Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

SKIZOFRENIA TAK TERINCI

Disusun oleh :

Evrinia Nugrahwati J210190001

Indhira Kurniastining Fiqriyah J210190002

Regita Aulia Sari J210190003

Safira Bela Annisa J210190004

Ilham Kukuh Sejati J210190030

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

2021
A. Definisi
Skizofrenia Takterinci
Menurut Arif (2006), skizofrenia tak terinci merupakan sejeni skizofrenia
dimana gejala-gejala yang muncul sulit dihubungkan dengan skizofrenia lainnya.
Skizofrenia Takterinci dikarakteristikan dengan prilaku yang disorganisasi dan
gejala-gejala psikologis yang mungkin memenuhi lebih dari satu tipe atau
kelompok kriteria skizofrenia.

Menurut Lisa (2008), skizofrenia takterinci didiagnosis dengan memnuhi


kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia, tidak memenuhi kriteria untuk
skizofrenia paranoid,hebefrenik, katatonik dan tidak memenuhi kriteria untuk
skizofrenia tak terinci atau depresi pasca skizofrenia.

Skizofrenia juga dapat diartikan dengan terpecahnya pikiran, perasaan,


dan prilaku yang menyebabkan tidak kesesuaian pikiran, perasaan orang yang
mengalaminya (Mery C. Townsend, 2010) diantaranya:
1. Skizofrenia Katatonik merupakan gejala awal bisa muncul karena
stupor atau kegaduhan dan menjadikan melukai dirinya sendiri.
2. Skizofrenia Residual ditandai dengan prilaku eksentrik dan menarik
diri.
3. Skizofrenia Takterinci ditandai oleh gejala psikoloogis seperti
waham,halusinasi dan resiko prilaku kekerasan.
4. Gangguan Skizoafektif: tanda gejala yang akan ditunjukan contohnya
depresi berat.

A. ETIOLOGI
Adapun etiologi dari skizofrenia secara umum adalah :
1. Faktor Biologi
a. Genetika
Dibuktikan bahwa alat yang memiliki genetika yang tidak kebal
terhadap pertumbuhan skizofrenia. Persaudaraan daengan skizofrenia
memiliki kemungkinan terbesar dalam perkembangan skizofrenia dalam
masyarakat umum. Sedangkan resiko perkembangan skizofrenia adalah
1% pada banyak masyarakat. (Gottesman, 1978).
2. Faktor Biokimia
a. Dopamin Hipotesis
Teori ini menyatakan bahwa skizofrenia dapat disebabkan oleh
kelebihan dopamin dependen pada aktivitas syaraf diotak
(Hollandsworth, 1990). Kelebihan aktivitas akan meningkatkan produksi
atau substansi pada nervus terakhir, peningkatan reseptor sensitivitas atau
mengurangi aktivitas dopamine antagonis (Birchwood et al, 1982).
Amfetamin telah ditemukan dapat meningkatkan jumlah dopamine
(Tsuang, 1982). Neuroseptic (Chlorpromazine dan haloperidol)
memperlambat jumlah dopamine otak dengan mengendalikan reseptor
dopamine sehingga dapat mengurangi gejala skizofrenia dengan
amfetamin.
3. Faktor Fisiologi
a. Inveksi virus
Stevent (1982),observasi perubahan degeneratif dengan neuron
dan peningkatan sel glial pada skizofrenik. Perubahan struktur ini sama
dengan karakteristik infeksi peradangan oleh virus encephalitis.
b. Abnormal Anatomi
Suatu penelitian menampilkan ukuran ventrikuler cerebral. Ia
membesar pada individu dengan skizofrenia. Skizofrenia cronik 35%
memiliki ukuran ventrikel > 2 standar deviasi. Dilarasi cortical
merupakan atropi otak (Wernberger dan Associaties, 1979).
4. Faktor Psikologika
Fase penting pada saat memisahkan individu (janin dan ibunya).
Fase kedua (umur 1- 5 tahun) yang dinamakan fase simbiotik. Anak dapat
melihat sendiri terpisahnya dari ibunya fixasi ini diimplikasikan sehingga
presdisposisi skizofrenia.
5. Faktor Lingkungan
a. Faktor sosiokultural
Data epidemiologi memperlihatkan skizofrenia terjadi pada individu
dengan sosial ekonomi rendah (Wiessma et al, 1983).
b. Kejadian stress pada hidup
Skizofrenia merupakan gangguan proses dalam berpikir. Diakibatkan
karena pengalaman individu yang menyakitkan yang pernah dialaminnya.
Faktor penyebab penggunaan narkoba antara lain:
1. Ingin terlihat gaya
Zat terlarang jenis tertentu dapat membuat pamakainya menjadi lebih
berani, keren, percaya diri, kreatif, santai, dan lain sebagainya. Efek keren
yang terlihat oleh orang lain tersebut dapat menjadi trend pada kalangan
tertentu sehingga orang yang memakai zat terlarang itu akan disebut
trendy, gaul, modis, dan sebagainya.
2. Solidaritas Kelompok
Suatu kelompok orang yang mempunyai tingkat kekerabatan yang tinggi
antar anggota biasanya memiliki nilai solidaritas yang tinggi. Misalnya,
jika ketua atau beberapa anggota kelompok yang berpengaruh pada
kelompok itu menggunakan narkotik, maka biasanya anggota yang lain baik
secara terpaksa atau tidak terpaksa akan ikut menggunakan narkotik itu agar
merasa seperti keluarga senasib sepenanggungan.
3. Menghilangkan rasa sakit
Seseorang yang memiliki suatu penyakit atau kelainan yang dapat menimbulkan
rasa sakit yang tidak tertahankan dapat membuat orang jadi tertarik jalan pintas
untuk mengobati sakit yang dideritanya yaitu dengan
menggunakan obat-obatan dan zat terlarang.
4. Coba-coba / penasaran
Dengan merasa tertarik melihat efek yang ditimbulkan oleh suatu zat yang
dilarang, seseorang dapat memiliki rasa ingin tahu yang kuat untuk mencicipi
nikmatnya zat terlarang tersebut. Jika iman tidak kuat, maka seseorang dapat
mencoba ingin mengetahui efek dari zat terlarang. Tanpa disadari dan diinginkan
orang yang sudah terkena zat terlarang itu akan
ketagihan dan akan melakukannya lagi berulang-ulang tanpa bisa berhenti.
5. Menyelesaikan Masalah
Orang yang dirudung banyak masalah dan ingin lari dari masalah dapat terjerumus
dalam pangkuan narkotika, narkoba atau zat adiktif agar dapat tidur nyenyak atau
jadi gembira ria dan kemudian merasa masalahnya
terselesaikan sejenak.
1. Faktor predisposisi
Berikut beberapa factor yang memengaruhi terjadinya perilaku kekerasan antara
lain :
a. Faktor psikologis
Teori ini mengatakan bahwa perilaku agresif merupakan akibat dari
instictual drive. Perilaku manusia terdiri dari insting antara lain insting
hidup yang diekspresikan dengan seksualitas dan insting kematian yang
diekspresikan dengan agresitas. Menurut pandangan psikologis tentang
perilaku agresif mendukung pentingnya peran yang berasal dari
perkembangan factor predisposisi. Beberapa contohnya yaitu :
a) Kerusakan otakorganik, retardasi mental sehingga tidak mampu
untuk menyelesaikan secara efektif
b) Severe emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan pada
saat kanak – kanak , atau seduction parental yang mungkin telah
merusak hubunga saling percaya dan harga diri
c) Terpapar kekerasan selama masa perkembangan missal child abuse
atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga yang akan
membentuk pola pertahanan dan koping.
b. Factor social dan budaya

B. Psikofisologi

C. Tanda dan gejala

Gejala skizofrenia dapat dibagi


menjadi 2 yaitu :
1. Gejala Primer
c. Gangguan Afek dan Emosi
1) Kedangkalan afek dan emosi (acuh tak acuh pada
hal-hal yang penting pada hidupnya)
2) Parathimi (susah pada hal yang seharusnya semang)
3) Paramimi (menangis pada hal yang seharusnya senang)
4) Emosi, afek dan ekspresinya tidak mengalami kesatuan.
5) Hilang kemampuan untuk mengadakan emosi yang baik.
6) Ambivalensi pada afek dua hal yang bertentangan
berada pada satu objek.
d. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, dan pikir).
1) Menggunakan arti simbolik.
2) Terdapat association
3) Jalan pikiran tidak dapat dimengerti / inkoherensi
4) Terjadi bloking beberapa detik sampai beberapa hari
5) Ide yang satu belum selesai, muncul ide lain
e. Gangguan Kemauan
1) Tidak dapat mengambil keputusan
2) Tidak dapat bertindak dalam satu keadaan
3) Melamun dalam jangka waktu yang lama
4) Negativisme : perbuatan yang berlawanan dengan permintaan
5) Ambivalensi kemauan : menghendaki 2 hal yang
berlawanan pada waktu yang sama.
6) Otomatisme : merasa kemauannya dipengaruhi
oleh orang lain/tenaga dari luar sehingga dua berbuat
otomatis.
f. Gangguan psikomotor
Stupor : bergerak dalam waktu
lama
Hiperkinesa : terus bergerak
dan tampak gelisah Stretipi :
berulang melakukan
gerakan/sikap Verbigerasi :
stretipi pembicaraan
Katalepsi : posisi badan dipertahankan dalam waktu
yang lama. Negatifisme : menentang/justru melakukan
yang berlawanan dengan apa yang disuruh
Echolalia : meniru
kata – kata orang lain
Echopraxia : meniru
perbuatan orang lain
Manerisme : stereotopi tertentu pada
skizofrenia, grimas pada
muka/keanehan berjalan dan gaya.
6. Gejala Sekunder
a. Waham/delusi
Suatu kepercayaan atau keyakinan yang salah karena
bertentangan dengan dunia realita. Menurut Townsend
(1998) menyimpulkan tentang waham yaitu suatu kelainan
paranoid yang menunjukkan gejala utama delusi minimal
satu bulan sedangkan delusi yaitu individu yakin bahwa
apa yang dipikirkannya itu benar dan merasa khawatir
kalau orang lain tidak percaya apa yang diyakininya.
b. Halusinasi
Persepsi tanpa stimulus eksternal. Terdapat 4 tahapan yaitu :
c. Comforting
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian,
perasaan berdosa, klien biasanya mengkompensasikan
stressornya dengan coping imajinasi sehingga merasa
senang dan terhindar dari ancaman.
d. Condemming
Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin
meninggi selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu,
klien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan
apa – apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku
menarik diri.

e. Controlling
Timbul kecamasan berat, klien berusaha memerangi suara
yang timbul tetapi suara tersebut terus – menerus
mngikuti, sehingga menyebabkan klien susah
berhubungan dengan orang lain. Apa bila suara tersebut
hilang klien merasa sangat kesepian/sedih.
f. Concuering
Klien merasa panik, suara atau ide yang datang
mengancam apabila tidak diikuti perilaku klien dapat
bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.
Sedangkan tanda dan gejala skizofrenia tak terinci adalah sebagai berikut :
1. Afek yang menumpul
2. Hilangnya dorongan kehendak
3. Kemunduran social
4. Menjadi gelandangan
5. Emosi, gairah dan aktivitas terganggau
6. berkeinginan untuk berbaring, malas-malasan,
jorok, tidur-tiduran, jarang mandi, motorik lamban, dan
jarang berbicara.
7. Sering berperilaku yang amoral, misalnya memaki-
maki orang yang sedang lewat, memainkan alat
kelaminnya.

D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dari proses keperawatan. Tahapan pengkajian
terdiri dari pengumpulan data, perumusan kebutuhan natau masalah pasien. data yang
dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, social dan spiritual, dan pada kasus
kesehatan jiwa dapat berupa factor predisposisi, presipitasi, stressor, sumber koping,
dan kemampuan koping (Stuart & Sundeen, 1995). Cara pengkajian berfokus pada
lima dimensi yaitu fisik, emosional, intelektual, social, dan spiritual.
a. Pengumpulan data
1) Identitas
Identitas dapat terdiri atas : nama pasien, usia, jenis kelamin, alamat,
agama, pekerjaan, tanggal masuk, dan rekam medik.

2) Alasan masuk
Hal yang menyebabkan pasien dan/atau keluarga datang ke rumah
sakit. Masalah yang sering ditemui pada pasien adalah sering
menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain,
penampilan acak-acakan, terlihat murung, tidak peduli dengan diri
sendiri dan kadang mengganggu orang lain

3) Faktor predisposisi
Menanyakan apakah pasien pernah mengalami gangguan jiwa di masa
lalu, pengobatan yang pernah dilakukan, terdapat trauma atau tidak di
masa lalu atau faktor silisilah keluarga dan pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan

4) Faktor presipitasi
Mengkaji factor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa tidak
mampu, putus asa, perasaan gagal,merasa malang, putus asa, perasaan
rendah diri, perilaku agresif, dan kekerasan. Ketidakpatuhan
pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus mencakup kejadian
kehidupan yang pernah terjadi dan kejadian tidak menyenangkan

5) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan pengecekan tanda-tanda vital,
pemeriksaan head-to-toe, dan melihat kondisi penampilan pasien.

6) Genogram
a) Citra diri
Citra tubuh dapat dilihat dengan menanyakan persepsi pasien
tentang tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, dan reaksi pasien
terhadap bagian tubuh yang disukai maupun yang tidak disukai
b) Identitas diri
Identitas diri dapat dilihat dengan melihat posisi pasien di
keluarga sebelum dirawat, tingkat kepuasan pasien terhadap
status dan posisinya, kepuasan terhadap jenis kelaminnya baik
laki-laki maupun perempuan
c) Peran diri
Pengkajian pada peran diri meliputi tugas dan peran pasien
dalam keluarga, kelompok dan masyarakat, kemempuan pasien
dalam melaksanakan fungsi dan prannya, perubahan yang
terjadi saat pasien sakit dan di dirawat, dan bagaimana
perasaan pasien setelah dirawat
d) Ideal diri
Mengkaji harapan pasien terhadap keadaan tubuh yang ideal,
tugas, peran, dan posisi dalam keluarga, pekerjaan maupun
sekolah, harapan pasien terhadap lingkungan, dan harapan
pasien terhadap penyakitnya
e) Harga diri
Mengkaji mengenai hubungan pasien dengan orang lain sesuai
kondisi pasien dan dampak pasien berhubungan dengan orang
lain, fungsi peranyang tidak sesuai harapan, penilaian pasien
terhadap pandangan orang lain terhadapnya.
f) Hubungan social
Mengkaji hubungan pasien dengan orang lain. Biasanya
terdapat hambatan dalam minat berhubungan dengan orang
lain.
g) Spiritual
 Nilai dan Keyakinan
 Kegiatan ibadah
h) Status mental
7) Penampilan
Obervasi penampilan umm pasien yaitu penampilan perkiraan usia,
cara berpakaian, sikap tubuh, kebersihan, cara berjalan, ekspresi
wajah, dan respon kontak mata

8) Pembicaraan
Mengkaji bagaimana cara berbicara pasien apakah cepat, lambat,
keras, gagap, inkoheren, apatis, atau membisu

9) Aktivitas motoric
Mengkaji gerakan fisik yang perlu dicatat misalnya dalam hal
tingkat aktivitas (latergik, tegang, gelisah, agitasi), jenis (TIK, tremor)
dan isyarat tubuh yang lain

10) Afek dan emosi


Mengkaji kondisi nada perasaan pasien apakah menyenangkan
atau tidak dan sudah berlangsung lama atau tidak dilanjutkan dengan
melihat dan menanyakan kondisi emosi pasien apakah sedang sedih,
senang, marah, khawatir dan berlebihan atau tidak, biasaya emosi
bersifat sementara atau singkat

11) Interaksi selama wawancara


Mengkaji bagaiaman respon pasien saat di wawancara, apakah
pasien kooperatif atau tidak, dan bagaimana kontak mata antara pasien
dan perawat

12) Persepsi sensori


Mengkaji persepsi sensori dengan menanyakan apakah sering
mendengar suara-suara dan bagaimana cara menghilangkannya

13) Proses berpikir


Mengkaji bagaimana alur pikiran pasien, sesuai relaita atau tidak

14) Kesadaran
Bagaimana kondisi kesadaran pasien

15) Orientasi
Mengkaji bagaimana orientasi pasien terhadap waktu, tempat, dan
ruang
16) Memori
Mengkaji apakah pasien mengalami gangguan ingatan, gangguan
ingatan disebabkan oleh efek samping obat atau penyebab lain

17) Tingkat konsentrasi


Mengkaji apakah pasien mengalami kesulitan saat berkonsentrasi dan
bagaimana respon pasien menjawab pertanyaan yang diberikan
perawat

18) Daya tilik diri


Mengkaji apakah pasien mengingkari atau menerima penyakit yang
dideritanya dan apakah pasien menyalahkan hal-hal diluar dirinya

19) Kebutuhan persiapan pulang


Mengkaji apakah dalam melakukan kebutuhan sehari-hari seperti
makan, eliminasi, berpakaian, istirahat tidur, penggunaan obat,
pemeliharaan kesehatan, dan aktivitas, memerlukan bantuan orang lain
seperti keluarganya atau tidak

20) Mekanisme koping


Mengkaji perilaku pasien dalam upaya melindungi dirinya dari
pengalaman yang tidak menyenangkan berhubungan dengan respon
neurobiologik

21) Masalah psikososial dan lingkungan


Mengkaji perubahan dalam kehidupan pasien yang memberikan
pengaruh timbal yang berdampak pada keadaannya saat ini

Anda mungkin juga menyukai