Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTIK

KLINIS
(DIAGNOSIS &
TERAPI)

PENATALAKSANAAN MENINGITIS TUBERKULOSIS

No. Dokumen
Tanggal Terbit

PENGERTIAN
ANAMNESIS

PEMERIKSAAN
FISIK

KRITERIA
DIAGNOSIS

No. Revisi

Halaman
Ditetapkan
Direktur Utama

Dr. Bambang Wibowo, SpO


NIP. 1961082019881210
Meningitis Tuberkulosis merupakan radang selaput otak atau meningen
tuberkulosis primer oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.1,2

1. Keluhan, dapat berupa:


Demam, anoreksia, nyeri kepala, perubahan mental, muntah, kejang,
kesadaran menurun, kelumpuhan saraf kranial, lemah anggota gerak
2.
3.
1.
2.

Adanya riwayat infeksi TB paru atau kondisi immunocompromise


Riwayat pengobatan TB
Pemeriksaan kegawatan (survei primer) meliputi : sirkulasi, airway, br
Pemeriksaan tanda vital : kesadaran, hemodinamik (tekanan dara
saturasi oksigen).
3. Didapatkan defisit neurologis :
- Kesadaran (somnolen, sopor, koma)
- Paresis saraf kranial
- Gangguan motorik : hemiparesis, monoparesis, quadriparesis
- Gangguan sensorik : hemihipestesia, hipalgesia, allodinia
- Gangguan otonom : retensio, inkontinensia
4. Pemeriksaan tanda-tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, tanda
Kernig.
5. Pemeriksaan fundus okuli untuk mengetahui adanya peningkatan te
dan tuberkel pada koroid.1,2,3
6. Pemeriksaan fisik lain yang mengarah adanya infeksi TBC (pembesa
ronki paru)1,2
Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, peme
dan pemeriksaan penunjang.

Pada pemeriksaan CSS didapatkan BTA (+), baik dari pengecatan atau
mengarah ke meningitis TB menurut skor Thwaiths :4

Stadium ME TBC :1

DIAGNOSIS KERJA

DIAGNOSIS
BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

TERAPI

Stadium 1 (stadium awal) : Gejala prodromal non spesifik : apatis


kepala ringan, malaise, demam, anoreksia, muntah, nyeri abdomen.
Stadium 2 (intermediate) : Gejala menjadi jelas, adanya peruba
kesadaran (somnolen), tanda iritasi meningen, kelumpuhan saraf III, IV
Stadium 3 (stadium lanjut) : kesadaran menjadi stupor atau koma
involunter, dapat ditemukan hemiparesis.
Meningitis Tuberkulosis

Meningitis bakterial
Meningitis kriptokokus
Meningitis viral
1. Laboratorium rutin : darah lengkap, LED, kultur darah, GDS, elektrolit
2. Sputum BTA, kultur sputum
3. Pungsi lumbal dan analisis CSS :
Terdapat peningkatan tekanan, warna jernih/ xanthokrom, jumla
predominan MN, protein meningkat, glukosa menurun, Pemerik
(pengecatan BTA, Ditemukan Mycobacterium tuberculosis pada kultu
4. Polymerase chain reaction (PCR)
5. X-Foto Thoraks, dapat ditemukan tuberkulosis aktif.
6. MSCT atau MRI kepala dengan kontras : ditemukan penebalan p
daerah basal, hidrosefalus, atau lesi granulomatosa.

1. Obat tuberkulostatik, berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan CSS


- INH, RIF, PZA atau FDC selama 2 bulan
- INH daan RIF selama 6 bulan

2.

Kortikosteroid selama 6-8 minggu (tergantung derajat meningitis):5

Derajat 1 : Dexametason 0,3 mg/kgBB iv (hari ke 1-7) dilanjutkan


mg/kgBB iv (hari ke 8-14) dilanjutkan Dexametason 0,1 mg/kgBB
dilanjutkan Oral : 3mg/hari (hari 22-28) dilanjutkan 2 mg/hari (hari 29-35)
36-42)
Derajat 2-3 : Dexametason 0,4 mg/kgBB iv (hari 1-7) dilanjutkan Dexame
iv (hari 8-14) dilanjutkan Dexametason 0,2 mg/kgBB iv (hari 15-21) dilanj
0,1 mg/kgBB iv (hari 22-28) dilanjutkan Oral : 4mg/hari (hari 29-35) d
(hari 36-42), 2 mg/hari (hari 43-49) dan 1 mg/hari (hari 36-42)
3. Terapi simptomatik :
- Antikonvulsan :Diazepam dan fenitoin (bila kejang)
- Analgetik dan antipiretik : Paracetamol (bila demam)

KOMPETENSI

1. Dokter Spesialis Saraf


2. Residen Neurologi sesuai dengan level kompetensinya

EDUKASI

KOMPETENSI PPDS

Pemeriksaan dan terapi


Obat dan potensi efek samping obat
Hindari makanan/minumam presipitasi migren : kafein, gula buatan (a
sakarin), monosodium glutamate, keju.
- Hindari stress.
- Istirahat cukup.
Merah
Kuning
Hijau

Diagnosis
Pengelolaan
Medis
Prosedur

PROGNOSIS

Ad vitam = tergantung komplikasi yang timbul


Ad sanationam = tergantung faktor risiko

Ad Fungsionam = tergantung defisit neurologis yang muncul


TINGKAT EVIDENS

Diagnosis :
Clinical recommendation
Evaluation of cerebrospinal fluid is key to
the
diagnosis of meningitis. Decision rules using clinical
and laboratory findings are highly sensitive in
diagnosing meningitis in children.
Patients with risk factors for occult
intracranial
abnormalities should undergo computed tomography
of the brain before lumbar puncture.
If bacterial meningitis is suspected, empiric therapy with
antimicrobials should not be delayed for more than
one hour in patients awaiting diagnostic testing or
transfers.
Adults
with
Streptococcus
pneumoniae
or
Mycobacterium tuberculosis infection should receive
concomitant dexamethasone with antimicrobial
therapy to reduce mortality and improve neurologic
outcomes.
Conjugate vaccines for S. pneumoniae and
Haemophilus influenzae type B are recommended for
patients in appropriate risk groups to reduce the
incidence of bacterial meningitis.7

Evidence rating
C

Terapi :
1. Penggunaan kortikosteroid sebagai terapi pada meningitis TB (IIB)6

INDIKATOR MEDIS

KEPUSTAKAAN

Keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan penunjang baik dalam 14 ha


Gejala neurologis membaik : tanda rangsang meningeal (-)
Demam (-)
Kejang teratasi
1. Pokdi Neuroinfeksi Perdossi
2. Modul induk Kolegium Neurologi Indonesia
3. Wares F, Balasubramanian R, Mohan A, Sharma SK. Extrapulmon
Management and Control,
4. Slavcovici A, Marcu C, ulescu D, Rdulescu A, Clichici S, Fil
Vesbianu D, Ioana S. Predictive Factors And Diagnostic Scores Apply
Meningitis. Th erapeutics, Pharmacology and Clinical Toxicology.
Number. 1/2009
5. Kadhiravan T, Deepanjali S. Role of Corticosteroid in the Treatment o
Evidence-based Update. The Indian Journal of Chest Disease & Al
2010.
6. Guideline for Treatment of Active Tuberculosis Disease. CDHS/CTC
2003.
7. David M, Diagnosi, Initial Management and Prevention of Meningitis. 2
8. British Infection Society guidelines for the diagnosis and treatment of
central nervous system in adults and children.2009

Anda mungkin juga menyukai