kelompok 2:
B. Etiologi
Penyebab pasti dari plasenta previa belum diketahui sampai saat ini. Tetapi
berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim karena bekas luka operasi
uterus, kehamilan molar, atau tumor yang menyebabkan implantasi placenta jadi
lebih rendah merupakan sebuah teori tentang penyebab plasenta previa.
Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup
seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan
memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama sekali
pembukaan jalan lahir. Selain itu, kehamilan multiple / lebih dari satu yang
memerlukan permukaan yang lebih besar untuk implantasi placenta mungkin juga
menjadi salah satu penyebab terjadinya placenta previa. Dan juga pembuluh darah
yang sebelumnya mengalami perubahan yang mungkin mengurangi suplai darah
pada daerah itu, faktor predisposisi itu untuk implantasi rendah pada kehamilan
berikutnya.
C. Patofisiologi
Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau
bekerja biasa, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan
berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu banyak dari pada sebelumnya,
apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak kehamilan 20
minggu segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan
serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat dari dinding uterus. Pada saat
ini dimulai terjadi perdarahan darah berwarna merah segar.
Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta
dari dinding uterus perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidakmampuan serabut
otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan, tidak
sebagai serabut otot uterus untuk menghentikan perdarahan kala III dengan plasenta
yang letaknya normal makin rendah letak plasenta makin dini perdarahan terjadi,
oleh karena itu perdarahan pada plasenta previatotalis akan terjadi lebih dini dari
pada plasenta letak rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai.
(Wiknjosostro, 1999 : 368)
D. Manifestasi klinik
a. Perdarahan tanpa nyeri, usia gestasi > 22 minggu
b. Perdarahan berulang
c. Perdarahan dapat terjadi setelah miksi atau defekasi, aktivitas fisik, kontraksi
Braxton Hicks atau koitus
d. Perdarahan permulaan jarang begitu berat. Biasanya perdarahan akan berhenti
sendiri dan terjadi kembali tanpa diduga
e. Warna perdarahan merah segar
f. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
g. His biasanya tidak ada.
h. Rasa tidak tegang saat palpasi
i. DJJ terdengar
j. Teraba jaringan plasenta dalam vagina
k. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
E. Penatalaksanaan Medik
1. Penatalaksanaan umum plasenta previa:
a. Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan
menghadap kekiri, tidak melakukan senggama, menghindari peningkatan
tekanan rongga perut (misalnya batuk, mengedan karena sulit buang besar
b. Perhatian : Tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dalam pada
perdarahan antepartum sebelum tersediia persiapan untuk seksio sesarea.
c. Pemeriksaan inspekulo secara hati-hati, dapat menentukan sumber
perdarahan berasal dari kanalis serviks atau sumber lain (servisitis, polip,
keganasan, laserasi atau trauma). Meskipun demikian, adanya kelainan di
atas menyingkirkan diagnosa plasenta previa.
d. Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan memberi infuse cairan I.V (NaCl
0,9 % atau Ringer Laktat).
e. Lakukan penilaian jumlah perdarahan :
a) Jika perdarahan banyak dan berlangsung terus, persiapan sseksio
sesarea tanpa memperhitungkan usia kehamilan/prematuris.
b) Jika perdarahan sedikit dan berhenti dan fetus hidup tetap preatur,
pertimbangkan terapi ekspektatif sampai persalinan atau terjadi
perdarahan banyak.
f. Terapi Ekspektatif
a) Tujuan : supaya janin tidak terlahir premature dan upaya diagnosis
dilakukan secara non invasive.
b) Syarat terapi ekspektatif :
(1) Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti
(2) Belum ada tanda inpartu.
(3) Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas norma).
(4) Janin masih hidup.
(5) Rawat inap, tirah baring dan berikut antibiotika profilaksis.
g. Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia kehamilan,
profil biofisik, letak, presentasi janin.
h. Perbaiki anemia dengan pemberian sulfas ferosus atau ferosus fumarat per
oral 60 mg selama 1 bulan.
i. Pastikan tersedianya sarana untuk melakukan transfuse.
j. Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,
pasien dapat dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau
diperlukan waktu >2 jam untuk mencapai rumah sakit) dengan pesan segera
kembali ke RS jika terjadi perdarahan.
k. Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan janin
untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan terminasi
kehamilan.
l. Terapi Aktif
Rencanakan terminasi kehamilan jika :
a) Janin matur
b) Janin mati atau menderita anomaly atau keadaan yang mengurangii
kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali).
c) Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa
memandang maturitas janin.
m. Jika terdapat plasenta previa letak rendah dan perdarahan yang terjadi
sangat sedikit, persalinan pervaginan masih mungkin. Jika tidak, lahirkan
dengan seksio sesarea.
n. Jika persalinan dengan seksio sesarea dan terjadi perdarahan dari tempat
plasenta.
a) Jahit tempat perdarahan dengan benang.
b) Pasang infuse oksitosin 10 unit 500 ml cairan IV (NaCl atau Ringer
Laktat) dengan kecepatan 60 tetes permenit, penanganan yang sesuai .
Hal tersebut meliputi ligasi arteri atau histerektomi. Jika perdarahan
terjadi pascapersalinan, segera lakukan.
Dengan kata lain, penatalaksanaan pada kasus plasenta previa
terbagi menjadi dua bagian yakni:
a. Penatalaksanaan Konservatif, bila:
1. Kehamilan kurang dari 37 minggu
2. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb dalam batas normal)
3. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (menempu
perjalanan tidak lebih dari 15 menit)
b. Perawatan Konservatif dapat berupa:
1. Istirahat.
2. Memberikan hematilik dan spasmolitik untuk mengatasi anemia.
3. Memberikan anti biotik bila ada indikasi.
4. Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
Bila selama tiga hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan
pengawasan konserpatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien
dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera
bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan.
c. Penanganan Aktif, bila:
1. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan
2. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
3. Anak mati.
d. Penanganan Aktif dapat berupa:
1.Persalinan per vaginam
2. Persalinan per abdominal
Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan servik sudah
matang, kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan dan
hanya sedikit perdarahan maka lakukan amniotomi dan drips oksitosin pada
partus per vaginam bila gagal drips (sesuai dengan protap terminasi
kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan sectio caesarea.
2.KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. RIWAYAT KEPERAWATAN
Pengkajian fisik memberikan data yang sangat bernilai sebagai dasar asuhan
keperawatan. Pemeriksaan tersebut meliputi inspeksi, auskultasi dan palpasi.
Pemeriksaan fisik mungkin akan dilakukan oleh salah satu orang atau lebih dan harus
disesuaikan kemajuan persalinan. Hal tersebut meliputi evaluasi, tanda-tanda vital,
kontraksi, pemeriksaan. Pengkajian dilakukan meliputi:
a. Identitas klien
b. Riwayat kehamilan dan persalinan lalu klien tidak pernah mengalami operasi
sectio
c. Keluhan utama: keluhan nyeri karena masa pembedahan, peningkatan
kebutuhan istirahat, tidur dan penyembuhan.
d. Riwayat persalinan kegagalan untuk melanjutkan persalinan, presentase bokong
dan letak lintang
e. Riwayat psikologis tingkat kesehatan, gembira, respon keluarga terhadap
kelahiran (Doenges).
B. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital, karakter lochea, fundus uteri, payudara, abdomen (keadaan
luka insisi), kandung kencing, kebersihan diri dan genitalia.
a. Sirkulasi
Perdarahan vagina tanpa nyeri (jumlah tergantung pada apaka previa
marginal, parsial,atau total): Prdarahan besar dapat terjadi selama persalinan.
b. Seksualitas
Tinggi fundus 28 cm atau lebih
Djj dalam batas yang normal (DBN).
Janin mungkin melintang atau tidak turun.
Uterus lunak
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placenta tapi apakah placenta
melapisi cervik tidak biasa diungkapkan
b. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian
tubuh janin.
c. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di
dalam batas normal.
d. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesudah 34
minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup
procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan
di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
e. Isotop Scanning atau lokasi penempatan placenta.
f. Amniocentesis,
Jika 35 – 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada
amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin /
spingomyelin [LS] atau kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran
segera dengan operasi direkomendasikan jika paru-paru fetal sudah mature.
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Dx Hasil
1 Setelah diberikan askep a. Kaji tingkat nyeri, a. Membantu
selama (…x 24) jam perhatikan lokasi dan mengidentifikasi
diharapkan klien tidak intensitas dengan derajat
nyeri dan mampu menggunakan skala ketidaknyamanan dan
menggunakan teknik (0-10) kebutuhan untuk
relaksasi setelah keefektipan analgesic
b. Berikan informasi b. Meningkatkan
pencapaian kesembuhan
mengenai sifat kemampuan koping
luka dengan Kriteria
ketidaknyamanan terhadap nyeri yang
hasil:
sesuai kebutuhan timbul
a. Klien mengatakan
nyeri berkurang,
c. Dorong c. Meningkatkan
b. Skala intenstias
mengendalikan sifat kemampuan koping
nyeri berkurang
nyeri dan teknik terhadap nyeri yang
sampai hilang,
imajinasi timbul
c. Ekspresi wajah
rileks d. Dorong dan ajar d. Kurang memahami
d. Klien mampu penggunaan teknik keadaan dan penyebab
mendemonstrasika relaksasi, berika nyeri membuat
n teknik dengan posisi nyaman, latihan kecemasan sehingga
tarik napas dalam napas dalam saat koping tidak efektif
batuk untuk meredakan
nyeri
e. Kolaborasi dengan e. Diberikan untuk
dokter memberi obat menghilangkan nyeri
paracetamol berat, memberikasn
relaksasi mental dan
fisik
2 Setelah dilakukan a. Kaji atau catat ukuran a. Memberikan informasi
tindakan keperawatan atau warna, dasar tentang
selama (...x 24) jam kedalaman luka dan kebutuhan dan
diharapkan kerusakan kondisi sekitar luka petunjuk tentang
integritas kulit dapat sirkulasi
b. Anjurkan pasien untuk b. Menjaga kebersihan
teratasi, dengan kriteria
menjaga kebersihan kulit dan mencegah
hasil :
kulit dengan cara komplikasi
a. Pasien menyatakan
mandi sehari 2 kali
ketidaknyamanannya
c. Lindungi kulit yang c. Maserasi pada kulit
hilang
sehat terhadap yang sehat dapat
b. Pasien menunjukkan
kemungkinan menyebabkan
perilaku atau tekhnik
maserasi pecahnya kulit dan
untuk mencegah
perluasan kelainan
kerusakan kulit atau
primer
memudahkan d. Beri nasehat kepada d. Pioderma memerlukan
penyembuhan sesuai pasien untuk menjaga air agar fleksibelitas
indikasi agar kulit tetap kulit tetap terjaga.
c. Pasien dapat lembab dan fleksibel Pengolesan cream atau
mencapai dengan pengolesan lotion untuk mencegah
penyembuhan luka cream atau lotion agar kulit tidak
sesuai waktu atau menjadi kasar, retak
penyembuhan lesi dan bersisik
terjadi e. Kolaborasi dalam e. Mencegah atau
pemberian obat mengontrol infeksi
topical
3 Setelah diberikan askep a. Kaji kebutuhan a. Metode kelahiran
selama (…x 24) jam belajar alternative ini
diharapkan klien diduskusikan pada
meminta informasi kelas persiapan anak,
dengan Kriteria hasil: tetapi banyak klien
a. Mengungkapkan gagal untuk menyerap
pemahaman tentang informasi
b. Catat tingkat stress b. Mengidentifikasi
indikasi kelahiran
dan apakah prosedur kesiapan klien/
sesarea
ini direncanakan atau pasangan untuk
b. Mengenali ini
tidak menerima informasi
sebagai metode
alternative kelahiran
c. Berikan informasi c. Memberikan informasi
bayi
akurat dengan istilah- dan
istilah sederhana. mengklasifikasikan
Anjurkan pasangan kesalahan konsep.
untuk mengajukan Memberikan
pertanyaan dan kemampuan untuk
mengungkapkan mengevaluasi
pertanyaan mereka pemahaman klien/
pasangan terhadap
situasi
Phatway
Penyebab pasti belum diketahui, berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim
karena bekas luka operasi uterus, kehamilan molar, atau tumor
Chapman, Vicky. 2006. Asuhan kebidanan: persalinan dan kelahiran, Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi, edisi kedua. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI
Manuaba, Ida Bagus Gde (1998), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Murah Manoe dkk, 1999. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi. Ujung
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
kelompok 2:
No.RM : 283178
Tanggal : 07 Juni 2021
Tempat : Poli Obgyn
Agama : Islam
Sumber Informasi : Suami Pasien
II Data Biologis/Fisiologis
1. Riwayat Keluhan utama :Klien mengatakan nyeri perut di bagian bawah dirasakan
sejak 2 hari yang lalu. HPHT : 8-10-2020, TP : 15-07-2021Kehamilan
kelima,keguguran satu kali klien mengatakan gelisah dan susah tidur pada malam
hari,saat Dilakukan pengkajian TTV: TD :135/75 mmHg N :80x/mnt S: 36 derajat
celcius P :20x/mnt.
2. Riwayat penyakit dahulu : Pasien mengatakan tidak ada keluhan dan penyakit tertentu
pada kesehatan dahulu
IV. Riwayat Kehamilan Sekarang
1. Status Obstetrik : G5 P3 A1( Kehamilan yang kelima )
2. HPHT : 08-10-2020
3. Usia Kehamilan : 35 -36 Minggu
4. Imunisasi : Imunisasi sudah lengkap
5. Berat sebelum hamil : 83Kg
3. .Pola eliminasi
a. Buang air besar : 2 kali sehari ,konsitensi lunak bau khas warna kuning
b. Buang air kecil : 5-6 kali seharibau khas warna kuning
4. Pola Aktivitas dan Latihan
0 : mandiri, 1 : dengan alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan alat, 4
: tergantung total skor (0, Mandiri).
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis
TD : 135/70 mmHg BB : 83 Kg
RR : 20x/I TB : 161Cm
N : 80x/I Lila : 30 cm
S : 36,5 C
Kepala : bentuk mesochepal, tidak ada benjolan di kepala, tidak ada lessi, rambut
hitam lurus, persebaran rambut merata dan bersih.
Mata : simetris, pupil isokor, reflek terhadap cahaya (+/+), konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak ikterik
Hidung : simetris, tidak ada pengeluaran darah maupun secret dari hidung
Mulut : keadaan mulut bersih, mukosa bibir lembab, tidak terdapat sianosis, tidak
ada karies gigi, dan tidak ada sariawan
Telinga : simetris antara kanan dan kiri, tidak ada pengeluaran darah maupun serumen
dari lubang telinga
Hidung : simetris antara kanan dan kiri, tidak ada pengeluaran darah maupun serumen
dari lubang telinga
Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe tidak venajugulari
IV.Analisa Data
No Data Penunjang Kemungkinan penyebab
1. DS: Nyeri
DO :
TD : 135/70 mmHg
RR : 20x/i
N : 80x/i
S : 36, C
2 DS : Ansietas berhubungan
dengan kurangnya terpapar
1. Klien mengatakan bingung
2. Klien mengatakan merasa khawatir informasi
terhadap kehamilannya
DO :
1. Klien nampak gelisah
2. Klien nampak tegang
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Senin, 07 Juni Nyeri akut 1. Identifikasi skala nyeri S : Klien mengeluh nyeri pada perut
2021 H : Skala nyeri 4
09.30 O:
WITA 2. Identiikasi faktor yang memperberat nyeri - Tampak meringis
H : Apabila terlalu banyak melakukan - Skala nyeri 3
09.35 aktivitas
WITA A : Masalah belum teratasi
3. Berikan tehnik Nonfarmakologi
09.36 H : Telah diajarkan tehnik relaksasi P : Pertahankan intervensi
WITA
4. Kontrol lingkungan yang dapat memperingan
09.40 nyeri
H : Telah dianjurkan