Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTEK KLINIK

SMF NEUROLOGI
TOXOPLASMOSIS SEREBRI

RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


DENPASAR 1/8

PPK Tanggal terbit:


RAWAT INAP
NEUROLOGI

No.ICD 10 B58.2
Pengertian penyakit peradangan pada jaringan otak yang
disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Penyakit
ini muncul akibat terjadinya reaktivasi kista laten di
jaringan. Infeksi primer umumnya menyerang otak atau
dapat berupa peyakit sistemik.

Anamnesis 1. Demam
2. sakit kepala
3. defisit neurologik fokal (hemiparesis, paresis saraf
kranial)
4. kesadaran menurun merupakan manifestasi klinis
utama.
5. Gejala lain adalah kejang, ataksia, afasia,
parkinsonisme, chorea-athetosis dan gangguan
lapangan pandang. Faktor Risiko HIV (+)

Pemeriksaan 1. Tanda vital


Fisik 2. Keadaan umum
3. Kesadaran atau Glasgow Coma Scale (GCS)
4. Status generalis
5. Pemeriksaan neurologis:
a. Funduskopi
b. Gangguan motorik
c. Gangguan sensorik
d. Gangguan otonom
e. Gangguan neurobehavior
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
TOXOPLASMOSIS SEREBRI

RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


DENPASAR 2/8
Kriteria Diagnosis definitif ensefalitis toksoplasma hanya dapat
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan histologis biopsi jaringan
otak. Sedangkan diagnosis presumtif ensefalitis
toksoplasma dapat dibuat berdasarkan respon terhadap
terapi empirik anti-toksoplasma secara klinis dan imajing.

Secara praktis semua ODHA dengan lesi massa


intrakranial dengan gejala neurologik yang progresif dapat
diberikan terapi empirik anti-toksoplasma selama 2 minggu,
walaupun serologinya negatif atau lesinya tunggal. Bila
tidak terdapat perbaikan klinis maupun radiologik setelah
terapi empirik, barulah dianjurkan untuk biopsi. Syarat
pemberian terapi empirik antitoksoplasma yaitu:
• Pasien HIV positif
• Terdapat gejala neurologis fokal yang progresif
• Terdapat lesi fokal pada pemeriksaan imajing

Tidak disarankan utk memberikan terapi empirik anti


toksoplasma bila :
• CD4 >200 sel/mm3.
• IgG antitoksoplasma (-).
• Telah menerima terapi profilaksis adekuat dengan
cotrimoxazole.
Diagnosis 1. Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML);
Banding perjalanan penyakitnya kronik dengan gambaran imajing
lesi fokal yang tidak menyangat kontras dan tanpa efek
massa.
2. Infeksi TBC pada sistik saraf pusat harus
dipertimbangkan bila terdapat bukti infeksi TBC ditempat
lain.
3. Limfoma sistim saraf pusat berada pada urutan kedua
setelah ensefalitis toksoplasma sebagai penyebab lesi
massa intrakranial pada ODHA, keduanya dapat
memberikan gambaran imajing yang serupa. Pada MRI
lesi tunggal dengan penyangatan kontras yang homogen
lebih menyokong pada diagnosis limfoma. Pemeriksaan
SPECT , PET dan MRS dapat membedakan lesi ET atau
limfoma sistim saraf pusat.
Pemeriksaan a. CT Brain atau MRI Brain dengan kontras
Penunjang b. Lab: DL (Hb/Leu/Ht/Plt), GDA, SGOT, SGPT, Alb,
Cl/Na/K, Ur/Cr, analisa cairan serebro spinal, faal
hemostasis, kultur+ resistensi (aerob & anaerob),
pemeriksaanserologisToxoplasma gondii, ELISA,
Western Blot analysis, IFA, RIPA, lymphosit cell CD4
dan CD8, viral load.
c. EKG &Thorax PA/AP

Konsultasi
1. Interna

Perawatan Ruang Rawat Inap


Rumah Sakit

Terapi/tindakan 1) Terapi empirik


(ICD 9 CM) Standar terapi ensefalitis toksoplasma ET adalah kombinasi
pirimetamin dan sulfadiazin. Namun karena di Indonesia
sulfadiazin tidak tersedia, kombinasi pilihan yaitu
pirimetamin dan klindamisin, dengan dosis:
− Fase akut (4-6 minggu):
• Pirimetamin loading 200 mg, lalu dilanjutkan,
jika BB 50 kg: 3x25 mg per hari per oral
• Klindamisin 4x600 mg

− Fase rumatan:
• Pirimetamin dan klindamisin dengan dosis ½
dari dosis fase akut atau menggunakan
kotrimoksazol 2x480 mg.
• Fase rumatan diteruskan hingga pasien
mencapai nilai CD4 > 200

2) Antiedema
− Walaupun masih diperdebatkan steroid dapat
digunakan dalam waktu singkat pada terapi fase
akut, terutama bila dijumpai efek massa yang
signifikan.
− Manitol sesuai indikasi.

Respon klinik terhadap terapi empirik anti-toksoplasma


biasanya terlihat dalam 7 hari. Respon radiologik berupa
berkurangnya ukuran lesi dan dan penyangatan kontras
mulai terlihat pada minggu ke-2.
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
SMF NEUROLOGI
TOXOPLASMOSIS SEREBRI

RSUP SANGLAH No. Dokumen No. Revisi Halaman


DENPASAR 5/8
Edukasi a) Penjelasan Sebelum MRS (rencana rawat, biaya,
pengobatan, prosedur, masa dan tindakan
pemulihan dan latihan, manajemen nyeri, risiko dan
komplikasi)
b) Penjelasan mengenai risiko dan komplikasi selama
perawatan
c) Penjelasan mengenai faktor risiko dan pencegahan
rekurensi
d) Penjelasan program pemulangan pasien (Discharge
Planning)
e) Penjelasan mengenai gejala dan apa yang harus
dilakukan sebelum dibawa ke RS
Kepustakaan 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor
5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
2. Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi
Indonesia, 2015

Anda mungkin juga menyukai