Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

EPIDEMI COVID-19

OLEH:

NAMA : HESTI

NIM : PO714251181023

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN FARMASI (DIV FARMASI)


JURUSAN FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kasus pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya pertama kali


dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada Desember 2019. Penyakit
ini berkembang sangat pesat dan telah menyebar ke berbagai provinsi lain di
Cina, bahkan menyebar hingga ke Thailand dan Korea Selatan dalam
kurun waktu kurang dari satu bulan. Pada 11 Februari 2020, World Health
Organization (WHO) mengumumkan nama penyakit ini sebagai Virus
Corona Disease (Covid-19) yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2, yang
sebelumnya disebut 2019-nCoV,dan dinyatakan sebagai pandemik pada
tanggal 12 Maret 2020 (Susilo dkk., 2020).

Berdasarkan laporan WHO, pada tangga l30 Agustus 2020, terdapat


24.854.140 kasus konfirmasi Covid-19 di seluruh dunia dengan 838.924
kematian (CFR 3,4%). Wilayah Amerika memiliki kasus terkonfirmasi
terbanyak, yaitu 13.138.912 kasus. Selanjutnya wilayah Eropa dengan
4.205.708 kasus, wilayah Asia Tenggara dengan 4.073.148 kasus, wilayah
Mediterania Timur dengan 1.903.547 kasus, wilayah Afrika dengan
1.044.513 kasus, dan wilayah Pasifik Barat dengan 487.571kasus (World
Health Organization, 2020).

Kasus konfirmasi Covid-19di Indonesia masih terus bertambah.


Berdasarkan laporan Kemenkes RI, pada tanggal 30 Agustus 2020 tercatat
172.053 kasus konfirmasi dengan angka kematian 7343 (CFR 4,3%).
DKI Jakarta memiliki kasus terkonfirmasi kumulatif terbanyak, yaitu 39.037
kasus. Daerah dengan kasus kumulatif tersedikit yaitu Nusa Tenggara Timur
dengan 177 kasus (Kemenkes RI, 2020).

Seiring dengan terus meningkatnya kasus terkonfirmasi Covid-19,


penelitian mengenai Covid-19 masih berlanjut hingga saat ini. Berdasarkan
penelitian Xu dkk., (2020)dan Zhu dkk., (2020), ditemukan bahwa agen
penyebab Covid-19berasal dari genus betacoronavirus, yang merupakan
genus yang sama dengan agen penyebab Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome(MERS). Virus
dapat melewati membran mukosa, terutama mukosa nasal dan laring,
kemudian memasuki paru-paru melalui traktus respiratorius dan selanjutnya
menuju organ target (Gennaro dkk., 2020).

Saat ini Covid-19 menjadi perhatian utama dunia. Cepatnya penyebaran


penyakit disertai penambahan kasusyang masih terus melonjak, termasuk di
Indonesia, serta beragamnya manifestasi klinis Covid-19 berpotensi pada
kolapsnya sistem kesehatan (Vollono dkk., 2020).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah bermulanya kasus Covid-19 di dunia?
2. Bagaimana sejarah masuknya kasus Covid-19 di Indonesia?
3. Bagaimana aspek epidemilogis, Biomedis, Sosial dan Perilaku dalam
Kasus Covid-19?
4. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam menangani kasus Covid-19?
5. Bagaimana perkembangan pengobatan kasus Covid-19?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah bermulanya kasus Covid-19 di dunia.
2. Untuk mengetahui sejarah masuknya kasus Covid-19 di Indonesia.
3. Untuk mengetahui aspek epidemilogis, Biomedis, Sosial dan Perilaku
dalam Kasus Covid-19.
4. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam menangani kasus Covid-
19.
5. Untuk mengetahui perkembangan pengobatan kasus Covid-19.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Sejarah Bermulanya Kasus Covid-19 di Dunia

Nama Corona diambil dari Bahasa Latin yang berarti mahkota, sebab
bentuk virus corona memiliki paku yang menonjol menyerupai mahkota dan
korona matahari. Para ilmuan pertama kali mengisolasi virus corona pada
tahun 1937 yang menyebabkan penyakit bronkitis menular pada unggas.
Kemudian pada tahun 1965, dua orang peneliti Tyrrell dan Bynoe menemukan
bukti virus corona pada manusia yang sedang flu biasa, melalui kultur organ
trakea embrionik yang diperoleh dari saluran pernapasan orang flu tersebut.
Pada akhir 1960-an, Tyrrell memimpin sekelompok ahli virologi yang
meneliti strain virus pada manusia dan hewan. Di antaranya termasuk virus
infeksi bronkitis, virus hepatitis tikus dan virus gastroenteritis babi yang
dapat ditularkan, yang semuanya telah ditunjukkan secara morfologis sama seperti
yang terlihat melalui mikroskop elektron. Kelompok virus baru yang bernama
virus corona, kemudian secara resmi diterima sebagai genus virus baru.

Virus corona yang pertama kali muncul dan menyebar ke manusia berasal dari
kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Setelah ditelusuri, ternyata
beberapa orang yang terinfeksi memiliki riwayat yang sama, yaitu mengunjungi
pasar basah makanan laut dan hewan lokal di Wuhan.Dilansir dari The New
York Times, pasar kemudian ditutup dan didesinfeksi, sehingga hampir tidak
mungkin untuk menyelidiki hewan mana yang mungkin merupakan asal mula
yang tepat. Kelelawar dianggap sebagai sumber yang memungkinkan, karena
mereka telah berevolusi untuk hidup berdampingan dengan banyak virus, dan
mereka ditemukan sebagai titik awal untuk SARS. Ada juga kemungkinan
bahwa kelelawa rmenularkan virus ke hewan peralihan, seperti trenggiling,
yang dikonsumsi sebagai makanan lezardi beberapa bagian Cina, dan
mungkin kemudian menularkan virus ke manusia. Sebuah penelitian
menyebutkan bahwa virus ini memiliki urutan sekuens genetik yang mirip
88% dengan virus corona dari kelelawar. Hal itu menjadi dugaan sementara
dari mana virus corona muncul.

B. Sejarah Masuknya Kasus Covid-19 di Indonesia


COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 yang
diduga tertular dari orang asing yang berkunjung ke Indonesia yaitu sejumlah dua
kasus. Data hingga Sabtu, 28 Maret 2020 jumlah warga yang dinyatakan positif
terkena virus corona mencapai 1.155 dan 102 di antaranya meninggal dunia.

Pada tanggal 14 Februari 2020, pasien terinfeksi virus corona berdansa dengan
WNA Jepang. Pasien berusia 31 tahun ini memang bekerja sebagai guru dansa
dan WNA asal Jepang ini juga merupakan teman dekatnya. Selang dua hari, yakni
16 Februari 2020 pasien terkena sakit batuk. Pasien kemudian melakukan
pemeriksaan di rumah sakit terdekat. Namun, saat itu pasien langsung dibolehkan
untuk rawat jalan atau kembali ke rumah. Namun, sakit yang dideritanya tidak
kunjung sembuh. Hingga pada 26 Februari 2020, pasien dirujuk ke rumah sakit
dan diminta untuk menjalani rawat inap. Pada saat inilah, batuk yang diderita
pasien mulai disertai sesak napas.Pada 28 Februari 2020, pasien mendapatkan
telepon dari temannya yang di Malaysia. Dalam sambungan telepon tersebut,
pasien mendapatkan informasi jika WNA Jepang yang merupakan temannya itu
positif terinfeksi virus corona.Kemudian pasien tersebut memberi tahu perawat
rumah sakit dan dirawat di RSPI Sulianti Saroso.

C. Aspek Epidemilogis, Biomedis, Sosial Dan Perilaku Dalam Kasus Covid-19


1. Aspek Epidemilogis
Sejak kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan kasus COVID-19 di
China setiap hari dan memuncak diantara akhir Januari hingga awal
Februari 2020. Awalnya kebanyakan laporan datang dari Hubei dan
provinsi di sekitar, kemudian bertambah hingga ke provinsi-provinsi
dan seluruh China.7 Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus
terkonfirmasi COVID-19 di China, dan 86 kasus lain dilaporkan dari berbagai
negara seperti Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka,
Kamboja, Jepang, Singapura, Arab Saudi, Korea Selatan, Filipina, India,
Australia, Kanada, Finlandia, Prancis, dan Jerman. COVID-19 pertama
dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 sejumlah dua kasus.9
Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang terkonfirmasi berjumlah 1.528
kasus dan 136 kasus kematian.10 Tingkat mortalitas COVID-19 di Indonesia
sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara.5,11Per
30 Maret 2020, terdapat 693.224 kasus dan 33.106 kematian di seluruh
dunia. Eropa dan Amerika Utara telah menjadi pusat pandemi COVID-19,
dengan kasus dan kematian sudah melampaui China. Amerika Serikat
menduduki peringkat pertama dengan kasus COVID-19 terbanyak
dengan penambahan kasus baru sebanyak 19.332 kasus pada tanggal
30 Maret 2020 disusul oleh Spanyol dengan 6.549 kasus baru. Italia
memiliki tingkat mortalitas paling tinggi di dunia, yaitu 11,3%.
2. Aspek Biomedis

Sampai hari ini, bisa diduga histeria masal, gangguan mental serius itu,
disebabkan oleh ketidaktahuan atau keterbatasan informasi-pengetahuan
mengenai virus (virologi), sistem imun tubuh (imunologi) dan cara
penularannya (epidemologi). Tiga pengetahuan dasar tentang sehat dan sakit,
sekian lama dijauhkan dari ruang publik dan pendidikan dasar sampai
menengah atas, tidak kita pelajari lagi dengan bertambahnya usia atau karena
dikarantina menjadi urusan medis dan monopoli tentakel bisnis penyakit dan
obat-obatan.

Momen pandemi ini menjadi momentum penting untuk belajar kembali


apa itu sehat, sakit dan relasi saling membentuk antara keduanya. Dalam ilmu
kesehatan atau kedokteran umum, disebut biomedis, sakit dan penyakit adalah
salah satu bagian dari kesehatan. Terpenting adalah kesehatan, yang bekerja
secara alamiah melalui tubuh kita. Vaksin dan obat hanya suplemen, material
tambahan dari luar tubuh untuk memperkuat sistem kekebalan alamiah dan
kekebalan adaptif melawan virus, parasit, bakteria dan jamur yang
menimbulkan berbagai penyakit kronis.

Kendati demikian, harus diakui bahwa sekian lama telah berlangsung


pertarungan di antara tradisi biomedis dengan tekanan pada pola hidup sehat
dan tradisi yang memusatkan perhatian pada penyakit dan obat. Perhatian pada
aspek medis menjadi dominan dan aspek pola hidup sehat kurang
diperhatikan. Hal ini bisa dimaklumi karena biomedis berada dalam tarik
menarik antara produksi pengetahuan, industri-bisnis kesehatan dan kebutuhan
kebijakan. Ini berlaku untuk semua cabang ilmu, dari filsafat, ekonomi,
sosiologi, ilmu politik sampai psikologi dan psikoterapi.

3. Aspek Sosial dan Perilaku Dalam Kasus Covid-19

Harus diakui bahwa dampak pandemi Covid-19 telah memaksa komunitas


masyarakat harus adaptif terhadap berbagai bentuk perubahan sosial yang
diakibatkannya. Ragam persoalan yang ada telah menghadirkan desakan
transformasi sosial di masyarakat. Bahkan, bukan tidak mungkin peradaban
dan tatanan kemanusiaan akan mengalami pergeseran ke arah dan bentuk yang
jauh berbeda dari kondisi sebelumnya. Lebih lanjut, wajah dunia pasca
pandemi bisa saja tidak akan pernah kembali pada situasi seperti awalnya.

Dengan demikian, segala bentuk aktivitas masyarakat yang dilakukan di


masa pra-pandemi, kini harus dipaksa untuk disesuaikan dengan standar
protokol kesehatan. Tentu ini bukan persoalan yang sederhana. Sebab
pandemi Covid-19 telah menginfeksi seluruh aspek tatanan kehidupan
masyarakat yang selama ini telah diinternalisasi secara terlembaga melalui
rutinitas yang terpola dan berulang.

Kedepan, masyarakat justru akan dihadapkan pada situasi perubahan yang


tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Sejumlah tata nilai dan norma lama
harus ditata ulang dan direproduksi kembali untuk menghasilkan sistem sosial
yang baru. Munculnya tata aturan yang baru tersebut kemudian salah satunya
ditandai dengan adanya himbauan dari pemerintah untuk belajar, bekerja, dan
beribadah di rumah sejak awal kemunculan virus ini di Indonesia. Begitu pula
dengan pola kebiasaan masyarakat yang guyub, senang berkumpul dan
bersalaman, kini dituntut untuk terbiasa melakukan pembatasan sosial.

Selain itu, pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di


tengah merebaknya pandemi Covid-19 juga telah mempengaruhi kebijakan-
kebijakan negara dalam mengatur perilaku dan kebiasaan masyarakat.
Kebijakan psysical distancing telah mengubah ragam bentuk perilaku
masyarakat yang kemudian mengharuskan adanya jarak fisik dalam proses
interaksi sosialnya.
Dalam konteks ini, perilaku dan kebiasaan masyarakat secara
konvensional di masa pra-pandemi kemudian diatur dan ditransformasikan
melalui pola interaksi secara virtual. Kondisi ini sekaligus mempertegas
bahwa fungsi teknologi menjadi sangat penting sebagai perantara interaksi
sosial masyarakat di era pandemi saat ini.

Selanjutnya, perubahan sosial di tengah pandemi Covid-19 juga telah


melahirkan kebiasaan-kebiasaan baru berupa terjadinya perubahan perilaku
sosial masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Berdasarkan hasil survei
sosial demografi dampak Covid-19 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 2020 diketahui bahwa sekitar 72% responden yang selalu atau
teratur menjaga jarak fisik dalam seminggu terakhir, sebanyak 80,20%
responden menyatakan mereka sering/selalu mencuci tangan dengan sabun
dan menggunakan masker, 82,52% responden selalu menghindari transportasi
umum (termasuk transportasi online), dan sebanyak 42% responden mengaku
mengalami peningkatan aktivitas belanja online selama Covid-19.

Dalam perkembangannya, merespons situasi krisis akibat Covid-19,


pemerintah kemudian menerapkan kebijakan yang disebut sebagai kenormalan
baru (new normal). Tentu, berbagai kebijakan yang dihasilkan akan
berimplikasi secara langsung terhadap segala bentuk perubahan sosial yang
terjadi di masyarakat.

D. Kebijakan Pemerintah dalam Menangani Kasus Covid-19


1. Strategi Umum
Sejak awal munculnya kasus Covid-19 pemerintah Indonesia telah
menerapkan kebijakan untuk menangani pandemi Covid-19. Pemerintah
mengeluarkan berbagai kebijakan, antara lain, menerbitkan berbagai aturan
dan protokol/panduan kesehatan, kampanye cuci tangan, penggunaan masker,
jaga jarak secara masif, menetapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)
di berbagai wilayah, melarang mudik lebaran, menyiapkan laboratorium untuk
tes Covid-19, menjalankan tes Covid-19 di berbagai tempat, hingga penetapan
tatanan normal baru.
2. Strategi sektor kesehatan
Di sektor kesehatan, pada 13 Juli 2020, Kementerian Kesehatan kembali
merevisi Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19. Pedoman tersebut
ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan No.
HK.01.07/Menkes/413/2020. Aturan setebal kurang lebih 207 halaman ini
merupakan revisi ke-5. Kementerian Kesehatan kembali merevisi pedoman
tersebut karena risiko Covid-19 masih tinggi dengan penyebaran yang hampir
menyentuh seluruh wilayah Indonesia. Di sisi lain, vaksin masih dalam proses
pengembangan dan kenyataan hidup berdampingan dengan Covid-19 harus
dihadapi. Sementara, tujuan khusus adanya aturan ini adalah untuk memahami
strategi dan indikator penanggulangan, melaksanakan suveilans epidemologi,
diagnosis laboratorium, manajemen klinis, pencegahan dan pengendalian
penularan, komunikasi risiko pemberdayaan masyarakat, penyediaan sumber
daya, serta pelayanan kesehatan esensial.
3. Strategi sektor pendidikan

Berkaitan dengan pelaksanaan proses pendidikan dalam situasi pandemi,


pada tanggal 4 Agustus 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem
Makarim menetapkan Keputusan Mendikbud No. 719/P/2020 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi
Khusus. Aturan Mendikbud ini ditujukan terutama untuk satuan pendidikan
PAUD, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah yang berada pada daerah
yang ditetapkan sebagai daerah dalam kondisi khusus oleh pemerintah pusat
atau pemerintah daerah.

Satuan pendidikan yang berada dalam kondisi khusus, dalam hal ini
terdampak Covid-19, dilepaskan dari pemenuhan beban kerja minimal 24 jam
tatap muka dalam satu minggu. Ketentuan ini diberlakukan sampai dengan
berakhirnya tahun ajaran. Kebijakan dalam bidang pendidikan ini bertujuan
untuk mencegah sekolah sebagai kluster penularan Covid-19. Kasus guru
positif Covid-19 menjadi peringatan bahwa kegiatan pembelajaran tatap muka
masih belum dapat dilakukan. Oleh karena itu, selain melakukan pembatasan,
pengoptimalan pembelajaran jarah jauh menjadi solusi mengatasi tetap
terselenggara kegiatan pembelajaran tanpa tatap muka
4. Sektor lain

Pada tanggal 13 Juli 2020, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi menerbitkan Surat Edaran Menpan RB No. 64 Tahun
2020 tentang Kegiatan Perjalanan Dinas bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara
dalam Tatanan Normal Baru. Surat Edaran yang ditujukan kepada ASN ini
mengatur perjalanan dinas dengan memperhitungkan risiko penularan Covid-
19.

Di sektor pariwisata, pada semester dua 2020, muncul Keputusan Bersama


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 2/Kb/2020 dan
Nomor Kb/1/Um.04.00/M-K/2020 yang ditetapkan 2 Juli 2020.

Keputusan bersama tersebut menetapkan panduan teknis pencegahan dan


pengendalian Covid-19 di bidang kebudayaan dan ekonomi kreatif dalam
layanan museum, taman budaya, galeri, sanggar, padepokan, ruang pamer,
bioskop, ruang pertunjukan, cagar budaya, pertunjukan seni, serta produksi
audio visual. Berbagai kegiatan dan layanan yang disebutkan di atas
diperbolehkan menyelenggarakan kegiatan setelah mendapat persetujuan dari
kepala daerah dan wajib mengikuti protokol kesehatan.

E. Perkembangan Pengobatan Kasus Covid-19

Jumlah korban virus corona, baik di dunia maupun Indonesia, masih terus
bertambah. Pandemi corona telah menyebabkan belasan juta orang di dunia
terinfeksi virus penyebab penyakit Covid-19 ini. Di Indonesia, jumlah pasien
positif corona secara total juga terus membengkak..

Covid-19. Laporan WHO pada 15 Juli 2020, menyebut 75 negara menyatakan


berminat terlibat di skema pembiayaan COVAX, mekanisme yang dirancang
untuk menjamin akses vaksin Covid-19 yang adil dan merata. Aliansi
pengembangan vaksin GAVI menyatakan 75 negara itu bersedia mengucurkan
anggaran untuk pengembangan vaksin corona dan bermitra dengan 90-an negara
miskin yang didukung melalui donasi untuk COVAX Advance Market
Commitment (AMC) Gavi. Kolaborasi sekitar 165 negara ini menjadi representasi
60 persen dari populasi dunia.

Pada tahun 2021 penggunaan vaksin menjadi strategi baru dalam penanganan
Covid-19, termasuk di Indonesia. Jokowi memparkan, pemerintah telah memesan
atau firm order sebanyak 329,5 juta dosis vaksin Covid-19 untuk pelaksanaan
program vaksinasi nasional. pemerintah merencanakan vaksinasi akan
berlangsung selama 15 bulan. Vaksinasi rencananya diberikan kepada 70 persen
atau 182 juta penduduk Indonesia. Vaksinasi dilakukan secara bertahap, diberikan
berdasarkan kelompok prioritas, dengan tahap awal menyasar petugas kesehatan
dan pelayanan publik esensial.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
1. Virus corona yang pertama kali muncul dan menyebar ke manusia berasal
dari kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Kelelawar dianggap
sebagai sumber yang memungkinkan, karena mereka telah berevolusi
untuk hidup berdampingan dengan banyak virus, dan mereka ditemukan
sebagai titik awal untuk SARS.
2. COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020
yang diduga tertular dari orang asing yang berkunjung ke Indonesia yaitu
sejumlah dua kasus.
3. Kasus Covid-19 berkembang sangat pesat dan telah menyebar ke berbagai
dunia, termasuk Indonesia. Dimana tanda-tanda dan gejala klinis yang
dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam, dengan beberapa
kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan
infiltrat pneumonia luas di kedua paru dan masa inkubasi rata-rata 5-6 hari
dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari.
4. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di tengah
merebaknya pandemi Covid-19 juga telah mempengaruhi kebijakan-
kebijakan negara dalam mengatur perilaku dan kebiasaan masyarakat.
Kebijakan ini diterapkan di berbagai sektor di antaranya sektor kesehatan,
pendidikan, pariwisata dan lain sebagainya.
5. Demi mengantisipasi penularan COVID-19, berbagai upaya terus
dilakukan, termasuk penelitian obat dan vaksin guna menekan jumlah
positif dan meninggal dunia. Saat ini penggunaan vaksin sudah mulai
dilakukan diberbagai Negara termasuk di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Diah Handayani,dkk. 2020. Penyakit Virus Corona 2019. Jurnal Respirologi


Indonesia. Vol. 40, No. 2.
Fitriani,Nur Indah. 2020. Tinjauan Pustaka Covid 19 : Virologi, Patogenesis,dan
Manifestasi Klinis. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung: Lampung
Isbaniah,Fathiyah,dkk. 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona
Virus Disease (Covid-19). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia:
Jakarta
Safrizal ZA,dkk. 2020. Pedoman Umum Menghadapi Pandemi Covid 19.
Kementrian Dalam Negeri : Jakarta
Wiryawan,I Wayan. 2020. Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Pandemi
Virus Corona Disease 2019 di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional
Yuliana. 2020. Corona Virus Disease (Covid-19);Sebuah Tinjauan Literature.
Wellness and Healthy Magazine. Vol 2, No 1.

Anda mungkin juga menyukai