Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KELOMPOK

RESUME KEPERAWATAN PADA TN “J” DENGAN


MASALAH DEMAM THYPOID DI PUSKESMAS
TAMALANREA

Oleh :
Kelompok II

1. PIRA YUNIAR, S.KEP


2. RAHMAWATI Y RANTE, S.KEP
3. RIRIN YUNITA, S.KEP
4. RISNAWATI, S.KEP
5. WIWI DWI PUTRI, S.KEP

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Hj.HAMDANA, S.Kep.,Ns) (LISA FAUZIAH, S.Kep.,Ns)


NIDN.19680717199103213 NIDN.0917089201

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

NANI HASANUDDIN MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan
karunianya sehingga kami dari kelompok 2 berhasil menyelesaikan tugas seminar
kelompok dengan judul “Resume keperawatan pada pasien Tn. J dengan masalah
DEMAM THYPOID diPUSKESMAS TAMALANREA”

Adapun kendala yang kami dapatkan telah berhasil kami lalui dengan kerja sama
yang baik dan support dari anggota TIM. Makalah ini tentunya sangat jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kami meminta masukan dari pembaca demi memperbaiki
makalah ini.

Sekian sepatah kata yang sempat kami buat. Terima kasih

Wassalamualaikum wr.wb

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Tujuan .....................................................................................................................2
BAB 2 KONSEP MEDIS
2.1 Konsep penyakit/kasus............................................................................................3
2.1.1 Defenisi kasus..............................................................................................3
2.1.2 Etiologi .......................................................................................................3
2.1.3 Manifestasi Klinis........................................................................................4
2.1.4 Patofisiologi (Patoflow)...............................................................................4
2.1.5 Pemeriksaan penunjang...............................................................................5
2.1.6 Penatalaksanaan medis terbaru....................................................................6
2.2 Konsep tindakan keperawatan yang diberikan........................................................10
BAB 3 RESUME ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ...............................................................................................................13
3.2 Analisa Data.............................................................................................................20
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan................................................................................21
3.4 Implementasi dan Evaluasi......................................................................................22
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan .............................................................................................................23
4.2 Saran........................................................................................................................23
4.1.1 Bagi Pasien..................................................................................................23
4.1.2 Bagi Pelayanan Keperawatan......................................................................23
DAFTAR REFERENSI.....................................................................................................24

2
BAB I

(PENDAHULUAN)

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit demam tifoid atau yang dikenal dengan penyakit tifus
merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat. Pada
daerah endemik, sekitar 90% kasus dari demam enterik adalah kasus demam
tifoiddan sampai saat ini demam tifoid masih menjadi topik yang sering
diperbincangkan. Demam tifoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh
kuman Salmonella typhi, kuman tersebut menyerang sistem pencernaan dengan
gejala yang tampakadalah demam selama satu minggu atau lebih dan disertai
gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
Demam tifoid termasuk kedalam penyakit yang diinfeksi oleh bakteri(Melarosa,
Ernawati, & Mahendra, 2019).
Penyakit demam tifoid biasanya ditularkan dari makanan sertaminuman
yang terkontaminasi bakteriSalmonella typhi. Bakteri Salmonella
typhimempunyai sifat patogen yang dapat menginfeksi manusia maupun hewan.
Salmonella typhidapat bertahan hidup di alam bebas seperti di dalam air, tanah
atau bahkan pada makanan. Iklim tropis adalah salah satu iklimyang sangat
disenangi oleh bakteri tersebut, oleh karena itu penyakit demam tifoid menjadi
bersifat endemik di Indonesia. Kejadian penyakit demam tifoid di negara maju
mencapai 5.700 kasus setipa tahunnya, sedangkan dinegara berkembang
kejadian demam tifoid lebih tinggi yakni sebesar 21,5 juta jiwa per
tahun3.Setiap tahunnya diperkirakan terjadi 21 juta kasus demam tifoid secara
global dan 222.000 diantaranya menyebabkan kematian(Rahmawati, 2020).
Di negara berpenghasilan rendah dan menengah, demam tifoid menjadi
penyebab utama terjadinya mortalitas dan morbiditas4. Penelitian yang
dilakukan oleh Sur di daerah Kolkata, India menyatakan bahwa masyarakat
dengan status ekonomi rendah berisiko tinggi terkena demam tifoid5. Demam
tifoid di Indonesia masih bersifat endemik. Penderita demam tifoid di Indonesia
pada tahun 2008 mencapai angka 81,7 ribu per 100.000 jiwa6. Pada tahun 2010
menurut profil kesehatan Indonesia penderita demam tifoid dan paratifoid

3
sejumlah 41,081 kasus, baik kasus rawat inap mauapun rawat jalan dengan
pasien meninggaldunia sebanyak 276 jiwa(Rahmawati, 2020).
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk melaksanakan Resume Asuhan Keperawatan pada pasien
Demam Thypoid paru di Puskesmas Tamalanrea.
1.2.2 Tujuan khusus
1.2.2.1 Melakukan Pengkajian Pada Pasien Demam Thypoiddi
Puskesmas Tamalanrea.
1.2.2.2 Merumuskan Masalah Keperawatan Pada pasien Demam
Thypoiddi Puskesmas Tamalanrea.
1.2.2.3 Menyusun Renacana Keperawatan Pada Pasien Demam
Thypoiddi Puskesmas Tamalanrea.
1.2.2.4 Melaksanakan Tindakan Keperawatan Pada Pasien Demam
Thypoiddi Puskesmas Tamalanrea.
1.2.2.5 Melakukan Evaluasi Keperawatan Pada Pasien Demam
Thypoiddi Puskesmas Tamalanrea.

4
BAB II

(KONSEP DASAR MEDIS)


2.1. Konsep Dasar Medis

2.1.1 Definisi Kasus

Merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang


disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas
berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur
endothelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi
kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa kelenjar limfe usus dan
peyer's patch dan dapat menular pada orang lain melalumakanan atau air
yang terkontaminasi (Sumarno, 2002 dalam Nurarif & Kusuma, 2015).
Demam thypoid adalah penyakit sistemik akut akibat infeksi
salmonella typhi yang ditandai dengan menggigil dan sakit perut, (Corwin,
2010 dalam Timah, 2020).
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus
dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada
saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran Salah satu
penyakit menular yang terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
serius dibanyak negara berkembang yaitu demam tifoid. Demam tifoid
merupakan penyakit yang hampir semua ditemukan terjadi pada
masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan yang rendah, cenderung
meningkat dan terjadi secara endemis (Suraya et al., 2019).
Penyakit demam tifoid salah satu penyakit yang mudah menular dan
dapat menyerang banyak orang, sehingga dapat menimbulkan wabah
Penyakit tifoid diketahui juga menyerang semua usia mulai anak-anak
sampai orang orang dewasa Penularan penyakit demam tifoid dapat
ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi
oleh kuman Salmonella typhi Penularan demam tifoid selain di dapatkan
dari menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi dapat juga
dengan kontak langsung jari tangan yang terkontaminasi tinja, urin, secret,

5
saluran nafas atau dengan pus penderita yang terinfeksi (Suraya et al.,
2019)
2.1.2 Etiologi
Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Salmonella thypi, Penyakit
ini menginfeksi saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari
satu miggu dan mengakibatkan gangguan pada saluran pencernaan dan
gangguan kesadaran (Ranuh, 2013 dalam Septianingsi et al., 2020).
Salmonella typhi sama dengan Salmonela yang lain adalah bakteri
Gram-negatif mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk
spora, fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatic (0) yang terdiri dari
oligosakarida, flogelor antigen H) yang terdiri dari protein dan envelope
antigen (K) yang terdiri dari polisakarida.Mempunyai makromolekular
lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapisluar dari dinding sel dan
dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapatmemperoleh plasmid
factor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic
(Nurarif & Kusuma, 2015).
2.1.3 Manifestasi Klinis
2.1.3 Gejala pada anak: Inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14
hari.
2.1.4 Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
2.1.5 Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak
tertangani akan menyebabkan syok, Stupor dan Koma.
2.1.6 Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.
2.1.7 Nyeri kepala, Nyeri perut
2.1.8 Kembung, Mual, muntah, Diare, Konstipasi
2.1.9 Pusing, Bradikardi, Nyeri otot
2.1.10 Batuk
2.1.11 Epistaksis
2.1.12 Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepih dan ujung merah serta
tremor)
2.1.13 Hepatomegali, Splenomegali, Meteroismus
2.1.14 Gangguan mental berupa samnolen

6
2.1.15 Delirium atau psikosis
2.1.16 Dapat timbul dengan gejala yang tioak tipikal terutama pada bayi
muda sebagal penyakit demam akut dangan disertai syok dan
hipotermia (Sudoyo Aru dkk, 2009 dalam Nurarif & Kusuma,
2015).

2.1.4 Patifisiologi

Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Salmonella thypi, Penyakit


ini menginfeksi saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari
satu miggu dan mengakibatkan gangguan pada saluran pencernaan dan
gangguan kesadaran (Ranuh, 2013 dalam Septianingsi et al., 2020).
Salmonella typhi sama dengan Salmonela yang lain adalah bakteri
Gram-negatif mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk
spora, fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatic (0) yang terdiri dari
oligosakarida, flogelor antigen H) yang terdiri dari protein dan envelope
antigen (K) yang terdiri dari polisakarida.Mempunyai makromolekular
lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapisluar dari dinding sel dan
dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapatmemperoleh plasmid
factor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic
(Nurarif & Kusuma, 2015).

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang


2.1.3.1 Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar
leukosit normal. Leukositosit dapat terjadi walaupun tanpa
disertai infeksi sekunder.
2.1.3.2 Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali
normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak
memeriukan penanganan khusus
2.1.3.3 Pemeriksaan Uji Widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
bakteriSalmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk

7
menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita Demam
tifoid. AKibat adanya infeksi oleh SalmonellaTyphimaka
penderita membuat antibodi (aglutinin).
2.1.3.4 Kultur
- Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama
- Kultur urin : bisa positif pada akhir minggu kedua
- Kultur feses: bisa positif dari minggu kedua hingga minggu
ketiga
2.1.3.5 Anti Salmonella typhi lgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi
akut Salmonella typhi, karena antibodi lgM muncul pada hari ke-3
dan 4 terjadinya demam.
2.1.6 Penetalaksanaan Medis Terbaru
2.1.4.1 Non Farmakologi
a. Bed rest
b. Diet :
- Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein
- Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.
- Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi
tim.
- Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari
demam selama 7 hari.
2.1.4.1 Farmakologi
a. Kloramfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali
pemberian, oral atau IV selama 14 hari.
b. Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin
dengan dosis 200 mg/ kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali.
Pemberian, intravena saat belum dapat minum obat, selama
21 hari, atau amoksilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari,
terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, oral/intravena selama 21
hari kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari
terbagi dalam 2-3 kali pemberian oral selama 14 hari.

8
c. Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50
mg/KgBB dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/Kg BB/nari,
sekali sehari, intravena selama 5-7 hari.
d. Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan
antibiotika adalahmeropenem, azithromisin dan
fluoroquinolon(Nurarif & Kusuma, 2015).

2.2. Konsep Tindakan Keperawatan yang Diberikan

2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama di dalam memberikan
asuhan keperawatan. Perawat harus mengumpulkan data tentang status
kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan
berkesinambungan. Pengumpulan data ini juga harus dapat menggambarkan
status kesehatan klien dan kekuatan masalah-masalah yang dialami oleh
klien.
2.2.2 Identitas Klien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, jenis kelamin, usia,
agama, suku bangsa, Pendidikan nomor registrasi, dan penanggung jawab.
2.2.3 Keluhan utama
Berupa perasaan yang tidak enak badan, lesu, nyeri kapala, pusing dan
kurang bersemangat, serta nafsu makan kurang (terutama selama masa
inkubasi). Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu,
bersifat febris remiten, dan suhu tubuhnya tidak tinggi sekali. Selama
minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur baik setiap harinya biasanya
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada
minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Saat minggu ke
tiga, suhu beragsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ke tiga.
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berada dalam
kedaaan yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi stupor, koma, atau
gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan
pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala
lainnya.
2.2.4 Riwayat penyakit sekarang

9
Ditemukan adanya keluhan klien yang mengalami peningkatan suhu
tubuh >37,5℃ selama lebih dari 1 minggu, disertai menggigil. Naik
turunnya panas terjadi pada waktu pagi dan sore dan berlangsung selama
lebih dari 1 minggu. Keadaan semakin lemah ,kadang disertai dengan
keluhan pusing, akral hangat, takikardia, serta penurunan kesadaran.
2.2.5 Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah menderita penyakit demam tifoid, atau
menderita penyakit lainnya.
2.2.6 Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita penyakit demam tifoid, atau
menderita penyakit lainnya.
2.2.7 Pola fungsi kesehatan
2.2.7.1 Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena
mual dan muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit
bahkan tidak makan sama sekali.
2.2.7.2 Pola eliminasi
Klien dapat mengalami diare oleh karena tirah baring
lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan,
hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan
demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat
keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat
meningkatkan kebutuhan cairan tubuh
2.2.7.3 Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring
total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan
klien dibantu
2.2.7.4 Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang dewasa terhadap
keadaan penyakitnya
2.2.7.5 Pola tidur dan istirahat

10
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan
peningkatan suhu tubuh.
2.2.7.6 Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan
penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak
terjadi waham pada klien
2.2.7.7 Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien
di rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total.
2.2.7.8 Pola penanggulangan stress
Biasanya orang dewasa akan tampak cemas
2.2.8 Pemeriksaan fisik
2.2.8.1 Kepala
Melihat kebersihan kulit kepala, distribusi rambut merata dan
warna rambut.
2.2.8.2 Wajah, melihat ke semetrisan kiri dan kanan.
2.2.8.3 Mata, terlihat sklera putih, konjuntiva merah muda, dan reflek pupil
mengecil ketika terkena sinar.
2.2.8.4 Mulut, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering,
dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor,
sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan dan jarang
disertai tremor.
2.2.8.5 Leher, tidak adanya distensi vena jugularis.
2.2.8.6 Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisa terjadi
konstipasi, atau mungkin diare atau normal.
2.2.8.7 Hati dan limfe membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.
2.2.8.8 Ektermitas, pergerakan baik antara kiri dan kanan.
2.2.8.9 Integumen, akral teraba hangat dan terdapat pada punggung dan
anggota gerak dapat ditemukan reseola (bintik-bintik kemerahan
karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada
minggu pertama demam).
2.2.9 Diagnosis keperawatan.

11
2.2.9.1 Nyeri akut b.d proses peradangan.
2.2.9.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
yang tidak adekuat.
2.2.9.3 Resiko kekurangan volume cairan b.d intake yang tidak adekuat dan
peningkatan suhu tubuh.
2.2.9.4 Konstipasi b.d penurunan motilitas traktus gastrointestinal
(penurunan motilitas usus).
2.2.10 Rencana asuhan keperawatan

N Diagnosa NOC NIC


O
1. Nyeri akut NOC NIC
b.d proses  Pain Level, Pain Management
peradangan  Pain Pain control, - Lakukan pengkajlan nyeri
 Comfort level komprehensif termasuk lokasi
Kriteria Hasil: karakteristik, durasi, trekuensi,
 Mampu mengontrol nyeri kualitas dan faktor presipitasi
(tahu - Observasi reaksi nonverbal dari
penyebabmenggunakan ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk - Gunakan teknik Komunikasi
mengurangi terapeutik untuk mengetanu
nyeri, mencari bantuan). pengaiaman nyeri pasien
 Melaporkan bahwa nyeri - Kaji kultur yang mempengaruhi
berkurang respon nyeri
dengan menggunakan - Evaluasi pengalaman nyeri masa
manajemen nyeri lampau
 Mampu mengenali nyeri - Evaluasi bersama pasien dan tim
(skala ontensitas, kesehatan lain tentang
frekuensi dan tanda ketidakefektifan
nyeri) - Kontrof nyeri masa lampau
 Menyatakan rasa nyaman - Bantu pasien dan keuarga untu
setelah nyeri berkurang. mencari dan menemukan
dukungan

12
- Kontrol ngkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
- Kurangi raktor presipitasi nyeri
- Phih dan lakukan penanganan
nyeri
(farrmakologi non
farmakologi dan inter personal).
- Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter
jika ada kelunan dan tindakan
nyeri tidak berhas
- Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyert
Analgesic Administration
- Tentukan fokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
- Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
2. Ketidakseimban NOC NIC
gan nutrisi  Nutritional Status - Nutrition Management
kurang dari  Nutritional Status food - Kaji adanya alergi makanan

13
kebutuhan tubuh and Fluid Intake - Kolaborasi dengan ahli gizi
b.d intake yang  Nutritional Status untuk menentukan jumlah
tidak adekuat. nutrient Intake kalori dan nutrisi yang
 Weight control dibutuhkan pasien.
Kriteria Hasil: - Anjurkan pasien untuk
 Adanya peningkatan meningkatkan
berat badan sesuai Intake Fe
dengan tujuan - Anjurkarn pasien untuk
 Berat badan ideal sesuai meningkatkan
dengan tinggi badan protein dan
 Mampu mengidentifikasi vitanmin C
kebutuhan nutrisi - Berikan substansi gula
 Tidk ada tanda tanda - Yakinkan diet yang dimakan
malnutrisi mengandung tinggi serat untuk
 Menunjukkan mencegah konstipasi
peningkatan fungsi - Berikan makanan yang terpilih
pengecapan dari (udah dikonsultasikan
menelan dikonsultasikan dengan ahli
 Tidak terjadi gizi).
Penurunanberat badan - Ajarkan pasien
yang berarti. bagaimanamembuatcatatan
makanan harian.
- Monitor jumlah nutrisi dan
kandungankalori
- Berikan informasi tentang
kebutuhan Nutrisi
- Kaji kemampuan pasien
untukmendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
- BB dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan

14
berat badan
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
- Monitor interaksi anak atau
orangtua
selama makan
- Monitor lingkungan selama
makan
- Jadwalkan pengobatan dan
tindakantidak selama jam
makan
- Monitor kulit kering dan
perubahanpigmentasi
- Monitor turgor kulit
3. Resiko NOC NIC
kekurangan  Fluid balance Fluid management
volume cairan  Hydration - Timbang popok/pembalut jika
b.d intake yang  Nutritional Status Food diperlukan
tidak adekuat and Fluid Intake - Pertahankan catatan intake dan
dan peningkatan Kriteria Hasil: outputyang akurat
suhu tubuh.  Mempertahankan urine - Monitor status hidrasi
output sesuai dengan (kelembabanmembran mukosa,
usia dan BB, BJ urine nadi adekuat, tekanandarah
normal, HT normal ortostatik)jika
 Tekanan darah, nadi, diperlukan
suhu tubuh dalam batas - Monitor vital sign
normal - Monitor masukan
 Tidak ada tanda tanda makanan/cairan danhitung
dehidrasi intake kalori harian
 Elastisitas turgor kulit - Kolaborasikan pemberian cairan
baik, membran mukosa IV
lembab, tidak ada rasa - Monitor status nutrisi

15
haus yang berlebihan. - Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
- Dorong masukan oral
- Berikan penggantian nesogatrik
sesuai output
- Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
- Tawarkan snack (jus buah, buah
segar
- Kolaborasi dengan dokter
- Atur kemungkinan tranfusi
- Persiapan untuk tranfusi
- Hypovolemia Management
- Monitor status cairan termasuk
intake dan output cairan
- Pelihara IV line
- Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
- Monitor tanda vital
- Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
- Monitor berat badan
- Dorong pasien untuk
menambah intake oral
- Pemberian cairan lv monitor
adanya tanda dan gejala
kelebihanvolume cairan
- Monitor adanya tanda gagal
ginjal.
4. Konstipasi b.d NOC NIC
penurunan  Bowel elimination Constipation/ Impaction
motilitas traktus  Hydration - Management
gastrointestinal - Monitor tanda dan gejala

16
(penurunan Kriteria Hasil konstipasi
motilitas usus).  Mempertahankan bentuk - Monior bising usus
feses lunak setiap 1-3 - Monitor feses:
hari frekuensi, konsistensi dan
 Bebas dari voume
ketidaknyamanan - Konsultasi dengan dokter
dankonstipasi tentang penurunan dan
 Mengidentifikasi peningkatan bising usus
indikator untuk - Monitor tanda dan gejala ruptur
mencegah konstipasi usus/peritonitis
 Feseslunak dan berbentuk - Jelaskan etiologi dan
rasionalisasi tindakan terhadap
pasien
- ldentifikasi faktor penyebab dan
kontribusi konstipasi
- Dukung intake cairan
- Kolaborasikan pemberian
laksatif
- Pantau tanda-tarnda dan gejala
konstipasi
- Pantau tanda-tanda dan gejala
impaksi
- Memantau gerakan usus,
termasuk konsistensi frekuensi,
bentuk, volume, dan warna
- Memantau bising usus
- Konsultasikan dengan dokter
tentang penurunan/ kenaikan
frekuensi bising usus
- Pantau tanda-tanda dan gejala
pecahnya usus dan/atau
peritonitis

17
- Jelaskan etiologi masalah dan
pemikiran untuk tindakan untuk
pasien
- Menyusun jadwal ketoilet
- Mendorong meningkatkan
asupan cairan, kecuali
dikontraindikasikan
- evaluasi profil obat untuk efek
samping gastrointestinal
- Anjurkan pasien / keluarga
untuk mencatat warna, volume,
trekuensi dan konsistensI tinja
- Ajarkan pasien/ keluarga
bagaimana untuk menjaga buku
harian makanan
- Anjurkan pasien / keluarga
untuk diet tinggi serat
- Anjurkan pasien /keluarga
padapenggunaan yang tepat dari
obat pencahar
- Anjurkan pasien / keluarga
padahubungan asupan diet,
olahraga, dancairan sembelit /
impaksi
- Menyarankan pasien
untukberkonsultasi dengan
dokter jikaembelit atau impaksi
terus ada.

2.2.11 Implementasi keperawatan


Pada tahap ini meliputi pelaksanaan rencana tindakan perawatan yang dapat
dilakukan dan yang tidak dapat dilakukan sesuai dengan intervensi pada masing
– masing diagnosa.

18
2.2.12 Evaluasi
Evaluasi meruapakan tahap akhir dari proses asuhan keperawatan yang telah
digunakan untuk menentukan seberapa baik rencana keperawatan yang telah
dibuat , apakah tujuan dapat tercapai, tercapai sebagian, atau belum tercapai
dengan meninjau respon pasien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2.2.13 Program perencanaan pulang/ discharge planning dan melaksanakan
pendidikan kesehatan yang terkait dengan perencanaan tersebut
a. Hindari tempat yang tidak sehat
b. Hindari daerah endemis demam tifoid
c. Cucilah tangan dengan sabun dan air bersih
d. Makanlah makanan bernutrisi lengkap dan seimbang dan masak/panaskan
sampai suhu 570C beberapa menit dan secara merata.
e. Salmonella typhio didalam air akan mati apabila dipanasi setinggi 570C
untuk beberapa menit atau dengan proses iodinasi/klorinasi.
f. Gunakan air yang Sudah direbus untuk minum dan sikat gigi
g. Mintalah minuman tanpa es kecuall air es sudah dididihkan atau dari botol
h. Lalat perlu dicegah menghinggapi makanan dan minuman
i. Istirahat cukup dan lakukan olahraga secara teratur
j. Jelaskan terapi yang aiberikan: dosis, dan efek samping
k. Ketahui gejala-Bejala Kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan
untuk mengatasi gejala tersebut
l. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan
m. Vaksin demam tifoid
n. Buang sampan pada tempatnya

19
BAB III

(RESUME ASUHAN KEPERWATAN)

1.1. Pengkajian

Nama Mahasiswa: NIM:

DATA UMUM PASIEN


Nama : Tn “J ” No. Medical Record :
Umur : 50 Tahun Diagnosa Medis :Demam Thypoid
Jenis Kelamin : Laki - laki Tanggal Pengkajian : 05/03/2021
Agama : Islam Tanggal Masuk RS :
Suku : Makassar
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : BTP Blok B No.14
INFORMAN/KELUARGA
Nama : Ny “ I “
Umur : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubungan dengan Pasien : Anak

GENOGRAM
G1 :

G2 :
?
? ? ?

G3 : 50 ? ? ? ?

Simbol genogram :

: Laki-Laki : Cerai : Diadopsi : Kembar non identik

: Perempuan : Berpisah X : Meninggal : Kembar identik

------: Tidak Kawin : Abortus : Klien : Lahir mati

- - - - : Serumah : Keturunan : Menikah ? : Tidak diketahui

20
Keterangan :
G1 : kakek dan nenek klien dari ayah sudah meninggal, kakek meninggal karna stroke dan
hipertensi Semntara nenek dari ayah meningal karna faktor usia. Sedangkan kakek dan
nenek dari ibu sudah meninggal karna kecelakaan.
G2 : Ayah masih hidup dan ibu sudah meninggal karna diabetes
G3 : klien merupakan anak pertama dari 5 bersaudara dan adik ke – 3 pasien pernah
menderita penyakit yang sama

21
RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama :Demam

Riwayat Keluhan Utama : klien mengatakan demam sejak 6 hari yang lalu, klien mengeluh
tidak enak badan, klien Nampak lemas, klien Nampak pucat, serta kulit yang Nampak
kemerahan
P : Klien mengeluh nyeri pada bagian perut dn juga nyeri kepala
Q : Nyeri seperti tertusuk – tusuk
R : Nyeri timbul dibagian abdomen dan kepala
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri hilang timbul selama 5 – 15 menit
Riwayat Penyakit/Gejala yang Pernah Dialami
Klien mengatakan pernah menderita penyakit demam thypoid
Riwayat opname: () Tidak pernah opname
(√) Pernah opname dengan sakit: Hipertensi, Demam thypoid

Pernah operasi: (√) Tidak,


(x) Ya, dengan jenis operasi : ………………………

Riwayat Kesehatan Sekarang :Pasien masuk ke Puskesmas Tamalanrea pada tanggal 06


Maret 2021dengan keluhan demam, menggigil, nyeri kepala, nyeri perut, pusing, batuk. sejak
5 hari yang lalu. Ketika dilakukan pengakajian pasien mengeluh pusing merasa lemas serta
Nampak meringis, gelisah dan pucat dari hasil pemeriksaan di dapatkan hasil tanda tanda vital
TD: 130/80 MmHg, Nadi : 70 x/m , Pernapasan 20 x/m , Suhu : 38,8°C.

Riwayat alergi :(√)Tidak

Riwayat Medikasi :
Pernah mendapat pengobatan: (x) Tidak

Kesadaran: √ Composmentis
 Somnolen
 Apatis
 Soporos
Koma

GCS: 15
E :4
M :6
V :5

22
Masalah
Kebutuhan Dasar
Keperawatan
1. Nutrisi Tidak ada
 TB : 165 cm BB : 65 Kg IMT: 23,21 Kg/cm2 masalah
 Kebiasaan makan : 2 x/hari, (teratur / tidak teratur) kerawatan
 Keluhan Saat ini : Tidak ada keluhan
Tidak nafsu makan
 Mual
 Muntah
 Sukar / sakit menelan
Nyeri ulu hati / salah cerna yang berhubungan
dengan...........................
 Sakit gigi
Disembuhkan dengan .........................
 Konjungtiva : pucat
 Sklera : Tidak ikterik
 Pembesaran tyroid : Tidak ada pembesaran tiroid
 Hernia / massa : Tidak ada hernia atau massa
 Porsi makan yang dihabiskan : tidak di habiskan ( 3 sendok)
 Makanan yang disukai : Makanan Rumah
 Diet : Nasi goreng, ayam goreng
 Data lain: Tidak ada
2. Cairan
 Kebiasaan minum : 6-8 gelas sedang /hari
Jenis : Air mineral
 Turgor kulit : √ Kering  Tidak elastis
 Warna : Putih Langsat
 CRT : < 3 detik
 Mata cekung : √ Tidak  Ya : Ka/Ki
 Edema : √ Tidak  Ya : Ka/Ki
 Distensi vena jugularis : tidak terdapat distensi
 Asites : √ Tidak  Ya
 Spider naevi : √ Tidak  Ya
 Penggunaan Kateter : Tidak menggunakan kateter
 Data Lain;
3. Eliminasi
 BAB : 2 x selama di rawat
 Warna : Coklat
 Konsistensi : padat
 Bau : Tidak diketahui
 BAK : ± 3-4 x/Hari
 Warna : Kuning
 Bau : Obat obatan
 Tampilan : Kuning
 Volume : Tidak di ketahui
 Penggunaan Kateter : Ya/Tidak

23
4. Istirahat dan Tidur
 Kebiasaan tidur :  Malam (Jam:Tidak menentu )
 Siang (Jam: Tidak menentu )
 Lama tidur : Malam 5-7 jam Siang : 1 jam
 Kebiasaan tidur : baik
 Faktor yang mempengaruhi : tidak ada
 Cara mengatasi : tidak ada
 Data Lain :
5. Personal Hygiene
 Kebiasaan Mandi
 Sering mandi 2 x sehari
 Kebiasaan Mencuci rambut
 Sering cuci rambut 2 x / bulan
 Kebiasaan Memotong Kuku
 Sering potong kuku
 Kebiasaan mengganti baju
 Sering ganti baju

Data Fokus Masalah


keperawatan
1. Inspeksi: klien Nampak lemah, klien Nampak meringis,klien Nampak Nyeri akut
gelisah, kulit Nampak kemerahan, klien Nampak lemas, klien Nampak
pucat, lien Nampak menggigil
2. Auskultasi : tidak dilakukan

3. Perkusi : Tidak dilakukan

4. Palpasi :klien teraba hangat, nyeri tekan pada bagian abdomen

Pemeriksaan Diagnostik
Hipertermi
1. Tanda-tanda Vital:
 Tekanan Darah : 130/ 80 mmHg
 Nadi : 70x/mnt
 Pernapasan : 20x/mnt
 Suhu : 38,8 0C

2. Tes Widal
a. Antigen O
- Salm Thypi : 1/132
b. Antigen H
- Salm Thypi A : 1/132
- Salm Thypi B : 1/132
PSIKOSOSIAL
Tidak ada

24
1. Bagaimana Pasien menghadapi penyakit yang diderita? masalah
keperawatan
3. a. Apakah tugas/peran yang diemban Pasien dalam keluarga/ kelompok/
masyarakat?
b. Bagaimana inisiatif Pasien dalam memenuhi tugas/ peran dan tanggung
jawab tersebut?

6. Bagaimana hubungan Pasien dengan keluarga dan masyarakat?


7. Apakah kondisi ini membuat anda stress?
8. Apakah anda pernah mengalami berbagai macam stress yang
menpengaruhi kondisi ini? Jelaskan.
9. Uraikan apa yang anda lakukan bila anda merasa stress.
10. Uraikan bagaimana hubungan atau aktivitas spesifikasi membantu anda
mengatasi masalah ini.
11. Uraikan keyakinan atau praktik budaya spesifikasi yang memengaruhi cara
perawatan dan perasaan anda mengenai masalah ini.
12. Apakah ada yang mengganggu keyakinan spiritual anda, kebutuhan atau
praktik selama sakit anda? Apa yang dapat saya atau pemberi asuhan lain
untuk membantu kebutuhan spiritual anda
13. Apakah ada terapi spesifikasi yang tidak ingin anda gunakan untuk
mengobati kondisi ini?

1.2. Diagnosis Keperawatan


NO ANALISA DATA DIAGNOSA
1. Data Subjektif Nyeri Akut
- Klien mengeluh nyeri
pada bagian kepala
- Klien mengeluh nyeri
pada bagian abdomen
Data objektif
- Klien Nampak lemah
- Klien Nampak meringis
- Klien Nampak gelisah
Skala nyeri : 6

1. Data Subjektif Hipertermi b/d proses penyakit thypoid


- Klien mengeluh panas
dingin
Data Objektif
- Kulit klien Nampak
memerah
- Kulit terasa hangat
- Didapatkan TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 70 x/Menit
S : 38.8 C

25
P : 20 X/Menit
Tes Widal
a. Antigen O
- Salm Thypi : 1/132
b. Antigen H
- Salm Thypi A : 1/132
- Salm Thypi B : 1/132

1.3. Rencana Asuhan Keperawatan

N DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


o KEPERAWATAN
Tujuan dan intervensi
Kriteria Hasil
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
. tindakan - Identifikasi skala nyeri
keperawatan selama - Berikan tehnik
1 x 24 jam nonfarmakologis untuk
diharapakan nyeri mengurangi rasa nyeri.
teratasi Misalnya: tehnik relaksasi,
a. keluhan nyeri terapi music, kompres
menurun hangat atau dingin.
b. meringis menurun - Edukasi strategi meredakan
c. gelisa menurun nyeri
- Ajarkan tehnik relasasi
nafas dalam
- Kolaborasi
pemberiananalgetik

2. Hipertermi b/d Setelah dilakukan 1. manajemen hipertermia


proses penyakit tindakan a. indentivikasi penyebab
keperawatan selama hipertermia
1 x 24 jam b. moniktor suhu tubuh
diharapkan demam c. sediakan lingkungan yang
klien dapat teratasi : dingin
a. suhu tubuh d. Longgarkan atau lepaskan
membaik pakaian pasien
b. kulit merah e. lakukan pendinginan
menurun eksternal misalnnya kompres
c. pucat menurun pada dahi, leher, dada, dan
abdomen
f.. anjurkan tira baring

2.1. Implementsi dan Evaluasi Keperawatan

EVALUASI DAN IMPLEMENTASI KEERAWATAN

26
Nama :Tn. J Diagnosa Medis : Demam thypoid
Umur : 50 thn
Jenis kelamin :laki-laki

Tgl/piku DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


l KEPERAWATAN
06/03/21 Nyeri Akut 1. Manajemen Nyeri S:
- Mengidentifikasi skala Klien mengatakan
nyeri nyeri berkurang
- Mengajarkan tehnik O:
nonfarmakologis untuk Skala nyeri : 5
mengurangi rasa nyeri. A:
Misalnya: tehnik Masalah sebagian
relaksasi, terapi music, teratasi
kompres hangat atau P:
dingin. Lanjutkan
- Mengedukasi strategi intervensi
meredakan nyeri
- Mendemonstrasikan
tehnik relasasi nafas
dalamselama 4 detik lalu
menahan napas selama 2
detik dan
menghembuskan napas
selama 8 detik
- menganjurkan
penggunaan analgetik

06/03/21 Hipertermi b/d 1. Manajemen hipertermia S:


proses penyakit a. Mengidentifikasi klien mengatakan
thypoid penyebab hipertermia demamanya
b. Memonitor suhu menurun
tubuh O:
c. Menyediakan Didapatkan suhu
linkungan yang 38,3 C
dingin A:
d. Longgarkan atau masalah sebagian
lepaskan pakaian teratasi
pasien P:
e. Melakukan Lanjutkan
pendinginan intervensi
eksternal misalnya
kompres dingin pada
dahi, leher, dada dan
Abdomen
f. Menganjurkan tira
baring

27
BAB IV

(KESIMPULAN DAN SARAN)

4.1 Kesimpulan

Dari laporan resume keperawatan yang telah dibuat, dapat disimpulkn bahwa
hipertermi merupakan diagnose utama dimana pasien mengalami peningkatan suhu
tubuh di atas 38,50C. Kondisi ini terjadi akibat ketidakmampuan tubuh untuk
menyeimbangkan suhu tubuh. Pada keadaan yang berat, hipertermia dapat
menyebabkan heat stroke. Kondisi ini cukup berbahaya karena bisa menyebabkan
kerusakan permanen pada otak dan organ tubuh.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi Pasien

Bagi pasien diharapkan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan


dengan menerapkan atau mengikuti arahan dari petugas kesehatan.

4.2.2 Bagi Pelayanan Keperawatan

Peran perawat sebagai educator dan motivator perlu menanamkan


persepsi yang positif kepada pasien agar apa yang menjadi target capaian
dalam asuhan keperawatan dapat tercapai dan berjalan efektif.

28
DAFTAR REFERENSI

Melarosa, P. R., Ernawati, D. K., & Mahendra, A. N. (2019). TIFOID DI RSUP


SANGLAH DENPASAR TAHUN 2016-2017 Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bagian Farmakologi ,
8(1), 12–16.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (Jilid 1). Mediaction Jogja.

Rahmawati. (2020). Faktor risiko yang memengaruhi kejadian demam tifoid di


wilayah kerja puskesmas binakal kabupaten bondowoso. 4(2), 224–237.

Septianingsi, F., Fikriana, R., & Nurbadriyah, W. D. (2020). STUDI


LITERATUR EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT TERHADAP
PENURUNAN SUHU PADA DEMAM THYPOID. Viva Medika, 14(01),
9–20.

Suraya, C., Emai, A., Studi, P., Keperawatan, I., Bina, S., & Palembang, H.
(2019). HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SUMBER AIR BERSIH
DENGAN KEJADIAN DEMAM TYPHOID PADA ANAK

iv

Anda mungkin juga menyukai