Anda di halaman 1dari 6

A.

Program Pemberantasan Penyakit Menular di Puskesmas


Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular merupakan program pelayanan
kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit
menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll). Tujuan dari program P2M ini yaitu
untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit menular.
Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah Malaria, demam berdarah
dengue, diare, polio, filaria, kusta tuberkulosis paru, HIV/AIDS, pneumonia, dan
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Uraian tugas umum untuk
koordinator unit pencegahan dan pemberantasan penyakit menular yaitu menyusun
perencanaan dan evaluasi kegiatan di unit p2m, mengkoordinir dan berperan aktif
terhadap kegiatan di unitnya, dan kut serta aktif mencegah dan mengawasi terjadinya
peningkatan kasus penyakit menular serta menindaklanjuti terjadinya KLB. Banyak
sekali upaya yang dilakukan oleh puskesmas untuk memberantas penyakit menular,
setelah puskemas bekerja, kinerja p2m puskesmas langsung dilaporkan kepada kepala
dinas kesehatan daerah tingkat II.
1. Ruang Lingkup Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
a.  Surveilans epidemiologi
b.   Imunisasi
c.  TBC
d. Malaria
e. Kusta
f. DBD
g.  Penanggulangan KLB
h. ISPA/Pnemonia
i. Filariasis
j. AFP
k. Diare
l. Rabies/Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR)
m. Kesehatan Matra (Haji dan P. Bencana)
n. Frambusia
o. Leptospirosis
p. HIV/AIDS
2. Kegiatan Pokok P2M

Secara umum, untuk pemberantasan penyakit menular, puskesmas memiliki


tugas-tugas yang terbagi dalam lima hal. Terdapat banyak sekali macam penyakit
menular, berikut ini jenis penyakit menular yang bersumber data dari puskesmas
berdasarkan KEPMENKES RI NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan
Penyakit Tidak Menular Terpadu:

NO. Penyakit NO. Penyakit


1. Kolera 14. Malaria Klinis
2. Diare 15. Malaria Vivax
3. Diare berdarah 16. Malaria falsifarum
4. Tifus perut klinis 17. Malaria mix
5. TBC paru BTA (+) 18. Demam berdarah dengue
6. Tersangka TBC paru 19. Demam dengue
7. Kusta PB 20. Pneumonia
8. Kusta MB 21. Sifilis
9. Campak 22. Gonrrhea
10. Difteri 23. Frambusia
11. Batuk rejan 24. Filariasis
12. Tetanus 25. Influensa
13. Hepatitis klinis

Kegiatan pokok pemberantasan penyakit menular oleh puskesmas terdiri dari


pencegahan dan penanggulangan faktor risiko, peningkatan imunisasi, penemuan
dan tatalaksana penderita, Peningkatan surveilens epidemiologi dan
penanggulangan wabah, serta Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit.

3. Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Risiko


Selain pasien yang telah terinfeksi penyakit menular, masyarakat yang
memiliki risiko tinggi juga perlu diperhatikan, karena masyarakat yang memiliki
risiko tinggi bisa memiliki risiko kapan saja terkena penyakit menular. Pencegahan
dan penanggulangan faktor risiko terdiri atas:
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-
undangan, dan kebijakan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko dan
diseminasinya
b. Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan untuk pencegahan dan
penanggulangan faktor resiko
c.  Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
sebagai stimulam
d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
e. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melakukan
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
f. Melakukan bimbingan, pemantauan dan evaluasi kegiatan pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko
g. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
h. Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
i. Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahn dan penanggulangan
faktor risiko.
j. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
pencegahan             dan pemberantasan penyakit.

4. Peningkatan imunisasi
Imunisasi sangat penting untuk mencegah dan melindungi seseorang
terjangkit penyakit menular, ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas
dalam hal peningkatan imunisasi yaitu:
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-
undangan, dan kebijakan peningkatan imunisasi, dan diseminasinya
b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan
imunisasi
c. Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan yang
ditujukan terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan khusus sesuai
dengan skala prioritas
d. Menyiapkan materi dan menyusun rancagan juklak juklak/juknis/protap
program imunisasi
e. Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi
f. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program imunisasi
g. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasi
h. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi
dan konsultasi teknis peningkatan imunisasi
i. Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi
j.  Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan imunisasi
k. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
imunisasi
5.  Penemuan dan tatalaksana penderita
Selain kunjungan penderita ke puskesmas, puskesmas harus berperan aktif
dalam penemuan dan kunjungan terhadap penderita. Penemuan dan tatalaksana
penderita terdiri atas upaya bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan
penemuan dan tatalaksana penderita, serta meningkatkan kemampuan tenaga
pengendalian penyakit untuk melaksanakan program penemuan dan tatalaksana
penderita. Di dalam upaya penemuan dan tatalaksana penderita dibutuhkan
kerjasama antara masyarakat dan puskesmas untuk saling bekerjasama sehingga
dapat memabangun status kesehatan pada masyarakat yang optimal dengan
pemberantasan penyakit menular, sebagai contoh seperti kasus TBC yang
membutuhkan peran penting puskesmas. Apabila pasien berhenti dalam masa
pengobatan akibat halangan tertentu atau lalainya pasien dalam kunjungan ke
puskesmas untuk kontrol, maka puskesmas harus aktif mengunjungi rumah
penderita, sebab apabila pasien tersebut berhenti minum obat, maka upaya
pemberantasan TBC dikatakan gagal dan pasien harus mengulang tahap
pengobatan mulai dari awal. Serta apabila pasien terus-terusan memberhentikan
pengobatan di tengah-tangah masa pengobatan, maka akan terjadi resistensi dan hal
ini dapat menyebabkan kemungkinan penyebaran penyakit semakin besar. Itulah
sebabnya, puskesmas terdekat harus mengunjungi rumah pasien agar dapat
menjangkau pasien dan menyukseskan upaya p2m. Kegiatan pokok dalam upaya
ini yaitu:
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundangundangan, dan kebijakan penemuan dan tatalaksana penderita dan
diseminasinya
b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penemuan dan
tatalaksana penderita
c. Menyediakan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita sebagai
stimulan
d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program
penemuan dan tatalaksana penderita
e. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita
f. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan dan
tatalaksana penderita
g. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis penemuan dan tatalaksana penderita
h. Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita
i. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan dan tatalaksana
penderita
j. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan penemuan
dan tatalaksana penderita.
6. Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit

Setelah upaya-upaya yang telah dijelaskan di atas tadi, Puskesmas juga


memiliki upaya untuk meningkatkan komunikasi, informasi, dan Edukasi untuk
oencegan dan pemberantasan penyakit menular di suatu wilayah kerjanya. Upaya
ini bisa dilakukan dengan pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE); pengembangan upaya kesehatan
bersumber masyarakat, (seperti pos pelayanan terpadu, pondok bersalin desa, usaha
kesehatan sekolah dan generasi muda, Saka Bhakti Husada; serta peningkatan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Media promosi kesehatan terhadap
masyarakat perlu ditingkatkan terutama promosi tentang penyakit menular, cara
penularan dan cara pencegahan agar masyarakat bisa mengerti secara luas apa saja
penyakit menular itu, bagaimana cara mencegahnya dan bagaimana cara
mengobatinya. Selain itu puskesmas juga bertugas untuk mengajak masyarakat
berperan aktif dalam pengembangan upaya kesehatan misalnya pos pelayanan
terpadu dan usaha kesehatan lain. Selain promosi kesehatan, komunikasi dan
informasi seputar penyakit menular untuk masyarakat juga merupakan upaya
puskesmas dalam pemberantasan penyakit menular. Informasi yang diberikan
terhadap puskesmas seperti penyuluhan harus dibuat semenarik mungkin agar
masyarakat tertarik terhadap acara yang diadakan. Semisal, penyuluhan HIV/AIDS
pada siswa SMP/SMA  untuk pencegahan penyakit menular seksual pada kalangan
muda yang sekarang sedang marak terjadi. Banyak siswa SMP yang masih belum
mengerti apa itu penyakit HIV/AIDS dan bagaimana cara penularannya sehingga
di Indonesia penyebaran HIV/AIDS sangatlah cepat. Selain pemberian informasi,
pembentukan karakter dan moral terhadap kalangan muda juga sangat penting
untuk membentuk moral dan karakter yang baik sebagai dasar pembentukan negara
untuk berkembang. Meskipun moral merupakan faktor tidak langsung terhadap
penyebaran penyakit menular terutama penyakit menular melalui hubungan
seksual, namun pembentukan moral sangat penting diberikan kepada generasi
muda untuk tujuan pencegahan penularan penyakit menular hubungan seksual.
Selain itu, pembentukan moral dan karakter bisa mendukung pembangunan negara
yang berimbas kepada tingkat dan status kesehatan bangsa. Upaya selain promosi
yaitu pemberdayaan masyarakat melalui pos kesehatan pada puskesmas yang
bersumberdayakan masyarakat. Pos kesehatan ini tetap dikelola oleh puskesmas
meskipun yang melaksanakan orang-orang yang ingin berpartisipasi di dalamnya
dengan dibimbing oleh dokter atau bidan setempat. Dengan adanya pos kesehatan
yang bersumberdayakan masyarakat, maka secara otomatis pengetahuan
masyakarakat akan bertambah. Kegiatan pokok dari peningkatan komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit yaitu:
a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-
undangan, dan kebijakan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit dan diseminasinya
b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit
c.  Menyediakan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit sebagai stimulan
d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit
e. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan
program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit
f. Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
g. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit
h. Melakukan kajian upaya peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit
i. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
j. Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit.

Anda mungkin juga menyukai