Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

“ASFIKSIA NEONATUS”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stage Keperawatan Anak


Ruang Bayi RSUD Sultan Suriansyah (15-17 April 2021)

Perseptor Akademik :
Evy Norhasanah, S.Kep, Ns., M.Imun

Preseptor Klinik :
Siti Raudaniyah, S.Kep., Ns

Oleh:
Narita Trimar, S. Kep
NPM. 2014901110058

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASFIKSIA NEONATUS

1. Konsep penyakit Asfikisia neonatus


1.1 Definisi
Suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak segera
bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat
terjadi selama kehamilan atau persalinan (Nurarif & Kusuma 2015).

Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas


spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin
meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan
lebih lanjut. (Hardman, 2015).

1.2 Klasifikasi
Tabel penilaian APGAR SCORE
Skor APGAR
Tanda
0 1 2
Frekuensi Jantung Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit
Usaha bernafas Tidak ada Lambat tak teratur Menangis kuat
Tanus otot Lumpuh Ekstremitas agak Gerakan aktif
fleksi
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan
kuat/melawan
Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh
eks biru kemerahan
Klasifikasi klinis APGAR SCORE :
1. Asfiksia berat (Nilai APGAR 0-3)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung tidak ada atau <
100 x/ menit, tonus otot buruk/lemas, sianosis berat, tidak ada
reaksi, respirasi tidak ada.
2. Asfiksia ringan – sedang (Nilai APGAR 4 – 6)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung < 100 / menit,
tonus otot kurang baik atau baik , sianosis (badan merah, anggota
badan biru), menangis. Respirasi lambat, tidak teratur.
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia 7 – 9
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung > 100 / menit,
tonus otot baik/ pergerakan aktif , seluruh badan merah, menangis
kuat. Respirasi baik.
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Bayi dianggap sehat, tidak perlu tindakan istimewa.

1.3 Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2015).
1.3.1 Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
b. Keracuban Co
c. Hipotensi akibat pendarahan
d. Gagal kontraksi uterus
e. Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
f. Hipertensi pada penyakit eklamsia
1.3.2 Faktor plasenta
a. Plasenta tipis
b. Plasenta kecil
c. Plasenta tidak menempel
d. Solusio plasenta
e. Pendarahan plasenta
1.3.3 Faktor neonatus
a. Prematur
b. Kelainan kongenetal
c. Pemakaian obat anastesi
d. Trauma yang terjadi akibat persalinan
1.3.4 Faktor fetus
a. Kompresi umbilikus
b. Tali pusat melilit leher
c. Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir

1.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis menurut Nurarif & Kusuma (2015), sebagai berikut:
a. Tidak bernapas atau napas megap-megap atau pernapasan lambat
(<30x/menit)
b. Pernapasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan dada)
c. Tangisan lemah atau merintih
d. Warna kulit pucat atau sianosis
e. Tonus otot lemas atau ektremitas lemah
f. Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardi <100x/menit)

1.5 Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung
janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka
nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan
dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya
ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan
intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban
dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis.
Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.

Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut


jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang
secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut
jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan
bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin
lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu
sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah
(PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap
rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara
spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan
buatan dan pemberian tidak dimulai segera.

1.6 Pemeriksaan Penunjang


1.6.1 Darah
1. Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :
a. Hb (normal 15-19 gr%), biasanya pada bayi dengan
asfiksia Hb cenderung turun karena O2 dalam darah
sedikit,
b. Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x
10 gr/ct) karena bayi preterm imunitas masih rendah
sehingga resiko tinggi
c. Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct).
d. Distrosfiks pada bayi preterm dengan pos asfiksi
cenderung turun karena sering terjadi hipoglikemi.
2. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
a. pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun
terjadi asidosis metabolik.
b. pCO2 (normal 35 – 45 mmHg). Kadar pCO 2 pada bayi
post asfiksia cenderung naik sering terjadi hiperapnea.
c. pO2 (normal 75-100 mmHg). Kadar pO 2 bayi post
asfiksia cenderung turun karena terjadi hipoksia
progresif.
d. HCO3 (normal 24-28 mEq/L).
1.6.2 Urine
1. Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
a. Natrium (normal 134-150 mEq/L)
b. Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
c. Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
1.6.3 Foto thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.

1.7 Komplikasi
1.7.1 Hipoksia dan iskemia otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang
telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga
aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaan ini akan
menyebabkan hipoksia dan iskemik otak.
1.7.2 Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita
asfiksia, keadaan ini dikenal dengan istilah miokardium pada
saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada
keadaan ini curah jantung akan terganggu sehingga darah
seharusnya di alirkan keginjal menurun. Hal ini menyebabkan
terjadinya pengeluaran urin yang sedikit.
1.7.3 Koma
Apabila pada pasien afiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa diantaranya hipoksemia
dan perdarahan otak.

1.8 Penatalaksanaan Medis


1.8.1 Terapi Suportif
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut
resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk
rnempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi
gejala sisi yang mungkin muncul. Tindakan resusiksi bayi
baru tahir mengikuti tahap tahapan-tahapan yang dikenal
dengan ABC resusitasi :
1. Memastikan saluran nafas terbuka :
a. Meletakkan bayi pada posisi yang benar.
b. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trakea
c. Bila perlu masukkan ET untuk memastikan pernafasan terbuka
2. Memulai pernapasan :
a. Lakukan rangsangan taktil
b. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3. Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi
dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan.
4. Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah,
elektrolit).

1.8.2 Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan


khusus:
1. Tindakan Umum
a. Pengawasan suhu
b. Pembersihan jalan nafas
c. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
2. Tindakan Khusus
a. Asfiksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan langkah utama 
memperbakti ventilasi paru dengan pemberian 02 dengan
tekanan dan intemitery cara terbaik dengan intubasi
endotrakeal lalu diberikan 02 tidak lebih dari 30 mmHg.
Asfikasi berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan
bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-
20 % dengan dosis 2-4 mEq/kgBB Kedua obat ini disuntikan
ke dalam intra vena perlahan melalui vena umbilikatis, reaksi
obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak
telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul
setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali
inflasi tidak didapatkan perbaikan. Pernapasan atau frekuensi
jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan &
frekuensi 80-I00/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan
dalam perbandingan 1 : 3 yaitu setiap kali satu ventilasi
tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding torak.  Jika
tindakan ini tidak berhasil bayi  harus dinilai kembali, mungkin
hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang
belum dikorekrsi atau gangguan organik seperti hernia
diaftagmatika atau stenosis jalan nafas.

b. Asfiksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernafasan dapat dicoba bila
dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernapaan spontary
ventilasi aktif harus segera dilakukan. Ventilasi sederhana
dengan kateter 02 intranasal dengan filtrat 1-2 x/mnt, bayi
diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudian
dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut
disertai gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20
kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding torak dan
abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan
spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi
dihehtikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2  menit sehingga
ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung
segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dari mulut ke rnulut atau dari ventilasi ke kantong
masker. Pada ventitasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut
penolong diisi dulu dengan 02, ventilasi dilahirkan dengan
frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas
spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak
berhak jika setelah dilekuknn berberapa saat teqadi penurunan
frekuens jantung atau perbaikan tonus otot intubasi
endotrakheal harus segera dilahirkan, bikarbonas natrikus dan
glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir
tidak memperlihatkan pernapasan teratur meskipun ventilasi
telah dilakukan dengan adekuat.

1.9 Pathway

Persalinan lama, lilitan Paralisis pusat Faktor anestesi, obat- Air ketuban ibu
A. pusat, presentasi
tali pernapasan obatan narkotik (KPD)
janin abnormal
B.

ASFIKSIA

Janin kekurangan O2 Paru-paru terisi


dan kadar CO2 cairan
meningkat

Ketidakefektifan
bersihan jalan
Napas cepat Suplai O2 ke Suplai O2 ke napas
paru menurun paru menurun
Gangguan
C.
Apneu metabolisme &
Kerusakan otak Ketidakefektifan perubahan asam
termogulasi basa
TidakD.bernapas
spontan
E. Asidosis
Kematian bayi
respiratorik
Risiko cedera
Ketidakefektifan Proses keluarga
Gangguan
pola napas terhenti
perfusi ventilasi

Gangguan
pertukaran gas
2. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama
Bayi baru lahir mengalami bradipneu, denyut jantung dan
tekanan darah bayi menurun, sianosis, gerakan ekstremitas
fleksi sedikit, dan gerakan reflexs sedikit.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Bayi baru lahir mengalami bradipneu, denyut jantung bayi
dan tekanan darah menurun, bayi nampak sianosis dan
gerakan ekstremitas fleksi sedikit dan gerakan reflexs
sedikit segera setelah bayi tersebut dilahirkan.
c. Prenatal care
- Pemeriksaan kehamilan : 3 kali
- Keluhan selama hamil : sering pusing, cepat lelah, mata
berkunang-kunang, dan malaise.     
- Kenaikan BB selama hamil : 5 Kg
d. Natal
- Tempat melahirkan        : Rumah Sakit Umum Provinsi 
- Jenis persalinan           : Normal
- Penolong persalinan     : Bidan                       
- Kesulitan lahir normal    : Ibu kesulitan mengedan
karena ibu cepat lelah
e. Post natal
- Kondisi bayi : BB lahir    2.400 gram, PB: 40 cm
- Bayi mengalami nafas lambat, denyut jantung bayi
menurun
- Bayi tidak mengalami kemerahan dan nampak pucat.
- Gerakan reflex sedikit dan tonus otot bayi menurun
2.1.2 Pemeriksaan fisik data fokus
Keadaan Umum Klien :  klien nampak bradipneu, denyut
jantung dan tekanan darah menurun, tampak sianosis,
gerakan ekstremitas dan reflexs sedikit.
1. Sistem Pernapasan
a. Hidung: Simetris kiri – kanan,
b. Leher:  Tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada tomor
c. Dada  :
-  Bentuk dada : tidak simetris
-   Gerakan dada : dada dan abdomen tidak bergerak
secara
bersamaan,
-  Ekspansi dada berkurang
-  Suara  napas melemah
2. Sistem Cardio Vaskuler
a. Capillary Refilling Time: >2deti 
b. Denyut jantung : 110x/m
c. Tekanan darah menurun: 70/40mmHg
3. System Syaraf
Bayi mengalami penurunan kesadaran
4. System Muskulo Skeletal
a. Terjadi penurunan tonus otot bayi
b. Gerakan ekstremitas fleksi pada bayi sedikit
c. Bayi nampak lemas dan lemah
5. System Integumen
a. Bayi mengalami sianosis pada kulit dan kuku
b. CRT: > 3 detik
c. Bayi nampak pucat
6. System Endokrim
Kelenjar Thyroid : Tidak tampak pembesaran kelenjar
tiroid
7. System Perkemihan
a. Tidak ada edema
b. Tidak ada bendungan  kandung kemih
8. System Reproduksi
a. Penis : Bersih
b. Tidak ada kelainan pada area genetalia

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (NIC)
(NOC)
ketidakefektifan pola napas Status pernafasan : ventilasi Monitor pernafasan (3350)
(0403) 1. Kaji frekuensi kedalaman
(hal 228, Domain 4, Kelas 4, Setelah dilakukan tindakan napas dan ekspansi dada
Kode diagnosis 00032) keperawatan selama proses 2. Catat upaya pernapasan
keperawatan diharapkan pola termasuk dengan
nafas menjadi efektif dengan menggunakan otot
kriteria hasil : pernapasan
a. Menunjukan pernapasan 3. Memfasilitasi kepatenan
ptimal pada saat terpasang jalan napas
ventilator mekanis 4. Mengeluarkan secret jalan
b. Mempunyai kecepatan dan napas
irama pernapasan dalam batas 5. Jika diperlukan gunakan alat
normal bantu untuk membantu klien
c. Mempunyai fungsi paru dalam bernapas
batas normal untuk pasien
d. Meminta bantuan pernapasan
saat dibutuhkan
e. Mampu menggambarkan
perencanaan perawatan
dirumah
f. Mengidentifikasi faktor lain.

Hambatan pertukaran gas Status pernafasan : pertukaran Monitor pernafasan (3350)


gas (0402) 1. Kaji status pernafasan,
(hal 207, Domain 3, Kelas 4, Setelah dilakukan tindakan perhatikan tanda-tanda
Kode diagnosis 00030) keperawatan selama proses distres pernafasan
keperawatan diharapkan (misalnya, takipnea,
hambatan pertukaran gas teratasi pernafasan cuping hidung,
dengan kriteria hasil : mengorok, retraksi,ronki,
a. Mempunyai fungsi paru dalam atau krekels).
batas normal 2. Gunakan pemantauan
b. Memiliki ekspansi paru yang oksigen transkutan atau
simetris oksimeter nadi. Catat kadar
c. Menjelaskan rencana setiap jam. Ubah sisi alat
perawatan dirumah setiap 3-4 jam.
d. Tidak menggunakan 3. Pertahankan kenetralan suhu
pernapasan bibir mencucu tubuh
e. Tidak mengalami napas
dangkal
f. Tidak menggunkan otot
aksesorius untuk bernapas

Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Perawatan demam (3740)


termoregulasi berhubungan keperawatan 1. Pantau dehidrasi
dengan peningkatan suhu selama…..diharapkan Pasien akan 2. Pantau warna kulit dan suhu
tubuh menunjukkan termoregulasi 3. Gunakan waslap dingin
dengan kriteria hasil : untuk mengompres
a. Suhu tubuh normal 4. Anjurkan asupan cairan
b. Tidak ada dehidrasi oral sedikitnya 2 liter/har
5. Berikan obat antipiretik

Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas


jalan napas keperawatan selama….. jalan (Hal.186-Kode 3140).
nafas paten. 1. Buka jalan nafas dengan
(hal 384, Domain 11, Kelas Kriteria Hasil : teknik chin lift atau jaw
2, Kode diagnosis 00031)  Status Pernafasan :Kepatenan thrust sebagao mana
Jalan Nafas. mestinya.
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi.
3. Identifikasi kebutuhan
aktual/potensial pasien
untuk memasukkan alat
pembuka jalan nafas.
4. Lakukan fisioterafi dada
sebagaimana mestinya.
5. Buang secret dengan
memotivasi pasien untuk
melakukan batuk atau
menyedot lendir.
Pengisapan Lendir pada jalan
nafas (Hal.316-Kode31 60).
1. Lakukan tindakan cuci
tangan.
2. Tentukan perlunya suksion
mulut atau trachea.
3. Informasikan kepada pasien
dan keluarga tentang
pentingnya tindakan
suksion.
Terapi Oksigen (Hal.444-
Kode3320).
1. Pertahankan kepatenan
jalan nafas.
2. Siapkan peralatan oksigen
dan berikan melalui sistem
humidifier.
3. Monitor aliran oksigen.

Monitor Pernafasan (Hal.236-


Kode 3350).
1. Monitor kecepatan irama,
kedalaman dan kesulitan
bernafas.
2. Catat pergerakan dada,
catat ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-otot bantu
nafas.

Risiko cedera b.d anomali Setelah dilakukan tindakan 1. Cuci tangan setiap
kongenital tidak terdeteksi keperawatan selama proses sebelum dan sesudah
atau tidak teratasi pemajanan keperawatan diharapkan risiko merawat bayi.
pada agen-agen infeksius cidera dapat dicegah. 2. Pakai sarung tangan steril.
Kriteria hasil : 3. Lakukan pengkajian fisik
1. Bebas dari cidera/ komplikasi. secara rutin terhadap bayi
2. Mendeskripsikan aktivitas yang baru lahir, perhatikan
tepat dari level perkembangan pembuluh darah tali pusat
anak. dan adanya anomali.
3. Mendeskripsikan teknik 4. Ajarkan keluarga tentang
pertolongan pertama tanda dan gejala infeksi
dan melaporkannya pada
pemberi pelayanan
kesehatan.
5. Berikan agen imunisasi
sesuai indikasi
(imunoglobulin hepatitis B
dari vaksin hepatitis
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather. (2015). Nanda Internasional Inc.Diagnosa Keperawatan:


Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC

Manuaba, IBG, dkk. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB.
Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Jogjakarta
Mediaction.

Saiffudin, Abdul, B. (2011). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal Neonatal. Jakarta: JHPIEGO

Banjarmasin, 14 April 2021

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

Evy Norhasanah, S.Kep, Ns., M.Imun Siti Raudaniyah, S.Kep., Ns

Ners Muda

Narita Trimar, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai