Anda di halaman 1dari 19

2019

2019
PEDOMAN P2M

PUSKESMAS
KEMINGKING
DALAM

2019
1
PEDOMAN

PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN DAN


PENGENDALIAN PENYAKIT (P2P)

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Untuk mendapatkan bangsa yang memiliki kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat dibutuhkan kerjasama masyarakat dalam menciptakan
pembangunan kesehatan,kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup
sehat sehingga setiap orang dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Pembangunan kesehatan di Indonesia masih perlu berbenah yang terkonsentrasi
guna mewujudkan pembangunan kesehatan yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap tingkat kesehatan masyarakat yang optimal.
Puskesmas merupakan sebuah institusi pelayanan kesehatan yang berbasis
masyarakat yang ikut berperan sebagai perangkat pembangunan kesehatan milik
pemerintah.
Puskesmas juga merupakan ujung tombak penyelenggaraan UKP maupun UKM
di strata pertama pelayanaan kesehatan dan merupakan Unit pelaksana teknis
Dinas Kesehatan Kabupaten atau kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan sebagai tugas pembangunan kesehatan di Kabupaten atau
Kota.
Pencegahan dan pengendalian penyakit menular merupakan program pelayanan
kesehatan puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penularan penyakit
menular/infeksi (misalnya TB,DBD,Kusta dll).

B. TUJUAN PEDOMAN

 Tujuan Umum

Sebagai pedoman petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan


pengendalian dan pemberantasan penyakit serta meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

2
 Tujuan Khusus
- Menurunkan angka kesakitan,kematian dan kecacatan akibat penyakit
menular.

Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah Malaria,Demam


berdarah dengue, diare, polio, filariasis, kusta, tuberkulosis paru, HIV/AIDS,
pneumonia dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasai.

Uraian tugas umum untuk koordinator pencegahan dan pemberantasan penyakit


menular yaitu menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan di Unit P2,
mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unitnya, dan ikut serta aktif
mencegah dan mengawasi terjadinya peningkatan kasus penyakit menular serta
menindaklanjuti terjadinya KLB.

Banyak upaya yang dilakukan oleh puskesmas untuk memberantas penyakit


menular, setelah puskesmas bekerja, kinerja P2 dilaporkan kepada kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/tingkat II.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pengendalian dan pemberantasan penyakit :
a. Surveilans epidemiologi
b. Imunisasai
c. TBC
d. Malaria
e. Kusta
f. DBD
g. Penanggulangan KLB
h. ISPA (Pneumonia)
i. Filariasis
j. AFP
k. Diare
l. Rabies Gigitan Hewan Penilar Rabies
m. HIV/AIDS
n. Penyakit tidak menular

Terdapat banyak sekali macam penyakit menular, berikut ini jenis penyakit
menular yang bersumber dari data puskesmas berdasarkan KEMENKES RI
NOMOR 1479/KEMENKES/SK/X/2003 tentang pedoman penyelenggaraan system
surveilans epidemiologi penyakit menular dan penyakit tidak menular terpadu :

3
No Penyakit No Penyakit
1 Kolera 14 Malaria klinis
2 Diare 15 Malaria vivaks
3 Diare berdarah 16 Malaria falsifarum
4 Tifus perut klinis 17 Malaria mix
5 TBC paru BTA ( + ) 18 Demam berdarah dengue
6 Tersangka TBC Paru 19 Demam dengue
7 Kusta PB 20 Pneumonia
8 Kusta MB 21 Sifilis
9 Campak 22 Gonorrhea
10 Difteri 23 Franbusia
11 Batuk rejan 24 Filariasis
12 Tetanus 25 Influenza
13 Hepatitis

Kegiatan pokok pemberantasan penyakit menular oleh puskesmas terdiri dari :


a. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko
b. Peningkatan imunisasi, penemuan dan tatalaksana penderita, peningkatan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah.
c. Peningkatan komunikasi informasi dan edukasi pencegahan dan pengendalian
penyakit.

D. Batasan Opersaional
1. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan.
Pelayanan imunisasai meliputi imunisasi rutin (dasar dan lanjutan), imunisasi
tambahan dan imunisasi khusus.
2. Surveilans penyakit
Surveilans penyakit meliputi surveilans campak, AFP, tetanus neonatorum,
DBD, malaria, TBC, Difteri, hepatitis, hipertensi, dan Diare.
3. Kunjungan rumah pasien
Kunjungan rumah pasien meliputi kunjungan pasien TBC BTA+, pasien
mangkir

4
4. Penelitian epidemiologi
Penelitian epidemiologi meliputi KLB diare, DBD, campak, tetanus, malaria, flu
burung dan HIV/AIDS
5. Penyuluhan
Penyuluhan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana
individu, kelompok atau mayarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat,
secara perorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan bila
perlu.
6. P2 Kusta
P2 Kusta adalah pengendalian dan pemberantasan penyakit menular
menahun yang disebabkan oleh kuman mycobacterium leprae yang terutama
menyerang syaraf tepi, kulit dan organ tubuh lain kecuali susunan syaraf
pusat.
7. Pengendalian HIV/AIDS
Pengendalian HIV/AIDS adalah upaya jangka panjang untuk memberikan
tatalaksana penyakit disebabkan oleh virus human immunodeficiency virus
yang penularannya dimulai saat terinfeksi sampai dengan saat kematian
dengan cara melalui hubungan seksual, cairan darah dan dari ibu terinfeksi
HIV ke janin.

D. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan Kepmenkes No.75
tahun 2015 tentang puskesmas.
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.951 Menkes/SK/V/2000 tentang upaya
keselamatan dasar.
3. Keputusan Presiden No.36 tahun 1994 tentang pembentukan komisi
penanggulangan HIV/AIDS.
4. Kepmenkes RI No.1479 Menkes/SK/X/2003 tentang pedoman penyelenggaraan
system surveilans epidemiologi penyakit menular dan penyakit tidak menular.

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Upaya Kesehatan


Semua petugas puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan pencegahan
dan pengendalian penyakit, mulai dari kepala puskesmas, penanggung jawab UKP,
penanggung jawab UKM, P2 merupakan koordinasi dalam penyelenggaraan
kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit di kecamatan pageruyung.

Kegiatan Kualifikasi Realisasi


SDM
P2P Pendidikan Diampu oleh 1 orang petugas dengan
minimal D III latar belakang pendidikan S1
Keperawatan

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadualan penanggung jawab P2 di puskesmas dikoordinir
oleh penanggung jawab masing-masing program sesuai dengan kesepakatan.

Kegiatan Petugas Unit Terkait


P2P Rosdiana Sitanggang. S.Kep perawat

C. Jadwal kegiatan
1. Pengaturan kegiatan upaya P2 dilakukan bersama oleh para pemegang
program dalam kegiatan lokakarya mini dengan peersetujuan kepala
puskesmas.
2. Jadwal kegiatan program P2 dibuat untuk jangka waktu satu tahun,dan di
break down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada awal
bulan sebelum pelaksanaan jadwal.
3. Secara keseluruhan jadwal dan perencanaan kegiatan program P2
dikoordinasikan oleh Kepala Puskesmas Kemingking Dalam.

6
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang Pelayanan

BP LOKET APOTIK APOTIK


kapus

BP imunisasi

RUANG TUNGG R.Tunggu Pasien


MUSHOLA R. KA TU P2P
lansia

TATA USAHA R. PROMKES & KESLING

R. LABORAT
R. ARSIP GUDANG

OBAT

R. MTBS

R. PKPR

R. IBU & KB
DAPUR K.

GUDANG MANDI

K. MANDI R. PERSALINAN

B. STANDAR FASILITAS
1. Pedoman pelaksana p2
2. SOP : Sesuai jumlah jenis kegiatan
a. Surat Tugas
b. Buku
c. Pulpen

7
d. Form PE
e. Pot tempat specimen : 2 buah
f. Label
g. Kantong Plastik
h. Specimen carrier dengan ice pack
i. Senter
3. Kit penyuluhan : 1 kit
4. Kit audiovisual, yang terdiri dari:
a. LCD projektor
b. Laptop
c. Microphone

8
BAB IV
TATALAKSANA KEGIATAN
A. Pencegahan dan pengendalian penyakit dalam gedung
1. Tempat pendaftaran
Semua kunjungan penderita P2 di awali dengan mendaftar dengan
pengambilan nomor urut berdasarkan kebutuhan dan usia pasien.
2. Poliklinik
Pelayanan penderita P2 dewasa sementara menyatu dengan poli umum
hanya pada pelayanan kunjungan penderita TBC dijadual tiap hari selasa,
pelayanan P2 anak-anak menyatu di poli MTBS.
3. Laboratorium
Dalam rangka menegakkan diagnosa suspek kasus P2 wajib ditunjang
dengan pelayanan laboratorium
4. Radiologi
Penegakan diagnosa TB paru selain sputum juga diperlukan foto thorak
5. Ruang Obat
Pelayanan obat penderita TB paru diruang apotik menyatu dengan pasien-
pasien yang lain.

B. Pencegahan dan pengendalian penyakit luar gedung


1. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko Selain pasien yang telah
terinfeksi penyakit menular, masyarakat yang memiliki resikotinggi juga perlu
diperhatikan, karena masyarakat yang memilikiresiko tinggi bisa kapan saja
terkena penyakit menular.

Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko terdiri dari :

a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-


undangan, dan kebijakan pencegahan dan penanggulangan faktor resiko
dan desimenasinya.
b. Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan untuk pencegahan
dan penanggulangan faktor resiko
c. Menyiapkan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor resiko
sebagai stimulan
d. Menyiapkan materi dan menyusun juklak/ juknis/ pedoman pencegahan
dan penanggulangan faktor resiko
e. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melakukan pencegahan penanggulangan resiko

9
f. Melakukan bimbingan pemantauan dan evaluasi kegiatan pencegahan
dan penanggulangan faktor resiko
g. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi
dan komunikasi teknis pencegahan dan penanggulangan faktor resiko
h. Melaksanakan dukungan administrasi dan oprasional pelaksanaan
pencegahan dan penanggulangan penyakit
2. Peningkatan imunisasai
Imunisasi sangat penting untuk mencegah dan melindungi seseorang
terjangkit penyakit menular

Kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas dalam peningkatan imunisasi yaitu :

a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-


undangan kebijakan peningkatan imunisasi dan diseminasinya
b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan dan peningkatan
imunisasi
c. Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulant yang
ditujukan terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan khusus sesuai
dengan skala prioritas
d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/protap program
imunisasai
e. Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasai
f. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendali penyakit untuk melaksanakan
program imunisasi
g. Melakukan bimbingan pemantauan dan evaluasi kegiatan imunisasi
h. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis peningkatan imunisasi
i. Mekukan kajian upaya peningkatan imunisasi
j. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya pelaksanaan peningkatan
imunisasi
k. Melaksanakan dukungan administrasi dan oprasional pelaksanaan imunisasi

3. Penemuan dan tatalaksana penderita


Setelah kunjungan penderita kepuskesmas, puskesmas harus berperan aktif
dalam penemuan dan kunjungan terhadap penderita. Didalam upaya
penemuan dan tatalaksana penderita dibutuhkan kerjasama antara
masyarakat dan puskesmas. Sebagai contoh kasus TBC yang membutuhkan
peran penting puskesmas, apabila pasien berhenti dalam masa pengobatan
akibat halangan tertentu atau lainnya dalam kunjungan kontrol, maka

10
puskesmas harus aktif mengunjungi rumah penderita, sebab apabila pasien
tersebut berhenti minum obat, maka upaya pemberantasan TBC dikatakan
gagal dan pasien harus mengulangi pengobatan dari awal. Memberhentikan
pengobatan maka akan terjadi resisten dan hal ini dapat menyebabkan
kemungkinan penyebaran penyakit semakin besar. Itulah sebabnya
puskesmas terdekat harus mengunjungi rumah pasien agar dapat
menjangkau pasien dan mensukseskan upaya P2.

Kegiatan pokok dala upaya ini yaitu :

a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-


undangan kebijakan penemuan dan tatalaksana penderita
b. Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan penemuan dan
tatalaksana penderita
c. Menyediakan kebutuhan dan tatalaksana penderita sebagai stimulant
d. Menyiapkan materi dan meyusun juklak/ juknis/ pedoman program
penemuan dan tatalaksana penderita
e. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melakukan program penemuan dan tatalaksana penderita
f. Melakukan bimbingan pemantauan dan evaluasi kegiatan penemuan dan
tatalaksana penderita

4. Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah :

Kegiatan pokok surveilans epidemiologi meliputi :

a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-


undangan, dan kebijakan peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/ wabah dan desimenasinya
b. Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah
c. Menyediakan kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/ wabah sebagai stimulant
d. Menyiapkan materi dan menyusun juklak/ juknis/ pedoman program
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah
e. Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB/
wabah, termasuk dampak bencana.
f. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melakukan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah

11
g. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi
dan konsultasi teknis surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/
wabah
h. Melakukan kajian upaya surveilans epidemiologi dan penanggulangan
KLB/ wabah
i. Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah
j. Melaksanakan dukungan administrasi dan oprasional pelaksanaan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/ wabah
5. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) P2P

Kegiatan pokok dari peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)


pencegahan dan pengendalian penyakit yaitu :

a. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan perundang-


undangan, dan kebijakan peningkatan komunikasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pengendalian penyakit dan diseminasinya
b. Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan dan kebutuhan
peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pengendalian penyakit
c. Menyediakan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pengendalian penyakit sebagai stimulant
d. Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/ juknis/ protap
program (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
e. Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi
f. Meningkatkan kemampuan tenaga pengendali penyakit untuk
melaksanakan program (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
g. Melakukan bimbingan, pemantauan dan evaluasi kegiatan (KIE)
pencegahan dan pengendalian penyakit
h. Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi
dan konsultasi teknis peningkatan KIE pencegahan dan pemberantasan
penyakit

12
BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang


pelaksanaannya dilakukan oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian
diajukan sesuai dengan alur yang berlaku.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan direncanakan dalam
pertemuan lokakarya mini puskesmas sesuai dengan tahapan kegiatan dan metode
yang akan dilaksanakan.
1. Kegiatan didalam gedung puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana
antara lain:
a. Meja, kursi
b. Alat tulis
c. Buku catatan kegiatan
d. Leaflet
e. Buku panduan
f. Komputer
Perencanaan untuk pengadaan sarana dan prasarana dibuat oleh koordinator
kesehatan lingkungan berkoordinasi dengan petugas pengelola barang. Rencana
pengadaan sarana dan prasarana dibahas didalam lokakarya mini puskesmas
untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas.
2. Kegiatan diluar gedung puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana yang
meliputi:
a. Surat Tugas
b. Buku
c. Pulpen
d. Form PE
e. Pot tempat specimen : 2 buah
f. Label
g. Kantong Plastik
h. Specimen carrier dengan ice pack
i. Senter

13
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator kesehatan
lingkungan berkoordinasi dengan petugas barang dan dibahas dalam
pertemuan lokakarya mini puskesmas untuk mendapatkan persetujuan
Kepala Puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
kegiatan direncanakan oleh koordinator Program Pencegahan Penyakit
berkoordinasi dengan bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan
lokakarya mini puskesmas untuk selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan
(POA- Plan Of Action).

14
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Pelaksanaan Program P2 mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan sampai


dengan penilaian dan evaluasi kegiatan perlu diperhatikan keselamatan sasaran
dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi
pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus
dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

15
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam persiapan sampai dengan pelaksanaan kegiatan program P2 perlu diperhatikan


keselamatan kerja semua petugas dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan
risiko terhadap kegiatan harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan
dilaksanakan.

16
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah proses deteksi atau koreksi adanya penyimpangan


atau perubahan segera setelah terjadi, sehingga mutu dapat dipertahankan.
Langkah kegiatan yang dikerjakan :
a. Evaluasi kinerja dan kontrol kegiatan
b. Membandingkan kerja aktual terhadap tujuan kegiatan
c. Bertindak terhadap perbedaan dan penyimpangan mutu yang ada

1. Proses kendali mutu


Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas atau sesuai (yang
berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman,
yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan telah
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan,
ketidakmampuan dan kekurangan gizi (Milton I Roemer dan C Montoya Aguiler,
WHO, 1998).
Mutu dalam pelayanan kesehatan dapat dimaksud adalah dari aspek teknis
medis yang hanya berhubungan langsung antara pelayanan medis dan pasien
saja atau mutu kesehatan dalam sudut pandang sosial dan pelayanan kesehatan
secara keseluruhan, termasuk akibat manajemen administrasi, keuangan,
peralatan dan tenaga kesehatan lainnya.
Menilai mutu adalah suatu keputusan yang berhubungan dengan proses
pelayanan, yang berdasarkan tingkat dimana pelayanan memberikan kontribusi
terhadap nilai outcomes.

Proses pelayanan dibagi dalam dua komponen utama yaitu :


1. Proses Interpersonal
Adalah wahana yang diperlukan untuk aplikasi dari pelayanan teknis, namun
juga penting dalam kaidah-kaidahnya sendiri adalah kemungkinan sebagai
terapi atau penyembuhan.
2. Pelayanan Teknis (Medis)
Adalah aplikasi ilmiah dan teknologi medis dan ilmu kesehatan lainnya,
terhadap persoalan kesehatan seseorang, manajemen pelayanan medis
adalah gabungan interaksi antara manajemen teknis medis dengan sosial
psikologi antara klien dan praktisioner.

17
Arti mutu pelayanan kesehatan dari sudut pandang
a. pengertian mutu untuk pasien dan masyarakat
Mutu pelayanan merupakan suatu empati, respek dan tanggap akan
kebutuhannya, pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan mereka, diberikan
dengan cara yang ramah pada waktu mereka berkunjung.

Kepuasan pasien adalah, suatu kenyataan yang sering di abaikan sebagai indikator
mutu, kepuasan pasien sering dipandang sebagai :
1. Suatu komponen yang penting dalam pelayanan kesehatan
2. Berkaitan dengan kesembuhan dari sakit atau luka
3. Hal ini berkaitan dengan konsekuensi dari pada sifat pelayanan kesehatan itu
sendiri
4. Berkaitan pula dengan sasaran dan outcome dari pelayanan
5. Dalam penilaian mutu dihubungkan dengan ketetapan pasien terhadap mutu atau
kebagusan pelayanan
6. Pengukuran penting yang mendasar bagi mutu pelayanan, karena memberikan
informasi dengan nilai dan harapan klien adalah mempunyai wewenang sendiri.

b. Untuk petugas kesehatan


Mutu pelayanan berarti bebas melakukan segala sesuatu secara profesional
untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai dengan
ilmu pengetahuan dan ketrampilan yamg maju, mutu peralatan yang baik dan
memenuhi standar yang baik.

c. Untuk administrasi
1. Bagi puskesmas mutu dapat berarti memiliki tenaga profesional yang
bermutu dan cukup
2. Pelayanan medis yang baik
Pelayanan medis yang baik adalah praktek kedokteran (pengobatan) yang
rasional yang Berdasarkan ilmu pengetahuan.

d. Syarat program menjaga mutu


1. Bersifat khas
2. mampu melaporkan setiap penyimpangan
3. Mudah dilaksanakan
4. Mudah dimengerti
5. Dapat melindungi pelaksanaan pelayanan dan kemungkinan munculnya
gugatan hukum

18
BAB IX

PENUTUP

Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan strata pertama yang memiliki kesehatan


wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Didalam upaya kesehatan wajib terdapat
upaya pencegahan dan pengendalian penyakit yang menular biasa disingkat P2P,
didalam pelaksanaan upaya-upaya pokok pemberantasan dan pencegahan penyakit
menular yang dilaksanakan puskesmas Kemingking Dalam, banyak sekali rangkaian
yang telah dibagi menurut penyakitnya, rangkaian kegiatan tersebut merupakan
pengembangan upaya kegiatan-kegiatan yang berada dalam upaya pokok program P2,
dalam implementasi pelaksanaan upaya-upaya tersebut, kerjasama antara masyarakat
dan puskesmas pageruyung sangatlah di butuhkan untuk bersama-sama membangun
kesehatan bangsa Indonesia agar teraihnya status kesehatan yang optimal.
Untuk mencapai tujuan pelayanan pencegahan penyakit yang optimal petugas
kesehatan harus memberikan pelayanan sesuai dengan pedoman yang ada. Selain
dengan menggunakan pedoman pelayanan P2, petugas kesehatan juga harus
memberdayakan masyarakat agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya kesehatan.

19

Anda mungkin juga menyukai