Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESARE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stage Keperawatan Maternitas

Oleh :
Narita Trimar
NIM . 2014901110058
Kelompok 17

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2020-2021
1. Definisi
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut (Sofian, 2012).

Yusmiati (2007) menyatakan bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan
melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus
untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran
melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi, kendati cara ini semakin
umum sebagai pengganti kelahiran normal.

Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr,
melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact) (Syaifuddin, 2006).
Menurut Nanda 2016, jenis-jenis operasi sectio caesarea, terdiri atas :
1.1 Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
a. SC klasik atau corporal, dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada
korpus uteri kira-kira 10 cm. Kelebihannya antara lain : mengeluarkan janin
dengan cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan
sayatan bisa diperpanjang proksimal dan distal. Sedangkan kekurangannya adalah
infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada peritonealis yang
baik, untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri spontan.
b. SC ismika atau profundal, dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat
pada segmen bawah rahim (low servikal transversal) kira-kira 10 cm. Kelebihan
dari sectio caesarea ismika, antara lain :
1) Penjahitan luka lebih mudah.
2) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.
3) Tumpang tindih dari peritoneal flop baik untuk menahan.
4) Penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.
5) Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil.
Sedangkan kekurangannya adalah luka melebar sehingga menyebabkan uteri
pecah dan menyebabkan perdarahan banyak, keluhan pada kandung kemih post
operasi tinggi.
c. SC ekstra peritonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dan tidak
membuka cavum abdominal.
d. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, SC dapat dilakukan dengan cara, sebagai
berikut:
a. sayatan memanjang (longitudinal) menurut kroning
b. sayatan melintang (transversal) menurut kerr
c. sayatan huruf T (T-incision)

2. Etiologi
Menurut Nanda 2016, etiologi SC adalah sebagai berikut:
a. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai kelainan letak,
disproporsi cefalo pelvic (CPD), riwayat kehamilan buruk, plasenta previa terutama
pada primigravida, solusio plasenta tingkat I dan II, komplikasi kehamilan yaitu
preeklamsi-eklamsia, kehamilan yang disertai oenyakit jantung, DM, gangguan jalan
lahir (ovarium, mioma, kista dan lain lain).
b. Etiologi yang berasal dari janin
Fetal disstres/ gawat janin, mal presentasi, mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali
pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vacuum atau forcep ekstraksi.

3. Tanda dan gejala


Menurut Nanda, 2016 tanda dan gejala SC:
a. Plasenta previa
b. CPD
c. Ruptur uteri mengancam
d. Partus lama
e. Partus tak maju
f. Distosia serviks
g. Preeklamsi dan hipertensi
h. Kehilangan darah selama prodedur pembedahan 600-800 ml.
i. terpasang kateter : urin jernih dan pucat.
j. Abdomen lunak dan tidak ada distensi.
k. Bising usus tidak ada.
l. Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak
m. Malpresentasi janin
- Letak lintang
- Letak bokong
- Presentasi dahi dan muka (letak deflekasi)
- Gameli

4. Patofisiologi
Beberapa ibu hamil mengelami berbagai berbagai indikasi seperti Cephalopelvic
disproportion (CPD), placenta previa, tumor jalan lahir, hidromnion, kehamilan gemeli,
sedangkan pada janin adalah janin besar, mal presentasi, letak lintang, hidrocepalus.
Munculnya indikasi tersebut yang dapat menyebabkan perlu dilakukan pembedahan yang
biasa disebut dengan setio caesaria. Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan
janin dengan membuka perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerektomi
untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Dari sini klien mengalami adaptasi fisiologi
dan psikologi seprti nyeri, risiko infeksi, cemas bahkan efek dari anastesi dapat
menyebabkan kehilangan cairan vaskuler berlebihan sehingga dapat terjadi risiko
kekurangan volume cairan.

5. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada post sectio caesarea, antara lain :
- Infeksi puerperal (nifas). Tahapan ringan suhu meningkat beberapa hari; tahapan
sedang suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit
kembung; sedangkan pada tahapan berat terjadi peritonealis, sepsis, dan usus paralitik.
- Perdarahan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka serta perdarahan
pada plasenta bed.
- Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi
terlalu tinggi.
- Kemungkinan ruptur uteri pada kehamilan berikutnya (Bobak, 2002).

6. Rencana Asuhan Keperawatan Klien dengan SC


6.1 Pengkajian
6.1.1 Identitas
Terdiri dari identitas pasien (nama, tanggal lahir/umur pasien, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, diagnosa medis, no
RM dan tanggal masuk rumah sakit). Identitas penanggung jawab/suami
(nama, tanggal lahir/umur pasien, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat).
1.1.3 Riwayat penyakit sekarang, dahulu dan keluarga
a. Riwayat penyakit sekarang
Keadaan atau apa yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian.
b. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit hepatik, alergi terhadap obat, makanan, plester, dan
larutan.
c. Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang menderita hipertermia malignan atau reaksi
anastesi.
2.1.3 Pemeriksaan fisik
a. Sirkulasi
Riwayat masalah jantung, edema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau
stasis vaskuler (peningkatan pembentukan trombus).
b. Integritas ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya faktor stres multipel.
Dengan tanda tidak dapat beristirahat dan peningkatan tegangan.
c. Makanan/cairan
Malnutrisi, membran mukosa yang kering, pembatasan puasa praoperasi.
d. Pernafasan
Adanya kondisi kronik/batuk, merokok.
e. Keamanan
Riwayat transfusi darah dan tanda munculnya proses infeksi.
3.1.3 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, dan pencocokan silang,
tes Coombs.
b. USG : melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan, kedudukan,
dan presentasi janin.
c. Urinalisis : menentukan kadar albumin/glukosa.
d. Kultur : mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II.
e. Pelvimetri : menentukan CPD.
f. Amniosentesis : mengkaji maturitas paru janin.
g. Tes stres kontraksi atau tes nonstres : mengkaji respon janin terhadap
gerakan/stres dari pola kontraksi uterus atau pola abnormal.
h. Pemantauan elektronik kontinue : memastikan status janin atau
aktivitas uterus (Doengoes, 2001).

7. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnose 1 : nyeri akut
a) Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan
jaringan yang actual dan potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti
(Internasional Association for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba pelahan
dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat
diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
b) Batasan karakteristik
Subjektif :
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat
Objektif :
a. Perubahan autonomik (misalnya : perubahan TD, pernapasan atau nadi).
b. Tampak luka operasi pada abdomen
c. Prilaku ksprisif (misalnya : gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan yang
berlebihan, peka terhadap rangsangan, dan menghela napas panjang).
d. Gangguan tidur.
e. Focus menyempit
f. Pucat
c) Faktor yang berhubungan
Agen-agen penyebab nyeri (misalnya : biologis, kimia, fisik dan psikologis).

Diagnosa 2 : risiko infeksi


a) Definisi
Berisiko terhadap invasi organism patogen
b) Batasan karakteristik
Adanya insisi pada abdomen
Ada tanda-tanda infesi (dolor, kalor, tumor, rubor dan fungsio lesea)
c) Faktor risiko
a. Kerusakan jaringan
b. Pertahanan primer tidak adekuat (kulit luka, trauma jaringan, penurunan fungsi
silia, stasis cairan tubuh, perubahan pH, dan gangguan peristalsis).

Diagnosa 3: Bersihan jalan napas tidak efektif


a) Definisi
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran
pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.
b) Batasan karakteristik
 Tidak ada batuk
 Suara napas tambahan
 Perubahan frekuensi napas
 Perubahan irama napas
 Sianosis
 Kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara
 Penurunan bunyi napas
 Dipsneu
 Sputum dalam jumlah berlebihan
 Batuk yang tidak efektif
 Gelisah
c) Faktor yang berhubungan
a. Lingkungan
- perokok pasif
- mengisap asap
- Merokok
b. Obstruksi jalan napas
- Spasme jalan napas
- Mokus dalam jumlah berlebihan
- Eksudat dalam alveoli
- Materi asing dalam jalan napas
- adanya jalan napas buatan
- sekret dalam bronchi
c. Fisiologis
- Jalan napas alergik
- Asma
- Penyakit paru obstruktif kronik
- Hiperplasia dinding bronchial
- Infeksi
- Disfungsi neuromuskular

Diagnosa 4: Konstipasi
a) Definisi
Penurunan pada frekuensi normal defekasi yang disertai oleh kesulitan atau
pengeluaran tidak lengkap feses/ pengeluaran yang kering, keras dan banyak.
b) Batasan karakteristik
 nyeri abdomen
 nyeri tekan abdomen dengan teraba resistensi otot
 anoreksia
 darah merah pada feses
 perubahan pola pada defekasi
 penurunan frekuensi
 penurunan volume feses
 distensi abdomen
 rasa rectal penuh
 keletihan umum
 feses keras dan berbentuk
 sakit kepala
 bising usus hiperaktif
 bising usus hipoaktif
 mual, muntah
 nyeri pada saat defekasi
 perkusi abdomen pekak
 sering flatus
 tidak dapat mengeluarkan feses
1.3.2.3 Faktor yang berhubungan
a. fungsional:
- kelemahan otot abdomen
- kebiasaan mengabaikan dorongan defekasi
- ketidakadekuatan toileting
- kurang aktivitas fisik
- kebiasaan defekasi tidak teratur
- perubahan lingkungan saat ini
b. psikologis
- defresi, stress emosi
- konfusi mental
c. farmakologis
- antasida mengandung aluminium
- antikolinergik, antikonvulsan
- antidepresan
- agen antilipemik
- garam bismuth
- kalsium karbonat
- penyekat saluran kalsium
- diuretic, garam besi
d. mekanis
- ketidakseimbangan elektrolit
- kemoroid
- gangguan neurologis
- obesitas
- kehamilan
- pembesaran prostat
- abses rectal
e. fisiologis
- perubahan pola makan
- perubahan makanan
- penurunan motilitas traktus gastrointestinal
- dehidrasi
- asupan serat tidak cukup
- asupan cairan tidak cukup
i. Perencanaan
Diagnose 1 : nyeri akut
1.1.3 Tujuan dan criteria hasil (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1-3 kali 24 jam nyeri pasien
dapat berkurang dengan criteria hasil sebagai berikut:
a. Keluhan nyeri berkurang
b. Skala berkurang (0-2)
c. Pasien tanpak rileks
2.1.3 Intervensi keperawatan dan rasional (NIC)
a. Pengkajian
1) Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensip meliputi lokasi,
karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
keparahan nyeri dan factor presipitasinya.
Rasional : memberikan informasi untuk membantu memudahkan
tindakan keperawatan.
2) Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada pasien
yang tidak mampu berkomunikasi efektif.
Rasional : mengetahui tingkat nyeri pasien dari ekspresi pasien.

b. Penyuluhan pada pasien/keluarga


Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (misalnya : teknik relaksasi
dan distraksi, terapi music, kompres hangat atau dingin, masase dan
tindakan pereda nyeri lainnya.
Rasional : membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan
klien.
c. Kolaboratif
1) Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiat yang terjadwal
(misalnya : setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA. Rasional :
mengurangi nyeri.
2) Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih
berat. Rasional : penanganan dini pada nyeri yang dirasa pasien.
3) Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan
saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri
pasien di masa lalu.
Rasional : menentukan tindakan penanganan nyeri lebih lanjut.
d. Mandiri
1) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan.
Rasional : lingkungan yang panas, gaduh dan sebagainya dapat
mempengaruhi keadaan pasien yang dapat berdampak pada rasa nyeri.
2) Pastikan pemberian analgesia terapi atau strategi nonfarmakologi
sebelum melakukan prosedur yang menimbulkan nyeri.
Rasional : mencegah bertambahnya rasa nyeri yang dirasakan pasien.

Diagnos 2 : risiko infeksi


1.3.3.1 Tujuan dan criteria hasil (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1-5 hari infeksi tidak terjadi dengan
kriteria hasil sebagai berikut :
a. Luka kering dan membaik
b. Tanda-tanda infeksi (-)
1.3.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional (NIC)
a. Pengkajian
1) Pantau tanda gan gejala infeksi (misalnya : suhu tubuh, denyut
jantung, penanpilan luka, suhu tubuh,lesi kulit, keletihan dan malaise).
Rasional : suhu yang meningkat, dapat menunjukkan terjadinya infeksi
(color).
2) Kaji faktor yang dapat meningkatkan reaksi terhadap infeksi (usia dan
nutrisi).
Rasional : usia pasien dan kurangnya nutrisi dapat mempengaruhi
terjadinya infeksi.

3) Pantau hasil lab.


Rasional : risiko infeksi pasca melahirkan dan penyembuhan buruk
meningkat bila kadar hemoglobin rendah dan kehilangan darah
berlebihan.
4) Amati penampilan praktik hygiene personal untuk melindungi
terhadap infeksi.
Rasional :mencegah kontaminasi silang/penyebaran organisme
infeksius.
b. Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1) Instruksikan untuk menjaga hygiene untuk melindungi tubuh terhadap
infeksi.
Rasional :mencegah kontaminasi silang/penyebaran organisme
infeksius.
2) Ajarkan pasien teknik mencuci tanagan yang benar.
Rasional : mencuci tangan merupakan cara terbaik untuk mencegah
kontaminasi silang/penyebaran organisme infeksius.
c. Kolaborasi
Berikan terapi antibiotic, jika perlu. Rasional : mencegah terjadinya proses
infeksi.
d. Mandiri
1) Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang.
Rasional : mencegah terjadinya proses infeksi.
2) Bersihkan lingkungan dengan benar.
Rasional :mencegah kontaminasi silang/penyebaran organisme
infeksius.
3) Batasi pengunjung, jika perlu.
Rasional : pengunjung yang datang dapat membawa organisme
infeksius karena telah terpapar dengan lingkungan luar.

Diagnosa 3: Bersihan jalan napas tidak efektif


1.3.3.3 Tujuan dan criteria hasil (NOC)
❖ Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed lips)
❖ Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
❖ Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang penyebab.
❖ Saturasi O2 dalam batas normal
Foto thorak dalam batas normal

1.3.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional (NIC)


 Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
 Berikan O2 ……l/mnt, metode………
 Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
 Berikan bronkodilator 
 Monitor status hemodinamik
 Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
 Berikan antibiotik 
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status O2
 Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan sekret
 Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan : O2,
Suction, Inhalasi.

Diagnosa 4: Konstipasi
1.3.3.5 Tujuan dan criteria hasil (NOC)
 Pola BAB dalam batas normal
 Feses lunak
 Cairan dan serat adekuat
 Aktivitas adekuat
 Hidrasi adekuat
1.3.3.6 Intervensi keperawatan dan rasional (NIC)
 Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan konstipasi
 Monitor tanda-tanda ruptur bowel/peritonitis
 Jelaskan penyebab dan rasionalisasi tindakan pada pasien
 Konsultasikan dengan dokter tentang peningkatan dan penurunan bising
usus
 Kolaburasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang menetap
 Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat) terhadap eliminasi
 Jelaskan pada klien konsekuensi menggunakan laxative dalam waktu yang
lama
 Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan
 Dorong peningkatan aktivitas yang optimal
 Sediakan privacy dan keamanan selama BAB

Anda mungkin juga menyukai