew 2 3 3 2 10 63 3. Andrew 3 3 2 3 11 69

4. Ariel 3 3 2 2 10 63 4. Ariel 4 3 3 3 13 81

5. Cosgrove 2 3 2 2 9 56 5. Cosgrove 3 2 3 3 11 69

6. Dorothy 3 2 2 3 10 63 6. Dorothy 4 2 3 3 12 75

7. Emanuelle 2 3 2 3 10 63 7. Emanuelle 3 3 2 3 11 69

8. Erika 3 3 3 3 15 79 8. Erika 4 3 3 3 13 81

9. Gabriella 4 3 2 3 12 75 9. Gabriella 4 4 3 4 15 94

10. Julius 4 3 3 4 14 88 10 . Julius 4 4 3 4 15 94

11. Maria T 3 3 2 3 11 69 11. Maria T 4 3 4 4 15 94

12. Mikaella 3 3 3 3 12 75 12. Mikaella 4 3 3 4 14 88

13. Nathalie 4 3 3 3 15 80 13. Nathalie 4 3 3 3 13 81

14. Nathasya 3 4 2 3 12 75 14. Nathasya 4 4 3 4 15 94

15. Owen 3 2 4 3 12 75 15. Owen 3 3 4 4 14 88

16. Rhea 3 2 2 2 9 56 16. Rhea 3 1 2 3 9 56

17. Richie 3 2 2 3 10 63 17. Richie 4 3 3 3 13 81

18. Sherly 4 3 3 4 14 88 18. Sherly 4 3 4 4 15 94

19. Steven 2 3 2 3 10 63 19. Steven 3 2 4 3 12 75

20. Tiara 3 2 3 3 11 69 20 . Tiara 4 4 3 4 14 88

21. Tiffany 3 2 2 3 10 63 21. Tiffany 3 2 3 3 11 69

22. Vanessa 3 3 2 3 11 69 22. V anessa 2 3 3 2 10 63

23. Vincent 3 3 3 3 12 75 23. V incent 4 3 4 4 15 94

24. Wilbert 2 2 3 3 10 63 24. Wilbert 4 2 3 3 12 75

25. Bi l l 3 2 3 3 11 69 25. Bi l l 3 3 3 4 13 81

26. William 2 2 2 2 8 50
26. William 2 1 1 2 6 38
27. Yehuda 3 2 3 3 11 69
27. Yehuda 3 2 3 2 10 63
28. Y osh 4 4 4 3 15 94
28. Y osh 3 4 4 4 15 94
Rata-rata 355 79
Rata-rata 317 70

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 19


Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan

Keterangan : pembelajaran meliputi keaktifan siswa dalam


Nilai Perolehan: (Jumlah Skor x 100)/16 bertanya, merespon, mendengarkan penjelasn
I : Kesesuaian Isi guru, dan semangat mengerjakan tugas-tugas
II : Penggunaan EYD (huruf kapital dan yang diberikan guru. Di samping itu terlihat juga
tanda baca) III : Kerapian Tulisan meningkatnya perhatian dan minat siswa,
IV: Keruntutan cerita perhatian dan minat siswa dalam proses
pembelajaran sangat penting. Untuk menum-
buhkan dan memelihara hal tersebut, guru perlu
hasil belajar menulis karangan berdasarkan merangsang siswa dengan menerapkan cara-
media foto mencapai 92.85 %. Hal ini terlihat cara baru, unik, ataupun cara-cara yang sudah
dari hasil kerja tulisan siswa berupa tulisan biasa digunakan. Salah satu cara yang dapat
karangan dan dihitung dari jumlah siswa yang digunakan guru adalah melalui media. Dalam
memperoleh nilai 63 ke atas yaitu 26 siswa. penelitian ini, guru memanfaatkan pemanfaatan
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada media foto aktivitas siswa. Selain adanya
tabel 2, tindakan pada siklus II dikatakan tindakan memanfaatkan media tersebut,
berhasil. Peningkatan terjadi pada beberapa perhatian siswa dalam pembelajaran menulis
indikator bila dibandingkan siklus sebelumnya. karangan meningkat. ketika guru membuat tugas
Dengan demikian pembelajaran menulis karang- pembelajaran mengenai siswa diberi kebebasan
an yang telah dilaksanakan telah menunjukkan untuk pergi kemanapun sesuai dengan aktifitas
adanya peningkatan. yang dilakukan oleh siswa pada hari itu. Lebih
lanjut, terlihat juga meningkatnya Keterampilan
Pembahasan guru dalam mengelola kelas, kemampuan guru
dalam mengelola kelas merupakan salah satu
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas penentu keberhasilan dalam suatu proses
tersebut, guru dikatakan telah berhasil pembelajaran. Pengelolaan kelas yang
melaksanakan pembelajaran menulis karangan dilakukan oleh guru antara lain berupa tindakan
menggunakan media foto aktivitas yang mampu memberikan penghargaan kepada siswa,
membantu siswa dalam memunculkan ide dan menyajikan materi dengan mengombinasikan
mengembangkannya sehingga kemampuan metode ceramah dengan metode lain yang
menulis karangan siswa dapat berkembang menjadikan siswa tidak jenuh dalam mengikuti
dengan optimal. Selain itu, penelitian ini juga pembelajaran, memanfaatkan media pembel-
bermanfat untuk meningkatkan Keterampilan ajaran, serta memotivasi siswa untuk aktif dalam
guru dalam mengelola kelas karena metode ini pembelajaran.
dapat digunakan sebagai sarana bagi guru Pada saat peneliti melaksanakan kegiatan
untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dalam survei awal, diketahui bahwa pengelolaan kelas
kegiatan pembelajaran menulis sebuah yang dilakukan guru kelas kurang baik. Hal ini
karangan. tercermin dari indikator-indikator sebagai
Keberhasilan metode ini dalam mening- berikut : (1) guru kurang bisa membangkitkan
katkan kualitas proses dan hasil pembelajaran minat siswa dan motivasi siswa untuk aktif
menulis karangan dapat dilihat dari mening- dalam pembelajaran, (2) guru kurang bisa
katnya kualitas pembelajaran menulis karangan menciptakan situasi pembelajaran yang
siswa. Tindakan-tindakan berupa penggunaan menyenangkan bagi siswa, dan (3) guru kurang
media foto aktivitas siswa yang dilaksanakan memberikan penghargaan kepada siswa.
mampu meningkatkan kualitas proses Setelah tindakan dilaksanakan, sedikit demi
pembelajaran menulis karangan siswa kelas 3 sedikit kelemahan guru mulai berkurang.
SDK 1 BPK PENABUR Jakarta. Peningkatan dari Kemampuan guru dalam mengelola kelas
segi proses pembelajaran dapat dilihat dari semakin meningkat. Guru tidak lagi terpancang
meningkatnya keaktifan siswa dalam pada kegiatan belajar yang harus dilaksanakan
pembelajaran menulis karangan dari siklus ke di ruangan kelas. Guru tidak lagi bertindak
siklus. Indikator keaktifan siswa dalam proses sebagai guru yang menguasai kelas sepenuhnya

20 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan

tetapi lebih berperan sebagai fasilitator dalam kepada siswa untuk lebih aktif berlatih menulis,
pembelajaran. Guru membangkitkan minat dan (b membelajarkan siswa dengan metode yang
motivasi siswa dengan memberikan pengharga- bervariasi sehingga membuat siswa lebih
an bagi siswa yang memperoleh nilai baik. nyaman, dan (c) memberikan perhatian dan
waktu yang lebih banyak pada mata pelajaran
Kesimpulan menulis karena merupakan suatu Keterampilan
yang tidak mudah.
Hasil penelitian ini disimpulkan sebagai berikut: Siswa hendaknya banyak membaca
Pertama, penerapan media foto aktivitas siswa berbagai buku baik fiksi maupun non-fiksi
dapat meningkatkan pembelajaran menulis. Hal terutama yang berkaitan dengan menulis
ini ditandai dengan meningkatnya persentase karangan. Di samping itu siswa juga hendaknya
keaktifan, perhatian, konsentrasi, minat dan lebih banyak berlatih menulis karena menulis
motovasi siswa dalam pembelajaran menulis merupakan aktifitas yang memerlukan latihan
karangan pada setiap silusnya. Pada siklus I yang konsisten. Kemudian siswa hendaknya
siswa yang aktif 89.28 % sedangkan pada siklus aktif dan belajar menggali ide tulisan melalui
II siswa yang aktif meningkat menjadi 92.85 %. berbagai sumber, salah satunya melalui media
Kedua, meningkatkan aktivitas siswa dalam foto aktivitas siswa.
menulis. Hal ini ditandai dengan nilai hasil
tulisan siswa yang mengalami peningkatan. Daftar Pustaka
Pada siklus I nilai terendah siswa adalah 38 dan
nilai tertinggi siswa adalah 94 Pada siklus II Purwanto, Ngalim, Djeniah Alim. (1997).
nilai terendah siswa adalah 50 dan nilai tertinggi .Metodologi pengajaran bahasa Indonesia di
siswa 94. Ketiga, ketuntasan hasil belajar siswa Sekolah Dasar. Jakarta. Rosda Jayapura
meningkat. Dalam pretes hanya 57.11 siswa Sabarti, Akhadiah, Dr. Prof. (1996/1997).
yang mencapai ketuntasan hasil belajar Menulis. Jakarta : Depdikbud
(memperoleh nilai 63 ke atas). Pada siklus I Suriamiharja, Agus, M. Pd, dkk. (1996/1997).
ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi Petunjuk praktis penulis. Jakarta :
89.28% atau sekitar 25 siswa kemudian pada Depdikbud
siklus II menjadi 92.85% atau sekitar 26 siswa. Tarigan, Djago. (1996). Membina keterampilan
menulis paragraf dan pengembangan.
Saran Bandung : Angkasa
Tarigan, Henry Guntur. (1983). Menulis sebagai
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka suatu Keterampilan berbahasa. Bandung:
dapat dikemukakan saran kepada Kepala Angkasa
Sekolah, guru, dan siswa. Kepala Sekolah The Liang Gie. (1992). Pengantar dunia karang
hendaknya selalu menganjurkan kepada semua mengarang. Yogyakarta : Liberty
guru untuk mengajar dengan metode yang The Liang Gie. (2002). Terampil mengarang.
membuat siswa aktif, merasa senang, dan Yogyakarta: Andi
nyaman sehingga kejenuhan akan terhindar. Wiyanto, Asul.(2008). Menulis dan mengarang
Guru mata pelajaran bahasa Indonesia samakah?. Jakarta: Asosisasi Guru
hendaknya: (a) berusaha memberi dorongan Bahasa Indonesia-Jepang

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 21


Meningkatkan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama
Penelitian

Meningkatkan Kemampuan Siswa Menemukan


Gagasan Utama melalui Metode Cooperative Integrated
Reading and Composition

Yustina Titik Purwanti*)

Abstrak
iswa sering kesulitan menemukan gagasan utama dalam memahami isi sebuah artikel

S atau buku. Hal ini berdampak pada hasil tes membaca, karena malas membaca, siswa
kesulitan untuk menemukan gagasan sebuah artikel sehingga hasil tes dalam materi
membaca sangat rendah. Dampak kesulitan ini dapat mengakibatkan rendahnya hasil
belajar siswa dalam semua mata pelajaran. Dengan demikian perlu ditemukan strategi atau metode
tepat untuk meningkatkan kemampuan menemukan gagasan bagi siswa. Dengan menggunakan
penelitian tindakan kelas, penelitian ini mencoba mengatasi masalah tersebut di kelas 9 SMPK 7
BPK PENABUR Jakarta, dengan metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC). Dalam
dua siklus, hasil penelitiann yang dilakukan Januari dan Peberuari 2010 ini, menunjukkan bahwa
belajar dengan menggunakan metode yang dipilih dapat membuat proses pembelajaran lebih
dinamis, variatif, dan menyenangkan sehingga hasil belajar siswa meningkat. Agar metode CIRC
berhasil dengan baik guru perlu merencanakan kegiatan pembelajaran dengan manajemen waktu
dan pengelolaan kelas yang baik. Selain itu, guru perlu meningkatkan kompetensinya dalam
menerjemahkan dan mengimplementasikan setiap pembelajaran kebahasaan.

Kata-kata kunci: gagasan utama, metode Cooperative Integrated Reading and Composition, strategi
pembelajaran
Abstract
Students often find some difficulties to figure out the main ideas in comprehending the content of a book or an
article. It affects the result of the reading test. The students find it hard to figure out the main idea of an article.
As a result, the students get low academic performance in all subjects. Therefore, a new method should be used
to improve students’ ability in finding main idea in a passage. By using the classroom action research, this
research tries to overcome the problem in grade 9 classes of SMPK 7 BPK PENABUR using “Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC)” method. Within two cycles, the result of this research con-
ducted in January and February 2010, shows that studying by the chosen method can make the teaching-
learning process more dynamic, various, and enjoyable, so students’ school achievement will be improved. To
make (CIRC) work well, teacher needs to plan all the teaching-learning activities with the good time and
classroom management. Besides, the teachers need to improve their competencies in translating and imple-
menting every single language learning process.

Keywords: main ideas, Cooperative Integrated Reading and Composition method, learning strategies

semua bidang studi. Pelajaran Bahasa Indone-


Pendahuluan sia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik untuk berkomunikasi dalam
Pelajaran Bahasa memiliki peran yang sentral Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik
dalam perkembangan intelektual, sosial, dan secara lisan maupun tulisan.
emosional peserta didik dan merupakan Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa
penunjang keberhasilan dalam mempelajari Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan

*) GuruSMPK 7 BPK PENABUR Jakarta

22 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meningkatkan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama

minimal peserta didik yang menggambarkan kemampuan menemukan gagasan melalui


penguasaan pengetahuan, keterampilan kegiatan membaca dan menulis sehingga
berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa menjadikan pembelajaran kompetensi tersebut
dan satra Indonesia. Standar kompetensi ini menjadi lebih kreatif dan menarik dan tujuan
merupakan dasar bagi peserta didik untuk berikutnya siswa lebih tertarik untuk
memahami dan merespon situasi lokal, regional, mempelajari standar kompetensi tersebut. Oleh
nasional, dan global. karena itu, penulis merasa perlu mengadakan
Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Penelitian Tindakan Kelas untuk menemukan
Pendidikan (KTSP) yang berlaku saat ini, ruang solusi bagi permasalahan tersebut.
lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia Permasalahan yang ada dalam pembel-
mencakup komponen kemampuan berbahasa ajaran menemukan gagasan utama adalah
dan kemampuan bersatra meliputi aspek-aspek: sebagai berikut: (1) Kemampuan siswa menemu-
mendengarkan, berbicara, membaca, dan kan gagasan sebuah artikel masih rendah; (2)
menulis yang diuraikan melalui standar Belum ditemukan strategi pembelajaran yang
kompetensi yang harus dicapai peserta didik. tepat untuk materi tersebut; (3) Belum ada
Salah satu standar kompetensi yang harus kolaborasi yang tepat antara guru dan siswa
dicapai peserta didik tingkat SMP kelas 9 adalah dalam kegiatan belajar mengajar di kelas untuk
“Menemukan Gagasan dari Beberapa Artikel materi tersebut; (4) Aktivitas siswa dalam
dan Buku”. Kemampuan untuk menemukan pembelajaran membaca artikel masih perlu
gagasan utama bagi siswa merupakan kemam- ditingkatkan.
puan yang paling dasar agar siswa dapat Dari uraian permasalahan tersebut, secara
menangkap apa isi sebuah artikel ataupun buku. umum permasalahan penelitian ini adalah
Kemampuan menemukan gagasan tersebut bagi “Bagaimana meningkatkan kemampuan
sebagian besar siswa masih merupakan kegiatan menemukan gagasan utama bagi siswa kelas 9
yang tergolong sulit. Dalam kegiatan belajar SMPK 7 BPK PENABUR Jakarta melalui metode
mengajar, siswa sering menghadapi soal-soal Cooperative Integrated Reading And Composition
yang berkaitan dengan materi membaca artikel. (CIRC).
Akan tetapi kelihatannya siswa kurang berminat Berdasarkan rumusan masalah di atas maka
membaca artikel secara cermat sehingga tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk
berdampak pada hasil tes membaca yang sangat meningkatkan kemampuan menemukan
rendah. gagasan utama bagi siswa kelas 9 SMPK 7 BPK
Menyadari akan hal tersebut, maka PENABUR Jakarta melalui metode (CIRC)”
kemampuan menemukan gagasan merupakan Hasil penelitian tindakan ini diharapkan
bagian dari kemampuan membaca yang harus bermanfaat bagi (1) siswa: penelitian ini agar
digali supaya peserta didik dapat meningkatkan memberdayakan potensi siswa terkait dengan
keterampilan berbahasa mereka, khususnya kemampuan menemukan gagasan dari sebuah
dalam hal membaca dan menemukan gagasan artikel dalam proses pembelajaran bahasa,
utama sebuah artikel dan buku. Kenyataan di khususnya pada aspek membaca; selain itu
lapangan ternyata proses belajar mengajar untuk siswa juga menjadi lebih berkembang sesuai
melatih kemampuan siswa menemukan gagasan dengan kecepatan intelektual mereka masing-
dari sebuah artikel dan buku masih menjadi masing terutama yang berkaitan dengan kegiatan
persoalan yang besar. Apakah permasalahan membaca; (2) guru: penelitian ini merupakan
ada pada guru yaitu rendahnya daya kreasi strategi alternatif bagi guru dalam mengaktifkan
guru dalam pembelajaran atau dari siswa yang siswanya. Melalui metode CIRC” guru menjadi
kurang mampu merumuskan gagasan dari lebih fokus untuk meneliti kemampuan membaca
sebuah artikel atau buku? dan menulis siswanya di dalam kelas ketika
Menyikapi permasalahan tersebut, penulis proses pembelajaran berlangsung sehingga
sebagai pengajar berupaya mencari titik proses pembelajaran dapat berlangsung dengan
permasalahan tersebut. Hal tersebut juga lancar, terarah, dan tetap terkondisi; (3) sekolah:
mendasari penulis agar dapat meningkatkan penelitian ini menjadi gambaran bagi sekolah

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 23


Meningkatkan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama

bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan donesia yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat
dalam sekolah salah satunya adalah dengan Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki beberapa
mendukung setiap usaha yang dilakukan oleh aspek kemampuan yaitu: (1) mendengarkan:
guru untuk mengaktifkan siswanya demi meliputi kemampuan mendengarkan, memaha-
kemajuan pendidikan. mi, dan memberikan tanggapan terhadap
gagasan, pendapat, dan perasaan orang lain
Kajian Pustaka dalam berbahasa bentuk wacana lisan; (2)
berbicara: meliputi berbicara secara efektif dan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), efisien untuk mengungkapkan gagasan,
gagasan adalah hasil pemikiran; ide. Seorang pendapat, kritikan, perasaan dalam berbagai
pembaca dapat menemukan isi sebuah wacana bentuk kepada berbagai mitra bicara sesuai
(artikel) dengan menemukan gagasan-gagasan dengan tujuan dan konteks pembicaraan; (3)
atau ide-ide pokok yang terdapat pada setiap membaca: membaca dan memahami berbagi
paragraf. jenis wacana, baik secara tersurat maupun
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, tersirat untuk berbagai tujuan; (4) menulis:
maka pemahaman wacana, (khususnya wacana meliputi kegiatan menulis secara efektif dan
yang berupa artikel) dimulai dari pemahaman efisien berbagai jenis karangan dalam berbagai
paragraf. konteks.
Paragraf adalah bagian bab dalam suatu Menurut Mulyasa (2009) Penelitian
karangan (biasanya mengandung satu ide pokok Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian
dan penulisannya dimulai dengan garis baru; tindakan (action research) yang dilakukan dengan
alinea (KBBI:285). Seorang pembaca perlu tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan
memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar hasil belajar sekelompok peserta didik. PTK
penyusunan sebuah paragraf agar dapat menen- memiliki karakteristik yang membedakan dari
tukan secara cepat dan tepat apa isi sebuah penelitian formal, yaitu (1) bertujuan memper-
paragraf (Hayon, Josep :59) Paragraf yang baik, baiki, meningkatkan, dan memberikan kerangka
memiliki kalimat utama yang berisi gagasan atau kerja yang teratur terhadap pemecahan masalah
ide pokok dan beberapa kalimat penjelas yang pembelajaran; (2) berawal dari kerisauan kinerja
berisi gagasan penjelas. (2007:32, 59) guru, situasional, praktis, dan secara langsung
Dasar-dasar penyusunan paragraf sebagai berkaitan dengan pemebelajaran; (3) fleksibel
berikut, (1) letak kalimat utama; biasanya dalam dan adaptif; (4) kolaboratif dan partisipatif; (5)
tulisan ilmiah, kalimat utama menempati posisi self-evaluation; (6) fokus penelitian pada
bagian awal sebuah paragraf, yakni pada pembelajaran sehingga proses pengambilan
kalimat pertama atau kedua, bagian akhir keputusan dilakukan guru bersama peserta
sebuah paragraf, yakni kalimat terakhir atau didik; (7) kooperatif dalam perencanaan,
kalimat kedua dari terakhir, dan gabungan pelaksanaan, dan evaluasi atas tindakan antara
(bagian awal dan akhir); (2) ide pokok sebuah guru sebagai peneliti dan peserta didik; (8)
paragraf; ide pokok terdapat dalam kalimat mengembangkan pemberdayaan, demokrasi,
utama; ide pokok kadang terlihat secara jelas keadilan, kebebasan, dan kesempatan partisi-
atau tersurat, tetapi ada juga yang tidak jelas atau patif; (9) mengembangkan model pembelajaran,
tersirat, baik seluruh maupun sebagian; (3) cara baik sebagian maupun menyeluruh.
menentukan ide pokok; ide pokok dapat dilihat Menurut Muslikah (2010) PTK merupakan
dari kata pada kalimat utama diulang kembali, satu jenis penelitian yang dipilih karena memiliki
diganti dengan kata ganti persona atau kata keunikan yang berbeda dengan jenis penelitian
yang sama arti, dan diikuti dengan kata ganti lain, yaitu (1) penelitian ini dimulai dari
penunjuk pada kalimat-kalimat penjelas; (4) ide- kesadaran kritis guru bahwa praktik
ide penjelas terdapat pada kalimat-kalimat pembelajaran yang dijalankan menghadapi
penjelas (Hayon, Josep:59) persoalan sehingga guru ingin mencari
Kemampuan berbahasa sesuai dengan solusinya; (2) penelitian tindakan kelas memiliki
Standar Kompetensi Bahan Kajian Bahasa In- rencana tindakan (aksi) yang spesifik untuk

24 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meningkatkan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama

memecahkan masalah; (3) adanya kolaborasi ketiga kelas tersebut sehingga tidak mengganggu
antara sesama guru dan kepala sekolah, guru proses belajar mengajar dan peneliti bisa lebih
mungkin melakukan kekeliruan dalam proses fleksibel untuk melakukan penelitian. Jumlah
belajar mengajar yang tidak disadari, dalam siswa dari ketiga kelas tersebut berjumlah 104
kondisi seperti ini guru dapat meminta bantuan siswa.Jumlah siswa dari ketiga kelas tersebut
teman untuk mengobservasi dan merumuskan berjumlah 104 siswa.
masalah secara riil yang ada di kelas. PTK juga Penelitian ini dilaksanakan di kelas 9C, 9D,
mempunyai manfaat bagi antara lain, (1) guru 9E, yang terletak di Jalan Surya Sarana, Sunrise
melakukan inovasi pembelajaran; (2) guru Garden, Jakarta Barat. Siklus pertama diadakan
melakukan pengembangan kurikulum; dan (3) pada bulan November sampai dengan bulan
guru meningkatkan profesionalisme. Desember 2009 dengan menyesuaikan jam
Metode Cooperative Integrted Reading And pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 9C, 9D, 9E
Composition (CIRC) menurut Slavin (1995:5-11) SMPK 7 BPK PENABUR Jakarta. Sedangkan
merupakan salah satu tipe pembelajaran siklus kedua dilaksanakan pada bulan Januari
kooperatif yang khusus diterapkan pada sampai Februari 2010
pembelajaran membaca dan menulis di sekolah. Setting yang digunakan dalam penelitian
Siswa dibagi dalam kelompok berdasarkan ini adalah setting kelas, dan data yang diperoleh
tingkat kecepatan membacanya. Dalam pada saat proses pembelajaran berlangsung di
kelompok tersebut mereka saling bertukar dalam kelas.
informasi mengenai bacaan yang mereka baca,
memprediksi bagaimana ending dari suatu cerita Desain Penelitian
naratif, menuliskan respon mengenai bacaan, PTK ini terdiri atas dua siklus, masing-masing
dan sebagainya. (www.muhfida.com/ Model- siklus terdiri atas beberapa komponen, yakni
Model Pembelajaran) Metode CIRC ini dipilih tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan
karena metode ini mendorong siswa berperan tindakan, refleksi, evaluasi dan revisi, serta
serta secara aktif sehingga pembelajaran kesimpulan hasil. Secara rinci tahap-tahap
membaca menjadi lebih menarik, dinamis, dan penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
menyenangkan.
Heru Susanto (2009) dan Ruri Istiningsih Kegiatan pada Siklus 1
(2010) pernah menggunakan metode CIRC ini 1. Perencanaan pembelajaran.
dalam pembelajaran matematika bagi siswa Kegiatan yang dilakukan dalam Perencanaan
SMP. Hasil pembelajaran yang didapatkan siswa Pembelajaran pada siklus pertama ini meliputi:
menjadi lebih aktif dalam belajar matematika (a) meyakinkan siswa bahwa kemampuan
sehingga hasil belajar menunjukkan menemukan gagasan utama merupakan kemam-
peningkatan. puan dasar untuk dapat memahami sebuah
artikel atau buku, (b) Menetapkan alternatif
Perumusan Hipotesis Tindakan upaya peningkatan aktivitas belajar siswa yaitu
Perumusan hipotesis tindakan sebagai berikut. dengan mencoba melakukan perbaikan proses
“Jika dalam pembelajaran membaca, khususnya pembelajaran di kelas dengan menerapkan
untuk menemukan gagasan utama di kelas 9 metode pembelajaran CIRC, (c) menyusun alur
SMPK 7 PENABUR menggunakan metode CIRC pembelajaran dan rancangan tindakan yang
maka pembelajaran tersebut akan berhasil. akan dilaksanakan yakni dengan menerapkan
metode pembelajaran CIRC, (d) Membuat dan
Metodologi Penelitian mempersiapkan rencana pembelajaran/RPP
yang sesuai dengan metode pembelajaran yang
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 9 SMPK akan diterapkan, dan (e) menyusun dan
7 BPK PENABUR Jakarta. Sebagai sampel, dari mempersiapkan sarana dan media pembelajaran
lima kelas yang ada (9A, 9B, 9C, 9D, 9E) di ambil yang akan digunakan, misalnya perangkat tes
tiga kelas saja, yaitu kelas 9C, 9D, 9E . Ketiga kemampuan awal, alat evaluasi yang berupa
kelas ini dipilih karena penulis mengajar pada pertanyaan tes membaca berupa pilihan ganda.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 25


Meningkatkan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama

2. Pelaksanaan tindakan. pembelajaran yang sudah dilakukan pada siklus


Pada tahap ini, guru melaksanakan desain yang pertama, c) Menyusun alur pembelajaran
pembelajaran yang telah direncanakan. dan rancangan tindakan yang akan dilaksana-
Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama kan yakni dengan menerapkan metode pembel-
dilakukan dalam tiga tahap. Pertama, sebelum ajaran CIRC d) Menyusun dan mempersiapkan
kegiatan belajar mengajar siswa diberikan pretes sarana dan media pembelajaran yang akan
yang dipakai sebagai dasar pengukuran digunakan, misalnya memperbaiki dan
kemampuan awal siswa dalam menemukan menambah materi power point untuk dipresen-
gagasan utama paragraf atau artikel. Kedua guru tasikan, alat evaluasi yang berupa pertanyaan
menerapkan rencana pembelajaran yang telah tes menulis dan membaca.
dibuat yaitu (a) siswa diberikan artikel kemudi-
an para siswa disuruh menentukan manakah 2. Pelaksanaan tindakan.
gagasan utama setiap paragraf secara mandiri, Pada tahap ini, guru melaksanakan desain
(b) selanjutnya guru memberitahukan cara pembelajaran yang telah direncanakan yaitu
mencari gagasan utama yang tepat dengan guru mempresentasikan materi pembelajaran
mempresentasikan materi pembelajaran melalui melalui power point dengan lebih rinci dengan
power point, (c) siswa diberikan latihan menemu- contoh-contoh yang lebih banyak. Kemudian,
kan gagasan utama artikel melalui “kartu siswa diberikan latihan menemukan gagasan
alinea”. Kartu alinea ini berupa potongan- utama artikel melalui “kartu alinea”. Pada siklus
potongan artikel/sebuah paragraf kemudian kedua ini “kartu alinea” yang diterima siswa
siswa menentukan gagasan utamanya. Siswa boleh didiskusikan dengan teman sebangku.
juga dilatihkan menulis paragraf dan artikel Berikutnya, siswa juga dilatihkan untuk
berdasarkan ide pokok yang sudah ditentukan menemukan gagasan sebuah wacana/artikel
oleh guru. Tahap ketiga siswa diberikan tes dan berlatih menulis paragraf dan artikel
akhir/postes untuk mengetahui sejauh mana berdasarkan ide pokok yang sudah ditentukan
kemampuan para siswa dalam menemukan oleh guru. Terakhir siswa diberikan tes akhir/
gagasan utama sebuah artikel. postes untuk mengetahui sejauh mana kemam-
puan membaca dan menulis para siswa dalam
3. Evaluasi dan revisi menemukan gagasan utama sebuah artikel.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari postes
pada siklus pertama, ternyata banyak siswa 3. Evaluasi dan refleksi
yang masih kurang memahami materi yang Berdasarkan hasil yang diperoleh dari postes
diajarkan. Hal ini terlihat dari hasil tes membaca pada siklus yang kedua ternyata kemampuan
pilihan ganda. Pada siklus pertama ini para siswa dalam menemukan gagasan utama
siswa tidak diberikan tes menulis. Menurut meningkat. Hal ini terlihat dari hasil tes membaca
beberapa siswa strategi pembelajaran yang pilihan ganda maupun tes menulis. Pada saat
dilatihkan dapat membantu para siswa dalam pembelajaran siklus yang kedua ini terlihat para
memahami artikel dan menemukan gagasan siswa lebih antusias dengan strategi
utamanya walau hasilnya ternyata masih pembelajaran yang dilatihkan. Mereka merasa
rendah. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan terbantu dalam memahami gagasan sebuah
pembelajaran pada siklus kedua. artikel dengan dilatihkan paragraf yang mudah
terlebih dahulu, baru yang tingkatnya sedang,
Kegiatan pada Siklus 2 selanjutnya paragraf dan artikel yang sulit.
1. Perencanaan pembelajaran. Dilihat dari hasil tes menulis, ternyata para
Kegiatan yang dilakukan dalam Perencanaan siswa lebih mudah untuk mengembangkan
Pembelajaran pada siklus kedua ini meliputi: a) sebuah gagasan utama menjadi sebuah paragraf
Meyakinkan siswa bahwa siswa mampu atau pun mengembangkan gagasan utama
menemukan gagasan utama sebuah artikel atau menjadi sebuah artikel yang utuh.
buku. b) Menetapkan alternatif aktivitas belajar Berikut ini RPP yang digunakan untuk
siswa yaitu dengan melakukan perbaikan proses melakukan tindakan penelitian:

26 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meningkatkan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Sekolah : SMPK 7 BPK PENABUR


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : IX/2
Standar kompetensi : 11. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif,
membaca intensif, dan membaca cepat
Kompetensi Dasar : 11.1 Menemukan gagasan dari beberapa artikel dan buku
Indika tor : Siswa mampu
(1) Menemukan gagasan utama dari artikel yang dibacanya
(2) Menemukan gagasan dari buku yang dibacanya
(3) Mengutip pernyataan dari artikel atau buku sebagai referensi
dalam penulisan karya tulis
Alokasi Waktu : 2 X 45 menit

A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu menemukan gagasan dari beberapa artikel dan buku melalui kegiatan
membaca ekstensif.

B. Materi Pembelajaran
1. Gagasan utama dan gagasan penjelas
2. Cara menemukan gagasan dalam wacana

C. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Penugasan
4. Inkuiri

D. Kegiatan Pembelajaran

Proses Kegiatan Peralalatan

Langkah 1 Pendahuluan: B u ku T e ks
a. Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik Wacana dalam
untuk mengikuti proses pembelajaran. artikel dan
b. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang b u ku
mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari sebagai apersepsi.
c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi
dasar yang akan dicapai.
d. Guru menyampaikan cakupan materi dan penjelasan
uraian kegiatan sesuai dengan silabus.
Kegiatan Inti:
1. Eksplorasi
a. Siswa menemukan gagasan utama dan gagasan penjelas
yang terdapat dalam artikel dengan beberapa aktivitas
yaitu: kartu alinea,
b.Guru menjelaskan cara menentukan gagasan dalam
wacana.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 27


Meningkatkan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama

Langkah 2 2. Elaborasi B u ku T e ks
Siswa membaca artikel dan buku untuk menemukan Wacana dalam
berbagai gagasan yang terdapat di dalamnya. artikel dan
3. Konfirmasi b u ku
a. Guru dan siswa bertanya jawab untuk membahas hasil
kerja siswa.
b. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan
secara lisan dengan pujian terhadap kelompok yang
menjawab dengan benar.
c. Guru memberikan konfirmasi terhadap hasil
eksplorasi dan elaborasi siswa.
d. Guru menjawab pertanyaan siswa yang menghadapi
kesulitan dengan materi yang diajarkan
e. Guru memberikan motivasi kepada siswa yang
kurang atau belum berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran.

Kegiatan Penutup:
1. Guru bersama-sama dengan siswa membuat
rangkuman /kesimpulan pelajaran.
.2. Guru melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan
terprogram.
3. Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan
hasil pembelajaran.
4. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.

E. Alat/Sumber/Bahan Pembelajaran
1. Buku Teks: Agus Trianto, PASTI BISA: Pembahasan Tuntas Kompetensi Bahasa Indonesia,
Jilid 3 untuk kelas IX, Jakarta: ESIS Erlangga, 2007.
2. Wacana dari berbagai artikel
3. Buku-buku penunjang

E. Penilaian
1. Teknik : Tes Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Tes Uraian
3. Contoh Instrumen :
a. Tunjukkan gagasan penulis yang terdapat dalam suatu artikel/buku!
b. Tulislah sebuah paragraf mengenai suatu hal!

Ketuntasan Minimal) mata pelajaran Bahasa


Hasil Penelitian Indonesia khususnya untuk kelas 9. KKM ini
telah ditentukan pada awal tahun pelajaran dan
Berdasarkan hasil pretes dan postes kemampuan telah diberitahukan kepada orang tua, serta
membaca dan menulis dengan materi disebutkan/dicantumkan pada KTSP SMPK 7
“menemukan gagasan utama” sebuah artikel PENABUR.
maka diperoleh skor yang beragam. Kriteria Dari hasil tes penempatan, tes kemampuan
ketuntasan seorang siswa jika ia telah mencapai akhir pada siklus yang pertama, maupun tes
skor 65 yang merupakan KKM (Kriteria kemampuan akhir pada siklus yang kedua

28 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meningkatkan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama

dikelompokkan menjadi tiga tingkat kemam- Penempatan


puan. Kelompok yang pertama yaitu siswa yang Dari hasil tes penempatan bagi kelas 9C dapat
kemampuannya masih kurang / dibawah KKM disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai
(Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu siswa yang kemampuan kurang di bawah KKM berjumlah
nilainya di bawah 69. Kelompok yang kedua 74 %, sedangkan siswa yang mempunyai nilai
yaitu siswa yang nilainya antara 69 sampai cukup (69-79) berjumlah 26%, dan tidak ada
dengan 79 dengan tingkat kemampuan sedang, siswa yang nilainya 80 ke atas atau 0%.
sedangkan kelompok yang ketiga yaitu siswa Sedangkan dari hasil tes kemampuan akhir
yang mempunyai nilai diatas 80, yaitu siswa pada siklus yang pertama, nilai kemampuan
yang tingkat kemampuan tinggi dalam “mene- “menemukan gagasan” bagi siswa kelas 9C
mukan gagasan sebuah alinea”. adalah sebagai berikut.
Sedangkan indikator keberhasilan tindakan
14% 0%
apabila : skor aktivitas belajar siswa mengalami
peningkatan. Peningkatan aktivitas belajar siswa
ditandai dengan tercapainya persentase rata- < 69
rata hasil skor observasi aktivitas belajar siswa >69
lebih dari 60 %. Berikut hasil penelitian masing- >80
masing kelas. 86%
Diagram 2: Hasil Postes I Kemampuan
1. Kelas 9C Membaca Siswa kelas 9C
Dari hasil tes penempatan, tes kemampuan akhir
pada siklus yang pertama maupun kedua maka
dapat diketahui data tingkat kemampuan yang Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa
diperoleh siswa kelas 9C sebagai berikut. setelah diberikan penjelasan materi “cara
menemukan gagasan sebuah artikel” maka pada
Tabel 1: Tingkat Kemampuan akhir tahap dari siklus 1 ini diberikan tes
Membaca Siswa Kelas 9C kemampuan akhir. Dari hasil tes kemampuan
NILAI NILAI NILAI akhir ini dapat diamati bahwa ternyata jumlah
T ES siswa kelas 9C yang mempunyai nilai di bawah
< 69 > = 69 > = 80
KKM mengalami peningkatan jumlah yaitu
Pretes 26 9 0 menjadi 86%, sedangkan jumlah siswa yang
nilainya cukup, yaitu 69-79 mengalami
Postes I 30 5 0
penurunan 14%, dan siswa yang mempunyai
Postes II 13 9 13 nilai 80 ke atas tidak ada atau 0%. Setelah
dilakukan pengamatan, ternyata waktu KBM
untuk menerangkan KD “Menemukan Gagasan
Berdasarkan data di atas maka dapat sebuah alinea” saat pelajaran Bahasa Indone-
digambarkan diagram tes penempatan siswa sia untuk 9C kurang (hanya 1 jam), sedangkan
kelas 9C sebagai berikut. kelas lain 2 jam pelajaran. Hal lain yang bisa
diamati pada saat guru menerangkan materi
0% tersebut, siswa kelas 9C kurang serius.
26% Selanjutnya akan dipaparkan hasil tes
kemampuan akhir pada siklus yang kedua, nilai
< 69 kemampuan “menemukan gagasan” bagi siswa
>69 kelas 9C adalah sebagai berikut.
>80
74%

Diagram 1: Tingkat Kemampuan


Membaca Siswa Kelas 9C

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 29


Meningkatkan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama

37% 37% Dari diagram tersebut terlihat adanya


peningkatan kemampuan siswa kelas 9C dalam
< 69 hal “membaca dan menemukan gagasan dari
>69 sebuah alinea”.
>80 Dari hasil “tes menulis alinea berdasarkan
26%
letak gagasan utama” kelas 9C berdasarkan
Diagram 3: Hasil Postes II Kemampuan pengelompokan tingkat kemampuan, maka
Membaca Siswa Kelas 9C diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 3: Tingkat Kemampuan


Dari data ini dapat diuraikan bahwa pada tes
Menulis Alinea Kelas 9C
kemampuan akhir, nilai siswa kelas 9C mengala-
mi peningkatan kemampuan “menemukan NILAI NILAI NILAI
T ES
gagasan sebuah alinea”. Hal ini dapat dilihat < 69 > = 69 > = 80
ternyata siswa yang nilainya di bawah KKM
semakin berkurang yaitu dari 86% menjadi 26%, Pretes 7 18 10
sedangkan siswa yang nilainya 69-79 meng-
Postes II 1 10 24
alami kenaikan yaitu dari 14% menjadi 37%, dan
yang lebih menggembirakan ternyata ada 37%
siswa yang nilainya di atas 80. Secara Pengelompokan tingkat kemampuan siswa kelas
keseluruhan hasil kemampuan “membaca dan 9C dapat dijelaskan melalui diagram berikut ini.
menemukan gagasan utama” siswa kelas 9C Pretes 9C
dapat dilihat dalam tabel 2.
20%
29%
Tabel 2: Tingkat Kemampuan < 69
Membaca Siswa Kelas 9C
>69

NILAI NILAI NILAI >80


T ES
< 69 > = 69 > = 80
51%
Pretes 26 9 0

Postes I 30 5 0 Postes 9C

Postes II 13 9 13 3%
29%
Sedangkan kemampuan membaca siswa
< 69
kelas 9 C terlihat pada diagram 4.
>69
>80
68%

Diagram 5: Kemampuan Menulis Alinea


Siswa Kelas 9C
35
30
30 26
25
Pretes
20
13 13 Pos tes I
15
9 9 Pos tes II
10
5
5
0 0
0
Diagram
1 4: Rekapitulasi
2 Kemampuan3Membaca Siswa Kelas

30 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meningkatkan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama

30
24
25

20 18
Pretes
15
10 10 Postes
10 7
5
1
0
<69 >69 >80
Diagram 6: Rekapitulasi Kemampuan Menulis Alinea Kelas 9C

Dari grafik hasil tes tersebut dapat diuraikan 9%


bahwa siswa kelas 9C yang nilai tesnya kurang/ 37%
di bawah KKM saat pretes berjumlah 20% setelah
< 69
postes berjumlah 3%, yang nilainya 69-79 saat
>69
pretes berjumlah 51% dan pada saat postes
>80
berkurang menjadi 29%, sedangkan siswa yang 54%
nilainya 80 ke atas mengalami peningkatan
yaitu dari 29% menjadi 68%, secara keseluruhan Diagram 7:Tingkat Kemampuan Membaca
kemampuan siswa kelas 9C dalam “menulis Siswa kelas 9D pada Tes Penempatan
alinea berdasarkan letak gagasan utama”,
mengalami peningkatan yang terlihat pada dia-
gram batang di atas. Dari hasil tes penempatan bagi kelas 9D
dapat disimpulkan bahwa siswa yang
2. Kelas 9D mempunyai kemampuan kurang/dibawah
Dari hasil tes penempatan, tes kemampuan akhir KKM berjumlah 37 %, sedangkan siswa yang
pada siklus yang pertama maupun kedua maka mempunyai nilai cukup (69-79) berjumlah 54%,
dapat diketahui data tingkat kemampuan yang dan siswa yang nilainya 80 ke atas sebanyak
diperoleh siswa kelas 9D sebagai berikut. 9%.
Sedangkan dari hasil tes kemampuan akhir
Tabel 4: Tingkat Kemampuan
pada siklus yang pertama, nilai kemampuan
Membaca Siswa Kelas 9D “menemukan gagasan” bagi siswa kelas 9D
adalah sebagai berikut.
Nilai Nilai Nilai
T es
< 69 > = 69 > = 80

Pretes 13 19 3 6%
23%
Postes I 8 25 2

Postes II 2 17 16 < 69
>69
>80
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat 71%
digambarkan diagram tes penempatan siswa
Diagram 8: Tingkat Kemampuan Membaca
kelas 9D sebagai berikut. Siswa 9D pada Tes Akhir Siklus 1

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 31


Meningkatkan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama

Dari hasil tes kemampuan akhir siklus yang Sedangkan tingkat kemampuan membaca dan
pertama bagi siswa kelas 9D dapat diuraikan menemukan gagasan kelas 9D terlihat pada dia-
bahwa siswa yang mempunyai kemampuan gram berikut.
kurang/dibawah KKM berjum-
lah mengalami penurunan yaitu 30
dari 37 % menjadi 23%, sedang- 25
25
kan siswa yang mempunyai nilai 19
20
cukup (69-79) berjumlah meng- 17 16 Pretes
alami kenaikan yaitu dari 54% 15 13 Postes I
menjadi 71%, dan siswa yang 10 8 Postes II
nilainya 80 ke atas atau ternyata
5 2 3 2
mengalami penurunan yaitu
dari 9% menjadi 6%. 0

Berdasarkan hasil nilai tes Nilai <69 Nilai> 69 Nilai>80

kemampuan akhir siklus yang Diagram 10: Tingkat Kemampuan Membaca


kedua, siswa kelas 9D dapat dan Menemukan Gagasan Kelas 9D
digambarkan diagram berikut.
Dari diagram tersebut terlihat adanya
6% peningkatan kemampuan siswa kelas 9D dalam
hal “membaca dan menemukan gagasan dari
46% sebuah alinea”, yang dinyatakan pada diagram
< 69
batang yang berwarna merah dan kuning
>69
Sedangkan hasil tes kemampuan “menulis
48% >80
alinea berdasarkan letak gagasan utama” siswa
kelas 9D dapat digambarkan melalui tabel
Diagram 9: Tingkat Kemampuan Membaca
berikut ini.
Siswa 9D pada Tes Akhir Siklus 2
Tabel 6: Tingkat Kemampuan
Berdasarkan data tersebut dapat diuraikan Menulis Siswa kelas 9D
ternyata pada akhir siklus yang kedua,
Nilai Nilai Nilai
kemampuan “menemukan gagasan” bagi siswa T es
< 69 > = 69 > = 80
kelas 9D mengalami kenaikan. Siswa yang
nilainya di bawah KKM hanya ada 6%, siswa Pretes 5 13 17
yang nilainya 69-79 sejumlah 48%, sedangkan
siswa yang nilainya 80 ke atas sejumlah 46%. Postes 1 20 14
Secara keseluruhan hasil penelitian
tindakan kelas “membaca dan menemukan Sedangkan kemampuan menulis alinea siswa
gagagsan sebuah alinea” bagi kelas 9D dapat kelas 9 D adalah seperti tertera pada diagram
digambarkan dalam tabel dan diagram berikut. berikut.
Tabel 5: Tingkat Kemampuan
Membaca dan Menemukan Pretes Menulis Kelas 9D
Gagasan Kelas 9D
14%
Nilai Nilai Nilai
T es < 69
< 69 > = 69 > = 80
49% >69
Pretes 13 19 3 >80

Postes I 8 25 2 37%

Postes II 2 17 16

32 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meningkatkan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama

Postes Menulis Kelas 9D Tabel 7: Tingkat Kemampuan


3% Siswa kelas 9E
< 69
40% >69 Nilai Nilai Nilai
T es
>80
< 69 > = 69 > = 80

Pretes 27 7 0
57%
Postes I 26 8 0
Diagram 11: Kemampuan Menulis Alinea
Siswa Kelas 9D Postes II 10 11 13

Rekapitulasi kemampuan menulis alinea


siswa kelas 9 D adalah seperti terlihat pada Berdasarkan uraian tersebut maka dapat
diagram berikut. digambarkan diagram tes penempatan siswa
kelas 9E sebagai berikut.
25
PTK 1
20
21% 0%
15
Pretes
Postes < 69
10
>69
5 >80
79%
0 Diagram 13: Tingkat Kemampuan
Nilai<69 Nilai>69 Nilai>80 Siswa Kelas 9E pada Tes Penempatan
Diagram 12: Rekapitulasi
Dari hasil tes penempatan bagi kelas 9E
Dari grafik tersebut dapat diuraikan bahwa dapat diuraikan bahwa siswa yang mempunyai
kemampuan “menulis alinea berdasarkan letak kemampuan kurang/dibawah KKM berjumlah
gagasan utama” siswa kelas 9D sebagai berikut: 79 %, sedangkan siswa yang mempunyai nilai
Siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM cukup (69-79) berjumlah 21%, dan siswa yang
saat pretes berjumlah 14% setelah diadakan pos nilainya 80 ke atas sebanyak tidak ada atau 0%.
tes berkurang menjadi 3%, siswa yang nilainya Sedangkan dari hasil tes kemampuan akhir
69-79 saat pretes berjumlah 37% setelah diadakan pada siklus yang pertama, nilai kemampuan
pos tes bertambah menjadi 57%, sedangkan “menemukan gagasan” bagi siswa kelas 9E
siswa yang mempunyai nilai 80 ke atas adalah sebagai berikut.
bertambah dari 40% menjadi 49%. Jadi secara
keseluruhan “kemampuan menulis alinea PTK 2
berdasarkan letak gagasan utama” siswa kelas
0%
9D mengalami peningkatan. 24%

3. Kelas 9E < 69
Dari hasil tes penempatan, tes kemampuan akhir >69
pada siklus yang pertama maupun kedua maka >80
dapat diketahui data tingkat kemampuan yang
76%
diperoleh siswa kelas 9E sebagai tertera dalam
Diagram 14: Tingkat Kemampuan
tabel berikut. Siswa Kelas 9E pada Akhir Siklus 1

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 33


Meningkatkan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama

Dari hasil tes kemampuan akhir siklus yang 30 27 26


pertama bagi siswa kelas 9E dapat diuraikan
25
bahwa siswa yang mempunyai kemampuan
kurang/dibawah KKM berjumlah mengalami 20
Pretes
penurunan yaitu dari 79 % menjadi 76%, 15 13 Postes I
11
sedangkan siswa yang mempunyai nilai cukup 10
Postes II
10 7 8
(69-79) berjumlah mengalami kenaikan yaitu
dari 21% menjadi 24%, dan siswa yang nilainya 5
80 ke atas atau ternyata mengalami penurunan 0 0
0
masih )% atau tidak ada.
Nilai>69 Nilai>69 NILAI >80
Berdasarkan hasil nilai tes kemampuan
akhir siklus yang kedua, siswa kelas 9E dapat Diagaram 16: Rekapitulasi Kemampuan
digambarkan melalui diagram berikut. Menemukan Gagasan Kelas 9E

PTK 3 Dari diagram di atas terlihat adanya


peningkatan kemampuan siswa kelas 9E dalam
29% hal “membaca dan menemukan gagasan dari
39%
< 69 sebuah alinea”.
>69
Sedangkan hasil tes kemampuan “menulis
>80
alinea berdasarkan letak gagasan utama” siswa
32% kelas 9E digambarkan melalui tabel berikut.
Diagram 15: Tingkat Kemampuan
Siswa 9E pada Akhir Siklus 2 Tabel 9: Tingkat Kemampuan
Siswa dalam Menulis Alinea
Berdasarkan data tersebut dapat diuraikan Siswa Kelas 9E
ternyata pada akhir siklus yang kedua,
kemampuan “menemukan gagasan” bagi siswa Nilai Nilai Nilai
T es
kelas 9E mengalami kenaikan. Siswa yang < 69 > 69 > 80
nilainya di bawah KKM turun menjadi 26%, Pretes 5 16 14
siswa yang nilainya 69-79 sejumlah 32%,
sedangkan siswa yang nilainya 80 ke atas Postes 0 11 26
sejumlah 32 %.
Secara keseluruhan hasil penelitian
tindakan kelas bagi siswa kelas 9E dalam hal
“membaca dan menemukan gagasan sebuah Pretes Kemampuan Menulis Alinea Kelas 9E

alinea”dapat digambarkan dalam tabel berikut. 14%


< 69
40%
Tabel 8: Tingkat Kemampuan >69
Membaca dan Menemukan >80
Gagasan Kelas 9E
46%
Nilai Nilai Nilai
T es
< 69 > = 69 > = 80
Postes Kemampuan Menulis Alinea Kelas 9E
Pretes 27 7 0
0%
26% < 69
Postes I 26 8 0
>69
>80
Postes II 10 11 13

Sedangkan rekapitulasi kemampuan


74%
menemukan gagasan kelas 9E adalah seperti
tertera pada diagram berikut. Diagram 17: Kemampuan Siswa
dalam Menulis Alinea Siswa Kelas

34 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meningkatkan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama

Dalam bentuk diagram kemampuan siswa sampai Maret 2010 penuh dengan jadwal
dalam menulis siswa kelas 9E lihat tabel 17. pemantapan dan try out sehingga rencana jadwal
Rekapitulasi kemampuanmenulis alinea penelitian yang telah disusun mengalami
siswa kelas 9 E terlihat pada diagram berikut beberapa perubahan. Jam pelajaran Bahasa In-
donesia pun digunakan secara intensif untuk
30
mempersiapkan materi-materi yang belum
26 diajarkan. Keterbatasan kedua, berkurangnya
25 jam pelajaran yang dikarenakan implementasi
20 dari Kurikulum KTSP dan persiapan UN
16
14 Pretes menyebabkan sedikitnya pengaturan durasi
15
Postes waktu pada tiap tahapan.
9
10
5
5 Kesimpulan dan Saran
0
0
Kesimpulan
Nilai<69 Nilai > 69 Nilai >80
Berdasarkan data penilaian hasil diperoleh
Diagram 18: Rekapitulasi Kemampuan kesimpulan bahwa belajar “menemukan
Menulis Alinea Siswa Kelas 9 E gagasan utama dengan menggunakan CIRC
pada siswa kelas 9 SMPK 7 BPK PENABUR
Jakarta ternyata lebih dinamis, variatif, dan
Berdasarkan grafik tersebut dapat diuraikan menyenangkan. Hal ini karena kegiatan belajar
bahwa kemampuan “menulis alinea dengan metode tersebut menggabungkan antara
berdasarkan letak gagasan utama” siswa kelas kemampuan membaca dan menulis. Siswa
9E sebagai berikut: Siswa yang mendapat nilai benar-benar terlibat dalam kegiatan belajar yang
kurang dari KKM saat pretes berjumlah 14% telah diskenariokan. Siswa menjadi lebih tertarik
setelah diadakan pos tes tidak ada satu siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan metode
pun yang nilainya dibawah 69 (0%). Siswa yang tersebut.
nilainya 69-79 saat pretes berjumlah 46% setelah Kegiatan pembelajaran “Menemukan
diadakan pos tes berkurang menjadi 26%, gagasan utama artikel jurnalistik melalui metode
sedangkan siswa yang mempunyai nilai 80 ke CIRC” menunjukkan bahwa aktivitas belajar
atas bertambah dari 40% menjadi 74%. Jadi siswa kelas 9 SMPK 7 BPK PENABUR ternyata
secara keseluruhan “kemampuan menulis alinea mengalami peningkatan. Peningkatan aktivitas
berdasarkan letak gagasan utama” siswa kelas belajar siswa ditandai dengan tercapainya
9E mengalami peningkatan. persentase rata-rata hasil skor tes kemampuan
akhir belajar siswa yang lebih dari 60 %. Rata-
Keterbatasan Penelitian rata hasil tes kemampuan “menemukan gagasan
Dalam pelaksanaan penelitian ini, nilai yang utama” untuk kelas 9C melalui tes membaca
dicapai siswa belum banyak yang mempunyai adalah 73,43 yang semula pada saat tes
nilai yang maksimal karena beberapa penempatan hanya 61,90. Sedangkan melalui tes
keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain, menulis, rata-rata skor siswa kelas 9C adalah
pertama penelitian hanya dapat dilaksanakan 82,46 dengan nilai terendah 68 dan tertinggi 90.
dengan menggunakan satu pokok bahasan Hasil rata-rata dari skor yang diperoleh kelas
dengan dua kali siklus. Pada siklus I dilakukan 9D untuk tes membaca adalah 74,28 yang pada
dengan tiga kali pertemuan dan dua kali saat tes penempatan hanya 64,54, sedangkan
pertemuan pada siklus II. Keterbatasan waktu rata-rata tes menulisnya 79.40, dengan nilai
ini ini disebabkan jadwal ujian nasional yang terendah 68 dan nilai tertinggi 90. Hasil
dilaksanakan lebih awal yaitu pada bulan Maret penilaian bagi siswa kelas 9E, rata-rata skor
2010. Untuk mempersiapkan Ujian Nasional, membaca 73,85 yang semula pada tes awal
sekolah menyiapkan program pemantapan hanya 61.01, sedangkan skor rata-rata menulis
materi dan try out. Oleh karena itu, bulan Januari 83,29 dengan nilai terendah 70 dan tertinggi 90.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 35


Meningkatkan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama

Secara keseluruhan kemampuan siswa dalam


menggunakan gagasan utama dalam kegiatan Daftar Pustaka
menulis artikel lebih tinggi daripada
kemampuan membaca dan menemukan gagasan Gunawan, dkk. (1994). Kiat membuat alinea.
utama sebuah artikel. Jakarta: PT Aries Lima.
Hayon, Josep. (2007). Membaca dan menulis
Saran wacana, petunjuk praktis bagi mahasiswa.
Pembelajaran dengan menggunakan metode Jakarta: PT Grasindo.
CIRC ini menjadi salah satu variasi alternatif Istiningsih, Ruri. (2010). Penerapan metode CIRC
pembelajaran yang dapat diterapkan. Agar (Cooperative Integrated Reading and Compo-
dalam pelaksanaan pembelajaran dengan sition) melalui strategi index card match untuk
menggunakan metode CIRC siswa dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
mencapai hasil yang maksimal maka perlu pembelajaran matematika pada pokok bahasan
dilakukan beberapa hal berikut. Pertama, perlu persegi panjang dan persegi siswa Kelas VII
adanya peningkatan kompetensi guru dalam SMP Negeri 5 Klaten Tahun Ajaran 2009/
menerjemahkan dan mengimplementasikan 2010. Skripsi thesis, Universitas
setiap pembelajaran kebahasaan, terutama Muhammadiyah Surakarta
materi menemukan gagasan utama sebuah K, Septiawan Santana. (2007). Menulis itu ibarat
artikel atau wacana. Kedua, perlu penyediaan ngomong. Jakarta: PT Kawan Pustaka.
sarana dan prasarana untuk mendukung proses Mulyasa (2009). Praktik penelitian tindakan kelas.
belajar mengajar. Ketiga, perlu adanya Bandung: PT Remaja Rosdakarya
perencanaan kegiatan pembelajaran dengan Muslikah (2010). Sukses profesi guru dengan
manajemen waktu dan pengelolaan kelas yang penelitian tindakan kelas. Yogyakarta:
baik. Pembagian durasi waktu untuk setiap Interprebook
tahapan yang ada harus direncanakan dengan Susanto, Heru. 2009. Implementasi metode CIRC
cermat dan juga dilaksanakan secara konsekuen (Cooperative Integrated Reading and Compo-
agar penggunaan waktu menjadi lebih efektif. sition) dalam pembelajaran matematika
Keempat, perlu adanya upaya untuk memotivasi ditinjau dari minat belajar (pada siswa kelas
siswa agar lebih aktif dalam kegiatan diskusi VII SMP Negeri 3 Purwodadi). Skripsi the-
kelompok Selain itu siswa harus sering sis, Universitas Muhammadiyah
diingatkan untuk mengesampingkan sikap Surakarta
individualnya dan serius ketika sedang belajar Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2001 Kamus
secara individu maupun dalam kelompok. besar bahasa Indonesia,Eedisi ketiga. Jakarta:
Pembelajaran dengan menggunakan metode Balai Pustaka.
CIRC ini dapat diterapkan untuk materi yang http://Learning-with-me.blogspot.com/2006/09/
berkaitan dengan bahasa, khususnya Bahasa pembelajaran.html. 17 September 2010.
Indonesia karena materi ini menggabungkan http://Pesisirjurnalis.wordpress.com/2010/06/
kemampuan siswa dalam membaca dan 01/belajar-menyimak-membaca-
menulis. Hal ini dapat diterapkan untuk kelas berbicara-menulis-bahasa-indonesia/ 16
lain atau pun untuk sekolah lain. September 2010
http //www.muhfida.com/ Model-Model
Pembelajaran. 10 Maret 2010

36 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Memperkuat Kepercayaan Diri Anak
Penelitian

Memperkuat Kepercayaan Diri Anak


melalui Percakapan Referensial

Inge Pudjiastuti Adywibowo*)

Abstrak
asil pengamatan guru terhadap perilaku peserta didik dan pernyataan orang tua siswa

H menunjukkan bahwa anak-anak PG-1 Fanny Fish (Kelompok Bermain) TKK 11 BPK
PENABUR Jakarta cenderung kurang percaya diri. Padahal kepercayaan diri (self confi-
dence) berperan sangat penting dalam menentukan kesuksesan anak di masa mendatang.
Orang tua dan guru mempunyai andil yang paling besar dalam membantu anak mengoptimalkan
kemampuan anak di segala bidang, termasuk dalam meningkatkan kepercayaan diri anak. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui apakah percakapan referensial yang dilakukan guru di kelas (saat
meal time) dapat meningkatkan kepercayaan diri anak. Dari hasil checklist, observasi, interview,
dan rekaman foto serta video, dan setelah melalui tiga siklus (perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi) disimpulkan bahwa kepercayaan diri anak dapat ditingkatkan dengan
percakapan referensial. Percakapan referensial akan efektif jika dilakukan dalam suasana yang
kondusif, natural, dan menggunakan kata-kata yang spesifik untuk tiap anak.

Kata-katakunci: kepercayaan diri, percakapan referensial, kegiatan di kelas.

Abstract
The teachers’ observation and the parents’ information indicate the kids of PG-1 Fanny Fish (Play Group)
TKK 11 BPK PENABUR Jakarta seem to have weak self-confidence. On the other hand self-confidence plays
very important role in achieving the kids’ success in the future. The parents and teachers share big tasks to
assist the kids to develop the kids’ competence optimally in all aspects including in their self-confidence. This
classroom action research (CAR) was to prove if referential conversation in between the teacher and the kids
the classroom during meal time can strengthen the kids’ self-confidence. The data obtained from the checklist,
observation, interview, as well as photo and video recording in the three cycles of CAR show that referential
conversation can build and strengthen the kids’ self-confidence. It is also noted that this method is more
effective if it is done in a conducive and natural atmosphere using language familiar to each of the kid.

Keywords: self-confidence, referential conversation, classroom activities.

dipengaruhi oleh faktor bawaan, dan ada


Pendahuluan beberapa perkembangan yang dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Lingkungan pertama dan
Perkembangan anak merupakan proses yang utama yang berpengaruh terhadap perkem-
kompleks, terbentuk dari potensi diri anak yang bangan anak adalah lingkungan keluarga, di
bersangkutan dan lingkungan sekitarnya. mana orang tua merupakan sosok yang paling
Artinya, ada beberapa perkembangan yang berperan. Terkadang kita jumpai orangtua yang

*) Guru TKK 11 BPK PENABUR Jakarta

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 37


Memperkuat Kepercayaan Diri Anak

menaruh harapan yang terlalu besar terhadap seseorang. Semuanya itu tak lepas dari usaha-
anaknya, tanpa disesuaikan dengan usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua dan
kemampuan anak itu sendiri. Akibatnya, anak guru sebagai sosok terdekat anak. Laporan dari
dipaksa memenuhi harapan orang tua yang beberapa orang tua peserta didik saat berkon-
“tidak pada tempat-nya”, sehingga anak sering sultasi dengan guru dan saat mengisi Kuesioner
kali menerima kritikan, mengalami rasa takut, Pertumbuhan Karakter pada awal semester I
dan merasakan kekecewaan. Hal ini dapat menunjukkan bahwa sebagian besar peserta
menyebabkan anak kehilangan rasa percaya didik PG-1 memiliki kepercayaan diri yang
dirinya. cukup rendah. Pengamatan guru-guru di kelas
Bila hal ini dibiarkan terus menerus terjadi, (saat kegiatan belajar mengajar berlangsung)
efek dari kehilangan kepercayaan diri ini dapat juga menunjukkan indikasi yang sama. Beberapa
berlanjut hingga anak dewasa. Padahal, anak terlihat kurang bersemangat atau antusias
menurut para ahli, anak-anak akan tumbuh saat mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM),
dengan baik bila kebutuhannya terpenuhi, yaitu kurang berani saat diminta untuk maju ke depan
kebutuhan untuk merasa penting dan berharga/ kelas seorang diri (untuk menyanyi / bercerita),
berarti. Ketika anak merasa aman, kompeten, bahkan ada yang enggan berkomunikasi dengan
dan mampu, ketika mereka didengarkan, teruta- anak lain (tampak malu-malu). Hal ini
ma sebagai sumber kewenangan sehubungan menunjukkan bahwa kepercayaan diri mereka
dengan diri mereka sendiri. cenderung rendah. Padahal, salah satu kunci
Ketika anak dapat mengembangkan bakat utama keberhasilan seseorang dalam kehidupan
yang dimilikinya, anak akan tumbuh dengan adalah ada tidaknya rasa percaya diri.
perasaan kuat dalam diri mereka dan percaya Berkembangnya rasa percaya diri atau citra diri
diri. Sebaliknya, bila kebutuhan dasar anak tidak yang positif pada diri anak sangatlah penting
terpenuhi, ia akan merasa diabaikan, tersisih, untuk kebahagiaan dan kesuksesan mereka.
merasa tidak pantas mendapat perhatian, dan Orang tua dan guru berperan sangat penting
mudah malu. Berkembangnya rasa percaya diri bagi pertumbuhan dan perkembangan keperca-
atau citra diri yang positif pada diri anak yaan diri anak.
sangatlah penting untuk kebahagiaan dan Kesempatan guru untuk membimbing dan
kesuksesan anak. Anak yang mempunyai membantu meningkatkan kepercayaan diri anak
kepercayaan diri yang tinggi akan merasa hanya dapat dilakukan di sekolah. Waktu yang
nyaman dengan dirinya sendiri, cenderung sangat terbatas (kurang lebih 2,5 jam / hari)
mengetahui potensi yang ada pada dirinya, harus dapat dimanfaatkan guru dengan
dapat bersosialisasi, dan berkomunikasi dengan maksimal untuk meningkatkan kepercayaan diri
orang lain dengan baik. anak. Banyak usaha yang dapat dilakukan
Orang tua dan guru sebagai sosok yang untuk dapat menumbuhkan dan mengembang-
paling berpengaruh dalam kehidupan awal kan kepercayaan diri anak. Studi yang dilakukan
seorang anak berperan besar dalam pemben- Bandura dalam Saefurohman (1997), pakar
tukan kepercayaan diri anak. Pembentukan Psikologi dari Standford University, ada empat
kepercayaan diri merupakan proses yang sumber yang dapat dimanfaatkan untuk
membutuhkan waktu yang tidak singkat. Sejak meningkatkan kepercayaan diri anak, yaitu:
dini, orang tua dan guru hendaknya selalu pengalaman hidup, contoh/model, persuasi
berusaha membentuk dan mempertahankan sosial, dan faktor psikologis. Bandura juga
kepercayaan diri anak. Hal ini bukanlah sesuatu menambahkan, pengalaman merupakan hal
yang mudah, karena kepercayaan diri merupa- terpenting yang dapat meningkatkan
kan hal yang dapat mengalami pasang surut, kepercayaan diri. Untuk itu, anak perlu
dan dipengaruhi oleh banyak hal. mendapatkan sebanyak mungkin pengalaman
Upaya untuk meningkatkan kepercayaan sukses/berhasil dalam kehidupan, mulai dari
diri seseorang membutuhkan proses. hal-hal yang kecil. Contoh/model bisa didapat-
Dibutuhkan waktu dan usaha yang cukup keras kan dari teman (sebagai perbandingan positif)
untuk dapat meningkatkan kepercayaan diri ataupun dari orang-orang sekitarnya, misalnya:

38 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Memperkuat Kepercayaan Diri Anak

pengalaman seseorang yang berhasil melakukan paling efektif untuk meningkatkan kepercayaan
sesuatu setelah berusaha sekuat tenaga. Persuasi diri anak.
sosial adalah komentar positif atau pengakuan Hipotesis untuk penelitian ini adalah:
dari lingkungan keluarga, sekolah, atau kepercayaan diri anak dapat ditingkatkan mela-
lingkungan yang lebih luas lagi akan semakin lui percakapan referensial. Hipotesis ini disusun
memupuk kepercayaan diri anak. Pada umum- dengan asumsi: bagi anak, semua hal yang dibi-
nya, lingkungan luar memberikan komentar carakan orang dewasa adalah hal yang benar,
negatif, karena itu, sebagai pengimbangnya, kita termasuk diantaranya adalah orang tua dan
perlu memberikan komentar yang positif. guru. Guru adalah sosok yang dipercaya anak,
Tujuannya: bukan hanya supaya anak merasa sehingga apa pun yang dibicarakan guru, diang-
senang (gembira), tetapi juga untuk memberikan gap benar oleh anak. Pada saat guru bercakap-
penjelasan dan motivasi positif. Yang dimaksud cakap dengan rekan guru yang lain (melakukan
dengan faktor psikologis ialah: jika anak sehat percakapan referensial) dengan menyebut nama
secara psikologis, maka ia akan merasa nyaman anak yang bersangkutan, anak akan merasa
dengan dirinya sendiri, nyaman dengan orang “tersanjung” dan bangga, sehingga berpengaruh
tua yang mendukungnya, dan akan lebih pada kepercayaan dirinya. Keper-cayaan diri
memiliki kepercayaan diri dibandingkan dengan anak yang tadinya rendah diharapkan akan
anak yang dalam kondisi gelisah atau kurang mengalami peningkatan setelah dilakukannya
nyaman dengan kehidupannya. percakapan referensial oleh guru-gurunya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan Tujuan penelitian ini adalah: untuk
guru di kelas adalah dengan melakukan mengetahui hubungan kepercayaan diri dengan
percakapan referensial. Percakapan referensial percakapan referensial dan mengetahui
adalah percakapan antar orang dewasa percakapan referensial yang paling efektif untuk
sependengaran anak. Percakapan antar orang meningkatkan kepercayaan diri anak.
dewasa (dalam hal ini guru) mungkin dapat Penelitian ini diharapkan dapat berguna
membantu meningkatkan kepercayaan diri bagi anak (peserta didik), guru (dalam hal ini
peserta didik. Sehubungan dengan hal di atas, adalah guru yang melaksanakan penelitian ini
perlu diadakan penelitian untuk mengetahui dan guru-guru lain), serta sekolah. Adapun
apakah benar percakapan referensial dapat manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini
meningkatkan kepercayaan diri anak. Percaka- adalah: bagi peserta didik, penelitian ini
pan referensial yang dapat dilakukan di sekolah diharapkan dapat membantu meningkatkan
adalah percakapan yang dilakukan oleh dua kepercayaan diri peserta didik, bagi guru: guru
orang guru di kelas. Dengan mendengar guru diharapkan dapat mengetahui tentang perca-
menyebut nama anak dan menyebutkan hal-hal kapan referensial dan melakukan percakapan
yang positif tentang perilaku anak yang spesifik referensial yang efektif di kelas untuk mengem-
diharapkan dapat menambah kepercayaan diri bangkan kepercayaan diri anak. Bagi guru lain,
anak. penelitian ini dapat menambah pengetahuan
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, tentang percakapan referensial dan mening-
permasalahan yang akan dikaji dalam Penelitian katkan kerja sama antar guru. Sedangkan bagi
ini adalah sebagai berikut. Apakah percakapan sekolah, penelitian ini dapat menambah referen-
referensial dapat meningkatkan kepercayaan diri si perihal cara meningkatkan kepercayaan diri
anak? Percakapan referensial seperti apakah anak melalui percakapan referensial.
yang paling efektif untuk meningkatkan
kepercayaan diri anak?
Permasalahan hanya terfokus pada upaya Kajian Pustaka
meningkatkan kepercayaan diri anak dalam
hubungannya dengan percakapan referensial Perkembangan Anak Usia Kelompok Bermain
yang dilakukan oleh guru-guru di kelas dan Saat ini para ilmuwan Perkembangan mengakui
menemukan jenis percakapan referensial yang bahwa perkembangan terjadi di sepanjang

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 39


Memperkuat Kepercayaan Diri Anak

kehidupan (Feldman, 2009: 9). Perkembangan mengalami rasa frustrasi dan tertekan,
psikososial yang dialami oleh anak usia 0 – 3 meremehkan bakat dan kemampuannya sendiri,
tahun adalah mulai terbentuk kelekatan (attach- serta mudah terpengaruh orang lain.
ment) pada orang tua dan yang lain, kesadaran Menurut Eko Sugiarto (2009:114), ciri-ciri
diri mulai berkembang, muncul peralihan dari anak pemalu (rendah diri) yang dapat kita amati
ketergantungan ke kemandirian, dan meningkat- adalah: sering menghindari kontak mata
nya ketertarikan kepada anak-anak yang lain. (menunduk / membuang pandangan ke arah
Sedangkan pada usia 3-6 tahun, perkembangan lain), sering mengamuk untuk melepaskan
psikososialnya adalah: konsep diri dan kecemasan, tidak banyak bicara (sering
pemahaman emosi jadi lebih rumit, konsep diri menjawab secukupnya bila ditanya, seperti: “ya”
menyeluruh, kemandirian, inisiatif, dan kontrol atau “tidak”, bahkan hanya mengangguk atau
diri meningkat, identitas gender berkembang, menggelengkan kepala), tidak mau mengikuti
bermain jadi lebih imajinatif, elaboratif, dan kegiatan-kegiatan di kelas maupun di luar kelas
biasanya lebih sosial. Altruisme, agresi, dan (pasif), tidak mau meminta pertolongan atau
ketakutan adalah hal yang lazim. Keluarga tetap bertanya pada orang yang belum dikenal dengan
mejadi fokus kehidupan sosial, tetapi anak-anak baik, mengalami demam panggung di saat-saat
yang lain (teman) menjadi lebih penting. tertentu, misalnya saat diminta maju ke depan
kelas, sulit berbaur dengan lingkungan / situasi
Kepercayaan Diri baru (butuh waktu yang cukup lama untuk
Rasa percaya diri (self confidence) adalah menyesuaikan diri).
keyakinan seseorang akan kemampuan yang
dimiliki untuk menampilkan perlaku tertentu Percakapan referensial
atau untuk mencapai target tertentu. Dengan Menurut Sylvia Rimm (2003), percakapan
kata lain, kepercayaan diri adalah bagaimana referensial adalah: percakapan antarorang
kita merasakan tentang diri kita sendiri, dan dewasa sependengaran anak. Percakapan
perilaku kita akan merefleksikannya tanpa kita referensial biasanya terjadi di hadapan anak.
sadari. Percakapan referensial sangat besar pengaruh-
Kepercayaan diri bukan merupakan bakat nya bagi perkembangan anak, karena anak
(bawaan), melainkan kualitas mental, artinya: beranggapan apa yang dibicarakan orang
kepercayaan diri merupakan pencapaian yang dewasa itu benar. Anak akan menerima itu
dihasilkan dari proses pendidikan atau pember- sebagai label dan bahkan merasa tak dapat
dayaan. Kepercayaan diri dapat dilatih atau merubah hal tersebut. Menurut Sylvia Rimm,
dibiasakan. Faktor lingkungan, terutama orang percakapan referensial dapat digunakan untuk
tua dan guru berperan sangat besar. mengembangkan kepercayaan diri anak. Orang
Anak yang penuh percaya diri akan tua atau guru juga dapat menggunakannya bila
memiliki sifat-sifat antara lain: lebih independen, ada sifat-sifat negatif pada diri anak yang akan
tidak terlalu tergantung orang, mampu memikul kita hilangkan. Misalnya: sifat penakut, pemalu,
tanggung jawab yang diberikan, bisa menghar- tidak ramah, dan lain-lain. Apakah ada
gai diri dan usahanya sendiri, tidak mudah hubungan antara kepercayaan diri dengan
mengalami rasa frustrasi, mampu menerima percakapan referensial? Apakah kepercayaan
tantangan atau tugas baru, memiliki emosi yang diri dapat ditingkatkan melalui percakapan
lebih hidup tetapi tetap stabil, mudah berkomu- referensial yang dilakukan guru di kelas (saat
nikasi dan membantu orang lain. meal time)?
Pada sisi lain, anak yang memiliki percaya
diri yang rendah / kurang, akan memiliki sifat
dan perilaku antara lain: tidak mau mencoba Metodologi
suatu hal yang baru, merasa tidak dicintai dan
tidak diinginkan, punya kecenderungan PTK ini menggunakan bentuk kolaborasi.
melempar kesalahan pada orang lain, memiliki Peneliti berperan sebagai observator dan
emosi yang kaku dan disembunyikan, mudah penanggung jawab. Peneliti dibantu oleh dua

40 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Memperkuat Kepercayaan Diri Anak

orang guru (sebagai partisipan/kolaborator), kepercayaan diri. Indikator yang dipakai


yang berperan sebagai pelaksana tindakan yang dalam menyusun checklist ini adalah: inde-
dirancang oleh peneliti untuk dilaksanakan di penden (mandiri), mudah berkomunikasi
kelas. Peneliti dan partisipan terlibat secara dengan orang lain, berani menerima tugas/
penuh dalam perencanaan, tindakan, observasi, tantangan baru, dan dapat mengeks-
dan refleksi pada tiap-tiap siklusnya. Keempat presikan emosi dengan wajar. Checklist ini
tahapan tersebut saling terkait dan berkelan- diisi oleh peneliti dan dua orang kolaborator
jutan. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga pada saat: sebelum dan sesudah pelaksa-
siklus, yang dianggap sudah memenuhi kepu- naan tindakan (pretes dan postes). Dengan
asan peneliti dalam meningkatkan kepercayaan diisi oleh tiga orang (peneliti dan dua
diri anak dan mengatasi persoalan yang ada. kolaborator), diharapkan hasilnya akan
Metode yang digunakan dalam penelitian lebih objektif.
ini adalah metode kualitatif bersifat deskriptif 2). Observasi kelas (pengamatan)
analitis. Melalui metode penelitian ini, peneliti Pengamatan atau observasi dilakukan oleh
berusaha memahami dan menafsirkan suatu peneliti selama pelaksanaan percakapan
peristiwa menurut perspektif dan hasil peng- referensial berlangsung, dilanjutkan
amatan, sehingga penulis mendapat gambaran dengan diskusi bersama kolaborator. Peng-
secara menyeluruh mengenai masalah yang amatan ini dimaksudkan untuk mengetahui
diteliti. efek percakapan referensial terhadap
Data yang dianalisis adalah data yang kepercayaan diri anak. Hal-hal yang diama-
terkumpul dari hasil pengisian checklist, hasil ti yaitu: pelaksanaan percakapan referen-
observasi, data-data wawancara, serta data yang sial (oleh dua kolaborator), respon anak, eks-
diperoleh dari hasil dokumentasi foto dan video presi anak, dan perilaku subjek penelitian
yang telah diinterpretasikan. sebelum dan sesudah tindakan ber-
Analisis data dilakukan pada akhir setiap langsung.
siklus, dan setelah semua siklus perbaikan 3). Interview dengan guru kelas
selesai diimplementasikan. Dengan demikian, Wawancara (dalam hal ini: diskusi) dengan
proses dalam penelitian ini berjalan berulang guru kelas (peneliti dan dua orang parti-
kali sesuai dengan perencanaan, yaitu: setiap sipan/ kolaborator) untuk menyamakan
perbaikan dalam penelitian diobservasi dan persepsi dalam pengisian checklist dan
diinterpretasi. Kumpulan dari perbaikan- melakukan observasi terhadap subjek
perbaikan tersebut dianalisis secara keseluruh- penelitian.
an untuk menghasilkan informasi yang dapat 4). Rekaman video dan foto, merupakan salah
menjawab pertanyaan yang dirancang peneliti. satu cara untuk mendapatkan data penting
berkaitan dengan pelaksanaan percakapan
Desain Penelitian referensial di kelas. Rekaman video dan foto
PTK berlangsung pada minggu kedua dan dapat mendeskripsikan kegiatan, ekspresi,
minggu ketiga bulan November 2009di serta respon anak dan guru selama peneliti-
Kelompok Bermain 1 (PG-1 Fanny Fish) TKK 11 an berlangsung, sehingga instrumen ini
BPK PENABUR, Jalan Surya Sarana, Surya Gar- merupakan data yang cukup efektif dalam
denia, Jakarta Barat. Subjek penelitian seluruh penelitian ini.
peserta didik Kelompok Bermain (PG-1) Fanny Analisis data selanjutnya difokuskan pada
Fish yang berjumlah 19 anak, 10 anak laki-laki lima anak yang mendapatkan skor rata-rata
dan 9 anak perempuan, dengan usia: 2 tahun 11 terendah pada hasil pengisian checklist (pre-tes)
bulan hingga 4 tahun 1 bulan pada semester oleh tiga orang guru kelas (peneliti dan dua or-
pertama tahun pelajaran 2009-2010. ang partisipan/kolaborator).
Instrumen pengumpulan data yang Dari hasil pengisian checklist Kepercayaan
digunakan pada penelitian adalah: Diri anak PG-1, diperoleh data sebagai berikut.
1). Checklist Kepercayaan Diri, disusun oleh Rata-rata tingkat kepercayaan diri anak: 2,58.
peneliti berdasarkan definisi dan ciri-ciri Empat orang anak memiliki tingkat kepercayaan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 41


Memperkuat Kepercayaan Diri Anak

diri cukup tinggi (lebih dari 2,95), lima orang referensial, membicarakan perilaku
anak memiliki tingkat kepercayaan diri agak “percaya diri” yang dilakukan oleh subjek
rendah (kurang dari 2,4). Analisis data akan penelitian dengan menyebut nama masing-
difokuskan pada kelima anak yang memiliki masing anak.
tingkat kepercayaan diri terendah tersebut.
Pelaksanaan
1 Saat meal time: seperti biasa, kelas terlihat
Pelaksanaan Penelitian
agak ramai ketika anak-anak tengah sibuk
Hal-hal yang dilakukan dalam pelaksanaan
menyiapkan peralatan makan mereka.
penelitian adalah: (1) pengenalan metode
Ketika semua anak tengah asyik menyantap
percakapan referensial pada partisipan (oleh
bekal, setelah situasi tenang, dua orang dua
peneliti); (2) penyusunan checklist kepercayaan
orang guru melakukan percakapan
diri. Indikator dan sebaran itemnya dapat dilihat
referensial.
di Lampiran; (3) diskusi untuk menyamakan
2. Kedua guru (kolaborator) berdiri di bela-
persepsi dalam hal pengisian checklist (peneliti
kang (dekat) anak yang akan diobservasi
dengan dua orang partisipan/kolaborator); (4)
(subjek penelitian). Dengan menyebut nama
membuat skenario percakapan referensial, dua
anak, mereka mulai melakukan percakapan
orang guru (partisipan) mengadakan perca-
tentang: keberanian anak memberi salam
kapan referensial, sesuai skenario yang telah
kepada guru saat masuk kelas dan
disusu; (5) melaksanakan percakapan
keberanian memimpin doa di depan kelas.
referensial; (6) observasi secara langsung; (7)
3. Kedua guru melakukan percakapan refe-
melakukan penilaian terhadap hasil tindakan
rensial dengan suara lantang, untuk
(evaluasi); dan (8) refleksi
memastikan suara mereka terdengar oleh
subjek penelitian dan teman-teman di
Hasil Penelitian kelompoknya.
4. Dalam satu hari, dilaksanakan satu atau
1. Siklus I dua percakapan referensial terhadap subjek
Perencanaan penelitian.
1. Menyusun skenario percakapan referensial, 5. Percakapan dilakukan kurang lebih 2 menit
dengan menggunakan kalimat yang intinya untuk tiap-tiap anak.
sama.
2. Pada saat meal time, dua orang guru Observasi
(kolaborator) melakukan percakapan Hasil Observasi dapat dilihat di tabel berikut.

Tabel 1: Observasi Siklus I

No Nama Observasi

1. Alden Pertama, Alden tampak malu-malu saat mendengar namanya disebut,


kemudian Alden menengok ke arah Ms.Tiar sejenak, tapi lalu menunduk.

2. Aurel Dengan wajah muram, menengok ke arah suara, mendengarkan sejenak,


kemudian kembali melanjutkan makan. Sesekali, Aurel kembali menatap ke
arah guru.

3. Bianca Tampak terkejut, lalu dengan antusias memandang ke arah suara, tapi
kemudian pura-pura cuek.

4. Gabriel Tidak hadir (sakit)

5. Vincent Tampak terkejut, kemudian tersenyum saat mendengar namanya disebut.


Sementara itu, beberapa anak yang mendengar percakapan tersebut
berusaha mendekat dan ingin mengetahui isi percakapan, serta ingin terlibat
dalam percakapan tersebut.

42 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Memperkuat Kepercayaan Diri Anak

Tabel 2: Hasil Checklist Kepercayaan Diri setelah Pelaksanaan Siklus I

Rata-rata
Indikator
Alden Aurel Bianca Gabriel Vincent

1 Independen 13, 7 11,7 16 - 16,3

2 Mudah berkomunikasi 19,3 17 19,3 - 22

3 Berani menerima tantangan/tugas baru 14,7 18 17,7 - 16,3

4 Dapat mengekspresikan emosi dengan wajar 7,7 7,7 7,7 - 8,3

Siklus I, yaitu: volume suara dikurangi,


Refleksi waktu percakapan agak diperpanjang (3-5
1. Respon subjek berbeda-beda: ada yang menit per anak)
menengok, ada yang cuek, ada yang 2. Dua orang guru (kolaborator) melakukan
tersenyum memandang guru yang percakapan referensial saat meal time. Guru
melakukan percakapan. Hal ini disebabkan membicarakan perilaku “percaya diri” yang
perbedaan kebiasaan. Bagi anak yang dilakukan oleh subjek penelitian dengan
terbiasa mendengar suara lantang, akan menyebut nama masing-masing anak
menggunakan kalimat yang intinya sama.
“menikmati”, tapi bagi anak yang tidak
terbiasa mendengar percakapan dengan
Pelaksanaan
suara keras, jadi terlihat enggan memper- 1. Saat meal time: seperti biasa, kelas terlihat
hatikan percakapan. agak ramai ketika anak-anak tengah sibuk
2. Suara percakapan yang cukup lantang menyiapkan peralatan makan mereka.
mengundang perhatian anak-anak lain Ketika semua anak tengah asyik menyantap
yang ada di sekitarnya. Hal ini membuat bekal, setelah situasi tenang, dua orang dua
konsentrasi anak terpecah, sehingga kurang orang guru melakukan percakapan
fokus dalam memperhatikan kata-kata yang referensial.
diucapkan guru. Anak yang lain (bukan 2. Kedua guru (kolaborator) berdiri di belakang
fokus penelitian) juga ingin ikut ambil (dekat) anak yang akan diobservasi (subjek
bagian dalam pembicaraan, sehingga penelitian). Dengan menyebut nama anak,
mereka mulai melakukan percakapan
pembicaraan guru jadi kurang terfokus.
tentang: kebera-nian anak memberi salam
3. Waktu percakapan terlalu singkat, sehingga
kepada teman, dan kemauan untuk
anak belum terlalu fokus pada percakapan, membantu teman.
tapi percakapan sudah berakhir. 3. Kedua guru melakukan percakapan
4. Ada sedikit peningkatan skor, tapi kurang referensial dengan suara lebih pelan, dan
signifikan, sehingga perlu dilakukan siklus tetap memastikan suara mereka terdengar
berikutnya. oleh subjek penelitian.
5. Untuk siklus yang selanjutnya: volume sua- 4. Dalam satu hari, dilaksanakan satu atau
ra agak dikurangi, dan waktu percakapan dua percakapan referensial terhadap subjek
diperpanjang (3-5 menit) untuk tiap anak. penelitian.
5. Percakapan dilakukan kurang lebih 3-5 me-
2. Siklus II nit untuk tiap-tiap anak.
Perencanaan
1. Menyusun skenario Percakapan Referensial, Observasi
dengan memperhatikan hasil Refleksi Hasil Observasi dapat dilihat di tabel berikut.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 43


Memperkuat Kepercayaan Diri Anak

Tabel 3: Observasi Siklus II

No Nama Observasi

1. Alden Mula-mula, Alden tampak cuek. Tapi setelah dia mendengar namanya disebut
(dibicarakan), Alden menoleh ke belakang sejenak, dan berusaha ikut mendengarkan.
Hal ini terlihat dari ekspresi saat difoto, Alden tampak memegang telinganya, dengan
pandangan mata ke arah kolaborator.

2. Aurel Masih dengan wajah agak muram, Aurel menengok ke arah suara, dan berusaha
mendengarkan percakapan. Sambil terus melanjutkan makan.

3. Bianca Memandang ke arah suara, tapi ketika guru melihat ke arahnya, Bianca langsung
mengalihkan pandangan.

4. Gabriel Tidak hadir (sakit)

5. Vincent Senyum-senyum saat mendengar namanya disebut, dan terus melanjutkan makan.

Tabel 4: Hasil Checklist Kepercayaan Diri setelah Pelaksanaan Siklus II

Rata-rata
Indikator
Alden Aurel Bianca Gabriel Vincent

1. Independent 14,3 12,7 16,7 - 18,7

2. Mudah berkomunikasi 19,7 183, 20,0 - 23,3

3. Berani menerima tantangan/tugas baru 15 19,3 18,0 - 17,3

4. Dapat mengekspresikan emosi dengan wajar 8,0 8,7 8,3 - 9,0

Refleksi guru diusahakan lebih wajar, dan isi


1. Sebagian besar subjek tertarik pada perca- percakapan untuk siklus III diusahakan
kapan yang dilakukan pada siklus II ini. bersifat personal (berbeda untuk tiap anak).
2. Volume suara percakapan yang lembut, tapi
terdengar oleh subjek membuat subjek lebih 3. Siklus III
fokus pada percakapan. Perencanaan
3. Waktu percakapan cukup. Tidak terlalu 1. Menyusun skenario Percakapan Referensial,
singkat dan tidak terlalu lama. Anak cukup dengan menggunakan kalimat yang berbeda
waktu untuk menyimak sebagian dari untuk tiap subjek penelitian.
percakapan 2. Pada saat meal time, dua orang guru
4. Ada peningkatan skor pada Checklist (kolaborator) melakukan percakapan
Kepercayaan Diri, hal ini mengindikasikan: referensial, membicarakan perilaku
percakapan referensial yang dilakukan “percaya diri” yang dilakukan oleh subjek
memiliki efek positif terhadap peningkatan penelitian dengan menyebut nama masing-
kepercayaan diri anak, meskipun belum masing anak.
maksimal, sehingga perlu dilakukan siklus
berikutnya. Pelaksanaan
5. Untuk siklus yang selanjutnya: volume sua- 1. Saat meal time: seperti biasa, kelas terlihat
ra dan waktu pelaksanaan dipertahankan agak ramai ketika anak-anak tengah sibuk
(sama dengan siklus II). Suara dan ekspresi menyiapkan peralatan makan mereka.

44 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Memperkuat Kepercayaan Diri Anak

Ketika semua anak tengah asyik menyantap 4. Dalam satu hari, dilaksanakan satu atau
bekal, setelah situasi tenang, dua orang dua dua percakapan referensial terhadap subjek
orang guru melakukan percakapan penelitian.
referensial. 5. Percakapan dilakukan kurang lebih 3-5 me-
2. Kedua guru (kolaborator) berdiri di dekat nit untuk tiap-tiap anak.
anak yang akan diobservasi (subjek
penelitian). Dengan menyebut nama anak, Observasi
mereka mulai melakukan percakapan yang Hasil Observasi dapat dilihat di tabel berikut.
spesifik dan berbeda untuk tiap anak,

Tabel 5: Observasi Siklus III

No Nama Observasi

1. Alden Alden Pertama, Alden tampak malu-malu saat mendengar namanya disebut,
kemudian Alden menengok ke arah Ms.Tiar sejenak, tapi lalu menunduk.

2. Aurel Berusaha mendengarkan percakapan yang dilakukan guru, dengan wajah agak ceria.

3. Bianca Menatap ke arah guru, dengan ekspresi wajah yang ceria.

4. Gabriel Tetap pada posisi semula, menengok ke arah guru sejenak, kemudian melanjutkan
makan.

5. Vincent Terus tersenyum menatap guru yang melakukan percakapan secara bergantian

Tabel 6: Hasil Checklist Kepercayaan Diri setelah Pelaksanaan Siklus III

Rata-rata
Indikator
Alden Aurel Bianca Gabriel Vincent

1. Independent 12,7 11 15,7 10 15,7

2. Mudah berkomunikasi 18,3 15,7 18,7 17 20,3

3. Berani menerima tantangan/tugas baru 14,3 17,3 17,7 14,3 15

4. Dapat mengekspresikan emosi dengan wajar 7,3 7,7 7,7 6,7 8

misalnya: untuk Bianca: pujian karena Refleksi


Bianca mulai berani memberi salam pada 1. Respon subjek rata-rata menunjukkan
teman dan memulai pembicaraan dengan ekspresi ceria saat mendengar dirinya
guru. dibicarakan oleh guru.
3. Kedua guru melakukan percakapan 2. Volume suara percakapan dan ekspresi yang
referensial dengan volume suara dan wajar membuat percakapan referensial di
ekspresi yang wajar, dengan tetap Siklus III ini lebih efektif dalam
memastikan suara mereka terdengar oleh meningkatkan kepercayaan diri anak.
subjek penelitian.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 45


Memperkuat Kepercayaan Diri Anak

Tabel 7: Hasil Observasi Akhir

No Nama Observasi

1. Alden Sudah tidak menangis saat masuk kelas. Tidak lagi memasukkan jari ke dalam
mulut, lebih aktif dalam mengikuti kegiatan di kelas, berani maju ke depan kelas
(dengan wajah ceria), dan mau menjawab pertanyaan guru dengan baik dan benar.
Lebih antusias saat menyanyi.

2. Aurel Mulai tampak antusias dalam mengikuti kegiatan di kelas, kebih ceria, tersenyum
terhadap guru dan mulai bercakap-cakap dengan teman.

3. Bianca Masih tampak sedikit malu-malu, tapi sudah berani memulai pembicaraan dengan
guru dan teman. "Ms. celanaku baru..." Saat maju ke depan kelas untuk menjawab
pertanyaan dan menyanyi masih bersuara pelan.
Kebiasaan memasukkan jari tangan ke mulut mulai berkurang.

4. Gabriel Masih menangis waktu masuk kelas. Membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit,
GA akan jadi lebih ceria dan mulai aktif seperti biasa

5. Vincent Sudah tidak menangis saat masuk kelas, kebiasaan memasukkan jari ke dalam
mulut mulai berkurang, dan tampak lebih ceria.

Berikut tabel nilai Checklist Kepercayaan Diri dari Pre-tes, Siklus I-III (post-tes) tiap indikator:

Indikator 1: Kemandirian

20.0
Score Rata-Rata

15.0 Pre Tes


Siklus I
10.0
Siklus II
5.0 Post Tes

0.0
Alden Aurel Bianca Gabriel Vicent

Indikator 2: Mudah Berkomunikasi

30.0
25.0
Score Rata-Rata

Pre Tes
20.0
Siklus I
15.0
Siklus II
10.0
Post Tes
5.0
0.0
Alden Aurel Bianca Gabriel Vicent

46 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Memperkuat Kepercayaan Diri Anak

Indikator 3: Berani Menerima Tantangan

25.0

Skor Rata-Rata 20.0


Pre Tes
15.0 Siklus I

10.0 Siklus II
Post Tes
5.0

0.0
Alden Aurel Bianca Gabriel Vicent

Indikator 4: Dapat Mengekspresikan Emosi dengan Wajar

10.0

8.0
Skor Rata-Rata

Pre Tes
6.0 Siklus I
4.0 Siklus II
Post Tes
2.0

0.0
Alden Aurel Bianca Gabriel Vicent

Dari tabel di atas, terlihat pada setiap siklus guru akan lebih ’terpatri” di benak anak, terlebih
terjadi peningkatan skor. Hal ini menunjukkan karena bagi anak guru merupakan yang dikagu-
percakapan referensial berperan meningkatkan mi, dipercaya, dan diteladani, seperti ungkapan
kepercayaan diri, selaras dengan pernyataan dalam Bahasa Jawa: Guru: “digugu lan ditiru”,
Bandura (1997), bahwa persuasi sosial meru- artinya: guru: dipercaya dan dicontoh.
pakan salah satu sumber yang dapat dimanfa- Meskipun dari hasil observasi dan
atkan untuk meningkatkan kepercayaan diri. perubahan skor pada Checklist Kepercayaan Diri
Menurut Sylvia Rimm, percakapan referen- menunjukkan adanya peningkatan yang cukup
sial merupakan salah satu cara meningkatkan signifikan setelah dilakukannya percaka-pan
kepercayaan diri anak, karena setiap kalimat referensial dalam tiga siklus ini, peneliti tetap
yang diucapkan oleh orang dewasa di sekitarnya yakin, bahwa kepercayaan diri anak yang
adalah benar bagi anak. Bahkan, anak akan meningkat ini bukan hanya disebabkan oleh
menganggap kata-kata tersebut sebagai “label” satu faktor, yaitu percakapan referensial,
bagi dirinya, sehingga membuat anak terkadang melainkan oleh banyak faktor. Karena untuk
sulit melupakan atau menghilangkan “label” meningkatkan kepercayaan diri seseorang
tersebut. membutuhkan proses. Dibutuhkan waktu dan
Komentar positif yang didengar anak usaha yang cukup keras untuk dapat
melalui percakapan referensial yang dilakukan meningkatkan kepercayaan diri seseorang.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 47


Memperkuat Kepercayaan Diri Anak

referensial, baik dengan guru maupun or-


Kesimpulan, Implikasi, Saran ang lain.

Kesimpulan Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
Untuk penelitian lanjut:
dilaksanakan melalui beberapa tindakan dari
1. Mengingat pelaksanaan penelitian ini baru
siklus I, II, dan III, pembahasan, dan analisis
berjalan tiga siklus, maka peneliti / guru
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan.
lain diharapkan dapat melanjutkan untuk
Pertama, percakapan referensial dapat
mendapatkan temuan yang lebih
meningkatkan kepercayaan diri anak. Kedua,
signifikan.
percakapan referensial akan efektif bila
2. Instrumen tes yang digunakan dalam
dilakukan dalam situasi yang santai dan anak
penelitian ini masih merupakan instrumen
dalam kondisi yang nyaman. Ketiga,
yang tingkat validasinya belum memuaskan.
percakapan referensial akan efektif bila kata-kata
Penelitian berikutnya dapat mencoba
yang digunakan bersifat personal.
dengan instrumen yang lebih standar.

Implikasi Untuk penerapan hasil penelitian:


Melihat hasil pembahasan penelitian ini, bahwa 1. Mengingat percakapan referensial dapat
percakapan referensial dapat meningkatkan membantu meningkatkan kepercayaan diri
kepercayaan diri anak, implikasi yang dapat anak, para guru dan orang tua hendaknya
dilakukan antara lain: mempelajari metode ini lebih lanjut,
1. Terhadap Siswa sehingga dapat melakukan percakapan
Siswa hendaknya peka terhadap lingkung- referensial dengan efektif.
an sekitar, sehingga dapat “menangkap” 2. Guru dan orang tua hendaknya lebih mawas
percakapan referensial yang dilakukan diri, lebih berhati-hati dalam berkomunikasi
guru. dengan orang lain perihal anak-anak
2. Terhadap guru: hendaknya guru peka mereka. Hindari kata-kata yang negatif,
terhadap situasi peserta didiknya dan guru karena anak akan mengingatnya, dan akan
dapat melaksanakan percakapan referen- memengaruhi kepercayaan diri anak.
sial di kelas dengan cara yang wajar untuk Hindari pemberian “label negatif” pada
membantu meningkatkan kepercayaan diri anak.
anak. Alih-alih membicarakan hal yang 3. Hati-hati membicarakan sesuatu hal tentang
negatif (misalnya: bergosip hal-hal yang anak di hadapannya. Pembicaraan yang
“kurang penting”), lebih baik guru positif akan mengembangkan kepercayaan
melakukan percakapan referensial untuk diri anak, sebaliknya pembicaraan yang
meningkatkan kepercayaan diri peserta negatif akan cenderung melekat sebagai la-
didiknya. bel bagi anak, dan sulit untuk dihilangkan.
3. Terhadap sekolah 4. Selama pelaksanaan kegiatan belajar
Sekolah hendaknya memberi kesempatan mengajar di kelas, guru hendaknya lebih
kepada guru untuk melakukan percakapan peka terhadap setiap peserta didiknya,
referensial di kelas guna meningkatkan sehingga anak-anak yang memiliki
kepercayaan diri peserta didiknya. kepercayaan diri yang cukup rendah dapat
4. Terhadap orang tua ditingkatkan, antara lain dengan memberi
Orang tua hendaknya lebih mengenal anak- kesempatan bagi mereka untuk maju ke
anaknya, sehingga bila mendapati anaknya depan kelas, memberikan pujian (baik
memiliki kepercayaan diri yang rendah, or- secara langsung maupun melalui
ang tua dapat melakukan langkah-langkah percakapan referensial).
untuk meningkatkan kepercayaan diri anak, 5. Upaya untuk meningkatkan kepercayaan
antara lain dengan melakukan percakapan diri adalah sebuah proses, bukan hal yang

48 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Memperkuat Kepercayaan Diri Anak

sekali jadi, jadi butuh waktu. Orang tua Kusumah, Wijaya & Dwigatama, D. (2010).
harus berperan sebagai model / teladan Mengenal penelitian tindakan kelas.
dalam segala hal, termasuk dalam hal Jakarta: CV. Indeks
kepercayaan diri. Leman, Martin, Dr. (2000). Membangun rasa
percaya diri anak. Jakarta:Majalah
Daftar Pustaka Anakku edisi 4
Rimm, Sylvi. (2003). Mendidik dan menerapkan
Chalke, Steve. (2009). How to succeed as a parent, disiplin pada anak prasekolah. Jakarta: PT.
panduan praktis mengasuh anak dengan Gramedia Pustaka Utama
sukses. Yogyakarta: Andi Offset Sugiarto, Eko. (2009). How confident are you?.
Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.
Sekolah Dasar. 2008. Pengembangan mo- Zainal, Aqib, dkk. (2009). Penelitian tindakan kelas
del pembelajaran di Taman Kanak-kanak. untuk guru SD, SLB, dan TK. Bandung:
Jakarta: Departemen Pendidikan CV. Yrama Widya
Nasional _______. Saefurohma.(http://usepaefurohman.
Feldman, Papalia Olds. (2009). Human develop- wordpress.com/20/10/01/22
ment (Perkembangan manusia). Jakarta: membangun-rasa-percaya-diripada
Salemba Humanika anak-anak)
Gredler, Margareth E. (1997). Learning and instruc-
tion, theory into practice. New Jersey:
Prentice-Hall

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 49


Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita
Penelitian

Kompetensi Keahlian Sekolah Menengah Kejuruan :


Antara Kebijakan dan Realita

Agung Premono*)

Abstrak
engembangan Sekolah Menengah Kejuruan saat ini ditujukan untuk memenuhi prosentase

P SMU : SMK = 30 : 70. Pemberlakuan Kepmen No. 251/C/KEP/MN/2008 tentang Spektrum


Keahlian SMK akan menimbulkan beberapa kemungkinan, yaitu : (1) Program Keahlian
semakin banyak,(2) semakin berkurang, atau(3) tetap. Studi ini dilakukan untuk melihat
kondisi Bidang Keahlian SMK saat ini dari sisi Kepmen No.251/C/KEP/MN/2008, dengan metode
Sensus, yaitu mendata keseluruhan kompetensi keahlian yang ada di SMK di Kota Tangerang.
Hasil survei menunjukkan bahwa terdapat 5 (lima) bidang keahlian yang dikembangkan di Kota
Tangerang, yaitu : Bisnis Manajemen, Teknologi Rekayasa, TIK, Seni Pariwisata, dan Kesehatan.
Ada satu bidang keahlian yang belum dikembangkan yaitu Agroindustri. Kompetensi keahlian
SMK terbanyak di Kota Tangerang : Akuntansi, Teknik Kendaraan Ringan (Sepeda Motor), dan
Teknik Komputer dan Jaringan. Penelitian ini menyarankan agar pemerintah Kota Tangerang
mengembangkan SMK berdasarkan kebutuhan nyata. Penelitian ini menyerankan agar Pemerintah
Kota Tangerang mengembangkan SMK berdasarkan kebutuhan nyata di kota tersebut.

Kata-kata kunci: bidang keahlian, kompetensi keahlian, pendidikan kejuruan.

Abstract
At present the Indonesian government is trying to balance the number of vocational schools to general/
academic schools to reach the ratio of 70-30. The development of vocational schools are based on the decree
National Education Minister of No. 251/C/KEP/MN/2008 on the spectrum of vocational competences. This
research focussed the study of vocational competences related to the man power needs in Tangerang City. The
data collected show 5 (five) areas of vocational competences are being developed: Management Business,
Engenering Technology, ICT, Tourism. and Health. Agroindustry is not developed yet.While the dominant
vocational competences include accounting, automotive, and computer net working. This research recomends
the Tangerang City Government to develop vocational schools based on the real local needs.

Keywords: areas of expertise, competency skills, vocational educational.

ke pasar kerja dibandingkan lulusan SMA


Pendahuluan karena umumnya mata pelajaran di SMK
dengan disertai dengan praktik keterampilan.
Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Dalam analisis proyeksi pengembangan
(SMK) di masing-masing kabupaten/kota akan SMK ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi
dilakukan hingga akhirnya akan dicapai yaitu program keahlian mengalami perkembang-
perbandingan antara SMK dengan SMU menjadi an yang sangat pesat, program keahlian
70 : 30. Upaya untuk terus memperbanyak SMK mengalami perkembangan yang wajar (stabil),
adalah karena lulusan SMK lebih mudah masuk dan program keahlian mengalami kejenuhan.

*) Mechanical Engineering Department, Faculty of Engineering State University of Jakarta

50 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita

Program keahlian yang diproyeksikan menga- kata lain bahwa SMK berperan dalam
lami perkembangan yang sangat pesat adalah menyiapkan peserta didik agar siap bekerja, baik
kelompok program Pertanian, Pariwisata, bekerja secara mandiri maupun mengisi
Perikanan, Kelautan, dan Teknologi Informasi. lowongan pekerjaan yang ada. Dengan
Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah SMK demikian arah pengembangan SMK harus
yang akan membuka kelompok program tersebut diorientasikan pada penentuan permintaan
mencapai 6.151. Kelompok program cukup stabil pasar kerja. Calhoun & Finch, 1982, seperti yang
dan diproyeksikan mengalami perkembangan dikutip oleh As’ari Djohar, 2008, mengartikan
yang wajar adalah kelompok program Teknologi pendidikan kejuruan sebagai berikut.
dan Industri serta Kelompok Seni dan Kerajinan, “Vocational education is organized educational
yang diperkirakan akan mencapai 3.178 SMK programs which are directly related to the preparation
yang menyelenggarakan program tersebut. of individuals for paid or unpaid employment, or for
Sedangkan kelompok program Bisnis dan additional preparation for a career requirements other
Manajemen, merupakan program yang diproyek- than a baccalaureate of advanced degree”
sikan mengalami kejenuhan di pasar kerja dan Di bagian lain, Djohar juga menyebutkan
jumlahnya cenderung akan menurun dan bahwa komponen yang menyangkut ketenaga-
diproyeksikan pada tahun 2020 hanya 923 SMK kerjaan mencakup tiga aspek pokok, yaitu (1)
yang menyelenggarakan program tersebut. kesempatan kerja bagi semua yang memerlu-
Diberlakukannya keputusan Direktur kannya dalam suatu struktur lapangan kerja
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan yang menjamin kesinambungan antara pilihan
Menengah tentang spektrum keahlian pendidi- perorangan, penghasilan yang memadai, dan
kan menengah kejuruan, menjadikan SMK saat pemenuhan masyarakat akan barang dan jasa;
ini memiliki 121 kompetensi keahlian. Tujuan (2) pendidikan dan pelatihan yang mampu
dikeluarkannya keputusan tersebut adalah agar mengembangkan potensi manusia secara
SMK dalam mengembangkan program keahlian optimal; dan (3) mekanisme penyesuaian antara
tidak semaunya membuat nama sendiri terhadap manusia dan pekerjaan, tanpa merugikan
program tersebut dan disesuaikan dengan perorangan maupun jumlah produksi. Dari
kebutuhan pasar kerja. ketiga komponen tersebut sangat jelas, bahwa
dunia pendidikan merupakan salah satu
Kajian Pustaka komponen penting dalam dunia ketenaga-
kerjaan, khususnya dalam komponen kedua
Pasal 12 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 yang itu bisa dipenuhi oleh SMK (pada jenjang
tersebut menetapkan bahwa setiap peserta didik Sekolah Menengah) maupun pendidikan Vokasi
pada setiap satuan pendidikan berhak menda- (pada jenjang Pendidikan Tinggi).
patkan pelayanan pendidikan sesuai dengan Dalam akhir tulisannya, Djohar menyim-
bakat, minat, dan kemampuan. Salah satu ben- pulkan bahwa karena tingginya keterkaitan
tuk satuan pendidikan menengah adalah penyelenggaraan pendidikan kejuruan dengan
Sekolah Menengah Kejuruan. tuntutan dunia kerja, maka pendidikan kejuruan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) haruslah memiliki sifat responsive-aktif, serta
adalah salah satu bentuk satuan pendidikan adaptasilitas dan fleksibilitas tinggi, seperti yang
formal yang menyelenggarakan pendidikan ditetapkan oleh sang pencetus, Calhoun & Finch
kejuruan pada jenjang pendidikan menengah yang menyebutkan bahwa :
sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk “Vocational education should be evaluated on
lain yang sederajat. Sebagai bagian dari Sistem the basis of economic efficiency. Vocational education
Pendidikan Nasional, SMK merupakan pendi- is economically efficient when (a) it prepares students
for specific jobs in the community on the basis of man
dikan lebih mengutamakan pengembangan
power needs; (b) it insures an adequate labor supply
kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja
for an occupational area; and (c) the student gets the
dalam bidang tertentu, kemampuan beradaptasi job for which he was trained”
di lingkungan kerja, melihat peluang kerja dan Kebenaran kesimpulan Calhoun & Finch
mengembangkan diri di kemudian hari. Dengan juga dirasakan di Indonesia. Pada Edisi Senin,

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 51


Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita

02 Mei 2005 Harian SINAR HARAPAN menulis diberlakukan. Penamaan yang tidak
headline tentang “Mendidik Tenaga Terampil berdasarkan ketentuan yang berlaku akan
dan Pintar Butuh Dukungan Industri”. Tulisan menyulitkan dalam pengelolaan dan
tersebut menyoroti perlunya sinergi antara dunia penyediaan tenaga pendidik serta ketidakjelasan
pendidikan dan dunia industri agar lulusannya akan pengakuan masya-rakat pengguna. Oleh
memiliki kompetensi yang dibutuhkan dunia karena itu, Direktur Jenderal manajemen
industri. Kondisi ini sudah dilakukan di bebe- Pendidikan Dasar dan Menengah pada tanggal
rapa SMK dan Politeknik terkemuka di Indone- 22 Agustus 2008 menerbitkan surat keputusan
sia, seperti SMK PIKA Semarang, SMK Mikael nomor 251/C/KEP/MN/2008 tentang
Surakarta, POLMAN Bandung, ATMI Solo, POL- spektrum keahlian pendidikan menengah
MAN ASTRA, dan Politeknik lainnya, sehingga kejuruan. Pertimbangan dikeluarkannya SK
para lulusannya 100 % terserap dunia kerja. tersebut adalah spektrum keahlian yang telah
SMK sebagai salah satu institusi yang diberlakukan sudah tidak sesuai dengan
menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu tuntutan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
menghasilkan lulusan sebagaimana yang perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
diharapkan oleh dunia kerja. Tenaga kerja yang tuntutan dunia kerja. Spektrum keahlian pada
dibutuhkan adalah sumber daya manusia yang dasarnya menggambarkan alur atau pola
memiliki kompetensi sesuai dengan bidang pengelom-pokkan program keahlian yang
pekerjaannya, memiliki daya adaptasi dan daya disusun berdasarkan kesetaraan atau kaitan
saing yang tinggi. Atas dasar itu, pengembangan dengan kompetensi kerja yang diperlukan oleh
kurikulum dalam rangka penyempurnaan dunia kerja terkait.
pendidikan menengah kejuruan harus disesu- Berdasarkan SK tersebut, ada enam bidang
aikan dengan kondisi dan kebutuhan dunia kerja keahlian yang dikembangkan di Sekolah
serta dapat mengantisipasi perkembangan ilmu Menengah Kejuruan, dengan total program studi
pengetahuan dan teknologi. keahlian sebanyak 40, dan kompetensi kaahlian
Di samping kurikulum, pengembangan sebanyak 121. Tabel berikut menunjukkan
program keahlian juga harus
disesuaikan dengan kebutuh- Tabel 1: Bidang Keahlian SMK
an lapangan kerja. Berdasar-
kan hal tersebut, program Program Studi Kompetensi
No Bidang Keahlian
keahlian kemudian dikelom- Keahlian Keahlian
pokkan menjadi kelompok 1. Teknologi dan 18 66
bidang industri, usaha, dan R e k ay as a
profesi. Penamaan bidang
keahlian dan program 2. Teknologi Informasi 3 9
dan Komunikasi
keahlian pada kurikulum
SMK Edisi 2006 dikembang- 3. Kesehatan 2 6
kan mengacu pada nama
bidang dan program keahlian 4. Seni, Kerajinan, dan 7 22
Pariwisata
yang berlaku pada kurikulum
sebelumnya. Jenis keahlian 5. Agribisnis dan 7 14
baru diwadahi dengan jenis Agroteknologi
program keahlian baru atau
6. Bisnis dan Manajemen 3 4
spesialisasi baru pada prog-
ram keahlian yang relevan. Jumlah 40 121
Di dalam perkembangan-
nya banyak program keahlian
yang dikembangkan oleh masing-masing SMK jumlah program studi keahlian dan kompetensi
penamaannya tidak mengikuti ketentuan yang keahlian masing-masing bidang keahlian.

52 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita

Substansi atau materi yang diajarkan di diknas. Jika ini dibiarkan, strategi Pemerintah
SMK disajikan dalam bentuk berbagai untuk memperbanyak SMK dengan harapan
kompetensi yang dinilai penting dan perlu bagi lulusannya cepat masuk dunia kerja, yang terjadi
peserta didik. Kompetensi yang dimaksud justru sebaliknya karena jumlah lulusan SMK
meliputi kompetensi yang dibutuhkan untuk yang membludak, walaupun sebenarnya hanya
menjadi manusia Indonesia yang cerdas dan pada satu program keahlian saja.
pekerja yang kompeten, sesuai dengan standar Dari paparan di atas jelaslah terlihat bahwa
kompetensi yang ditetapkan oleh industri, dunia permasalahan utama saat ini terkait dengan
usaha, dan asosiasi profesi. Oleh karena itu, pengembangan SMK adalah pengambilan
substansi diklat dikemas dalam berbagai mata kebijakan pembukaan SMK baru yang
diklat yang dikelompokkan dan diorganisasikan nampaknya tidak berdasar pada kondisi potensi
menjadi program Normatif, Adaptif, Produktif, yang ada di daerah tersebut dan hanya
Muatan Lokal, dan Pengembangan Diri. memenuhi keperluan pemenuhan prosentase
Saat ini, pembukaan SMK baru dalam SMU : SMK. Untuk itu, penelitian ini ditujukan
rangka memenuhi komposisi SMU : SMK = 30 : untuk (1) menggali data melalui survei seluruh
70 perlu ditelaah lebih lanjut. Penelaahan ini SMK di Kota Tangerang; dan (2) memberi
terkait dengan tujuan dibukanya SMK yaitu rekomendasi tentang kebijakan pembukaan
menyiapkan tenaga kerja siap pakai untuk level SMK yang ada di Kota Tangerang.
operator, baik di bidang jasa, industri, maupun
yang lain. Hal ini tentunya sangat terkait dengan Analisis
potensi perkembangan industri daerah tersebut.
Sebagai contoh, Provinsi Bali memiliki potensi Survei dilakukan di 92 SMK Negeri dan Swasta
yang besar dalam bidang pariwisata, seni, dan di Kota Tangerang. Dari keseluruhan jumlah
kerajinan. Dengan demikian seharusnya di Bali SMK tersebut diperoleh data sebagai berikut.
lebih diutamakan SMK bidang Seni, Pariwisata, I. Bidang Keahlian
dan Kerajinan. Akan berbeda dengan Kabupaten Sesuai dengan surat keputusan nomor 251/
Bontang Kalimantan Timur memiliki potensi C/KEP/MN/2008, terdapat 6 bidang
tambang yang cukup besar sehingga SMK yang keahlian. Dari keenam bidang keahlian itu,
cocok untuk Kab Bontang Kaltim adalah SMK saat ini SMK di Tangerang membuka hanya
Pertambangan. Namun, pembukaan SMK yang 5 bidang keahlian, dan satu bidang keahlian
sesuai dengan potensi daerah tersebut terkadang yang belum ada adalah Bidang Keahlian
terkendala dengan biaya pengadaan yang tidak Agribisnis. Bidang keahlian yang memiliki
murah. Seperti halnya untuk melengkapi sarana prosentase terbesar adalah Bisnis Manaje-
prasarana sebuah SMK bidang Seni Tari, Musik, men sebesar 40 %; yang berikutnya adalah
dan Drama di daerah Bali cukup menelan biaya Teknologi Informasi dan Komunikasi
yang tidak sedikit. Apalagi untuk membuka SMK sebesar 33 %, Teknologi dan Rekayasa
bidang pertambangan, atau pemesinan dan sebesar 22 %, Seni dan Pariwisata sebesar 4
sejenisnya. Dengan kondisi ini, maka untuk %, dan yang terakhir adalah bidang
memenuhi tuntutan prosentase SMU : SMK = 30: keahlian Kesehatan sebesar 1 %. Adapun
70, Pemda bekerja sama dengan pihak swasta rekapitulasi bidang keahlian yang terdapat
yang ingin menanamkan modal dalam bidang di SMK di Kota Tangerang terlihat dalam
pendidikan mengambil jalan pintas membuka gambar 1.
SMK sebanyak-banyaknya tetapi dalam Dari data pada gambar 1 penulis melihat
program keahlian yang sama, yang tentunya bahwa sesuai dengan tujuan SMK yaitu
memerlukan dana yang tidak mahal. Jelas menghasilkan tenaga kerja siap pakai untuk
pembukaan SMK yang demikian akan menim- level operator, maka kebijakan Kota
bulkan permasalahan di kemudian hari karena Tangerang tidak membuka SMK bidang
tujuan dibukanya SMK tidak lagi untuk melihat keahlian Agribisnis sudah benar.
kebutuhan pasar kerja daerah tersebut tetapi Kondisi lain yang menyebabkan tidak
lebih kepada pemenuhan kebijakan Kepmen- dibukanya SMK bidang Agribisnis, dalam

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 53


Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita

Bisnis Manajemen

4% 2% Teknologi Rekayasa

32% 40%
Tehnik Informasi dan
Komunikasi
Seni Pariwisata
22%
Kesehatan

Gambar 1: Bidang Keahlian SMK di Kota Tangerang

pandangan penulis, adalah kebijakan lulusan SMK yang menganggur karena


pihak Pemda serta swasta untuk tidak tidak ada industri bidang agroindutsri.
memberikan sarana dan prasarana SMK Yang perlu dikritisi dalam pengembangan
bidang Agribisnis. Selain sulitnya lahan keahlian SMK di wilayah Tangerang adalah
pertanian yang harus disediakan, juga besarnya prosentase SMK bidang Bisnis
minimnya jumlah industri bidang Agribis- Manajemen. Dari data menunjukkan bahwa
nis di Tangerang. Hal lain yang menjadi prosentase SMK bidang Bisnis Manajemen
penyebab keengganan Pemda membuka mencapai 40 %, padahal perekonomian di
SMK bidang Agribisnis adalah minimnya Kota Tangerang, dari segi usaha dan jasa,
jumlah peminat yang mau menggeluti menyumbang hanya sekitar 20 % perekono-
bidang Agribisnis. Hal ini dapat dilihat dari mian Kota Tangerang. Inipun BPS tidak
kasus nyata yang ada di daerah Pemalang memberikan data secara jelas tentang usaha
Jawa Tengah, yang pada tahun 1980-an ada riilnya. Kondisi jika Dinas Pendidikan Kota
SMK bidang pertanian yang dikelola Pemda Tangerang terus memberikan ijin pendirian
Kab. Pemalang. Pada era 80-an, SMK SMK bidang Bisnis dan Manajemen, maka
tersebut merupakan SMK favorit bagi para akan mengakibatkan kejenuhan jumlah
lulusan SMP (pada saat itu) untuk masuk lulusan karena terlalu banyaknya lulusan
ke sekolah tersebut. Harapan para siswa SMK yang ada, sementara perekonomian
adalah menjadi penyuluh pertanian segi jasa dan usaha tidak meningkat.
maupun menjadi petani yang mapan Oleh sebab itu, Pemerintah Kota Tangerang
dengan berbekal ilmu pengetahuan. melalui Dinas Pendidikan harus menghen-
Namun, memasuki era 90-an, sekolah tikan pengeluaran ijin pendirian SMK
tersebut surut peminat dan bahkan saat ini bidang Bisnis Manajemen, karena apabila
SMK tersebut telah berubah menjadi SMK SMK bidang ini terus dibuka dengan tujuan
bidang Teknik Mesin dan Manajemen hanya untuk memenuhi perbandingan SMU
Keuangan. Di sisi lain, Indonesia sebagai dan SMK yang ada di Kota Tangerang agar
Negara agraris seharusnya memajukan memenuhi angka 30 : 70, maka tujuan
sektor industri agribisnis, namun dalam pembukaan SMK sudah tidak lagi sesuai
pandangan penulis, Pemerintah lebih dengan pendirian SMK yang seharusnya,
tertarik untuk menggenjot pembangunan yaitu ditujukan untuk menyiapkan lulusan
dari indutsri manufaktur. memasuki pasar kerja, seperti yang
Kondisi lain menunjukkan bahwa dari data dituliskan oleh Calhoun & Finch, 1982, yang
BPS, pertanian di Kota Tangerang hanya menyebutkan bahwa pendidikan vokasi
menyumbang sekitar 10 % dari perekono- (SMK) akan efisien ketika: (1) para siswanya
mian di Kota Tangerang. Apabila program siap untuk memasuki dunia kerja yang
keahlian ini dibuka, maka dihasilkan akan didasarkan atas kebutuhan; (2) lulusannya

54 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita

akan terserap oleh dunia kerja; dan (3) Bisnis dan Manajemen ke Teknologi dan
lulusannya akan memperoleh pekerjaan Rekayasa.
yang sesuai dengan bidang yang dipelajari Hasil penelitian yang penulis lakukan pada
pada saat sekolah di SMK. tahun 2008 menunjukkan bahwa hampir 50
Telaah ini jelas menunjukkan bahwa % tenaga kerja yang bekerja di industri di
pemberian ijin SMK bidang Bisnis dan wilayah Kota Tangerang bukan penduduk
Manajemen di Kota Tangerang tidak asli Tangerang.
berdasar pada analisis kebutuhan pasar. Untuk bidang keahlian Teknologi dan
Hal ini terlihat dari data bahwa sektor jasa Informasi, hampir semua daerah saat ini
dan usaha hanya menyumbang 20 % menunjukkan kenaikan jumlah SMK bidang
perekonomian kota Tangerang, jadi seha- tersebut secara drastis. Ini dapat dipahami
rusnya data sebaran SMK bidang Bisnis dan karena saat ini teknologi informasi sedang
Manajemen juga tidak melebihi angka 20 %. banyak diminati oleh semua pihak. Kondisi
Tetapi, yang ada sampai 40%. Ini akan ini sangat bagus untuk pengembangan
mengakibatkan kelebihan jumlah lulusan SMK, namun yang menjadi kendala saat ini
SMK, sehingga akan menghasilkan adalah jumlah guru yang sudah siap baik
pengangguran terdidik pada jenjang secara syarat administrasi maupun
lulusan pendidikan menengah. profesionalitas kerja. Hampir semua guru
Dari bidang keahlian Teknologi dan di SMK bidang Teknologi Informasi adalah
Rekayasa, Dinas Pendidikan Kota guru yang berpindah tugas dari satu mata
Tangerang perlu mengintensifkan pelajaran ke mata pelajaran bidang TIK,
penambahan SMK bidang tersebut, karena sehingga secara syarat administratif belum
jumlah industri manufaktur di Kota layak disebut sebagai guru profesional.
Tangerang memberikan kontribusi 30 % Kalau ditelaah lebih mendalam, siswa SMK
terhadap pemasukan ekonomi di Tange- bidang TIK saat ini diajar oleh guru yang
rang. Jumlah ini masih belum bisa dipenuhi belum profesional. Hal ini harus segera
oleh jumlah lulusan SMK di Kota Tange- ditangani oleh Dinas Pendidikan sebagai
rang. Hal ini terlihat dari jumlah SMK supervisor sekolah untuk segera memberi-
bidang Teknologi dan Rekayasa yang kan pelatihan yang intensif untuk memberi-
hanya sekitar 22 %. Hal ini terjadi karena kan materi pengayaan kepada guru-guru
pembukaan SMK bidang Teknologi dan yang beralih fungsi menjadi guru bidang
Rekayasa tidaklah murah. Perlu investasi TIK. Hal ini perlu dilakukan karena apabila
yang cukup besar jika dibanding Bisnis dan guru yang mengajar bidang TIK di SMK
Manajemen, sehingga investor pun enggan bidang TIK hanya berdasar pada pengala-
membuka SMK bidang ini. Walaupun man pribadi dalam mempelajari ilmu TIK
dilihat dari kebutuhan, seharusnya jumlah (belajar mandiri), maka tujuan utama
SMK bidang Teknologi dan Rekayasa penyiapan tenaga terampil bidang TIK
seharusnya lebih banyak. Jika ditinjau dari tidak tercapai. Siswa hanya akan mendapat
tujuan SMK untuk memenuhi tenaga teram- materi seperti yang gurunya ketahui saja.
pil dalam satu bidang tertentu, maka Selain itu dengan pelatihan yang terstruktur,
seharusnya Pemerintah Kota Tangerang, maka baik dari segi muatan dan cara
melalui Dinas Pendidikan, meningkatkan penyampaian akan dibuat semaksimal
jumlah SMK bidang Teknologi Rekayasa. mungkin memenuhi kompeten-si akhir
Hal ini jelas akan mendorong pertumbuhan lulusan SMK bidang TIK. Kondisi lain yang
ekonomi di kota Tangerang, karena dari perlu dipikirkan adalah penyi-apan calon
prediksi angka penyumbang perekonomian guru SMK bidang Teknologi Informasi.
dan jumlah sekolah yang ada, masih terjadi Sampai saat ini, hampir semua LPTK
kekurangan SMK. Oleh sebab itu, hendak- (Lembaga Pendidikan Tenaga Kepen-
nya Pemkot melalui Dinas Pendidikan didikan – Universitas ex-IKIP) belum
mendorong alih keahlian dari SMK bidang meluluskan mahasiswa bidang ini. Sampai

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 55


Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita

saat ini, khususnya di UNJ, baru bidang kesehatan juga merupakan kendala
dikeluarkan SK Dikti pembukaan Prodi terbesar minimnya jumlah SMK bidang
Pendidikan Teknologi, Informatika, dan kesehatan. Namun, apabila Pemda dan
Komputer dan baru akan menerima Dinas Pendidikan dapat memberikan
mahasiswa pada tahun akademik 2010/ rancangan pembangunan pendidikan yang
2011. Untuk memenuhi guru bidang ini, sesuai, maka seharusnya minimal ada satu
penulis melihat hampir semua SMK yang SMK bidang Kesehatan dalam tiap
memiliki bidang keahlian Teknologi kabupaten/kota. Untuk memenuhi minimal
Informasi mengambil guru yang bukan tenaga medik yang dibutuhkan rumah sakit
berasal dari LPTK dan meng-upgrade guru di daerah tersebut.
yang ada untuk dikursuskan komputer dan Dari keseluruhan analisis dalam bidang
selanjutnya mengajar sebagai guru TIK. Ini keahlian, masih terdapat ketimpangan
kondisi yang cukup dipertimbangkan oleh kondisi SMK yang ada. Di satu sisi,
Dinas Pendidikan Kota maupun Kabupaten pengembangan SMK bidang Kesehatan,
terkait pengembangan SMK bidang serta Teknologi dan Rekayasa sangat
Teknologi dan Informasi. Prospek pasar dibutuhkan karena sangat sesuai dengan
yang bagus tanpa dibarengi oleh guru yang potensi daerah yang ada, justru jumlahnya
profesional maka yang dihasilkan adalah sampai saat ini sangat minim, bahkan
lulusan yang kurang kompetitif. penulis melihat adanya kecenderungan
Bidang seni dan pariwisata Kota Tangerang kekurangan. Namun di sisi lain, jumlah
saat ini, dilihat dari prosentase kegiatan SMK bidang Bisnis dan Manajemen
perekonomian yang ada tidak begitu tinggi. memiliki jumlah SMK yang sangat banyak.
Dengan demikian pengembangan bidang Ini tidak terlepas dari mahalnya sarana dan
ini perlu dilakukan dengan sangat hati- prasarana yang harus dipenuhi apabila
hati. Telaah SMK bidang Seni akan akan membuka SMK di bidang Teknologi
dilakukan di luar tulisan ini untuk dan Rekayasa maupun Kesehatan. Untuk
mengetahui, bagaimana meningkatkan hal ini hendaknya Dinas Pendidikan Kota
kualitas seni dan pariwisata Indonesia Tangerang lebih selektif lagi memberikan
menuju taraf internasional melalui ijin pendirian SMK baru, dengan memberi-
pemberdayaan SMK. Sementara itu untuk kan pertimbangan terhadap potensi yang
bidang Keahlian Kesehatan, jumlah SMK masih terbuka. Ini semua terkait dengan
yang ada terlalu sedikit. Banyak faktor yang tujuan SMK untuk menghasilkan lulusan
menyebabkan SMK bidang Kesehatan yang langsung masuk dunia kerja.
menurun jumlah dan kecenderungannya
adalah untuk memenuhi tenaga medis rata- II. Kompetensi Keahlian
rata lulusan Diploma. Untuk seorang bidan Sesuai dengan SK surat keputusan nomor
saja, saat ini minimal Diploma 1 kebidanan 251/C/KEP/MN/2008, terdapat 121
dan tidak ada syarat khusus yang Kompetensi Keahlian yang terdapat
mengharuskan calon mahasiswa bidang dibawah 6 (enam) bidang keahlian yang
kesehatan harus lulusan dari SMK bidang ada. Adapun kompetensi keahlian yang ada
Kesehatan. Kondisi ini semakin menengge- akan dibahas sesuai dengan program studi
lamkan SMK bidang kesehatan. Sebenarnya keahlian yang ada di bawah ini
jika ditelaah profesi bidang kesehatan, a. Program Studi Keahlian Pada Bidang
lulusan SMK bidang Kesehatan tidak akan Keahlian Teknologi dan Rekayasa
pernah mengalami kejenuhan. Karena Sesuai dengan surat keputusan nomor
dalam tingkatan profesi bidang kesehatan 251/C/KEP/MN/2008, terdapat 18
dikenal adanya dokter, perawat, dan juru program studi keahlian pada bidang
rawat, selain tentunya profesi yang sejenis. keahlian teknologi dan rekayasa. Dari
Selain kondisi lapangan kerja, investasi 18 program studi keahlian, baru 16
yang mahal untuk mendirikan sebuah SMK kompetensi keahlian yang dikembang-

56 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita

kan di SMK. Namun karena keterba- kompetensi keahlian sepeda motor juga
tasan tempat, yang ditampilkan dalam tidak menghadapi banyak kendala karena
grafik 2 hanya 8 kompetensi keahlian sarana dan prasarana bidang ini tidak
yang memiliki prosentase besar. Dari 8 terlalu mahal.
(delapan) kompetensi yang dikem- b. Program Studi Keahlian pada Bidang
bangkan, yang paling banyak Keahlian Teknologi Informasi dan
dikembangkan adalah program studi Komunikasi.
keahlian teknik kendaraan ringan Program studi keahlian yang dikem-
(sepeda motor) yang mencapai 48 %. bangkan pada bidang keahlian Tekno-
Komposisi selengkapnya dapat dilihat logi Informasi dan Komunikasi lebih
pada gambar 2. dominan pada pengembangan kompe-

Teknik Kendaraan
Ringan

Teknik Mekanik
Otomotif
27%

48% Persiapan Grafika

11% Teknik Mesin


5% 9%

Lain-lain (Dari berbagai


prodi dgn jumlah @ 1
Prodi)

Gambar 2: Persentase Kompetensi Keahlian pada Bidang Keahlian


Teknologi dan Rekayasa

Gambar 2 menunjukkan kompetensi tensi keahlian Teknik Komputer dan


keahlian Sepeda Motor yang mengalami Jaringan, yaitu sebesar 56 %. Untuk
jumlah yang cukup banyak, karena sampai kompetensi keahlian bidang Teknologi
saat ini jumlah kendaraan bermotor, Informasi dan Komunikasi, kompetensi
khususnya sepeda motor, cenderung naik. keahlian Teknik Komputer dan Jaringan
Bahkan dalam setiap tiga bulanan hampir memiliki jumlah terbanyak. Kondisi ini
setiap ATPM mampu menjual ratusan ribu dapat dimengerti dengan naiknya
sepeda motor. Selain itu, kompetensi bidang teknologi komputer di masyarakat. Jika
ini juga memiliki daya tarik tersendiri bagi dilihat dari tujuan pendirian SMK,
para siswa SMK karena mampu membuat maka kompetensi keahlian Teknik
lulusan SMK berwirausaha bengkel sepeda Komputer dan Jaringan sangat meme-
motor atau menjadi operator mekanik nuhi tuntutan tujuan tersebut. Yang
bengkel sepeda motor yang saat ini banyak. menjadi masalah sampai saat ini
Yang perlu diantisipasi dan dijaga ialah adalah belum ada satupun LPTK yang
jumlah lulusan tidak melimpah, jauh menghasilkan guru bidang Teknik
melebihi kebutuhan. Jumlah lulusan perlu Komputer dan Jaringan. Jika masalah ini
selalu dipantau agar tidak menjadi tidak diantisipasi, maka tenaga guru
bumerang bagi pengembangan SMK. yang mengajar dipastikan kurang
Penyiapan SDM dan sarana prasarana profesionalitasnya. Kondisi lebih lanjut

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 57


Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita

3%
Teknik Komputer
Jaringan
41%
Multimedia
56%
Rekayasa Perangkat
Lunak

Gambar 3: Persentase Program Studi Keahlian pada


Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi

yang perlu diantisipasi adalah lulusan kurang tertarik membuka SMK bidang
yang kurang kompetitif karena diajar kesehatan, khususnya perawat. Jika
oleh guru yang belum profesional. Oleh kondisi ini dibiarkan yang menjadi
sebab itu, hendaknya Dinas Pendidikan masalah justru terjadi di tempat kerja,
melakukan pelatihan secara intensif khususnya Rumah Sakit, karena tenaga
guru yang mengajar bidang TIK, karena operator perawat tidak ada. Saat ini
rata-rata guru yang mengajar bidang ini kebanyakan rumah sakit, khususnya
adalah bukan lulusan Pendidikan tenaga perawat diisi oleh lulusan
Teknologi Informatika dan Komputer, Diploma III (ahli madya perawat).
sehingga dikhawatirkan tujuan utama d. Program Studi Keahlian pada Bidang
pembentukan lulusan SMK bidang TIK Keahlian Seni, Kerajinan dan Pariwi-
tidak maksimal. Selain itu perlu juga sata.
dikendalikan perubahan bidang Dalam bidang keahlian Seni, Kerajinan
keahlian SMK dari bidang lain ke bidang dan Pariwisata, terdapat 5 kompetensi
TIK. Hal ini mungkin terjadi karena keahlian. Berdasarkan data yang
banyaknya peminat SMK bidang TIK diperoleh, ternyata hanya ada 7 sekolah
sehingga banyak SMK yang mengubah yang mengembangkan bidang Keahlian
bidang keahliannya ke bidang SMK Seni, Kerajinan, dan Pariwisata. Dari
sementara baik dari tenaga guru, sarana ketujuh sekolah tersebut 4 di antaranya
dan prasarana belum disiapkan secara mengembangkan kompetensi Akomo-
memadai. Hal ini perlu dilakukan dasi Hotel, satu sekolah mengembang-
diawasi oleh Dinas Pendidikan. kan kompetensi keahlian Busana Butik,
c. Program Studi Keahlian Pada Bidang satu sekolah mengembangkan kompe-
Keahlian Kesehatan tensi keahlian kecantikan kulit, dan
Untuk bidang keahlian kesehatan hanya satu sekolah mengembangkan kompe-
terdapat dua SMK yang mengembang- tensi keahlian restoran. Sebenarnya kota
kan kompetensi keahlian bidang Tangerang memiliki potensi yang besar
Kesehatan, yaitu satu SMK Farmasi dan untuk mengem-bangkan kompetensi
satu SMK Analis Kese-hatan. Kondisi keahlian bidang seni, kerajinan, dan
ini sebenarnya perlu dilihat oleh Dinas pariwisata. Untuk akomodasi perho-
Pendidikan Kota Tangerang sebagai telan, Kota Tangerang yang merupakan
sebuah peluang besar untuk membuka gerbang internasional memasuki
SMK bidang Kesehatan, khususnya Indonesia karena bandara terletak di
perawat. Namun, karena pendirian kota ini, memiliki peluang yang sangat
SMK bidang kesehatan memerlukan besar untuk mengem-bangkan bidang
biaya yang tidak sedikit, maka baik perhotelan. Dan inipun terlihat dari
Pemda maupun pihak swasta seolah beberapa hotel berbintang yang terletak

58 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita

di sekitar bandara. Kondisi ini tentu generasi muda mendalami bidang


berimplikasi kepada kebutuhan tenaga agribisnis dan agroindustri. Indonesia
kerja siap pakai pada level operator di seharusnya belajar dari Negeri Belanda
bidang perhotelan, baik sebagai juru yang dulu mengetahui persis potensi
masak profesional, tata layanan hotel bangsa Indonesia, sehingga hanya dari
itu sendiri, serta seni pertunjukan yang ekspor bunga potong, Belanda
bisa ditampilkan di event-event mendapat pendapatan yang cukup
pertunjukan di hotel itu sendiri. Namun, besar dari sektor ini. Nampaknya
pembukaan SMK bidang Perhotelan gembar-gembor slogan pengembangan
memerlukan sarana dan prasarana yang agroindustri dan agrobisnis agar para
cukup mahal serta memerlukan banyak pemuda berminat menekuni bidang ini
kerjasama dengan stakeholders, sehing- akan hanya menjadi isapan jempol
ga SMK bidang perhotelan tidak banyak. manakala tidak dibarengi dengan
Untuk SMK bidang Seni, yang menjadi peningkatan kesejahteraan para petani
kendala adalah kurangnya SDM (guru) dan industri olahan terkait. Dalam
dan minimnya minat siswa yang pengembangan SMK bidang agroin-
mendalami bidang seni pertunjukan, dustri dan agribisnis, perlu adanya
khususnya budaya tradisional. upaya menyeluruh agar sektor
e. Program Studi Keahlian pada Bidang pertanian, agroindustri, dan agribisnis
Keahlian Agribisnis dan Agroteknologi. dapat berkembang, tidak hanya
Bidang keahlian Agribisnis dan dibebankan kepada dinas pendidikan
Agroteknologi tidak terdapat di Kota maupun sekolah.
Tangerang karena Kota Tangerang f. Bidang Keahlian Bisnis dan Mana-
tidak memiliki lahan pertanian yang jemen
memadai. Lahan pertanian yang Terdapat tiga program studi keahlian
dimiliki Kota Tangerang hanyalah dalam bidang keahlian bisnis dan
sawah tadah hujan yang dapat diolah manajemen, yaitu program studi
satu tahun sekali. Program studi keahlian administrasi, keuangan, tata
keahlian pada bidang ini, tidak banyak niaga. Dari ketiga program studi
berkembang karena sedikitnya industri keahlian tersebut, program studi
di Indonesia yang mengembangkan keahlian keuangan menjadi pilihan
agribisnis dan agroteknologi. Ini tidak utama hingga mencapai 42,79 % untuk
terlepas dari kebijakan Pemerintah dikembangkan di SMK, kemudian
pusat yang sepertinya kurang tertarik disusul program keahlian administrasi
mengembangkan industri agribisnis (36,65 %) dan yang terakhir adalah
dan agroteknologi. Padahal bidang program studi keahlian tata niaga yang
inilah yang seharusnya menjadi hanya 20,56 %. Komposisi persentase
andalan Indonesia sebagai negara program studi keahlian selengkapnya
agraris. Namun, yang terjadi adalah dapat dilihat pada gambar 4.
kebalikannya. Sangat disayangkan Gambar 4 menunjukkan kompetensi
adanya impor produk-produk keahlian Akuntansi sudah sangat jenuh.
pertanian, seperti beras, kedelai, Kondisi ini jika dibandingkan dengan
gandum, dan produk agro lainnya, kondisi perekonomian Kota Tangerang
sementara Indonesia adalah negara yang tidak begitu banyak disubsidi oleh
yang hampir 50 % penduduknya segi usaha jasa, maka jumlah 46 % prodi
bermata pencaharian sebagai petani. Akuntansi sudah memasuki titik jenuh.
Tidak adanya proteksi produk Namun, masyarakat umum mungkin
pertanian dalam negeri menyebabkan kurang menyadari kejenuhan tersebut,
nasib petani di Indonesia bisa dikatakan karena hampir lulusan SMK bidang
kurang baik dan turunnya minat Akuntansi dapat memperoleh peker-

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 59


Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita

11% 6%
Akuntansi
47%
Administrasi Kantor
Penjualan

36% Sekretaris

Gambar 4: Persentase Program Studi Keahlian pada


Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen

jaan. Kondisi ini memang benar, namun akuntansi sudah banyak, tetapi pada
jika ditelaah lebih mendalam, pekerjaan saat pihak swasta membuka SMK
yang dijalani oleh para lulusan bidang bidang Akuntansi tetap diberikan ijin.
ini hampir bisa dikatakan tidak Jika jumlah SMK dengan kompetensi
memerlukan kompetensi seorang keahlian akuntansi ini tidak diberikan
lulusan SMK bidang akuntansi, karena batasan maksimal prosentase dari
hampir kebanyakan bekerja sebagai seluruh jumlah SMK yang ada di suatu
pelayan toko dan sejenisnya, dan tidak kabupaten / kota, maka jumlah SMK
memegang tata buku atau pengelolaan dengan kompetensi ini akan sangat
keuangan dari segi jasa usaha tersebut. banyak dan menyebabkan kejenuhan
Responden di komplek pertokoan yang lulusan.
ada di ITC BSD, pada saat dilakukan
wawancara secara acak terhadap Kesimpulan
hampir 50 orang pelayan di toko
tersebut adalah rata-rata lulusan SMK Dari hasil analisis di atas terlihat bahwa dari
bidang Bisnis dan Manajemen. Sebenar- enam bidang keahlian yang ditetapkan
nya pekerjaan tersebut tidaklah Kepmendiknas, tidak semua bidang keahlian
memerlukan standar lulusan SMK, SMK yang dikembangkan Dit PSMK di kota
bahkan seorang lulusan SMP juga bisa Tangerang. Sebagai daerah perkotaan yang
melakukan dan dapat diterima bekerja, pengembangan wilayahnya lebih dititik
namun karena tidak ada pekerjaan lain, beratkan pada sektor industri dan jasa, maka
maka kondisi itupun dijalani. Kondisi terlihat bahwa SMK Bidang Keahlian Teknologi
banyaknya SMK bidang Akuntansi Rekayasa dan Bisnis Manajemen adalah dua
disebabkan pembukaan SMK di bidang bidang keahlian yang dititikberatkan pengem-
ini tidak memerlukan biaya yang bangannya. Namun, dari pengembangan
banyak, sementara di pihak orang tua tersebut, ada kecenderungan kompetensi
siswa karena lulusan SMK bidang keahlian yang saat ini ada akan menyebabkan
Akuntansi dapat diterima sebagai kelebihan jumlah lulusan, dan kompetensi
pramuniaga, maka SMK bidang keahlian tersebut adalah Akuntansi. Jika
Akuntansi berkembang mencapai pemerintah kota Tangerang tidak membatasi
jumlah yang banyak. Begitupun dengan jumlah SMK bidang Akuntansi, maka yang
pihak Dinas Pendidikan Kabupaten terjadi adalah lulusan SMK yang tidak diterima
yang terhimpit kebijakan pemerintah di pasar kerja karena sudah kelebihan lulusan.
pusat yang menetapkan jumlah SMK Sementara itu, dua kompetensi keahlian lain
jauh lebih banyak dari SMU, sehingga yang trend-nya baik adalah Teknik Kendaraan
walaupun jumlah SMK bidang Ringan / Sepeda Motor (Teknologi Rekayasa);

60 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Kompetensi Keahlian SMK : Antara Kebijakan dan Realita

dan Teknik Komputer dan Jaringan (TIK), hanya melihat jumlah SMK yang sudah
namun belum mendapat penanganan serius. mencapai 70% tetapi dengan kondisi kompetensi
Oleh karena itu perlu penekanan agar kedua keahlian yang homogen, yaitu Akuntansi.
program studi keahlian ini menjadi titik berat Perkembangan SMK bidang Akuntansi harus
pengembangan SMK di Kota Tangerang. segera dikendalikan agar tidak terjadi kelebihan
Lulusan SMK prodi Kendaraan Ringan dan TIK jumlah lulusan. Yang perlu dikembangkan
sampai saat ini masih dibutuhkan, dan masih adalah SMK bidang Teknologi dan Rekayasa
belum dapat mengimbangi pertumbuhan serta Bidang Teknologi Informatika dan
ekonomi di kedua bidang tersebut. Namun, yang Komputer (TIK) dengan tetap melihat
perlu diperhatikan dalam pengembangan SMK perkembangan jumlah lulusan yang ada. Selain
bidang TIK adalah penyiapan tenaga guru yang itu, SMK bidang Kesehatan dengan kompetensi
profesional sehingga lulusannya mampu keahlian perawat juga perlu dikembangkan
memenuhi standar kompetensi lulusan SMK karena sampai saat ini belum ada.
bidang TIK. Ini menjadi penekanan karena
sampai saat ini guru yang mengajar di SMK TIK
rata-rata adalah guru bidang lain yang beralih Daftar Pustaka
fungsi menjadi guru TIK berbekal pengalaman
guru tersebut dalam menggunakan TIK. Untuk A World Bank Review. (1995). Priorities and
itu, Dinas Pendidikan hendaknya melakukan strategies for education. Washington D.C:
pelatihan yang intensif dan terstruktur agar The World Bank Publication
para guru TIK mampu memenuhi tuntutan Carnoy, Martin & H.M. Levin. (1976) . Limits of
profesionalitas bidang TIK. Hal lain yang perlu educational reform. New York: David Mc
menjadi perhatian adalah pengembangan SMK Kayco
bidang Kesehatan, yang sampai saat ini sangat Delors, J. (1997). Learning : The traesure within.
minim jumlah dan ragamnya. Padahal kebutu- Paris: Unesco
han akan tenaga medis semakin tinggi dengan Soedijarto. (2008). Meningkatnya mutu pendidikan
makin banyaknya penduduk di Kota Tangerang nasional sebagai suatu keharusan bagi dapat
yang merupakan kawasan industri di sekitar terlaksananya fungsi konstitusional sistem
Jakarta. pendidikan nasional dalam mencerdaskan
Terakhir setiap Pemerintah Kota/Kabupa- kehidupan bangsa. Makalah yang
ten, khususnya Pemkot Tangerang perlu selalu disajikan dalam Seminar Nasional
melihat kondisi tingkat kejenuhan lapangan ker- Pasca Penuntasan Wajib Belajar
ja dalam memberikan izin pembukaan SMK baru, Sembilan Tahun. Jakarta
tidak hanya berdasar atas pemenuhan prosen- UNESCO. (1990). Deklarasi Pendidikan untuk
tase SMU dan SMK mencapai angka 30 : 70. Semua
Whitehead, Alfred North. The scinece and the
Rekomendasi modern world
-----------.Keputusan Menteri No. 251/C/KEP/
Berdasar hasil survei, maka dalam rangka MN/2008 Tentang Spektrum Keahlian
pemenuhan prosentase SMU : SMK = 30 : 70, SMK
maka Pemerintah Kota Tangerang hendaknya -----------UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
melihat data bahwa Kompetensi Keahlian Pendidikan Nasional
Akuntansi sudah mencapai angka yang cukup -----------.PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar
banyak, sehingga apabila Pemerintah Kota Nasiona Pendidikan
Tangerang akan mengembangkan SMK guna -----------.UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru
memenuhi target prosentase, lebih baik dan Dosen
membuka kompetensi keahlian yang masih -----------.PERMEN No 22 Tahun 2006 Tentang
sedikit dan sesuai dengan pengembangan Standar Isi
daerah khususnya sebagai daerah industri. -----------.PERMEN No 23 Tahun 2006 Tentang
Pemerintah Kota Tangerang hendaknya tidak Standar Kelulusan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 61


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini
Opini

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini melalui


Aktivitas dan Permainan yang Menyenangkan

Hilda Karli*)

Abstrak
embaca dan menulis merupakan keterampilan yang dibutuhkan oleh anak sejak memasuki

M lembaga pendidikan. Akan tetap tidak jarang terjadi guru mengalami kesulitan dalam
membelajarkan anak dalam membaca dan menulis permulaan di kelas 1 SD. Di lain pihak,
banyak anak merasa jenuh belajar membaca dan menulis karena metode yang dipakai
guru tidak monoton dan tidak menarik. Tulisan ini membahas berbagai teknik dan kegiatan
membelajarkan membaca dan menulis sehingga membuat proses pembelajaran menarik dan
menyenangkan bagi siswa misalnya dengan bermain kartu, bermain peran, panggung boneka,
bernyanyi, dan keterampilan tangan. Berdasarkan analisis, dalam menerapkan teknik itu perlu
memperhatikan perkembangan ppsikologi dan karakter anak, kemampuan berbahasa anak, dan
tahapan membaca dan menulis untuk tahap pemula.

Kata-kata kunci: membaca, menulis, psikologi perkembangan anak, perkembangan motorik anak,
pola permainan, pembelajaran bahasa.

Abstract
Reading and writing are basic skills to be learned and practiced by the children as they enter primary school.
However the teacher often faces some problems to teach them to read and write. On the other hand many chil-
dren find reading and writing classes monotone and dull. This article discusses a number of techniques and
activities to make reading and writing class interesting, motivating, and joyful. The techniques introduced in
this article among others are playing card, role playing, puppet show, singing, and crafting. This article sug-
gests to make the techniques effective, the teacher should well consider the psychological development and
characte-ristics of the children, the children’s language ability, and the learning procedure for reading and
writing for early ages.

Keywords: reading, writing, child psychological development, child physical development, game model,
language teaching.

anak didiknya harus sudah bisa baca dan tulis


Pendahuluan dengan baik. Guru kelas 1 SD menganggap guru
TK yang harus membelajarkan baca dan tulis.
Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di kelas Sementara dalam kurikulum TK kegiatan baca
awal terutama kelas 1 dan 2 SD merupakan dasar dan tulis bukan merupakan fokus bagi pembel-
untuk memperoleh kemampuan bahasa secara ajaran di TK. Mereka perlu diperkenalkan huruf,
baik. Namun, pendidik menjadi salah kaprah angka dan membaca secara umum bukan
tidak lagi memperhatikan kemampuan anak usia menjadi titik fokus yang harus dikuasai oleh anak
dini yang baru mengenal baca dan tulis di masa TK. Tekanan dari orang dewasa terutama orang
prasekolah. Guru kelas 1 SD menginginkan agar tua pada anaknya terlalu berlebihan sehingga

*) Dosen Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta

62 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

membuat anak menjadi takut baca dan tulis. karakteristik anak ditinjau dari perkembangan
Orang tua akan bangga jika anak TK sudah fisik/motorik, permainan, dan emosi.
lancar baca dan tulis seperti anak SD kelas 1-2.
Sebenarnya kapan waktu tepat untuk membel- Kajian Pustaka
ajarkan baca dan tulis permulaan pada anak?
Banyak orang tua sibuk membeli buku 1. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini
untuk membelajarkan baca dan tulis lalu anak Konsep perkembangan dirumuskan oleh
diminta untuk belajar, atau diberi kursus baca H.Werner (Gunarsa, 1990:22) dengan mengemu-
tulis agar cepat menguasai. Tanpa mengin- kakan bahwa perkembangan merupakan suatu
dahkan perkembangan anak itu sendiri. Pada proses yang mula-mula global, masif, belum
dasarnya anak itu senang bermain karena itu terpecah atau terperinci kemudian semakin lama
dunia mereka. Melalui pembelajaran bahasa semakin banyak, berdiferensiasi, dan terjadi
yang menyenangkan diharapkan dapat mem- integrasi yang hirarkis. Penggunaan istilah
bantu anak untuk memperoleh kemampuan masa awal anak-anak (early childhood) menyebut-
bahasa secara lebih baik sesuai dengan nya usia prasekolah ketika anak masuk sekolah
karakteristik usia. untuk persiapan masuk ke sekolah formal yaitu
Berbagai aktivitas dan permainan yang SD. Pada masa itu anak perlu mendapatkan
menyenangkan dapat diterapkan untuk selain pengetahuan juga keterampilan dan budi
membelajarkan membaca dan menulis bagi anak pekerti untuk dapat menyesuaikan diri pada
usia dini seperti: bermain kartu, bercerita, kehidupan dewasa. Umumnya orang Indonesia
menggambar, dll. Kegiatan membaca dan menggo-longkan masa awal anak itu pada usia
menulis tidak lepas dari kegiatan untuk melatih 7-12 tahun ( Sekolah Dasar kelas 1-6).
motorik halus seperti menganyam, menarik
garis, mewarnai, dll. Kegiatan melatih motorik a. Perkembangan fisik/motorik
tangan, mata dan kemampuan mengenal huruf Menurut Hurlock (1980:110), proses tumbuh
digabung menjadi satu kegiatan yang menarik. kembang kemampuan gerak seorang anak
Perkembangan anak usia TK (masa awal) disebut perkembangan motorik. Secara umum
dan SD (masa akhir) tentu berbeda. Untuk perkembangan ini dibagi dua yaitu
membelajarkan baca dan tulis dengan kegiatan perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
yang menyenangkan, perlu diperhatikan Keterampilan ini pada dasarnya berkembang
beberapa aspek seperti: psikologi perkembangan sejalan dengan kematangan saraf dan otot.

Tabel 1: Keterampilan Motorik Kasar dan Keterampilan Halus

Keterampilan Motorik Kasar Keterampilan Motorik Halus

1. Faktor genetik (normal) 1. Kesiapan anak belajar fisik maupun


2. Kondisi prenatal (saat ibu hamil baik) p s i ki s
3. Kondisi kesehatan (nutrisi cukup) 2. Kesempatan untuk belajar
4. Adanya stimulasi, dukungan dan 3. Kesempatan untuk berlatih
kesempatan. 4. Contoh yang baik dan benar
5. Urutan keluarga (anak pertama lebih 5. Bimbingan
diperhatikan). 6. Motivasi
6. Kelahiran yang sulit (trauma di kepala) 7. Setiap keterampilan perlu dipelajari
7. IQ anak rendah khusus (cara pegang sendok beda
8. Orang tua terlalu protektif dengan cara pegang pinsil)
9. Kelahiran prematur 8. Setiap keterampilan perlu dipelajari
10. Cacat fisik satu demi satu (melempar bola sambil
11. Perbedaan pola asuh anak laki beda makan anak bingung)
dengan perempuan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 63


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Setiap anak mempunyai proses kematangan gerik otot-otot kecil seperti mencoret, melempar,
yang berbeda, oleh karena itu perkembangan dan menjahit. Hal-hal yang perlu diperhatikan
motorik mereka juga akan berbeda setiap anak. untuk mempelajari kedua keterampilan motorik
Keterampilan motorik kasar adalah bagian dari dapat di lihat pada tabel 1.
aktivitas motorik yang mencakup keterampilan Sementara itu, perkembangan motorik kasar dan
otot-otot besar seperti merangkak dan berjalan. halus berdasarkan usia anak dapat dilihat pada
Keterampilan motorik halus melibatkan gerak tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2: Perkembangan Motorik Keterampilan Kasar dan Keterampilan Halus

Usia Keterampilan Motorik Kasar Keterampilan Motorik Halus

1-2 1. Merangkak. 1. Mengambil benda kecil dengan ibu


Tahun 2. Berdiri dan berjalan beberapa langkah jari dan telunjuk.
(usia 12 bulan). 2. Mengambil benda kecil dalam
3. Berjalan cepat (15 bulan) mangkuk
4. Cepat duduk agar tidak jatuh 3. Membuka 2-3 halaman buku secara
5. Merangkak di tangga bersamaan
6. Berdiri di kursi tanpa pegangan 4. Menyusun beberapa balok menjadi
7. Menarik dan mendorong benda keras menara
seperti meja dan kursi 5. Menuang cairan dari satu wadah ke
8. Melempar bola wadah lain
6. Memakai kaus kaki, sepatu sendiri
dengan hasil kurang sempurna
7. Memutar tombol radio atau TV
8. Mengupas pisang dengan hasil
kurang sempurna

2-3 1. Melompat di tempat 1. Melakukan kegiatan dengan satu


Tahun 2. Berjalan mundur hingga 3 meter tangan seperti mencoret-coret
3. Menendang bola dgn mengayunkan 2. Menggambar garis lurus serta
k ak i lingkaran tak bertaruran
4. Memanjat mebel dan berdiri di 3. Membuka gerendel pintu
atasnya 4. Mengenggam pensil
5. Langsung bangun tanpa berpegangan 5. Menggunting dengan hasil kurang
ketika berbaring sempurna
6. Berjalan jinjit 6. Mengancingkankan baju dan
7. Naik tangga dengan kaki restleting
8. Lompat dari anak tangga terakhir 7. Membuka tutup toples
9. Mengayuh sepeda 8. Memakai baju lengkap sendiri

3-4 1. Berdiri dengan tumit, tangan di sam- 1. Menggambar badan manusia


Tahun ping tanpa kehilangan keseimbangan 2. Menyendok cairan
2. Melompat dengan satu kaki 3. Mencuci dan melap tangan
3. Berdiri dengan satu kaki selama 5 4. Makan dengan sendok garpu
detik 5. Membawa wadah tanpa
4. Menggunakan bahu dan siku pada menumpahkan isinya
saat melempar bola hingga 3 meter
5. Menangkap bola besar
6. Mengendarai sepeda roda tiga

64 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Usia Keterampilan Motorik Kasar Keterampilan Motorik Halus

4-5 1. Menuruni tangga langkah demi 1. Menggunakan gunting dengan baik


Tahun langkah meski belum lurus
2. Tetap seimbang ketika berjalan 2. Memasukkan surat ke dalam
mundur amplop
3. Melompat selokan selebar 0,5 meter 3. Membawa secangkir kopi beberapa
dengan satu kaki meter tanpa tumpah
4. Melempar bola melebihi 4 meter 4. Memasukkan benang ke dalam
5. Membuat belokan tajam dengan jarum Mengoleskan selai di atas roti
sepeda roda tiga
6. Memanjat tangga di lapangan
bermain

Sumber : Majalah Ayah Bunda "Perkembangan Anak", (2002)

Keterampilan motorik atau istilah untuk dibimbing. Hal ini dipengaruhi karena
pendidikan aspek psikomotor adalah masa pal- kegiatan terlalu lelah bermain, tidak mau tidur
ing penting dan ideal karena pada masa ini anak siang dan makan terlalu sedikit sehingga ada
dengan senang hati mengulang-ulang suatu gangguan fisiologis. Emosi memegang peranan
aktivitas hingga terampil, anak bersifat penting dalam hidup seorang anak. Tiap bentuk
pemberani artinya tidak takut sakit atau tidak emosi pada dasarnya membuat hidup terasa
malu ketika diejek oleh temannya. Tubuh mereka lebih menyenangkan. Oleh karena itu kehangat-
masih lentur, keterampilan yang dikuasai sedikit an perasaan, rasa persahabatan, simpati yang
sehingga ketika belajar keterampilan yang baru ditujukan pada orang lain. Setiap orang punya
tidak mengganggu keterampilan yang sudah kebutuhan memberi dan menerima afeksi. Saat
ada. Pada usia empat tahun sudah dapat mengge- yang terpenting ketika masa awal kanak-kanak,
rak motorik secara tepat karena sudah diatur oleh bila kedua orang tua kurang memberikan kasih
cortex dalam otak untuk mengerakkan otot. sayangnya maka anak akan mengalami berbagai
Lingkungan dapat mempengaruhi macam gangguan seperti terlihat pada tabel 3.
kematangan anak untuk mempelajari sesuatu Bila kebutuhan emosional anak terpenuhi
aktivitas. Anak yang berada di lingkungan yang secara seimbang dalam awal kehidupannya
kurang dapat perhatian dari orang tuanya akan maka ia akan berkembang menjadi anak yang
lebih cepat matang dan menguasai keterampilan mampu mewujudkan potensi secara optimal.
lebih cepat daripada anak yang berada di
lingkungan baik. Mereka sudah dapat mengikat c. Perkembangan bermain
tali sepatunya, menulis huruf abjad, berjalan, Bermain adalah kegiatan yang dilakukan
berlari, mewarnai, meronce, dll. Mereka juga berulang-ulang demi kesenangan tanpa ada
dapat menunjukkan keterampilan motorik yang tujuan atau sasaran yang hendak dicapai.
baik seperti memotong dengan gunting, Bermain sebagai suatu kegiatan yang muncul
menggunakan pensil warna untuk mewarnai atas motivasi dan kehendaknya sendiri dan tak
sebuah gambar. Mereka juga mulai belajar perlu diajarkan. Manfaat bermain ditinjau dari
menulis kalimat dan kata-kata. Setelah enam 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor
atau tujuh tahun semua keterampilan dasar menurut yaitu: (1) aspek kognitif (berhubungan
dapat dikuasai. dengan kecerdasan-berpikir), (2) aspek afektif
(sosial-emosional) , dan (3) aspek psikomotor
b. Perkembangan emosi (fisik-gerakan) . Ketiga aspek tesebut harus
Pada masa awal kanak-kanak emosinya sangat seimbang karena penelitian longitudinal, yang
kuat karena ketidakseimbangan sehingga dilakukan di USA, terhadap anak TK antara
mudah terbawa ledakan-ledakan sehingga sulit kelompok yang diberikan 3M (Membaca,

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 65


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Tabel 3: Gangguan pada Diri Anak dan Penyebabnya

No Gangguan berupa Men y eb ab k an

1. Perkembangan fisik yang Anak depresi akibatnya terjadi hambatan sekresi


lambat (pengeluaran) hormon pituitary yaitu hormon yang
mengatur metabolisma dan pertumbuhan badan. Sehingga
anak terganggu perkembangan fisiknya

2. Keterlambatan Gangguan motorik kasar dan halus seperti duduk, berdiri,


perkembangan motorik jalan, nulis tidak luwes seperti anak lannya. Bahkan
gagap pada bicara pun bisa terjadi.

3. Sulit mempelajari Sulit berkomunikasi dengan orang di sekitarnya dan sulit


hubungan konsentrasi dan mudah teralih perhatiannya. Sehingga
tampak agresif dan nakal. Lebih penuntut, menarik diri,
egois, kurang minat bergaul dengan orang lain.

4. Gangguan jiwa Ada gangguan dari masalah kejiwaannya jika hal ini
terjadi pada anak dalam waktu lama dan pola asuh yang
tidak baik dari waktu ke waktu.

Su mber: Majalah Ayah Bunda "Perkembangan Anak" , (2002)

Menulis dan Menghitung) sangat baik pada TK yang diberikan 3M yang tidak optimal.
anak yang menekankan kognitif saja, Bahkan anak yang terlalu dini dirangsang 3M
kenyataannya 10 tahun kemudian kemampuan akan mengalami gangguan emosi, berperilaku
akademis mereka sama dengan kelompok anak menyimpang, tidak mau sekolah dan

Tabel 4: Pola Permainan Anak

Usia Pola per-


Tahapan bermain Jenis bermain Alat bermain Peran orang tua
mainan

0-1 Bermain Usia 3-4 bulan B e b as d an Warna yang Sebagai teman


Tahun b e b as Gerakan diulang-ulang spontan. cerah dan bermainnya dan
d an Gerakan dari anggota Melakukan warna-warni. al at
spontan tubuhnya sendiri seperti aktivitas Permainan permainannya.
bermain ludah, tersenyum spontan tanpa yang Orang tua harus
tujuan dan mengeluarkan peka melihat
Usia 4-8 bulan terus bunyi-bunyian kondisi anak
Tertarik dengan objek luar bereksplorasi Permainan ketika bermain.
dan gerakan yang diulang seperti yang bergerak
untuk kesenangan . merangkak dan
Usia 7-8 senang melihat TV berjalan kian
karena bergerak dan warna kemari
dominan .

Usia 8 - 12 bulan
Bermain dengan sengaja
dan gerakan lebih majemuk
Mencoba-coba untuk
menggerakkan bola

66 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

memberontak. Sebaiknya anak yang kegiatan konsentrasi dan kesabaranpun akan tumbuh
fisiknya sangat aktif harus juga diseimbangkan dalam diri anak. Pola permainan berdasarkan
dengan kegiatan yang tidak membutuhkan usia anak dan jenis permainan dan peran orang
kegiatan fisik terlalu banyak agar ketekunan, tua dapat dilihat pada tabel 4.

Usia Pola per-


Tahapan bermain Jenis bermain Alat bermain Peran orang tua
mainan

1-2 Bermain Senang mengigit, dipencet, Bermain Permainan Orang tua harus
Tahun eksplo- diraba, dipukul, diremas, eksplorasi yang melatih ketat perhatian
rasi dicorat-coret tanpa tujuan. Kemampuan motorik dan karena anak
Belum bisa bicara banyak fisiknya sudah mengasah sudah senang
tetapi ekspresi wajahnya makin k e p e k aan dengan
bisa dilihat senang atau berkembang panca indera. lingkungan di
marah saat bermain. dan mulai Ukuran mainan luar dirinya
Senang bermain berpura- tertarik dengan besar, aman, tetapi belum
pura (menyisir pakai sisir segala sesuatu bersih. Mainan bisa kontrol
boneka, minum pakai di luar dirinya berbu-nyi saat diri.
gelas kosong). d an dige-rakkan, Jangan terlalu
Nonton TV karena orang kemampuan mainan over protec tive
lain tertawa maka ia kognitifnya gantungan dapat menye-
menirukan walaupun terbatas (untuk me- babkan anak
tidak tahu apa yang sehingga peran rangsang ber- terhambat per-
diketawakan. orang tua diri) mainan kembangannya
sangat kuat yang dapat Pendampingan
digerakkan dari orang tua
(merangsang sehingga tahu
belajar jalan) perkembangan
mainan gigitan anaknya.
senang
menggigit dan
memasukkan
kemulut)

2-3 Dikenal-- Memasuki tahap pra- Permainan Warna yang Sebagai teman
Tahun kan operasional Teori Piaget: konstruktif menyolok, bermain karena
permain- mereka mempresentasikan yang dapat ukuran besar, ingin mandiri
an dunianya melalui kata- melatih bersih dan dalam bermain.
konstruk- kata dan imajinasi koordinasi tidak tajam. Sebagai
tif (bermain pura- motorik halus Permainan pengawas tetapi
pura/simbolik). d an k e s ab ar - yang meng- b u k an
annya. Bermain gunakan pengkritik.
Usia 2,6 tahun paralel dengan pikiran seperti Pemberi
Kebutuhan bicara dengan teman artinya l e g o , b al o k , motivasi ketika
orang lain walau mereka bermain plastisin, alat g ag al
pembendaharaan terbatas . bersama tetapi menggambar, melakukan
tidak saling kertas lipat, kegiatan karena
Usia 3 tahun berinteraksi tanah liat, gips. motivasinya
Pembendaharaan mening- karena sibuk sering berubah-
kat sehingga dapat bicara dengan u b ah
lebih dimengerti. permainan
Permainan kognitif seperti masing- masing.
menyusun balok, mem-
buat karya dari plastisin.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 67


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Usia Pola per-


Tahapan bermain Jenis bermain Alat bermain Peran orang tua
mainan

3-4 Permain- Anak sudah terampil Keterampilan Permainan Sebagai fasili-


Tahun an deng- motorik kasar dan halus motorik kasar yang dapat tator dalam
an aturan tetapi harus lebih diasah dan halus mengklasifika- mendampingi
sederha-- supaya lebih berkembang. s u d ah b ai k si bentuk, war- anak bermain
na Permainan role play sangat mulai na, ukuran. role play artinya
disenangi mereka karena bersosialisasi. Permainan role ikut juga terlibat
mereka dapat berimajinasi, Melalui play seperti d al am
selain itu melatih sosio- permainan dokter-dokter-- permainan itu
emosianal , motorik serta aturan an, pasar- sambil
bahasa dan belajar sederhana anak pasaran. membelajarkan
menunggu giliran. dapat dilatih Permainan anak mematuhi
Permainan yang motorik dan yang meng- aturan
menggunakan aturan sosial-emosinya asah motorik permainan yang
sederhana serta bahasa halus seperti ad a
mengancing
baju, meron-
ce,dll.
Permainan
yang melatih
motorik ka-sar
seperti berma-
i n s e p e d a,
ayunan

4-5 Bermain Permainan yang bersifat Bermain sosial Permainan Menghargai


Tahun sosial kompetetif artinya ada karena sudah yang bersifat pilihan anak
unsur menantang dalam d ap at bermain peran jangan melarang
diri untuk berlomba bersosialisasi Permainan anak untuk
dengan teman sebaya. dengan baik. orang dewasa bermain dengan
Senang mengobrol denga Sudah tidak misalnya adu siapa atau
teman sebaya dan bermain paralel kelereng, bermain apa.
menyukai bermain peran l ag i lempar tang- Mengarahkan
dengan teman sebaya kap bola, ber- anak untuk
gulat, mema- berkompetensi
sak. Permainan sehat .
olahraga seper- Keterlibatan
ti lompat orang tua jangan
kodok, meniti sampai
trotoar, melem- mengurangi
p ar b o l a k e kebebasan anak.
kaki meja,
berenang.

7-9 Bermain Memasuki tahap Bermain deng- Peralatan Pemberi


Tahun konstru- operasi-onal Teori an teman menjahit, motivasi
ktif Piaget: mereka sudah gengnya peralatan ketika gagal
berpikir logis dan dapat artinya kegia- untuk meng- melakukan
mengkaitkan beberapa tan yang dila- gambar/mel- kegiatan
konsep tetapi masih kukan teman ukis, peralat- karena
perlu bantuan benda sebaya (geng) an untuk tu- motivasinya
nyata. untuk mengisi kang, peralat- sering
berubah-ubah

68 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Usia Pola per-


Tahapan bermain Jenis bermain Alat bermain Peran orang tua
mainan

7-9 Bermain Permainan kognitif lebih waktu mereka an listrik atau motivasinya
Tahun konstruk- disukai mereka seperti ketika kosong peralatan sering berubah-
tif membuat karya dari musik u b ah
kayu/balok untuk anak
laki-laki.
Menjahit, menggambar,
membentuk perhiasan dari
tanah liat atau kancing dan
bernyanyi untuk anak
perempuan

Bermain Pada masa akhir kanak- Permainan Kegiatan Mengawasi dan


menjela- kanak anak sudah tidak menjelajah pramuka, mengarahkan
j ah senang menjelajah di d i l ak u k an kegiatan pada berbagai
dalam lingkungan rumah karena rasa kemah di luar kegiatan di luar
tetapi lingkungan yang ingin tahu anak halaman rumah.
lebih luas seperti tentang segala rumah,
lingkungan tetangga. yang terjadi di kegiatan,
Kegiatan ini senang lingkungan kegiatan
dilakukan bersama teman sekitar di luar berbelanja
sebaya satu gengnya. dirinya. bersama teman.

Meng- Sebagai salah satu Mengkoleksi Koleksi boneka Memberi


umpul- kegiatan bermain yang benda awalnya barbi, koleksi kepercayaan
k an s u d ah d i l ak u k an s e j ak anak akan yang berbau dan kesempatan
kecil. mengumpulkan Superman, kepada anak
Mengumpulkan benda segala benda ko l e ks i untuk dapat
yang menjadi favoritnya yang menjadi perhiasan, mengoleksi
dilakukan karena iri hati perhatiannya k o l e k s i j am benda
pada teman, gengsi dan tetapi berangsur tangan, dll kesayangan
memberikan kesenangan usia maka anak dengan tujuan
bagi kolektornya. ak an positif dan
menfokuskan didapat dengan
pada satu cara yang baik
benda yang
akan disenangi
dan berbeda
deng-an teman-
teman untuk
dikumpulkan-
nya dan
menyimpan-
nya secara
sistematis dan
dipajang

Sumber: Majalah Nakita "Mainan dan Permainan" , (2007)

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 69


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Menurut Jean Piaget seorang psikolog dari banyak anak usia 18 bulan sudah bisa
Swiss dalam Hurlock (1999: 222), kemampuan membilang satu sampai sepuluh bukanlah
intelektual dibagi dalam 4 tahap yaitu: 1) tahap berarti anak itu paham melainkan mereka
sensorimotorik (lahir – 2 tahun) , motorik anak menirukan saja. Bila ada benda di atas meja dan
berkembang dari refleks menjadi gerakan yang mereka diminta untuk menghitung maka mereka
bertujuan, yang melibatkan seluruh alat indera tidak akan mampu. Perlu waktu lama untuk
(misalnya memasukkan benda ke dalam mulut , anak dapat memahami konsep bilangan karena
mulut terbuka ketika disuapi makanan); 2) tahap sifatnya abstrak. Pada usia tiga tahun anak
praoperasional (2-7 tahun) pada tahap ini hanya dapat membilang dari angka satu sampai
pemikian anak masih didominasi oleh hal yang tiga sedangkan Pada usia empat tahun anak
berkaitan dengan aktivitas fisik dan persepsinya hanya dapat membilang dari angka satu sampai
sendiri, berpikir masih egosentris dan belum empat dan anak pada usia lima tahun anak
punya pemahaman realitis dan obyektif tentang hanya dapat membilang dari angka satu sampai
lingkungan yang berada di luar dirinya, belum lima. Kemampuan mereka belum dapat untuk
mampu memecahkan masalah yang berhubung- mengoperasikan bilangan seperti menjumlah,
an dengan angka atau pengelompokkan benda ; mengurangi, mengali dan membagi. Sebelum
3) tahap operasi kongkrit (7-11 tahun) mereka dapat memahami konsep bilangan secara
kemampuan abstrak sudah lebih baik tetapi lengkap awalnya anak harus mengerti dulu
masih perlu benda kongkrit (dikaitkan dengan ukuran benda. Anak pada usia tiga –tiga
kehidupan nyata) untuk memahami suatu setengah tahun sudah dapat membedakan
benda, pembentukan konsep waktu, ruang, benda yang ukuran benda besar dan kecil, pada
bilangan, pengelompokkan benda, berpikir usia empat - lima tahun. Setelah itu anak dapat
rasional sudah nampak pada tahap ini; 4) tahap mengelompokan benda-benda.
operasi formal (di atas 11 tahun) anak sudah
mampu untuk berpikir abstrak dan memecahkan 2. Pembelajaran Bahasa Anak Usia Dini
masalah dengan menggunakan berbagai Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa
alternaif serta dapat berpikir secara kombinasi dipisahkan dari kegiatan saling berkomunikasi.
dari berberbagai informasi. Penalarannya sudah Untuk berkomunikasi manusia memerlukan
logis dan mampu memahami masalah yang suatu media yaitu bahasa. Bahasa adalah suatu
kompleks. bentuk komunikasi lisan, tertulis atau isyarat
Dari tahapan bepikir di atas dapat yang digunakan secara kombinasi oleh
disimpulkan bahwa anak berpikir dan melihat masyarakat. Menurut Semiawan (1999: 112),
hubungan-hubungan terlihat ketika mereka bahasa merupakan suatu kode atau sistem
bermain atau menjelajah lingkungan karena simbol dan urutan kata-kata yang diterima secara
dengan meningkatnya koordinasi motorik, konvensional untuk menyampaikan konsep-
pembendaharaan kata, kemampuan untuk konsep atau ide-ide dan berkomunikasi melalui
bertanya sehingga perkembangan pesat untuk penggunaan simbol-simbol yang diatur oleh
mengerti apa itu benda dan makhluk hidup. ketentuan yang ada.
Pada tahap praoperasional ini anak mulai Bahasa juga merupakan alat komunikasi
berpikir lebih khusus karena mereka sudah dengan orang lain dan kemudian berlangsung
mulai memperhatikan hal-hal yang lebih kecil. dalam suatu interaksi sosial. Menurut Tarigan
Sehingga tidak mudah bingung jika dia (1985 : 3), bahasa meliputi empat aspek
menemukan benda yang sama. keterampilan yaitu aspek keterampilan
Kemampuan anak dalam memahami berbicara, menulis, menyimak, dan membaca.
konsep bilangan artinya berkaitan dengan Menurut Ralph Waldo dalam Santrock
jumlah dan angka pada usia tujuh ahun baru (2007:353), ada lima sistem aturan bahasa dapat
mereka memahami konsep blangan. Sementara dilihat pada tabel di bawah ini.

70 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Tabel 5: Sistem Aturan Bahasa

Sistem Aturan Deskripsi Contoh

Fonologi Sistem suara dalam sebuah Sebuah fonem adalah unit terkecil dalam
bahasa. sebuah bahasa.

Morfologi Kata rumah dibunyikan Sistem dari unit-unit bermakna yang terlibat
dari "ru" dan "mah" dalam pembentukan kata.

Sintaksis Sistem yang melibatkan Bus merupakan morfem tunggal, karena b dan us
bagaimana kata-kata tidak memiliki arti. Walaupun "bu" dan "s" bila
dikombinasikan sehingga dipisahkan mempunyai arti bu adalah ibu. Tetapi
membentuk frasa-frasa dan s tidak.
kalimat yang dapat diterima.

Semantik Sistem yang melibatkan arti K u da hitam lari sangat kencang


kata dan kalimat. Kt benda kt sifat kt kerja kt keterangan
Kalimat terdiri dari frasa kata benda dan frasa kata
kerja

Pragmatik Sistem yang menggunakan Berbicara sopan pada guru dengan menggunakan
percakapan dan pengetahuan tata bahasa. Misalnya bolehkan saya izin untuk ke
yang tepat terkait penggunaan kamar mandi?
bahasa secara efektif dalam
konteks.

Sejak bayi sudah mulai belajar bahasa yaitu bahasa anak pada masa awal kanak-kanak ( 0-5
ketika ia menangis minta susu pada ibunya. tahun) terjadi sebagai tertera dalam tabel 6.
Ketika itu bayi itu sedang berbicara melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah
bahasa isyarat. Berangsurnya usia bayi mulai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
mereka untuk menyimak apa yang didengar dari anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
lingkungan. Selanjutnya anak usia dua - tiga yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
tahun mulai dengan belajar bicara dari kosa kata pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
yang sering didengarnya. Usia empat – enam perkembangan jasmani dan rohani agar anak
tahun anak sudah mulai belajar baca dan tulis memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
dengan konsep yang sangat sederhana sebagai lebih lanjut.
pengenalan anak pada baca dan tulis yaitu Fungsi pengembangan Bahasa Indonesia di
melatih gerakan motorik halus seperti menulis Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah:
huruf. Usia tujuh - delapan tahun anak lebih a. Mengenalkan peraturan dan menanamkan
matang untuk gerakan motorik halus seperti disiplin pada anak.
menulis dan mewarnai sehingga pengenalan b. Mengenalkan anak dengan dunia sekitar.
baca dan tulis lebih kompleks. Usia sembilan c. Menumbuhkan sikap dan perilaku yang
sampai 12 tahun anak sudah paham akan baik.
bacaan yang dibaca dan anak dapat mengung- d. Mengembangkankemampuan berkomuni-
kapkan ekspresi dirinya melalui tulisan seperti kasi dan bersosialisasi.
puisi, sajak atau karangan. e. Mengembangkan keterampilan, kreativitas
Di atas secara singkat telah dipaparkan dan kemampuan yang dimiliki anak.
perkembangan bahasa yang dialami oleh bayi f. Menyiapkan anak untuk memasuki
hingga anak usia 12 tahun (Anak SD kelas 6). Di pendidikan dasar.
bawah ini disajikan perubahan perkembangan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 71


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Tabel 6: Perubahan Perkembangan Berbahasa Anak

No Sistem Aturan Kejadian

1 Fonologi Kesulitan untuk mengucapkan kelompok konsonan misalnya strika.


Umumnya akan berlanjut hingga memasuki masa akhir anak-anak.

2 Morfologi Anak sudah dapat mengungkapkan lebih dari dua kata misalnya
kakak memukul saya dan saya dipukul kakak.

3 Sintaksis Anak belajar menerapkan aturan untuk membentuk kalimat sesuai


aturan. Misalnya badu membawa buku bukan membawa badu
buku. Orang tua memperbaiki kalimat yang salah tersebut untuk
sesuai aturan SPOK. Akan terus berlanjut pemelajaran hingga masa
akhir dengan kalimat yang lebih kompleks.

4 Semantik Anak pada masa ini sangat pesat belajar kosa kata hingga 5 - 8 kata
sehari mereka serap sehingga diperkirakan pada usia 6 tahun sudah
8000 hingga 14000 kata yang sudah dikuasai.

5 Pragmatik Usia 2 tahun berbeda dengan 6 tahun, pada usia 6 tahun mereka
sudah dapat berbicara imaginatif dan gaya bicara lebih sopan dengan
orang dewasa.

Dikutip dari Ralph Waldo dalam Santrock (2007:355)

Menurut Early Learning Goals 1999 dalam di dengar dengan kepercayaan dan
Masitoh tujuan pengembangan bahasa pada pengawasan dan bagaimana memperlihatkan
usia awal dijabarkan sebagai berikut: (a) kesadaran pada pendengar; (l) mendengarkan
menyenangi mendengarkan /menyimak dan dan berkata, ciri dan suara akhir dalam kata-
menggunakan bahasa lisan dan lebih siap dalam kata; (m) menyesuaikan suara dan huruf,
bermain dan belajarnya; (b) menyelidiki dan memberi nama , mengarahkan huruf-huruf
mencoba dengan suara-suara, kata-kata dan teks; dalam alphabeth; (n) membaca kata-kata umum
(c) mendengarkan dengan kesenangan dan yang sudah dikenal dan kalimat sederhana; (o)
merespon ceritera, lagu, irama, dan sajak-sajak mengetahui bahwa cetakan itu memiliki arti
daan memperbaiki sendiri ceritera, lagu, musik contoh dalam bahasa inggris membaca dari kiri
dan irama; (d) menggunakan bahasa untuk ke kanan dari atas ke bawah; (p) menunjukkan
menciptakan, melukiskan kembali peran dan pemahaman dari unsur-unsur buku seperti
pengalaman; (e) Menggunakan pembicaraan, karakternya urutan kajian dan pembahasan; (q)
untuk mengorganisasi, mengurutkan, berpikir mencoba menulis untuk berbagai pilihan; (r)
jelas, idea, perasaan dan kejadian-kejadian; (f) menulis nama sendiri dan benda-benda lain
mendukung mendengarkan dengan penuh seperti sebagai label dan kata-kata di bawah
perhatian; (g) merespon terhadap apa yang gambar dan mulai dari bentuk kalimat
mereka dengar dengan komentar pertanyaan sederhana, kadang-kadang menggunakan tanda
dan perbuatan yang relevan; (h) interaksi baca; (s) menggunakan pengetahuan huruf
dengan orang lain, merundingkan rencana dan untuk menulis kata-kata sederhana dan
kegiatan dan menunggu giliran dalam mencoba dengan kata-kata yang lebih kompleks;
percakapan; (i) memperluas kosa kata mereka, dan (t) memegang pinsil dan menggunakan
meneliti arti dan suara dari kata-kata baru; (j) secara lebih efektif untuk membentuk huruf yang
mengatakan kembali ceritera-ceritera dalam dapat dikenal.
urutan yang benar, menggambarkan pola bahasa Pengembangan bahasa untuk anak TK
pada ceritera; (k). berbicara lebih jelas dan dapat dikutip dari Depdiknas dalam Masitoh (2000)

72 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

ada sembilan prinsip pembelajaran seperti: (1) seperti: ujaran biasanya dipelajari melalui
sesuaikan dengan tema kegiatan dan menyimak atau meniru (pemodelan), kata-kata
lingkungan terdekat; (2) pembelajaran harus yang dipelajari anak biasanya dipengaruhi oleh
berorienatasi pada kemampuan yang hendak kondisi lingkungan budaya. Semakin banyak
dicapai sesuai potensi anak; (3) tumbuhkan anak melakukan kegiatan menyimak maka
kebebasan dalam mengungkapkan pikiran dan kualitas berbicara anak akan menjadi lebih baik.
perasaan dikaitkan dalam spontanitas; (4) Hal penting yang harus diperhatikan
diberikan alternatif pikiran dalam mengung- seorang anak kecil belajar berbicara adalah (a)
kapkan isi hatinya; (5) komunikasi guru dan persiapan fisik untuk berbicara artinya
anak akrab dan menyenangkan; (6) guru tergantung dari kematangan otot untuk berbicara
menguasai pengembangan bahasa; (7) guru seperti langit-langit mulut datar, saluran suara
harus bersikap normatif, model, contoh ,dll; (b) kesiapan mental untuk berbicara
penggunaan bahasa yang baik dan benar; (8) bergantung pada kematangan otak anak; (c)
bahan pembelajaran membantu pengembangan model yang baik untuk ditiru yaitu kondisi
kemampuan dasar anak ; dan (9) tidak meng- lingkungan ketika mendengar TV, perintah or-
gunakan huruf satu-satu secara formal. ang tua, dll; (d) kesempatan untuk berpraktek
Peran pendidik (orang tua, guru, dan orang artinya diberi kesempatan untuk berceloteh
dewasa lain) sangat diperlukan dalam upaya walaupun salah; (e) motivasi akan melemah jika
pengembangan potensi anak empat - enam orang tua mencoba untuk terus memahami
tahun. Upaya pengembangan tersebut harus bahasa isyarat dan tangisan anak ; dan (f)
dilakukan melalui kegiatan bermain sambil bimbingan dengan cara menyediakan model
belajar atau belajar seraya bermain. Dengan yang baik dan mengatakan kata dengan
bermain anak memiliki kesempatan untuk perlahan dan jelas.
bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan Kosa kata yang dikuasai oleh anak-anak
perasaan, berkreasi, belajar secara menyenang- pada usia dini antara lain: (a) kata benda yaitu
kan. Selain itu bermain membantu anak menge- kata pertama yang dikuasai oleh anak bersuku
nal dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. kata satu (celoteh mereka) ; (b) kata kerja adalah
tahap berikutnya belajar melukiskan tindakan
a. Keterampilan berbahasa (ambil...; pegang ...) ; (c) kata sifat mulai muncul
1) Aspek berbicara dan mendengarkan dari usia satu setengah tahun seperti baik, buruk,
(menyimak) bagus, jelek, nakal, baik... ; (d) kata keterangan
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan mulai muncul bersamaan dengan kata sifat
komunikasi dua arah yang langsung antara seperti di sana, di sini ; dan (e) kata perangai
berbicara dan menyimak terdapat hubungan erat atau kata ganti akan muncul paling akhir karena

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 73


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

bingung untuk menggunakan kata “ku, nya , dan anak perempuan juga dalam kelompoknya
kami dan mereka”. bisa jadi menjadi bahasa rahasia dalam bentuk
Untuk lebih jelasnya mengenai tugas isyarat.
perkembangan bahasa pada aspek berbicara Orang tua yang baik akan peduli pada
untuk anak usia dini dipaparkan dalam tabel 7. perkembangan bahasa bayi dan anak pada awal
Kosa kata khusus yang dikuasai oleh anak- masa ini. Naomi Baron dalam Santrock (2007:
anak pada masa ini antara lain: (a) kosa kata 376) memberikan ide untuk menolong para
warna mulai dikenal anak usia empat tahun orang tua mendukung perkembangan bahasa
tergantung pada minat dan kesempatan mereka anak untuk bayi sebagai berikut: (1) menjadil
untuk belajar ; (b) jumlah kosa kata berdasarkan teman bicara yang aktif, (2) berbicara seolah-olah
usia lima tahun diharapkan dapat menghitung bayi memahami apa yang dikatkan agar anak
tiga objek, usia enam tahun diharapkan dapat dapat menyesuaikan diri, (3) mempergunakan
memahami bilangan seperti menghitung jumlah gaya bahasa yang nyaman, (4) menjadi
(lima, sembilan...) ; (c) kosa kata waktu seperti pendengar yang baik, (5) menganggap orang tua
pagi, siang, hujan, panas sekitar enam atau tujuh mengerti apa yang diucapkan oleh anak , serta
tahun ; (d) kosa kata uang dikenal oleh anak 6) tidak membandingkan jenis kelamin atau
pada usia empat atau lima tahun dengan melihat kemampuan berbicara anak dengan lainnya.
ukuran dan warna ; dan (e) kosa kata ucapan Bentuk-bentuk perilaku anak yang men-
populer muncul usia empat sampai delapan dapat gangguan untuk aspek-aspek keteram-
tahun biasanya anak lelaki punya istilah sendiri pilan bahasa adalah sebagai pada tabel 8.

Tabel 8: Bentuk-bentuk Perilaku Anak yang Mendapat Gangguan untuk


Aspek-Aspek Keterampilan Bahasa

No Perilaku Keterangan

1. Disleksia Gangguan perkembangan membaca karena ada kelainan atau hambatan


perk pada belahan otak sebelah kiri (berbicara,verbal dan bahasa
manusia). Hal ini disebabkan oleh kemampaun orientasi ruang si anak
yang tidak berkembang dengan baik. (membedakan kanan, kiri, bawah,
atas) sehingga dia tidak salah membunyikan huruf p,d, b atau palu
dibaca pula) bila gejala ini muncul saat belajar membaca dan menulis
belum menunjukkan gejala disleksia. Bahkan tidak bisa membedakan
arah kiri dan kanan. Hal ini perlu latihan.

2. Gagap Bentuk kelainan bicara yang ditandai dengan tersendatnya pengucapan


kata-kata. Misalnya tiba-tiba anak tidak dapat mengungkapkan kata-kata
perlu waktu lama dan disertai kejang otot leher dan diagfragma yang
disebabkan oleh tidak sempurnanya koordinasi otot bicara. Hal ini
karena genetik, ganagguan alat pendengaran dan syaraf, tuntutan
orangtua te rlalu tinggi untuk bisa bicara saat 2-3 tahun sehingga
digembeleng terus sehingga anak tertekan dan cemas ada 3 jenis gagap
yaitu gagap perkembangan pada usia 2-4 tahun , gagap sementara pada
usia 6-8 tahun kaena adaptasi mental dengan lingkungan, gagap menetap
pada usia 3-8 tahun. Gugup bisa berkembang menjadi gagap hal ini akan
berpengaruh pada pola pikir anak, prestasi di sekolah. Oleh karena itu
perlu diberi pelajaran tambahan, dengarkan keluhan anak, beri motivasi
untuk terus mau belajar, beri kesempatan anak untuk mau bergaul
dengan teman.

74 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

No Perilaku Keterangan

3. Clutering Keahlian anak untuk bicara karena belum ada ide dalam pikirannya. Hal
ini karena kurangnya koordinasi anatara ide dan pengucapan terjadi
karena keterlambatan kontrol motorik dan perkembangan kemampuan
bicara anak yang lambat. Ciri-ciri clutering seperti: bicara terburu-buru,
beberapa kata sering tertukar, perilakunya sering terburu-buru
melakukan aktivitas, tidak ada sinkronisasi dalam penggunaan bagian
tubuh kanan dan kiri, kondisi anak stres dan tegang. Penanganannya
melalui: melatih anak dengan bicara tempo lambat dan disertai latihan
pernafasan perut, ciptakan suasana santai dan menyenangkan, beri
pujian.

4 Komuni- Pertukaran pikiran dan perasaan. Dapat dilakukan dengan berbagai cara:
k as i gerakan tubuh, ekspresi wajah, bahasa secara lisan dan tulisan. Anak
menggunakan bentuk bahasa yang mempunyai arti bagi orang yang
diajak bicara baik secara verbal maupun non, misalnya anak menunjuk
botol sambil mengucapkan tol. Atau ibu melarang sambil menggelengkan
kepala sambil telunjuknya bergoyang sambil mengucapkan tidak boleh.
Anak dibawah usia 18 buan dipersiakan secara mental dan otot bicara
untuk memasuki komunikasi bicara.

5 Menangis Cara awal bayi untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Arti


tangisan bayi kuat, lemah, lama atau sebentarnya mempunyai arti.
Melalui tangisan dia bisa mengkomunikan rasa sakit, ingin sesuatu, ingin
di temani, dll.

6 Omong Kata-kata yang diucapkan untuk tidak sepantasnya diucapkan karena


jorok tidak sopan. Penyebabnya karena ingin menarik perhatian, untuk
membuat orang dewasa terkejut, untuk meredakan ketegangan, ingin
dianggap orang dewasa, agar diterima oleh kempoknya. Pencegahannya
dengan cara memberikan contoh yang baik, memberikan anak
kesempatan mengekspresikan perasaannya, ajak berdiskusi.
Penangangannya melalui cara sbb: jangan pedulikan apa yang telah
diucapkan, berlagak bodoh dengan bertanya artinya, menunjukkan
empati pada anak yang frustasi, memberi hukuman atau pujian dan
tunjukkan ketidaksetujuan dengan ekspresi wajah.

7 Mengoceh Bayi pada minggu ke-6 sudah dapat mengeluarkan suara kesenangan
atau kepuasan. Suara itu berasal dari gerakan alat suara. Tergantung pula
pada rongga mulut. Rangkaian satu huruf dan konsonan misalnya da,
ma, pa.. lalu kombinasi menjadi satu rangkaian ma-ma-ma, da-da-da...
lalu menjadi serangkaian kata seperti mama, papa, dada.

Sumber: Majalah Ayah Bunda "Perkembangan Anak", (2002).

2). Aspek membaca dan menulis Masitoh). Memulai membaca sejak usia dini
Membaca adalah menerjemahkan simbol (huruf) merupakan sesuatu yang sangat penting bagi
ke dalam suara yang dikombinasikan dengan anak usia pra sekolah, karena usia satu sampai
kata-kata. Kata-kata tersebut disusun sehingga lima tahun dikenal sebagai sesuatu yang paling
kita dapat belajar memahaminya dan kita dapat penting dalam perkembangan anak. Tentunya
membaca catatan (Lee Tze Peng, 1844 dalam berbeda dengan membaca di SD. Kegiatan di TK

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 75


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

dirancang untuk mempersiapkan membaca dari keluarga yang hangat atmosfernya maka
pada mengajar anak membaca. Anak usia dini anak lebih termotivasi membaca daripada
yang menyukai gambar atau huruf sejak awal anak yang mengalami brokenhome. Apabila
perkembangannya akan mempunyai keinginan fasilitas membaca disediakan untuk
membaca lebih besar karena mereka tahu membaca maka anak tersebut akan lebih
membaca dapat membuka pintu baru dan baik kemampuan membacanya daripada
yang tidak ada fasilitas membaca di rumah.
menyenangkan bagi mereka.
Terdapat hubungan erat antara membaca
Perilaku kesiapan membaca dapat
dan menulis ketika anak memperlihatkan
diperlihatkan sebagai (a) rasa ingin tahu yang
kegiatannya dalam menulis kegiatan membaca
besar tentang benda-benda di dalam lingkungan,
akan meningkat. Menulis memerlukan
manusia, proses dan sebagainya; (b) mampu kemampuan motorik halus, koordinasi mata
untuk menerjemahkan atau membaca gambar dengan tangan anak memegang peralatan
dengan mengidentifikasikan dan menggam- menulis, cara dasar penulisan persepsi huruf
barkan; (c) menyeluruh dalam pembelajaran dan bahasa cetak .
anak; (d) melalui kemampuan berkomunikasi Anak mulai menulis dimulai dengan
dengan bahasa percakapan khususnya kalimat; kegiatan mencorat coret (scribbing) sekitar usia 2
(e) memiliki kemampuan untuk membedakan tahun atau 3 tahun. Keahlian motorik mereka
persamaan dan perbedaan dalam dan suara berkembang sedemikian rupa sehingga mereka
secara cukup baik untuk mencocokan satu kata mulai sanggup menulis huruf-huruf pada masa
dengan yang lainnya; (f) keinginan untuk belajar awal kanak-kanak (Santrock : 2007: 365). Pada
membaca; (g) memiliki kematangan emosional usia 4 tahun mereka sudah dapat menuliskan
yang cukup untuk dapat konsentrasi dan terus nama depan nama mereka. Pada usia 5 tahun
menerus dalam satu tugas; (h) memiliki percaya dapat menuliskan kembali huruf-huruf yang
diri dan stabilitas emosi; dan (h) mempunyai mereka lihat dan menirukan menuliskan
banyak pengalaman yang menyenangkan beberapa kata yang pendek. Mereka lambat laun
dengan membaca. (bahan bacaan untuk akan mampu membedakan ciri khas dari huruf
membaca dini harus sesuai dengan bahas dan seperti huruf V, S, T, ...
pengalaman anak). Kegiatan anak ketika mereka mencoba
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemam- teknik menulis menggunakan lekuk-lekuk dan
puan membaca pada anak usia dini antara lain . garis sebagai huruf, meniru tulisan atau meniru
a). Fisiologis yaitu meliputi kesehatan fisik, huruf-huruf yang dapat dikenal, menulis nama
jenis kelamin dan otak. Misalnya, perlu sendiri, menulis beberapa kata atau frase pendek,
diperiksa mata anak sebelum mereka akan menulis frase atau kalimat bervariasi. Menulis
memulai kegiatan membaca permulaan. dapat dilakukan anak dengan berbagai cara
Atau kadang-kadang anak belum matang seperti menggambar, tulisan cakar ayam, bentuk
untuk mengucapkan perbedaan bunyi yang mirip dengan huruf, ejaan konvensional
bahasa dan mendengar kemiripan huruf b, yang ditulis sendiri. Anak usia prasekolah harus
p, d. memiliki pengetahuan tentang segi-segi grafis
b). Intelektual adalah kemampuan untuk dari cetak sebelum menerima pembelajaran for-
bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir mal membaca dan menulis. Mereka harus
rasional dan berbuat efektif terehadap memiliki pengertian dari hubungan antara
lingkungan. IQ baik untuk mempengaruhi simbol tulisan dan suara bahasa kata.
membaca permulaan. Kemampuan menulis anak akan berangsur-
c). Lingkungan dapat membentuk pribadi, angsur bersamaan dengan munculnya bahasa
sikap dan nilai-nilai serta kemampuan lisan. Oleh karena itu kita sebagai guru atau
bahasa anak. Seperti latar belakang anak pembimbingnya harus memahami dan
dan pengalaman anak di rumah dan sosial menerima tulisan anak usia prasekolah sebagai
ekonomi sangat mempengaruhi kemam- alat komunikasi dan memahami apa yang
puan membaca juga. Bila anak dalam diharapkan anak melalui tulisannya, karena

76 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

anak TK belum sebagaimana halnya tulisan berbahasa anak melalui pemahaman huruf,
dengan bentuk-bentuk huruf yang jelas seperti bunyi dengan konsonan dalam posisinya sebuah
tulisan kita. kata. Sayangnya ini belum diakui sebagai
Menurut Brown 1990 dalam Masitoh, ada komunikasi yang sesungguhnya. Pembaca dapat
empat tahap dalam menulis yaitu pre communi- memahaminya apabila anak membaca apa yang
cative writing, semphonic writing, phonic writing, telah dituliskan. Phonic writing, anak mulai
dan trantitional writing. Pre communicative writ- mengeja bunyi kata menutur struktur katadan
ing, anak belajar bahwa huruf-huruf itu trantitional writing, periode transisi di mana anak
membantu kata-kata untuk keperluan berkomu- mulai mengikuti aturan-aturan bagi standar
nikasi. Anak memperhatikan orang tua atau ejaan. Setelah itu anak mulai mendemons-
saudara-saudaranya membaca dan menulis trasikan pengetahuannya tentang ketatabaha-
sekalipun anak belum menghubungkan huruf saan dan standar ejaan.
dan bunyi. Anak tetap saja menulis sekalipun Tahapan perkembangan bahasa dapat
orang tua menganggapnya main-main. Sempho- dilihat berdasarkan usia anak adalah seperti
nic writing, dengan membayangkan kemampuan terlihat dalam tabel 9.

Tabel 9: Bentuk-bentuk Perilaku Anak yang Mendapat Gangguan untuk


Aspek-Aspek Keterampilan Bahasa

T ah a- Rentang
Deskripsi
p an Usia

0 Mulai Anak-anak menguasai prasayarat membaca. Banyak anak mempelajari


lahir gerak membaca kiri-kanan dan tatanan membaca, bagaimana
hingga mengidentifikasi huruf-huruf dan alpabeth serta bagaimana menulis
u si a 1 nama mereka. Banyak anak belajar membaca kata-kata yang muncul di
tahun rambu jalan. Sebagai akibat dari acara TV dan program prasekolah dan
TK, banyak anak belia telah memiliki kemampuan membaca pada usia
lebih awal daripada masa lampau.

1. Tingkat Pada tingkat ini, anak mulai belajar membaca. Dengan melakukannya
1 d an 2 mereka juga memperoleh kemampuan membunyikan kata-kata
menerjemahkan huruf menjadi bunyi dan mencampur bunyi menjadi
kata). Mereka juga melengkapi pembelajaran mereka dengan nama dan
bunyi huruf.

2. Tingkat Anak menjadi lancar dalam mengulang tiap kata dan keahlian membaca
2 d an 3 yang lain. Akan tetapi, pada tahapan ini membaca belum digunakan
secara efektif dalam pembelajaran. Tuntutan membaca dakan menguras
stamina anak-anak pada tahapan ini sehingga mereka umumnya
kelelahan sebelum mampu menyerap intisari bacaan.

3. Tingkat 4 Pada tingkat 4 hingga 8 anak menjadi lebih mampu memperoleh


hingga 8 informasi dari media cetak. Dengan kata lain, mereka membaca untuk
belajar. Mereka masih mengalami kesulitan memahami intonasi yang
ditampilkan dari beragam sudut pandang dalam satu cerita. Ketika anak
tidak belajar membaca, anak cenderung mengalami kesulitan serius
dalam berbagai mata pelajaran.

4. SMA Banyak siswa menjadi pembaca-pembaca yang sangat kompeten. Mereka


mengembangkan kemampuan untuk memahami materi yang
ditampilkan dari berbagai sudut pandang. Hal ini memupuk mereka
mendiskusikan literatur, sejarah, ekonomi, dan politik.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 77


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

3. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan tematik dan


Proses pembelajaran harus diarahkan untuk beranjak dari tema yang menarik minat anak; (i)
mengembangkan kecakapan hidup. Pengem- pemilihan tema dalam kegiatan pembelajaran
bangan konsep kecakapan hidup didasarkan hendaknya dikembangkan dari hal-hal yang
atas pembiasaan-pembiasaan yang memiliki paling dekat dengan anak, sederhana, serta
tujuan untuk mengembangkan kemampuan menarik minat anak; (j) proses pembelajaran
menolong diri sendiri. yang kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh
Pembelajaran berorientasi pada prinsip- pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang
prinsip perkembangan anak usia prasekolah dan menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak,
sekolah awal kelas 1-2 SD yaitu: (a) anak belajar memotivasi anak untuk berpikir kritis dan
dengan baik apabila kebutuhan fisiknya menemukan hal-hal baru; dan (k) lingkungan
terpenuhi serta merasakan aman dan tentram pembelajaran harus diciptakan sedemikian
secara psikologis; (b) siklus belajar anak selalu menarik dan menyenangkan sehingga anak
berulang. (c) Anak belajar melalui interaksi selalu betah dalam lingkungan sekolah baik di
sosial dengan orang dewasa dan anak-anak dalam maupun di luar ruangan.
lainnya; (d) minat dan keingintahuan anak akan Beberapa metode yang dapat digunakan
memotivasi belajarnya; (e) perkembangan dan untuk mengajar pada anak usia dini dan awal
belajar anak harus memperhatikan perbedaan kelas SD seperti: (a) metode bercerita; (b) metode
individu; (f) kegiatan pembelajaran pada anak bercakap-cakap; (c) metode tanya jawab ; (d)
harus senantiasa berorientasi kepada kebutu- metode pemberian tugas; (e) metode karya
han anak; (g) bermain merupakan pendekatan wisata; (f) metode demonstrasi ; (g) metode
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sosiodrama ; (h) metode eksperimen ; (i) metode
pada anak usia TK dan kelas awal SD; (h) bermain peran ; dan (j) metode proyek. Dalam
kegiatan pembelajaran hendaknya dirancang tabel 10 akan dipaparkan setiap metode.

Tabel 10: Metode Pembelajaran untuk Anak Usia Dini

Metode Keterangan Tujuan Kegiatan

Bercerita Cara bertutur kata Melatih daya tangkap anak. Bercerita tanpa alat peraga.
d an Melatih daya pikir . Bercerita dengan alat peraga
menyampaikan Melatih daya konsentrasi (tiruan, gambar atau nyata) .
cerita atau Membantu perkembangan Membacakan cerita Sandiwara
memberikan imajinasi anak . boneka
penjelasan kepada Menciptakan suasana
anak secara lisan. menyenangkan dan akrab.

Bercakap-- Suatu cara Mengembangkan kecakapan dan Bercakap-cakap bebas .


cakap(c ir- penyampaian keberanian anak dalam Bercakap menurut pokok
c le time) bahan menyampaikan pendapatnya bahasan
pengembangan kepada orang lain .
yang dilaksanakan Memberi kesempatan kpd anak
melalui bercakap- untuk berekpresi secara lisan.
cakap dalam Mengembangkan daya pikir anak
bentuk tanya jawab secara lisan.
antara guru dan Memperbaiki lafal dan ucapan .
anak (diskusi) Menambah pembendaharaan kosa
kata

78 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Metode Keterangan Tujuan Kegiatan

Tanya Dilaksanakan Mengetahui pengetahuan awal Saat bercerita .


Jawab dengan memberi dan pengalaman anak sudah Saat bercakap-cakap .
pertanyaan-pertan- sampai di mana . Saat melakukan ekspreimen .
yaan yang dapat Memberikan kesempatan kepada Saat karya wisata.
memberikan rang- anak untuk bertanya mengenai hal Saat demonstrasi
sangan agar anak yang belum dipahami .
aktif untuk Membangkitkan perhatian dan
berpikir. semangat belajar anak pada saat
Melalui pertanyaan suasana kelas lesu Mendorong
anak berusaha keberanian anak untuk
untuk memahami mengemukakan pendapatnya.
dan menemukan
jawabannya

Pemberi- Memberi kesem- Melatih keterampilan dan kemam- Melalui kegiatan menyanyi .
an T u g as patan kepada anak puan anak misalnya menggambar, Melalui kegiatan mengucapkan
untuk melaksana- meronce, melompat, mengurutkan s y ai r .
kan tugas yang bilangan, menyebutkan benda,dll Melalui kegiatan praktik
telah disiapkan langsung (Kegiatan ini
oleh guru diberikan secara berulang dan
TK: tugas yang di- bertahap)
berikan dikerjakan
di kelas secara in-
dividu /kelompok.
SD: tugas yang
dikerjakan di
rumah atau di luar
s e k o l ah

Karya Guru mengajak Melihat dan mengenal secara Mengunjungi museum


Wisata anak untuk langsung lingkungan atau objek Mengunjungi cagar alam .
mengunjungi yang dikunjungi secara langsung. Mengunjungi kebun binatang
secara langsung Menambah pembendaharaan Mengunjungi kantor pos
objek-objek sesuai bahasa dan kecerdasan anak Mengunjungi pasar.
dengan bahan Memancing anak untuk dapat Mengunjungi rumah sakit
pengembangan dan menjawab pertanyaan guru (perlu diperhitungkan biaya,
kemampuan yang tentang apa yang dilihat, didengar transportasi, keselamatan, dan
sedang di bahas di atau dirabanya . waktu perjalanan)
kelas yang tidak Memperoleh informasi melalaui
dapat langsung percakapan , tanya jawab atau
diamati oleh anak penjelasan dari tempat yang
dikunjungi.
Memupuk rasa kerjasama anak

Demonst- Mempertunjukkan Memperlihatkan kepada semua Kegiatan motorik kasar seperti


rasi atau anak tentang kejadian atau pe- melompat, melempar bola ,
memperagakan ristiwa, agar anak memiliki pema- berjingkat , meniup balon,
suatu objek/proses haman/pengertian dari sang mengoles roti dengan mentega.
dari suatu kejadian diperagakan/didemonstrasikan Kegiatan motorik halus seperti:
atau persitiwa. menggunting, melipat,
menempel, mencampur warna,
menanam biji

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 79


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Metode Keterangan Tujuan Kegiatan

Sosiodra- Cara memainkan Mengembangkan kemampuan Dramatisasi bebas (atas


ma peran dalam suatu berekpresi untuk menghayati keinginannya sendiri dan
cerita tertentu yang perasaannya. dengan caranya sendiri)
menuntut integrasi Memberi kesempatan anak untuk Dramatisasi terpimpin (atas
antara pemeran mengekpresikan diri melalui bimbingan guru dan guru
lainnya, umumnya pemodelan tokoh . sudah menyiapkan cerita yang
ceritanya di ambil Memberi kesempatan untuk akan diperankan oleh anak
dari kehidupan bergantian berbicara lisan waktunya ± 15 menit)
sehari-hari yang Membangkitkan rasa percaya diri,
dekat dengan anak kreatifitas, dan partisipasi anak

Eksperi Melakukan sesuatu Melatih anak untuk mencari Kegiatan seperti menimbang
men percobaan dengan jawaban dengan usaha sendiri benda, menanam biji, membuat
cara mengamati berdasarkan fakta/data yang sirup, mengoles roti dengan
proses dan hasil benar. selai, memelihara ikan
percobaan itu. Memberikan pengalaman
(metode langsung kepada anak tenatng
demonstrasi , proses terjadinya sesuatu
pemberian tugas Membuktikan suatu teori melalui
dan eksperimen pengamatan langsung anak agar
sangat berkaitan) bermakna

Bermain Memerankan tokoh Melatih daya tangkap serta daya Kegiatan seperti bermain peran
Peran atau benda di konsentrasi anak. menjadi : dokter-dokteran,
sekitar anak Melatih anak berbicara lancar. polisi-polisian, guru-guruan,
dengan Melatih membuat kesimpulan. tukang sayur, sopir, dll
menggunakan Melatih perkembangan intelegensi
sarana atau dan imajinasi anak.
prasarana yang ada Menciptakan suasana
menyenangkan

Proyek Memberikan ke- Membangun rasa keterikatan Kergiatan seperti: anak diajak
sempatan kepada anak. untuk mengamati pertumbuhan
anak untuk meng- Mengembangkan konsep yang dari biji hingga tanaman.
gunakan alam seki- dipelajari seperti mengamati, Anak diajak untuk memlihara
tar dan kegiatan mengukur, mengelompokkan, hewan kesayangan .
sehari-hari anak mengkomunikasikan, Anak diajak untuk memelihara
sebagai bahan menyimpulkan . mainan kesayangan
pembahasan Memotivasi rasa ingin tahu anak
melalui berbagai dan bersikap jujur
kegiatan

4. Tahapan Membelajarkan Baca dan Tulis menemukan /mencari jejak berupa gambar,
Permulaan bermain kartu bergambar, memperkenalkan
a. Latihan membaca permulaan untuk anak bentuk tulisan melalui gambar, membaca
TK tulisan bergambar.
1). Belajar membaca tanpa buku 2). Belajar membaca dengan menggunakan
Awali KBM yang dapat merangsang dan buku
menggali pengalaman anak (sapaan, Perkenalkan cara membaca buku dari arah
nyanyian, permainan). Pilihlah variasi kiri ke kanan dan membalikkan halaman
kegiatan seperti : menunjukkan gambar, buku dari arah depan ke belakang. Bila

80 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

yakin semua anak sudah mengenal huruf (1). Perlihatkan beberapa gambar, anak
dengan baik maka sebaiknya belajar diminta menyebutkan gambar-
membaca dengan menggunakan buku. gambar tersebut.
Untuk anak TK B sebaiknya menggunakan (2). Perlihatkan beberapa kartu (huruf,
buku yang helai halamannya tebal agar suku kata/kata), anak diminta
tidak mudah robek bila anak membuka dan untuk menempelkan di bawah
membalikkan kertas. gambar
(3). Satu – dua gambar dipilih siswa
b. Latihan Membaca Permulaan untuk anak untuk bahan diskusi dan stimulus
SD kelas 1-2 untuk membuat bacaan bersama.
1). Belajar membaca tanpa buku Melalui tanya jawab dan bimbing-
Awali KBM yang dapat merangsang dan an guru, diharapkan anak dapat
menggali pengalaman anak (sapaan, membuat bacaan bersama.
percakapan, nyanyian atau demonstrasi). (4). Membaca bacaan melalui kegiatan
Pilihlah variasi kegiatan seperti : menun- secara berkelompok atau kegiatan
jukkan gambar, menemukan gambar, anak anak secara perorangan.
bercerita dengan bahasa sendiri, memper- d). Pengenalan huruf
kenalkan bentuk tulisan melalui gambar, Pengenalan huruf diarahkan pada
membaca tulisan bergambar, memperkenal- pengenalan bentuk tulisan serta pela-
kan huruf, suku kata, kalimat. falan yang benar. Untuk melatih indera
2). Belajar membaca menggunakan buku anak dalam mengenal dan membeda-
a) Membaca buku pelajaran ( Paket ) bedakan bentuk gambar atau tulisan.
(1).Beri kesempatan pada anak untuk isi (1). Guru menunjukkan gambar seorang
buku terutama gambarnya. anak laki-laki dan perempuan.
(2).Beri penjelasan singkat tentang buku (2). Memperkenalkan namanya sambil
tersebut misalnya : warna, jilid, menunjuk tulisan di bawah gambar.
tulisan, dsb. (3). Proses tanya jawab secara berulang-
(3).Beri penjelasan cara membuka hala- ulang dan menghafal bentuk
man buku agar buku tidak rusak. tulisannya.
(4).Beri penjelasan tentang fungsi dan (4). Guru memindahkan dan
kegunaan angka-angka yang menuliskan kedua bentuk tulisan di
menunjukkan halaman buku. papan tulis dan siswa diminta
(5).Anak diajak untuk memusatkan untuk memperhatikan.
perhatian pada salah satu teks yang (5). Guru menulis secara perlahan-
terdapat pada halaman tertentu. lahan dan anak diminta untuk
(6).Jika bacaan itu disertai gambar, memperhatikan gerakan-gerakan
sebaiknya terlebih dulu guru tangan serta contoh pengucapan
bercerita tentang gambar. dari tulisan yang sudah ditulis guru.
(7).Kemudian pembelajaran membaca (6). Setiap tulisan dianalisis dan
dimulai. disintesis kembali.
b). Membaca buku dan majalah anak yang (7). Kegiatan ini dilakukan berulang-
sudah terpilih. ulang bersamaan dengan pembel-
Pertimbangkan taraf kemampuan anak, ajaran membaca permulaan.
asas kebermaknaan, kebermanfaatan,
kemenarikan, dan kemudahan pemero- c). Latihan menulis permulaan untuk TK
lehan, untuk menumbuhkan minat baca 1). Latihan menggunakan pensil dan duduk
anak. dengan sikap dan posisi yang benar.
c). Membaca bacaan susunan bersama 2). Latihan gerak tangan, mula-mula melatih
guru- anak gerakan tangan di udara dengan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 81


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

telunjuk sendiri atau dengan bantuan 4. Latihan menghubungkan tanda titik


alat seperti: pensil kemudian yang membentuk tulisan.
dilanjutkan dengan latihan di buku 5. Latihan menarik garis atau lengkung
latihan disertai kegiatan cerita. diawali dengan cerita dari guru seperti:
Misalnya : membuat lingkaran cerita (bola) (balon) (matahari)
tentang telur,dsb.
3). Latihan meraba dengan jari pada sebuah
huruf yang dibuat dari sebuah amplas
(kertas kasar) dengan ukuran besar. 6. Latihan menatap bentuk tulisan (untuk
4) Latihan mengeblat yaitu menirukan atau mengkoordinasi antara mata, ingatan,
menebalkan suatu tulisan dengan me- dan jemari anak untuk menulis sehing-
nindas tulisan huruf yang sudah ada. ga anak dapat menyimpan bentuk-
5). Latihan menghubungkan tanda titik yang kata/huruf dalam benaknya dan
membentuk tulisan huruf. memindahkannya ke jari jemari tangan.
6). Latihan mewarnai sebuah huruf. 7. Latihan menyalin, latihan ini hendak-
7). Latihan menyalin, latihan ini hendaknya nya diberikan setelah dipastikan anak
diberikan setelah dipastikan anak mengenal huruf dengan baik. Untuk
mengenal huruf dengan baik (menggu- anak kelas 1 SD semester 1 menulis lepas
nakan buku kotak yang ukuran kotak- dahulu selanjutnya semester 2 anak
nya lebih besar daripada ukuran kotak belajar menulis tegak bersambung.
yang biasa digunakan anak SD kelas 1) 8. Latihan menulis tegak bersambung
8). Latihan menatap bentuk tulisan (untuk gunakan buku bergaris khusus untuk
mengkoordinasi antara mata, ingatan, menulis tegak bersambung (untuk
dan jemari anak untuk menulis pemula gunakan garis tiga yang
sehingga anak dapat menyimpan ukurannya besar sekitar ±5 mm).
bentuk kata/huruf dalam benaknya dan 9. Latihan dikte/imla dimaksudkan agar
memindahkannya ke jari jemari tangan. siswa terlatih untuk mengkoordinasi-
Pinsil yang digunakan untuk usia 4-6 kan antara ucapan, pendengaran,
tahun adalah ukuran diameternya lebih ingatan, dan jari-jari ketika menulis.
besar daripada yang ukuran diameter 10. Latihan memberi tanda baca seperti
pinsil umumnya dan bentuk permuka- titik, koma, tanya tanya dan tanda seru
annya berbentuk segitiga bukan untuk kalimat yang ditulis sejak awal.
lingkaran yang pada umumnya ada. Pinsil yang digunakan untuk usia 6-7
Ukuran kotak yang digunakan ( ±8 mm tahun sebaiknya pinsil yang ukuran
untuk TK A dan ±6 mm untuk TK B). diameternya lebih besar dari umumnya
besar dan bentuk permukaan segitiga.
d. Latihan menulis permulaan untuk anak Anak usia 8 tahun bila ingin menulis
SD kelas awal (1-2) dengan pinsil yang dijual umumnya
1. Latihan menggunakan pensil dan duduk mereka sudah dapat menggunakannya.
dengan sikap dan posisi yang benar. Buku kotak digunakan saat anak kelas
2. Latihan gerak tangan, mula-mula melatih 1 semester 1 awal masuk 1 bulan) seba-
gerakan tangan di udara dengan telun- gai penyesuaian menggu-nakan buku
juk sendiri atau dengan bantuan alat kotak yang digunakan anak saat di TK
seperti: pensil kemudian dilanjutkan B untuk belajar huruf lepas setelah 1
dengan latihan di buku latihan disertai bulan anak sudah dapat menggunakan
kegiatan cerita. Misalnya : membuat buku kotak yang ukurannya lebih kecil.
lingkaran cerita tentang telur,dsb. Saat anak kelas 1 semester 2 anak belajar
3. Latihan mengeblat yaitu menirukan menulis tegak bersambung mengguna-
atau menebalkan suatu tulisan dengan kan buku tegak bersambung yang jarak-
menindas tulisan yang sudah ada. nya lebih besar dari umumnya (±2mm).

82 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Contoh pertanyaan yang berkaitan dengan


Kesimpulan dan Saran alat/bahan sebagai berikut: (a) Apakah alat
peraga yang dipakai merangsang anak
Kesimpulan untuk bercakap-cakap?; (b) Apakah pokok
Cara membelajarkan baca tulis permulaan
ceritera yang dibicarakan menarik minat
sebagai berikut. Pertama, menggunakan alat
anak?; (c) Apakah ceritera yang disajikan
peraga (gambar, benda nyata) dan metode
sesuai dengan daya tangkap anak?; (d)
variasi. Kedua, bernyanyi sesuai dengan kata
Apakah boneka yang digunakan cukup
yang sedang dipelajari dan didiktekan namun
besar untuk dapat dilihat oleh semua anak
harus hati-hati misalnya dalam nyanyian naik
pada di kelas?; (e) serta Apakah syair atau
delman lalu yang didiktekan sado. Anak akan
puisi yang diberikan sesuai dengan daya
bingung. Ketiga, berusaha untuk menciptakan
tangkap anak?
kelas bersih dan nyaman. Keempat, mengajar
3. Penilaian terhadap diri sendiri
dengan penuh semangat diikuti volume suara
Guru perlu merefleksi apa yang sudah
tinggi. Kelima, pemperhatikan kesulitan dan
dilakukan pada anak dalam kegiatan belajar
kesalahan menulis anak secara individu
mengajar, agar proses belajar mengajar
misalnya kata sepeda anak menulis sepedah,
dapat lebih baik. Beberapa contoh perta-
maka guru harus mengomentari sejak awal.
nyaan untuk menilai kinerja sendiri:
Keenam, menggunakan metode pembelajaran
misalnya: (a) Apakah guru cukup menye-
menarik minat anak daripada menggunakan
diakan alat/bahan untuk kegiatan yang
metode ejaan yang membuat anak bosan. Ketujuh,
akan diselenggarakan?; (b) Apakah guru
setelah menulis kata atau kalimat maka
cukup memberi kesempatan untuk bereks-
sebaiknya anak membacakan berulang-ulang
presi?; (c) Apakah guru dengan sadar
kata atau kalimat yang ditulis. Kedelapan, jangan
memasukkan unsur pendidikan intelektual,
terlalu fokus pada hasil penulisan anak (produk)
perkembangan anak dan minat ke dalam
sehingga saat proses anak menulis terabaikan
kegiatan kemampuan berbahasa?; dan (d)
karena guru sibuk memberi nilai produk.
Apakah ada jenis bentuk kegiatan yang
Kesembilan, fasilitas untuk baca dan tulis perlu
tidak disenangi anak?
disesuaikan dengan perkembangan anak seperti
ukuran dan bentuk pinsil, ukuran kotak dan
garis tiga, dll. Daftar Pustaka

Saran Ahmad, Kasina. (2003). Pelaksanaan pembelajaran


Beberapa komponen yang harus diperhatikan terpadu bahasa Indonesia di Kelas III SD.
oleh guru adalah: Jurnal penelitian : Teknodik
1. Respon anak Ambary, Abdulla. (1986). Intisari tatabahasa Indo-
Respon anak dapat kita deteksi dengan nesia. Bandung: Jatnika
mencoba menjawab pertanyaan sebagai Depdiknas. (1997). Metodik khusus pengembangan
berikut: (a) Pada waktu kegiatan bermain kemampuan bahasa di TK. Jakarta: Proyek
bebas apakah anak-anak berbicara dengan Peningkatan Mutu TK Jakarta
temannya?; (b) Bagaimana sikap anak pada Depdiknas. (1997). Metodik umum di TK. Jakarta:
waktu kegiatan berlangsung?; (c) Apakah Proyek Peningkatan Mutu TK Jakarta
anak tersebut ikut terlibat dalam kegiatan Depdiknas. (2004). Kurikulum berbasis kompetensi
bercakap-cakap (aspek berbicara)?; (d) untuk jenjang TK. Jakarta: Pusat
Apakah sudah terlihat minat terhadap buku Kurikulum
sebagai akibat dari pembacaan ceritera Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan
kepada mereka? Pelajaran untuk jenjang SD. Jakarta:
2. Kesesuaian alat/bahan Pusat Kurikulum
Taman kanak-kanak tidak akan lepas dari Dwijawiyata. (1970). Cakap membaca dan menulis.
alat dan bahan untuk bermain seraya belajar. Yogyakarta: Kanisius

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 83


Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Dyson, Anna and Genishi, Celia. (1993). Hand- Tandiono. 1984. Berlatih gerakan menulis untuk
book of research on the education of young anak-anak. Semarang: Mandira: Jilid 2
children. New York : Macmillan Publish- Tarigan, Henry. (1985). Membaca sebagai suatu
ing company keterampilan berbahasa. Bandung:
Gunarsa, Singgih. (1990). Dasar dan teori Angkasa
perkembangan anak. Jakarta: BPK Gunung Tarigan, Henry. (1985). Menyimak sebagai suatu
Mulia keterampilan berbahasa. Bandung:
Guru BPK PENABUR. (2000). Laporan hasil Angkasa
pendidikan di LPGTK Tadika Puri. Tarjo, Enday, dkk. (2004). Pendidikan seni rupa
Bandung: BPK dan kerajinan. Bahan ajar bagi
Haditono, Siti Rahayu. (1985). Psikologi mahasiswa PGDS/PGTK dan guru SD/
perkembangan. UGM: Yogyakarta TK. Bandung: Fakultas Pendidikan
Hurlock, Elisabeth. (1988). Perkembangan anak. Bahasa danSeni rupa
Jilid I. Edisi ke-6.Jakarta: Erlangga Tim Editor.(2002). Majalah Ayahbundaseri
Karli, Hilda. (2003). Head hand heart dalam KBK . perkembangan anak. Jakarta: Gramedia
Bandung: BMI Tim Editor.2007). Seri Nakita Mainan dan
Masitoh. (2003). Model pembelajaran bahasa Permainan. Majalah. Jakarta: Gramedia
berdasarkan pendekatan bahasa menyeluruh Tim PGSD FIP UNJ dan Unesco. (2007). Kasus-
(whole language approach) di TK. kasus dalam pembelajaran bahasa Indoensia
Bandung: Tesis UPI: PPS di Kelas Awal SD. Jakarta: Unesco
Santrock, John. (2007). Perkembangan anak. Jilid I. Tim PGSD. (2007). Kasus dalam pembelajaran bahasa
Edisi ke-11. Jakarta: Erlangga. Indonesia di kelas awal SD. Jakarta: Unesco
Semiawan, Conny. (1999). Perkembangan dan Wuryani, Sri Esti. (2002). Psikologi pendidikan.
belajar peserta didik. Jakarta: Depdikbud Jakarta: Grasindo

84 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Penerapan Metode Suluk dalam Pembelajaran Puisi
Opini

Penerapan Metode Suluk dalam Pembelajaran Puisi

Petrus Trimantara*)

Abstrak
embelajaran puisi banyak menghadapi hambatan, baik bagi siswa maupun guru. Metode

P pembelajaran puisi yang tepat sangat diperlukan agar siswa dapat dengan mudah
menikmati dan mengapresiasi puisi. Tulisan ini membahas bagaimana, metode suluk dapat
digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran puisi. Bunyi, irama, dan rima dianggap
sebagai faktor berpengaruh dalam menentukan hasil belajar puisi. Secara sistematis disajikan
rancangan pembelajaran pusi dengan menggunakan metode suluk. Atas dasar pengalaman dan
analisis dalam meggunakan metode ini, disarankan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru
dalam menerapkan metode ini secara kreatif fan menyenangkan.

Kata-kata kunci: metode suluk, puisi, bunyi, irama, rima

Abstract
The teachers and students often face some difficulties in teaching-learning potery. The instructional methods
applied fail to encourage the students to learn and appreciate poetry. This article discusses how suluk method
can be used as an alternative method to learn poetry. It discusses how this method can motivate the students
learn poetry and make them easy understand and appreciate a poem. Voice, rhytm. and rima (voice having the
same sound) are identified as important factors to reach the learning objectives. The discussion is completed
with an instructional model of suluk model in teaching poetry and some suggestions are provided to assist the
teachers to implement the teachers.

Keywords: suluk method, poetry, voice, rhytm, rhyme.

tahkan. Begitu banyak fakta yang mencengang-


Pendahuluan kan dan membuat kita sangat yakin bahwa bakat
mempunyai peran yang sangat besar dalam
Karya sastra lahir dari sebuah bakat. Bakat keberhasilan hidup seseorang. Keyakinan pada
merupakan kepandaian yang dibawa dari lahir. besarnya peran bakat dalam keberhasilan hidup
Banyak seniman besar yang sama sekali tidak seseorang tidaklah salah. Dalam dunia
memiliki latar belakang pendidikan seni. pendidikan, kita masih sering bahkan bisa
Bahkan, ada seniman yang pernah dianggap dikatakan selalu dihadapkan pada penguta-
tidak layak duduk di kelas seni atau sekolah seni. maan peran bakat. Misalnya, para siswa
Namun demikian, bakat tetap membawa mereka diharuskan menjalani tes bakat dan minat
menjadi seniman besar dengan karya-karyanya sebelum menentukan jurusan. Di sisi lain,
yang melegenda. sekolah sudah memiliki daftar kriteria untuk
Kenyataan bahwa manusia lahir dengan penentuan jurusan dan para siswa juga sudah
bakat-bakat tertentu memang tidak terban- memiliki acuan nilai untuk penentuan jurusan

*) Guru SMAK 2 BPK PENABUR Bandung

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 85


Penerapan Metode Suluk dalam Pembelajaran Puisi

sesuai dengan kriteria yang ditetapkan sekolah. tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, siswa
Sebuah kebijakan ambivalen yang terus dibimbing memasuki sastra atau puisi secara
berlangsung dan seakan telah mentradisi di asyik, nikmat, dan gembira. Puisi dalam
lingkungan pendidikan kita. pembelajarannya ibarat sepotong kue. Siswa
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah harus dapat menikmatinya dengan rasa senang.
bagaimanakah dengan puisi? Bagaimanakah Dengan demikian, pendekatan yang digunakan
seorang guru harus menyelenggarakan pembel- dalam pembelajaran puisi berbeda dengan
ajaran puisi bagi siswa yang kurang berbakat pendekatan yang digunakan dalam pembel-
dan kurang berminat pada puisi? Metode apa ajaran materi yang lain. Pendekatan pembel-
yang dapat digunakan agar pembelajaran puisi ajaran puisi bukanlah pendekatan keilmuan
menarik? Ini sebuah pertanyaan yang sederhana melainkan pendekatan yang memung-kinkan
namun menuntut jawaban yang sangat siswa mempunyai kebebasan dalam meng-
kompleks. apreasiasi dan mengekspresikan sebuah puisi.
Kedua, siswa membaca langsung karya
Permasalahan dalam Pembelajaran sastra. Dalam pembelajaran puisi setiap siswa
Puisi harus diberi kesempatan untuk membacakan
puisi di depan kelas. Dengan membaca secara
Dalam konteks pembelajaran sastra Indonesia, langsung, siswa akan merasakan sendiri
pembelajaran puisi sering menimbulkan banyak keindahan, kesedihan, atau bahkan kebahagiaan
kesulitan, baik bagi guru maupun siswa. yang terkandung dalam puisi yang dibacanya.
Sebagian guru cenderung menghindari pembel- Siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
ajaran puisi karena merasa kesulitan untuk mengekspresikan diri sebagai bentuk apresiasi
pembelajarannya. Keyakinan pada besarnya siswa terhadap puisi.
peran bakat terlalu mendominasi. Ditambah lagi, Ketiga, kelas harus diselenggarakan secara
keyakinan ini juga mereka aplikasikan pada diri menyenangkan sehingga tidak terasa jadi beban,
mereka sendiri. Hasilnya adalah keyakinan baik bagi siswa maupun guru. Pembelajaran
bahwa guru kurang berbakat dalam pembel- puisi bersifat rekreatif. Suasana kepenatan,
ajaran puisi dan kebanyakan siswa pun kejenuhan, kebosanan, rutinitas, dan beban
demikian sehingga tidak ada gunanya tugas yang dialami siswa sehari-hari harus
pembelajaran puisi dilaksanakan. dihilangkan. Dengan demikian, pembelajaran
Di kalangan siswa, pembelajaran puisi puisi harus dilakukan dalam suasana menye-
menjadi tidak menarik karena tiga alasan. nangkan.
Pertama, adanya anggapan bahwa pembelajaran Keempat, ketika membicarakan karya sastra,
puisi tidak ada gunanya. Kehidupan yang serba khususnya puisi, beraneka ragam tafsir harus
praktis membuat orang cenderung mengarahkan dihargai. Pada dasarnya sebuah puisi
diri pada sesuatu yang mempunyai nilai guna merupakan kumpulan simbol-simbol. Karena
material. Sesuatu yang dicari adalah yang bisa itu, Puisi bersifat multi interpretable. Artinya,
memberikan hasil yang bisa dinilai dengan sebuah puisi mempunyai tafsir makna yang
materi. Kedua, adanya penilaian bahwa berbeda-beda. Dengan demikian, guru harus
mempelajari puisi hanya akan menghasilkan menghargai setiap penafsiran yang disampaikan
“kebingungan”. Puisi menjadi sesuatu yang oleh siswa karena tidak ada kebenaran mutlak
menyulitkan dengan bahasa yang padat, sim- terhadap tafsir puisi.
bolis, hiperbola, dan yang lainnya lagi. Ketiga, Kelima, pengetahuan tentang sastra, baik
siswa menganggap puisi sebagai beban tugas teori, definisi, maupun sejarah tidak menjadi
untuk mengisi nilai rapor(Rahmanto,1988: 44). bahan utama dalam pembelajaran sastra, cukup
Untuk itu, diperlukan cara pandang/ tersambil saja sebagai informasi sekunder ketika
paradigma baru dalam pembelajaran sastra, membicarakan karya sastra. Pembelajaran puisi
dalam hal ini puisi. Setidaknya ada enam harus berhubungan langsung dengan puisi
paradigma baru dalam pembelajaran sastra/ bukan teori puisi. Pengetahuan tentang teori
puisi (Ismail, 2003: 24). Keenam paradigma baru puisi bersifat komplemen saja. Fokus utama

86 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Penerapan Metode Suluk dalam Pembelajaran Puisi

pembelajaran puisi adalah puisi itu sendiri. Bahkan, Rahmanto (1988: 15) memaparkan
Dalam pembahasan puisi, teori puisi dapat bahwa pembelajaran sastra atau puisi perlu
disertakan secara sekilas saja. Dengan demikian, dilakukan karena pembelajaran sastra atau
siswa tidak dibebani untuk menghapal teori- puisi mempunyai 4 manfaat. Pertama, pembel-
teori puisi. ajaran sastra atau puisi dapat membantu
Keenam, pembelajaran sastra mestinya keterampilan berbahasa siswa. Kedua,
menyemaikan nilai-nilai positif pada batin pembelajaran sastra atau puisi dapat mening-
siswa, yang membekalinya menghadapi katkan pengetahuan budaya. Ketiga, pembel-
kenyataan kehidupan masa kini yang keras di ajaran sastra atau puisi dapat mengembangkan
masyarakat. Puisi merupakan ekspresi jiwa atau cipta dan rasa siswa. Keempat, pembelajaran
batin pengarangnya. Dengan demikian, sastra atau puisi dapat menunjang pembentukan
pembelajaran puisi harus berfokus pada olah watak siswa.
rasa/batin siswa. Pemahaman yang benar akan manfaat
pembelajaran puisi seharusnya menjadi
Pentingnya Pembelajaran Puisi motivasi bagi guru untuk menyelenggarakan
pembelajaran puisi dengan baik. Guru menye-
Permasalahan pembelajaran puisi yang pelik lenggarakan pembelajaran puisi bukan dengan
tidak berarti pembelajaran puisi harus tujuan membantu siswa mampu menikmati dan
ditiadakan. Setidaknya, ada satu alasan utama menulis puisi saja melainkan demi optimalisasi
yang membuat pembelajaran puisi menjadi pengembangan kecakapan indra, kecakapan
mutlak dilaku- penalaran, keca-
kan yaitu pem- kapan afeksi, ke-
belajaran puisi cakapan sosial,
dapat membe- dan kecakapan
... pembelajaran puisi dapat
rikan peluang religi. Membantu
memberikan peluang bagi
bagi pengem- siswa bertumbuh
bangan kecakap- pengembangan kecakapan indera, menjadi manusia
an indera, pena- penalaran, afeksi, sosial, dan dewasa yang
laran, afeksi, kecakapan religi seimbang segi
sosial, dan keca- intelektual,
kapan religi. inderawi, afeksi,
Pembelajaran sosial, dan reli-
puisi yang dilakukan dengan benar dapat giusitasnya patut dijadikan tujuan yang lebih
memberikan peluang yang lebih besar bagi mendasar bagi pembelajaran puisi.
pengembangan kecakapan-kecakapan tersebut
daripada pembelajaran mata pelajaran yang Membangun Motivasi dengan
lain. Karya seni, dalam hal ini puisi, telah lama Langkah Nyata
diman-faatkan oleh para profesional mental
untuk mem-bantu anak mempelajari banyak Langkah awal yang harus ditempuh guru
keterampilan yang berhubung-an dengan EQ, adalah melepaskan diri dari dominasi atau
termasuk ber-pikir kritis dan realitis, meme- “pendewaan” peran bakat. Puisi harus lebih
cahkan masalah, dan ekspresi emosi (Shapiro, dipandang sebagai objek pembelajaran. Sebagai
1997: 326). Dengan berpuisi anak dapat objek pembelajaran, puisi dapat ditelaah dengan
mengeks-presikan diri sehingga emosi anak da-sar ilmu sas-tra. Dengan ilmu sastra, siswa
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik juga dapat memper-oleh kemampuan menulis
karena sebagaimana pendapat Daniel Goleman sebuah puisi. Apresiasi terhadap puisi dan
yang dikutip oleh Agus Nggermanto (2001: 208) ekspresi melalui puisi menjadi sarana
kecerdasan atau kesuksesan 20% ditentukan oleh optimalisasi pengembangan lima aspek
IQ dan 80% ditentukan oleh EQ. kecakapan tersebut.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 87


Penerapan Metode Suluk dalam Pembelajaran Puisi

Langkah kedua yang harus dilakukan iringan musik. Dengan demikian, metode ini
adalah mencari atau menemukan sebuah mensyaratkan adanya kemampuan siswa untuk
metode pembelajaran puisi yang bisa memupus mengubah puisi menjadi lagu dan kemampuan
permasalahan yang dihadapi siswa dalam siswa dalam bermain musik. Metode ini sangat
pembelajaran puisi. Metode yang tepat dapat menarik diterapkan dalam pembelajaran puisi
membawa siswa pada pemahaman bahwa namun sulit dilaksanakan dalam pembelajaran
pembelajaran puisi bisa memberikan kontribusi karena biasanya tidak banyak siswa yang
yang besar bagi perkembangan siswa sebagai memiliki kemampuan mengubah puisi menjadi
pribadi yang utuh. Metode yang sesuai dengan lagu dan bermain musik.
kondisi siswa dapat memperkecil/mengurangi Ketiga metode tersebut, metode deskripsi,
tingkat kesulitan yang dihadapi siswa dalam metode narasi, dan musikalisasi dapat
pembelajaran puisi. Perasaan senang yang diaplikasikan dalam pembelajaran puisi,
muncul kemudian akan menghentikan bahkan ketiga metode tersebut dapat bersinergi.
anggapan bahwa pembelajaran puisi adalah Guru dapat menuntun siswa untuk mendes-
beban tugas untuk mengisi nilai rapor. kripsikan atau menarasikan kembali sebuah
Yang muncul kemudian di benak guru puisi dengan bahasa yang denotatif dan lengkap
tentulah pertanyaan tentang metode pembel- sehingga pemahaman akan makna sebuah puisi
ajaran puisi seperti apa yang tepat dan sesuai dapat lebih mudah diperoleh.
dengan kondisi siswa. Pengertian tepat dan
sesuai dengan kondisi siswa bersifat relatif. Metode Suluk sebagai Alternatif
Ketajaman analisis guru ter-hadap kemam-puan dalam Pembelajaran Puisi
dan kondisi siswa adalah pe-nentu tepat/tidak
tepatnya sebuah metode pembel-ajaran puisi. Setiap metode pasti memiliki kelemahan. Metode
Setidaknya, ada tiga metode pembelajaran deskripsi dan metode narasi mengandaikan
puisi yang biasa digunakan. Pertama, metode siswa sudah memiliki penguasaan kosa kata
deskripsi. Dengan metode ini, siswa diminta yang cukup, termasuk pemahaman terhadap
mendeskripsikan hasil pengamatan siswa makna denotasi dan makna konotasi, gaya
terhadap sebuah gambar. Metode deskripsi ini bahasa, dan simbol-simbol yang biasa diguna-
sebenarnya lebih sesuai digunakan untuk siswa kan dalam puisi.
dengan daya imajinasi yang kurang. Siswa Kelemahan-kelemahan tersebut tentu saja
membutuhkan media yang dapat membantu menjadi masalah bagi keberhasilan sebuah
mereka agar dapat mendeskripsikan suatu objek pembelajaran puisi yang harus disikapi dengan
dengan baik. Pada tahap awal pembelajaran menggali krea-tivitas guru. Jika satu metode be-
puisi, metode ini dapat menjadi dasar lompatan lum memberikan hasil yang opti-mal, mengapa
yang baik. Kedua, metode narasi (penceritaan). tidak dilengkapi dengan metode yang lain atau
Metode narasi menghendaki siswa mampu sarana pembel-ajaran yang bisa memaksimalkan
menceritakan suatu objek yang tidak lagi terbatas hasil?
pada yang bersifat nyata, seperti pemandangan Guru dapat mengasah keterampilan siswa
alam. Siswa dapat diminta mence-ritakan sebuah dalam memahami makna konotasi, gaya bahasa,
suasana dari yang paling sederhana sampai dan simbol-simbol dengan permainan menyu-
yang kom-pleks. Media yang dapat membantu sun kata. Bagaimana menciptakan suasana
siswa adalah teks cerita pendek. Cerita pendek yang menyenangkan dalam pembel-ajaran puisi?
dapat dibuat oleh siswa dari pengalamannya Metode suluk berikut ini dapat menjadi alternatif
pribadi ma-sing-masing atau pengalaman orang penyelesaian masalah tersebut.
yang ada di sekitar siswa. Metode narasi ini Suluk adalah nyanyian (tembang) dalang
dapat menjadi pilihan tahap lanjut dalam yang dilakukan ketika akan memulai suatu
pembel-ajaran puisi. Ketiga, metode musikalisasi adegan (babak) dalam pertunjukan wayang
puisi. Hakikat metode musikalisasi adalah (KBBI, 1990: 866). Dalam hal ini, hakikat metode
mengubah (mengarasemen) puisi menjadi suluk dalam pembelajaran puisi adalah metode
sebuah lagu dan menyanyikannya dengan untuk memahami dan mengapreasiasi sebuah

88 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Penerapan Metode Suluk dalam Pembelajaran Puisi

puisi dengan cara menyanyikannya (menem- kelas XI SMA. Ada tiga tahap penerapan metode
bangkannya). Metode suluk ini lebih mudah suluk dalam pembelajaran puisi, yaitu pendahu-
diterapkan daripada metode musikalisasi karena luan, kegiatan pembelajaran, dan penutup.
dalam menyanyikan puisi, siswa tidak dituntut
menguasai musik atau memiliki kemampuan 1. Pendahuluan
mengarasemen lagu. Metode suluk memberikan a. Introduksi
kebebasan siswa berekspresi untuk menyanyi- Pada tahap ini, guru dapat memberikan contoh
kan puisi, bahkan tanpa persiapan apapun alias mengapreasiasi puisi dengan menggunakan
spontan. Dengan demikian, tidak ada beban bagi metode suluk. Penyampaian metode suluk ini
siswa untuk berekspresi. akan lebih menarik jika guru menggunakan
Metode suluk digunakan agar pembelajaran berbagai alat peraga yang mendukung. Alat
puisi menarik bagi siswa. Dengan pembelajaran peraga yang digunakan harus berkaitan erat
yang menarik, siswa akan lebih mudah dengan metode yang digunakan. Alat peraga
memahami dan mengapresiasi sebuah puisi. yang digunakan harus berhubungan dengan
Ada tiga faktor yang mempengaruhi keber- seni pedalangan. Misalnya wayang (tokoh
hasilan pembelajaran puisi dengan metode punokawan: Semar, Gareng, Petrus, Bagong),
suluk. Pertama, bunyi. Lapis pertama untuk gamelan (salah satu saja) , kepyak dan sebagai-
memahami puisi adalah lapis bunyi/sound nya. Guru juga dapat menggunakan kostum
stratum (Pradopo, dalang untuk
1993: 15). Bila menarik perha-
orang membaca tian siswa. Guru
puisi, yang ter- dapat memilih
Metode suluk memberikan
dengar adalah satu atau bebera-
rangkaian bunyi
kebebasan siswa berekspresi pa saja dari alat
yang dibatasi jeda untuk menyanyi-kan puisi, peraga tersebut.
pendek, agak pan- bahkan tanpa persiapan apapun Dengan me-
jang, dan panjang. alias spontan. Dengan demikian, dia yang diguna-
Bunyi itu bukan tidak ada beban bagi siswa untuk kan, guru dengan
hanya bunyi yang berekspresi. mudah dapat me-
tak berarti. Bunyi masukkan unsur-
sersuai dengan unsur budaya
konvensi bahasa sehingga menimbulkan arti. wayang, nilai filosofis wayang, atau bahkan
Dalam pembelajaran puisi bunyi berfungsi untuk ajaran-ajaran moral yang mulai dilupakan/
mendapatkan keindahan dan tenaga ekspresif. ditinggalkan generasi muda. Misalnya, lewat
Kedua, Irama. Irama masih mempunyai tokoh punokawan, guru dapat menyampaikan
hubungan yang erat dengan bunyi. Irama dalam nilai-nilai kejujuran, kepolosan, pengabdian,
puisi berupa pergantian naik turun, panjang keberanian, dan bahkan nilai religiusitasnya.
pendek, dan keras lembutnya bunyi. Bunyi-bunyi
yang berulang, pergantian yang teratur dan b. Model Pembelajaran
variasi-variasi bunyi yang menimbulkan gerak Guru berperan sebagai model dalam pemanfa-
hidup yang teratur. atan metode suluk. Guru melagukan/menyanyi-
Ketiga adalah rima atau persamaan bunyi. kan sepenggal suluk, misalnya suluk yang biasa
Dalam puisi persamaan bunyi berfungsi agar digunakan dalang pada saat/adegan “Goro-
puisi menjadi indah dan menarik. Goro”, yaitu saat para tokoh punokawan (Semar,
Gareng, Petrus, dan Bagong) akan muncul dalam
Penerapan Metode Suluk dalam pementasan wayang. Tentunya dalam menya-
Pembelajaran Puisi nyikan sepenggal suluk ini, guru menggunakan
seperangkat media pembelajaran yang sudah
Pembelajaran puisi dengan menggunakan disiapkan. Dalam hal ini, guru berperan sebagai
metode suluk ini telah diterapkan pada siswa dalang.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 89


Penerapan Metode Suluk dalam Pembelajaran Puisi

Contoh Suluk: Mereka memanen untuk tuan tanah


Apa tandanya ada gara-gara Yang mempunyai istana indah
Dunia bergoyang-goyang Keringat mereka menjelma menjadi emas
Halilintar bergetar bergelegar menyambar- Yang diambil oleh cukong-cukong pabrik
yambar cerutu di eropa
Lagu pilu mendayu syahdu di relung Dan bila mereka menuntut pemerataan
kalbu pendapatan,
pejabat khianat, Rakyat kiamat Para ahli ekonomi membetulkan letak dasi
Koruptor kotor makan uang kantor Dan menjawab dengan mengirimkan
Politikus rakus bikin rakyat mampus kondom.

c. Konklusi Penderitaan mengalir


Setelah menyanyikan penggalan suluk, Guru dari parit-parit wajah rakyatku
dapat menyampaikan tentang makna suluk Dari pagi sampai sore
tersebut. Guru juga dapat melakukan tanya Rakyat negri bergerak dengan lunglai
jawab pada siswa tentang suluk tersebut. Menggapai-gapai
Menoleh ke kiri, menoleh ke kanan
2. Kegiatan Pembelajaran Di dalam usaha tak menentu
a. Pembacaan Puisi Di hari senja mereka menjadi onggokan
Sedapat mungkin setiap siswa diberi kesem- sampah
patan untuk mengapresiasikan sebuah puisi Dan di malam hari mereka terpelanting ke
dengan menggunakan metode suluk seperti yang lantai
sudah dimodelkan oleh guru. Meskipun sudah Dan sukmanya berubah menjadi burung
ada model, siswa mempunyai kebebasan kondor
berekspresi sesuai dengan kemampuannya.
Contoh puisi yang harus diapresiasikan Beribu-ribu burung kondor
oleh siswa adalah Sajak Burung-Burung Kondor Berjuta-juta burung kondor
karya W.S. Rendra. Bergerak menuju ke gunung tinggi
Dan di sana mendapat hiburan dari sepi
Sajak Burung-Burung Kondor Karena hanya sepi
Karya W.S. Rendra Mampu menghisap dendam dan sakit hati

Angin gunung turun merembes ke hutan Burung-burung kondor menjerit


Lalu bertiup di atas permukaan kali yang Di dalam marah menjerit
luas Bergema di tempat-tempat yang sepi
Dan akhirnya berumah di daun-daun
tembakau Burung-burung kondor menjerit
Kemudian hatinya pilu di batu-batu gunung menjerit
Melihat jejak-jejak sedih para petani Bergema di tempat-tempat yang sepi
Buruh yang terpacak di atas tanah gembur
Namun tidak memberi kemakmuran bagi Berjuta-juta burung kondor mencakar
penduduknya. batu-batu
Mematuki batu-batu, mematuki udara
Para petani, buruh kerja Dan di kota orang-orang bersiap
Berumah di gubuk-gubuk tanpa jendela menembakinya.
Menanam bibit di tanah yang subur
Memanen hasil yang berlimpah dan b. Apresisiasi puisi lewat diskusi
makmur Untuk membahas apresiasi siswa terhadap puisi
Namun, hidup mereka sendiri sengsara. tersebut, siswa melakukan diskusi kelompok.

90 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Penerapan Metode Suluk dalam Pembelajaran Puisi

Siswa dibagi menjadi lima kelompok. Adapun


pertanyaan sebagai panduan diskusi kelompok
Kesimpulan dan Saran
adalah sebagai berikut.
1. Jelaskan tema/masalah yang diungkapkan
Kesimpulan
Keterampilan mengapresiasi dan menulis puisi
pengarang melalui puisi “Sajak Burung-
memerlukan pelatihan yang cukup dengan
Burung Kondor”!
bimbingan dari seorang guru yang berkompeten
2. Jelaskan makna “keringat mereka menjade
di bidangnya. Guru bahasa Indonenesia harus
emas” pada bait ke-3!
“berproses” untuk menjadi seorang guru yang
3. Jelaskan makna bait ke-1 puisi di atas!
berkompeten di dalam pembelajaran puisi,
4. Jelaskan makna bait ke-2 puisi di atas!
termasuk memfasilitasi pembelajaran puisi.
5. Jelaskan makna bait ke-3 puisi di atas!
Keyakinan seorang guru akan kompetensinya
6. Jelaskan makna bait ke-4 puisi di atas!
dalam menyelenggarakan pembelajaran puisi
7. Jelaskan makna bait ke-5 puisi di atas!
menjadi modal awal bagi “terjaminnya” kualitas
8. Jelaskan makna bait ke-6 puisi di atas!
pembelajaran puisi tersebut.
9. Jelaskan makna bait ke-7 puisi di atas!
Permasalahan yang muncul dalam
10. Jelaskan makna bait ke-8 puisi di atas!
pelaksanaan pembelajaran puisi seharusnya
11. Jelaskan mengapa pengarang memberi
menjadi sebuah tantangan untuk mengasah
judul puisinya “Sajak Burung-Burung
kreativitas guru. Rasanya akan terlalu naif, tidak
Kondor”!
“mengenalkan” pembelajaran puisi hanya
12. Jelaskan suasana yang tergambar dalam
karena kesulitan dalam pembelajarannya. Setiap
puisi “Sajak Burung-Burung Kondor”!
kesulitan pasti selalu ada cara untuk menga-
13. Apakah puisi tersebut masih relevan
tasinya. Perolehan manfaat dari sebuah
dengan kondisi masyarakat saat ini?
pembelajaran puisi seharusnya bisa menjadi
Jelaskan!
motivasi bagi guru dan siswa. Dalam hal ini,
14. Bagaimana penilaian Anda terhadap puisi
guru haruslah yang pertama termotivasi sebagai
“Sajak Burung-Burung Kondor”?
seorang pribadi pendidik.
15. Latar belakang sosial apa yang
Pemanfaatan metode suluk sebagai
menyebabkan lahirnya puisi tersebut?
alternatif menciptakan pembelajaran puisi yang
Jelaskan!
menyenangkan perlu dilakukan. Dengan
demikian pembelajaran puisi akan semakin
c. Presentasi kelompok
menarik dan diminati para siswa. Dengan
Presentasi kelompok dilakukan untuk
metode suluk, siswa terbantu untuk memahami
mengetahui pemahaman siswa akan makna
dan mengapresiasi sebuah puisi dengan mudah.
puisi. Sebaiknya, presentasi kelompok ini
dipandu langsung oleh siswa. Dalam hal ini,
guru hanya sebagai fasilitator dan pengamat
Saran
Agar pembelajaran puisi dengan metode suluk
saja.
ini dapat berlangsung dengan efektif dan
rekreatif ada beberapa hal yang perlu
3. Penutup
diperhatikan oleh guru. Pertama, guru bahasa
Guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi.
Indonesia perlu mempunyai keyakinan
Kesimpulan ini dibuat berdasarkan hasil diskusi
“mampu” melaksanakan pembelajaran puisi
siswa. Kemudian, guru memberikan tugas untuk
dengan menarik. Pembelajaran puisi tidak hanya
dikerjakan di rumah. Adapun tugas yang harus
sekadar memenuhi tuntutan kurikulum saja.
dikerjakan siswa adalah menulis puisi. Siswa
Dengan demikian, pembelajaran puisi yang
diberi kebebasan untuk mengekspresikan diri
selama ini “dianaktirikan” menjadi pembel-
dalam sebuah puisi. Dari hasil kerja siswa ini
ajaran yang menyenangkan dan mendapat
kemudian dikumpulkan dan disatukan menjadi
tempat di hati siswa. Kedua, guru harus memilih
sebuah kumpulan puisi karya siswa.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 91


Penerapan Metode Suluk dalam Pembelajaran Puisi

media puisi yang menarik dan mudah dipahami


Daftar Pustaka
siswa. Disarankan puisi yang digunakan
sebagai media pembelajaran adalah puisi-puisi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
yang berisikan cerita(balada). Ketiga, dalam
(1990). Kamus besar bahasa Indonesia.
konteks pembelajaran puisi dengan metode
Jakarta: Balai Pustaka
suluk, guru juga harus mempunyai wawasan
Ismail, Taufiq. (2003). “Agar anak bangsa tak rabun
yang luas terutama berkaitan dengan masalah-
membaca tak pincang mengarang”. Pidato
masalah sosial, moral/etika, budaya, agama,
Penganugerahan Gelar Kehormatan
dan bahkan politik. Keempat, guru harus
Doctor Honoris Causa di Bidang
menyadari bahwa nilai (angka-angka) siswa
Pendidikan Sastra, Universitas Negeri
bukanlah faktor/tujuan utama dalam pembel-
Yogyakarta, 8 Februari 2003
ajaran puisi dengan metode suluk melainkan
Nggermanto, Agus. (2001). Quantum quotien
hanya dampak ikutan saja. Oleh sebab itu, tugas-
(Kecerdasan quantum): Cara cepat melejitkan
tugas yang diberikan tidak membebani siswa.
IQ, EQ, dan SQ secara harmonis. Bandung:
Bahkan, tidak perlu ada nilai ulangan dalam
Nusa Cendekia
pembelajaran ini. Nilai siswa diperoleh dari
Pradopo, Rachmat Djoko. (1993). Pengkajian
hasil apresiasi siswa terhadap puisi.
puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Rani, Supratman Abdul. (1996). Ikthisar sastra
Indonesia. Bandung: Pustaka Setia
Rahmanto, B. 1988. Metode pengajaran sastra.
Yogyakarta: Kanisius
Shapiro, Laurence E. (1997). Mengajarkan emosional
intelligence pada anak. Jakarta: Gramedia

92 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meningkatkan Mutu Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas
Opini

Meningkatkan Mutu Pembelajaran melalui


Penelitian Tindakan Kelas

Keke Taruli Aritonang*)

Abstrak
alah satu butir penilaian sertifikasi guru dan akreditasi sekolah yaitu adanya laporan

S hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh guru. Sungguhpun sudah
mengikuti pelatihan, masih ada guru yang mengalami kesulitan melakukan PTK. Tulisan
berikut ini membahas apa yang dimaksud dengan PTK, tujuan dan manfaat PTK,
bagaimana menyusun proposal PTK, sistematika laporan PTK, dan bagaimana mengatasi kesulitan-
kesulitan yang dihadapi oleh guru, termasuk guru BPK PENABUR dalam melaksanakan PTK.
Tulisan ini dimaksudkan untuk memotivasi guru BPK PENABUR melakukan PTK sebagai upaya
meningkatkan mutu pembelajaran.

Kata-kata kunci: penelitian tindakan kelas, proposal, laporan.

Abstract
One of the evaluation aspects in teacher certification and school accreditation is the teacher’s report about
classroom action research (CAR). Although the teachers have got some trainings to do CAR, it seems a lot of
them still find hard to do it. This article discusses classroom action research thoroughly starting from problem
identification, proposal, and report of CAR. This article is expected to motivate the teachers, particularly BPK
PENABUR teachers to do CAR to improve the quality of learning process and the student’s learning achieve-
ment .
Keywords: classroom action research, proposal, report .

bidang studi yang diajarkan, (2) guru


Pendahuluan berkreativitas dalam penulisan karya ilmiah, dan
(3) guru lebih berkreasi dan berinovasi dalam
Penulis bekerja sama dengan Training Centre merencanakan, melaksanakan serta menilai
BPK PENABUR Jakarta dan Pusat Sumber proses dan hasil pembelajaran. Hasil yang
Belajar Universitas Negeri Jakarta (PSB-UNJ) diharapkan setelah pelaksanaan pelatihan PTK
telah menyelenggarakan pelatihan Penelitian tersebut, yaitu : guru dapat menyusun proposal
Tindakan Kelas (PTK) bagi guru-guru BPK PTK, guru dapat melaksanakan PTK di sekolah
PENABUR Jakarta mulai jenjang TK, SD, SMP, masing-masing, dan guru dapat menyusun
dan SMA pada tanggal 29 Oktober 2009 dan laporan hasil PTK dalam bentuk karya ilmiah
tanggal 4 Februari 2010. Tujuan diselenggara- yang nantinya dapat dimuat dalam Jurnal
kan pelatihan PTK tersebut, adalah : (1) para Pendidikan PENABUR.
guru di lingkungan sekolah BPK PENABUR Peserta Pelatihan PTK sebanyak 80 guru
Jakarta dapat melakukan PTK sesuai dengan BPK PENABUR Jakarta mulai dari jenjang TK

*) Guru SMPK 1 BPK PENABUR Jakarta

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 93


Meningkatkan Mutu Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas

sampai tingkat SMA. Ada pun perincian jumlah akan membuat pertemuan sebanyak tiga kali,
peserta pelatihan PTK pertemuan pertama guru ternyata tidak dapat dijalankan, oleh sebab
BPK PENABUR sebagai berikut. berbagai kendala yang dialami panitia maupun
Tabel 1 : Jumlah
Peserta Pelatihan PTK Tabel 2 : Jumlah Peserta Pelatihan PTK
Pertemuan Pertama Pertemuan Kedua

No. Jenjang Jumlah Jumlah Jumlah


No. Jenjang Peserta Peserta %
1. TK K 11 Pertemuan 1 Pertemuan 2

2. SDK 22 1. TK K 11 9 8 2%

3. SMPK 25 2. SDK 22 18 82%

4. SMAK 22 3. SMPK 25 14 56%

Jumlah 80 4 SMAK 22 8 36%

Jumlah 80 49 61%
Hasil kuesioner pada pertemuan
pertama pelatihan menunjukkan minat
guru PENABUR terhadap PTK sangat baik, yaitu guru peserta pelatihan. Dari 49 peserta yang telah
: (a) sebanyak 76 responden atau sebesar 95% mengikuti pelatihan kedua PTK yang seharus-
menyatakan PTK sangat bermanfaat bagi nya membuat hasil pelaksanaan PTK di sekolah
mereka, (b) sebanyak 70 responden atau sebesar masing-masing dalam bentuk laporan jadi,
87% menyatakan PTK perlu ditindaklanjutkan, hanya 13 peserta atau sebesar 16% yang
(c) sebanyak 64 responden atau sebesar 80% guru membuat laporan hasil PTK tersebut. Perincian
menyatakan akan melakukan PTK di sekolah jumlah hasil pelaksanaan PTK guru BPK
masing-masing, dan (d) sebanyak 44 responden PENABUR dalam bentuk laporan sebagai
atau sebesar 55% menyatakan bahwa PTK itu berikut.
sulit bagi mereka, kesulitan tersebut antara lain,
belum memahami apa itu PTK, pentingnya PTK, Tabel 3 : Perincian Jumlah Laporan
prinsip-prinsip PTK, bagaimana membuat pro- Hasil PTK Guru BPK PENABUR
posal dan menyusun laporan PTK, banyaknya
tugas yang diberikan sekolah, dan tidak Jumlah
No Jenjang Jumlah %
terbiasanya guru melakukan penelitian. L aporan
Pada pertemuan kedua pelatihan PTK,
1. T K K 11 5 45%
diharapkan guru telah menyusun proposal PTK
dan melaksanakan PTK di sekolah masing- 2. SDK 22 5 23%
masing. Sangat disayangkan pada pertemuan
kedua pelatihan PTK dari 80 guru yang hadir 3. SMPK 25 2 8%
pada pertemuan pertama di pertemuan kedua
4 SMAK 22 1 4%
ini yang hadir sebanyak 49 guru atau sebesar
61%. Perincian jumlah peserta pelatihan PTK Jumlah 80 13 16%
guru BPK PENABUR pertemuan kedua dapat
dilihat pada tabel 2.
Hal ini disebabkan banyaknya kendala Dalam buku Pedoman Teknis Pelaksanaan
yang dialami guru, baik itu kendala waktu, tidak Classroom Action Research (CAR), (2001), PTK
dapat hadir karena tugas lain, padatnya jam telah menjadi bagian penting dari pekerjaan
mengajar, banyaknya tugas tambahan guru dari guru karena mereka terbiasa menemukan
sekolah, dan sebagainya. Dari rencana semula masalah-masalah dalam pembelajaran yang

94 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meningkatkan Mutu Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas

dilaksanakan. Sebelumnya mereka dianggap kan minat guru BPK PENABUR agar melakukan
orang yang mempunyai masalah tetapi tidak PTK untuk mening-katkan mutu pembelajaran.
merasa, bahwa dirinya mempunyai masalah.
Menurut Koesoema (2009:172) ketika guru Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
masuk dalam kelas, guru sudah terlibat dalam Istilah PTK berasal dari Inggris yang dikenal
proses penelitian/analisis kelas. Guru dengan istilah Classroom Action Research (CAR).
mendengarkan, mengamati, membuat hipotesis, Di Indonesia disebut PTK. Menurut Suharsimi
dan menganalisis situasi kelas (kesiapan anak (2006:2) ada tiga kata yang membentuk
didik menerima pelajaran, menjelaskan di mana pengertian PTK, yaitu sebagai berikut.
proses belajar yang telah mereka lalui dan yang 1. Kata Penelitian, menunjuk pada suatu
sedang mereka pelajari, dan lain-lain). Dengan kegiatan mencermati suatu objek dengan
tindakan pengamatan di kelas ini, guru menggunakan cara dan aturan metodologi
mengharapkan ada perubahan dan perbaikan tertentu untuk memperoleh data atau infor-
dalam kualitas pembelajaran di kelas. Dengan masi yang bermanfaat dalam meningkatkan
adanya PTK guru dapat menerapkan hasil mutu suatu hal yang menarik minat dan
temuan guru lain yang setting atau konteks penting bagi peneliti.
penelitiannya mirip dengan setting kelasnya. 2. Kata Tindakan, menunjuk pada suatu gerak
Salah satu keberhasilan guru dalam kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
pembelajaran tercermin dari hasil penelitian tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk
sederhana yang dilakukan dalam rangka rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
meningkatkan kualitas professional guru, 3. Kata Kelas, menunjuk pada sekelompok
khususnya kualitas pembelajaran. Menurut siswa yang dalam waktu yang sama mene-
Suharsimi (2006:2) penelitian sederhana yang rima pelajaran yang sama dari guru yang
dapat dilaksanakan guru diutamakan dan sama.
disarankan adalah penelitian tindakan. Sebab Dengan menggabungkan batasan pengerti-
dalam penelitian tindakan terdapat kata an tiga kata inti tersebut maka dapat disimpulkan
tindakan. Artinya dalam hal ini guru melakukan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan
sesuatu, arah dan tujuan penelitian tindakan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
yang dilakukan oleh guru sudah jelas, yaitu demi tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
kepentingan peserta didik dalam memperoleh dalam sebuah kelas secara bersama. Sedangkan,
hasil belajar yang memuaskan. Penelitian Supardi (2006) menyatakan pada intinya PTK
tindakan yang dimaksud adalah PTK, karena merupakan suatu penelitian yang akar permasa-
berkaitan dengan pembelajaran dan menyang- lahannya muncul di kelas dan dirasakan
kut upaya guru dalam meningkatkan mutu langsung oleh guru yang bersangkutan.
pembelajaran. Selain itu juga, salah satu PTK termasuk penelitian kualitatif
penilaian akreditasi sekolah adalah adanya walaupun data yang dikumpulkan dapat
guru-guru bidang studi yang melaksanakan bersifat kuantitatif tetapi PTK berbeda dengan
PTK yang berkaitan dengan bidang studi yang penelitian yang bertujuan untuk menguji
diajukan. hipotesis dan membangun teori yang bersifat
Tetapi sangat disayangkan, hasil Pelatihan umum. PTK lebih bertujuan untuk memperbaiki
PTK guru-guru BPK PENABUR Jakarta yang
kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak
telah dilaksanakan belum tercapai sesuai dari
untuk digeneralisasi. Dilihat dari cakupannya,
yang telah direncanakan, tujuan yang hendak
PTK dilakukan untuk mengatasi masalah belajar
dicapai belum memuaskan, dan banyak
membelajarkan yang dihadapi siswa dan guru.
ditemukan berbagai masalah. Berdasarkan hal
Dalam buku Pedoman Teknis Pelaksanaan Class-
di atas penulis akan menguraikan apa yang
room Action Research (CAR), (2001) perbedaan
dimaksud dengan PTK, tujuan dan manfaat PTK,
antara penelitian formal dengan PTK disajikan
bagaimana menyusun proposal PTK, sistema-
dalam tabel 4.
tika laporan PTK, dan bagaimana menumbuh-

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 95


Meningkatkan Mutu Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas

Tabel 4: Perbedaan antara PTK dengan Penelitian Formal proses pembelajaran


(evaluation), dan
No Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Formal refleksi dari proses
dan hasil pembel-
1. Dilakukan oleh guru/dosen Dilakukan oleh orang luar
ajaran (reflection).
2. Kerepresentatifan sampel tidak Sampel harus representative Prinsip kedua ini
diperhatikan mengisyaratkan
agar proses dan hasil
3. Instrumen yang valid dan Instrumen harus valid dan pembelajaran dire-
reliable tidak diperhatikan reliable
kam dan dilaporkan
4. Tidak digunakan analisis Menuntut penggunaan secara sistemik dan
statistik yang rumit analisis statistik terkendali menurut
kaidah ilmiah.
5. Tidak selalu menggunakan Mempersyaratkan hipotesis 3. Kegiatan me-
hipotesis neliti merupakan
6. Memperbaiki praktik Mengembangkan teori bagian integral dari
pembelajaran secara langsung pembelajaran harus
diselenggarakan
7. Tidak memperbaiki praktik Hasil penelitian merupakan dengan tetap bersan-
pembelajaran secara langsung produk ilmu dan terutama dar pada alur dan
prosesnya kaidah ilmiah. Alur
pimikiran yang
digunakan dimulai
Berdasarkan pengertian di atas yang perlu dari masalah, pemilihan tindakan yang
dipahami guru tentang prinsip dasar PTK sesuai dengan permasalahan dan penye-
menurut Hopkins (dalam Arikunto, dkk, babnya, merumuskan hipotesis tindakan
2006:115) yaitu sebagai berikut. yang tepat, penetapan skenario tindakan,
1. Tugas guru yang utama adalah menyeleng- penetapan prosedur pengumpulan data,
garakan pembelajaran yang baik dan dan analisis data. Objektivitas, reliabilitas,
berkualitas. Untuk itu guru perlu memiliki dan validitas proses, data, dan hasil tetap
komitmen dalam mengupayakan perbaikan dipertahankan selama penelitian
dan peningkatan kualitas pembelajaran berlangsung. Prinsip ketiga ini memper-
secara terus-menerus. Guru harus syaratkan bahwa dalam menyelenggarakan
menggunakan pertimbangan dan tanggung penelitian tindakan agar tetap mengguna-
jawab profesionalnya dalam mengupaya- kan kaidah-kaidah ilmiah.
kan jalan keluar dari masalah yang 4. Masalah yang ditangani adalah masalah-
dihadapi guru dalam pembelajaran. Prinsip masalah pembelajaran yang riil merisaukan
utama ini berimplikasi pada sifat penelitian tanggung jawab professional dan komitmen
tindakan sebagai suatu cara berkelanjutan terhadap diagnosis masalah bersandar
secara siklus sampai terjadinya peningka- pada kejadian nyata yang berlangsung
tan, sistem, proses, hasil, dan sebagainya. dalam konteks pembelajaran yang sesung-
2. Meneliti merupakan bagian integral dari guhnya. Apabila pendiagnosisan masalah
pembelajaran, yang tidak menuntut berdasarkan pada kajian akademik atau
kekhususan waktu maupun metode kajian literatur semata, maka penelitian
pengumpulan data. Tahapan penelitian tersebut dipandang sudah melanggar
tindakan selaras dengan pelaksanaan prinsip keotentikan masalah. Jadi, masalah
pembelajaran, yaitu persiapan program harus didiagnosis dari kancah pembel-
(planning), pelaksanaan pembelajaran (ac- ajaran yang sesungguhnya, bukan sesuatu
tion), observasi kegiatan pembelajaran (ob- yang dibayangkan akan terjadi secara
servation), evaluasi terhadap kegiatan/ akademik.

96 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meningkatkan Mutu Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas

5. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam 1. Memperhatikan dan meningkatkan kualitas


memperbaiki dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil pembelajaran.
pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini 2. Menumbuhkembangkan budaya meneliti
penting karena upaya peningkatan kualitas bagi tenaga kependidikan agar lebih proak
pembelajaran tidak dapat dilakukan sambil tif mencari solusi akan permasalahan
lalu, tetapi menuntut perencanaan dan pembelajaran.
pelaksanaan yang sungguh-sungguh. Oleh 3. Menumbuhkan dan meningkatkan
karena itu, motivasi untuk memperbaiki produktivitas meneliti para tenaga pendidik
kualitas harus tumbuh dari dalam, bukan dan kependidikan, khususnya mencari
sesuatu yang bersifat instrumental. solusi masalah-masalah pembelajaran
6. Cakupan permasalahan penelitian 4. Meningkatkan koloborasi antartenaga
tindakan tidak seharusnya dibatasi pada pendidik dan tenaga kependidikan dalam
masalah pembelajaran di kelas, tetapi dapat memecahkan masalah pembelajaran.
diperluas pada tataran di luar kelas, (Arikunto, dkk 2006:107)
misalnya tataran sistem atau lembaga. Dengan kata lain, guru akan lebih banyak
Perspektif yang lebih luas akan memberi mendapatkan pengalaman tentang keterampilan
sumbangan lebih signifikan terhadap praktik pembelajaran secara reflektif dan bukan
upaya peningkatan kualitas pendidiakn bertujuan untuk mendapatkan ilmu baru dari
penelitian tindakan yang akan dilakukannya.
Tujuan dan Manfaat PTK Borg (dalam Arikunto, dkk 2006:107) menyebut
Maraknya Rintisan Sekolah Bertaraf Interna- secara eksplisit bahwa tujuan utama PTK ialah
sioanl (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional pengembangan keterampilan proses pembel-
baik yang dikelola oleh pemerintah maupun ajaran yang dihadapi oleh guru di kelasnya,
yayasan swasta menandakan pesatnya tuntutan bukan bertujuan untuk pencapaian pengetahu-
pendidikan yang lebih berkualitas. Akibatnya an umum dalam bidang pendidikan.
masyarakat menuntut layanan pendidikan yang Adapun manfaat yang dicapai melalui PTK
dilakukan oleh guru harus lebih meningkat. PTK berdasarkan tujuan dan hasil yang telah
merupakan salah satu cara yang strategis bagi disebutkan di atas antara lain sebagai berikut.
guru untuk meningkatkan atau memperbaiki 1. Menghasilkan laporan-laporan PTK yang
layanan pendidikan dalam konteks pembeajaran dapat dijadikan bahan panduan bagi para
di kelas. guru lainnya untuk meningkatkan kulitas
Dasar utama dilaksanakan PTK menurut Mc pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK
Niff (dalam Arikunto, 2006:106) adalah untuk yang dilaporkan dapat dijadikan sebagai
perbaikan, ketika guru dalam pembelajaran di bahan artikel ilmiah atau makalah untuk
berbagai kepentingan antara lain disajikan
kelas menemukan masalah. Guru harus
dalam forum ilmiah, diikutsertakan dalam
berusaha memecahkan masalah tersebut demi
event-event lomba penelitian karya ilmiah
untuk perbaikan dalam pembelajarannya. N. A
yang diselenggarakan oleh pemerintah
Suprawoto.com (www.goegle 20 Juni 2010)
maupun oleh yayasan BPK PENABUR, dan
menuliskan bahwa tujuan utama PTK adalah
dapat dimuat di Jurnal Pendidikan
untuk memecahkan permasalahan nyata yang
PENABUR maupun jurnal ilmiah lainnya.
terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban 2. Menumbuhkembangkan kebiasaan,
ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan budaya, meneliti dan menulis artikel ilmiah
melalui tindakan yang akan dilakukan. PTK juga di kalangan pendidik. Hal ini ikut
bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata mendukung profesionalisme dan karir
guru dalam pengembangan profesinya. Tujuan pendidik serta masuk dalam penilaian
khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai KKPP (Kepangkatan dan Kenaikan Pangkat
persoalan nyata guna memperbaiki atau mening- Pegawai) tenaga pendidik BPK PENABUR.
katkan kualitas proses pembelajaran di kelas. 3. Mewujudkan kerja sama, koloborasi, dan
Secara lebih rinci tujuan PTK sebagai berikut. atau sinergi antarpendidik dalam satu

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 97


Meningkatkan Mutu Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas

sekolah atau beberapa sekolah BPK 2. Pendahuluan


PENABUR dan sekolah di luar BPK Tujuan utama PTK adalah untuk
PENABUR untuk bersama-sama memecah- memecahkan permasalahan pembelajaran.
kan masalah dalam pembelajaran dan Bab pendahuluan ini intinya pemaparan
meningkatkan mutu pembelajaran. alasan latar belakang penelitian. Bab
4. Meningkatkan kemampuan pendidik dalam pendahuluan terdiri dari:
upaya menjabarkan kurikulum atau pro- a. Deskripsi masalah
gram pembelajaran sesuai dengan tuntutan Deskripsi berisi elaborasi dari masalah
dan konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal yang telah dipilih disertai data-data
ini turut memperkuat relevansi pembela- awal yang mendukung yaitu dari hasil
jaran bagi kebutuhan peserta didik. belajar siswa seperti, nilai ulangan,
5. Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, tugas-tugas, karya tulis dan lain seba-
kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan gainya dan yang penting itu masalah
kesenangan siswa dalam mengikuti proses proses belajar dan siswa secara umum.
pembelajaran di kelas. Di samping itu, hasil b. Rumusan masalah
belajar siswa pun dapat meningkat. Masalah hendaknya dirumuskan secara
6. Mendorong terwujudnya proses pembel- komprehensif yang menggambarkan
ajaran yang menarik, menantang, nyaman, hasil dan proses. Bentuk kalimat dapat
menyenangkan, serta melibatkan siswa berupa pernyataan, pertanyaan, atau
karena strategi, metode, teknik, dan atau gabungan antara keduanya. Contoh
media yang digunakan dalam pembelajaran merumuskan masalah secara kompre-
demikian bervariasi dan dipilih secara hensif yaitu dengan menginformasikan:
sungguh-sungguh. (N. A Suprawoto.com siapa yang terkena dampak negatifnya,
www.goegle 20 Juni 2010) siapa atau apa yang diperkirakan
sebagai penyebab masalah itu, masalah
Menyusun Proposal dan Laporan apa sebenarnya itu, siapa yang menjadi
Penelitian Tindakan Kelas tujuan perbaikan, dan apa yang akan
dilakukan untuk mengatasi hal itu.
Jika kita akan memulai melakukan PTK, hal c. Tujuan
pertama yang harus kita lakukan adalah Tuliskan tujuan dalam bentuk frase
membuat rencana. Rencana penelitian tersebut secara singkat dan jelas, sejalan dengan
dalam bentuk proposal penelitian. Pada masalah. Rumusan tujuan harus
umumnya sistematika proposal PTK adalah operasional dan dapat diukur. Tuliskan
sebagai berikut. indikator keberhasilannya sehingga
1. Judul PTK guru dapat mengecek dengan mudah
Sebelum membuat judul terlebih dahulu d. Manfaat hasil penelitian
menemukan masalah dalam pembelajaran Tuliskan secara singkat menyangkut
yang dihadapi. Sehingga dari judul tersebut berbagai fihak : siswa, guru, sekolah,
menggambarkan permasalahan yang ada pengembang kurikulum yayasan BPK
dan bagaimana cara pemecahannya. PENABUR, dan khasanah ilmu.
Umumnya di bawah judul dituliskan pula
subjudul. Subjudul ditulis untuk menam- 3. Kajian Pustaka
bahkan keterangan lebih rinci tentang Menguraikan kajian teori dan pustaka yang
populasi, misalnya di mana penelitian menumbuhkan gagasan yang mendasari
dilakukan, kapan, di kelas berapa, dan usulan rancangan penelitian tindakan.
sebagainya. Untuk menumbuhkan gagasan tersebut,
Beberapa contoh judul PTK yang telah biasanya penulis mengumpulkan buku-
dilaksanakan oleh Guru-guru BPK buku yang berhubungan dengan judul
PENABUR Jakarta hasil dari pelaksanaan penelitian yang akan dibuat. Buku tersebut
pelatihan PTK dapat di lihat pada tabel 5. dapat dipinjam di perpustakaan sekolah

98 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meningkatkan Mutu Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas

Tabel 5: Contoh Judul Laporan PTK Guru-Guru BPK PENABUR

No. Nama Peserta Sekolah Judul Laporan

1. Inge Pudjiastut TKK 11 Memperkuat Kepercayaan Diri Anak melalui


Percakapan Referensial pada Kelompok Bermain

2. Maria Inawati TK K 7 Mengenal Konsep Bilangan pada Anak Taman Kanak-


Kanak Melalui Metode Bermain Alat Manipulatif

3. Eltin John T K K 11 Meningkatkan Kedisiplinan Anak Melalui Metode


Bercerita pada Peserta Didik Kelompok

4. Maryani TK K K M Meletakkan Dasar-dasar Pengalaman Konsep


Matematika melalui Permainan Praktis di Kelompok
Bermain

5. Desty TK K K M Memacu Keberanian Anak Taman Kanak-Kanak


Wulansari A. Berkomunikasi dalam Bahasa Inggris dengan
Menggunakan Bahasa Tubuh

6. Niken SDK Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menentukan


Indraswati B e k as i Pokok Pikiran Bacaan melalui Metode Inquiri

7. Merry SDK HI Meningkatkan Pemahaman Membaca Siswa Kpada


Christine Pelajaran Matematika melalui Story Telling

8. Melanny SDK HI Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Operasi


Susanto Hitung Campuran dengan Metode Pemberian Tugas
Pekerjaaan Rumah

9. Herani SDK 1 Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis


Arundati Karangan Melalui Media Foto Aktivitas Siswa

10. Melania SDK 3 Penerapan Metode "Mind Mapping" dalam Mengerjakan


Sutarni Soal Cerita yang Menggunakan Konsep Pecahan

11. Yustina Titik SMPK 7 Meningkatkan Kemampuan Siswa Menemukan Gagasan


Purwanti Utama melalui Metode Cooperative Integrated Reading and
Composition

12. Noor Sari SMPK 5 Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa melalui


Dewi Media Artikel yang Ada di Majalah Remaja

13. Sugiharti SMAK 4 Pemanfaatan Gambar Karikatur sebagai Media


Pembelajaran Menulis Esai Siswa

BPK PENABUR tempat guru mengajar atau 4. Metodologi Penelitian


perpustakaan kompleks BPK PENABUR. Menjelaskan tentang rencana dan prosedur
Hal ini dapat mengurangi dana yang dike- penelitian yaitu :
luarkan untuk penelitian. Dapat juga mem- a. Setting penelitian
buka internet, cari situs yang berhubungan Setting atau konteks penelitian perlu
dengan masalah yang akan dibahas. diuraikan secara rinci karena penting

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 99


Meningkatkan Mutu Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas

artinya bagi guru lain yang ingin meniru observasi, skala sikap, sosiometri, dan
keberhasilan yang telah dilakukan. skala penilaian.
Guru lain tentu akan mempertim- e. Analisis dan refleksi
bangkan apakah ada kemiripan antara Jelaskan secara singkat data apa yang
setting sekolahnya dengan setting akan guru catat, bagaimana menganali-
penelitian tersebut. sisnya, perubahan apa yang guru harap-
b. Persiapan penelitian kan akan terjadi, dan bagaimana hasil
Persiapan penelitian menjelaskan analisis itu akan guru gunakan untuk
tentang berbagai input instrumental melakukan refleksi.
yang akan digunakan untuk memberi 5. Jadual Penelitian
perlakuan dalam PTK. Uraikan yang Buatlah jadual berbentuk matriks yang
berhubungan dengan PTK saja. Hal-hal menunjukkan kegiatan per bulan, meliputi :
yang berhubungan dengan RPP dan kegiatan persiapan, siklus pertama, kedua,
perangkat pembelajaran yang merupa- ketiga, dan seterusnya, penulisan laporan
kan pekerjaan pembelajaran standar tiap siklus, penulisan laporan akhir, semi-
tidak perlu ikut diuraikan. nar, dan perbaikan laporan akhir.
c. Siklus penelitian Contoh jadual kegiatan suatu PTK.
Jelaskan berapa
siklus yang akan Tabel 6: Jadual Rencana Kegiatan PTK
guru lakukan
dan berdasarkan Waktu (Minggu ke)
apa seperti, wak- No Rencana Kegiatan
tu, pokok bahas- 1 2 3 4 5 6
an, atau lainnya.
1. Persiapan
Perlu juga ditu-
liskan perlakuan Menyusun konsep pelaksanaan X
apa yang akan
guru berikan Menyepakati jadual dan tugas X
pada siklus per-
Menyusun instrument X
tama, kedua, dan
seterusnya sesuai Seminar konsep pelaksanaan X
dengan rencana
tindakan yang 2. Pelaksanaan
telah ditulis.
Menyiapkan kelas dan alat X
d. P e m b u a t a n
instrumen Melakukan tindakan siklus 1 X XX
Jelaskan data
apa saja yang
Melakukan tindakan siklus 2 XX X
guru perlukan,
apa sumber data-
nya dan instru- 3. Penyusunan Laporan
men apa saja
yang akan guru Menyusun konsep laporan X
gunakan untuk
Seminar hasil penelitian X
memperoleh data
tersebut. Contoh Perbaikan laporan X
instrumen dapat
berupa tes, Penggandaan dan pengiriman hasil X
kuesioner, lembar

100 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meningkatkan Mutu Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas

6. Sistematika Laporan PTK keseluruhan. d. Terdiri atas satu paragraf


Penyajian tulisan laporan PTK menurut dengan 150 – 200 kata. e. Dikuti dengan
Sitepu, BP (dalam Makalah PTK) ditulis kata-kata kunci isi tulisan sebanyak 3 – 5
dalam bentuk naratif dan menghindari kata. f. Ditulis dalam bahasa Indonesia dan
rincian berbentuk pointer yang disusun bahasa Inggris. g. Tidak merupakan
vertikal, tetapi bila harus menyebutkan ringkasan isi tulisan. h. Tidak terlalu rinci.
rincian, disusun secara horizontal/linear. i. Tidak memuat rumus-rumus. dan j. Tidak
Bahasa yang digunakan adalah bahasa In- terlalu singkat dan terlalu umum.
donesia yang baik dan baku dengan C. Pendahuluan
memperhatikan kaidah-kaidah penulisan Memuat unsur : a. Latar belakang masalah
ilmiah secara ketat. Panjang tulisan berkisar yang diteliti. b. Menguraikan keadaan
4.000 kata. sekarang masalah tersebut (dapat diperkuat
Secara umum format laporan akhir hasil dengan beberapa kutipan). c. Menguraikan
PTK, salah satu diantaranya sebagai berikut. tentangketerbatasan pengetahuan tentang
1. Lembar Judul Penelitian masalah itu. d. Menyebutkan alasan
2. Lembar Identitas dan Pengesahan pentingnya masalah itu diteliti. e. Memberi-
3. Abstrak kan batasan masalah. f. Menyebutkan ma-
4. Daftar Isi salah yang diteliti secara spesifik. h. Menye-
5. Daftar Tabel butkan tujuan penelitian secara jelas dan i.
6. Daftar Gambar Panjang pendahuluan sekitar 400 kata
7. Daftar Lampiran D. Kajian Pustaka
8. Pendahuluan Menguraikan teori terkait dan temuan
9. Kajian Pustaka penelitian yang relevan, yang memberi arah
10. Metode Penelitian pada pelaksanaan PTK dan usaha peneliti
11. Hasil Penelitian membangun argument teoritis bahwa
12. Pembahasan tindakan tertentu dimungkinkan dapat
13. Simpulan dan Saran meningkatkan mutu proses serta hasil
14. Daftar Pustaka pendidikan dan pembelajaran, bab ini
15. Identitas Penulis berisikan kajian teoritis, hasil penelitian
yang relevan, kerangka berpikir, dan
A. Judul hipotesis penelitian.
Judul ditulis : a. singkat, jelas, dan E. Metode Penelitian
menggambarkan isi tulisan, b. Mudah Bab ini berisikan : a. Menguraikan desain
dimengerti, c. menarik dan memotivasi penelitian: tujuan, manfaat, tempat dan
membaca isi tulisan, d. dapat dalam bentuk waktu penelitian. b. Menyebutkan jenis
pernyataan, atau pertanyaan, e. dapat penelitian, dan c. Menguraikan sumber data,
menggunakan subjudul, f. di bawah judul, teknik pengumpulan data, instrumen dan
ditulis nama penulis, g.tidak menggunakan analisis data.
kata “Penelitian tentang ...”, “Survei ....”, F. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kajian tentang ... “ , dan “Beberapa Catatan Menyajikan uraian masing-masing siklus
tentang ....”, h. tidak menggunakan dengan data lengkap, mulai dari
singkatan atau akronim, i. tidak terlalu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
umum, dan j. tidak lebih dari 14 kata. dan refleksi yang berisi penjelasan tentang
B. Abstrak aspek keberhasilan dan kelemahan yang
Pada bagian ini abstrak ditulis : a. terjadi. Perlu ditambahkan hal yang
Menggambarkan secara singkat latar mendasar, yaitu hasil perubahan
belakang, masalah, metode, hasil dan (kemajuan) pada diri siswa, lingkungan,
kesimpulan penelitian secara singkat. guru sendiri, motivasi dan aktivitas belajar,
b.Merupakan ringkasan/summary singkat. situasi kelas, dan hasil belajar. Gunakan
c. Memotivasi membaca isi tulisan secara tabel atau grafik data, hasil analisis data

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 101


Meningkatkan Mutu Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas

yang menunjukkan perubahan yang terjadi. kepada guru untuk melakukan PTK. Hal ini
Sedangkan dalam pembahasan memban- dapat membuat guru tidak tertarik untuk
dingkan kesimpulan penelitian dengan memahami dan melaksanakan PTK di
hasil penelitian lain yang sejenis, sekolah. Kesulitan di atas dapat diatasi
menguraikan implikasi praktis kesimpulan dengan cara, sebagai berikut.
penelitian, dan memberikan saran untuk a. Dalam buku program kerja guru BPK
penelitian lebih lanjut. PENABUR terdapat tugas kepala
G. Daftar Pustaka sekolah yaitu sebagai Educator, yang
1. Disusun berdasarkan sau sistem tertentu salah tugasnya ialah meningkatkan
secara konsisten. mutu pembelajaran di sekolah. Untuk
2. Menggunakan kepustakaan yang melaksanakan tugas tersebut salah
semutakhir mungkin. satunya kepala sekolah dapat mengajak
3. Hanya mencantumkan kepustakaan kerjasama para gurunya untuk
yang terkait langsung dengan penelitian. bersama-sama melaksanakan PTK.
4. Sumber dari internet dicantumkan Kepala sekolah dapat membuat jadual
dengan menyebutkan nama/kode atau rencana masing-masing gurunya
website secara lengkap, judul tulisan dan untuk melakukan PTK. Pada saat guru
penulisnya, dan tanggal dakses. melaksanakan PTK di kelas kepala
H. Identitas Penulis sekolah dapat memantau jalannya PTK,
1. Nama lengkap dan gelar. memberikan masukan dan dimasukkan
2. Tempat dan tanggal lahir. dalam penilaian prestasi kerja guru.
3. Pekerjaan. Dengan adanya perhatian dari kepala
4. Hasil penelitian/tulisan ilmiah yang sekolah akan hal ini, guru termotivasi
pernah diterbitkan dan prestasi. untuk melaksanakan PTK. Perhatian
dari kepala sekolah terhadap guru
Kesulitan-Kesulitan yang dialami sangat penting untuk meningkatkan
dalam Melakukan PTK profesionalisme serta kinerja guru dan
tenaga kependidikan lain di sekolah
Sebanyak 44 responden atau sebesar 55% (Mulyasa, 2007:234). Perhatian kepala
menyatakan bahwa PTK itu sulit bagi mereka, sekolah dalam meningkatkan profesio-
kesulitan tersebut antara lain, belum memahami nalisme guru dapat dilakukan melalui
apa itu PTK, pentingnya PTK, prinsip-prinsip kerjasama melaksanakan PTK.
PTK, bagaimana membuat proposal dan b. Guru dapat memulai mencoba melaku-
menyusun laporan PTK, banyaknya tugas yang kan PTK, walaupun sama sekali belum
diberikan sekolah, dan tidak terbiasa guru paham akan PTK. Menurut Koesoema
melakukan penelitian. Untuk menumbuhkan (2009:173), bahwa PTK itu sesungguh-
minat guru BPK PENABUR agar dapat nya merupakan bagian esensial dari
melakukan PTK, kesulitan-kesulitan yang kinerjanya sebagai guru. Dengan
dialami oleh guru harus dicari terlebih dahulu memulai mencoba melakukan PTK pada
bagaimana penyelesaiannya. akhirnya guru akan bertanya, mencari,
1. Guru belum memahami apa itu PTK, dan membaca hal-hal yang berhubung-
pentingnya PTK, prinsip-prinsip PTK, an dengan PTK.
bagaimana membuat proposal dan c. Mengikuti seminar, lokakarya, atau
menyusun laporan PTK. pelatihan yang berhubungan dengan
Tidak hanya guru saja yang belum paham PTK, baik yang diadakan oleh yayasan
akan hal PTK, tetapi juga kepala sekolah di BPK PENABUR sendiri atau dari Depar-
lingkungan yayasan BPK PENABUR Jakarta temen Pendidikan Nasional. Menurut
belum memahami pentingnya PTK bagi Natawidjaja (dalam Mulyasa, 2007:233),
peningkatan mutu pembelajaran. Sehingga perbaikan kualitas kompetensi profesi-
kepala sekolah tidak pernah memberi saran onal guru dan tenaga kependidikan

102 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meningkatkan Mutu Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas

lainnya dapat dilakukan melalui dua diperlukan kultur kolaborasi dan


jalur, yaitu pendidikan dalam jabatan kerjasama antarguru bidang studi yang
dan pendidikan prajabatan. Pening- sama. KKG BPK PENABUR menja-di
katan kompetensi guru melalui pendi- wadah untuk pelaksanaan PTK.
dikan dalam jabatan dapat dilakukan 2. Banyaknya tugas yang diberikan sekolah
melalui penataran, lokakarya, atau semi- kepada guru
nar yang berkenaan dengan tugas Dalam buku program kerja guru BPK
utama guru di sekolah. Dalam hal ini PENABUR Jakarta, tugas guru bidang studi,
sekolah BPK PENABUR dalam agenda yaitu bertanggung jawab atas : pada proses
kerjanya setiap tahun ada program kegiatan belajar mengajar di kelas dengan
pembinaan bagi guru-gurunya, untuk efektif dan inovatif, ketertiban siswa pada
itu kepala-kepala sekolah BPK waktu KBM, adminstrasi guru setiap semes-
PENABUR diharapkan dapat mengun- ter sesuai dengan jadwal pengumpulan
dang para pakar dibidang PTK untuk seperti: KTSP dan SK, program tahunan dan
melatih para guru dalam program semester, program ulangan, program materi
pembinaan tersebut. dan tugas, silabus, RPP, KKM, agenda guru
Dalam hal ini sudah dilakukan dan daftar nilai, buku pegangan siswa dan
pelatihan PTK pada tanggal 29 Oktober guru, kumpulan soal, dan modul bila perlu,
2009 dan 4 Februari 2010, tetapi hasilnya penilaian hasil belajar siswa (soal dan
belum memuaskan. Setelah diberi pela- kriteria/rubrik), memasukkan nilai ke
tihan dari 80 guru, yang melaksa-nakan komputer sesuai waktu yang ditetapkan,
PTK hanya 13 guru. Hal ini terlihat dari dan bertanggung jawab atas remedial dan
pengumpulan laporan hasil PTK. pengayaan. Jika guru menjadi wali kelas
d. Musyawarah guru matapelajaran maka tugas tambahannya adalah sebagai
(MGMP) dan kelompok kerja guru (KKG). berikut : memahami siswa dan karakter
MGMP dan KKG merupakan dua mereka dari kelas yang diasuhnya, meng-
wadah yang dapat meningkatkan profe- atur tempat duduk siswa di kelas dan
sionalisme dan kinerja guru. Dalam membuat denah kelas, memelihara inven-
MGMP dan KKG, para guru dapat taris kelas, menyusun regu kerja harian,
saling bertukar pikiran dan saling menyusun jaringan telekomunikasi kelas,
membantu memecahkan masalah yang mengadakan komunikasi dengan orang tua
dihadapi, bahkan dapat saling belajar dalam rangka pembinaan siswa dan
dan membelajarkan. Melalui MGMP, mencatatnya di buku komunikasi kelas,
diharapkan persoalan dapat diatasi, membantu bendahara dalam pengumpulan
termasuk bagaimana mensiasati pembayaran uang sekolah dan uang lain-
kompetensi yang diuraikan dalam nya, mengisi, membagi rapor dan mengisi
kurikulum dan mencari alternatif ledger, bekerja sama dengan guru BK dan
guru agama dan wakasis untuk membina
pembelajaran yang tepat serta menemu-
budi pekerti siswa kelasnya, membantu
kan berbagai variasi metode dan variasi
siswa memecahkan masalahnya, meme-
media untuk meningkatkan kualitas
riksa dan menindaklanjuti keterlam-batan
pembelajaran (Mulyasa, 2007:236). siswa, mencatat absen siswa di buku
Melalui KKG bidang studi guru BPK absensi, memeriksa dan menandatangani
PENABUR, guru dapat mendiskusikan buku agenda siswa secara berkala, membuat
masalah-masalah yang dihadapi dalam daftar pembagian tugas 9K dan mengawasi
kelasnya dan bagaimana cara mengata- pelaksanaannya, memeriksa kas kelas
sinya. Melalui temuan-temuan masalah bersama pengurus kelas, memantau pelak-
dalam diskusi tersebut, guru dapat sanaan upacara bendera dan kebaktian,
mulai merencanakan PTK, setelah itu membuat tata tertib kelas, dan memeriksa
kembali mendiskusikannya pada saat pengisian buku jurnal kelas, dan
KKG berikutnya. Agar PTK itu berhasil sebagainya.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 103


Meningkatkan Mutu Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas

Selain itu dalam program kerja sehingga guru yang bekerja sampai sore
kesiswaan (OSIS) guru juga dilibatkan dianggap biasa dan tidak ada tambahan
menjadi koordinator yaitu: kebaktian siswa, sebagai lembur.
kebaktian natal, kebaktian paskah, retreat, Dengan adanya tugas di atas yang
upacara bendera, lomba kerapihan dan diberikan sekolah kepada guru semakin
kebersihan kelas, peringatan hari Kartini, membuat guru tidak mampu lagi
hari guru, pramuka, dewan galang, jambo- menyisihkan waktu untuk mengembangkan
ree, Razia kelas, karyawisata, kerapihan diri. Jika guru diminta untuk memberikan
berpakaian, HUT RI, berbagai kompetensi diri terus-menerus, tanpa menerima sesuatu
IPA, Matematika, bahasa Inggris, MOS, dari kegiatan memberi tersebut, guru akan
PMR, bakti sosial Paskah, bakti sosial Na- menjadi kurus kering secara propesional,
tal, mengisi madding sekolah, bulletin sebab apa yang ada dalam dirinya dikuras
sekolah, buku tahunan, LDK OSIS terus-menerus sementara dalam dirinya
PENABUR, pelepasan siswa, pameran hasil sendiri tidak ada masukan yang memper-
keterampilan dan seni, bazaar, kompetensi kaya kinerja propesional guru. Hal inilah
olahraga dan seni, mengisi paduan suara yang paling dominan bagi guru BPK
HUT BPK PENABUR, mengisi padus PENABUR sehingga tidak mempunyai
gabungan di instansi pemerintah/swasta, minat untuk melakukan PTK.
pentas seni, dan open school. Bagaimana cara mengatasi masalah di
Segunung tugas lainnya yang berkaitan atas? Penulis hanya dapat berharap
dengan kegiatan mengajar, yaitu hadir perlunya kebijakan dari sekolah dan
dalam berbagai rapat kenaikan, kelulusan, yayasan untuk mengurangi tugas-tugas di
pertemuan perwalian, komunikasi dengan atas atau perlunya memanajemen tugas
orang tua siswa, membuat soal-soal dengan baik. Perlu diketahui juga oleh guru
ulangan, mempersiapkan materi mengajar, bahwa PTK tidak mengorbankan proses
dan lain-lain, guru masih memiliki pembelajaran, justru akan dapat meningkat-
tanggung jawab lain di luar jam mengajar, kan kualitas proses dan produk pembel-
seperti mendampingi ekstrakurikuler, ajarannya. PTK tidak harus membebani
menjadi panitia penerimaan siswa, panitia pekerjaan guru dalam kesehariannya. Jika
UTS dan UUB semester ganjil, panitia UTS dilakukan secara kolaboratif yang bertujuan
dan UUB semester genap, panitia try out UN memperbaiki proses pembelajaran tidak
dan US, pra UN, panitia UN dan US, ujian akan mempengaruhi materi pelajaran dan
praktek, panitia penjualan buku dan sudah harus dirancang dan dipersiapkan
seragam, pengurus koperasi, training, IAYP, dengan rinci serta matang, maka tidak terlalu
live in, menghadiri kelompok guru mata banyak menghabiskan waktu. Oleh karena
pelajaran, tingkat sekolah maupun rayon, itu guru BPK PENABUR tidak perlu takut
mempersiapkan, melatih, dan mendampingi terganggu dalam mencapai target kuriku-
siswa mengikuti berbagai perlombaan, lumnya jika akan melaksanakan PTK.
mempromosikan sekolah, dan membuat 3. Guru belum terbiasa melakukan
berbagai laporan pertanggungjawaban penelitian
setelah selesai berbagai kegiatan sesuai Koesoema, (2009:172) menyatakan bahwa
tugas yang diberikan. tindakan melakukan riset dan penelitian
Menurut Koesoema, (2009:43), beban masih terasa asing di telinga guru. Jika guru
kerja akan semakin meningkat ketika mendengar istilah riset dan penelitian,
sekolah berada dalam proses akreditasi. spontan yang guru bayangkan adalah para
Karena sistem manajemen yang tidak bagus, professor di universitas yang melakukan
guru harus mendadak mempersiapkan penelitian di laboratorium atau mengada-
banyak hal agar akreditasi berjalan dengan kan penelitian di lapangan dengan metode
baik. Di beberapa sekolah, seringkali tidak ilmiah yang rumit dan kompleks,
ada aturan yang jelas tentang jam kerja guru menggunakan data-data statistik yang

104 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Meningkatkan Mutu Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas

seringkali sulit untuk dipahami. Tindakan langsung dapat dirasakan yaitu adanya
seperti ini sering dianggap bukan bagian perubahan/kemajuan pada diri peneliti,
dari kinerja guru. Hal inilah yang membuat siswa, serta kelas/sekolahnya.
guru tidak berminat untuk melakukan PTK. Beberapa strategi sederhana agar guru
Guru merasa tidak mampu untuk melaku- terbiasa melakukan penelitian, yaitu :
kan penelitian. Padahal begitu guru masuk a. Membuat dokumentasi proses pembel-
dalam kelas, guru sudah terlibat dalam ajaran di dalam kelas. Dokumentasi ini
proses penelitian/analisis kelas. Guru dapat berupa catatan penting tentang
mendengarkan, mengamati, membuat peristiwa belajar-mengajar di kelas,
hipotesis, dan menganalisis situasi kelas. memotret suasana kelas, cara berkomu-
Untuk itu diharapkan guru perlu nikasi satu sama lain, mencatat berbagai
senantiasa merefleksikan dan mengevaluasi macam pertanyaan yang muncul dalam
praktik belajar-mengajar di kelas, mencoba proses belajar-mengajar, serta mendoku-
merumuskan pokok persoalan yang mentasikan hasil belajar siswa (hasil
diajukan, membuat pengamatan, membuat karya tulis, tugas-tugas, karangan, dan
dokumentasi dan menarik kesimpulan. Hal lain-lain)
terpenting yang menjadi sasaran PTK b. Dari dokumentasi data-data tersebut,
adalah dampaknya bagi perkembangan mencoba membuat peta persoalan dan
proses belajar-mengajar di kelas daripada permasalahan yang dihadapi oleh siswa
sekedar penemuan baru atau publikasi. selama perjumpaan di dalam kelas.
Masalah yang paling umum dalam Pokok persoalan yang muncul itu
melakukan PTK adalah untuk memulainya. dipetakan berdasarkan pengelompokan
Guru PENABUR sudah memiliki tugas yang dan relevansinya dalam proses meng-
begitu berat, dan tugas yang bertumpuk- ajar, seperti sistem pengaturan kelas
tumpuk, sehingga tidak memiliki waktu (fisik dan sosial). Fisik berupa penataan
untuk membuat penelitian. Salah satu cara kelas, kursi, meja, dan lain-lain. Apakah
agar guru mampu melakukan tindakan pro- pengaturan seperti itu mendukung
fessional yang terintegrasi dalam tugasnya proses belajar? Sedangkan pengaturan
menurut Koesoema, (2009:174), adalah tertib sosial berupa kesepakatan-kesepakatan
membuat dokumentasi, catatan pengamatan bersama dalam kelas-kelas (norma
di kelas, dan mencoba menganalisis situasi sosial yang berlaku selama proses
kelas sesuai dengan persoalan yang pembelajaran), corak relasional satu
muncul. Data-data dalam kelas dapat sama lain. Apakah aturan sosial ini
menjadi masukan berharga bagi penelitian membantu memperlancar proses belajar-
guru, seperti proses komunikasi dalam kelas, mengajar? Selain itu, guru juga dapat
suasana kelas pada saat pembelajaran, mendokumentasikan persoalan-perso-
mendokumentasikan jenis pertanyaan alan yang muncul dalam proses peng-
siswa, mengumpulkan hasil kerja siswa dan ajaran, seperti pemahaman konseptual
mencoba meneliti persoalan yang ada. yang dipahami oleh siswa, keterampilan
Banyak data yang dapat kita kumpulkan di praktis yang mesti mereka miliki, cara
dalam kelas sebagai bahan penelitian. menanggapi sebuah persoalan, dan lain-
Menurut Supardi dalam Arikunto, dkk. lain.
(2006:114), syarat menjadi guru peneliti PTK c. Setelah langkah pengumpulan data ini,
yang baik adalah miliki jiwa agen pembaru guru dapat mencoba membuat hipotesis
untuk selalu dan berupaya mengubah/ dengan mengajukan pertanyaan yang
kemajuan dalam proses pembelajaran. berkaitan dengan proses belajar-
Memahami filosofi action research itu sendiri, mengajar di kelas, serta mencari
kemudian menyenangi dan berupaya alternatif bagi pemecahan masalah yang
mempersiapkan diri untuk menjadi agen dihadapi selama proses belajar-
pembaru sehingga manfaat hasil PTK mengajar di kelas. Solusi itu dapat

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 105


Meningkatkan Mutu Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas

berupa, pembentukan tatanan komuni- laporan PTK, banyaknya tugas yang diberikan
tas baru dalam kelas, pergantian norma sekolah, dan tidak terbiasa guru melakukan
sosial, latihan-latihan dasar yang penelitian.
dibutuhkan agar anak mampu mengua- Untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi
sai konsep-konsep tertentu yang selama guru BPK PENABUR dalam melaksanakan PTK
ini masih menjadi permasalahan bagi perlu guru memahami apa itu PTK, pentingnya
siswa. PTK, prinsip-prinsip PTK, bagaimana membuat
d. Mencoba menguji alternatif pemecahan proposal dan menyusun laporan PTK, melalui
itu dalam kelas dan mencoba melihat seminar, pelatihan, MGMP, dan KKG.
tanggapan, reaksi dan hasil dari Melakukan koloborasi dengan rekan guru yang
berbagai macam alternatif pemecahan sama bidang studinya, dan sebagainya.
yang telah guru ajukan. Jika solusi Saran yang dapat saya sampaikan agar
alternatif yang guru berikan gagal, guru guru di lingkungan BPK PENABUR berminat
mesti mencoba melihat kembali melaksanakan PTK dalam rangka mening-
mengapa solusi itu gagal dengan katkan mutu pembelajaran dan mengembangkan
mengajukan pertanyaan baru yang lebih profesi guru adalah sebagai berikut.
relevan (Koesoema, 2009:176) 1. Perlunya dosen pembimbing agar
Ketika guru mampu mendokumen- membantu dan memantau para guru yang
tasikan data-data dan hasil penelitian- melakukan PTK (dalam hal ini Prof. Sitepu,
nya dengan baik, hasil penelitian itu dari Universitas Negeri Jakarta telah
pun akan bermanfaat bagi rekan guru membimbing kembali para guru PENABUR
yang lain, juga bagi guru itu sendiri. yang telah mengumpulkan laporan hasil
PTK, pada tanggal 4 September dan 14 No-
Penutup vember 2010).
2. Kepala sekolah memberikan dukungan
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan sepenuhnya kepada para guru yang
permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas melakukan PTK
sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal 3. Adanya pemberian reward kepada para
tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan guru yang telah berhasil melakukan PTK
yang akan dilakukan. PTK juga bertujuan untuk
meningkatkan kegiatan nyata guru dalam Daftar Pustaka
pengembangan profesinya. Tujuan khusus PTK
adalah untuk mengatasi berbagai persoalan Arikunto, Suharsimi. (2006). Penelitian tindakan
nyata guna memperbaiki atau meningkatkan kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara
kualitas proses pembelajaran di kelas. Diknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
Selain itu, tujuan PTK untuk meningkatkan dan Menengah. (2001). Pedoman teknis
atau memperbaiki praktik pembelajaran yang pelaksanaan classroom action research (CAR).
seharusnya dilakukan oleh guru secara profes- Jakarta: Direktorat Sekolah Lanjutan
sional. PTK itu sesungguhnya merupakan Tingkat Pertama
bagian esensial dari kinerjanya sebagai guru. Koesoema, Doni. (2009). Pendidik karakter di
Untuk itu sudah saatnya guru-guru di ling- zaman keblinger. Jakarta: Grasindo
kungan BPK PENABUR Jakarta melaksanakan Sitepu, BP. (2010). Sistematika tulisan ilmiah
PTK untuk meningkatkan profesionalisme guru (Makalah Pelatihan di BPK PENABUR)
dan meningkatkan mutu pembelajaran. Suprawoto, N.A . Tujuan dan manfaat PTK. (http:/
Sangat disayangkan ada beberapa kesulitan /nasuprawoto.wordpress.com)
yang dihadapi oleh guru PENABUR dalam _____. SMP Kristen 1 BPK PENABUR. (2010).
melaksanakan PTK, yaitu belum memahami apa Program Kerja Guru Tahun Pelajaran 2010/
itu PTK, pentingnya PTK, prinsip-prinsip PTK, 2010. Jakarta : SMP Kristen 1 BPK
bagaimana membuat proposal dan menyusun PENABUR
.

106 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Isu Mutakhir Isu Mutakhir: Tes Otak Tengah Makan Korban

Tes Otak Tengah Makan Korban

Hotben Situmorang*)

udul tulisan ini Keberhasilan kepala sekolah peserta dikenakan biaya Rp

J menjadi “tread” yang


menarik untuk
dalam memajukan
pendidikan yang diukur dari
1.000.000 (http:
langlangjagad.com/
didiskusikan di antara para hasil ujian akhir sekolah product.php?id_product=38).
pendidik manakala kebijakan berstandar nasional (UASBN) Pelatihan Psycho Cybernetic
yang dilakukan sekolah telah mendorong sekolah yang sudah dilakukan di
terpengaruh oleh usaha mengusahakan berbagai berbagai tempat di Indonesia
marketing kelompok tertentu program yang dinilai akan seperti Medan, Jambi, Batam,
yang melihat arena pendidik- membantu meningkatkan Lampung, Jakarta hingga
an menjadi pasar yang keberhasilannya. Maraknya Lombok dan Sumbawa.
potensial. Kepala sekolah pelatihan aktivasi otak Berbagai pelatihan diklaim
yang menilai pentingnya tengah, seperti halnya yang oleh penggiatnya sebagai
pelaksanaan program dilakukan oleh Alfateta School upaya jalan pintas membuat
‘aktivasi otak tengah’ telah of Life yang terletak di Jl anak dengan tanda kutip
menulis surat edaran mengi- Palmerah Barat, Jakarta pada “jenius”. Kegiatan sejenis
kuti tes Alfateta yang selanjut- 14 Juli 2010, aktivasi indra ke belakangan ini banyak kita
nya sampai ke tangan 6 yang dilakukan oleh Ki Aji temukan menjadi bagian dari
wartawan dan
beritanya dimuat di
kompas.com oleh
M. Latief Jakarta,
Selasa (16/11/
2010). Konon
Kepala Sekolah
mengintimidasi-
murid yang tidak
bersedia ikut tes
alfateta atau
aktivasi otak
tengah (mid brain
activation) tersebut.
Biaya yang
dibebankan
kepada orang tua
Rp 500.000,- Sumber: http://main.teknologiotak.com/images/mindsound/2.jpg

*)
Mahasiswa S3-Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


107
Isu Mutakhir: Tes Otak Tengah Makan Korban

program peningkatan dilakukan dengan menimbul- katkan keyakinan, minat dan


kapasitas dan kualitas kan gelombang alpha di otak. konsentrasi mereka dalam
Sumber Daya Manusia oleh Aktifitas gelombang alpha belajar. Ketika mereka tum-
berbagai perusahaan dan tersebut akan muncul pada buh, hormonnya akan seim-
bahkan institusi kepolisian. saat meditasi. Berbeda bang dan memiliki kesehatan
Keberhasilan pemasaran dengan kelompok GMC dari yang baik. Dengan demikian
program ini telah mempenga- Malaysia yang menemukan disimpulkan kemampuan
ruhi banyak pihak, termasuk suatu cara modern untuk “otak tengah merupakan
para orang tua yang meng- mengaktifkan otak tengah dan rahasia menuju sukses.” Sete-
inginkan keberhasilan yang menyebarkan penemuannya lah terbiasa, anak dapat deng-
gemilang secara instan. ke masyarakat dengan cara an membuka mata mengem-
komersial. Jika sebelumnya bangkan keseimbangan otak
Paket Informasi Otak hanya orang-orang pilihan kanan dan otak kiri secara
Tengah yang yang dapat memelihara seimbang. Dalam masa
Diperdagangkan rahasia untuk mengikuti pelatihan anak belajar “mind
aktivasi otak tengah ini, maka mapping”, “speed reading”,
Menurut pengelola Midsound saat ini kita juga dapat “excellence learning” dan lain
Technology (www.teknologi memberikan pelatihan sebagainya sehingga anak
otak.com) penelitian yang aktivasi otak tengah ini untuk lebih santai dan gembira
dilakukan oleh penggiatnya anak-anak kita. Midsound dalam membaca. Hal ini men-
khusus untuk memperhatikan Technology dengan web-side jadi penting karena situasi
fungsi dari midbrain yang www.teknologiotak.com dengan tekanan, ketakutan,
terletak di tengah-tengah otak memasarkan produknya mela- kurang percaya diri, curiga,
kiri dan otak kanan. Fungsi lui internet berupa gelombang tidak mau menerima, berpikir
dari midbrain adalah sebagai suara khusus untuk stimulasi yang tidak-tidak dan lain
jembatan antara otak kiri otak pada frekuensi alpha, sebagainya menjadi factor
dengan otak kanan, dan theta dan delta. Informasi penghambat dalam
kesimpulan penelitinya seperti inilah yang disinyalir mengaktifkan otak tengah.
menyatakan bahwa dalam memberi dampak sehingga
kondisi tertidur, interbrain ada sekolah yang menjadikan Pendapat yang Berbeda
manusia tidak dapat berkem- aktivasi otak tengah menjadi
bang secara maksimal. Hal program sekolah. Seorang warga Negara
inilah yang mengakibatkan Orang yang diaktivasi Belanda bernama Julia Maria
fungsi interaktif antara otak mengikuti pelatihan dengan van Tiel, menyerukan dalam
kiri dan otak kanan menutup mata dengan tujuan bentuk siaran pers yang
mengalami keterbatasan. membantu anak-anak mema- dikirim ke Kompas.com dan
Saat ini banyak yang suki kondisi terbimbing yang berbagai jaringan komunikasi
mempercayai bahwa otak disebut mifbrain. Dengan sosial pada 05 September
anak akan berkembang demikian mereka dapat secara 2010, beliau berpendapat
dengan baik jika otak tengah seimbang menggunakan otak bahwa aktivasi otak tengah
diaktifkan. Informasi yang kanan dan otak kiri serta bukan jalan pintas menuju
dirilis “nasaconan mengembangkan potensi jenius dan menyatakannya
blogspot.com” pada hari Rabu terbesar dari daya otak, anak sungguh tidak ilmiah, karena
29 September 2010 tentang akan memiliki akses yang jauh dari pemahaman tentang
aktivasi otak tengah mudah pada kedua belah otak jenius itu sendiri. Pandangan
menyatakan bahwa orang kiri maupun kanan. Dengan yang sama juga pernah
Tibet mensyaratkan para akses mudah ini, mereka akan dilontarkan oleh Dr. Sarlito,
peserta untuk masuk dalam belajar, membaca dan meng- dosen Fisikologi Universitas
ritual keagamaan mereka. hafal dalam kecepatan yang Indonesia di media massa
Aktivasi otak tengah lebih cepat sehingga mening- dengan menuduhnya sebagai

108 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Isu Mutakhir: Tes Otak Tengah Makan Korban

pembohongan. Julia Maria jenius adalah sebuah karya hasil penelitian menggu-
van Tiel yang juga adalah yang orijinal, yang merupa- nakan neurofeedback , yang
mantan dosen Pasca Sarjana kan pengembangan inteligen- menunjukkan orang berme-
UI dan Unair bahkan sinya dengan kreativitas yang ditasi ternyata dapat menca-
mendesak pemerintah melalui tinggi serta dikembangkannya pai “apha state”. Filosofi yang
“Petisi Stop Aktivitas Otak sendiri, bukan hasil pelatihan. ditanamkan adalah keharmo-
Tengah” untuk menyikapinya Lebih jauh Julia Maria nisan dan keseimbangan yang
dengan tegas. Di samping itu, van Tiel yang menyandang dikembangkan oleh kelompok
juga mendesak agar semua gelar Doktor dalam bidang new age movement.
ikatan profesi, keahlian, dan antropologi medis, dan
praktisi pendidikan dan pernah menjadi dosen di Penutup
kesehatan menjalankan UNAIR dan Universitas
peranannya sebagai pendidik Indonesia, juga menjelaskan Sampai hari ini belum ada
masyarakat berdasarkan asas dalam petisinya bahwa dari satupun publikasi ilmiah
keilmuan yang benar (evidence sudut pandang ilmu yang menyatakan bahwa otak
based practice). kedokteran sendiri, baik ilmu tengah dapat diaktifkan untuk
meningkatkan kecerdasan
Menurut Julia Maria van syaraf yang mempelajari
manusia, apalagi meng-
Tiel dalam penjelasan petisi- fungsi otak, maupun kedokte-
upgrade nya menjadi jenius.
nya dikatakan bahwa istilah ran anak yang mempelajari Induksi lateralisasi akti-
jenius dalam pemahaman tumbuh kembang anak, jelas fitas otak tengah menurut
ilmu psikologi hanya diberi- kedua cabang ilmu ini juga sebuah tulisan ilmiah tahun
kan kepada mereka yang tidak bisa mendukung secara 2005 malahan dapat mengaki-
mempunyai tingkat inteligensi teoritis. Karena klaim aktivasi batkan mental stress (tekanan
luar biasa (dengan IQ yang otak tengah tidak bisa mental) dan berbagai stres
termasuk kategori “very berkorelasi dengan teori lain yang akan memicu gang-
superior” atau dua standar dalam Keilmuan kedokteran. guan irama jantung dan
deviasi di atas rata-rata), Menurut persepsi penu- kematian mendadak (sudden
dengan kreativitas yang luar lis, sudut pandang agama death).
biasa, dan yang penting lagi yang mempercayai Tuhan Sekolah sebagai lembaga
harus sudah mempunyai sebagai pencipta manusia, pendidikan seyogianya meli-
prestasi yang luar biasa, mengalihkan fungsi pengli- hat kegiatan aktivasi otak
sebagaimana Einstein, atau hatan pada panca indra yang tengah juga menisbikan dan
Thomas Alfa Edison. Anak bukan mata juga berarti seba- menolak keragaman yang
yang hanya bisa membaca, gai pengingkaran terhadap terdapat pada tiap-tiap indivi-
mewarnai gambar, atau naik kehendak Tuhan sebagai du dan bertentangan dengan
sepeda dengan mata ditutup pencipta. Fungsi penglihatan ragam teori dan kepustakaan
bukanlah anak jenius. Lebih dari ciptaan Tuhan dikarunia- ilmiah di bidang tumbuh
jauh lagi menurut Ilmu kan kepada mata dan bukan kembangnya kognisi manusia.
Psikologi, Inteligensi luar pada tangan atau hidung Keragaman yang ditentukan
biasa merupakan hal yang yang mempunyai fungsi oleh potensi dasar seseorang
diturunkan, yaitu merupakan berbeda. akan mempengaruhi gaya
natur genetik. Natur genetik Satu lagi tulisan Julia belajar, cara berfikir dan cara
yang luar biasa juga masih Maria van Tiel pada www. menyerap suatu informasi.
membutuhkan dukungan kompasiana.com/gifted- Apa yang ditawarkan oleh
lingkungan agar si anak bisa disinkroni.com menyatakan kegiatan aktivasi otak tengah,
menghasilkan prestasi luar bahwa istilah gelombang secara tidak langsung
biasanya sebagai karya jenius. alpha sendiri sebenarnya memberikan harapan-
Julia Maria van Tiel juga mengikuti perkembangan harapan palsu terhadap
menyatakan bahwa karya neuroscience yang diambil dari orang tua dan anak didik.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


109
Resensi buku: Melindungi Anak dari Seks Bebas
Resensi buku

Judul buku:
Melindungi Anak dari Seks Bebas
Pengarang:
Merry Magdalena
Penerbit:
PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta 2010
Cetakan:
PT Gramedia, Jakarta
Tebal:
90 Halaman
Oleh: Fitri Kuswandi*)

engan tampilan luar yang mengun- mengandung kekerasan fisik. Namun upaya itu

D dang perhatian serta isi yang


membicarakan pendidikan seks bagi
anak, buku ini tampil dengan 5 Bab.
belum cukup dan belum efektif. Karena itu tidak
jarang orangtua mengkambinghitamkan pihak
lain untuk bertanggung jawab atas penyim-
Penulis buku ini menggambarkan bagaimana pangan yang dilakukan oleh anak mereka.
kuatnya pengaruh ling- Hal-hal berbau porno-
kungan terhadap pertum- grafi dan kekerasan kini
buhan seks anak. Dengan bukan saja ada di televisi
memberikan beberapa melainkan telah menjadi
contoh nyata, buku ini topik obrolan anak sehari-
menjelaskan bagaimana hari di bus, halte, bahkan di
anak memperoleh penge- lingkungan sekolah. Fakta
tahuan tentang seks di yang cukup mencengangkan
dunia maya. Pengetahuan ketika sebuah lembaga mela-
yang mereka peroleh kukan penelitian bahwa
melalui teknologi infor- remaja di Indonesia banyak
masi dan komunikasi menjadi pelaku seks bebas
yang semakin canggih, akibat kenaifan mereka
jelas mempengaruhi tidak mengenai seks itu sendiri.
saja perilaku seks mereka Rasa tabu, malu, risih mem-
tetapi juga dapat memicu buat anak tidak mau berta-
mereka melakukan keke- nya pada orang tua maupun
rasan fisik. Tidak saja guru (hal. 6). Di sisi lain, or-
membeberkan fakta, buku ini menawarkan ang tua, keluarga, dan guru di sekolah merasa
bagaimana orang dapat melindungi anak dari enggan untuk menjelaskan masalah seks secara
seks bebas. terbuka pada anak-anak mereka.
Berbagai upaya telah dilakukan Komisi Pada umumnya orang tua saat ini sibuk
Perlindungan Anak Indonesia dan juga Komisi bekerja sehingga mereka menyerahkan pola
Penyiaran Indonesia (KPI) untuk membatasi asuh anak-anaknya pada pembantu, suster,
segala macam bentuk siaran di televisi yang kakek/nenek dan ketika usia anak beranjak
menayangkan pemberitaan mengenai video remaja, lingkunganlah yang menjadi
porno mirip artis ataupun bentuk siaran yang “pengasuh” utama mereka. Media massa,

*) Staf Bidang Pendidikan dan Diklat PH BPK PENABUR

110 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Resensi buku : Melindungi Anak dari Seks Bebas

teknologi, dan teman-teman menjadi tiga hal dijadikan target sasaran, antara lain : (a) mereka
pokok yang menjadi “pengasuh” anak-anak lemah secara fisik, (b) lemah secara mental, serta
ketika orang tua mereka bekerja. Daripada harus (c) naif dan mudah dibohongi (hal. 22-23).
berbicara dengan pembantu atau kakek/nenek, Apapun faktor penyebabnya mereka hanyalah
anak lebih memilih duduk asyik di depan korban kejahatan seksual di usia muda, dan
komputer untuk bermain games, chatting, atau dampaknya mereka bukan saja menderita secara
bermain internet tanpa ada pengawasan fisik tapi juga mental. Kerusakan organ intim,
siapapun. Tidak ada yang mengawasi sehingga HIV/AIDS, dan hamil di luar nikah adalah
mereka bebas memilih games yang mereka beberapa contoh penderitaan fisik yang akan
mainkan, teman mereka chatting, dan situs-situs dialami anak ketika dirinya mengalami pele-
yang mereka baca di internet. Karena berbagai cehan seksual. Sedangkan rasa malu, trauma
kesibukan, waktu berkomunikasi antara anak bahkan mungkin kecanduan berhubungan seks
dan orangtua sangat kurang dan banyak orang akan menjadi dampak penderitaan mental yang
tua sendiri tidak memperhatikan kegiatan mereka alami. Akhir-akhir ini hanya dengan
anaknya di rumah. Mereka merasa aman dan janji mendapatkan penghasilan yang besar,
tidak was-was atas prilaku anaknya karena anak-anak dan remaja dibawa ke luar negri
anak-anak itu berada di kamarnya di rumah. secara ilegal. Sesampainya di negri orang,
Mereka tidak tahu anaknya sibuk mengakses mereka akan dijual (trafficking) kepada mucikari
berbagai situs pornografi serta menikmatinya. untuk dijadikan pekerja seks.
Sungguhpun akhir-akhir ini Pemerintah telah Belakangan beredar video porno yang
membatasi akses ke situs-situs pornografi, masih dibintangi oleh seorang public figure yang tentu
banyak celah anak dapat membuka situs-situs menjadi idola banyak remaja di Indonesia. Anak-
itu bahkan melalui handphone tanpa filter. anak remaja ataupun orang dewasa seolah
Akhir-akhir ini muncul dalam surat kabar berlomba untuk menjadi yang pertama
berita dengan topik “Game Kekerasan di menyaksikan adegan tersebut dan berusaha
Komputer Bikin Anak Makin Agresif” atau sedapat mungkin menyebarkan video tersebut.
sebuah hasil wawancara dengan seorang remaja Ketika seseorang mengirim rekaman video
putri yang menyatakan bahwa dirinya diminta tersebut kepada pihak lain, secara otomatis
mengirimkan foto saat menggunakan pakaian sesungguhnya orang tersebut telah menjadi
renang, pada seorang laki-laki yang dikenalnya pelaku tindak kriminal pornografi dengan
melalui sebuah jejaring sosial (hal.13 dan 16). pelanggaran hukum Pasal 29 UU No. 44/2008
Bagi para orang tua ada baiknya sebelum tentang pornografi.
menyalahkan berbagai media massa, elektronik Tidak mustahil anak atau remaja sendiri
dan teman-teman, mereka mengintropeksi diri menjadi pelaku seks itu sendiri tanpa menyadari
kenapa anak lebih senang mencurahkan akibatnya. Mereka sesungguhnya sedang mema-
perasaan dan pikirannya dengan facebook atau suki masa peralihan dari kanak-kanak menjadi
tergila-gila pada sebuah games. Ada banyak dewasa. Fisik tampak seperti orang dewasa na-
faktor yang jauh lebih berperan dibandingkan mun secara psikologis ia belum cukup matang,
media, misalnya saja pola asuh orang tua, ia belum mampu menentukan secara memadai
lingkungan sekitar, penanaman moral dan etika mana hal yang benar yang boleh dilakukan dan
pada anak itu sendiri, dan masih banyak lagi. mana hal yang mutlak salah yang tidak boleh
Masa anak-anak dan remaja adalah masa dilakukan sama sekali. Mereka sedang mencari
tumbuh kembang fisik dan psikis yang diwarnai identitas/jati diri yang sesungguhnya, oleh
dengan rasa keingintahuan yang tinggi , namun karena itu jika keluarga gagal menanamkan
juga masih polos dan naif. Sebuah harian pendidikan nilai/karakter dalam diri si anak,
mengangkat berita yang mengagetkan yaitu maka mereka akan berusaha mendapatkannya
seorang gadis di Denpasar berusia 15 tahun dari lingkungan sosial yang luas.
telah diperkosa oleh tetangganya. Dalam usia Beberapa faktor pemicu anak terjebak
remaja seperti ini ada beberapa hal yang dirasa menjadi pelaku seks antara lain: (a) pernah
menjadi penyebab mereka begitu mudah menjadi korban, (b) pengaruh lingkungan, (c) li-

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 111


Resensi buku: Melindungi Anak dari Seks Bebas

bido yang tidak terkontrol, (d) kebutuhan situs porno, bahkan kecanduan karena
perhatian, (e) kebutuhan ekonomi, atau (f) sebelumnya pernah menjadi korban (hal. 47).
narkoba dan alkohol. Dari beberapa faktor Anak-anak awalnya menjadi korban
tersebut jelas bahwa anak dan remaja menjadi kejahatan seksual karena kurang mendapat
pelaku seks bukan semata-mata karena media informasi, perhatian, dan pemahaman etika dan
internet atau video porno tetapi juga ada faktor moral. Anak laki-laki atau perempuan sama-
lain. Pergaulan bebas bukan juga gaya hidup sama berpotensi menjadi korban kejahatan
yang seiring dengan modernisasi karena telah seksual. Orang tua sering menganggap anaknya
ada sejak jaman dahulu. Inilah fakta yang baik-baik saja selama berkelakuan sopan
sedang dihadapi oleh anak remaja, tanpa dihadapan mereka, tanpa tahu apa yang
diperkuat dengan fakta dan data seringkali diperbuat di belakang mereka. Salah satu cara
masyarakat bersikap biasa saja bahkan meng- memberikan pendidikan seks terhadap anak
anggap ini hanyalah kenakalan remaja biasa adalah melalui obrolan santai sehari-hari di
(hal. 33-34). rumah, untuk itu orang tua perlu meluangkan
Agar tidak tersesat ke dalam seks bebas, anak waktu untuk anak-anak hingga menghasilkan
perlu diberikan pengetahuan dan pemahaman waktu yang berkualitas bagi mereka.
yang tepat tentang seks melalui proses Berikut beberapa saran memulai pendidi-
pendidikan baik kan seksual pada
di dalam keluar- anak-anak (hal.
ga maupun di se- 48-52) :
kolah. Itu berarti a) Usia 7–8 tahun
bahwa pendidi- Agar tidak tersesat ke dalam seks Jelaskan pada
kan seks kepada bebas, anak perlu diberikan anak sesederha-
anak menjadi na mungkin dan
pengetahuan dan pemahaman
tanggung jawab dengan bahasa
yang tepat tentang seks melalui
keluarga dan yang mudah di-
pendidik di se-
proses pendidikan baik di dalam mengerti, bagai-
kolah. Pengeta- keluarga maupun di sekolah. mana proses
huan dan pema- pembuahan di
haman tentang dalam rahim ibu.
seks hendaknya Jika ada istilah
tidak ditabukan di dalam keluarga karena pada yang tidak dapat disederhanakan, orang tua
hakekatnya dibutuhkan oleh anak, khususnya harus menyampaikannya melalui cerita.
ketika mereka memasuki usia remaja. Intinya adalah memberikan gambaran pada
Berbagai bentuk kekerasan terhadap anak anak bahwa ada perbedaan antara laki-laki
yang akhir-akhir kita dengar antara lain: dan perempuan, mampu menghasilkan
pembunuhan, pemerkosaan, pencabulan, sesuatu jika kelak menikah, dan harus tetap
penganiayaan, trafficking, aborsi, penelantaran, pada batas pergaulan mereka.
penculikan, dan penyandraan. Bahkan saat ini b) Usia 9 – 11 tahun
sekolahpun dianggap bukan menjadi tempat Sebagian anak mulai mengalami masa
yang aman bagi anak-anak. Data KPAI puber pada usia ini. Anak semakin kritis
menunjukkan, dari seluruh kekerasan terhadap karena sudah mampu mencerna media
anak 18% dilakukan oleh orang disekitar anak sekitarnya seperti TV, majalah,surat kabar,
dan 11,3% dilakukan oleh guru (hal.40). bahkan internet. Orang tua wajib menje-
Sungguh memprihatinkan membaca pemberi- laskan tentang nafsu, jangan lupa mene-
taan salah satu harian bahwa adanya perkosaan kankan bahwa munculnya hasrat bisa
anak SD pada teman sekelasnya. Anak melaku- dialihkan dengan menyibukkan diri
kan hal-hal di luar dugaan ini antara lain karena melakukan aktivitas yang positif. Intinya
terangsang oleh bacaan porno, surat kabar yang adalah agar anak mampu mengendalikan
memberitakan kasus pemerkosaan, film porno, dirinya saat muncul rangsangan seksual.

112 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Resensi buku : Melindungi Anak dari Seks Bebas

Selain itu orang tua perlu berbagi mengenali siapa sajakah teman-teman bermain
pengalaman mengenai mimpi basah pada anaknya, mengarahkan anak untuk berpakaian
anak laki-laki dan menstruasi pada anak sopan ketika bermain diluar rumah, dan mem-
perempuan. Hal ini akan membuat anak berikan penjelasan tentang hubungan anak laki-
merasa bahwa semua perubaahn tersebut laki dan perempuan yang semestinya pada usia
adalah hal wajar yang juga pernah dialami anak tersebut.
oleh orang tua mereka. Pembatasan Memasuki usia remaja (usia 14 tahun
pergaulan, anak-anak diarahkan untuk keatas) seorang anak mulai memerlukan
saling menghargai atau menghormati lawan pengakuan eksistensi diri. Selama mereka keku-
jenisnya. Pelajaran yang diberikan lebih rangan perhatian orang tua, tidak pandang dari
bersifat biologis, disaat inilah orang tua kelas ekonomi, maka remaja tersbut akan
perlu menjawab pertanyaan yang mungkin bermasalah diluar. Salah satunya adalah dengan
tidak berani diungkapkan anak saat penyimpangan pergaulan bebas. Bebas artinya
pelajaran disekolah. Libatkan anak dalam tidak mengindahkan norma, etika, bahkan
diskusi ringan agar mereka tidak merasa hukum. Beberapa faktor pendukung remaja
bosan dinasehati. Dalam suatu kesempatan terlibat dalam pergaulan bebas antara lain: (a)
jelaskan kasus-kasus kejahatan seksual faktor ekonomi, remaja dari kalangan ekonomi
yang saat ini tengah terjadi tanpa perlu pas-pasan cenderung iri dengan temannya yang
merasamalu atau sungkan. Adabaiknya lebih mampu atau remaja dari kalangan ekonomi
juga jelaskan mengenai dampak negatif mampu yang justru tidak mendapatkan
narkoba dan juga minuman keras. perhatian dari orang tua, dan (b) salah asuhan,
Ancaman muncul bukan saja dari ling- tidak sedikit orang tua yang mampu memberi-
kungan sekitar tapi juga dari dunia maya, untuk tahu anaknya mana yang benar dan mana yang
menyikapi hal ini orang tua disarankan untuk salah (hal. 69-70). Bahkan ada juga yang
melakukan beberapa hal seperti : (a) tidak beranggapan bahwa segala kenakalan di usia
melarang/membatasi anak secara otoriter, (b) remaja adalah kewajaran. Anggapan yang
arahkan anak pada kegiatan-kegiatan browsing demikian menunjukkan perlunya konsultasi/
yang positif, (c) bantu anak untuk mengerti pendekatan orang tua terhadap anak atau
informasi apa saja yang tidak boleh dipubli- dengan cara mengikuti ceramah mengenai pola
kasikan di internet, (d) jelaskan pada anak untuk asuh dan mendidik anak yang ideal.
memublikasikan informasi yang nyaman dilihat Orang tua dituntut untuk mengenali gejolak
orang lain, e) arahkan Netiket yaitu etika di remaja dengan mengenali ciri-ciri remaja melalui
internet, (f) jangan biarkan anak merasa aman (a) perkembangan fisik, (b) rangsangan nafsu
dengan data kita yang sudah diunggah, (g) yang menguat, (c) penampilan, dan (d) pergaulan
diskusikan dengan mereka untuk tidak melayani ala anak “gank”. Segala “kegilaan” ini idealnya
chatting yang mengarah pada seks, (h) buat berakhir saat menginjak usia 17-19 tahun.
mereka merasa aman dan terbuka saat bercerita Namun ada juga remaja yang mengalami pola
tentang teman online-nya, dan (i) jangan biarkan asuh keliru atau pergaulan bebas yang
mereka ketagihan (hal. 57-59). menyimpang, sehingga sampai usia 20-an pun
Sebagai cara membentengi anak saat berada masih memiliki jiwa meletup-letup, nafsu seks
jauh diluar pengawasan orang tua, ada baiknya yang tidak terkendali, dan tidak stabil. Bagai-
jika anak diarahkan untuk; a) waspada jika manakah kita sebagai orang tua memberikan
berbicara dengan orang asing yang ditemui pendidikan seks dengan cara yang tepat.
dijalan, b) berpakaian dan berperilaku Pendidikan seks bukanlah berarti mempe-
selayaknya anak sekolah jika berada dalam ragakan hubungan seks, menjelaskan pada anak
kendaraan umum, c) tidak membukakan pintu bagaimana cara berhubungan seks, atau
bagi orang yang tidak dikenal saat sendirian di memperlihatkan film porno. Akan tetapi
rumah. Anak dibesarkan pada sebuah pendidikan seks yang dapat dilakukan orang
lingkungan dan anak akan tumbuh dengan tua adalah dengan melakukan pendekatan; (a)
bersosialisasi, untuk itu orang tua juga perlu penjelasan soal nafsu, (b) berbagi pengalaman

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 113


Resensi buku: Melindungi Anak dari Seks Bebas

tentang pubertas, (c) pembatasan pergaulan, dan kesehatan, (d) dampak buruk penyimpangan
(d) penjelasan tentang kasus-kasus kejahatan seksualitas, dan (e) masa-masa berpacaran
seks (hal. 76-78). hingga pernikahan dan juga pertanyaan-
Sebagai pendukung proses pendekatan pertanyaan pelik sekaligus jawaban dalam
yang dilakukan, orang tua juga perlu masalah seksualitas. Bukan hanya itu, kelebihan
mengakrabkan diri dengan anak, antara lain buku ini lebih pada bagaimana sebagai seorang
dengan menceritakan masa remaja yang telah kristen memandang seksualitas dan permasa-
dialami, mengajak anak “happening” bersama, lahannya dari sisi kerohanian. Bagi remaja yang
membuka obrolan saat ada waktu santai. sedang dalam masa berpacaran dan bagi
Pendekatan dan pengakraban diri perlu pasangan suami istri juga ditekankan bahwa
dilakukan dalam menanamkan pendidikan seks KASIH harus menjadi dasar suatu hubungan
terhadap anak karena pada usia remaja, mereka yang dibangun. Setiap pertanyaan pelik yang
tidak mudah lagi menerima nasehat yang ditampilkan dalam buku ini, dijawab secara
diberikan orang tua apalagi khotbah. Praktik sederhana dan sangat jelas oleh penulis.
memang tidak semudah teori, namun dengan Hampir disetiap penjelasannya dalam buku ini
mengakrabkan diri/melakukan pendekatan penulis memberikan perumpamaan melalui
berarti telah membuka jalan untuk saling terbuka ayat-ayat Alkitab. Hal ini menunjukkan bahwa
dan menghadirkan jalinan komunikasi yang penulis ingin orang tua ataupun guru membim-
sehat antar orang tua dengan anak. bing anak-anak dalam hal pendidikan seks
Buku ini menyoroti dampak negatif dengan penuh kasih dan menekankan bahwa
pemanfaatan dunia maya/teknologi bagi iman kepada Allah mampu menjadi benteng
pendidikan seksualitas anak dan remaja, selain yang kuat dalam setiap permasalahan.
itu dijelaskan pula bagaimana orang tua harus “Predator” sedang mengincar anak dan
menyikapi kondisi saat ini dimana dunia remaja kita, kemajuan teknologi bukanlah satu-
teknologi semakin membawa pengaruh yang satunya faktor pemicu keterpurukan moral anak
kuat bagi anak-anak. bangsa. Sebagai orang tua maupun pendidik di
Peresensi membaca sebuah buku lain yang sekolah perlu menggunakan hati untuk bisa
membentengi anak-anak/remaja kita dari
berjudul “Cinta, Seks & Allah”, yang ditulis oleh
ancaman disekitarnya. Seks bukanlah suatu hal
Bill Ameiss & Jane Graver. Buku ini memiliki
tabu yang harus terus ditutupi, tetapi seks
keunggulan karena di dalamnya secara rinci adalah pendidikan yang perlu diperkenalkan
dijelaskan mengenai: (a) pengertian tentang seks, kepada anak-anak sejak usia dini hingga remaja
(b) perangkat/organ-organ seksual laki-laki dan dengan pola pengawasan yang tidak
perempuan, (c) hubungan antara seks dan mengintimidasi anak.

114 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Profil BPK PENABUR Bandung
Profil

Profil BPK PENABUR Bandung

Muksin Wijaya*)

Sejarah Singkat eksklusif dalam melaksanakan aktivitasnya dan


membaur dengan masyarakat Indonesia. Hal itu
eralihan pemerintahan dari kolonial
P
sejalan dengan langkah Sinode THKTKHKH
Belanda ke Republik Indonesia menda- Djawa Barat yang menjalin kerja sama dengan
tangkan kegamangan di berbagai tokoh-tokoh Zending, seperti Raad Agung dari
sektor, tak terkecuali di bidang pendidi- Gereja Kristen Pasundan. Kendala yang
kan. Saat itu, posisi pemerintahan Belanda di dihadapi panitia saat itu adalah ketiadaan dana.
Indonesia sudah semakin goyah. Terlebih Tapi mereka percaya, bahwa Tuhan akan turut
dengan turun tangannya Perserikatan Bangsa- bekerja dalam perencanaan yang mulia ini.
Bangsa (PBB) dalam mengatasi pertikaian antara Tuhan pun membuka jalan. Pendeta Pouw
Indonesia-Belanda setelah Indonesia menyata- Peng Hong, salah seorang pelopor gerakan
kan kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 1945. berdikari gereja-gereja di Jawa Barat, mengajak
Pada masa itu, banyak sekolah yang dike- para tokoh gereja dan masyarakat untuk
lola oleh Belanda menjadi terbengkalai, padahal mengumpulkan dana untuk mewujudkan cita-
masyarakat sangat membutuhkan pendidikan. cita tersebut yaitu berperan serta dalam bidang
Hal itu tak pelak mengundang keprihatinan para pendidikan melalui pendirian dan pengem-
pemuka gereja Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee Khu bangan sekolah.
Hwee (THKTKHKH) Djawa Barat. Badan Pendidikan Kristen Penabur
Pada tanggal 28 Mei 1948, Sinode Bandung didirikan pada 26 Mei 1959. Beberapa
THKTKHKH di Bandung memutuskan memben- sekolah yang kini dikelola BPK PENABUR
tuk panitia sebagai upaya persiapan untuk Bandung, pada awalnya merupakan pening-
mendirikan kembali sekolah yang sebelumnya galan Belanda. Saat proses pemindahtanganan
dikelola yayasan milik Belanda. Dalam persi- sekolah-sekolah dari Belanda, para tokoh
dangan tersebut, terpilihlah The Joe Twan, Lie pendidikan di Bandung saat itu harus melaku-
Bo Tay, dr. Ong Teng Houw, Tan Houw Siang, kan serangkaian perundingan tingkat tinggi.
Liem Boen Liong, dan O. E. van de Brug untuk Pendeta O. E. van de Brug mewakili NZV dan
duduk di kepanitiaan. Keenam orang ini dipilih Pendeta Tan Houw Siang selaku Sekjen BP
karena sebelumnya mereka telah merintis Sinode THKTKHKH Djawa Barat didampingi
langkah-langkah yang mengarah pada hal The Joe Twan (guru dari Bandung) dan Liem
tersebut. Boen Liong (guru dari Cirebon) mengadakan
Pada mulanya disadari bahwa upaya perundingan untuk menentukan nasib sekolah-
mengembangkan dunia pendidikan tersebut sekolah peninggalan Belanda tersebut.
masih berorientasi “demi kepentingan masya- Setelah perundingan, Ketua dan Sekjen BP
rakat beretnis Tionghoa.” Tapi seiring perkem- Sinode THKTKHKH Djawa Barat menghubungi
bangan zaman, panitia tidak lagi bersifat notaris Tan Eng Kiam di Bandung untuk

*) Kepala Bidang Pembinaan dan Program Pendidikan BPK PENABUR Bandung.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 115


Profil BPK PENABUR Bandung

membuat akta. Dalam akta tertulis Yayasan lingkungan BPK PENABUR. Visi tersebut
Badan Pendidikan Kristen Tiong Hoa Kie Tok berbunyi, “Menjadi Lembaga Pendidikan Kristen
Kauw Hwee Khu Hwee (THKTKHKH) Djawa yang mengutamakan mutu penyelenggaraan
Barat mendapat kewenangan untuk melanjut- pendidikan, untuk menghasil-kan lulusan yang
kan misi di bidang pendidikan. beriman dan handal, dengan memanfaatkan
Yayasan ini diketuai dr. Ong Teng Houw, perkembangan ilmu pengetahu-an dan teknologi,
sekretaris Liem Boen Liong, dan anggota Lie Bo serta memberi peluang pengembangan bagi guru
Tay. Akta pendirian ditandatangani 19 Juli 1950 dan karyawan terbaiknya”.
di Bandung. Dengan demikian, kota Bandung Melengkapi rumusan visi di atas, telah pula
menjadi saksi sekaligus tempat lahir BPK dirumuskan misi BPK PENABUR yaitu,
PENABUR. “Memberikan pendidikan bermutu kepada siswa
Dalam operasionalnya, BPK PENABUR agar mandiri, berguna dan siap melayani, serta
Bandung banyak melakukan kerjasama dengan memberikan peluang kepada guru dan
lembaga-lembaga Kristen lainnya, terutama karyawan untuk mengembangkan diri, dengan
lembaga di bawah Gereja Kristen Pasundan didasari nilai-nilai iman Kristiani”.
(GKP). Memperhatikan perkembangan dan tuntut-
Dalam mengelola SMP Kristen Bahureksa an pendidikan yang bertumbuh, maka pada
dan SMA Kristen Jalan Dago misalnya, BPK Persidangan Pleno BPK PENABUR tgl 26-28 Juli
PENABUR dan BPPK GKP membentuk lembaga 2002 di Jakarta, diputuskan Visi dan Misi yang
baru, yaitu BPSMKDB (Badan Pendidikan baru. Visi, “Menjadi lembaga pendidikan Kristen
Sekolah Menengah Kristen Djawa Barat). unggul dalam iman, ilmu dan pelayanan”, dan
Guna mengembangkan SMA Kristen Jalan Misi “Mengembangkan Potensi Peserta Didik
Dago, BPK PENABUR KPS Bandung dengan secara Optimal melalui Pendidikan dan
besar hati merelakan tenaga-tenaga pengajar Pengajaran Bermutu berdasarkan Nilai-Nilai
terbaiknya untuk bekerja di sana. Sementara itu, Kristiani”. Visi dan Misi terbaru itulah yang
tenaga-tenaga pengajar keluaran Kweek School sampai saat ini digunakan di seluruh
(SGA) ditugaskan di SD-SD Kristen di Jalan lingkungan BPK PENABUR, termasuk BPK
Sudirman dan Jalan Kebonjati. PENABUR Bandung.
Saat BPK PENABUR Bandung terbentuk, Sekolah yang dikelola saat itu hanya dua,
kepengurusan terdiri Ketua Oei Sioe Lam, Wakil yaitu SD Kristen Pagi Citepus (Eerste Zending
Ketua Lie Tjien Hoen, Sekretaris Thio Peng Hoey, School yang dihibahkan pada tahun 1950
Ie Peng Siem, dan Bendahara Kho Boen Kiat. (sekarang dikenal sebagai SDK 1 BPK
Sementara itu, kebutuhan akan visi makin PENABUR); dan TK dan SD Kristen Pagi Jalan
dirasakan oleh BPK PENABUR. Menyadari Kebonjati 108 yang dihibahkan tahun 1951.
adanya kebutuhan tersebut, maka diadakan Pada tahun 1972, sekolah ini dipindahkan ke
lokakarya tentang perencanaan strategi (1991 Jalan Jenderal Sudirman 246 Bandung, karena
dan 1992) dan pendalaman moto “Iman, Ilmu, kompleks sekolah yang digunakan diminta
dan Pelayanan” dalam konteks visi dan misi kembali oleh BPPK GKP.
BPK PENABUR (1991, 1994). Dalam perjalannya sepanjang lebih dari
Setelah pertemuan dengan BPMK/BPMS di setengah abad, tercatat enam tokoh yang pernah
bulan September 1994, visi dan misi BPK memimpin BPK PENABUR Bandung sebagai
PENABUR yang berhasil dirumuskan, disetujui Ketua, sosok pemimpin ikut mewarnai
dalam Persidangan Pleno BPK PENABUR pada perjalanan sebuah organisasi. Tantangan yang
bulan Oktober 1994. Visi tadi menjadi pernya- dihadapi pun berbeda-beda, tergantung situasi
taan dasar tentang nilai-nilai, aspirasi dan cita- yang berkembang pada saat itu. Ada kalanya
cita BPK PENABUR. Visi tersebut tidak dibatasi krisis menerpa, tetapi misi pelayanan seperti
oleh situasi yang dihadapi saat ini, tetapi yang sudah dicanangkan harus tetap berjalan.
diupayakan keluar dari paradigma (pola pikir) Sosok para ketua tersebut adalah Oei Sioe Lam
yang menghambat, sehingga dapat menumbuh- (1959-1966), Isaac Tengkey (1982-1984), Drs.
kan kreativitas setiap pelaku kegiatan di Kwee Wie Tjan (Tjokro Sutrisno) (1984-1990), Ir.

116 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Profil BPK PENABUR Bandung

Ibrahim Surya, M.Eng (1990-1998), Ir. Eka Rahayu Jenderal Sudirman 246, Jalan Jenderal Sudirman
(1998-2002), Ir. Beng Sugiharto (2002-2010). 638, Jalan Raya Cibeureum 92, Jalan Bahureksa
Seturut perkembangan zaman pula, sekolah- 26, di Kompleks Perumahan Taman Holis Indah,
sekolah yang dikelola BPK PENABUR Bandung dan di Kompleks Permukiman Singgasana
terus bertambah. Pada tahun 2010, BPK Pradana. Seluruh kompleks tersebut meliputi
PENABUR Bandung telah memiliki delapan enam TKK, enam SDK, empat SMPK, tiga SMAK,
kompleks sekolah. Kedelapan kompleks sekolah dan satu SMK Farmasi. (sumber di mutakhirkan
itu ada di Jalan Guntur 34, Jalan H.O.S. dari BPK Penabur: 50 tahun mengabdi dan
Tjokroaminoto (Pasirkaliki) - Dursasana, Jalan melayani, Jakarta 2000).

Tabel 1 : Daftar Sekolah dan Kepala Sekolah BPK PENABUR Bandung (2010 - 2011)

No Sekolah Kepala Sekolah Telepon (022) Alamat (Bandung)

1. T K K 2 46 Indriane Atmaja Telp/Fax. 6017344 Jl. Jend. Sudirman 246

2. T K K 638 Yuniati Lili Telp.Fax. 6037669 Jl. Jend. Sudirman 638

3. TKK Guntur Elly Setiawati Telp. Fax. 7305472 Jl. Guntur 34

4. TKK THI Yuyun Merita Telp. 6003614/Fax. 6031356 Komp. Taman Holis Indah
Bl ok A

5. TKK PIS T e l p . 91102363, 91102255 Jl. Bahureksa No. 26

6. TK K Yati Budiawati T e l p . 91200200 Jl. Indra Prahasta Timur


Singgasana No.2

7. SDK 1 Muliani Telp. 6000136/Fax. 6000137 Jl. Jend. Sudirman 246

8. SDK 5 Rina Rindayati Telp/Fax. 7319910 Jl. Guntur 34

9. SDK 6 Wening Astuti P. Telp. 6012483/Fax. 6018376 Jl. Jend. Sudirman 638

10. SDK THI Tjartika Tjahjadi Telp. 6003615/Fax. 6024720 Komp. T. H..Indah Blok A

11. SDK PIS T e l p . 91102363, 91102255 Jl. Bahureksa No. 26

12. SDK Yati Budiawati T e l p . 91200200 Cibaduyut


Singgasana

13. SMPK 1 Lovanka H. A. Telp. 6013181/Fax. 6010781 Jl. Pasirkaliki 157

14. SMPK 4 Yogi Herawati A Telp/Fax. 7334013 Jl. Guntur 34

15. SMPK 5 Y. Lusi Mekarwati Telp. 6018476/Fax. 6037668 Jl. Jend. Sudirman 638

16. SMPK THI Timotius Tjandra Telp. 6003636/Fax. 6024721 Komp. Taman Holis Indah
Bl ok A

17. SMAK 1 Boniwidiarti B. Telp. 6120270/Fax. 6019281 Jl. Pasirkaliki 157

18. SMAK 2 Debora Lilimihardja Telp. 6003497/Fax. 6120262 Jl. Pasirkaliki 157

19. SMAK 3 Jap Tjiu Siang Telp/Fax. 6015945 Jl. Raya Cibeureum No. 92

20. SMK F Linawati, S. Telp. Fax. 6015944 Jl. Raya Cibeureum No. 92

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 117


Profil BPK PENABUR Bandung

Program-Program Bidang Pendidikan menjadi suatu keharus-an dalam bentuk e-


Tahun 2006-2010 Learning dan Learning Management System.
11. Pemetaan Sekolah untuk mengetahui
1. Pengembangan Kurikulum ke arah kondisi dan posisi stratejik pengembangan
kurikulum standar internasional program sekolah
2. Pengembangan Karakter Siswa yang ber- 12. Sekolah 5 hari
N2K 13. Learner-Centered Education yang
3. Target Prestasi sekolah dengan mengem- menempatkan para peserta didik sebagai
bangkan keunggulan masing-masing pusat yang belajar, dan guru merupakan
sekolah fasilitator yang mendorong dan mengem-
4. Customer Satisfaction Survey yang berkualitas bangkan belajar yang dilakukan oleh siswa.
positif, yang dilaksanakan setiap dua tahun 14. Standar Layanan Mutu Minimal sebagai
sekali untuk memantau berbagai tanggapan acuan operasional layanan pendidikan
dari pada pengguna jasa layanan pendi- yang dilakukan di semua jenjang
dikan. 15. Standar Pengawasan Internal sebagai
5. Dual Certificate Programme (DCP), yang acuan evaluasi dan kinerja lembaga dan
memberikan bekal kepada para siswa dua penyelenggaran pendidikan .
sertifikasi nasional dan internasional (O-
Level)
6. Cambridge International Programme (CIP), Pertumbuhan Jumlah Sekolah dan
yang memberikan bekal kepada siswa yang Siswa Tahun 2006-2011
sudah merencanakan untuk melanjutkan
studi ke luar negeri. Pertumbuhan jumlah sekolah dan jumlah siswa
7. Program Bilingual, yang diharapkan pada di BPK PENABUR Bandung untuk periode 2006-
tahun 2014 mendatang sudah menjadi 2011 tidaklah selaju pertumbuhan yang
standar bahasa pengantar pembelajaran di cenderung meningkat, bahkan lebih kepada
seluruh jenjang sekolah-sekolah dalam jumlah yang relatif tetap dari setiap tahun
lingkungan BPK PENABUR Bandung akademiknya. Proyeksi laju pertumbuhan siswa
8. Sekolah Internasional, sebagai suatu setiap tahun akademik yang diharapkan adalah
layanan pendidikan yang secara khusus 15%, tetapi pada kenyataannya pencapaian
mengacu pada kurikulum internasional IB. masih dibawah 15%. Berikut adalah tabel
9. Diversifikasi Proses Pembelajaran dengan pertumbuhan jumlah sekolah dan siswa BPK
mengutamakan modalitas belajar peserta PENABUR Bandung untuk periode 2006-2011.
didik serta potensi minat peserta didik.
10. Pendayagunaan Tekno-
logi Informasi Komuni- Tabel 2: Rekapitulasi Jumlah Siswa TKK
kasi dalam menunjang Tahun 2006-2011
pembelajaran, yang pada
TKK '06-'07 '07-'08 '08-'09 '09-'10 '10-'11
era digital ini sudah
TK 246 280 284 288 284 283

T K 638 278 279 267 237 254

TK Guntur 156 145 144 152 157

TK THI 385 304 275 248 257

TK PIS 90 74 70 68 53

TK - 62 159 197 197


Singgasana

118 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Profil BPK PENABUR Bandung

Tabel 3 : Rekapitulasi Jumlah Siswa SDK (2006-2011)

SDK '06-'07 '07-'08 '08-'09 '09-'10 '10-'11

SDK 1 998 982 905 888 904

SDK 5 464 43 8 417 441 449

SDK 6 990 971 887 850 769

SDK THI 1127 1094 1126 1117 1079

SDK PIS - 41 43 105 109

SDK - - 60 119 227


Singgasana

Tabel 4: Rekapitulasi Jumlah Siswa SMPK (2006-2011)

S MP K '06-'07 '07-'08 '08-'09 '09-'10 '10-'11

SMPK 1 782 816 856 873 915

SMPK 4 98 103 108 117 103

SMPK 5 6 48 612 583 615 615

SMPK THI 361 354 328 318 312

Tabel 5: Rekapitulasi Jumlah SiswaSLTAK (2006-2011)

SLT A '06-'07 '07-'08 '08-'09 '09-'10 '10-'11

SMAK 1 773 799 818 835 800

SMAK 2 638 644 710 752 796

SMAK 3 537 501 425 339 303

SMK F 230 230 236 223 222

Tabel 6: Rekapitulasi Pertumbuhan Siswa (2006-2011)

Jenjang '06-'07 '07-'08 '08-'09 '09-'10 '10-'11

TK K 1.189 1.148 1.203 1.186 1201

SDK 3.579 3.526 3 . 43 8 3.520 3537

SMPK 1.889 1.885 1.875 1.923 1945

SMAK 2.178 2.174 2.189 2 . 1 49 2121

Jumlah 8.835 8.733 8.705 8.778 8.804

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 119


Profil BPK PENABUR Bandung

Tabel 7: Rekapitulasi Jumlah Guru Tahun 2006-2011

Jenjang '06-'07 '07-'08 '08-'09 '09-'10 '10-'11

TK 78 91 93 118 124

SD 189 195 200 230 242

SMP 163 155 160 163 140

SMA 246 233 258 261 268

Jumlah 676 674 711 772 774

Tabel 8: Prestasi Guru dan Siswa Tahun 2006 - 2010

Jenjang Jenis Prestasi

- Pengajar Terbaik pada Lomba Kreativitas Mengajar dalam rangka Lustrum IX


HUT BPKPENABUR ke-55

- Bronze Medal pada Zainul-Quamrul International Children's Painting


Competition 2009, Age Group 3-6, Bangladesh ShilpaKala Academy, Dhaka,
Bangladesh.

- Juara I Lomba Menggambar di atas kaos Sep One dan Karya Kreatif Origami
Lesson & Competition Japanese Festival

- Award "Honourable Mention of The International Children's Exhibition of Fine Art"


TK K
- Juara I Skate Asia 2008, Kategori Production Team, Sunway Pyramide Ice -
Malaysia.

- Juara II Lomba Tari Tradisional China, Universitas maranatha 2010.


- 1st Place Tk B Category - Rhyme Competition - 2009
- Juara I Lomba "The Most Creative In Teaching" - Lustrum BPK PENABUR
Bandung

- Medali emas pada kompetisi renang pada Butterfly d'GROOVE, Intern


Invitation Competition - Kindergarten - 2010)

- Aritmatika se-Indonesia tahun 2009 di Mall Lucky Square Juara II Kategori C.


- World Sakamoto Mathematics Championship 2010 Juara 1 tahun 2010.
- The 3rd winner of Spelling Bee Competition in Prefere 72, Juni 2008
- Perenang Terbaik se-Jawa Barat.
SDK
- Juara I Lomba Olimpiade IPA di Dinas Pendidikan Kecamatan Andir
Bandung

- Silver Award dalam Egypt in The Eyes of Children of The World


- Juara III, Lomba Sains tingkat Provinsi Jawa Barat
- Juara I, Lomba Olimpiade Matematika Kelas 3-6 "Mathemagic Fiesta II"

120 .
Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010
Profil BPK PENABUR Bandung

Jenjang Prestasi dan Jenis Lomba

Peraih medali Emas OSN Matematika.

Peraih medali perunggu dalam OSN Fisika, 2009.

Tim SMPK 1 meraih medali emas Mulan Quan di Taiwan, 2009.

Juara II lomba Cipta Cerpen tingkat nasional pada Festival dan Lomba Seni
Siswa Nasional (FLS2N) tahun 2010.

Juara I Invitasi Bola Basket 3 on 3 - Piala Walikota Bandung .


SMPK
Juara lari estafet 4 x 10 m putra - Piala Walikota Bandung.

Livie Tamariska, Juara I Pelajar Teladan Tingkat Provinsi Jawa Barat, 2009.

A Gold Medal Festival Paduan Suara ITB Tingkat Nasional, 2008.

Juara III Lomba Tata Upacara Bendera (LTUB) Komponen SLTP TK.Kota
Bandung dalam rangka Hardiknas.

Juara III lomba WEB dalam rangka HUT BPK yang ke-60 tingkat Nasional.

Juara I Lomba Pemrograman Komputer ITHB - 2009.

Juara I Lomba BISNIS Fak. Ekonomi UNPAR "High Sc hool & Business Day 2009"

Juara I Poem & Story Telling Mandarin Competition STAMFORD International


School, Februari 2010.

Peringkat IV UN tingkat Jawa Barat untuk program IPA.

Juara II Chemistry Challenge, Chemistry EXPO, HMK AMISCA ITB.


SMAK
Juara I lomba poster dengan tema 'Lingkungan Hidup', ITB, 30 Maret 2010.

Juara I Mural Painting dengan tema 'We Care' dalam rangka memperingati hari
AIDS sedunia, diadakan oleh STDI Bandung.

Peringkat I rata-rata UN tahun pelajaran 2008-2009 se SMK Kota Bandung.

Peringkat I, prestasi penjualan terbaik, Selling Contest "Beyon-CE" Business


Entrepreneurship For Youth Generation Create You To Be Entrepreneur, Universitas
Parahyangan tahun 2010.

semakin tua semakin menjadi, tapi bagi BPK


Penutup PENABUR Bandung diharapkan di usia yang
ke-60 itu dengan pertolongan Tuhan dan
BPK PENABUR Bandung memiliki arti sejarah perkenanNya akan semakin bersantan, semakin
yang khusus bagi lahirnya BPK PENABUR. berisi dan semakin bijaksana khususnya di
Pada tahun 2010 ini BPK PENABUR sudah dalam memberikan layanan pendidikannya.
menginjak usia yang ke-60 tahun, usia yang Bentuk sikap antisipatif dan adaptif tersebut
cukup dewasa, cukup matang, bahkan sudah dilakukan BPK PENABUR Bandung melalui
bisa di katakan tua. Ada pepatah mengatakan upaya melaksanakan perbaikan secara terus-

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010 121


Profil BPK PENABUR Bandung

menerus dalam proses manajemen kantor maupun kan lulusan yang mampu berkompetisi di
manajemen sekolah yang secara terpadu dan terarah tingkat regional, nasional dan global. Oleh
pada perbaikan dan peningkatan kinerja sistem karena itu, pendidikan di BPK PENABUR
dan kinerja personal di seluruh lingkungan BPK Bandung selain harus mampu memberikan
PENABUR Bandung dari kantor sekretariat pelayanan pedagogik, keilmuan dan profesiona-
sampai sekolah secara berkelanjutan. lisme untuk memenuhi kebutuhan individual
Di samping isu internal BPK PENABUR peserta didik, juga harus mampu memberikan
Bandung sebagaimana diuraikan di atas, isu pencerahan bagi kehidupan bermasyarakat,
ekternal berupa perubahan politik, ekonomi, berbangsa dan bernegara.
sosial, budaya, ilmu pengetahuan teknologi dan Untuk menghadapi tantangan tersebut BPK
seni juga merupakan tantangan yang amat PENABUR Bandung harus terus secara
kompleks dan saling berkaitan, dan itu pula berkelanjutan berbenah dalam mengembangkan
tantangan yang dihadapi oleh BPK PENABUR rencana stratejik yang disusun dengan
Bandung pada saat ini. Dalam menghadapi memperhatikan hasil evaluasi dan analisis
tantangan global tersebut, tugas BPK PENABUR Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
Bandung sebagai salah satu lembaga pendidi- serta transisi budaya lembaga yang ada saat ini.
kan yang cukup besar di kota Bandung akan Selanjutnya dikembangkan kebijakan dan arah
semakin berat karena selain harus memenuhi strategis, sasaran, strategi, program kerja, dan
tuntutan lokal dan nasional, pergumulan di indikator kinerjanya dengan standar mutu
dalam persaingan yang ketat untuk memperoleh layanan minimal nasional tanpa mengabaikan
peserta didik, juga harus berusaha menghasil- kemungkinan penerapan standar internasional.

122 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


Keterangan Mengenai Penulis

Agung Premono Formal Education : 2001, Bachelor Degree in Mechanical Engineering,


Diponegoro University, Semarang; 2009, Master Degree in Mechanical Engi-
neering, Minor Manufacturing Engineeriing, University of Indonesia, Jakarta,
Research and Publication :2007, Application of DFMA on Designing of the
Pump’s, Published in National Seminar on Mechanical Engineering,
Tarumanagara University (In Indonesia); 2008, Agung Premono & Gandjar
Kiswanto, “The Mathematical Model for Gouging Elimination in 5-axis Ma-
chining Based on Faceted Models (Finite Element Model) Using Toroidal Cut-
ter (Case Study with Tool Lifting Method), Unpublished; 2009, Agung Premono
& Gandjar Kiswanto, “The Development of Interference Detection and Elimi-
nation Method for Multiaxis Machining Based on Faceted Models (Finite Ele-
ment Model) Using Toroidal Cutter (Case Study With Tool Incline), Prepared
to submit in Internatioanl Journal of Advance Manufacturing and Technology.

Fitri Kuswandi lahir di Sukabumi, Juli 1983. Bekerja sebagai sekretaris di kantor
Sekretariat BPK PENABUR Sukabumi pada tahun 2001 dan mendapat
kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 pada akhir tahun
2005 melalui Unit Bea Siswa BPK PENABUR. Selama masa perkuliahan,
tetap menjalani pekerjaan sebagai staf administrasi Bidang Pendidikan
di Sekretariat PH BPK PENABUR hingga saat ini. Pada April 2010 lulus
dari S1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta.

Herani Arundati, S.E, lahir di Kebumen, April 1980. Lulus Sarjana Ekonomi dari Universitas
Kristen Duta Wacana Yogyakarta dengan konsentrasi Manajemen
Sumber Daya Manusia pada tahun 2004. Tahun 2005 bergabung dengan
BPK PENABUR Jakarta sebagai guru SMPK, selanjutnya tahun 2006
sampai sekarang sebagai guru SDK 1 BPK PENABUR Jakarta. Tahun
2007 mengikuti pendidikan AKTA 4 di BPK PENABUR bekerja sama
dengan Universitas Kristen Indonesia, Jakarta.

Hilda Karli, Dra., M.Pd., lahir di Bandung, November 1967. Menyelesaikan program S2
Pendidikan IPA SD-UPI Bandung. Bekerja sebagai dosen tetap, penulis
buku, trainer pendidikan, dan koordinator penulis. Sekarang bekerja
sebagai dosen PGSD - Universitas Katolik Indonesia Atmajaya, Jakarta.
Hasil karya antara lain, Bahan Ajar Tematik untuk siswa kelas 1-3 SD,
Penerbit Erlangga; Aku Pandai Menulis untuk TK (for Kids) Penerbit:
Erlangga; Kebesaran Allah dalam Sains untuk kelas 1-6 SD, Penerbit: GIM;
Panduan Belajar dan Evaluasi IPA untuk kelas 4-6 SD, Penerbit: Grasindo.
Buku untuk pemerhati pendidikan dan Guru SD: Implementasi KBK,
Penerbit: BIM; Implementasi KTSP Penerbit BIM; Head Hand Heart dalam
KBK Penerbit: BIM; Bagaimana Sertifikasi Guru dilaksanakan?, Penerbit:
BIM

Hotben Situmorang, Drs., lahir di Toba Sumatera Utara, April 1961. Menyelesaikan S1 di IKIP
M.B.A., Jakarta Jurusan Pendidikan Fisika (1985). Sambil menyelesaikan S1,
menjadi guru di SMA Neg. 50 (1982), SMA Neg. 31 (1983-1987) dan ikut
mendirikan SMA PGRI 10. Guru dan Pejabat Kepala Sekolah Indonesia
di Davao Philippines (1987-1994), sekaligus menyelesaikan S2 bidang
Business Management di Ateneo de Davao Philippines (1994). Mengikuti

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010


123
Keterangan Mengenai Penulis

Program Mission Studies di Overseas Ministries Study Centre, Connecti-


cut USA (1994/1995). Menjadi konsultan Yakoma PGI dan dosen di
UKI (1996). Bekerja di BPK PENABUR Jakarta sebagai Kepala Bidang
Pengembangan (1997). Care taker Kepala SMKK 2 BPK PENABUR (
1996-2004). Sebagai Kepala Seksi Pengkajian dan Pengembangan
Pendidikan BPK PENABUR Jakarta (2004-2009). Saat ini sedang
mengikuti program S3 Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri
Jakarta

Inge Pudjiastuti Adywi- lahir di Semarang, Mei 1972. Menyelesaikan pendidikan di Fakultas
bowo, S. Psi., Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang tahun 1997.
Tahun 1997 – 1999 menjadi guru di TK Kristen Tri Tunggal, Semarang.
Sejak tahun 2000 hingga sekarang menjadi guru di TK Kristen 11
PENABUR, Jakarta.

Keke T. Aritonang, M.Pd., lahir di Jakarta, April 1969. Menyelesaikan S1 di FKIP Universitas
l Jambi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (1996), dan Magister
Pendidikan tahun 2004 di Universitas Kristen Jakarta. Pada tahun 2000
sampai tahun 2002 sebagai dosen di Akademi Sekretaris dan
Manajemen LEPISI Tangerang. Bekerja di SMPK 1 BPK PENABUR
Jakarta sejak tahun 1988-sekarang sebagai guru Bahasa Indonesia, serta
pelatih ekstrakurikuler menulis.

Maryani, lahir di Gunung Kidul, Yogyakarta, Juni 1971. Tahun 1992 melanjutkan
pendidikan di STK-IP Purnama Jakarta hingga menamatkan S1 pada
tahun 1997. Sehari – hari bekerja sebagai tenaga guru di TKK BPK
PENABUR Kota Modern Tangerang.

Muksin Wijaya, M.Pd., lahir di Bandung, Juli 1971. Menyelesaikan Program Magister
M.M., Manajemen di Universitas Katolik Parahyangan Bandung, dengan
konsentrasi Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Program Ma-
gister Pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia dengan Pro-
gram Studi Pengembangan Kurikulum konsentrasi Teknologi
Pendidikan. Sejak tahun 1994 menekuni dunia pendidikan sebagai
guru di beberapa SMP dan SMA swasta Kristen dan Katolik. Menulis
buku komputer yang diterbitkan oleh Gramedia–Elexmedia dan
Penerbit ANDI Yogyakarta. Saat ini selain dosen luar biasa di Sekolah
Tinggi Informatika dan Manajemen di Bandung, juga sebagai Kepala
Bidang Pembinaan dan Program Pendidikan BPK PENABUR Bandung.

Petrus Trimantara, S.Pd., lahir di Klaten, Oktober 1972. Menyelesaikan pendidikan menengah
atas di SMA Kolese De Britto Yogyakarta(1992) Jurusan Ilmu Biologi
(A2). Menyelesaikan S1 di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (1998). Bekerja di
BPK PENABUR Bandung sejak tahun 1998 yaitu sebagai staf pengajar
Bahasa Indonesia di SMA Kristen 2 BPK PENABUR Bandung. Beberapa
tulisan/artikel pernah dimuat di Jurnal BPK PENABUR, BPK News
Bandung, dan pernah menjadi Juara III Lomba Karya Tulis HUT ke-55
BPK PENABUR Kategori Guru SMP/SMA.

Yustina Titik Purwanti, lahir di Yogyakarta, September 1968. Pendidikan Terakhir S1 IKIP
S.Pd., Sanata Dharma (sekarang Universitas Sanata Dharma) Yogyakarta,
Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Lulus tahun 1993.
Menjadi guru SMEAK Fransiskus Jakarta, tahun 1994-1995, guru SMPK
7 BPK PENABUR Jakarta tahun 1994 – sekarang.
124 Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

Anda mungkin juga menyukai