“ASFIKSIA NEONATUS”
Perseptor Akademik :
Evy Norhasanah, S.Kep, Ns., M.Imun
Preseptor Klinik :
Siti Raudaniyah, S.Kep., Ns
Oleh:
Narita Trimar, S. Kep
NPM. 2014901110058
1.2 Klasifikasi
Tabel penilaian APGAR SCORE
Skor APGAR
Tanda
0 1 2
Frekuensi Jantung Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit
Usaha bernafas Tidak ada Lambat tak teratur Menangis kuat
Tanus otot Lumpuh Ekstremitas agak Gerakan aktif
fleksi
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan
kuat/melawan
Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh
eks biru kemerahan
Klasifikasi klinis APGAR SCORE :
1. Asfiksia berat (Nilai APGAR 0-3)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung tidak ada atau <
100 x/ menit, tonus otot buruk/lemas, sianosis berat, tidak ada
reaksi, respirasi tidak ada.
2. Asfiksia ringan – sedang (Nilai APGAR 4 – 6)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung < 100 / menit,
tonus otot kurang baik atau baik , sianosis (badan merah, anggota
badan biru), menangis. Respirasi lambat, tidak teratur.
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia 7 – 9
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung > 100 / menit,
tonus otot baik/ pergerakan aktif , seluruh badan merah, menangis
kuat. Respirasi baik.
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Bayi dianggap sehat, tidak perlu tindakan istimewa.
1.3 Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2015).
1.3.1 Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
b. Keracuban Co
c. Hipotensi akibat pendarahan
d. Gagal kontraksi uterus
e. Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
f. Hipertensi pada penyakit eklamsia
1.3.2 Faktor plasenta
a. Plasenta tipis
b. Plasenta kecil
c. Plasenta tidak menempel
d. Solusio plasenta
e. Pendarahan plasenta
1.3.3 Faktor neonatus
a. Prematur
b. Kelainan kongenetal
c. Pemakaian obat anastesi
d. Trauma yang terjadi akibat persalinan
1.3.4 Faktor fetus
a. Kompresi umbilikus
b. Tali pusat melilit leher
c. Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
1.5 Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung
janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka
nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan
dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya
ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan
intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban
dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis.
Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
1.7 Komplikasi
1.7.1 Hipoksia dan iskemia otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang
telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga
aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaan ini akan
menyebabkan hipoksia dan iskemik otak.
1.7.2 Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita
asfiksia, keadaan ini dikenal dengan istilah miokardium pada
saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada
keadaan ini curah jantung akan terganggu sehingga darah
seharusnya di alirkan keginjal menurun. Hal ini menyebabkan
terjadinya pengeluaran urin yang sedikit.
1.7.3 Koma
Apabila pada pasien afiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa diantaranya hipoksemia
dan perdarahan otak.
b. Asfiksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernafasan dapat dicoba bila
dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernapaan spontary
ventilasi aktif harus segera dilakukan. Ventilasi sederhana
dengan kateter 02 intranasal dengan filtrat 1-2 x/mnt, bayi
diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudian
dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut
disertai gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20
kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding torak dan
abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan
spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi
dihehtikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit sehingga
ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung
segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dari mulut ke rnulut atau dari ventilasi ke kantong
masker. Pada ventitasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut
penolong diisi dulu dengan 02, ventilasi dilahirkan dengan
frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas
spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak
berhak jika setelah dilekuknn berberapa saat teqadi penurunan
frekuens jantung atau perbaikan tonus otot intubasi
endotrakheal harus segera dilahirkan, bikarbonas natrikus dan
glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir
tidak memperlihatkan pernapasan teratur meskipun ventilasi
telah dilakukan dengan adekuat.
1.9 Pathway
Persalinan lama, lilitan Paralisis pusat Faktor anestesi, obat- Air ketuban ibu
A. pusat, presentasi
tali pernapasan obatan narkotik (KPD)
janin abnormal
B.
ASFIKSIA
Ketidakefektifan
bersihan jalan
Napas cepat Suplai O2 ke Suplai O2 ke napas
paru menurun paru menurun
Gangguan
C.
Apneu metabolisme &
Kerusakan otak Ketidakefektifan perubahan asam
termogulasi basa
TidakD.bernapas
spontan
E. Asidosis
Kematian bayi
respiratorik
Risiko cedera
Ketidakefektifan Proses keluarga
Gangguan
pola napas terhenti
perfusi ventilasi
Gangguan
pertukaran gas
2. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama
Bayi baru lahir mengalami bradipneu, denyut jantung dan
tekanan darah bayi menurun, sianosis, gerakan ekstremitas
fleksi sedikit, dan gerakan reflexs sedikit.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Bayi baru lahir mengalami bradipneu, denyut jantung bayi
dan tekanan darah menurun, bayi nampak sianosis dan
gerakan ekstremitas fleksi sedikit dan gerakan reflexs
sedikit segera setelah bayi tersebut dilahirkan.
c. Prenatal care
- Pemeriksaan kehamilan : 3 kali
- Keluhan selama hamil : sering pusing, cepat lelah, mata
berkunang-kunang, dan malaise.
- Kenaikan BB selama hamil : 5 Kg
d. Natal
- Tempat melahirkan : Rumah Sakit Umum Provinsi
- Jenis persalinan : Normal
- Penolong persalinan : Bidan
- Kesulitan lahir normal : Ibu kesulitan mengedan
karena ibu cepat lelah
e. Post natal
- Kondisi bayi : BB lahir 2.400 gram, PB: 40 cm
- Bayi mengalami nafas lambat, denyut jantung bayi
menurun
- Bayi tidak mengalami kemerahan dan nampak pucat.
- Gerakan reflex sedikit dan tonus otot bayi menurun
2.1.2 Pemeriksaan fisik data fokus
Keadaan Umum Klien : klien nampak bradipneu, denyut
jantung dan tekanan darah menurun, tampak sianosis,
gerakan ekstremitas dan reflexs sedikit.
1. Sistem Pernapasan
a. Hidung: Simetris kiri – kanan,
b. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada tomor
c. Dada :
- Bentuk dada : tidak simetris
- Gerakan dada : dada dan abdomen tidak bergerak
secara
bersamaan,
- Ekspansi dada berkurang
- Suara napas melemah
2. Sistem Cardio Vaskuler
a. Capillary Refilling Time: >2deti
b. Denyut jantung : 110x/m
c. Tekanan darah menurun: 70/40mmHg
3. System Syaraf
Bayi mengalami penurunan kesadaran
4. System Muskulo Skeletal
a. Terjadi penurunan tonus otot bayi
b. Gerakan ekstremitas fleksi pada bayi sedikit
c. Bayi nampak lemas dan lemah
5. System Integumen
a. Bayi mengalami sianosis pada kulit dan kuku
b. CRT: > 3 detik
c. Bayi nampak pucat
6. System Endokrim
Kelenjar Thyroid : Tidak tampak pembesaran kelenjar
tiroid
7. System Perkemihan
a. Tidak ada edema
b. Tidak ada bendungan kandung kemih
8. System Reproduksi
a. Penis : Bersih
b. Tidak ada kelainan pada area genetalia
Risiko cedera b.d anomali Setelah dilakukan tindakan 1. Cuci tangan setiap
kongenital tidak terdeteksi keperawatan selama proses sebelum dan sesudah
atau tidak teratasi pemajanan keperawatan diharapkan risiko merawat bayi.
pada agen-agen infeksius cidera dapat dicegah. 2. Pakai sarung tangan steril.
Kriteria hasil : 3. Lakukan pengkajian fisik
1. Bebas dari cidera/ komplikasi. secara rutin terhadap bayi
2. Mendeskripsikan aktivitas yang baru lahir, perhatikan
tepat dari level perkembangan pembuluh darah tali pusat
anak. dan adanya anomali.
3. Mendeskripsikan teknik 4. Ajarkan keluarga tentang
pertolongan pertama tanda dan gejala infeksi
dan melaporkannya pada
pemberi pelayanan
kesehatan.
5. Berikan agen imunisasi
sesuai indikasi
(imunoglobulin hepatitis B
dari vaksin hepatitis
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, IBG, dkk. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB.
Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Jogjakarta
Mediaction.
Ners Muda