Anda di halaman 1dari 4

Patofisiologi Osteoporosis

Oleh :

Dr. Debtia Rahmah

Share To Social Media:

Patofisiologi osteoporosis berkaitan dengan perubahan kepadatan dan kekuatan tulang akibat
ketidakseimbangan pembentukan dan resorpsi tulang. Kepadatan dan kekuatan tulang ini
ditentukan oleh aktivitas osteoblas untuk membentuk tulang dan aktivitas osteoklas untuk resorpsi
tulang. Ketidakseimbangan proses berupa peningkatan resorpsi hingga melebihi pembentukan
tulang dalam jangka panjang akan menyebabkan terjadinya osteoporosis.[2-4]

Puncak massa tulang biasanya tercapai pada sekitar usia 30 tahun. Setelah itu perlahan massa tulang
menurun menjadi semakin berporos, tulang trabekula menipis. [6]

Puncak massa tulang yang inadekuat, mengakibatkan densitas massa tulang rendah. Berbagai faktor
risiko seperti penuaan, hipogonadisme maupun kondisi menopause, laju turnover tulang yang tinggi
akan meningkatkan kehilangan massa tulang sehingga menurunkan kualitas tulang. Penurunan
massa dan kualitas tulang akan meningkatkan kerapuhan tulang. Tulang menjadi rentan fraktur.

Etiologi Osteoporosis

Oleh :

Dr. Debtia Rahmah

Share To Social Media:

Etiologi osteoporosis terbagi menjadi primer dan sekunder. Osteoporosis primer diakibatkan oleh
penuaan atau menopause sedangkan osteoporosis sekunder diakibatkan oleh penyakit dasar
(misalnya tuberkulosis tulang dan diabetes mellitus tipe 1) maupun penggunaan obat-obatan yang
berpotensi meningkatkan kerapuhan tulang (misalnya penggunaan kortikosteroid jangka panjang
dan antikonvulsan).

Osteoporosis Primer

Osteoporosis primer diakibatkan oleh penuaan atau menopause.

Osteoporosis Senilis
Osteoporosis yang dialami setelah usia 65 tahun pada pria ataupun wanita dikategorikan sebagai
osteoporosis senilis. Seiring bertambahnya usia, penyerapan kalsium menurun. Diduga
hipogonadisme pada lansia, asupan kalsium yang tidak adekuat maupun disuse akibat keterbatasan
gerak merupakan penyebab osteoporosis pada kelompok lansia.[1]

Osteoporosis akibat Menopause

Osteoporosis yang dialami wanita saat menopause hingga usia 65 tahun dikategorikan sebagai
osteoporosis akibat menopause.[5] Defisiensi estrogen pada menopause berkaitan dengan
deteriorasi trabekula tulang yang menyebabkan terjadinya osteoporosis.[4]

Osteoporosis Idiopatik

Osteoporosis pada wanita premenopause dan pria muda tanpa etiologi yang jelas dikategorikan
sebagai osteoporosis idiopatik. Definisi fraktur idiopatik bervariasi yakni fraktur tanpa trauma
maupun dengan trauma energi rendah dengan atau tanpa penurunan densitas massa tulang
maupun nilai densitas massa tulang yang rendah tanpa riwayat fraktur. Terjadi gangguan remodeling
tulang, aktivitas osteoblas menurun ditandai dengan penurunan laju pembentukan tulang kanselosa,
penurunan mineralisasi serta periode resorpsi memanjang.[8]

Osteoporosis Juvenil Idiopatik

Osteoporosis pada anak dan remaja rentang usia 2-14 tahun yang ditandai dengan nyeri tulang,
fraktur dan deformitas tulang akibat trauma energi rendah. Eksklusi seluruh etiologi sekunder harus
dilakukan untuk menegakkan diagnosis osteoporosis juvenil idiopatik. Pada penyakit ini,
pembentukan tulang cancellous terganggu hingga mengakibatkan tulang trabeculae matur tipis.
Perjalanan penyakit biasanya berhenti saat pasien mengalami pubertas.[9]

Osteoporosis Sekunder

Pada prinsipnya, osteoporosis sekunder merupakan osteoporosis yang timbul akibat imobilisasi,
adanya penyakit dasar, maupun penggunaan obat-obatan seperti obat steroid, diuretik,
glukokortikoid, antiepilepsi maupun hormon tiroid.

Imobilisasi
Beban tubuh dan tegangan yang diterima oleh skeletal akibat tarikan otot memicu aktivitas
osteoblastik. Oleh karena itu, imobilisasi dapat memicu penurunan aktivitas osteoblastik. Penurunan
deposisi tulang sedangkan proses resorpsi tidak ikut menurun mengakibatkan osteoporosis.[1]

Penyakit

Osteoporosis diasosiasikan dengan beberapa penyakit, di antaranya:

Penyakit hematologi: myeloma multipel, mastositosis sistemik, thalassemia beta major

Penyakit ginjal: penyakit ginjal kronis, renal tubular asidosis, hiperkalsiuria idiopatik

Penyakit autoimun: artritis rheumatoid, lupus, spondilitis ankilosa, sklerosis multipel

Penyakit infeksi: tuberkulosis tulang

Penyakit endokrin: diabetes mellitus, osteoporosis diinduksi glukokortikoid, hipertiroid,


hiperparatiroid, hypogonadism, defisiensi hormon pertumbuhan

Metastasis keganasan pada tulang

Defisiensi nutrisi : defisiensi kalsium, vitamin D, malabsorbsi (inflammatory bowel disease, penyakit
celiac, prosedur gastrektomi),anorexia nervosa [2,3,10]

Konsumsi Obat-Obatan

Obat yang dapat menyebabkan osteoporosis:

Obat glukokortikoid seperti prednison

Analog hormon paratiroid seperti teriparatide

Antikonvulsan seperti phenytoin

Antidepresan golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) seperti fluoxetine dan golongan
trisiklik seperti amitriptyline

Penggunaan jangka panjang heparin

Loop diuretik seperti furosemide

Penggunaan jangka panjang inhibitor pompa proton seperti omeprazole[2,3]

Faktor Risiko

Faktor risiko osteoporosis adalah sebagai berikut:

Usia
Indeks massa tubuh <21 kg/m2

Amenorrhea primer dan sekunder

Merokok

Pola diet: asupan kalsium inadekuat, konsumsi alkohol/kafein berlebihan

Gangguan makan seperti bulimia dan anorexia nervosa

Aktivitas fisik kurang

Orang dengan risiko tinggi jatuh

Riwayat orang tua fraktur panggul

Konsumsi glukokortikoid prednisone ≥5 mg/hari jangka panjang (>3 bulan)[1,11]

Defisiensi vitamin D[12]

Anda mungkin juga menyukai