Anda di halaman 1dari 12

LEMBAR TUGAS MANDIRI

MATA KULIAH: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KOMPLIKASI


OBSTETRI DAN KEGANASAN REPRODUKSI

PLASENTA PREVIA & SOLUSIO PLASENTA

oleh

Durrotul Qomariyah

NIM 226170100111023

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
PLASENTA PREVIA

A. Definisi:

Plasenta previa adalah kelainan yang terjadi selama kehamilan yang


ditandai dengan adanya jaringan plasenta di dekat atau menutupi leher
rahim. Risiko terbesar dari plasenta previa adalah perdarahan.
Pendarahan sering terjadi saat bagian bawah rahim mulai meregang dan
memanjang sebagai persiapan untuk melahirkan. Saat serviks mulai
menipis dan melebar, perlekatan plasenta pada dinding rahim terlepas,
sehingga terjadi perdarahan. Semua plasenta yang menutupi ostium
(sampai tingkat tertentu) disebut previa, dan yang dekat tetapi tidak di atas
ostium disebut letak rendah. Insiden plasenta previa adalah 3-5 per 1000
kehamilan di seluruh dunia, dan masih terus meningkat karena
meningkatnya angka seksio sesarea, karena bekas luka rahim di segmen
bawah dapat menarik implantasi plasenta yang rendah. Insidensinya jauh
lebih tinggi pada pertengahan kehamilan daripada pada minggu ke 36 ke
atas karena pembentukan segmen bawah rahim dan mungkin karena
trofotropisme yang mengakibatkan resolusi plasenta previa.

B. Faktor Predisposisi :
1) Multiparitas dan umur lanjut ( >/ = 35 tahun).
2) Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat
perubahan atrofik dan inflamatorotik.
3) Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas
pembedahan (SC, Kuret, dll).
4) Chorion leave persisten.
5) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
6) Konsepsi dan nidasi terlambat.
7) Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops
fetalis.

C. Klasifikasi Plasenta previa:

Beberapa klasifikasi plasenta previa:

a. Menurut de Snoo, berdasarkan pembukaan 4 -5 cm

1) Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm


teraba plasenta menutupi seluruh ostea.
2) Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian
pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 2 :
- Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi ostea
bagian belakang.
- Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi ostea
bagian depan.
- Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya
pinggir ostea yang ditutupi plasenta.

b. Menurut penulis buku-buku Amerika Serikat :

1) Plasenta previa totalis ; seluruh ostea ditutupi uri.


2) Plasenta previa partialis ; sebagian ditutupi uri.
3) Plasenta letak rendah, pinggir plasenta berada 3-4 cm diatas
pinggir pembukaan Pada periksa dalam tak teraba.

D. Penanganan Plasenta Previa


Penanganan Ekspektif Kriteria :
 Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
 Perdarahan sedikit
 Belum ada tanda-tanda persalinan
 Keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.

Rencana Penanganan :
1. Istirahat baring mutlak.
2. Infus D 5% dan elektrolit
3. Spasmolitik. tokolitik, plasentotrofik, roboransia.
4. Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah.
5. Pemeriksaan USG.
6. Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut
jantung janin.
7. Apabila ada tanda-tanda plasenta previa tergantung keadaan
pasien ditunggu sampai kehamilan 37 minggu selanjutnya
penanganan secara aktif.

Penanganan aktif Kriteria

 umur kehamilan >/ = 37 minggu, BB janin >/ = 2500 gram.


 Perdarahan banyak 500 cc atau lebih.
 Ada tanda-tanda persalinan.
 Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%.

Untuk menentukan tindakan selanjutnya SC atau partus pervaginum,


dilakukan pemeriksaan dalam kamar operasi, infusi transfusi darah
terpasang.

Indikasi Seksio Sesarea :

1) Plasenta previa totalis.


2) Plasenta previa pada primigravida.
3) Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang
4) Anak berharga dan fetal distres
5) Plasenta previa lateralis jika :
- Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.
- Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.
- Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).
6) Profause bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir
dengan cepat.
Partus pervaginam. Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau
lateralis pada multipara dan anak sudah meninggal atau prematur.

1) Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban


dipecah (amniotomi) jika hid lemah, diberikan oksitosin drips.
2) Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan SC.
3) Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat untuk
menghentikan perdarahan (kompresi atau tamponade bokong dan
kepala janin terhadap plasenta) hanya dilakukan pada keadaan
darurat, anak masih kecil atau sudah mati, dan tidak ada fasilitas
untuk melakukan operasi.

E. Komplikasi :
1) Perdarahan dan syok.
2) Infeksi.
3) Laserasi serviks.
4) Plasenta akreta.
5) Prematuritas atau lahir mati.
6) Prolaps tali pusar.
7) Prolaps plasenta.

F. Prognosis
Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu karana
plasenta rendah sekali atau tak ada sama sekali. Sejak diperkenalkannya
penanganan pasif pada tahun 1945, kematian perinatal berangsur-angsur
dapat diperbaiki. Walaupun demikian, hingga kini kematian perinatal yang
disebabkan prematuritas tetap memegang peranan utama.

G. Penatalaksanaan pasien dengan plasenta previa jika terjadi


pendarahan:

Tujuan dalam pengelolaan pasien dengan plasenta previa dalam


perdarahan akut yaitu mencapai dan/atau menjaga stabilitas hemodinamik
ibu dan menentukan apakah diperlukannya operasi seksio sesaria pada
ibu. Penilaian yang dilakukan pada ibu dan janin adalah:

- Tekanan darah ibu, denyut jantung, laju pernapasan, saturasi


oksigen perifer, dan keluaran urin dipantau dengan cermat.
Takipnea, takikardia, hipotensi, saturasi oksigen rendah, dan sesak
merupakan tanda-tanda hipovolemia.
- Detak jantung janin dipantau secara terusmenerus untuk melihat
apakah terdapat pola yang menunjukkan hipoksemia pada janin.
- Kehilangan darah segera dihitung. Perkiraan kehilangan darah
pervaginam secara akurat sulit untuk ditentukan secara kasat mata,
terutama ketika darah sebagian terserap ke kain atau handuk,
pembalut bersalin, spons kasa atau bahkan menetes ke lantai.
Tidak ada konsensus yang menjelaskan tentang pemeriksaan
laboratorum sebagai komponen penilaian wajib. Namun,
pemeriksaan yang selalu dilakukan dalam departemen kami yaitu
pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan tipe golongan darah dan
rhesus, dan menginformasikan bank darah bahwa seorang pasien
dengan plasenta previa telah dirawat. Evaluasi koagulopati (tingkat
fibrinogen, waktu tromboplastin parsial teraktivasi, waktu
protrombin) harus dilakukan pada pasien yang diduga solusio
plasenta atau dengan kehilangan darah yang banyak
menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik.

Stabilisasi ibu dengan plasenta previa sangat penting, salah satu


caranya membuat akses intravena dan pemberian kristaloid. Pemberian
ini digunakan untuk mencapai / mempertahankan stabilitas hemodinamik
dan output urin yang adekuat (setidaknya 30 mL/jam). Transfusi produk
darah pada wanita dengan plasenta previa yang aktif berdarah harus
dihitung berdasarkan volume kehilangan darah dari waktu ke waktu dan
perubahan parameter hemodinamik (misalnya, tekanan darah, denyut
jantung ibu dan janin, perfusi perifer, dan keluaran urin), serta tingkat
hemoglobin.
Refrensi:

Aspar, H., & Sudarmi, A. (2018). Hubungan Paritas dan Pre Eklampsia
Terhadap Kejadian Eklampsia Di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun
2018. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia, 2(2), 110–109.
https://doi.org/10.37337/jkdp.v2i2.75

Lubis, M. P. (2009). Solusio Plasenta. Universitas Sumatera Utara.


https://repository.usu.ac.id/handle/123456789/29854

Rodiani, & Luvika, S. G. (2016). Wanita G2P0A1 Hamil 36 Minggu Belum


Inpartu dengan PEB + Partial HELLP Syndrome dan Solutio Plasenta,
Janin Tunggal Mati, Presentasi Kepala. JK Unila, 1(2), 450–457.

Rosyidah, R. (2019). Buku Ajar Mata Kuliah Obstetri Pathologi (Pathologi


Dalam Kehamilan). In Buku Ajar Mata Kuliah Obstetri Pathologi
(Pathologi Dalam Kehamilan). https://doi.org/10.21070/2019/978-602-
5914-88-1
SOLUSIO PLASENTA

A. Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal
pada korpus uteri sebelum janin lahir. Biasanya terjadi dalam triwulan
ketiga atau triwulan kedua. Namun, apabila terjadi sebelum kehamilan 20
minggu akan didiagnosa sebagai abortus imminens. Nama lain dari
solusio plasenta adalah abruption plasentae, ablation plasentae,
premature separation of the normally implanted placenta.
Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya
mengklasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu:
1) Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang,
belum ada tanda renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang
1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih 150 mg%.
2) Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda
pre renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta
1/4-2/1 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg
%.
3) Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda
renjatan, janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3
bagian atau keseluruhan.

B. Gambaran Klinis
Gambaran klinis dari kasus-kasus solusio plasenta diterangkan atas
pengelompokannya menurut gejala klinis
1. Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis,
dimana terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak
berdarah banyak. Apabila terjadi perdarahan pervaginam,
warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa
agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus menerus.
Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah diraba.
Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat
saja menjadi semakin tegang karena perdarahan yang
berlangsung. Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan
adanya solusio plasenta ringan ini adalah perdarahan pervaginam
yang berwarna kehitam-hitaman.
2. Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta telah terlepas lebih dari satu per empat
bagian, tetapi belum dua per tiga luas permukaan. Tanda dan
gejala dapat timbul perlahanlahan seperti solusio plasenta ringan,
tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit perut terus
menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan
pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit,
tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml.
Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya
yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat.
Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan
sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba. Apabila janin
masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan
darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi, walaupun hal
tersebut lebih sering terjadi pada solusio plasenta berat.
3. Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari dua per tiga permukaannnya.
Terjadi sangat tibatiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan
syok dan janinnya telah meninggal. Uterusnya sangat tegang
seperti papan (defance musculaire) dan sangat nyeri disertai
perdarahan yang berwarna hitam. Oleh karena itu palpasi bagian-
bagian janin tidak mungkin lagi dilakukan Fundus Uteri lebih tinggi
daripada yang seharusnya oleh karena telah terjadi penumpukan
darah didalam rahim pada Kategori concealed hemorrhage.
Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan syok
ibu, terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat
terjadi. Pada keadaan-keadaan di atas besar kemungkinan telah
terjadi kelainan pada pembekuan darah dan kelainan/gangguan
fungsi ginjal.

Perbedaan antara solusio plasenta dan plasenta previa:


Solusio Plasenta Plasenta Previa
Pendarahan dengan nyeri Pendarahan tanpa nyeri
Pendarahan segera disusul Pedarahan berulang – ulang
dengan partus sebelum partus
Pendarahan keluar hanya sedikit Pendarahan keluar banyak
Palpasi sukar Bagian depan tinggi
Bunyi jantung anak biasanya tidak Biasanya ada
ada
Pada toucher tidak teraba plasenta Teraba bagian plasenta
tapi ketuban yang terus menerus
tegang
Ada impressi pada jaringan Robekan selapot marginal
plasenta karena hematom

C. Penatalaksanaan
Penanganan kasus-kasus solusio plasenta didasarkan kepada berat atau
ringannya gejala klinis, yaitu:
1) Solusio plasenta ringan
Ekspektatif, bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada
perbaikan (perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang,
janin hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu
persalinan spontan
Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio
plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio
plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila
janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi
disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan.

2) Solusio plasenta sedang dan berat


Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan,
penanganan di rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus
oksitosin dan jika perlu seksio sesaria. Apabila diagnosis solusio
plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah terjadi sekurang-
kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera diberikan.
Amniotomi akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan
intrauterin. Keluarnya cairan amnion juga dapat mengurangi
perdarahan dari tempat implantasi dan mengurangi masuknya
tromboplastin ke dalam sirkulasi ibu yang mungkin akan mengaktifkan
faktor-faktor pembekuan dari hematom subkhorionik dan terjadinya
pembekuan intravaskuler dimana-mana. Persalinan juga dapat
dipercepat dengan memberikan infus oksitosin yang bertujuan untuk
memperbaiki kontraksi uterus yang mungkin saja telah mengalami
gangguan.
Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak berlangsungnya
solusio plasenta. Tetapi jika itu tidak memungkinkan, walaupun sudah
dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya cara
melakukan persalinan adalah seksio sesaria Apoplexi uteroplacenta
(uterus couvelaire) tidak merupakan indikasi histerektomi. Akan tetapi,
jika perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah dilakukan seksio
sesaria maka tindakan histerektomi perlu dilakukan.

D. Prognosis

Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari


dinding uterus, banyaknya perdarahan, ada atau tidak hipertensi menahun
atau preeklamsia, tersembunyi tidaknya perdarahan, dan selisih waktu
terjadinya solusio plasenta sampai selesainya persalinan. Angka kematian
ibu pada kasus solusio plasenta berat berkisar antara 0,5-5%. Sebagian
besar kematian tersebut disebabkan oleh perdarahan, gagal jantung dan
gagal ginjal. Hampir 100% janin pada kasus solusio plasenta berat
mengalami kematian. Tetapi ada literatur yang menyebutkan angka
kematian pada kasus berat berkisar antara 50-80%. Pada kasus solusio
plasenta ringan sampai sedang, keadaan janin tergantung pada luasnya
plasenta yang lepas dari dinding uterus, lamanya solusio plasenta
berlangsung dan usia kehamilan. Perdarahan lebih dari 2000 ml biasanya
menyebabkan kematian janin.

Refrensi

Aspar, H., & Sudarmi, A. (2018). Hubungan Paritas dan Pre Eklampsia
Terhadap Kejadian Eklampsia Di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun
2018. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia, 2(2), 110–109.
https://doi.org/10.37337/jkdp.v2i2.75

Lubis, M. P. (2009). Solusio Plasenta. Universitas Sumatera Utara.


https://repository.usu.ac.id/handle/123456789/29854

Rodiani, & Luvika, S. G. (2016). Wanita G2P0A1 Hamil 36 Minggu Belum


Inpartu dengan PEB + Partial HELLP Syndrome dan Solutio
Plasenta, Janin Tunggal Mati, Presentasi Kepala. JK Unila, 1(2),
450–457.

Rosyidah, R. (2019). Buku Ajar Mata Kuliah Obstetri Pathologi (Pathologi


Dalam Kehamilan). In Buku Ajar Mata Kuliah Obstetri Pathologi
(Pathologi Dalam Kehamilan). https://doi.org/10.21070/2019/978-
602-5914-88-1

Anda mungkin juga menyukai