Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering
terjadi pada anak yaitu pneumonia. ISPA merupakan salah satu penyebab utama
kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%).
Pneumonia adalah pembunuh utama balita di dunia dibanding dengan gabungan
penyakit AIDS, malaria dan campak. Diantara 5 kematian Balita 1 diantaranya
disebabkan oleh pneumonia. Bahkan karena besarnya kematian pneumonia ini,
pneumonia disebut sebagai “pandemi yang terlupakan”/“the forgotten pandemic”.
Namun, tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini, sehingga pneumonia disebut
juga pembunuh Balita yang terlupakan atau “the forgotten killer of children”.
Virus influenza mempunyai sifat mudah berubah baik secara mutasi maupun
dengan pertukaran genetic 2 jenis virus influenza atau lebih (reassortment)
membentuk jenis virus influenza baru. Pandemi Influenza berdampak pada
kerugian ekonomi yang besar, kelumpuhan pelayanan termasuk kesehatan,
gangguan keamanan dan ketertiban sosial. Penyakit menular bersifat tidak
mengenal batas wilayah administrative dan sistem pemerintahan maka perlu
dilakukan pengendalian penyakit menular dan penyehatan lingkungan secara
terpadu menyeluruh/komprehensif berbasis wilayah melalui peningkatan surveilans,
advokasi dan kemitraan.
Saat ini salah satu penyakit ISPA yang perlu mendapat perhatian adalah
influenza karena merupakan penyakit yang dapat menimbulkan wabah sesuai
dengan Permenkes Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.
Pelaksanaan pengendalian ISPA memerlukan komitmen pemerintah pusat,
pemeritah daerah, dukungan dari lintas program, lintas sektor serta peran serta
masyarakat termasuk dunia usaha. Pedoman ini mengulas situasi pengendalian
pneumonia, kebijakan, strategi, kegiatan pokok, peran pemangku kepentingan,
tantangan dan pengembangan ke depan sesuai dengan visi misi dan rencana
strategis Kementerian Kesehatan.
Untuk mencapai tujuan Puskesmas Kesamben, perlu ditetapkan Visi dan Misi
Puskesmas adapun Visi dan Misi tersebut adalah Visi Puskesmas Kesamben
“TERWUJUDNYA KABUPATEN BLITAR YANG MANDIRI DAN SEJAHTERA
BERLANDASKAN AKHLAK MULIA, BALDATUN, TOYIBATUN, WAROBBUN
GHOFUR”. Serta Misi Puskesmas Kesamben Mengembangkan dan Meningkatkan
penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat, Mengembangkan dan
1
meningkatkan penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan, Meningkatkan
kemitraan dan jejaring fasyankes, Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia
dan pengelolaan manjerial.

B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena pneuomonia
2. Tujuan Khusus
1) Mengendalikan angka kejadian Pneumonia Balita dan Menurunkan angka
kematian pneumonia Balita;
2) Mencapai cakupan penemuan pneumonia Balita sesuai target;
3) Meningkatkan kesiap siagaan dan respon terhadap Pandemi Influenza serta
penyakit saluran pernapasan lain yang berpotensi wabah;
4) Menyusun dokumen Rencana Kesiap siagaan dan Respon terhadap Pandemi
Influenza serta Pedoman dan Petunjuk Pelaksanaan Penanggulangan
Pandemi;
5) Mensosialisasikan pedoman-pedoman yang terkait dengan Kesiapsiagaan
dan Respon Pandemi Influenza dan tersusunnya Pedoman Latihan (Exercise)
dalam Kesiap siagaan dan Respon Pandemi Influenza;
6) Mengendalikan ISPA umur ≥ 5 tahun;
7) Menjalin kerjasama/ kemitraan dengan unit program atau institusi yang
kompeten dalam pengendalian faktor risiko ISPA khususnya Pneumonia.

C. SASARAN PEDOMAN
1. Penanggung Jawab Program;
2. Pelaksana program ISPA;
3. Dokter, Perawat, Bidan ( Tenaga Kesehatan yang memberi pelayanan );
4. Seluruh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kesamben.

D. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup pengendalian ISPA fokus pada pengendalian pneumonia balita
dengan pengembangan sesuai kondisi dan kebutuhan pelayanan kesehatan
masyarakat yaitu:
1. Pengendalian Pneumonia Balita;
2. Pengendalian ISPA umur ≥ 5 tahun;
3. Kesiapsiagaan dan Respon terhadap Pandemi Influenza serta penyakit saluran
pernapasan lain yang berpotensi wabah;
4. DFaktor risiko ISPA.

2
E. BATASAN OPERASIONAL
1. Pengertian
1) Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah Infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli
termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura).
2) Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Pneumonia Balita ditandai dengan adanya gejala batuk dan atau kesukaran
bernapas seperti napas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
(TDDK), atau gambaran radiologi foto thorax/dada menunjukkan infiltrat paru
akut. Demam bukan merupakan gejala yang spesifik pada Balita. Dalam
penatalaksanaan pengendalian ISPA semua bentuk pneumonia seperti
bronkopneumonia, bronkiolitis disebut “pneumonia” saja.
3) Influenza adalah infeksi akut yang menyerang saluran pernapasan,
disebabkan oleh virus influenza dengan gejala demam ≥38’C disertai batuk
dan atau sakit tenggorokan.
4) Influenza Like Illness (ILI) adalah penyakit yang mempunyai gejala serupa
influenza yaitu demam ≥38’C disertai batuk dan atau sakit tenggorokan.
5) Pandemi Influenza adalah wabah penyakit influenza yang menjangkiti banyak
negara di dunia yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
6) Surveilans Sentinel Pneumonia adalah penyelenggaraan surveilans
epidemiologi pada populasi dan wilayah terbatas untuk mengetahui: besarnya
kejadian pneumonia dan faktor risikonya;
7) ISPA akibat polusi adalah ISPA yang disebabkan oleh faktor risiko polusi
udara seperti asap rokok, asap pembakaran di rumah tangga, gas buang
sarana transportasi dan industri, kebakaran hutan dan lain lain.

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan bertugas
sesuai dengan tupoksi dan kompetensinya.

No Jenis Tenaga Kualifikasi Jumlah


1 Pengelola Program Bidan/D3 Kebidanan 1
Pelaksana (memberi pelayanan
2 Dokter 2
kesehatan)
Pelaksana (memberi pelayanan
3 Perawat/D3 perawat 2
kesehatan)
4 Pelaksana (memberi pelayanan laborat) Analis 1
5 Pelaksana (memberi pelayanan gizi) Ahli gizi 1
6 Pelaksana (petugas farmasi) Petugas farmasi 1
7 Pembantu Administrasi 2

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Tim Pembina Program ISPA Kecamatan berfungsi membina dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan program ISPA di daerah wilayah kerjanya melalui
lintas sektor guna pengendalian angka kejadian kasus ISPA.
2. Tim Pelaksana Program ISPA bertugas :
a. Melaksanakan kerjasama dengan PKK, kader kesehatan yang ada
dimasyarakat;
b. Menyusun dan melaksanakan program di wilayah setempat;
c. Melaksanakan evaluasi atau penilaian kegiatan yang sudah dilaksanakan
serta menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL).
3. Tim tanggap darurat dan tim gerak cepat yang bisa melaksanakan kegiatan
penyuluhan di wilayah melalui berbagai kegiatan di masyarakat, melakukan
identifikasi kasus mencatan dan melaporkan serta mengevaluasi kemudian
merencanakan rencana tindak lanjut.

C. JADWAL KEGIATAN
Jadwal pelaksanaan kegiatan pelayanan program ISPA di sepakati dan disusun
bersama dengan sektor terkait dalam pertemuan lokakarya mini lintas sektor tiap 3
bulan sekali.

4
BAB III
STANDART FASILITAS

A. STANDART FASILITAS
1. Puskesmas Rawat jalan, Puskesmas Pembantu, Ponkesdes dan Poskesdes
1) Buku register;
2) Family folder pasien;
3) Register rujukan;
4) Buku pencatatan dan pelaporan;
5) Sarana RR MTBS (Blangko MTBS/MTBM, buku cata tan harian MTBS,Kartu
Nasehat Ibu (KNI), Kartu was pada pneumonia;
6) Formulir Inform Concent pelayan;
7) Stetoskop;
8) Tensimeter dengan manset anak;
9) Tabel IMT;
10)Alat ukur berat badan ( timbangan Anak dan bayi );
11)Microtoice ( alat ukur timbang badan);
12)ARI Soundtimer;
13)Obat-obatan sesuai kreteria yang boleh dilayani ;
14)Termometer;
15)Alat permainan edukatif (APE) ;
16)Obat-obatan sesuai kreteria yang boleh dilayani.
2. Puskesmas Rawat Inap
1) Buku register;
2) Family folder pasien;
3) Register rujukan;
4) Buku pencatatan dan pelaporan;
5) Sarana RR MTBS (Blangko MTBS/MTBM, buku cata tan harianMTBS,Kartu
Nasehat Ibu (KNI), Kartu was pada pneumonia;
6) Formulir Inform Concent pelayan;
7) Stetoskop;
8) Tensimeter dengan manset anak;
9) Tabel IMT;
10)Alat ukur berat badan ( timbangan Anak dan bayi );
11)Microtoice ( alat ukur timbang badan);
12)ARI Soundtimer;
13)Obat-obatan sesuai kreteria yang boleh dilayani ;
14)Termometer;
5
15)Alat permainan edukatif (APE);
16)Obat-obatan sesuai kreteria yang boleh dilayani di pelayanan rawat inap;
17)Oksigen konsentrator dan tabung oksigen lenkap dengan regulator;
18)Oksimeter denyut (Pulseoxymetry).

6
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
1. Pelaksanaan pelayanan kesehatan program ISPA
Dilaksanakan di pelayanan kesehatan yang ada di wilayah yaitu posyandu,
ponkesdes, polindes, puskesmas pembatu dan puskesmas induk dengan
memberikan pelayanan menyeluruh (komprehensif) sesuai ketentuan yang harus
diberikan sesuai kompetensi, meliputi kegiatan peningkatan (promotif),
pencegahan (preventif), penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif).
1) Peningkatan ( Promotif )
a. Pelatihan teknis dalam rangka pemeliharaan kesehatan dan pembentukan
peran serta aktif masyarakat dan pihak-pihak terkait dalam layanan tim
tanggap darurat dan tim gerak cepat kasus ISPA;
b. Pembinaan desa sehat yang dijadikan keteladanan suatu wilayah antara
lain pembinaan jamban sehat, makanan sehat, pemeliharaan lingkungan
sekitar yang bebas dari factor pembawa penyakit dan pembinaan
pengelolaan limbah berdaya guna habis pakai yang bisa dimanfaatkan
kembali;
c. Pembinaan PHBS.
2) Pencegahan ( Preventif )
a.Kegiatan penyuluhan;
b.Penerapan nyata PHBS;
c. Pengawasan dan kegiatan nyata kebersihan lingkungan sekitar;
d.Cucitangan yang benar;
e.Membiasakan adat batuk yang benar.
3) Penyembuhan dan Pemulihan ( kuratif dan rehabilitatif )
a.Diagnosa awal;
b.Pertolongan awal saat di rumah;
c. Pengobatan awal di tempat pelayanan kesehatan;
d.Pemberian terapi yang sesuai dengan kasus ISPA ;
e.Rujukan.

7
B. METODE
Untuk mencapai tujuan pengendalian pneumonia dan influenza maka
diperlukan metode sebagai berikut :
1. Advokasi kepada pemangku kepentingan di semua tingkat untuk membangun
komitmen dalam pencapaian tujuan pengendalian ISPA;
2. Pengendalian ISPA dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku;
3. Peningkatan penemuan kasus dan tatalaksana pneumonia Balita sesuai dengan
standar di semua fasilitas pelayanan kesehatan;
4. KIE pengendalian ISPA melalui berbagai media sesuai dengan kondisi sosial dan
budaya setempat;
5. Peningkatan SDM dengan kegiatan penyuluhan ( Leaflet, Poster, Lembar balik,
Stiker );
6. Ketersediaan logistik pengendalian ISPA menjadi tanggung jawab pusat dan
daerah;
7. Pengendalian ISPA dilaksanakan melalui kerjasama dan jejaring dengan lintas
program, lintas sektor, swasta, perguruan tinggi dan organisasi non pemerintah
baik nasional maupun internasional;
8. Meningkatkan kualitas pelayanan melalui peningkatan kemampuan sumber
daya, pembinaan/supervisi, sistem pemantauan dan evaluasi program serta
sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat;
9. Autopsi verbal dilakukan dalam rangka menentukan penyebab kematian Balita;
10. Penyusunan rencana kontinjensi kesiapsiagaan dan respon pandemi influenza
di semua tingkat;
11. Rencana pengendalian pneumonia disusun berbasis bukti (evidence based);
12. Meningkatkan upaya kegiatan pencegahan yang efektif;
13. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, monitoring dan evaluasi.

C. LANGKAH KEGIATAN
Dalam kegiatan Pengendalian ISPA dilakukan sebagai berikut :
1. Kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk merencanakan langkah-
langkah pengendalian angka kejadian kasus ISPA;
2. Penguatan jejaring internal dan eksternal (LP/LS, profesi, perguruan tinggi, LSM,
ormas, swasta, lembaga internasional, dll);
3. Penemuan kasus pneumonia dilakukan secara aktif dan pasif;
4. Peningkatan mutu pelayanan melalui ketersediaan tenaga terlatih dan logistic;
5. Peningkatan peran serta masyarakat dalam rangka deteksi dini pneumonia Balita
dan pencarian pengobatan ke fasilitas pelayanan kesehatan;

8
6. Pelaksanaan Autopsi Verbal Balita di masyarakat;
7. Penguatan kesiapsiagaan dan respon pandemi influenza melalui penyusunan
rencana kontinjensi di semua jenjang, latihan (exercise), penguatan surveilans
dan penyiapan sarana prasana;
8. Pencatatan dan pelaporan dikembangkan secara bertahap dengan sistem
komputerisasi berbasis web;
9. Monitoring dan pembinaan teknis dilakukan secara berjenjang, terstandar dan
berkala;
10. Evaluasi program dilaksanakan secara berkala;
11. Melaksanakan upaya kesehatan wajib dengan menerapkan beberapa
pelayanan kesehatan meliputi :
1) Promosi Kesehatan;
2) Kesehatan Lingkungan;
3) Kesehatan ibu dan anak;
4) Perbaikan gizi masyarakat;
5) Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular;
6) Upaya pengobatan dasar ;
7) Upaya kesehatan pemulihan;
8) Rujukan.

9
BAB V
LOGISTIK

A. PENGELOLAAN LOGISTIK
1. Perkiraan jumlah penderita Pneumonia Balita pneumonia ditentukan oleh dinas
kesehatan dengan mengacu pada jumlah penduduk.
2. Ketersediaan Logistik
1) Obat
a. Tablet Kotrimoksazol 480 mg;
b. Sirup Kotrimoksazol 240 mg/5 ml;
c. Sirup kering Amoksisilin 125 mg/5 ml;
d. Tablet Parasetamol 500 mg;
e. Sirup Parasetamol 120 mg/5 ml.
Jika memungkinkan dapat disediakan antibiotik intramuskular: Ampisilin dan
Gentamisin.
Untuk menghindari kelebihan obat, maka kebutuhan obat dihitung
berdasarkan hasil cakupan tahun sebelumnya dengan tambahan 10% sebagai
buffer stock.
2) Alat
a. Acute Respiratory Infection Soundtimer (ARI Soundtimer).
a) Tiga buah di Puskesmas;
b) Satu buah di tiap Pustu;
c) Satu buah di tiap bidan desa, Poskesdes, Polindes, Ponkesdes.
b. Oksigen konsentrator untuk memproduksi oksigen dari udara bebas, untuk
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan rawat inap/unit
gawat darurat yang mempunyai sumber daya energi (listrik/ generator)
dan tabung oksigen lengkap dengan regulator.
c. Oksimeter denyut (Pulseoxymetry) alat pengukur saturasi oksigen dalam
darah diperuntukan bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki
oksigen konsentrator.

B. ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN DALAM PELAYANAN TATALAKSANA


ISPA
1. Puskesmas Rawat Jalan, Puskesmas Pembantu, Ponkesdes dan Poskesdes
1) Buku register;
2) Family folder pasien;
3) Register rujukan ;
4) Buku pencatatan dan pelaporan;
10
5) Sarana RR MTBS (Blangko MTBS/MTBM, buku cata tan harian
MTBS,Kartu Nasehat Ibu (KNI), Kartu was pada pneumonia;
6) Formulir Inform Concent pelayan;
7) Stetoskop;
8) Tensimeter dengan manset anak;
9) Tabel IMT;
10) Alat ukur berat badan ( timbangan Anak dan bayi );
11) Microtoice ( alat ukur timbang badan);
12) ARI Soundtimer;
13) Obat-obatan sesuai kreteria yang boleh dilayani;
14) Termometer;
15) Sarana promosi untuk media elektronik (CD dan buku untuk kader);
16) Obat-obatan sesuai kreteria yang boleh dilayani.
2. Puskesmas Rawat Inap
1) Buku register;
2) Family folder pasien;
3) Register rujukan;
4) Buku pencatatan dan pelaporan;
5) Sarana RR MTBS (Blangko MTBS/MTBM, buku cata tan harian MTBS,Kartu
Nasehat Ibu (KNI), Kartu was pada pneumonia;
6) Formulir Inform Concent pelayan;
7) Stetoskop;
8) Tensimeter dengan manset anak;
9) Tabel IMT;
10) Alat ukur berat badan ( timbangan Anak dan bayi );
11) Microtoice ( alat ukur timbang badan);
12) ARI Soundtimer;
13) Obat-obatan sesuai kreteria yang boleh dilayani ;
14) Termometer;
15) Alat permainan edukatif (APE) ;
16) Obat-obatan sesuai kreteria di pelayanan rawat inap;
17) Oksigen konsentrator dan tabung oksigen lengkap dengan regulator;
18) Oksimeter denyut (Pulseoxymetry).

11
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

A. IDENTIFIKASI FAKTOR RESIKO-RISIKO PNEUMONIA ANAK-BALITA


1. Kemiskinan
Kemiskinan menyebabkan derajat kesehatan rendah dan status sosio-ekologi
menjadi buruk. Biaya kesehatan tinggi penghasilan mayrarakat rendah.
2. Derajat kesehatan rendah dipengaruhi tingkat pendidikan yang rendah.
Kurangnya pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya kesehatan.
3. Faktor gizi
Status gizi seseorang dapat mempengaruhi kerentanan terhadap infeksi,
demikian juga sebaliknya, kekurangan gizi akan sangat mudah terserang infeksi
salah satunya pneumonia.

B. INTERVENSI
1. Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan penyakit ISPA dilakukan oleh petugas kesehatan atau
kader kesehatan desa di wilayah kerja Puskesmas melalui beberapa kegiatan di
masyarakat seperti posyandu, yasinan, pengajian dll.
2. Perbaikan sarana dan Prasarana
Dibangun fasilitas kesehatan seperti ponkesdes, poskesdes, puskesmas
pembantu, puskesmas rawat jalan dan puskesmas rawat inap.
3. Pengendalian kasus ISPA
1) Pencegahan Non spesifik, yaitu:
Meningkatkan derajat sosio-ekonomi
a. Kemiskinan ↓ ;
b. Tingkat pendidikan ↑ ;
c. Kurang gizi ↓;
d. Derajat kesehatan ↑ ;
e. Morbiditas dan mortalitas ↓ ;
f. Lingkungan yang bersih, bebas polusi.
2) Pencegahan Spesifik
a. Cegah BBLR;
b. Pemberian makanan yang baik/gizi seimbang;
c. Berikan imunisasi.

12
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam program pengendalian ISPA perlu diperhatikan beberapa hal untuk menjaga
keselamatan kerja yaitu :
1. Alat perlindungan diri (APD);
2. Memakai schort, sarung tangan dan masker dalam memberikan pelayanan;
3. Tersedia tempat sampah tertutup untuk membuang sampah sesuai jenisnya;
4. Cuci tangan dengan langkah yang benar setiap akan memberikan pelayanan dan
setelah memberikan pelayanan.

13
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu pelayanan program ISPA dalam upaya menurunkan angka


kesakitan dan kematian dilaksanakan melalui:
A. Meningkatkan Mutu Pelayanan
1. Melakukan kerjasama dengan lintas program dan lintas sector;
2. Melaksanakan kegiatan penyuluhan secara berkala dan berkesinambungan di
posyandu dan dikegiatan masyarakat;
3. Melaksanakan penyelidikan epidemiologi segera jika terjadi kasus diare dengan
dehidrasi untuk mengetahui adanya penderita lain dan mengetahui sumber
penularan.
B. Indikator Mutu Pelayanan
1. Input

No Uraian Kualifikasi Target


Ketersediaan Sumber
1 Petugas mempunyai SIK 100%
Daya Manusia (SDM)
Poli MTBS ( untuk pelayan ISPA Ada
Sarana dan pada balita) di puskesmas Induk
2
prasarana Buku untuk pencatatan dan
Ada
pelaporan kasus.

2. Proses

No Uraian Target
1 SOP ananesa pasien Ada
2 SOP Pemeriksaan Ispa Ada
3 SOP Penimbangan Ada
4 SOP Pemeriksaan Pneumonia Ada
5 SOP Pengukuran suhu Ada
6 SOP Hitung nadi dan nafas Ada
7 SOP Rujukan Pasien Ada
8 Kepatuhan petugas terhadap SOP 80%

3. Output

No Uraian Target
1 Target Ispa 100 %
2 Kasus tertangani 100 %
3 Jumlah Kunjungan kasus 100 %
4 Kepuasan pelanggan 80 %

14
BAB IX
PENUTUP

Usaha menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat ISPA terus dilakukan
dalam berbagai upaya, karena ISPA merupakan salah penyakit yang menyumbang
angka kematian terbesar di Indonesia disemua usia terutama pada balita. Beberapa
faktor fundamental yang saling berkaitan dan mempengaruhi insidens pneumonia anak-
balita adalah: kemiskinan yang luas, derajat kesehatan rendah, derajat sosio-ekologi
buruk, pembiayaan kesehatan kecil dan proporsi populasi anak yang cukup besar.
Pedoman Program ISPA dibuat untuk dijadikan pedoman atau acuan pelayanan
tenaga kesehatan dalam upaya pengendalian angka kejadian kasus ISPA di
masyarakat terutama ISPA pada anak balita.

15

Anda mungkin juga menyukai