Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL


BAB I PENDAHULIAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Pedoman

C. Ruang Lingkup Pedoman

D. Batasan Oprasional

E. Landasan Hukum

BAB II STANDAR KETENAGAAN


A. Kualifikasi Sumberdaya Manusia

B. Distribusi Ketenagaan

C. Jadwal Kerja

BAB III STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

B. Standar Fasilitas

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN BAB V LOGISTIK


BAB VI KESELAMATAN

BAB VII KESELAMATAN KERJA BAB VIII PENGENDALIAN MUTU BAB


IX PENUTUP
BAB I

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mendapatkan bangsa yang memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat dibutuhkan kerjasama masyarakat dalam menciptakan pembangunan kesehatan.
Kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sangat berperan penting untuk
dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi setiap warga negara.
Pembangunan kesehatan di Indonesia masih perlu berbenah guna mewujudkan
pembangunan kesehatan menyeluruh yang pada akhirnya akan memiliki pengaruh
signifikan terhadap tingkat kesehatan masyarakat yang optimal.
Berubahnya paradigma kesehatan, bahwa pembangunan kesehatan lebih diprioritaskan
pada upaya pencegahan dan promosi dengan tanpa meninggalkan kegiatan kuratif dan
rehabilitatif, telah mendorong upaya dari dinas kesehatan serta puskesmas untuk lebih
menggali kemampuan dan kemauan masyarakat untuk dapat meningkatkan dan
memecahkan permasalahan kesehatannya sendiri.

Puskesmas yang merupakan sebuah institusi pelayan kesehatan milik pemerintah yang
berbasis masyarakat ikut berperan serta sebagai perangkat pembangunan kesehatan yang
berperan penting didalam mewujudkan derjat kesehatan yang optimal bagi setiap warga
negara. Puskesmas adalah ujung tombak penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
berbasis UKP (Upaya Pelayanan Perorangan) maupun UKM (Upaya Pelayanan
Masyarakat) di strata pertama pelayanan kesehatan dan merupakan Unit pelaksanaan teknis
Dinas Kesehatan Kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan sebagai
tugas pembangunan kesehatan di Kabupaten atau kota.
Dari berbagai program yang dijalankan oleh Puskesmas, pencegahan dan pengendalian
penyakit menular merupakan salah satu program pelayanan kesehatan puskesmas yang
dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan penularan berbagai penyakit
menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll).

B. Tujuan Pedoman
I. Tujuan Umum
Sebagai pedoman petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan pengendalian dan
pemberantasan penyakit serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

2
II. Tujuan Khusus

Menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit menular. Prioritas
penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah malaria, demam berdarah dengue, diare,
polio, AFP, filaria, kusta, kecacingan, tuberkolosis paru, HIV/AIDS, pneumoni, dan
penyakit- penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Uraian tugas umum untuk
koordinator pencegahan dan pemberantasan penyakit menular yaitu menyusun
perencanaan dan evaluasi kegiatan di Unit P2, mengkoordinir dan berperan aktif terhadap
kegiatan di unitnya, dan ikut serta aktif mencegah dan mengawasi terjadinya peningkatan
kasus penyakit menular serta menindaklanjuti terjadinya KLB. Adapun upaya-upaya
yang dilakukan oleh unit P2 puskesmas untuk memberantas penyakit menular setelah
bekerja, hasil kinerja unit P2 tersebut dilaporkan kepada kepala puskesmas dan kepada
kepala Dinas Kesehatan Kabupaten.

I. Ruang Lingkup Pedoman

Ruang lingkup pengendalian dan pemberantasan penyakit :

I. Penyakit Menular

a. epidemiologi

b. Imunisasi

c. TBC
d. Malaria
e. Kusta
f. Frambosia
g. DBD
h. Penanggulangan KLB
i. ISPA/Pneumoni
j. Filariasis
h. Hepatitis
i. AFPiare
j. Typoid
k. Rabies Gigitan Hewan Penular Rabies
l. HIV/AIDS/IMS

3
I. Penyakit tidak menular.

Terdapat banyak sekali macam penyakit menular, berikut ini jenis penyakit menular yang
bersumber dari data puskesmas berdasarkan KEMENKES RI NOMOR
1479/KEMENKES/SK/X/200, tentang pedoman penyelenggaraan system surveilans
epidemiologi penyakit menular dan penyakit tidak menular terpadu :

No Penyakit No Penyakit
1 Kolera 14 Malaria klinis
2 Diare 15 Malaria vivaks
3 Diare berdarah 16 Malaria Falsifarum
4 Tifus perut klinis 17 Malaria mix
5 TBC paru BTA ( + ) 18 Demam Berdarah Dengue
6 Tersangka TBC paru 19 Demam Dengue
7 Kusta PB 20 Pneumoni
8 Kusta MB 21 Sifilis
9 Campak 22 Gonorrhea
10 Difteri 23 Franbusia
11 Batuk rejan 24 Filariasis
12 Tetanus 25 Influenza
13 Hepatitis

Kegiatan pokok pemberantasan penyakit menular oleh puskesmas terdiri dari :

1. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko

2. Peningkatan imunisasi, penemuan dan tatalaksana penderita, peningkatan surveilans


epidemiologi dan penanggulangan wabah.

3. Peningkatan komunikasi informasi dan edukasi pencegahan dan pengendalian penyakit

4
A. Batasan Operasional

a. Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang


secara aktif terhadap suatu penyaki,sehingga bila suatu saat terpajam dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan Pelayanan imunisasi meliputi
imunisasi rutin ( dasar dan lanjutan imunisasi tambahan dan imunisasi khusu.

b. Surveilans penyakit

Surveilans penyakit meliputi surveilans campak, AFP, tetanus neonaorum, DBD, malaria,
TBC, Difteri, hepatitis, Pneumonia, hipertensi dan DM

c. Kunjungan rumah pasien

Kunjungan rumah pasien meliputi kunjungan pasien TB BTA+, pasien mangkir, terduga
TB

d. Penelitian epidemiologi

Penelitian epidemiologi meliputi KLB diare, DB, campak, tetanus, malaria, flu burung dan
HIV/AIDS/IMS

e. Penyuluhan

Penyuluhan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan


prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, kelompok atau
masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, secara perorangan maupun secara
kolompok dan meminta pertolongan bila perlu.
f. Posbindu

Posbindu adalah bentuk peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini
pemantauan faktor resiko penyakit tidak menular yang dilaksanakan secara terpadu rutin
dan periodik

g. P2 kusta

P2 kusta adalah pengendalian dan pemberantasan penyakit menular menahun yang


disebabkan oleh kuman mycobacterium leprae yang terutama menyerang syaraf tepi, kulit
dan organ tubuh lain kecuali susunan syaraf pusat.

h. Pengendalian HIV/AIDS/IMS

5
Pengendalian HIV/AIDS/IMS adalah upaya jangka panjang untuk memberikan tata
laksana penyakit yang disebabkan oleh virus human immunodeficiency virus yang
penularannya dimulai saat ternfeksi sampai dengan saat kematian dengan cara melalui
hubungan seksual, cairan darah dan dari ibu terinveksi HIV ke janin.

B. Landasan Hukum

Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, Kepmenkes No.75 tahun 2015
tentang Puskesmas, Keputusan presiden No.36 tahun 1994 tentang pembentukan komisi
penanggulangan HIV/AIDS. Peraturan menteri kesehatan No.951 Menkes SK/V/2000
tentang upaya keselamatan dasar, Kepmenkes RI No.1479 menkes/SK/X/200, tentang
pedoman penyelenggaraan system surveilens epidemiologi penyakit menular dan penyakit
tidak menular.

6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Semua Petugas Puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan pencegahan dan


pencegahan dan pengendalian penyakit, mulai dari Kepala puskesmas , penanggung Jawab
UKP, Penanggung Jawab UKM, unit P2 merupakan koordinator dalam penyelengaraan
kegiatam pencegahan dan pengendalian penyakit di wilayah kecamatan Batanghari.
1. Distribusi Ketenagaan
No SDM Distribusi Keterangan
1. Dokter Poli Umum

.2. Perawat/Bidan a. Survailans Penyakit


b. Kunjungan Rumah Pasien
c. Penyuluhan
d. Imunisasi
e. Posbindu
f. Penyelidikan Epidemologi
g. P2 Kusta
h. P2 malaria
i. Pengendalian HIV/AIDS/IMS

3. Kesling/SKM Promosi Kesehatan

7
BAB III

STANDAR FASILITAS

Denah Ruang

8
E. Standar Fasilitas

1. Pedoman Pelaksana P2

2. SPO : Sesuai Jumlah Jenis Kegiatan

3. Imunisasi Kit

4. Meja/Kursi/Filing Kabinet

9
BAB IV
TATALAKSANA KEGIATAN

A. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DALAM GEDUNG

1. Tempat pendaftaran

Semua kunjungan penderita P2 di awali dengan mendaftar dengan pengambilan nomor urut berdasarkan
kebutuhan dan usia pasien.
2. Poliklinik

Pelayanan penderita P2 dewasa sementara menyatu dengan poli umum ,pelayan P2 anak-anak menyatu
di poli MTBS.
3. Laboratorium

Dalam rangka menegakan diagnose suspek kasus P2 wajib di tunjang dengan pelayanan laboratorium
4. Radiologi

Penegakan diagnosa TB paru selain sputum juga di perlukan foto thorak yang dilakukan dengan
mekanisme rujukan dikarenakan tidak adanya fasilitasrontgen di puskesmas.

5. Ruang Obat

Pelayanan obat penderita P2 TB/kusta dan penyakit menular lain di ruang apotik menyatu dengan
pasien pasien yang lain .

10
B. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT LUAR GEDUNG

1. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko

Selain pasien yang telah terinveksi penyakit menular, masyarakat yang memiliki resiko tinggi juga perlu
diperhatikan, karena masyarakat yang memiliki resiko tinggi bisa kapan saja terpapar/terkena penyakit
menular.
Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko terdiri dari :
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang- undangan,dan kebijakan
pencegahan dan penanggulangan factor resiko dan desimenasinya.
b. Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan untuk pencegahan dan penanggulangan
factor resiko
c. Menyiapkan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan factor resiko sebagai stimulant
d. Menyiapkan materi dan menyusun juklak/juknis/pedoman pencegahan dan pencegahan dan pena
ggulangan factor resiko
e. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melakukan pencegahan
penanggulangan resiko
f. Melakukan bimbingan pemantauan dan evaluasi kegiatan pencegahan dan penanggulangan
factor resiko
g. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan komunikasi teknis
pencegahan dan penanggulangan factor resiko
h. Melelaksanakan dukungan admistrasi dan oprasional pelaksanaan pencegahan dan
penanggulangan penyakit

2. Peningkatan Imunisasi
Imunisasi sangat penting untuk mencegah dan melindungi seseorang terjangkit penyakit menular.
Kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas dalam peningkatan imunisasi yaitu :
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang- undangan dan kebijakan
peningkatan imunisasi dan diseminasinya
b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan dan peningkatan imunisasi
c. Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulant yang ditujukan terutama untuk
masyarakat miskin dan kawasan khusus sesuai dengan skala prioritas
d. menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklat/juknis/protap program imunisasi

e. Menyiapkan dan mendistribusikan saranan dan prasarana imunisasi

11
f. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendali penyakit untuk melaksanakan program imunisasi

g. Melakukan bimbingan pemantauan dan evaluasi kegiatan imunisasi

h. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja imformasi dan konsultasi teknis
peningkatan imunisasi
i. Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi
j. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya pelaksanaan peningkatan imunisasi
k. melaksanakan dukungan administrasi dan oprasional pelaksanaan imunisasi

3. Penemuan dan tata laksana penderita


Setelah kunjungan penderita kepuskesmas, puskesmas harus berperan aktif dalam penemuan dan
kunjungan terhadap penderita. Didalam upaya penemuan dan tata laksana penderita dibutuhkan
kerjasama antara masyarakat dan puskesmas. Sebagai contoh kasus TBC yang membutuhkan peran
penting puskesmas, apabila pasien berhenti dalam masa pengobatan akibat halangan tertentu atau
lainnya dalam kunjungan kontrol, maka puskesmas harus aktif mengunjungi rumah penderita, sebab
apabila pasien tersebut berhenti minum obat, maka upaya pemberantasan TBC dikatakan gagal dan
pasien harus mengulangi pengobatan dari awal. Memberhentikan pengobatan maka akan terjadi resisten
dan hal ini dapat menyebabkan kemungkinan penyebaran penyakit semakin besar, Itulah sebabnya
puskesmas terdekat harus mengunjungi rumah pasien agar dapat menjangkau pasien dan mensuksekan
upaya P2.
Kegiatan pokok dalam upaya ini yaitu:
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan kebijakan
penemuan dan tatalaksana penderita
b. Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita
c. Menyediakan kebutuhan dan tatalaksana penderita sebagai stimulant

d. Menyiapkan materi dan menyusun juklat/juknis/pedoman program penemuan dan


tatalaksana penderita
e. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melakukan program
penemuan dan tatalaksana penderita
f. Melakukan bimbingan pemantauan dan evaluasi kegiatan penemuan dan
tatalaksana penderita

12
4. Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah.
Kegiatan pokok surveilans epidemiologi meliputi :
a. Menyiapkan materi dan menyusun rencangan peraturan dan perundang-undangan, dan
kebijakan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah dan
disminasinya.
b. menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah.
c. Menyediakan kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan
KLB/wabah sebagai stimulant
d. Menyiapkan materi dan menyusun juklat/juknis/pedoman program surveilans epidemiologi
dan penanggulangan KLB/wabah
e. Meningkatkan system kewaspadaan dini dan menanggulang KLB/wabah, termasuk dampak
bencana.
f. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melakukan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah.
g. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi
teknis surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah.
h. Melakukan kajian upaya surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah.
i. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah.
j. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan surveilans epidemiologi
dan penanggulangan KLB/wabah.

5. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) P2P


Kegiatan pokok dari peningkatan komunikasi,informasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pengendalian penyakit yaitu :
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan perundang-undangan,dan kebijakan
peningkatan komunikasi informasi dan edukasi(KIE) pencegahan dan pengendalian penyakit dan
diseminasinya.
b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan dan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan
edukasi (KIE) pencegahan dan pengendalian penyakit.
c. Menyediakan kebutuhan peningkatan (KIE) pencegahan dan pengendalian penyakit
sebagaim stimulant

13
d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklat/juknis/protab program (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit
e. Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi
f. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendali penyakit untuk melaksanakan program (KIE) pencegahan
dan pemberantasan penyakit
g. Melakukan bimbingan,pemamtauan dan evaluasi kegiatan (KIE) pencegahan dan pengendalian penyakit
h. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis
peningkatan KIE pencegahan dan pemberantasan penyakit.
i. Melakukan kajian upaya peningkatan KIE pencegahan dan pengendalian penyakit
j. Membina dan megembangkan UPT dalam upaya peningkatan KIE pencegahan dan pemberantasan
penyakit.
k. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan KIE pencegahan dan
pemberantasan penyakit.

BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan P2 tercantum dalam RUK.

BAB V
KESELAMATAN SASARAN

Pelaksanaan Program P2 mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penilaian dan
evaluasi kegiatan perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifkasi risiko terhadap
segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko
terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap- tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

14
BAB VI

KESELAMATAN KERJA
Dalam persiapan sampai dengan pelaksanaan kegiatan ptogram P2 perlu diperhatikan keselamatan kerja
semua petugas dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi
pada saat pelaksanaan kegiata. Upaya pencegahan risiko terhadap kegiatan harus dilakukan untuk tiap-
tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

BAB VIIII PENGENDALIAN MUTU


Pengendalian mutu adalah proses deteksi atau koreksi adanya penyimpanagan atau perubahan segerah
setelah terjadi, sehinggah mutu dapat dipertahankan.

Langkah Kegiatan yang dikerjakan :

a. Evaluasi kinerja dan kontrol kegiatan

b. Membandingkan kerja aktual terhadap tujuan kegiatan

c. Bertindak terhadap perbedaan dan penyimpangan mutu yang ada

1. Proses kendali mutu

Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas atau sesuai ( Yang berhubungan dengan

15
standar – standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada
masyarakat yang bersangkutan dan telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada
kematian, kesakitan,ketidak mampuan dan kekurangan gizi ( Milton I Roemer dan C Montoya
Aguiler,WHO, 1988).

Mutu dalam pelayanan kesehatan dapat dimaksud adalah dari aspek teknis medis yang hanya
berhubungan langsung antara pelayanan medis dan pasien saja atau mutu kesehatan dalam

16
sudut pandang sosial dan pelayanan kesehatan secara keseluruhan, termaksud akibat manajemen
administrasi, keuangan, peralatan dan tenaga kesehatan lainya.

Menilai mutu adalah suatu keputusan yang berhubungan dengan proses pelayanan, yang berdasarkan
tingkat dimana pelayanan memberikan kontribusi terhadap nilai outcomes.

Proses pelayan dibagi dalam dua konponen utanma yaitu:

1. Proses Interpersonal

Adalah wahana yang dipelukan untuk aplikasi dari pelayanan teknis, Namun juga penting dalam
kaidah- kaidahnya sendiri adalah kemungkinan sebagai terapi atau penyembuhan.

2. Pelayanan teknis ( Medis )

Adalah aplikasi ilmiah dan teknologi medis dan ilmu kesehatan lainya, terhadap persoalan kesehatan
seseorang, manajemen pelayanan medis adalah gabungan interaksi antara manajemen teknis medis
dengan sosial psikologi antara klien dan praktisioner.

Arti mutu pelayanan kesehatan dari sudut pandang

a. pengertian mutu untuk pasuen dan masyarakat

Mutu pelayanan merupakan suatu empati, respek dan tanggap akan kebutuhannya, pelayanan
harus sesuai dengan kebutuhan mereka, diberikan dengan cara yang ramah pada waktu mereka
berkunjung.

Kepuasan pasien adalah, suatu kenyataan yang sering di abaikan sebagai indikator mutu, kepuasan
pasien sering di pandang sebagai :

1.Suatu komponen yang penting dalam pelayanan kesehatan.

2.Berkaiatan dengan kesembuhan dari sakit atau luka

17
3.Hal ini berkaitan dengan konsekuensi dari pada sifat pelayanan kesehatan itu sendiri

4. Berkitan pula dengan sasaran dan outcome dari pelayanan

5. dalam penilaian mutu dihubungkan dengan ketetapan pasien terhadap mutu atau kebagusan
pelayanan.

18
6. Pengukuran penting yang mendasar bagi mutu pelayanan, karena memberikan informasi dengan nilai
dan harapan klien adalah mempunyai wewenang sendiri.

b. Untuk petugas kesehatan

Mutu Pelayanan berarti bebas melakukan segala sesuatu secara profesional untuk meningkatkan
derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang maju,
mutunperalatan yang baik dan memenuhi standar yang baik.

c. untuk administrasi

1. Bagi Puskesmas mutu dapat berarti memiliki tenaga profesional yang bermutu dan cukup.

2. Pelayanan medis yang baik

Pelayanan medis yang baik adalah prakter kedokteran ( Pengobatan ) Yang rasional yang berdasarkan
ilmu pengetahuan.

d. Syarat program menjaga mutu

1. bersifat khas

2. Mampu melaporkan setiap penyimpangan

3. Mudah dilaksanakan

4. mudah dimengerti

19
5. dapat melindungi pelaksanaan pelayanan dan kemungkinan munculnya gugatan hukum.

20
BAB IX PENUTUP
Kesimpulan

Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan strata pertama yang memiliki kesehatan wajib dan
upauya kesehatan pengembangan. Didalam upaya kesehatan wajib terdapat upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit yang menular biasa dki singkat P2, didalam
-pelaksanaan upaya-upaya pokok pemberantasan dan pencegahan penyakit menular yang dilaksanakan
puskesmas larompong selatan, banyak sekali rangkaian yang telah di bagi menurut penyakitnya,
rangkaian kegiatan tersebut merpakan pengembangan upaya kegiatan- kegiatan yang berada dalam
upaya pokok program P2, dalam implementasi pelaksanaan upaya-upaya tersebut, kerjasama antara
masyarakat dan puskesmas larompong selatan sangatlah di butuhkan untuk bersama-sama membangun
kesehatan bangsa indonesia agar teraihnya status kesehatan yang optimal.

Saran

21
Untuk mencapai tujuan tujuan pelayanan pencegahan penyakit yang optimal petugas kesehatan
harus memberikan pelayanan sesuai dengan pedoman yang ada. Selain selain dengan menggunakan
pedoman pelayan P2, petugas kesehatan juga harus memberdayakan masyarakat agar masyarakat lebih
sadar akan pentingnya kesehatan.

22

Anda mungkin juga menyukai