Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PLASENTA PREVIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stage Keperawatan Maternitas

Oleh :
Narita Trimar
NIM . 2014901110058
Kelompok 17

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2020-2021
A. Definisi
Plasenta Previa adalah Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (Wiknjosostro,
2005).

B. Klasifikasi
a. Plasenta previa totalis, apabila seluruh pembukaan (ostium internus servisis) tertutup
oleh jaringan plasenta
b. Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium internus servisis)
tertutup oleh jaringan plasenta
c. Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan (ostium internus servisis)
d. Plasenta letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah
uterus belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir atau plasenta berada 3-4 cm
diatas pinggir permukaan sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir

C. Etiologi
Penyebab pasti dari plasenta previa belum diketahui sampai saat ini. Tetapi berkurangnya
vaskularisasi pada segmen bawah rahim karena bekas luka operasi uterus, kehamilan
molar, atau tumor yang menyebabkan implantasi placenta jadi lebih rendah merupakan
sebuah teori tentang penyebab plasenta previa.

D. Tanda dan gejala


Secara umum, tanda gejala yang muncul pada plasenta previa antara lain :
1. Perdarahan tanpa nyeri, usia gestasi > 22 minggu
2. Perdarahan berulang
3. Perdarahan dapat terjadi setelah miksi atau defekasi, aktivitas fisik, kontraksi Braxton
Hicks atau koitus
4. Perdarahan permulaan jarang begitu berat. Biasanya perdarahan akan berhenti sendiri
dan terjadi kembali tanpa diduga
5. Warna perdarahan merah segar
6. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
7. His biasanya tidak ada.
8. Rasa tidak tegang saat palpasi
9. DJJ terdengar
10. Teraba jaringan plasenta dalam vagina
11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul

E. Patofisiologi
Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama
dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa,
perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal.
Perdarahan berikutnya hampir selalu banyak dari pada sebelumnya, apalagi kalau
sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak kehamilan 20 minggu segmen
bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti
oleh plasenta yang melekat dari dinding uterus. Pada saat ini dimulai terjadi perdarahan
darah berwarna merah segar.

Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari
dinding uterus perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan, tidak sebagai serabut
otot uterus untuk menghentikan perdarahan kala III dengan plasenta yang letaknya
normal makin rendah letak plasenta makin dini perdarahan terjadi, oleh karena itu
perdarahan padaplasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak
rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai.

F. Komplikasi
Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena
perdarahan. Plasentitis, dan endometritis pasca persalinan. Pada janin biasanya terjadi
persalinan premature dan komplikasinya seperti asfiksia berat.

G. Pemeriksaan penunjang
1. Test laboratorium : Jumlah darah lengkap terutama hemoglobin dan hematokrit
2. HDL ; dapat menunjukkan peningkatan sel darah putih (SDP), penurunan Hb dan Ht.
3. USG ; Menetukan letak plasenta
4. Pelvimetri rontgen

H. Penatalaksanaan
a. Kehamilan kurang dari 37 minggu
b. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb dalam batas normal)
c. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (menempu perjalanan tidak lebih dari
15 menit).
Perawatan Konservatif dapat berupa:
a. Istirahat.
b. Memberikan hematilik dan spasmolitik untuk mengatasi anemia.
c. Memberikan anti biotik bila ada indikasi.
d. Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
e. Bila selama tiga hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan pengawasan
konserpatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada
perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh
melakukan senggama

Penanganan Aktif, bila:


a. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
b. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
c. Anak mati.

Penanganan Aktif dapat berupa:


a. Persalinan per vaginam
b. Persalinan per abdominal

Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up) yakni
dalam keadaan siap operasi. Bila pemeriksaan dalam didapatkan:
a. Plasenta previa marginalis.
b. Plasenta previa letak rendah.
c. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan servik sudah matang, kepala
sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan dan hanya sedikit
perdarahan maka lakukan amniotomi dan drips oksitosin pada partus per vaginam bila
gagal drips (sesuai dengan protap terminasi kehamilan). Bila terjadi perdarahan
banyak, lakukan sectio caesarea

I. Diagnosa keperawatan
1. Diagnosa 1 : Resiko perdarahan
a) Definisi : rentan mengalami penurunan volume darah yang dapat mengganggu
kesehatan
b) Faktor risiko : kurang pengetahuan tentang kewaspadaam perdarahan
c) Populasi beresiko : riwayat jatuh
d) Kondisi terkait : aneurisme, sirkumsisi, gangguan gastrointestinal, gangguan
fungsi hati, koagulopati inheren, komplikasi postpartum, komplikasi kehamilan,
trauma, program pengobatan.

2. Diagnosa 2 : Ansietas
a) Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekawatiran yang samar disertai respon
autonom, perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya
bahaya dan memempukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman
b) Batasan karakteristik :
Perilaku : penurunan produktivitas, gerakan yang ireleven, gelisah, melihat
sepintas, insomnia, kontak mata yang buruk, agitasi, menintai, tampak waspada.
Afektif : gelisah, distress, kesedihan yang mendalam, ketakutan, perasaan tidak
adekuat, berfokus pada diri sendiri, iritabilitas,, gugup senang berlebihan, rasa
nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan, bngung, menyesal, ragu, khawatir
Fisiologis : wajah tegang, tremor tangan, peningkatan produksi keringat,
peningkatan ketegangan, gemetar, suata bergetar.
Simpatik : anoreksia, ekstasi kardiovaskular, wajah memerah, mukosa kering,
jantung berdebar, peningkatan denyut nadi, peningkatan reflek, sulit bernapas,
vasokontriksi superficial, lemah, gangguan perhatian.
c) Faktor yang berhubungan : perubaha, pemajanan toksin, infeksi, krisis maturasi
krisi situasional, proses penyakit, stress, kebutuhan yang tidak dipenuhi, konflik
tentang tujuan hidup.

J. Perencanaan
1. Diagnosa 1 : Resiko perdarahan
a) Tujuan
Keparahan kehilangan darah, koagulasi darah
Kriteria hasil :
- Tidak ada hematuria dan hematemesis
- Kehilangan darah yang terlihat
- Tekanan darah dalam batas normal sistol dan diastole
- Tidak ada perdarahan pervaginam
- Tidak ada distensi abdominal
- Hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal
b) Intervensi
- Identifikasi penyebab perdarahan
Rasional :banyak jenis perdarahan yang dapat terjadi melalui vagina wanita,
pada kasus plasenta previa biasnya perdarahan tidak disertai nyeri
- Monitor ketat tanda-tanda vital
Rasional :tanda-tanda vital merupakan aspek yang penting dalam pemeriksaan
fisik karena menunjukan status organ-organ vital dalam tubuh, perubahan
signifikan 1 tanda vital merupakan tanda bahwa ada gangguan dalam tubuh
- Monitor status cairan yang meliputi intake dan output
Rasional : mengetahui kebutuhan cairan klien perhari membantu menentukan
terapi maupun nutrisi yang harus dimasukan ke dalam tubuh klien
- Pertahankan bedrest selama perdarahan aktif
Rasional :aktivitas dapat meningkatkan sirkulasi yang akan berdampak pada
peningkatan perdarahan
- Anjurkan klien untuk meningkatkan intake makanan yang banyak
mengandung vitamin K seperti buah kiwi, alpukat anggur
Rasional :makanan yang mengandung vitamin K Membantu Proses
Koagulasi / Pembekuan Darah
- Dorong masukan oral
Rasional : masukan oral sangat penting disamping masukan cairan secara
parenteral
- Kolaborasi pemberian cairan IV
Rasional : untuk manajemen cairan cara tercepat yang dapat dilakukan adalah
pemasangan cairan IV, Karena akan langsung masuk di pembuluh darah
- Atur kemungkinan transfuse
Rasional : apabila kasus kekurangan cairan semakin buruk disertai kehilangan
komponen darah, maka harus segera di berikan transfuse untuk menghindari
kegawatan lebih lanjut

2. Diagnosa 2 : Ansietas
a) Tujuan
Control diri terhadap kecemasan, tingkat kecemasan, koping
Kriteria hasil
- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
- Menunjukan cara mengatasi cemas
- Vital sign dalam batas normal
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan aktivitas menunjukan
penurunan kecemasan

b) Intervensi
- Gunakan pendekatan yang menenangkan
Rasional : klien yang cemas cenderung waspada terhadap kondisi yang ada
dilingkungannya, dengan pendekatan yang menenangkan diharapkan tidak
menambah kecemasan klien dan klien dapat lebih koopertif
- Nyetakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien
Rasional : klien harus mengetahui dengan jelas apa yang harus dilakukannya
untuk mengatasi kecemasan, hal ini selain menyadarkan klien tentang
keadaannya juga menyadarkan klien untuk mau mengatasi cemas yang dialami
- Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress
Rasional : perawat memiliki peran sebagai konselor, memalui itu diharapkan
perawat mampu memberikan konsultasi yang baik agar klien dapat mengatasi
cemasnya
- Anjurkan keluarga untuk menemani klien untuk memberikan keamnan dan
mnegurangi takut
Rasional : menurunkan stimulus yang memicu peningkatan cemas, dengan
berada disekitar orang terdekatnya diharapkan klien akan lebih tenang
- Identifikasi tingkat kecemasan
Rasional : dengan mengetahui tingkat kecemasan klien perawat dapat
mengambil keputusan tentang tindakan maupun intervensi yang akan
diberikan
- Dorong klien untuk mengungkapkan kecemasan dan perasaan
Rasional : klien yang sedang cemas perlu didengarkan, gali apakah yang
menyebabkan kecemasan dan bersama-sama klien mengatasi kecemasan yang
dirasakan
- Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi
Rasional : teknik relaksasi terbukti dapat membuat tubuh melepaskan hormone
endorphine sehingga menenangkan dan membuat kondisi tubuh rileks
- Kolaborasi untuk memberikan obat untuk mengurangi kecemasan
Rasional : apabila dengan terapi nonfarmakologi kecemasan klien tidak
berkurang, maka dianjurkan untuk pemberian obat untuk menennagkan klien
sehingga status kecemasan menurun
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitased 4.Jakarta : EGC
Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta : Nusa Medika
Herdman, T. Heather. (2015). Nanda International Inc. Diagnosis dan Kalasifikasi alih
bahasa Budi Anna Keliat, dkk ed 10. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan :Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Alih Bahasa : Esty Wahyuningsih. Jakarta :
EGC 

Banjarmasin, 11 Desember 2020


Preseptor Akademik, Ners Muda,

(Krstina Yuniarti, Ns., M.Kep) (Narita Trimar, S.Kep)

Anda mungkin juga menyukai