Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PLASENTA PREVIA

DOSEN PENGAMPU:

Ns. Dwi Elka Fitri, S.Kep, MKM

DISUSUN OLEH:

Vina Oktavia

2203040

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

STIKes PEKANBARU MEDICAL CENTER

TAHUN 2022/2023

1
2

A. Konsep Dasar
1. Pengertian Plasenta Previa
Plasenta previa yang berasal dari kata “prea” yang berarti depan dan
“vias” yang berarti jalan. Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan
jalan lahir atau menutupi jalan lahir. Plasenta previa adalah suatu keadaan
dimana letak plasenta tidak normal, yaitu terletak di bagian bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. (Maryunani,
2020)
Plasenta previa adalah plasenta yang tertanam pada segmen bawah
rahim, disaat usia kehamilan lebih dari 20 minggu, pada ibu yang mengalami
perdarahan antepartum yaitu ibu akan mengalami syok, anemia dan dapat
berakhir pada kematian. pada janin biasanya akan terjadinya persalinan
premature dan juga terjadi komplikasi asifiksia berat pada bayi
(Prawirohardjo, 2016).
Faktor penyebab dari plasenta previa sampai saat ini belum diketahui
pasti, namun ada bebrapa faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya
plasenta previa dan diduga berperan pada plasenta previa yaitu umur, paritas,
jarak kehamilan, tumor, kehamilan ganda, serta Riwayat endometrium (bekas
operasi, kuretase, dan plasenta manual) (Manuaba, 2015).
Pada Riwayat obstetrik Riwayat kuratage, atau bekas seksio caesaria,
faktor resiko plasenta previa yaitu endometrium yang cacat dimana terdapat
bekas persalinan yang berulang dengan jarak yang pendek. Dapat dilihat pada
efek samping dilakukan kuratage yaitu dapat berakibat dibagian tertentu
uterus yang rapuh sehingga pada saat ibu mengalami kehamilan kembali,
implantasi yang terjadi tidak akan sempurna, dan dapat menyebabkan plasenta
melekat pada segmen bawah uterus (Wikjonosastro, 2017)
3

2. Etiologi Plasenta Previa


Penyebab plasenta previa belum diketahui pasti, frekuensi plasenta
previa meningkat pada grade multipara, primigravida tua, bekas section
sesarea, bekas aborsi, kelainan janin, leimoa uteri (Nugroho Taufan,
2014). Ada beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya plasenta
previa seperti bekas operasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma),
sering mengalami infeksi rahim (radang panggul), kehamilan ganda,
riwayat sebelumnya plasenta previa, dan kelainan bawaan rahim.
Meningkatnya kejadian plasenta previa saat keadaan endometriumnya
kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya
vaskularisasi desidua (Sukarni, Sudarti, 2014).
Keadaan ini bisa ditemukan pada
a. Multipara terutama jika jarak antara kehamilan pendek.
b. Mioma uteri.
c. Kuretage yang berulang.
d. Umur lanjut.
e. Bekas section sesarea.
f. Perubahan inflamasi atau atrofi, seperti pada wanita perokok atau
pemakai kokain. Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida
akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama
pada perokok berat (lebih dari 20 batang perhari).
4

3. Manifestasi Klinis
a. Gejala plasenta previa adalah perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri
dan biasanya berulang.
1) Darah pervaginam biasanya berwarna merah segar.
2) Perdarahan yang terjadi akan menggangu sirkulasi darah dalam
tubuh ibu dan janin.
3) Ibu biasanya mengalami anemia (kurang darah) dan bisa jatuh ke
dalam keadaan pingsan.
b. Perdarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak
fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga
pasien sempat dikirim ke rumah sakit.
1) Tetapi adakalanya perdarahan terjadi mendadak, bahkan bisa
terjadi pada saat tidur.
2) Perdarahan berikutnya (recurrent bleeding) biasanya lebih banyak.
c. Bagian terdepan janin tinggi (floating)/ belum masuk pintu atas
panggul (PAP). Sering dijumpai kelainan letak sungsang dan lintang.
d. Janin biasanya masih baik, namun dapat juga disertai gawat janin
sampai kematian janin tergantung beratnya plasenta previa.
e. Pada pemeriksaan jalan lahir, teraba jaringan plasenta (lunak).
5

4. Pathway plasenta previa


6

5. Komplikasi Plasenta Previa


a. Plasenta previa dapat menyebabkan berbagai komplikasi, baik bagi ibu
maupun pada janin dikandungnya, yaitu:
1) Perdarahan yang hebat dan syok sebelum atau selama persalinan,
yang dapat mengancam kehidupan ibu dan janinnya.
2) Persalinan premature atau pretem (sebelum usia kehamilan 37
minggu) yang mana merupakan risiko terbesar bagi janin.
3) Defect persalianan
a) Defect persalianan terjadi 2,5 kali lebih sering pada kehamilan
yang dipengaruhi oleh plasenta previa daripada kehamilan
yang tidak dipengauhinya.
b) Sampai saat ini penyebabnya tidak diketahui
4) Infeksi
5) Laserasi serviks
6) Plasenta aktera
7) Plasenta tali pusat
8) Prolapse plasenta
b. Plasenta Previa dapat menghambat perkembangan janin
1) Meskipun beberapa penelitian sering menemukan masalah
pertumbuhan janin pada plasenta previa.
2) Beberapa penelitian lainnya tidak menemukan perbedaan antara
bayi-bayi pada kelainan ini dengan bayi-bayi dari kehamilan
normal.
7

6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan umum plasenta previa
a. Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total dan
menghadap kekiri, tidak melakukan senggama, menghindari
peningkatan tekanan rongga perut (misalnya batuk, mengedan karena
sulit buang air besar)
b. Perhatian: tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dalam pada
perdarahan antepartum sebelum tersedia persiapan untuk seksio sesar.
c. Pemeriksaan inspekulo secara hati-hati, dapat menentukan sumber
perdarahan berasal dari kanalis serviks atau sumber lain (servisitis,
polip, keganasan, laserasi atau trauma). Meskipun demikian, adanya
kelainan diatas menyingkirkan diagnosa plasenta previa.
d. Perbaikan kekurangan cairan atau darah dengan memberikan infus
cairan infus (NaCl 0,9% atau ringer laktat).
e. Lakukan penilaian jumlah perdarahan. Jika perdarahan banyak dan
berlangsung terus, persiapan seksio sesar tanpa memperhitungan usia
kehamilan atau prematuris
f. terapi ekspektatif dengan tujuan supaya janin tidak terlahir prematur
dan upaya diagnosis dilakukan secara non invasive
g. Syarat terapi aktif
1) Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
2) Belum ada tanda inpartu.
3) Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas normal).
4) Janin masih hidup.
5) Rawat inap, tirah baring dan berikut antibiotik profilaksis.
6) Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia
kehamilan, profil biofisik, letak, presentasi janin.
8

7) Perbaiki anemia dengan pemberian sulfas ferosus furamat per oral


60 mg selama 1 bulan.
8) Pastikan tersedianya sarana untuk melakukan transfusi
9) Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu
masih lama, pasien dapat di rawat jalan (kecuali rumah pasien di
luar kota atau diperlukan waktu kurang >2 jam untuk mencapai
rumah sakit) dengan pesan segera kembali ke RS jika terjadi
perdarahan.
10) Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan risiko ibu
dan janin untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut
dibandingkan dengan terminasi kehamilan
h. Syarat terapi aktif
Rencanakan terminasi kehamilan jika
1) Janin matur
2) Janin mati atau menderita anomali dengan keadaan yang
mengurangi kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali)
3) Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif
tanpa memandang maturitas janin.
4) Jika terdapat plasenta previa letak rendah dan perdarahan yang
terjadi sangat sedikit, persalinan pervaginam masih mungkin. Jika
tidak, lahirkan dengan seksio sesar.
5) jika persalinan dengan seksio sesarea dan terjadi perdarahan dari
tempat plasenta.
6) Jahit tempat perdarahan dengan benang
7) Pasang infus oksitosin 10 unit 500 ml cairan infus (NaCl atau
ringer laktat) dengan kecepatan 60 tetes permenit, penanganan
yang sesuai. Hal tersebut meliputi ligasi arteri dan histerektomi.
Jika perdarahan terjadi pasca persalinan, segera lakukan.
9

Penatalaksanaan pada kasus plasenta previa terbagi menjadi dua bagian


yakni:

a. Penanganan konservatif, bila:


1) Kehamilan kurang dari 37 minggu
2) Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb dalam batas normal)
3) Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (menempuh
perjalanan tidak lebih dari 15 menit)
b. Perawatan konservatif dapat berupa
1) Istirahat
2) Memberikan hemalitik dan spasmolitik untuk mengatasi anemia
3) Pemeriksaan USG, Hb, dan Hematokrit
4) Bila selama tiga hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan
pengawasan konserpatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien
dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan. Bila timbul
perdarahan segera bawa kerumahsakit dan tidak boleh melakukan
senggama
c. Penanganan aktif, bila:
1) Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
2) Umur kehamilan 37 minggu atau lebih
3) Anak mati
d. Penanganan aktif dapat berupa:
1) Persalinan per vaginam
2) Persalianan per abdominal
3) Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam diatas meja operasi
(double set up) yakni dalam keadaan siap operasi.
10

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Pemeriksaan Fisik
a. Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil :
a). Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea
nigra. Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan
paha. Laju pertumbuhan rambut berkurang.
b). Wajah
Mata : pucat, anemis, Hidung, Gigi dan mulut
c). Leher
d). Buah dada / payudara
- Peningkatan pigmentasi areola putting susu
- Bertambahnya ukuran dan noduler
e). Jantung dan paru
Volume darah meningkat, Peningkatan frekuensi nadi,
Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembuluh darah
pulmonal, Terjadi hiperventilasi selama kehamilan, Peningkatan
volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas, Diafragma
meningkat, Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan
dada.
f). Abdomen
Menentukan letak janin, Menentukan tinggi fundus uteri
g). Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan (
tanda Chandwick), Hipertropi epithelium
11

h). Sistem musculoskeletal


Persendian tulang pinggul yang mengendur, Gaya berjalan
yang canggung, Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis
dinamakan dengan diastasis rectal
b. Khusus
1) Tinggi fundus uteri
2) Posisi dan persentasi janin
3) Panggul dan janin lahir
4) Denyut jantung janin
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
2) Pemeriksaan USG, Hb, dan Hematokrit
Dengan USG dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak
tepi plasenta terhadap ostium. Bila jarak tepi kurang dari 5 cm
disebut plasenta letak rendah. Bila tidak dijumpai plasenta previa,
dilakukan pemeriksaan inspekulo untuk melihat sumber perdarahan
lain (Oyelese, 2006).
3) Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah
perdarahan berasal dari ostium uetri eksternum atau dari kelainan
serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai (Johnson, 2003).
4) Transvaginal sonography (TVS)
TVS digunakan untuk menyelidiki lokasi plasenta kapan saja
saat hamil dan saat lokasi plasenta berada dianggap rendah.
Sonographers didorong untuk melaporkan jarak sebenarnya dari tepi
plasenta ke os serviks internal di TVS.
12

2. Diagnosa
1) Penurunan cardiac output berhubungan dengan perdarahan dalam
jumlah yang besar.
2) Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya
pengetahuan mengenai efek perdarahan dan menejemennya.
3) Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah
abnormal, kerusakan system imun.
3. Intervensi
No.
Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional
DX

1. Setelah dilakukanya 1. Kaji dan catat TTV, 1. Pengkajian yang akurat


TD serta jumlah mengenai status
Tindakan keperawatan 2 X 24
perdarahan. hemodinamik
jam diharapkan penurunan 2. Bantu pemberian merupakan dasar untuk
pelayanan kesehatan perencanaan,
kardiak output tidak terjadi atau
atau mulai sarankan intervensi, evaluasi.
teratasi dengan kriteria
terapi cairan IV atau 2. Memperbaiki volume
hasil: Volume darah terapi transfuse vaskuler membutuhkan
darah sesuai terapi IV dan intervensi
intravaskuler dan kardiak
kebutuhan. farmakologi.
output dapat diperbaiki Kehilangan volume
darah harus diperbaiki
sampai nadi, tekanan darah,
untuk mencegah
nilai hemodinamik, serta komplikasi seperti
infeksi, gangguan janin
nilai laboratorium
dan gangguan vital ibu
menunjukkan tanda normal. nnnhamil

2. Setelah dilakukan tindakan 1. Terapi bersama 1. Kehadiran perawat dan


13

keperawatan selama 3 x 24 pasangan dan pemahaman secara


diharapkan ansietas dapat menyatakan empati merupakan alat
berkurang dengan kriteria hasil: perasaan. terapi yang potensial
2. Menentukan tingkat untuk mempersiapkan
Pasangan dapat mengungkapkan
pemahaman pasangan untuk
harapannya dengan kata-kata
pasangan tentang menanggulangi situasi
tentang manajemen yang sudah
situasi dan yang tidak diharapkan.
direncanakan, sehingga
manajemen yang Hal yang diberikan
dapat mengurangi
sudah direncanakan. perawat akan
kecemasan pasangan.
3. Berikan pasangan memperkuat penjelasan
informasi tentang dokter dan untuk
manajemen yang memberitahu dokter
sudah direncanakan. jika ada penjelasan
yang penting.
2. Pendidikan pasien yang
diberikan
merupakancara yang
efektif mencegah dan
menurunkan rasa
cemas.
3. Pengetahuan akan
mengurangi ketakutan
akan hal-hal yang tidak
diketahui.
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji jumlah darah 1. Hemoragi berlebihan
keperawatan selama 3 x 24 2. Catat suhu, hitung dan menetap dapat
diharapkan resiko tinggi cedera SDP, dan bau serta mengancam hidup
(janin) b/d Hipoksia jaringan / warna rabas vagina, klien atau
14

organ, profil darah abnormal, dapatkan kultur bila mengakibatkan infeksi


kerusakan system imun dapat dibutuhkan pasca partum, anemia
berkurang dengan kriteria hasil: 3. Catat masukan/ pasca partum, KID,
keluaran urin. Catat gagal ginjal, atau
Menunjukkan profil darah
berat jenis urin. nekrosis hipofisis yang
dengan hitung SDP, Hb, dan
4. Berikan heparin, disebabkan oleh
pemeriksaan koagulasi DBN
bila diindikasikan hipoksia jaringan dan
normal.
5. Berikan antibiotic malnutrisi.
secara parenteral 2. Kehilangan darah
berlebihan dengan
penurunan Hb
meningkatkan risiko
klien untuk terkena
infeksi.
3. Penurunan perfusi
ginjal mengakibatkan
penurunan haluaran
urin.
4. Heparin dapat
digunakan pada KID di
kasus kematian janin,
atau kematian satu
janin pada kehamilan
multiple, atau untuk
memblok siklus
pembekuan dengan
melindungi factor-
faktor pembekuan dan
15

menurunkan hemoragi
sampai terjadi
perbaikan pembedahan
5. Mungkin diindikasikan
untuk mencegah atau
meminimalkan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2013). Prosedur Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi . Jakarta: PT. Rineka
Cipta .

Dwi Saputri Mayang Sari, Y. B. (2021). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian


Plasenta Previa Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Prambumulih. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 1218-1221.

Hidayat, A.A. (2014). Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data. Jakarta:
Salemba Medka.

Icesmi Sukarni & Sudarti . (2014). Patologi: Kehamilan, Peersalinan, Nifas dan Neonates
Risiko Tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kementrian Kesehatan RI. (2020). Ditjen Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Manuaba, Ida Bagus Gede. (2015). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:
ECG.

Maryunani Anik. (2016). Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan Edisi Kedua. Jakarta:
CV. Trans Info Media.

Maryunani, A. (2016). Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Edisi 2. Jakarta: CV.


Trans Info Medika.

Metti D. (2016). Hubungan Umur dan Paritas dengan Kejadian Plasenta Previa pada Ibu
Bersalin. J Keperawatan, XII (1): 112.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, T. (2014). Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Nurulhuda Mursalim, S. A. (2021). analisis faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
plasenta previa. universitas islam negeri alauddin makasar, 100-106.

Prawirohardjo, S. (2016). Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Edisi Pertama.


Jakarta: YBP-SP.

Ruqoiyah S. (2017). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Kehamilan Pada Ny. M dengan


Plasenta Previa Totalis di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang. 7.

Say L et al. (2014). Global Causes Of Maternal Death: a WHO systematic analysis Lancet
Global Health. WHO.

16
17

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. (2020). Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional. Jakarta.

Suwardi, S. &. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Plasenta Previa di RSUP H.
Adam Malik Medan . JURNAL NERS DAN KEBIDANAN, 182-189.

Wikjonosastro. (2017). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aesculapius.

World Health Organization, UNICEF. (2019). United Nations Population Fund And The
World Bank, Trend In Maternal Mortality: 2000 to 2017. Geneva.

Anda mungkin juga menyukai