Anda di halaman 1dari 5

DISKUSI

1. Pada kehamilan yang preterm dengan APB, apakah kehamilan dapat


dipertahankan hingga cukup usia atau harus segera dilahirkan?
Apakah indikasi bila kehamilan harus dipertahankan?
Terapi konservatif dapat dilakukan agar janin tidak terlahir prematur dan
upaya diagnosis dilakukan secara non-invasif. Terapi konservatif terdiri
dari:
1. Terapi ekspektatif.
Pada awal kehamilan, diperlukan transfusi untuk menggantikan
kehilangan darah serta terapi tokolitik untuk mencegah terjadinya
persalinan prematur, hingga kehamilan mencapai usia 32-34 minggu.
Setelah 34 minggu, manfaat pematangan harus dipertimbangkan
terhadap terjadinya resiko perdarahan yang lebih besar. Selain itu
penting juga untuk dipertimbangkan resiko terjadinya perdarahan
kembali yang disertai dengan retardasi pertumbuhan janin intrauterine.
Syarat terapi ekspektatif:
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang

kemudian

berhenti dengan atau tanpa pengobatan tokolitik;


b. Belum ada tanda inpartu; dan
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas normal).
d. Janin masih hidup dan kondisi janin baik;
2. Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotika profilaksis;
3. Lakukan pemeriksaan USG untuk memastikan letak plasenta;
4. Berikan tokolitik bila ada kontraksi:
a. MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam; atau
b. Nifedipin 3 x 20 mg/hari
Pemberian tokolitik dikombinasikan dengan betamethason 2x12 mg
IM dalam 24 jam atau deksametason 6 mg/12 jam IV atau IM

diberkan sebanyak 4 kali dalam 48 jam untuk pematangan paru janin


bila usia kehamilan antara 24-34 minggu.
5. Perbaiki anemia dengan sulfas ferosus atau ferous fumarat per oral 60
mg selama 1 bulan;
6. Pastikan tersedianya sarana transfusi; dan
7. Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih
lama, ibu dapat dirawat jalan dengan pesan segera kembali ke rumah
sakit jika terjadi perdarahan.

2. Pada pemeriksaan fisik apa yang ditemukan pada plasenta letak


rendah?
Pada pemeriksaan fisik pada plasenta letak rendah hampir sama dengan
plasenta previa lainnya, pada pemeriksaan inspekulo dapat ditemukan
perdarahan yang pervaginam yang keluar dari ostium uteri eksternum,
bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul, apabila
presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung diatas pintu atas
panggul atau mengolak ke samping dan sukar didorong ke dalam pintu
atas panggul, tidak jarang terdapat kelainan letak. Namun, salah satu ciri
plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan umumnya baru
terjadi pada waktu mendekati atau waktu persalinan dimulai.
3. Pada pemeriksaan USG perlu tidak diulang sebelum in partu?
Apakah kehamilan dengan APB boleh di VT? Kalau boleh kenapa
tidak dilakukan?
Pemeriksaan USG perlu diulang sebelum in partu, guna memastikan letak
plasenta dan mencari tahu penyebab dari pendarahan.
Dua prinsip tatalaksana pada pasien dengan perdarahan pada trimester
ketiga adalah:
1. Semua wanita yang mengalami perdarahan dari jalan lahir pada masa
kehamilan akhir harus dievaluasi di rumah sakit yang mampu

menangani perdarahan maternal dan perawatan perinatal yang


memadai.
2. Pemeriksaan vagina atau rektal tidak boleh dilakukan sampai
diagnosis plasenta previa dapat disingkirkan. Pemeriksaan vagina atau
rektal

sangat

riskan

dilakukan

karena

kemungkinan

akan

menyebabkan perdarahan hebat yang tidak terkontrol.


Dikarenakan pemeriksaan USG tidak dilakukan untuk menyingkirkan
diagnose plasenta previa, sehingga, VT tidak dilakukan guna menghindari
pendarahan hebat.
4. Apa faktor resiko plasenta previa pada pasien ini?
Faktor resiko untuk plasenta previa pada pasien ini adalah multiparitas.
5. Apakah diijinkan untuk melakukan VT pada kasus plasenta previa?
Jika ada, kapan?
Diijinkan, bila pasien tersebut sudah berada di kamar operasi dengan
segala persiapan untuk pembedahan seksio sesarea segera, karena
pemeriksaan serviks yang paling hati-hati pun dapat menimbulkan
perdarahan hebat.
Pemeriksaan dalam diatas meja operasi (PDMO) dapat dilakukan bila
semua syarat terpenuhi, yaitu :
a. Infus/ transfusi telah terpasang, kamar dan Tim Operasi telah siap;
b. Kehamilan > 37 minggu ( berat badan > 2500 gram) dan in partu; atau
c. Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor (misalnya
anensefali).
d. Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas
panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).

6. Kenapa pada pasien ini di kontraindikasikan dilakukan pemeriksaan


inspekulo padahal plasenta letak rendah?

Pemeriksaan inspekulo dapat dilakukan dilakukan secara hati-hati, untuk


menentukan sumber perdarahan.
7. Pasien plasenta previa, apa boleh melahirkan pervaginam? Apakah
syarat persalinan pervaginam pada PP?
Persalinan spontan biasanya dilakukan pada psien yang mengalami
plasenta previa tipe marginal dan presentasi kepala. Apabila dipilih
persalinan pervaginam, selaput ketuban harus dipecahkan terlebih dahulu
untuk merangsang terjadinya persalinan (sebaiknya tidak diberikan
oksitosin seblum selaput ketuban dipecahkan, karena akan menyebabkan
perdarahan lebih lanjut). Dorongan dari bagian kepala janin pada tepi
plasenta biasanya akan mengurangi perdarahan seiring dengan majunya
persalinan.(4)
Karena adanya kemungkinan terjadi hipoksemi pada janin akibat
pemisahan plasenta maupun penekanan pada tali pusat karena dorongan
dari kepala janin saat terjadi penurunan kepala, maka penting untuk
dilakukan pemantauan janin terus menerus. Dan jika terdapat abnormalitas
DJJ, maka harus segera dilakukan seksio sesarea, kecuali bila pengeluaran
janin sudah dekat.(4)

8. Apakah APB dapat terjadi pada kehamilan berikutnya?


APB dapat berisiko terjadi pada kehamilan berikutnya.
9. Pada plasenta letak rendah, apa boleh di VT?
Boleh, namun sebaiknya dilakukan pemeriksaan USG terlebih dahulu
untuk memastikan letak plasenta. VT hanya dapat dilakukan oleh tenaga
yang berkompeten dan bila wanita tersebut sudah berada di kamar operasi
dengan segala persiapan untuk pembedahan seksio sesarea segera, karena
pemeriksaan serviks yang paling hati-hati pun dapat menimbulkan
perdarahan hebat.

10. Apakah faktor resiko pada ibu ini?


Multiparitas, pada salah satu teori yang ada mengemukakan bahwa
vaskularisasi desidua yang berkurang atau perubahan atrofi pada desidua
akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa.
11. Pada APB, apa indikasi kehamilan harus diterminasi?
Terminasi kehamilan dilakukan bila:
a. Usia kehamilan cukup bulan;
b. Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi
kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali); dan
c. Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif
tanpa memandang usia kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai